Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

ASUHAN KEPERAWATAN LEPRA

DISUSUN OLEH :

1. ASLAMI ANALIYA (21115054)

2. TUNAK MEYLA TIARA (21115067)

3. DIAN APRIANI (21115074)

4. JULIAN ROBIANSYAH (21115076)

5. MARINA ARFA (21115081)

6. RIANDINI PANDANSARI (21115089)

7. ITA RIANI (21115092)

8. ARIE NUGRAHA (21115097)

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

STIKes MUHAMMADIYAH PALEMBANG

TAHUN 2016-2017

1
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah puji syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT karena atas Berkat

Rahmat dan Ridho-Nya bisa menyelesaikan Makalah Sistem integumen tentang asuhan

keperawatan infeksi bakteri lepra dapat terselesaikan tepat pada waktunya.

Dalam penyusunan makalah ini mungkin masih terdapat kekurangan, maka dengan

ikhlas penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari semua pihak

demi kesempurnaan makalah ini.

Penyusunan makalah ini tidak akan terlaksana dengan baik tanpa bantuan, bimbingan

serta saran dari dosen pembimbing mata kuliah dan semua pihak yang telah membantu

kelancaran dalam penyusunan makalah ini.

Semoga Allah SWT membalas dan melimpahkan Rahmat serta Hidayah-Nya dan

menjadikannya sebagai amal jariyah. Akhirnya semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi

pembangunan ilmu pendidikan dan ilmu kesehatan serta bagi semua yang membacanya.

Aamiin.

Palembang, oktober 2017

Kelompok 4

2
DAFTAR ISI

Halaman Judul .............................................................................................................1

Kata Pengantar.............................................................................................................2

Daftar Isi ........................................................................................................................

BAB I: Pendahuluan

A. Latar Belakang ..................................................................................................5

B. Rumusan Masalah ............................................................................................ 5

C. Tujuan ..............................................................................................................6

BAB II: Pembahasan

1. Definisi penyakit leprae (kusta) ............................................................................7

2. Etiologi leprae (kusta) .......................................................................................... 7

3. Klasifikasi leprae (kusta) .....................................................................................8

4. Tanda dan Gejala leprae (kusta) ...........................................................................8

5. Patofisiologi leprae (kusta) ...................................................................................9

6. Pemeriksaan Diagnostik leprae (kusta) .............................................................. 10

7. Penatalaksanaan leprae (kusta) ...........................................................................10

8. Asuhan Keperawatan leprae (kusta) ...................................................................16

BAB III: Penutup

Kesimpulan ..................................................................................................................... 17

Saran ................................................................................................................................ 17

DAFTAR PUSTAKA

3
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Penyakit kusta adalah salah satu penyakit menular yang menimbulkan masalah

yang sangat kompleks, tidak hanya dari segi medis (misalnya penyakit atau kecacatan

fisik), tetapi juga meluas sampai masalah sosual dan ekonomi. Disamping itu, ada stigma

negatif dari masyarakat yang mengatakan penyakit kusta adalah penyakit yang

menakutkan, bahkan ada beberapa masyarakat yang menganggap penyakit ini adalah

penyakit kutukan. Ini karena dampak yang ditimbulkan dari penyakit tersebut cukup

parah, yaitu adanya deformitas / kecacatan yang menyebabkan perubahan bentuk tubuh.

Kusta (Lepra atau morbus hansen) adalah penyakit kronis yang disebabkan oleh

infeksi mycobacterium leprae (Kapita Selekta Kedokteran UI, 2000). Penyakit kusta

adalah penyakit menular yang menahun dan disebabkan oleh kuman kusta

(Mycobacterium leprae ) yang menyerang saraf tep, kulit, dan jaringan tubuh lainnya

(Departemen Kesehatan, Dit.Jen PPM & PL, 2002).

Angka kejadian penyakit kusta cukup tinggi dan menyerang beberapa negara.

Pada tahun 2000, WHO menyatakan 91 negara merupakan endemik penyakit kusta. Di

Indonesia, penderitas kusta terdapat hampir di seluruh daerah dengan penyebaran yang

tidak merata. Angka kejadian penyakit kusa tertinggi ada di wilayah Indonesia bagian

timur. Mayoritas penderita (90%) tinggal di antara keluarga mereka dan hanya beberapa

pasien saja yang tinggal di rumah sakit kusta, koloni penampungan, atau perkampungan

kusta (Departemen Kesehatan, Dit.Jen PPM & PL, 2002).

4
Tenaga kesehatan, khususnya keperawatan, harus dapat membantu menyelesaikan

masalah yang ditimbulkan peyakit ini agar klien yang mnederita penyakit kusta dapat

sembuh dan terhindar dari kecacatan lebih lanjut. Oleh karena itu, tindakan promotif,

pencegahan, pengobatan, sera pemulihan kesehatan untuk penyakit kusta perlu

diperhatikan dan dilaksanakan.

Dalam bab ini, kita akan mempelajari definisi, penyebab / etiologi, patofisiologi,

gejala klinisi, pentalaksanaan, dan asuhan keperawatan.

B. RUMUSAN MASALAH

1. Apa yang dimaksud dengan penyakit lepra (kusta) ?

2. Apa penyebab dari penyakit lepra (kusta) ?

3. Bagaimana klasifikasi penyakit lepra (kusta) ?

4. Apa saja tanda dan gejala penyakit lepra (kusta) ?

5. Bagaimana patofisiologi dari penyakit lepra (kusta) ?

6. Bagaimana pemeriksaan diagnostik dari penyakit lepra (kusta) ?

7. Bagaimana penatalaksanaan dari penyakit lepra (kusta) ?

8. Bagaimana asuhan keperawatan pada penyakit lepra (kusta) ?

C. TUJUAN

1. Mahasiswa mampu memahami tentang penyakit lepra (kusta).

2. Mahasiswa mampu memahami penyebab dari penyakit lepra (kusta).

3. Mahasiswa mampu memahami klasifikasi penyakit lepra (kusta).

4. Mahasiswa mampu memahami tanda dan gejala penyakit lepra (kusta).

5. Mahasiswa mampu memahami patofisiologi dari penyakit lepra (kusta).

5
6. Mahasiswa mampu memahami pemeriksaan diagnostik dari penyakit lepra (kusta).

7. Mahasiswa mampu memahami penatalaksanaan dari penyakit lepra (kusta).

8. Mahasiswa mampu memahami asuhan keperawatan pada penyakit lepra (kusta).

6
BAB II

PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN

Kusta merupakan penyakit infeksi yang kronik, dan penyebabnya ialah

mycobacterium leprae yang bersifat intraseluler obligat. Saraf perifer sebagai afinitas

pertama, lalu kulit dan mukosa traktus respiratosius bagian atas, kemudian dapat ke organ

lain kecuali susunan saraf pusat. (Djuanda Adhi, 2010)

B. ETIOLOGI

Penyebab penyakit kusta adalah mycobacterium leprae yang merupakan bakteri tahan

asam, bersifat obligat intraseluler, yang ditemukan oleh G. A Hansen. Cara penularan

yang pasti belum diketahui, tetapi menurut sebagian ahli, kusta menular melalui saluran

pernapasan (inhalasi) dan kulit (kontak langsung yang lama dan erat.

Timbulnya penyakit kusta pada seseorang tidak mudah sehingga tidak perlu ditakuti.

Hal ini bergantung pada beberapa faktor, antara lain :

1. Patogenitas kuman penyebab

2. Cara penularan

3. Keadaan sosial ekonomi

4. Hygiene dan sanitasi

5. Varian genetik yang berhubungan dengan kerentanan

6. Sumber penularan

7. Daya tahan tubuh

7
C. KLASIFIKASI

Menurut WHO, kusta dibagi menjadi multibasiler dan paulibasiler.

1. Multibasiler (MB)

Berarti mengandung banyak basil. Tipenya adalah BB, BL, dan LL

2. Pausibasiler (PB)

Berarti mengandung sedikit basil. Tipenya adalah TT, BT, dan I

D. MANIFESTASI KLINIS

1. Becak kulit berbentuk seperti koin dimana pada tempat bercak tersebut hilangnya atau

berkurangnya kemampuan untuk merasakan sensasi sentuhan, nyeri, panas atau dingin

(mati rasa)

2. Hilangnya kemampuan saraf yang terkena infeksi untuk merasakan sensasi di kulit

3. Lemas dan kelemahan otot

4. Berubahnya kulit menjadi lebih tebal (pada kusta lanjut)

5. Kulit kering

6. Mengalami demam atau panas tinggi

7. Mengalami kerontokan pada alis rambut

8
E. PATOFISIOLOGI

Microbacterium lepra

Menyerang saraf perifer dan kulit

Gangguan fungsi saraf tepi

Lesi pada kulit

Lepra

Tangan dan kaki Tangan & kaki lemah Gangguan kelenjar


kurang rasa / lumpuh keringat,kelenjar minyak,dan
aliran darah

luka Jari bengkok/kuku


Kulit kering/pecah dan
kemerahan
Mutilasi absorbsi Hambatan
tulang mobilitas fisik
Benjolan-benjolan kecil
Gangguan citra diseluruh tubuh
tubuh

Kerusakan integritas kulit

9
F. PEMERIKSAAN PENUNJANG

1. Tes sensilibilitas pada kulit yang mengalami kelainan

2. Laboratorium : basil tahan asam. Diagnosa pasti apabila adanya mati rasa dan kuman

tahan asam pada kulit yang (+) (positif)

3. Pengobatan kusta/lepra lamanya pengobatan tergantung dari berbagai jenis kusta

leprotamus pengobatan minimal 10 tahun, obat yang diberikan Dapsone (DSS) (dosis

2 x seminggu)

G. PENATALAKSANAAN

1. Beri penjelasan pada penderita tentang tindakan yang akan dilakukan.

2. Korek septum nasi dengan oese untuk mendapatkan sekret hidung (tindakan ini sudah

jarang dilakukan karena tidak nyaman untuk penderita).

3. Kerokan dihasilkan dengan membuat irisan dangkal dengan skalpel pada cuping

telinga yang sebelumnya di desinfeksi dengan kapas alkohol kemudian dijepit dengan

jari sehingga pucat.

4. Korokan yang dihasilkan setelah mengadakan irisan dangkal dengan skalpel pada lesi

(makula) yang sebelumnya dijepit dengan pinset sampai pucat.

5. Luka sayatan cukup ditekan dengan kapas steril yang kering untuk menghentikan

perdarahan.

10
8. ASUHAN KEPERAWATAN

A. PENGKAJIAN

a. Biodata

Kaji secara lengkap tentang umur, penyakit kusta dapat menyerang semua usia,

jenis kelamin; rasio pria dan wanita 2,3:1,0. Paling sering terjadi pada daerah dengan

sosial-strip ekonomi yang rendah dan insidennya meningkat pada daerah tropis atau

sub tropis. Kaji pula secara lengkap jenis pekerjaan klien untuk mengetahui tingkat

sosial-ekonomi, resiko trauma pekerjaan, dan kemungkinan kontak dengan penderita

kusta.

b. Keluhan Utama

Pasien sering datang ke tempat pelayanan kesehatan dengan keluhan adanya

bercak putih yang tidak terasa atau datang dengan keluhan kontraktur pada jari-jari.

c. Riwayat penyakit sekarang

Pada saat melakukan anamnesis pada pasien, kaji kapan lesi atau kontraktur

tersebut timbul, sudah berapa lama timbulnya, dan bagaimana proses perubahannya,

baik warna kulit maupun keluhan lainnya. Pada beberapa kasus, ditemukan keluhan,

gatal, nyeri, panas atau rasa tebal. Kaji juga apakah klien pernah menjalani

pemeriksaan laboratorium. Ini penting untuk mengetahui apakah klien pernah

menderita penyakit tersebut sebelumnya. Pernahkah klien memakai obat kulit yang

dioles atau diminum? pada beberapa kasus, reaksi obat juga dapat menimbulkan

perubahan warna kulit dan reaksi alergi yang lain. Perlu juga ditanyakan apakah

keluhan ini pertama kali dirasakan. Jika sudah, obat apa yang diminum? Teratur atau

tidak?

11
d. Riwayat penyakit dahulu.

Salah satu faktor penyebab penyakit kusta adalah daya tahan tubuh yang menurun.

Akibatnya, M. Leprae dapat masuk ke daam tubuh. Oleh karena itu, perlu dikaji

adakah riwayat penyakit kronis atau penyakit lain yang pernah diderita.

e. Riwayat penyakit keluarga.

Penyakit kusta ukan penyakit turunan, tetapi jika anggota keluarga atau tetangga

menderita penyakit kusta, risiko tinggi tertular sangat mungkin terjadi. Perlu dikaji

adakah anggita keluarga lain yangmenderita atau memiliki keluhan yang sama, baik

yang masih hidup maupun sudah meninggal.

f. Riwayat psikososial.

Kusta terkenal sebagai penyakit yang menakutkan dan menjijikan. Ini disebabkan

adanya deformitas atau kecacatan yang ditimbulkan. Oleh karena itu, perlu dikaji

bagaimana konsep diri klien dan respons masyarakat di sekitar klien.

g. Kebiasaan sehari-hari.

Pada saat melakukan anamnesis tentang pola kebiasaan sehari-hari, perawat perlu

mengkaji status gizi, pola makan / nutrisi klien. Hal ini sangat penting karena faktor

gizi berkaitan erat dengan sistem imun. Apabila sudah ada deformitas atau kecacatan,

maka aktivitas dan kemampuan klien dalam menjalankan kegiatan sehari-hari dapat

terganggu.

h. Pemeriksaan fisik

Seperti pada kasus yang lain, pemeriksaan fisik harus dilakukan secara

menyeluruh tidak hanya terbatas pada lesi saja. Kelenjar regional juga harus diperiksa

karena pada penderita kusta dapat pula ditemukan adanya pembesaran beberapa

kelenjar limfe. Pemeriksaan fisik dapat dilakukan denagan cara inpeksi,palpasi dan

12
pemeriksaan sederhana menggunakan jarum, kapas, tabung reaksi (masing-masing

dengan air panas dan es), pensil tinta dan sebagaiya.

Inpeksi dilakukan untuk menetapkan ruam yang ada pada kulit. Biasanya dapat

ditemukan adanya macula hipopigmentasi/ hiperpigmentasi dan eritematosa dengan

permukaan yang kasar atau licin denga batas yang kurang jelas atau jelas, bergantung

pada tipe yang diderita. Pada tipe tuber kuloid, dapat ditemukan gangguan saraf kulit

yang disertai dengan penebalan serabut saraf, nyeri akibat peradangan atau reaksi

fibrosis,anhidrasis, dan kerontokan rambut (sering dijumpai pada rambut asli dan bulu

mata).

Pada kusta tipe repromatus , dijumpai hidung pelana dan wajah singa(lionin face).

Selain itu, ada pula kelainan otot berupa atrofi distese otot di yang di tandai dengan

keumpuhan otot otot, diikuti kekakuan, sendi atau kontraktur sehingga terjadi clow

hean , drop put, dan drop hean, kelainan pada tulang dapat berupa osteomilitis dan

resopsi tulang yang mengakibatkan pemendakan dan kerusakan tulang( ujung

bengkok),terutama jari jari tangan dan kaki.

Pada penderita kusta, dapat juga ditemukan kelain pada mata akibat kelumpuhan

m.orbicularis aulisehingga terjadi lago pthalamus atau mata tidak dapat dipejam kan,

akibatnya mata menjadi kering dan berlanjut pada keratitis,ulkus

kornea,iritis,iridosikilitik dan berahir dengan kebutaan.

Pada testis dapat terjadi patrofi yang mengakibatkan ginekomastia. Kecatatan

yang seringa diderita oleh penderita kusta disebabkan kerusakan fungsi saraftepi dan

neuritis waktu terjadi reaksi kusta, juga cidera pada anesthesia.

13
B. ANALISA DAN DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan perubahan citra tubuh terhadap lesi pada

kulit.

2. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan kontraktur otot dan kaku sendi.

3. Kerusakan integritas kulit b.d kelembapan

C. INTERVENSI

No Diagnosa NOC / Tujuan NIC/ Intervensi

Keperawatan

1 Gangguan citra Tujuan:  Kaji secara verbal dan non

tubuh b.d  Body image verbal respon klien terhadap

perubahan citra  Self esteem tubuhnya

tubuh terhadap Kriteria hasil:  Monitor frekuensi

lesi pada kulit.  Body image positif mengkritik dirinya

 Mampu mengindetifikasi  Jelaskan tentang

kekuatan personal pengobatan, perawatan,

 Mendriskripsikan secara kemajuan dan prognosis

faktual perubahan fungsi penyakit

tubuh  Dorong klien

 Mempertahankan interaksi mengungkapkan

sosial perasaannya

 Identifikasi arti

pengurangan melalui

pemakaian alat bantu.

14
2 Hambatan Tujuan :  Monitor TTV

mobilitas fisik  Joint movement : aktive sebelum/sesudah latihan

b.d kontraktur  Mobility level dan lihat respon pasien saat

otot dan kaku  Self care : ADLs latihan

sendi.  Tranfer performance  Konsultasikan dengan

Kriteria hasil : terapi fisik tentang rencana

 Klien meningkat dalam ambulasi sesuai dengan

aktivitas fisik kebutuhan

 Mengerti tujuan dalam  Ajarkan pasien tentang

peningkatan mobilitas teknik ambulasi

 Mengungkapkan perasaan  Kaji kemampuan pasien

secara lisan dalam dalam mobilisasi

meningkatkan kekuatan dan  Latih pasien dalam

kemampuan berpindah. pemenuhan kebutuhan

ADLs secara mandiri sesuai

kemampuan

3 Kerusakan Tujuan : perawatan luka :

integritas kulit -Integritas jaringan -monitor karakteristik

b.d kelembapan :kulit&membran mukosa : luka,termasuk

Kriteria hasil : drainase,warna,ukuran,dan

-tekstur bau.

-ketebalan -berikan balutan yang sesuai

-perfusi jaringan dengan jenis luka

-integritas kulit -pertahankan teknik balutan

15
-lesi pada kulit steril ketika melakukan

perawatan luka,dengan tepat

-periksa luka setiap kali

balutan

D. IMPLEMENTASI

Implementasi keperawatan merupakan tindakan yang dilaksanakan sesuai dengan

prioritas diagnosa sesuai kebutuhan pasien. Tindakan dilaksanakan berdasarkan intervensi

keperawatan yang telah disusun dari hasil pengkajian dan analisa data. Implementasi

keperawatan berfokus pada pencapaian tujuan, intervensi dengan batas waktu yang telah

ditentukan.

E. EVALUASI

Evaluasi mengidentifikasii kriteria hasil untuk mengukur keberhasilan,

mengumpulkan data sesuai dengan kriteria hasil yang telah ditetapkan, mengevaluasi

pencapaian tujuan dengan membandingkan data yang dikumpulkan dengan kriteria, lalu

memodifikasi rencana keperawatan bila tujuan belum tercapai.

BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

16
Kusta merupakan penyakit infeksi yang kronik, dan penyebabnya ialah

mycobacterium leprae yang bersifat intraseluler obligat. Saraf perifer sebagai afinitas

pertama, lalu kulit dan mukosa traktus respiratosius bagian atas, kemudian dapat ke

organ lain kecuali susunan saraf pusat.

B. SARAN

Dengan adanya makalah ini diharapkan mahasiswa mampu memahami tentang

penyakit lepra dan mampu melaksanakan pemberian asuhan keperawatan pada pasien

lepra yang berkualitas.

17
DAFTAR PUSTAKA

Nurarif, Amin Huda dan Hardhi Kusuma. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan

Diagnosa Medis & Nanda Nic-Noc Jilid 2. Jogjakarta: Mediaction.

Loetfia Dwi Rahariyani ; editor, Eka Anisa Mardella, Monica Ester. 2007. Buku Ajar Asuhan

Keperawatan Klien Gangguan Sistem Integumen. Jakarta : EGC

Internasional, NANDA. 2015.Diagnosis keperawatan definisi dan klasifikasi 2015-2017 edisi

10. Jakarta : EGC.

M.Bulechek, Gloria, Dkk. 2016.nursing intervisions classification edisi keenam. Indonesia :

ELSEVIER.

Moorhead, Sue, Dkk.2016.Nursing outcomes classification edisi kelima. Indonesia :

ELSEVIER

18

Anda mungkin juga menyukai