Anda di halaman 1dari 44

KUMPULAN LAPORAN PENDAHULUAN DAN STRATEGI

PELAKSANAAN DENGAN PASIEN SEHAT

DI RSJD Dr AMINO GONDOHUTOMO

PROVINSI JAWA TENGAH

Disusun oleh :

ELFRIDA HARLINA

SK. 319.009

PROGRAM STUDI PROFESI NERS

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KENDAL

TAHUN AKADEMIK 2019/2020


KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan rahmat dan
karunia-Nya. Sehingga saya dapat menyusun dan menyelesaikan Laporan Praktik
Stase Keperawatan Jiwa ini mengenai Laporan Pendahuluan Sehat Keperawatan
Jiwa di Di RSJD Dr Amino Gondohutomo Provinsi Jawa Tengah
.

Bersama ini perkenankanlah saya mengucapkan terimakasih dengan


senang hati yang tulus kepada :
1. Ns. Livana PH., M.Kep., Sp. Kep. J selaku dosen pembimbing
akademik pada Praktik Stase Keperawatan Jiwa
2. Direktur RSJD Dr Amino Gondohutomo Provinsi Jawa Tengah
yang telah mengijinkan saya untuk praktik di RSJD Amino Gondho
Hutomo Semarang
3. Kepala ruang dan CI di RSJD Dr Amino Gondohutomo Provinsi Jawa
Tengah.

Tiada gading yang tak retak, begitu juga manusia mempunyai kemampuan
yang terbatas. Hal tersebut membuat penulis sadar akan jatuh dari kesempurnaan.
Oleh karena itu saya mohon bimbingan dan arahannya untuk membangun yang
lebih baik.

Kendal, 13 Januari 2019

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL...............................................................................i

KATA PENGANTAR...........................................................................ii

DAFTAR ISI.........................................................................................iii

A. LP & SP Defisit Perawatan Diri.......................................................1


B. LP & SP Halusinasi........................................................................13
C. LP & SP Harga Diri Rendah...........................................................26
D. LP & SP Isolasi Sosial....................................................................37
E. LP & SP Perilaku Kekerasan..........................................................50
F. LP & SP Resiko Bunuh Diri...........................................................64
G. LP & SP Waham.............................................................................75

DAFTAR PUSTAKA

iii
LAPORAN PENDAHULUAN
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PERKEMBANGAN
PSIKOSOSIAL BAYI ATAU INFANT (0-18 BULAN)
(Basic Trust Vs Miss Trust)

A. Pengertian
Infant adalah tahap perkembangan bayi usia 0-18 bulan dimana pada usia bayi
belajar terhadap kepercayaan dan ketidakpercayaan.Masa ini merupakan krisis
pertama yang dihadapi oleh bayi. Perkembangan psikososial bayi yang normal
adalah proses perkembangan yang ditandai dengan pemupukan rasa percaya pada
orang lain dan diawali dengan kepercayaan terhadap orang tua, khususnya ibu.
Rasa aman secara fisik dan psikologis berperan penting dalam pembentukan rasa
percaya bayi. Jika rasa percaya tidak terpenuhi, akan terjadi penyimpangan berupa
rasa tidak percaya dan setelah dewasa akan menjadi orang yang mudah curiga dan
tidak dapat menjalin hubungan baru (Keliat et.al, 2011).

B. Batasan Karakteristik Perilaku infant


Menurut Keliat et.al (2011) karakteristik perilaku bayi atau infant antara lain:
1. Perkembangan yang normal (Berkembangnya rasa percaya)
a. Tidak langsung menangis saat ketemu dengan orang lain
b. Menolak saat akan digendong orang yang tidak dikenalnya
c. Menangis saat digendong orang yang tidak dikenalnya
d. Menangis saat merasa tidak nyaman (basah,lapar, haus, sakit, panas)
e. Bereaksi senang ketika ibunya datang menghampiri
f. Menangis ketika ditinggalkan ibunya
g. Memperhatikan/memandang wajah ibu/orang yang mengajak berbicara
h. Mencari suara ibu/orang lain yang memanggil namanya
2. Penyimpangan perkembangan (Berkembangnya rasa tidak percaya)
a. Menangis menjerit-jerit saat berpisah dengan ibunya
b. Tidak mau berpisah sama sekali dengan ibunya
c. Tidak mau berhubungan dengan orang lain

C. Proses terjadinya masalah


Membangun rasa percaya adalah tugas pertama ego dan tugas tersebut tidak
pernah selesai. Keseimbangan antara trust dan mistrust sebagian besar ditentukan
oleh kualitas hubungan antara ibu dan anak. Salah satu parameter penilaian
keberhasilan adalah bahwa anak tidak marah atau cemas ditinggalkan sementara

iv
oleh ibunya (misalnya: ibunya bekerja) karena keberadaan ibunya telah menjadi
kepastian dan dapat diprediksi. Menurut Erikson, konflik trust versus mistrust
berlangsung seumur hidup. Bila konflik tersebut tidak diarahkan, diajarkan dan
ditangani secara benar ketika pertama kali dihadapi saat infancy, akan timbul efek
negatif pada individu tersebut sehingga ia tidak dapat berperan secara penuh di
dunia sekitarnya. Contohnya individu tersebut menghindar dari pergaulan sosial,
tidak mampu membuna hubungan yang sehat dan berlangsung lama dengan orang
lain, dan tidak berdamai dengan dirinya. Bila individu tidak belajar untuk
mempercayainya, orang lain, dan dunia disekitarnya, ia akan kehilangan
harapannya, yang secara langsung terkait dengan konsep trust dan mistrust. Bila
seseorang kehilangan kepercayaan terhadap harapan, ia tidak akan mampu bangkit
dari kegagalan yang terjadi dan berkembang mencap;ai tingkat tertinggi
perkembangan yang dimungkinkan oleh sistem sosial-budayanya (Nurdin, 2011).

D. Faktor Predisiposisi dan Presipitasi Perkembangan Infant


Faktor Presdisposisi
Menurut Stolte (2004) dan FIK (2011) faktor yang dapat menjadi predisposisi
hambatan perkembangan bayi atau infant adalah:
1. Biologis
a. Respon herediter: ada riwayat kembar monozigot, ada penyakit keturunan,
ada kelainan kromosom (sindrom down, sindrom turner)
b. Neuroendokrin: gangguan hormon pertumbuhan dan saraf
c. Penyakit infeksi
d. Riwayat kehamilan dan persalinan: ibu saat hamil menderita preeklamsia,
kejang, hipertensi, saat lahir bayi BBLR dan lahir sebelum waktunya
e. Status Gizi: BB 5 bulan < 2 x BB lahir, BB 1 tahun < 3 x BB lahir dan TB 1 th
< 1,5 x TB lahir
f. Kondisi kesehatan secara umum: riwayat imuniasi dasar
g. Pemanfaatan pelayanan kesehatan dilakukan secara rutin ketika bayi sakit
panas / pilek
2. Psikologis:
a. Intelegensi /keterampilan verbal: 0-3 bulan dapat mengoceh dan
memberikan reaksi terhadap suara, 3-6 bulan: menengok ke arah sumber
suara, 6-9 bulan tertawa./beteriak gembira bila melihat benda yang menarik,
9-12 bulan mengucapkan perkataan yang terdiri dari 2 suku kata dan 12-18
bulan bayi menguncapkan perkataan yang terdiri darei 2 suku kata yang
sama
b. Moral: ketika diberikan makanan bayi kadang bisa arahkan menggunakan
tangan kanan
c. Kepribadian: Bayi berusaha meraih mainan yang ada didekatnya dan
tersenyum dan memperhatikan ibunya ketika menirukan ocehannya
(misalnya menina bobokan, mengayun anak)
d. Pengalaman masa lalu: Prenatal (kehamilan yang tidak diharapkan),
intranatal (ibu tidak memberikan ASI eksklusif pada bayinya)
e. Konsep diri: Mulai dapat membedakan diri dari lingkungan dan mulai tidak
percaya ketika ditinggalkan dengan menagis

v
f. Motivasi: senang diajak bermain dan berbicara, bahagia ketika dipeluk atau
dicium
g. Self kontrol: Menangis saat digandeng orang yang tidak dikenalnya atau
menolak saat hendak digendong
3. Sosial budaya: perkembangan sosial dipengaruhi oleh interaksi dengan orang
lain di dalam lingkungannya dan kesempatan belajar yang diberikan
a. Usia: 0-18 bulan
b. Gender : laki/[perempuan
c. Status sosial: anak kandung, anak adopsi
d. Latar belakang budaya: Ras/suku bangsa kulit putih mempunyai
pertumbuhan somatik lebih tinggi daripada bangsa Asia
e. Pengalaman sosial: digandeng, dipeluk dan dibuai saat menangis menjadi
senang, Diberi makan dan minum jika haus dan lapar, diselimuti jika
kedinginan, diajak bermain dan berbicara
f. Peran sosial: bayi diterima sebagai anggota keluarga dan masyarakat.
Faktor Presipitasi
1. Nature
a. Biologis
1) Pemberian ASI Esklusif
2) Nutrisi gizi seimbang
3) Makanan tambahan diberikan setelah bayi berusia 6 bulan
4) Makanan padat diberikan setelah usia 12 bulan
5) BB bayi sesuai dengan TB: BB 5 bulan = 2 x BB lahir, BB 1 tahun 3 x
BB lahir
b. Psikologis
Menunjukkan rasa cinta, kasih sayang dan rasa aman pada bayi
1) Sering mengajak anak berbicara dengan lembut, panggil bayi dengan
namanya
2) Sering memeluk dan mencium anak’
3) Membuai, menimang dan menidurkan anak dan membacakan cerita
4) Membujuk ketika bayi rewel
5) Sering mengajak anak bermain
6) Memperlihatkan gambar yang lucu dan menarik
7) Mengajak melihat dirinya dikaca
8) Pada saat bayi menangis segera mencari tahu kebutuhan dasar yang
terganggu (lapar, haus, basah dan sakit)
c. Sosial budaya
1) Cuaca, musim, geographis mendukung tumbang
2) Sanitasi lingkungan: kebersihan perorangan baik
3) Keadaan rumah: struktur bangunan, ventilasi baik kepadatan hunian
layak
4) Keluarga menerima anak dengan senang
5) Mengajak anak belajar bergaul, melambaikan tangan dan
memberikan salam
6) Mengajak bermain anak bersama dan mangajak anak mengenal
lingkungannya

vi
2. Origin
Internal: Anak senang dan gembira menerima stimulasi dan pertumbuhan
perkembangan sesuai usia
Eksternal: Pola asuh dan stimulasi oleh keluarga dan masyarakat menerima
kehadiran anak dengan senang, ketersediaan dana dan fasilitas memadai
3. Timing
Stimulasi perkembangan dilakukan dari usia 0-1,5 tahun dan stimulasi
diberikan secara konsisten dan sesuai kebutuhan anak
4. Number
a. Stimulasi perkembangan dilakukan sesering mungkin dengan prinsip
dilakukan dengan rasa cinta, kasih sayang tanpa paksaan dan dengan
menciptakan suasana yang segar dan tidak membosankan
b. Setiap anggota keluarga memberikan stimulus perkembangan yang
sesuai usia
c. Sesering mungkin memberikan pujian pada bayi

E. Penilaian Terhadap Stressor


1. Kognitif
a. 0-3 bulan bayi dapat mengoceh dan memberikan reaksi terhadap suara
b. 3-6 bulan bayi dapat menengok kearaah sumber cahaya, suara
c. 6-9 bulan bayi dapat tertawa, berteriak bidak melihat benda yang menarik
d. 9-12 bulan bayi mengucapkan kata yang terdiri dari 2 suku kata” mama
papa”
2. Afektif
a. Menunjukkan perasaan gembira dan senang
b. Tersenyum dan tertawa
c. Mengenali namanya
d. Membedakan orang asing dari orang yang dikenal dan berrespon terhadap
keduanya
e. Tampak menikmati permainan sosial ( ciluk ba)
f. Menyukai aktivitas mengeksplorasi bagian tubuhnya sendiri (misalnya
bermain kakinya sendiri)
3. Fisiologi
a. Tinggi badan bertambah sesuai usia
b. Berat badan bertambah sesuai usia
c. Lingkar kepala normal
d. Temperatur 36 derajat sampai dengan 37 derajat celcius
e. Nadi : denyut jantung 80-130 kali per menit
f. Tekanan darah: 74/46 mmHg – 110/36-72 mmHg\
g. Pernapasan: 20 – 50 x/menit
h. Kemampuan sensoris: reaksi otomatis, menelan, menghisap,
menggenggam normal
i. Kemampuan berespon sesuai stimulus

vii
j. Perkembangan motorik berlangsung terus secara stabil dari arah kepala ke
kaki

4. Behaviour
a. 0-3 bulan bayi mulai menggerakkan kedua lengan dan tungkai sama
mudahnya ketika telentang dan memberikan reaksi dengan melihat ke
sumber cahaya
b. 3-6 bulan mengangkat kepala dengan tegak pada posisi telungkup dan
meraih benda yang menarik atau terjangkau olehnya
c. 6-9 bulan bayi ketika didudukan dapat mempertahankan posisi duduk
dengan kepala tegak dan memindahkan benda dari tangan yang satu ke
tangan yang lain
d. 9-12 bulan bayi dapat berjalan dengan merambat, meraup benda kecil
dengan menggunakan kelima jari tangannya
5. Sosial
a. 0-3 bulan bayi berhenti sejenak ketika melihat wajah seseorang, menatap
wajah yang bergerak, mengikuti pergerakan itu dengan pandangan mata
dan membalas senyuman
b. 3-6 bulan bayi tertawa bersuara nyaring jika diajak bercanda, menunjukkan
sikap yang berbeda bila menghadapi orang yang dikenal dan orang yang
asing bagi bayi dan Mencari benda yang dipindahkan
c. 6-9 bulan bayi mengamati kegiatan pengasuh dengan seksama, bereaksi
dengan gembira dalam permainan cilukba, dengan jelas menunjukkan rasa
canggung terhadap orang yang tidak dikenal dan makan biskuit tanpa
dibantu

F. Sumber Koping
1. Personal ability
a. Masa prenatal baik, tidak ada gangguan
b. Pertumbuhan dan perkembangan normal (sehat)
c. Senang menerima stimulasi
d. Tidak ada gangguan fungsu tubuh/kesehatan secara umum
2. Sosial support
a. Orang tua lengkap
b. Orang tua mempunyai komitmen dan motivasi yang tinggi untuk stimulasi
perkembangan
c. Sanitasi lingkungan baik
d. Masyarakat di sekitarnya baik
e. Orang tua mengetahui cara mnemberikan stimulasi pertumbuhan dan
perkembangan sesuai usia bayi
3. Material asset
a. Orang tua bekerja
b. Mempunyai Jamkesmas kartu atau Askes
c. Sosial ekonomi memadai
d. Sarana dan prasarana tersedia sesuai dengan usia perkembangan
4. Positif belief

viii
a. Orang tua/keluarga memahami atau menrima perilaku anak yang sedang
tidak nyaman/negatif sebagai kebutuhan dasar yang tidak terpoenuhi
b. Orang tua/keluarga melakukan reward dan punishment sesuain usia
perkembangan
c. Orang tua/keluarga memahami perbedanaan cara berkomunikasi sesuai
dengan usia perkembangan
d. Orang tua dan keluarga memahami kesehatan anak akan mempengaruhi
tumbang anak
e. Keyakinan orang tua/keluarga bahwa anak adalah anugrah dan titipan
Tuhan

G. Mekanisme Koping
1. Konstruktif: Berespon terhadap stimulus yang datang secara tepat, menangis jika
kebutuhan dasar tidak terpenuhi
2. Dektruktif: sering menangis hingga berontak ketika digendong, dan regreasi dan
sering mengompol

H. Intervensi Keperawatan
1. Tujuan
Untuk bayi :
a. Merasa aman dan nyaman
b. Dapat mengembangkan rasa percaya
Untuk keluarga
a. Menjelaskan perilaku yang menggambarkan bayi yang normal dan
menyimpang.
b. Menjelaskan cara menstimulasi perkembangan rasa percaya anaknya.
c. Mendemonstrasikan dan melatih cara memfasilitasi perkembangan rasa
percaya anak.
d. Merencanakan tindakan untuk menstimulasi perkembangan rasa percaya
anaknya.
2. Tindakan Keperawatan
Untuk perkembangan psikososial bayi yang normal:
a. Panggil bayi sesuai namanya.
b. Gendong dan memeluk saat bayi menangis
c. Identifikasi kebutuhan dasar bayi yang terganggu (lapar, haus, basah,
sakit) saat menangis dan penuhi kebutuhan tersebut
1) Buai saat bayi menangis
2) Beri minum atau makan saat bayi lapar
3) Selimuti bayi saat kedinginan
d. Bicara dengan bayi saat merawatnya.
e. Bayi menangis saaat berpisah dengan ibu, tetapi tidak lama.
f. Ajak bayi bermain (bersuara yang lucu, memeprlihatkan benda berwarna
menarik, menggerakan benda)
Untuk penyimpangan perkembangan (rasa tidak percaya)
a. Penuhi kebutuhan dasar rasa aman dan nyaman

ix
b. Fokuskan perhatian pada bayi saat menyusui,jangan sambil melakukan
pekerjaan lainnya
c. Tidak membiarkan bayi tidur sendiri, tetapi tetap bersama orang tua
d. Kontak dengan bayi sesering mungkin
e. Tidak membiatrkan bayi bermain sendirian, tidajk memainkan bayi dengan
cara mengganti antara puting dan empeng
f. Tetap memberi ASI sampai 1,5 tahun
g. Tidak mengganti pengasuh bayi terlalu sering (bayi bingung karena harus
memupuk kepercayaan pada banyak orang)
Untuk keluarga
Tujuan:
a. Keluarga mampu menjelaskan perilaki yang menggambarkan
perkembangan yang normal dan menyimpang
b. Keluarga mampu menjelaskan cara menstimulasi perkembangan anaknya
c. Keluarga mampu mendemonstrasikan cara menstimulasi perkembangan
anaknya
d. Keluarga mampu merencanakan tindakan untuk menstimulasi
perkembangan anaknya
Intervensi keperawatan keluarga
a. Perkembangan psikososial yang normal (rasa percaya)
1) Jelaskan pengertian perkembangan psikososial karakteristik perilaku
bayi yang normal dan menyimpang
2) Jelaskan cara memupuk rasa percaya bayi pada ibu/keluarga
a) Panggil bayi dengan sebutan namanya
b) Berespons secara konsisten terhadap kebutuhan bayi:
 Susui segera saat bayi menangis
 Lindungi dari bahaya jatuh
 Ganti popok/celana jika basah/kotor
 Kurangi stres bayi bayi dengan cara merawat bayi dengan
kasih sayang, memeluk, menggendong, mengeloni dengan
tulus dan sepenuh hati
c) Berikan lingkungan yang aman dan nyaman bagi bayi
d) Ajak bayi bermain
e) Ajak bayi bicara saat sedang merawatnya
f) Segera bawa kepelayanan kesehatan terdekat jika terdapat
masalah kesehatan (bayi)
3) Demosntrasikan cara memupuk rasa percaya bayi
4) Rencanakan tinfakan untuk memupuk rasa percaya bayi
b. Penyimpangan perkembangan (rasa tidak percaya)
1) Informasikan penyebab rasa tidak percaya bayi
2) Ajarkan cara menjalin hubungan saling percaya dengan bayi’
a) Penuhi kebutuhan dasar: makan, minum, kebersihan , buang air
besar/buang air kecil, istirahat/tidur, bermain
b) Penuhi rasa aman dan nyaman: lindungi bayi dari rasa sakit dab
panas, cedera jatuh tidak membiarkan sendirian, berikan kasih
sayang

x
3) Egera bawa ke pelayanan kesehatan saat bayi sakit
c. Informasikan pada keluarga perilaku bayi yang menggambarkan bayi
normal dan menyimpang, karakteristik perilaku bayi normal :
1) Tersenyum atau tertawa senang ketika ibunya datang menghampiri.
2) Menangis ketika ditinggalkan oleh ibunya.
3) Menangis saat merasa tidak nyaman ( basah, lapar, haus, sakit dan
gerah)
4) Memperhatikan/memandang wajah ibu/orang yang mengajak bicara
5) Mencari suara ibu/orang lain yang memanggilnya.
6) Memeluk tubuh ibu/orang lain saat digendong
7) Menangis saat digendong orang yang tidak dikenalnya.
8) Menolak saat akan digendong orang yang tidak dikenalnya.

xi
LAPORAN PENDAHULUAN
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PERKEMBANGAN PSIKOSOSIAL BAYI
ATAU INFANT (0-18 BULAN)
(Basic Trust Vs Miss Trust)

A. Pengertian
Infant adalah tahap perkembangan bayi usia 0-18 bulan dimana pada usia bayi
belajar terhadap kepercayaan dan ketidakpercayaan.Masa ini merupakan krisis
pertama yang dihadapi oleh bayi. Perkembangan psikososial bayi yang normal
adalah proses perkembangan yang ditandai dengan pemupukan rasa percaya pada
orang lain dan diawali dengan kepercayaan terhadap orang tua, khususnya ibu.
Rasa aman secara fisik dan psikologis berperan penting dalam pembentukan rasa
percaya bayi. Jika rasa percaya tidak terpenuhi, akan terjadi penyimpangan berupa
rasa tidak percaya dan setelah dewasa akan menjadi orang yang mudah curiga dan
tidak dapat menjalin hubungan baru (Keliat et.al, 2011).

B. Batasan Karakteristik Perilaku infant


Menurut Keliat et.al (2011) karakteristik perilaku bayi atau infant antara lain:
1. Perkembangan yang normal (Berkembangnya rasa percaya)
a. Tidak langsung menangis saat ketemu dengan orang lain
b. Menolak saat akan digendong orang yang tidak dikenalnya
c. Menangis saat digendong orang yang tidak dikenalnya
d. Menangis saat merasa tidak nyaman (basah,lapar, haus, sakit, panas)
e. Bereaksi senang ketika ibunya datang menghampiri
f. Menangis ketika ditinggalkan ibunya
g. Memperhatikan/memandang wajah ibu/orang yang mengajak berbicara
h. Mencari suara ibu/orang lain yang memanggil namanya
2. Penyimpangan perkembangan (Berkembangnya rasa tidak percaya)
a. Menangis menjerit-jerit saat berpisah dengan ibunya
b. Tidak mau berpisah sama sekali dengan ibunya
c. Tidak mau berhubungan dengan orang lain

C. Proses terjadinya masalah


Membangun rasa percaya adalah tugas pertama ego dan tugas tersebut tidak
pernah selesai. Keseimbangan antara trust dan mistrust sebagian besar ditentukan
oleh kualitas hubungan antara ibu dan anak. Salah satu parameter penilaian
keberhasilan adalah bahwa anak tidak marah atau cemas ditinggalkan sementara
oleh ibunya (misalnya: ibunya bekerja) karena keberadaan ibunya telah menjadi
kepastian dan dapat diprediksi. Menurut Erikson, konflik trust versus mistrust
berlangsung seumur hidup. Bila konflik tersebut tidak diarahkan, diajarkan dan
ditangani secara benar ketika pertama kali dihadapi saat infancy, akan timbul efek

xii
negatif pada individu tersebut sehingga ia tidak dapat berperan secara penuh di
dunia sekitarnya. Contohnya individu tersebut menghindar dari pergaulan sosial,
tidak mampu membuna hubungan yang sehat dan berlangsung lama dengan orang
lain, dan tidak berdamai dengan dirinya. Bila individu tidak belajar untuk
mempercayainya, orang lain, dan dunia disekitarnya, ia akan kehilangan
harapannya, yang secara langsung terkait dengan konsep trust dan mistrust. Bila
seseorang kehilangan kepercayaan terhadap harapan, ia tidak akan mampu bangkit
dari kegagalan yang terjadi dan berkembang mencap;ai tingkat tertinggi
perkembangan yang dimungkinkan oleh sistem sosial-budayanya (Nurdin, 2011).

D. Faktor Predisiposisi dan Presipitasi Perkembangan Infant


Faktor Presdisposisi
Menurut Stolte (2004) dan FIK (2011) faktor yang dapat menjadi predisposisi
hambatan perkembangan bayi atau infant adalah:
1. Biologis
a. Respon herediter: ada riwayat kembar monozigot, ada penyakit keturunan,
ada kelainan kromosom (sindrom down, sindrom turner)
b. Neuroendokrin: gangguan hormon pertumbuhan dan saraf
c. Penyakit infeksi
d. Riwayat kehamilan dan persalinan: ibu saat hamil menderita preeklamsia,
kejang, hipertensi, saat lahir bayi BBLR dan lahir sebelum waktunya
e. Status Gizi: BB 5 bulan < 2 x BB lahir, BB 1 tahun < 3 x BB lahir dan TB 1 th
< 1,5 x TB lahir
f. Kondisi kesehatan secara umum: riwayat imuniasi dasar
g. Pemanfaatan pelayanan kesehatan dilakukan secara rutin ketika bayi sakit
panas / pilek
2. Psikologis:
a. Intelegensi /keterampilan verbal: 0-3 bulan dapat mengoceh dan
memberikan reaksi terhadap suara, 3-6 bulan: menengok ke arah sumber
suara, 6-9 bulan tertawa./beteriak gembira bila melihat benda yang menarik,
9-12 bulan mengucapkan perkataan yang terdiri dari 2 suku kata dan 12-18
bulan bayi menguncapkan perkataan yang terdiri darei 2 suku kata yang
sama
b. Moral: ketika diberikan makanan bayi kadang bisa arahkan menggunakan
tangan kanan
c. Kepribadian: Bayi berusaha meraih mainan yang ada didekatnya dan
tersenyum dan memperhatikan ibunya ketika menirukan ocehannya
(misalnya menina bobokan, mengayun anak)
d. Pengalaman masa lalu: Prenatal (kehamilan yang tidak diharapkan),
intranatal (ibu tidak memberikan ASI eksklusif pada bayinya)
e. Konsep diri: Mulai dapat membedakan diri dari lingkungan dan mulai tidak
percaya ketika ditinggalkan dengan menagis
f. Motivasi: senang diajak bermain dan berbicara, bahagia ketika dipeluk atau
dicium
g. Self kontrol: Menangis saat digandeng orang yang tidak dikenalnya atau
menolak saat hendak digendong

xiii
3. Sosial budaya: perkembangan sosial dipengaruhi oleh interaksi dengan orang
lain di dalam lingkungannya dan kesempatan belajar yang diberikan
a. Usia: 0-18 bulan
b. Gender : laki/[perempuan
c. Status sosial: anak kandung, anak adopsi
d. Latar belakang budaya: Ras/suku bangsa kulit putih mempunyai
pertumbuhan somatik lebih tinggi daripada bangsa Asia
e. Pengalaman sosial: digandeng, dipeluk dan dibuai saat menangis menjadi
senang, Diberi makan dan minum jika haus dan lapar, diselimuti jika
kedinginan, diajak bermain dan berbicara
f. Peran sosial: bayi diterima sebagai anggota keluarga dan masyarakat.
Faktor Presipitasi
1. Nature
a. Biologis
1) Pemberian ASI Esklusif
2) Nutrisi gizi seimbang
3) Makanan tambahan diberikan setelah bayi berusia 6 bulan
4) Makanan padat diberikan setelah usia 12 bulan
5) BB bayi sesuai dengan TB: BB 5 bulan = 2 x BB lahir, BB 1 tahun 3 x
BB lahir
b. Psikologis
Menunjukkan rasa cinta, kasih sayang dan rasa aman pada bayi
1) Sering mengajak anak berbicara dengan lembut, panggil bayi dengan
namanya
2) Sering memeluk dan mencium anak’
3) Membuai, menimang dan menidurkan anak dan membacakan cerita
4) Membujuk ketika bayi rewel
5) Sering mengajak anak bermain
6) Memperlihatkan gambar yang lucu dan menarik
7) Mengajak melihat dirinya dikaca
8) Pada saat bayi menangis segera mencari tahu kebutuhan dasar yang
terganggu (lapar, haus, basah dan sakit)
c. Sosial budaya
1) Cuaca, musim, geographis mendukung tumbang
2) Sanitasi lingkungan: kebersihan perorangan baik
3) Keadaan rumah: struktur bangunan, ventilasi baik kepadatan hunian
layak
4) Keluarga menerima anak dengan senang
5) Mengajak anak belajar bergaul, melambaikan tangan dan
memberikan salam
6) Mengajak bermain anak bersama dan mangajak anak mengenal
lingkungannya
2. Origin
Internal: Anak senang dan gembira menerima stimulasi dan pertumbuhan
perkembangan sesuai usia

xiv
Eksternal: Pola asuh dan stimulasi oleh keluarga dan masyarakat menerima
kehadiran anak dengan senang, ketersediaan dana dan fasilitas memadai
3. Timing
Stimulasi perkembangan dilakukan dari usia 0-1,5 tahun dan stimulasi
diberikan secara konsisten dan sesuai kebutuhan anak

4. Number
a. Stimulasi perkembangan dilakukan sesering mungkin dengan prinsip
dilakukan dengan rasa cinta, kasih sayang tanpa paksaan dan dengan
menciptakan suasana yang segar dan tidak membosankan
b. Setiap anggota keluarga memberikan stimulus perkembangan yang
sesuai usia
c. Sesering mungkin memberikan pujian pada bayi

E. Penilaian Terhadap Stressor


1. Kognitif
a. 0-3 bulan bayi dapat mengoceh dan memberikan reaksi terhadap suara
b. 3-6 bulan bayi dapat menengok kearaah sumber cahaya, suara
c. 6-9 bulan bayi dapat tertawa, berteriak bidak melihat benda yang menarik
d. 9-12 bulan bayi mengucapkan kata yang terdiri dari 2 suku kata” mama
papa”
2. Afektif
a. Menunjukkan perasaan gembira dan senang
b. Tersenyum dan tertawa
c. Mengenali namanya
d. Membedakan orang asing dari orang yang dikenal dan berrespon
terhadap keduanya
e. Tampak menikmati permainan sosial ( ciluk ba)
f. Menyukai aktivitas mengeksplorasi bagian tubuhnya sendiri (misalnya
bermain kakinya sendiri)
3. Fisiologi
a. Tinggi badan bertambah sesuai usia
b. Berat badan bertambah sesuai usia
c. Lingkar kepala normal
d. Temperatur 36 derajat sampai dengan 37 derajat celcius
e. Nadi : denyut jantung 80-130 kali per menit
f. Tekanan darah: 74/46 mmHg – 110/36-72 mmHg\
g. Pernapasan: 20 – 50 x/menit
h. Kemampuan sensoris: reaksi otomatis, menelan, menghisap,
menggenggam normal
i. Kemampuan berespon sesuai stimulus
j. Perkembangan motorik berlangsung terus secara stabil dari arah kepala
ke kaki
4. Behaviour

xv
a. 0-3 bulan bayi mulai menggerakkan kedua lengan dan tungkai sama
mudahnya ketika telentang dan memberikan reaksi dengan melihat ke
sumber cahaya
b. 3-6 bulan mengangkat kepala dengan tegak pada posisi telungkup dan
meraih benda yang menarik atau terjangkau olehnya
c. 6-9 bulan bayi ketika didudukan dapat mempertahankan posisi duduk
dengan kepala tegak dan memindahkan benda dari tangan yang satu ke
tangan yang lain
d. 9-12 bulan bayi dapat berjalan dengan merambat, meraup benda kecil
dengan menggunakan kelima jari tangannya
5. Sosial
a. 0-3 bulan bayi berhenti sejenak ketika melihat wajah seseorang, menatap
wajah yang bergerak, mengikuti pergerakan itu dengan pandangan mata
dan membalas senyuman
b. 3-6 bulan bayi tertawa bersuara nyaring jika diajak bercanda,
menunjukkan sikap yang berbeda bila menghadapi orang yang dikenal
dan orang yang asing bagi bayi dan Mencari benda yang dipindahkan
c. 6-9 bulan bayi mengamati kegiatan pengasuh dengan seksama, bereaksi
dengan gembira dalam permainan cilukba, dengan jelas menunjukkan
rasa canggung terhadap orang yang tidak dikenal dan makan biskuit tanpa
dibantu
F. Sumber Koping
1. Personal ability
a. Masa prenatal baik, tidak ada gangguan
b. Pertumbuhan dan perkembangan normal (sehat)
c. Senang menerima stimulasi
d. Tidak ada gangguan fungsu tubuh/kesehatan secara umum
2. Sosial support
a. Orang tua lengkap
b. Orang tua mempunyai komitmen dan motivasi yang tinggi untuk stimulasi
perkembangan
c. Sanitasi lingkungan baik
d. Masyarakat di sekitarnya baik
e. Orang tua mengetahui cara mnemberikan stimulasi pertumbuhan dan
perkembangan sesuai usia bayi
3. Material asset
a. Orang tua bekerja
b. Mempunyai Jamkesmas kartu atau Askes
c. Sosial ekonomi memadai
d. Sarana dan prasarana tersedia sesuai dengan usia perkembangan
4. Positif belief
a. Orang tua/keluarga memahami atau menrima perilaku anak yang sedang
tidak nyaman/negatif sebagai kebutuhan dasar yang tidak terpoenuhi
b. Orang tua/keluarga melakukan reward dan punishment sesuain usia
perkembangan

xvi
c. Orang tua/keluarga memahami perbedanaan cara berkomunikasi sesuai
dengan usia perkembangan
d. Orang tua dan keluarga memahami kesehatan anak akan mempengaruhi
tumbang anak
e. Keyakinan orang tua/keluarga bahwa anak adalah anugrah dan titipan
Tuhan

G. Mekanisme Koping
1. Konstruktif: Berespon terhadap stimulus yang datang secara tepat, menangis
jika kebutuhan dasar tidak terpenuhi
2. Dektruktif: sering menangis hingga berontak ketika digendong, dan regreasi dan
sering mengompol

H. Intervensi Keperawatan
1. Tujuan
Untuk bayi :
a. Merasa aman dan nyaman
b. Dapat mengembangkan rasa percaya
Untuk keluarga
a. Menjelaskan perilaku yang menggambarkan bayi yang normal dan
menyimpang.
b. Menjelaskan cara menstimulasi perkembangan rasa percaya anaknya.
c. Mendemonstrasikan dan melatih cara memfasilitasi perkembangan rasa
percaya anak.
d. Merencanakan tindakan untuk menstimulasi perkembangan rasa percaya
anaknya.
2. Tindakan Keperawatan
Untuk perkembangan psikososial bayi yang normal:
a. Panggil bayi sesuai namanya.
b. Gendong dan memeluk saat bayi menangis
c. Identifikasi kebutuhan dasar bayi yang terganggu (lapar, haus, basah,
sakit) saat menangis dan penuhi kebutuhan tersebut
1) Buai saat bayi menangis
2) Beri minum atau makan saat bayi lapar
3) Selimuti bayi saat kedinginan
d. Bicara dengan bayi saat merawatnya.
e. Bayi menangis saaat berpisah dengan ibu, tetapi tidak lama.
f. Ajak bayi bermain (bersuara yang lucu, memeprlihatkan benda berwarna
menarik, menggerakan benda)
Untuk penyimpangan perkembangan (rasa tidak percaya)
a. Penuhi kebutuhan dasar rasa aman dan nyaman
b. Fokuskan perhatian pada bayi saat menyusui,jangan sambil melakukan
pekerjaan lainnya
c. Tidak membiarkan bayi tidur sendiri, tetapi tetap bersama orang tua

xvii
d. Kontak dengan bayi sesering mungkin
e. Tidak membiatrkan bayi bermain sendirian, tidajk memainkan bayi dengan
cara mengganti antara puting dan empeng
f. Tetap memberi ASI sampai 1,5 tahun
g. Tidak mengganti pengasuh bayi terlalu sering (bayi bingung karena harus
memupuk kepercayaan pada banyak orang)

Untuk keluarga
Tujuan:
a. Keluarga mampu menjelaskan perilaki yang menggambarkan
perkembangan yang normal dan menyimpang
b. Keluarga mampu menjelaskan cara menstimulasi perkembangan anaknya
c. Keluarga mampu mendemonstrasikan cara menstimulasi perkembangan
anaknya
d. Keluarga mampu merencanakan tindakan untuk menstimulasi
perkembangan anaknya
Intervensi keperawatan keluarga
a. Perkembangan psikososial yang normal (rasa percaya)
1) Jelaskan pengertian perkembangan psikososial karakteristik perilaku
bayi yang normal dan menyimpang
2) Jelaskan cara memupuk rasa percaya bayi pada ibu/keluarga
a) Panggil bayi dengan sebutan namanya
b) Berespons secara konsisten terhadap kebutuhan bayi:
 Susui segera saat bayi menangis
 Lindungi dari bahaya jatuh
 Ganti popok/celana jika basah/kotor
 Kurangi stres bayi bayi dengan cara merawat bayi dengan
kasih sayang, memeluk, menggendong, mengeloni dengan
tulus dan sepenuh hati
c) Berikan lingkungan yang aman dan nyaman bagi bayi
d) Ajak bayi bermain
e) Ajak bayi bicara saat sedang merawatnya
f) Segera bawa kepelayanan kesehatan terdekat jika terdapat
masalah kesehatan (bayi)
3) Demosntrasikan cara memupuk rasa percaya bayi
4) Rencanakan tinfakan untuk memupuk rasa percaya bayi
b. Penyimpangan perkembangan (rasa tidak percaya)
1) Informasikan penyebab rasa tidak percaya bayi
2) Ajarkan cara menjalin hubungan saling percaya dengan bayi’
a) Penuhi kebutuhan dasar: makan, minum, kebersihan , buang air
besar/buang air kecil, istirahat/tidur, bermain
b) Penuhi rasa aman dan nyaman: lindungi bayi dari rasa sakit dab
panas, cedera jatuh tidak membiarkan sendirian, berikan kasih
sayang

xviii
3) Egera bawa ke pelayanan kesehatan saat bayi sakit
c. Informasikan pada keluarga perilaku bayi yang menggambarkan bayi
normal dan menyimpang, karakteristik perilaku bayi normal :
1) Tersenyum atau tertawa senang ketika ibunya datang menghampiri.
2) Menangis ketika ditinggalkan oleh ibunya.
3) Menangis saat merasa tidak nyaman ( basah, lapar, haus, sakit dan
gerah)
4) Memperhatikan/memandang wajah ibu/orang yang mengajak bicara
5) Mencari suara ibu/orang lain yang memanggilnya.
6) Memeluk tubuh ibu/orang lain saat digendong
7) Menangis saat digendong orang yang tidak dikenalnya.
8) Menolak saat akan digendong orang yang tidak dikenalnya.
Tujuan
Untuk keluarga
1. Menjelaskan perilaku yang menggambarkan perkembangan psikososial
2. Menjelaskan cara menstimulasi perkembangan anaknya (kemandirian)
3. Mendemonstrasikan dan melatih cara memfasilitasi perkembangan
kemandirian anak
4. Merencanakan tindakan untuk menstimulasi perkembangan kemandirian
5. anaknya.

Tindakan keperawatan untuk keluarga


Tugas Tindakan Keperawatan
Perkembangan
Perkembangan Informasikan pada keluarga cara yang dapat
yang normal : dilakukan untuk :
Kemandirian a) memfasilitasi perkembangan psikososial
anaknya.
 Berikan aktivitas bermain yang menggali
rasa ingin tahu anak seperti bermain
tanah, pasir, lilin, membuat mainan
kertas, mencampur warna,
menggunakana cat air, melihat
barang/binatang/tanaman/orang yang
menarik perhatiannya dengan tetap
menjaga keamanannya.
 Berikan kebebasan pada anak untuk
melakukan sesuatu yang diinginkan tetapi
tetap memberi batasan. Misalnya
membolehkan anak memanjat dengan
syarat ada yang
mendampingi/mengawasi atau
mengajarkan cara agar tidak jatuh.
b) Menstimulasi /latihan perkembangannya :
 Melatih anak melompat ke depan
dengan kedua kaki diangkat

xix
bersamaan.
 Mengajak anak bermain menumpuk
dan menyusun balok /kubus/ kotak
menjadi “menara”, “jembatan” dan
lain-lain.
 Melatih anak memilih dan
mengelompokkan benda menurut
jenisnya. (kancing, kelereng, uang
logam dan lain-lain)
 Melatih anak menghitung jumlah
benda
 Melatih anak mencocokan gambar
dengan benda sesungguhnya,
bicaralah tentang sifatnya, bentuk ,
warna dan sebagainya.
 Melatih anak menyebut namanya
 Melatih anak menyebut nama benda
dan mengenal sifatnya.
 Melatih mencuci tangan/kaki dan
mengeringkannya sendiri.
 Memberi kesempatan kepada anak,
untuk memilih baju yang akan
dipakai

xx
Laporan Pendahuluan
ASUHAN KEPERAWATAN PERKEMBANGAN PSIKOSOSIAL
ANAK PRA SEKOLAH (3-6 TAHUN)
Inisiatif Vs Rasa Bersalah
A. PENGERTIAN
Perry dan Potter (2005) menyebutkan usia anak prasekolah merupakan masa
kanak-kanak awal, yaitu berada pada usia 3 sampai 6 tahun. Anak usia prasekolah
merupakan fase perkembangan individu sekitar 2-6 tahun, ketika anak mulai
memiliki kesadaran tentang dirinya sebagai pria atau wanita, dapat mengatur diri
dalam buang air (toilet training), dan mengenal beberapa hal yang dianggap
berbahaya (mencelakakan dirinya). Potensial mengembangkan rasa inisiatif adalah
tahap perkembangan anak usia 3-6 tahun dimana pada usia ini anak akan belajar
berinteraksi dengan orang lain, berfantasi dan berinisiatif, pengenalan identitas
kelamin, meniru. Perkembangan psikososial adalah proses perkembangan
kemampuan anak dalam berinisiatif menyelesaikan masalahnya sendiri sesuai
dengan pengetahuannya. Kemampuan ini diperoleh jika konsep diri anak positif
karena anak mulai berkhayal dan kreatif serta meniru peran-peran di sekelilingnya.
Anak berinisiatif melakukan sesuatu dan memberi hasil. Anak merasa bersalah jika
tindakannya berdampak negatif. Sikap lingkungan yang suka melarang dan
menyalahkan, membuat anakn kehilangan inisiatif. Pada saat dewasa, anak akan
mudah mengalami rasa bersalah jika melakukan kesalahan dan tidak kreatif (Keliat
et.al, 2011).

B. KARAKTERISTIK PERILAKU ANAK PRA SEKOLAH


Menurut Keliat et.al (2011) perilaku psikososial anak pra sekolah antara lain:
1. Perkembangan yang normal: inisiatif
a. Mengkhayal dan kreatif.
b. Berinisiatif untuk bermain dengan alat-alat yang ada di rumah
c. Belajar keterampilan fisik baru
d. Menikmati bermain bersama dengan anak seusianya.
e. Mudah dipisahkan dengan orang tua
f. Mengetahui hal-hal yang salah dan benar serta mengikuti aturan
g. Mengenal minimal empat warna
h. Merangkai kata-kata dalam bentuk kalimat

xxi
i. Mampu melakukan pekerjaan yang sederhana
j. Mengenal jenis kelamin.
2. Penyimpangan perkembangan : rasa bersalah
a. Tidak percaya diri, malu untuk tampil
b. Pesimis, tidak memiliki minat dan keinginan
c. Takut salah dalam melakukan sesuatu
d. Sangat membatasi aktivitasnya sehingga terkesan malas dan tidak
mempunyai inisiatif.

C. PROSES TERJADINYA
Inisiatif adalah kelanjutan autonomi. Parameternya adalah kualitas usaha,
perencanaan, dan kegiatan dengan tujuan motorik melakukan sesuatu. Melalui cara
ini, anak belajar menguasai dunia di sekitarnya, mempelajari keterampilan dasar
dan hukum alam. Contohnya: benda jatuh ke bawah, bola dan roda menggelinding,
aritmatika sederhana seperti tambah dan kurang, bertanya dan menjawab
pertanyan dengan baik dan lain-lain. Setelah penguasaan pada hal-hal ini mulai
berkembang, anak mulai beraktivitas dengan tujuan nyata. Contohnya: anak berusia
3 tahun mulai menyusun pasir di pantai untuk membuat rumah. Suatu emosi baru
yaitu rasa bersalah (guilt) mulai timbul dan dapat membingungkan anak bila
upayanya gagal. Pengertian guilt tersebut sangat berbeda dengan konsep rasa
bersalah pada orang dewasa, yang selain bersifat emosional juga bernuansa
kognitif, sedangkan pada tingkat perkembangan ini, pemahaman guilt lebih
mendekati pemahaman emosi “kecewa” pada orang dewasa. Karena itu, bila ia
menyusun pasir terlalu tinggi sehingga “rumah” tersebut runtuh, ia merasa bersalah
dan marah atau menangis. Karena itu, kita tidak boleh mengatakan kepada si anak,
itulah, karena tidak mau mendengar perkataan orang tua, rumahnya runtuh.” Rasa
bersalah yang sangat kuat akan timbul pada anak. Ia merasa bahwa dirinya anak
nakal karena rumah tersebut runtuh. Ia tidak berani lagi berinisiatif menyusun pasir
tinggi-tinggi untuk membuat rumah yang tinggi. Ia terhambat dalam
mengembangkan jeberanian dan kemandirian. Ia bergantung pada ide orang lain. Ia
tidak mengembangkan kompetensi menjadi orang berprestasi, konseptor, atau
pemimpin dan tidak bercita-cita tinggi (Nurdin, 2011).
Pada tahap perkembangan ini, kompetensi penilaian (judgement) mulai
berkembang melalui krisis initiative versus guilt. Berdasarkan penilaian awal
tersebut, anak mulai mengembangkan perilaku kepemimpinan, konseptor, dan
pencapaian tujuan (goal oriented behaviour). Namun, perilaku tersebut harus kita
kendalikan agar tidak menjadi risk taking behavior. Contohnya: nekad menyeberang
jalan raya, memanjat di tempat berbahaya, bermain api, dan sebagainya. Anak tetap
harus merasakan rasa bersalah bila ia melakukan aktivitas yang tidak dapat
ditoleransi. Karena itu, keseimbangan antara inisiatif dan rasa bersalah sangat
penting pada tahap perkembangan ini (Nurdin, 2011).

D. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Potensial (Normal): Potensial mengembangkan inisiatif

xxii
Risiko (penyimpangan): Risiko mengembangkan rasa bersalah

E. INTERVENSI KEPERAWATAN GENERALIS


1. Anak sekolah
a. Tujuan
1) Anak pra sekolah mengidentifikasi peran gender
2) Anak pra sekolah mencapai keterampilan motorik, kognitif, sikap
tertentu
3) Anak pra sekolah mengidentifikasi peran di keluarga
b. Intervensi tindakan
1) Perkembangan yang normal : inisiatif
a) Beri kesempatan kepada anak untuk mencapai kemampuan
tertentu yang dapat dipelajarinya, seperti naik sepeda, menulis,
menggambar, menyusun balok, puzzle
b) Dukung anak untuk bermain berkelompok
c) Beri kesempatan kepada anak untuk bermain peran
menggunakan alat-alat yang sesuai (memasak, sekolah,
berperan sebagai orang tua)
d) Beri tugas yang sesuai dengan kemampuan anak
e) Jadi role model bagi anak mengenai cara menerima keunikan
orang lain
2) Penyimpangan perkembangan : rasa bersalah
a) Beri waktu pada anak untuk bermain/beraktivitas secara
berkelompok
b) Ajarkan anak mengenai permainan sederhana yang
membutuhkan kerja sama dan koordinasi (puzzle, susun balok)
c) Sampaikan harapan yang sesuai dengan kemampuann anak
d) Beri pujian terhadap keberhasilan yang dicapai oleh anak
e) Dengarkan seluruh keluhan anak dan diskusikan cara mengatasi
rasa tidak mampu yang dialami anak
2. Keluarga
a. Tujuan
1) Keluarga mampu menjelaskan perilaku yang menggambarkan
perkembangan yang normal dan menyimpang
2) Keluarga mampu menjelaskan cara menstimulasi perkembangan
anaknya
3) Keluarga mampu mendemonstrasikan dan melatih cara memfasilitasi
perkembangan anak
4) Keluarga mampu merencanakan tindakan untuk menstimulasi
perkembangan anaknya
b. Intervensi
1) Perkembangan yang normal: Inisiatif
a) Informasikan pada keluarga mengenai cara yang dapat
dilakukan keluarga untukm memanfasilitasi perkembangan
psikososial anak

xxiii
b) Diskusikan dengan keluarga mengenai cara yang akan
digunakan keluarga untuk menstimulasi inisiatif anak
(1) Bersikap positif dan dorong usaha anak untuk mandiri
(2) Bantu anak menyelesaikan masalah yang dialami jika
tindakan yang dilakukan anak berakibat negatif/buruk
(3) Tidak menentang tindakan yang dilakukan anak
(4) Gunakan bahasa yang positif dalam melarang anak
(5) Berikan pendapat yang positif terhadap perilaku yang
ditampilkan
(6) Beri pujian terhadap keberhasilan yang dicapai oleh anak
(7) Berikan suasana disiplin dalam rumah pada waktu belajar,
menonton TV, bermain, makan
c) Latih keluarga untuk melakukan cara tersebut dan dampingi saat
keluarga menstimulasi inisiatif anak
2) Penyimpangan perkembangan: rasa bersalah
a) Beri waktu pada anak untuk bermain
b) Ajarkan anak mengenal permainan sederhana
c) Berikan harapan sesuai dengan kemampuan anak
d) Tidak memaksakan kehendak pada anak
e) Beri pujian terhadap keberhasilan yang dicapai oleh anak
f) Jadi pendengar baik
g) Bersikap positif terhadap kemampuan anak dan dorong anak
untuk mandiri
h) Tidak menentang tindakan yang dilakukan anak
i) Tidak melarang anak
j) Gunakan bahasa yang mudah dimengerti

xxiv
LAPORAN PENDAHULUAN
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PERKEMBANGAN PSIKOSOSIAL ANAK
USIA SEKOLAH (6-12 TAHUN)
INDUSTRI vs HARGA DIRI RENDAH

A. Pengertian
Perkembangan kemampuan psikososial anak usia sekolah (6-12 tahun) adalah
kemampuan menghasilkan karya, berinteraksi, dan berprestasi dalam belajar
berdasarkan kemampuan diri sendiri. Pencapaian kemampuan ini akan membuat
anak bangga terhadap dirinya. Hambatan atau kegagalan dalam mencapai
kemampuan ini menyebabkan anak merasa rendah diri sehingga pada masa dewasa,
anak dapat mengalami hambatan dalam bersosialisasi (Keliat et.al, 2011). Dalam
istilah Freudian periode perkembangan psikososial ini digambarkan sebagai periode
laten. Tenaga anak disalurkanm ke dalam pembelajaran keterampilan tertentu,
bermain aktif, dan memperoleh pengetahuan. Erikson (1963) menguraikan hal ini
sebagai suatu masa untuk perkembangan kerajinan. Pada usia ini, anak belajar untuk
bekerja dengan orang lain, hubungan sosial menjadi menonjol, dan terjadi rasa
persaingan. Aturan-aturan dipelajari dan anak menginginkan dan mengembangkan
keberhasilan. Banyak pembelajaran terjadi melalui guru dan teman sebaya daripada
terutama melalui keluarga (Stolte, 2004). Plaget (1975) menguraikan tahap ini
sebagai masa operasional konkret. Proses berpikir meningkat menjadi kompleks dan
logis. Anak ini dapat memilah dan mengelola fakta-fakta. Pemecahan masalah tetap
konkret dan merefleksikan pengalaman anak itu sendiri. Akan tetapi, pikiran menjadi
kurang berpusat pada diri sendiri dan anak ini dapat mempertimbangkan pandangan
orang lain (Stolte, 2004).

B. Karakteristik Perilaku Anak Sekolah


Menurut Keliat et.al (2011) karakteristik perilaku anak usia sekolah dibagi menjadi dua
antara lain:
1. Perkembangan yang normal (Produktif)
a. Menyelesaikan tugas (sekolah dan rumah) yang diberikan
b. Mempunyai rasa bersaing (kompetisi)
c. Senang berkelompok dengan teman sebaya dan mempunyai sahabat karib
d. Berperan dalam kegiatan kelompok
2. Penyimpangan perkembangan (Harga diri rendah)
a. Tidak mau mengerjakan tugas sekolah
b. Membangkang pada orang tua untuk mengerjakan tugas

xxv
c. Tidak ada kemauan untuk bersaing dan terkesan malas
d. Tidak mau terlibat dalam kegiatan kelompok
e. Memisahkan diri dari teman sepermainan dan teman sekolah
C. Proses terjadinya masalah
Tujuan realistik untuk menyelesaikan sesuatu yang produktif secara bertahap
dan menggantikan permainan. Pemahaman dasar dikembangkan pada tahap ini.
Dalam tahap ini, kemampuan berprestasi sangat penting pada sesuatu yang
produktif. Untuk itu, anak harus berkompetisi pada suatu lingkungan sosial.
Kekalahan pada tahap ini akan mengembalikan hubungan sosialnya ke tahap
sebelumnya, dengan kompetisi diantara saudara sekandung ( sibling rivalry). Pada
tahap ini, anak semakin lama semakin menyadari dirinya sebagai individu. Mereka
berupaya melakukan apa saja secara benar untuk mencapai hasil yang baik. Rasa
tanggung jawab berkembangan pada tahap ini. Mereka sangat bangga diberi
tanggung jawab. Perasaan duty consious mulai berkembang pada tahap ini. Untuk
mendukung upaya tersebut, mereka mulai berbagi rasa, membina kerja sama dan
sikap kooperatif untuk mencapai tujuan bersama. Kompetensi ini timbul karena untuk
mencapai ciri persepsi kognitif spesifik pada tahap ini. Ciri tersebut adalah konsep
waktu dan ruang (jauh-dekat-lama-sebentar) dalam simbol aritmatika, hubungan
sebab-akibat, waktu kalender, jam, dan konsep kronologi. Perkembangan persepsi
kognitif ini merangsang rasa ingi tahu yang bersifat kognitif. Anak teransang belajar
untuk menguasai kompetisi kompleks seperti membaca, menulis, matematika, dan
pengaturan waktu. Mereka mulai mampu menyusun nilai-nilai moral (baik-buruk,
benar-salah). Mereka mulai memahami perbedaan kultural dan individual (toleransi).
Parameter kognitif dan motorik adalah kemampuan manajemen personal, seperti
pemilihan pakaian, sabun mandi, menyusun pakaian dan buku, menyusun jadwal
harian serta berbagai kemampuan lain yang menunjukkan kerapian. Parameter emosi
adalah mampu berbagi rasa. Bila ia mendapatkan sesuatu (misalnya kue), aia akan
bertanya apakah teman atau adik juga mendapatkannya. Pada tahap ini, anak belajar
mengutamakan prestasi melalui usaha sendiri ( industry). Bila gagal berprestasi (di
salah satu bidang), ia akan merasa inkompeten ( inferiority). Namun, terdapat suatu
bahaya laten pada tahap ini. Orang tua yang terlalu ambisius sering kali memaksa
anaknya untuk lebih mencapai prestasi di banyak bidang sekaligus. Industry yang
berlebihan akan menyempitkan atau malah menghilangkan minat. Situasi ini disebut
situasi anak tidak boleh menjadi anak. Kompetensi hanya mungkin tercapai dalam
situasi keseimbangan antara industry dengan inferiority. Karena itu, pola asuh
(nurture) orang tua untuk mengembangkan nilai diri ( self esteem) dan keuletan sangat
beragam, yang ditentukan kemampuan inheren biologis pada anak (Nurdin, 2011).

D. Diagnosa Keperawatan
Potensial (normal) : Potensial Berkarya
Resiko (penyimpangan) : Risiko harga diri rendah

E. Intervensi Keperawatan
Menurut Nurdin (2011) ada beberapa prinsip dasar dalam mengoptimalkan
perkembangan psikososial anak sekolah antara lain:

xxvi
1. Pahami dan terima masalah pada pembelajaran anak, bila ia merasa lemah di
suatu hal tunjukkanlah hal lain yang merupakan kekuatannya ( highligiht
strengths)
2. Tunjukkan kepada anak mekanisme pemecahan masalah
3. Tunjukkan kepada anak mekanisme perumusan tujuan
4. Lakukan proses penguatan (reinforcement) rasa tanggung jawab
5. Lakukan penekanan bahwa kegagalan dan kesalahan adalah hal yang biasa dan
bukanlah kekalahan. Hal tersebut penting sebagai titik tolak pembelajaran agar
kesalahan yang sama tidak berulang
6. Ciptakan suatu kondisi ketika anak merasa berharga perihal sesuatu saat ia
mampu berprestasi. Misalnya, luangkan hari khusus untuk anak yang pintar
bermain catur ketika ia dapat bertanding catur dengan ayahnya.
Menurut Keliat et.al (2011) tindakan keperawatan yang dapat dilakukan untuk
perkembangan psikososial anak usia sekolah bertujuan untuk:
1. Anak
a. Tujuan
1) Anak mengenal kemampuan dirinya
2) Anak mengikuti kegiatan sosial
3) Anak meras puas terhadap keberhasilan yang dicapai
b. Intervensi keperawatan
1) Perkembangan yang normal (Industri)
a) Diskusikan kemampuan/kelebihan diri anak dan target pencapaian
tugas
b) Berikan tugas sesuai kemampuan anak
c) Beri pujiann terhadap keberhasilan anak di sekolah dan di rumah
d) Fasilitiasi kegiatan kelompok: bermain, les, kegiatan keagamaan
e) Libatkan anak dalam kegiatan sehari-hari, seperti memasak,
membuat kue, membersihkan mobil, merapikan tempat tidur
2) Penyimpangan perkembangan (Harga diri rendah)
a) Diskusikan penyebab anak merasa tidak mampu
b) Berikan tugas sesuai dengan kemampuan anak
c) Beri pujian trhadap keberhasilan yang dicapai
d) Bantu anak agar berhasil
e) Libatkan dalam kegiatan yang mudah/sederhna
2. Keluarga
a. Tujuan
1) Keluarga mampu memahami pengertian perkembangan anak usia
sekolah
2) Keluarga memahami ciri perkembangan anak usia sekolah yang normal
dan menyimpang
3) Keluarga mampu menyusun rencana stimulasi agar anak mampu
berkarya
4) Keluarga mampu menstimulasi kemampuan anak berkarya
b. Intervensi keperawatan
1) Jelaskan ciri perkembangan anak usia sekolah yang normal dan anak
yang menyimpang

xxvii
2) Jelaskan kepada keluarga mengenai cara menstimulasi kemampuan
anak berkarya
a) Libatkan anak dalam kegiatan sehari-hari yang sederhana di rumah
seperti membuat kue, merapikan tempat tidur
b) Puji keberhasilan yang dicapai oleh anak
c) Diskusikan dengan anak mengenai harapannya dalam berinteraksi
dan belajar
d) Tidak menuntut anak untuk melakukan hal-hal yang tidak sesuai
dengan kemampuannya (menerima anak apa adanya), membantu
kemampuan belajar anak
e) Tidak menyalahkan dan menghina anak
f) Beri contoh cara menerima orang lain apa adanya
g) Beri kesempatan untuk mengikuti aktivitas kelompok yang
terorganisasi
h) Buat/tetapkan aturan/disiplin di rumah bersama anak
3) Demonstrasikan dan latih cara menstimulasi kemampuan anak untuk
berkarya
4) Bersama keluarga susun rencana stimulasi kemampuan berkarya anak

xxviii
LAPORAN PENDAHULUAN

PONTENSIAL PEMBENTUKAN IDENTITAS DIRI PADA REMAJA (12-18


TAHUN) (Pembentukan Identitas Diri VS Bingung Peran)

A. PENGERTIAN
Masa remaja adalah suatu masa peralihan yang melibatkan perubahan fisik
dan biologis nyata. Perjuangan konsep diri dan citra tubuh (bagaimana seseorang
tampak bagi orang lain, khususnya sebaya) dan kebutuhan untuk mengembangkan
beberapa rencana hiduo mengkonstribusi peralihan di dalam diri. Kebutuhan untuk
hubungan yang intim adalah kuat dan percaya kepada persetujuan sebaya adalah
dominan (Stolte, 2004). Perkembangan psikososial remaja adalah kemampuan
remaja untuk mencapai identitas dirinya yang meliputi peran, tujuan pribadi, dan
keunikan atau ciri khas diri. Kemampuan ini tercapai melalui serangkaian tugas
perkembangan yang harus diselesaikan oleh remaja. Jika tidak dapat mencapai
kemampuan tersebut, remaja akan mengalami kebingungan peran yang berdampak
pada rapuhnya kepribadian sehingga terjadi gangguan konsep diri (Keliat et.al, 2011).
B. KARAKTERISTIK PERILAKU REMAJA
Menurut Keliat et.al (2011) karakteristik perilaku remaja dibagi menjadi dua antara
lain:

1. Perkembangan yang normal (Pembentukan identitas diri)


a. Menilai diri secara objektif
b. Merencanakan masa depannya
c. Dapat mengambil keputusan
d. Menyukai dirinya sendiri
e. Berinteraksi dengan lingkungannya
f. Bertanggung jawab
g. Mulai memperlihatkan kemandirian dalam keluarga
h. Menyelesaikan masalah dengan meminta bantuan orang lain yang
menurutnya mampu
2. Peyimpangan perkembangan (bingung peran)
a. Tidak menemukan ciri khas (kekuatan dan kelemahan) dirinya
b. Merasa bingung, bimbang
c. Tidak mempunyai rencana untuk masa depan
d. Tidak mampu berinteraksi dengan lingkungannya
e. Memiliki perilaku antisosial
f. Tidak menyukai dirinya
g. Sulit mengambil keputusan
h. Tidak mempunyai minat
i. Tidak mandiri

xxix
C. PROSES TERJADINYA MASALAH
Pada tahap ini anak remaja sangat mementingkan penampilannya luar. Bila ia
memiliki nilai diri (self esteem) yang rendah, perilaku kompensasi sering ditunjukkan.
Tujuan perilaku kompensasi adalah meningkatkan harga dirinya (self perfect) di
hadapan rekan-rekan sebayanya. Karena itu, perilaku kompensasi selalu dilakukan
dalam kelompok. Perilaku kompensasi tersebut bertitik tolak dari kerancuan “siapa aku
ini”. Untuk menjawab pertanyaan tersebut, ia menampilkan ke orang lain bahwa “apa
aku ini” adalah seperti “apa kalian” (teladan,model). Pola perilaku kompensasi tersebut
sangat ditentukan oleh kecenderungan dominan dalam kelompok karena ia “tidak
mengetahui apa dirinya” (role confusion). Begitu hebatnya motivasi asertif ini sehingga
superego dapat dimodifikasi. Untuk remaja muda dengan nilai diri yang tinggi
(berprestasi), tahap ini merupakan tahap tahap paling berkesan sepanjang hidupnya.
Ia mengetahui bahwa dirinya adalah individu unggul di bidang tertentu (identitas). Ia
mengetahui, melalui insting, pola perilaku yang harus ditampilkan, waktu dan tempat
melakukannya. Karena itu, ia telah membentuk dasar kesuksesan untuk masa depan.
Mereka adalah penentu kelanggengan sistem sosial-budaya di masa depan. Baik
karena usia maupun jumlah (Nurdin, 2011).

D. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Menurut Keliat et.al (2011) diagnosa keperawatan sehat yang dapat muncul
tergantung dari tugas perkembangan yang sudah dapat dilakukan oleh remaja antara
lain:
1. Potensial (normal): Potensial pembentukan identitas diri
2. Risiko (penyimpangan): Risiko bingung peran

E. RENCANA TINDAKAN
Menurut Keliat et.al (2011) tindakan keperawatan yang dapat dilakukan untuk
perkembangan psikososial remaja antara lain:
1. Remaja
a. Tujuan:
1) Remaja mampu menyebutkan karakteristik
perkembangan psikososial yang normal dan menyimpang
2) Remaja mampu menjelaskan cara mencapai
perkembangan psikososial yang normal
3) Remaja mampu melakukan tindakan untuk mencapai
perkembangan psikososial yang normal
b. Tindakan
1) Perkembangan yang normal (Pembentukan identitas)
a) Diskusikan ciri perkembangan psikososial remaja yang normal dan
menyimpang
b) Diskusikan cara untuk mencapai perkembangan psikososial yang
normal
(1) Anjurkan remaja untuk berinteraksi dengan orang lain yang
membuatnya nyaman mencurahkan perasaan, perhatian dan
kekhawatiran

xxx
(2) Anjurkan remaja untuk mengikuti organisasi yang mempunyai
kegiatan positif (olah raga, seni, bela diri, pramuka, keagamaan)
(3) Anjurkan remaja untuk melakukan kegiatan di rumah sesuai
dengan perannya
c) Bimbing dan motivasi remaja dalam membuat rencana kegiatan dan
melaksanakan rencana yang telah dibuatnya.
2) Penyimpangan perkembangan (Bingung peran)
a) Diskusikan aspek positif/kelebihan yang dimiliki remaja
b) Bantu mengidentifikasi berbagai peran yang dapat ditampilkan remaja
dalam kehidupannya
c) Diskusikan penampilan peran yang terbaik untuk remaja
d) Bantu remaja mengidentifikasi perannya di keluarga
2. Keluarga
a. Tujuan
1) Keluarga mampu memahami perilaku yang
menggambarkan perkembangan remaja yang normal dan menyimpang
2) Keluarga mampu mampu memahami cara menstimulasi
perkembangan remaja
3) Keluarga mampu mendemonstrasikan tindakan untuk
menstimulasi perkembangan remaja
4) Keluarga mampu merencanakan tindakan untuk
mengembangkan kemampuan psikososial remaja
b. Tindakan
1) Jelaskan ciri perkembangan remaja yang normal dan
menyimpang
2) Jelaskan cara yang dapat dilakukan keluarga untuk
memfasilitasi perkembangan remaja yang normal
a) Fasilitasi remaja untuk berinteraksi dengan kelompok sebaya
b) Anjurkan remaja untuk bergaul dengan orang lain yang membuatnya
nyaman mencurahkan perasaan, perhatian, dan kekhawatiran
c) Anjurkan remaja untuk mengikuti organisasi yang mempunyai
kegiatan yang positif (olah raga, seni, bela diri, pramuka, pengajian)
d) Berperan sebagai teman curhat bagi remaja
e) Berperan sebagai contoh bagi remaja daam melakukan interaksi
sosial yang baik
f) Beri lingkungan yang nyaman bagi remaja untuk melakukan aktivitas
bersama dengan kelompoknya
3) Diskusikan dan demonstrasikan tindakan untuk
membantu remaja memperoleh identitas diri
4) Diskusikan rencana tindakan yang akan dilakukan
keluarga untuk memfasilitasi remaja memperoleh identitas diri

xxxi
DAFTAR PUSTAKA

Keliat,Budi Dkk.(2011).Manajemen keperawatan Psikososial dan Kader Kesehatan


Jiwa.Jakarta EGC
Stuart,(2009).Principle and Practice of Psychiatric Nursing .9th edition.Mosby
Suliswati Dkk.(2005).Konsep Dasar Keperawatan Kesehatan Jiwa .Jakarta EGC.
(2011).Draf Standard Asuhan Keperawatan Program Pendidikan Kekhususan
Keperwatan Jiwa Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia
Nurdin, A.E.(2011). Tumbuh kembang Perilaku Manusia. Cetakan I. Jakarta: Penerbit
Buku Kedokteran EGC.
Stolte, K.M. (2004). Diagnosa Keperawatan Sejahtera (Wellness Nursing Diagnosis) .
Cetakan 1. Jakarta: penerbit buku kedokteran EGC

xxxii
LAPORAN PENDAHULUAN
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PERKEMBANGAN PSIKOSOSIAL
DEWASA MUDA (18-25 TH)
INTIM VERSUS ISOLASI

A. Pengertian
Perkembangan psikososial dewasa muda (18-25 tahun) adalah tahapan
perkembangan individu mampu melakukan interaksi yang akrab dengan orang lain,
terutama lawan jenis dan mempunyai pekerjaan. Pada tahap ini, individu mencoba
untuk mandiri dan mencukupi kebutuhannya dengan bekerja. Interaksi yang dilakukan
mengarah pada bekerja, perkawinan dan mempunyai keluarga yang menjadi bagian
dari masyarakat. Kegagalan dalam berhubungan akrab dan memperoleh pekerjaan
dapat menyebabkan individu menjauhi pergaulan dan merasa kesepian kemudian
menyendiri (Keliat et.al, 2011).

B. Karakteristik perilaku Dewasa Muda


TUGAS PERKEMBANGAN PERILAKU DEWASA MUDA
Perkembangan yang normal : akrab a. Menjalin interaksi yang hangat dan
dengan orang lain akrab dengan orang lain
b. Mempunyai hubungan dekat dengan
orang – orang tertentu (pacar, sahabat)
c. Mempunyai hubungan heteroseksual
dan membentuk keluarga
d. Mempunyai komitmen yang jelas dalam
bekerja dan berinteraksi
e. Merasa mampu mandiri untuk
kehidupan (sudah bekerja)
f. Memperlihatkan tanggung jawab secara
ekonomi, sosial dan emosional
g. Mempunyai konsep diri yang realistis/
sesuai kenyataan
h. Menyukai dirinya dan mengetahui
tujuan hidupnya
i. Berinteraksi baik dengan keluarga
j. Mampu mengatasi stress akibat
perubahan dirinya
k. Menganggap kehidupan sosialnya
bermakna
l. Mempunyai nilai yang menjadi
pedoman hidupnya
Penyimpangan perkembangan :
menyendiri/isolasi
a. Ketakutan / tidak siap menerima akibat
perbuatannya
b. Sulit untuk memulai suatu hubungan
c. Tidak mempunyai teman dekat
d. Menghindari komitmen dalam

xxxiii
berinteraksi
e. Mudah beralih dalam bekerja/karier
atau gaya hidup, mudah terpengaruh
f. Tidak mempunyai nilai sebagai
pedoman hidup
g. Tidak mempunyai hubungan akrab
dengan orang lain
h. Tidak mampu mengatasi stress

C. Proses Terjadinya Masalah


Pada tahap ini fisik dan ego harus mampu menguasai mekanismen reaksi
somatis dan berbagai konflik internal lainnya dalam upaya mengatasi ketakutan
terhadap kehilangan ego sehingga timbul situas dari kenyataan ( self abandon).
Pencegahan timbulnya situasi ini akan mengembangkan keterbukaan dan kepuasan
diri (self absorption). Intimacy Vs isolation ini segera dimulai saat tahap masih
mengandung konflik tahap ke 5 yang memberi nuansa dewasa muda masih ingin
menggabungkan identitas dirinya dengan kelompok. Mereka ingin diterima dan diakui
dalam kelompok sebayanya. Kecenderungan ini berlanjut terus sampai masa dewasa
bahkan sampai masa tua. Namun dalam tahap ini, individu harus siap untuk
memahami intimacy (hubungan antarpersonal yang sangat dekat), dan juga isolation
(kenyataan bahwa kita adalah kita, dia adalah dia, sendirian dan terpisah dari yang
lain). Kemampuan untuk menyeimbangkan intimacy dengan isolation adalah prasyarat
cinta pada pasangan hidup. Kita harus mengetahui cara mencapai kesendirian dan
belajar mencintai seseorang secara intim untuk melebur menjadi bagian diri kita yang
tidak terpisahkan. Nilai terpenting dalam tingkat perkembangan ini adalah kesetiaan
absolut terhadap keluarga yang terdiri atas suami, istri, anak ( fidelity). Nilai fidelity ini
mencerminkan tingkat peradapan. Semakin rendah tingkat suatu peradapan,
pemuasan motivasi banal, seperti seksualitas semakin diutamakan. Semakin tinggi
tingkat peradapan nilai estetik dan kesetiaan semakin diutamakan. Karena itu, suatu
sistem sosial-budaya yang masih membenarkan poligami berarti masih berada dalam
tahap perkembangan semi-primitif.
Ego harus siap bila intimacy harus berakhir (perceraian,pasangan hidup
meninggal, dikhianati,dll). Karena pada usia inilah, manusia dapat hidup berpasangan.
Pada kehidupan suami istri, fungsi seksualitas terdiri atas seksualitas banal
(ketertarikan fisik) dan seksualitas estetik (ketertarikan berdasarkan sifat-sifat internal).
Fungsi seksualitas banal hanya penting pada usia produktif. Semakin dewasa usia
perkawinan, semakin tinggi usia kronologis, dan semakin tinggi tingkat peradapan
seseorang, kepentingan fungsi seksualitas estetik semakin bertambah. Pada tahap
dewasa, fungsi seksualitas estetik mendominasi fungsi seksualitas banal, dan pada
usia tua, fungsi seksualitas estetik merupakan satu-satunya fungsi seksualitas karena
fungsi biologis telah sangat menurun.

D. Diagnosa Keperawatan
Potensial (Normal): Potensial berhubungan akrab dengan orang lain
Resiko (Penyimpangan): Risiko isolasi sosial

xxxiv
E. Tindakan keperawatan
Menurut Keliat et.al (2011) tindakan keperawatan untuk perkembangan psikososial
dewasa muda bertujuan :
1. Dewasa Muda
a. Tujuan
1) Individu dewasa muda mampu memahami karakteristik perkembangan
psikososial yang normal dan menyimpang
2) Individu dewasa muda mampu memahami cara mencapai
perkembangan psikososial yang normal :
a) Berinteraksi dengan banyak orang termasuk lawan jenis
b) M empunyai pekerjaan
3) Individu dewasa muda mampu melakukan tindakan untuk mencapai
perkembangan psikososial yang normal
b. Intervensi
Tindakan keperawatan untuk perkembangan psikososial dewasa muda:
1) Diskusikan tentang perkembangan psikososial yang normal dan
menyimpang
2) Diskusikan cara mencapai perkembangan psikososial yang normal :
a) Menetapkan tujuan hidup
b) Berinteraksi dengan banyak orang termasuk lawan jenis
c) Berperan serta/ melibatkan diri dalam kegiatan di masyarakat
d) Memilih calon pasangan hidup
e) Menetapkan karier/pekerjaan
f) Mempunyai pekerjaan
3) motivasi dan berikan dukungan pada individu untuk melakukan tindakan
yang dapat memenuhi perkembangan psikososialnya.
2. Keluarga
a. Tujuan
1) Keluarga mampu memahami perilaku yang menggambarkan
perkembangan dewasa muda yang normal dan menyimpang
2) Keluarga mampu memahami cara menstimulasi perkembangan dewasa
muda
3) Keluarga mampu mendemonstrasikan tindakan untuk menstimulasi
perkembangan dewasa muda
4) Keluarga mampu merencanakan cara menstimulasi perkembangan
dewasa muda
b. Intervensi
1) Jelaskan kepada keluarga tentang perkembangan dewasa muda yang
normal dan menyimpang
2) Diskusikan dengan keluarga mengenai cara memfasilitasi
perkembangan psikososial dewasa muda yang normal
3) Latih keluarga untuk memfasilitasi perkembangan psikososial dewasa
muda yang normal

xxxv
DAFTAR PUSTAKA

Keliat,Budi Dkk.(2011).Manajemen keperawatan Psikososial dan Kader Kesehatan


Jiwa.Jakarta EGC
Stuart,(2009)Principle and Practice of Psychiatric Nursing .9th edition.Mosby
Suliswati Dkk.(2005).Konsep Dasar Keperawatan Kesehatan Jiwa .Jakarta EGC.
(2011).Draf Standard Asuhan Keperawatan Program Pendidikan Kekhususan
Keperwatan Jiwa Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia
Nurdin, A.E.(2011). Tumbuh kembang Perilaku Manusia. Cetakan I. Jakarta: Penerbit
Buku Kedokteran EGC.
Stolte, K.M. (2004). Diagnosa Keperawatan Sejahtera (Wellness Nursing Diagnosis) .
Cetakan 1. Jakarta: penerbit buku kedokteran EGC

LAPORAN PENDAHULUAN

xxxvi
ASUHAN KEPERAWATAN PERKEMBANGAN PSIKOSOSIAL
DEWASA PERTENGAHAN (25-60 TAHUN)
Generatity/Menyiapkan Generasi berikutnya Vs terhambat/Stagnasi

A. Pengertian Usia Dewasa Pertengahan


Individu yang berada pada rentang usia 25 s.d 65 tahun, dimana memiliki tugas
perkembangan yaitu memiliki identitas personal yang matang (fisik dan psikologis) di
dalam kehidupan keluarga, masyarakat, dan pekerjaan. Individu yang berada pada
usia dewasa lanjut (middle adulthood) berada pada rentang usia 25 s.d 65 tahun,
mencerminkan kemajuan dan pencapaian tujuan hidup yang sebelumnya ditetapkan.
Pernikahan, gaya hidup, anak, pekerjaan, dan kualitas hidup merupakan subjek yang
perlu dikaji dengan cermat. Stressor seperti perubahan didalam karir (promosi
jabatan, PHK. Perubahan jenis pekerjaan), perubahan didalam unit keluarga
(kematian, depresi, atau gangguan psikosomatis(Stuart & Sundeen, 1991; Townsend,
2008; Varcarolis, 2010).
Perkembanga individu dewasa adalah individu mampu terlibat dalam
kehidupan keluarga, masyarakat, pekerjaan dan mampu membimbing anaknya. Masa
dewasa ditandai dengan kebebasan pribadi, kestabilan keuangan dan interaksi sosial
yang baik karena pada masa ini individu mulai beranjak dewasa dan berkeluarga.
Individu dewasa akan menyadari bahwa tanggung jawab bertambah pada masa ini.
Kegagalan dalam mencapai kemampuan tersebut dapat menyebabkann
ketergantungan baik dalam pekerjaan maupun keuangan (Keliat.et.al, 2011).

B. Karakteristik Perilaku
1. Karakteristik perilaku normal
Karakteristik perilaku normal pada individu ditahap usia perkembangan dewasa
antara lain:
a. Membimbing dan menyiapkan generasi penerus
b. Memperhatikan kebutuhan orang lain/lingkungan
c. Kreatif (mampu mengambil alternatif penyelesaian masalah).
d. Produktif (dapat mengisi waktu luang dengan hal positif).
e. Menerima perubahan fisik dan psikologis
f. Menyesuaikan diri dengan orang tuanya yang sudah lanjut usia.
g. Menrasa nyaman dengan pasangannya
h. Menilai pencapaian hidupnya
2. Karakteristik perilaku menyimpang
a. Tidak dapat melakukan hal yang berguna
b. Bertindak sesuka hati/semaunya sendiri
c. Hanya memperhatikan diri sendiri
d. Kurang mempunyai keinginan bekerja dan berkeluarga
e. Tidak mempunyai komitmen pribadi

C. Proses Terjadi Masalah

xxxvii
Istilah generativity per definisi adalah membangung (establishing) dan
menuntun (guiding) generasi mendatang. Generativity adalah parameter peradapan
dan pengertiannya jauh lebih luas dari membesarkan dan mengasuh anak, yang
hanya merupakan sebagian dari generativity. Kita juga mengetahui bahwa kelompok,
institusi, bahkan bangsa terdiri dari individu-individu. Dalam cakupan institusi,
kelompok, atau bangsa, generativity berekspresi sebagai kaderisasi yang bersifat
estetik. Kita dapat menilai kematangan individu dari generativity, dengan mengetahui
apakah sang anak mewarisi beberapa keunggulan orang tuanya dan mampu
mengembangkan secara estetik dan bukan dari anggapan bahwa anak seseorang
dokter akan menjadi dokter juga yang bersifat banal. Kita dapat menilai kematangan
dari seseorang individu “Apakah yang telah dicapainya dapat menjadi titik tolak untuk
dikembangkan generasi mendatang yang bersifat estetik” dan bukan dari banyaknya
warisan yang ditinggalkan untuk keturunannya yang bersifat banal. Kita dapat menilai
kematangan suatu kelompok, institusi, atau bangsa dari berhasil tidaknya pencapaian
suatu bangsa pada era berikutnya yang bersifat estetik dan bukan dari gedung-
gedung yang ditinggalkan pada suatu era yang bersifat banal. Kita juga menilai
generativity dari nilai estetika budaya yang berlaku dalam suatu sistemn poendidikan
tinggi, yaitu orang yang lebih muda, tetapi lebih berprestasi secara akademis yang
mengacu pada sistem nilai dan bukan dari lama bekerja, pangkat kepegawaian, dan
hal-hal lain yang bersifat banal. Pada keadaan-keadaan tersebut, hanya terdapat dua
pikihan, generativity dan stagnasi. Kita dapat menilai tingkat peradaban individu atau
kelompok dari tingkat generativity. Bila individu, kelompok, institusi atau bahkan
bangsa mengalami stagnasi, berarti masih belum mencapai tingkat peradaban tinggi
atau bahkan tingkat peradabannya menurun atau mengalami dekadensi.

D. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Potensial (normal): Potensial untuk produktif
Risiko (penyimpangan): Risiko terjadi stagnasi/terhambat

E. TINDAKAN KEPERAWATAN
1. Dewasa
a. Tujuan
1) Individu dewasa mampu memahami perkembangan psikososial yang
normal dan menyimpang
2) Individu dewasa mampu memahami tindakan untuk mencapai
perkembangan psikososial yang normal
3) Individu dewasa mampu melakukan tindakan untuk mencapai
perkembangan psikososial yanng normal
b. Tindakan
1) Perkembangan yang normal: generativity/menyiapkan generasi berikutnya
a) Diskusikan dengan individu dewasa mengenai perkembangan
psikososial yang normal dan menyimpang
b) Diskusikan cara mencapai perkembangan psikososial yang normal
 Menerima proses penuaan dan perubahan peran yang terjadi di
keluarga

xxxviii
 Menikmati kebebasan dan kemandirian, seperti dapat mengatur
kegiatannya, melakukan hal-hal yang disenangi, membeli barang
yang disukai
 Berinteraksi dengan baik dan berbagi aktivitas rumah tangga dan
pasangan
 Memperluas dan memperbarui minat dan kesenangan.
 Melakukan aktivitas sampingan(hobi) yang diminati
c) Motivasi dan berikan dukungan untuk melakukan tindakan yang dapat
memenuhi perkembangan psikososial dewasa
d) Motivasi dan dorong dalam membimbing generasi berikutnya.
2) Penyimpangan perkembangan (Stagnasi/terhambat)
a) Diskusikan dengan individu dewasa mengenai penyebab hambatan
dalam mencapai tugas perkembangannya, seperti sakit
kronis/terminal, tugas perkembangan sebelumnya tidak tercapai,
perpisahan/kehilangan dalam keluarga
b) Diskusikan cara mengatasi hambatan tersebut
 Mengobati penyakit fisik yang dialami anggota keluarga
 Memenuhi tugas perkembangan anggota keluarga secara optimal
 Motivasi dan dampingi individu dalam menyelesaikan masalah
 Motivasi atau berikan dukungan pada individu untuk melakukan
tindakan yang dapat memenuhi perkembangan psikososialnya
2. Keluarga
a) Tujuan
1) Keluarga mampu menjelaskan perilaku yang menggambarkan
perkembangan individu dewasa yang normal dan menyimpang
2) Keluarga mampu menjelaskan cara memfasilitasi perkembangan
psikososial dewasa
3) Keluarga mampu memfasilitasi perkembangan psikososial dewasa
4) Keluarga mampu merencanakan tindakan untuk mencapai perkembangan
psikososial dewasa normal
b) Intervensi
1) Perkembangan yang normal (generativity/menyiapkan generasi
berikutnya)
a) Diskusikan dengan keluarga mengenai cara memfasilitasi
perkembangan individu dewasa yang normal
 Menerima proses penuaan dan perubahan peran yang terjadi di
keluarga
 Menikmati kebebasan dan kemandirian
 Berinteraksi dengan baik dan berbagi aktivitas rumah tangga
dengan pasangan
 Memperluas dan memperbarui minat dan kesenangan
 Melakukan aktivitas sampingan (hobi) yang diminati
b) Latih keluarga untuk memfasilitasi perkembangan psikososial individu
dewasa.

xxxix
2) Penyimpangan perkembangan (Stagnasi/terhambat)
a) Diskusikan dengan keluarga mengenai penyebab hambatan dalam
mencapai tugas perkembangannya saat ini, seperti tidak mencapai
tugas perkembangan sebelumnya, penyakit fisik, perpecahan
keluarga.
b) Diskusikan dengan keluarga mengenai cara menyelesaikan masalah
anggota keluarga dewasa.
c) Diskusikan dengan keluarga mengenai cara mengatasi hambatan
 Mengobati penyakit fisik yang dialami anggota keluarga.
 Memenuhi tugas perkembangan anggota keluarga secara optimal.
d) Diskusikan denga keluarga mengenai cara mencapai perkembangan
psikososial anggota keluarga dewasa.
 Menerima proses penuaan dan perubahan peran yang terjadi di
keluarga
 Menikmati kebebasan dan kemandirian
 Berinteraksi dengan baik dan berbagi aktivitas rumah tangga
dengan pasangan.
 Memperluas dan memperbarui minat dan kesenangan
 Melakukan aktivititas sampingan(hobi) yang diminati

DAFTAR PUSTAKA
Keliat,Budi Dkk.(2011).Manajemen keperawatan Psikososial dan Kader Kesehatan
Jiwa.Jakarta EGC
Stuart,(2009)Principle and Practice of Psychiatric Nursing .9th edition.Mosby
Suliswati Dkk.(2005).Konsep Dasar Keperawatan Kesehatan Jiwa .Jakarta EGC.
(2011).Draf Standard Asuhan Keperawatan Program Pendidikan Kekhususan
Keperwatan Jiwa Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia
Nurdin, A.E.(2011). Tumbuh kembang Perilaku Manusia. Cetakan I. Jakarta: Penerbit
Buku Kedokteran EGC.
Stolte, K.M. (2004). Diagnosa Keperawatan Sejahtera (Wellness Nursing Diagnosis) .
Cetakan 1. Jakarta: penerbit buku kedokteran EGC

xl
Laporan Pendahuluan
Diagnosa Keperawatan Sehat
POTENSIAL BERKEMBANGNYA INTEGRITAS DIRI (LANSIA)

A. Pengertian
Dalam perkembangan psikososial menurut Erickson, Lansia (> 65 tahun ke
atas) atau sering disebut Integrity versus despair/putus asa (Nurdin, 2011).
Perkembangan psikososial lanjut usia adalah tercapainya integritas diri yang utuh.
Pemahaman terhadap makna hidup secara keseluruhan membuat lansia berusaha
menuntun generasi berikutnya (anak dan cucunya) berdasarkan sudut pandangnya.
Lansia yang tidak mencapai integritas diri akan merasa putus asa dan menyesali
masa lalunya karena tidak merasakan hidupnya bermakna. Walaupun tidak ada
batasan yang pasti mengenai lanjut usia, beberapa gerontologist menggunakan
pembagian yang paling sederhana yaitu membagi lansia dalam 3 klasifikasi, yaitu
young old (60-74 thn), middle old (75-84 thn) dan old old (>85 thn) (Townsend, 2009).
Kita dapat bangga dengan keberhasilan yang telah dicapai, gembira dalam
masa bahagia, menerima kegagalan dan bangga karena berhasil mengatasinyanya,
dan yang terpenting kita memaafkan diri sendiri atas kesalahan dan dosa kita.
Dengan demikian, kita akan mencapai integritas. Bila sang maut datang, kita dapat
mengalami penyesalan dan kekecewaan karena merasa gagal dalam kehidupan.
Untul memperkuat integritas, keyakinan tentang tentang kehidupan di alam lain
setelah kematian diperlukan. Hal yang penting bukanlah ritual, melainkan
pemahaman konsep kita tentang entitas metafisika tersebut. Untuk mencapai
integritas tersebut, kita harus senantiasa berpikir positif, terlepas dari perbuatan-
perbuatan yang telah kita lakukan di masa silam (Nurdin, 2011). Tugas
perkembangan masa lansia adalah integritas ego, bagian dari tugas ini adalah
menerima apa yang telah dilakukan seseorang dengan bijak tanpa memperhatikan
masa sakit dan perjuangan yang terjadi sepanjang perjalanannya. Banyak
penyesuaian yang mungkin timbul yang menghasilkan dari masa pensiun, kematian
orang yang dicintai, penurunan kesehatan dan kekurangan penghasilan (Stolte,
2004).

B. Karakteristik Perilaku Perkembangan Lansia


Menurut Keliat (2011) Tugas perkembangan yang normal dari lansia adalah dapat
dicapainya integritas diri atau dicapainya keutuhan konsep diri
1. Mempunyai harga diri tinggi, atau tidak mempunyai penilaian yang negatif tentang
dirinyan sendiri
2. Menilai kehidupan yang dilalui adalah hal yang berarti
3. Menerima nilai dan keunikan orang lain dan menerima
4. Menyesuaikan kematian pasangan
5. Menyiapkan diri untuk menerima datangnya kematian
6. Melaksanakan kegiatan agama secara rutin
7. Merasa dicintai dan berarti dalam keluarga
8. Berpartisipasi dalam kegiaan sosial dan kelompok masyarakat
9. Menyiapkan diri ditinggalkan anak yang telah mandiri

xli
Tugas perkembangan yang menyimpang adalah putus asa (Keliat, et.al, 2011) antara
lain: Memandang rendah/menghina atau mencela orang lain, Merasa kehidupannya
selama ini tidak berarti, Merasakan kehilangan dan masih ingin berbuat banyak akan
tetapi takut tidak mempunyai waktu lagi
C. Diagnosa Keperawatan
Potensial (*Normal) : Potensial berkembangnya Integritas Diri
Risiko (Penyimpangan) : Risiko Keputusasaan

D. TINDAKAN KEPERAWATAN
1. Tujuan
a. Lansia dapat menyebutkan karakteristik perkembangan psikososial
yang normal dan menyimpang, merasa disayangi dan dibutuhkan
keluarganya dan mampu mengikuti kegiatan social dan keagamaan di
lingkungannya.
b. Lansia dapat menjelaskan cara mencapai perkembangan psikososial
yang normal dan merasa hidupnya bermakna.
c. Lansia mampu melakukan tindakan untuk mencapai perkembangan
psikososial yang normal.
2. Tindakan Keperawatan
Tindakan Keperawatan bagi Perkembangan Psikososial Lansia yang normal
(Integritas diri/keutuhan konsep dir)i
a. Jelaskan ciri perilaku perkembangan lansia yang normal dan menyimpang
b. Diskusikan cara yang dapat dilakukan oleh lansia untuk mencapai integritas
diri yang utuh :
1) Mendiskusikan makna hidup lansia selama ini
2) Melakukan life review (menceritakan kembali masa lalunya, terutama
keberhasilannya)
3) Mendiskusikan keberhasilan yang telah dicapai lansia
4) Mengikuti kegiatan sosial di lingkungannya
5) Melakukan kegiatan kelompok
c. Bimbing lansia membuat rencana kegiatan untuk mencapai integritas diri
yang utuh.
d. Motivasi lansia untuk menjalankan rencana yang telah dibuatnya
Tindakan Keperawatan bagi perkembangan Psikososial yang menyimpang
(keputusasaan) antara lain:
a. Diskusikan penyebab dan hambatan dalam mencapai tugas perkembangan
lansia seperti adanya penyakit dan putus asa
b. Diskusikan cara mengatasi hambatan dan motivasi keinginan lansia untuk
mengobati penyakitnya fisik yang dialaminya
c. Bantu lansia bersosialisasi secara bertahap
d. Fasilitasi untuk ikut kegiatan kelompok lansia
Keluarga
a. Tujuan
1) Keluarga dapat menjelaskan perilaku lansia yang menggambarkan
perkembangan psikososial yang normal dan menyimpang

xlii
2) Keluarga dapat menjelaskan cara memfasilitasi perkembangan
psikososial lansia
3) Keluarga melakukan tindakan untuk memfasilitasi perkembangan
psikososial lansia
4) Keluarga merencanakan stimulasi untuk mengembangkan kemampuan
psikososial lansia
b. Tindakan Keperawatan
Tindakan Keperawatan bagi Perkembangan Psikososial Lansia yang normal
(Integritas diri/keutuhan konsep diri:i
1) Jelaskan perkembangan psikososial yang normal dan menyimpang
pada keluarga
2) Mendiskusikan cara memfasilitasi perkembangan psikososial lansia
yang normal dengan keluarga
a) Bersama lansia mendiskusikan makna hidupnya selama ini
b) Mendiskusikan keberhasilan yang telah dicapai lansia
c) Mendorong lansia untuk mengikuti kegiatan sosial (arisan,
menengok yang sakit, dll) di lingkungannya
d) Mendorong lansia untuk melakukan kegiatan kelompok.
e) Mendorong lansia untuk melakukan life review (menceritakan
kembali masa lalunya terutama keberhasilannya)
3) Melatih keluarga untuk memfasilitasi perkembangan psikososial lansia
4) Membuat stimulasi perkembangan psikososial lansia
Tindakan Keperawatan bagi Perkembangan Psikososial Lansia yang
menyimpang (keputusasaan)
1) Diskusikan dengan keluarga mengenai penyebab hambatan dalam
mencapai tugas perkembangan lansia saat ini, seperti penyakit fisik
2) Motivasi dan dampingi keluarga dalam menyelesaikan masalah
tersebut
3) Diskusikan cara mengatasi hambatan tersebut dengan cara mengobati
penyakit fisik yang dialami dan memenuhi tugas perkembangan secara
optimal
4) Diskusikan cara mencapai tugas perkembangan psikososial lansia

xliii
DAFTAR PUSTAKA

Potter, Patricia A. and Perry, Anee G. (1985). Fundamentals of Nursing concept, process,
and practice. St. Louis : The C.V. Mosby Compan
Spesialis Jiwa FIK 2005-2007 dan tim pengajar spesialis jiwa (2008). Draft Standar
Asuhan Keperawatan Program Spesialis Jiwa. Jakarta : Progaram Magister
Keperawatan Jiwa FIK UI
Stolte, K. (2004), Diagnosa Keperawatan Sejahtera. Jakarta: EGC.
Stuart. (2009). Principles and Practice of Psychiatric Nursing. 9th ed. Canada: Mosby
Elsevier.
Townsend. (2009). Psychiatric Mental Health Nursing. 6th ed. Philadelphia : FA Davis
Company.

Kelia, B.A, Helena, N dan Farida, P. (2011). Manajemen Keperawatan Psikosial & Kader
Kesehatan Jiwa. Cetakan I, Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC

xliv

Anda mungkin juga menyukai