Anda di halaman 1dari 12

PROPOSAL HOME VISITE

“PERAN KELUARGA DALAM MERAWAT PASIEN DENGAN GANGGUAN


JIWA HALUSINASI”

Disusun Oleh :
Tri Hasida Sari, S.Kep
21217086

Pembimbing Akademik : Suzanna, S.Kep., Ns., M.Kep


Pembimbing Lahan : Bahori, S.Kep., Ns., M.Kes

PROGRAM PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
MUHAMMADIYAH PALEMBANG
2018
PRE - PLANNING

Home visite adalah suatu kegiatan kunjungan rumah dimana petugas yang
akan ditugaskan akan mengunjungi rumah klien dengan tujuan untuk mendapatkan
informasi dari keluarga kemudian memvalidasi data yang telah dicapai. Selain itu
membantu keluarga dengan memberikan informasi tentang hal-hal yang berkaitan
dengan perawatan keluarga pada klien khususnya perawatan di rumah.
Kunjungan rumah atau home visite pada keluarga klien yang sedang dirawat
atau pernah di rawat di rumah sakit Dr. Ernaldi Bahar Palembang merupakan salah
satu bentuk tindakan keperawatan yang bertujuan memperdayakan keluarga sehingga
keluarga dapat melakukan perawatan klien dirumah.
Adapun kegiatan kunjungan rumah ini berdasarkan surat izin yang
dikeluarkan oleh Kepala Rumah Sakit Dr. Ernaldi Bahar Palembang. Adapun
kegiatan kunjungan ini saya :
Nama : Tri Hasida Sari
Program : Profesi Ners
Institusi : STIKes Muhammdiyah Palembang
Akan mengadakan kunjungan rumah pada keluarga klien yang bernama
Ny”N” yang beralamatkan di Jln. Kolonel Atmo, Lr. Bukit Asam no 5028 RT 14/ RW
05 17 Ilir Palembang. Kunjungan rumah akan dilakukan pada tanggal 13 Januari
2017 yang sebelumnya sudah melakukan kontrak dengan keluarga.
Setelah dilakukan kunjungan rumah pada Tn.”H” diharapkan keluarga
memahami penjelasan yang diberikan oleh perawat dan mampu melakukan perawatan
klien di rumah.
PROPOSAL KUNJUNGAN RUMAH (HOME VISITE)

A. Identitas Pasien
Nama : Ny “N”
Umur : 64 Tahun
Jenis Kelamin : perempuan
Agama : Islam
Pendidikan : SMP
Status : Belum Menikah
Tanggal Masuk : 28 Desember 2017
No. RM : 53.xx.xx
Dx. Medis : Halusinasi
Alamat : Jln. Kolonel Atmo, Lr. Bukit Asam no 5028 RT 14/
RW 05 17 Ilir Palembang

Kunjungan rumah akan dilakukan pada :


Nama : Ny “Y”
Pekerjaan : Swasta
Alamat : Jln. Kolonel Atmo, Lr. Bukit Asam no 5028 RT 14/
RW 05 17 Ilir Palembang
HP : 0821 7953 9235

B. Tujuan Kunjungan Rumah


1. Tujuan Umum
Keluarga dapat memahami dan berperan aktif dalam merawat klien
selama di rumah setalah pulang dari RS.
2. Tujuan Khusus
a. Memberikan informasi tentang perkembangan klien
b. Memvalidasi dan melengkapi data yang diperoleh dari klien dan
dokumentasi medik tentang :
1) Riwayat keluarga
2) Riwayat perkembangan
3) Faktor predisposisi
4) Genogram
5) Alasan masuk RS
c. Melakukan pengkajian tentang pengetahuan keluarga tentang cara
merawat klien dengan Halusinasi
d. Melakukan implementasi terkait dengan diagnosa yang belum dilakukan.
e. Mengetahui situasi pendukung keluarga apabila klien pulang
f. Mengetahui persiapan keluarga apabila klien pulang
g. Memberikan pendidikan kesehatan kepada keluarga tentang masalah
keperawatan klien terkait dengan Halusinasi
h. Mengetahui dan mengoptimalkan 5 fungsi keluarga :
1) Keluarga dapat mengenal masalah pada klien dengan Halusinasi
2) Keluarga dapat mengambil keputusan untuk berperan aktif dalam
merawat klien selama dirumah
3) Keluarga dapat merawat anggota keluarga dengan gangguan jiwa
4) Keluarga dapat memodifikasi lingkungan rumah dalam merawat klien
5) Keluarga dapat memanfaatkan fasilitas kesehatan yang ada

C. Rencana Tindakan Keperawatan


1. Fase Orientasi
a. Mengucapakan salam
b. Memperkenalkan nama
c. Menyampaikan tujuan kunjungan rumah: keluaraga dapat memahami dan
berperan aktif dalam merawat klien setelah pulang kerumah berdasarkan
asuhan keperawatan
d. Mengkaji atau memvalidasi data
1) Kondisi klien saat di rumah
2) Perasaan atau sikap keluarga terhadap klien
3) Sikap masyarakat atau lingkungan sosial terhadap klien
4) Status sosial ekonomi keluarga
5) Apa yang dilakukan keluarga terhadap perilaku klien
6) Genogram keluarga
e. Membuat kontrak
Topik : Peran Serta Keluarga Pada Klien Dengan Halusinasi
Waktu : Sabtu, 13 Januari 2017
2. Fase Kerja
Diagnosa Keperawatan : Halusinasi
Tujuan : Klien mendapatkan dukungan keluarga dalam mengontrol
penyakitnya
- Bina hubungan saling percaya dengan keluarga
- Mendiskusikan kepada keluarga tentang cara mengidentifikasi halusinasi,
cara menghardik halusinasi, bercakap-cakap dengan orang lain, melatih
mengontrol halusinasi dengan kegiatan dan klien patuh minum obat
- Keluarga membantu klien mengidentifikasi halusinasi dan cara
menghadik halusinasi bercakap-cakap dengan orang lain, melatih
mengontrol halusinasi dengan kegiatan dan klien patuh minum obat
- Keluarga memotivasi klien untuk melakukan kegiatan yang sudah dilatih
dan memberi pujian atas keberhasilan pasien
- Keluarga mampu menilai perkembangan perubahan kemampuan klien
- Keluarga mengingatkan dan memotivasi pasien untuk minum obat secara
teratur sesuai petunjuk dokter

3. Fase Terminasi
a. Evaluasi subjektif :
Menanyakan perasaan keluarga setelah dikunjungi petugas
b. Evaluasi Objektif :
Keluarga mengungkapakan kembali hala-hal yang sudah disampaikan
tentang Halusinasi
c. Tindak lanjut :
Kesepakatan keluarga terlibat didalam asuhan keperawatan klien di RS
dan di rumah:
- Klien akan diperlakukan seperti anggota keluarga yang sehat
- Klien akan diberi aktivitas dan bersosialisasi dengan orang lain.
SATUAN ACARA PENYULUHAN

Hari/tanggal : Sabtu, 13 Januari 2017


Pokok Bahasan : Peran Serta Keluarga Pada Klien Dengan Halusinasi
Pukul : 09.00-10.00 WIB
Sasaran : Keluarga Klien
Alokasi Waktu: 60 menit
Tempat : Rumah Keluarga Klien

1. Tujuan Umum

Pada akhir proses penyuluhan, keluarga penyuluhan dapat mengetahui


tentang peran serta keluarga pada klien dengan halusinasi

2. Tujuan Khusus
Setelah diberikan penyuluhan diharapkan keluarga dapat :
a. Menjelaskan tentang pengertian halusinasi
b. Menjelaskan tentang tanda dan gejala halusiansi
c. Menjelaskan tentang penyebab halusinasi
d. Menjelaskan tentang cara mengatasi halusinasi
e. Menjelaskan tentang peran keluarga dalam mengatasi halusiansi

3. Materi
1) Pengertian halusinasi
2) Tanda dan gejala halusinasi
3) Penyebab halusinasi
4) Cara mengatasi halusiansi

5) Peran keluarga dalam mengatasi.

4. Metode
1) Ceramah

2) Diskusi / tanya jawab

5. Media
1) Leaflet
2) Flipchart

6. Jadwal Pelaksanaan

KEGIATAN KEGIATAN
NO TAHAP WAKTU
PENYULUHAN PESERTA
1 Pembukaan 5 menit a. Mengucapkan Menjawab salam dan
salam mendengarkan
b. Memperkenalkan
diri
c. Menjelaskan tujuan
dari penyuluhan
d. Melakukan kontrak
waktu
e. Menyebutkan
materi penyuluhan
yang akan
diberikan

2 Pelaksanaan 15 enit a. Menjelaskan a. Mendengarkan


tentang pengertian dan
halusinasi memperhatikan
b. Menjelaskan b. Bertanya tentang
tentang tanda dan materi yang
gejala halusiansi kurang jelas.
c. Menjelaskan
tentang penyebab
halusinasi
d. Menjelaskan
tentang cara
mengatasi
halusinasi
e. Menjelaskan
tentang peran
keluarga dalam
mengatasi
halusiansi

3 Evaluasi 5 menit Menanyakan pada Menjawab dan


keluarga klien tentang menjelaskan
materi yang diberikan pertanyaan
dan reinforcement
kepada keluarga pasien
bila dapat menjawab
dan menjelaskan
kembali pertanyaan
atau materi.
4 Penutup 5 menit a. Mengucapkan Menjawab salam
terima kasih
b. Mengucapkan
salam

7. Evaluasi
1) Evaluasi Proses
a. Keluarga memperhatikan terhadap materi penyuluhan.
b. Keluarga bertanya tentang materi penyuluhan.
c. Keluarga mengajukan pertanyaan dan menjawab pertanyaan secara benar.
2) Evaluasi Hasil
Keluarga dapat menjawab pertanyaan yang diajukan tentang halusinasi.
MATERI PENYULUHAN

PERAN KELUARGA
DALAM MENCEGAH KEKAMBUHAN
PENDERITA GANGGUAN JIWA DENGAN HALUSINASI
DI RUMAH

A. Pengertian Halusinasi
Halusinasi adalah terjadinya persepsi dalam kondisi sadar tanpa
adanyarangsang nyata terhadap indera. Kualitas dari persepsi itu dirasakan
olehpenderita sangat jelas, substansial dan berasal dari luar ruang nyatanya.
Definisi ini dapat membedakan halusinasi dengan mimpi, berkhayal, ilusidan
pseudohalusinasi (tidak sama dengan persepsi sesungguhnya, namun tidak dalam
keadaan terkendali). Contoh dari fenomena ini adalah dimana seseorang
mengalami gangguan penglihatan, dimana ia merasa melihat suatu objek, namun
indera penglihatan orang lain tidak dapat menangkap objek yang sama.
Halusinasi juga harus dibedakan dengan delusi pada persepsi, dimana
indera menangkap rangsang nyata, namun persepsi nyata yang diterimanya itu
diberikan makna yang dan berbeda (bizzare). Sehingga orang yang mengalami
delusi lebih percaya kepada hal-hal yang atau tidak masuk logika.

B. Pencetus terjadinya halusinasi


1. Sakit dengan panas tinggi sehingga mengganggu keseimbangan tubuh
2. Gangguan jiwa Skizofrenia
3. Pengkonsumsian narkoba atau narkotika tertentu
seperti : ganja, morphin,kokain, dan ltd
4. Mengkonsumsi alkohol berkadar diatas 35% : seperti vodka, gin diatas batas
kewajaran
5. Trauma yang berlebihan.

Faktor predisposisi dari halusinasi menuruut Stuart & Laraia (1998)


adalah aspek biologis, psikologis, genetik, sosial dan biokimia. Dari predisposisi
tersebut pada klien Ny. Y yang dominan adalah faktor sosial karena klien menikah
dalam usia muda (belum siap fisik dan psikis)dan orang tua klien bercerai pada
saat klien berusia 11 tahun dan faktor psikologis dimana klien mempunyai
kepribadian tertutup. Jika tugas perkembangan terlambat atau hubungan
interpersonal terganggu, maka individu akan mengalami stress atau kecemasan.
Beberapa faktor di masyarakat dapat membuat seseorang terisolasi dan kesepian
sehingga menyebabkan kurangnya rangsangan dari eksternal. Stress yang
menggangggu sistem metabolisme tubuh akan mengeluarkan suatu zat yang
bersifat halusinogen.
Faktor presipitasi menurut Stuart and Sundeen (2008) adalah stresor sosial
dimana stress dan kecemasan akan meningkat bila terjadinya penurunan stabilitas,
keluarga, perpisahan dari orang yang sangat penting atau diasingkan oleh
kelomppok/masyarakat; faktor biokimia dapat meyebabkan partisipasi klien
berinteraksi dengan kelompok kurang, suasana yang terisolasi (sepi) sehingga
dapat meningkatkan stress dan kecemasan yang mengeluarkan halusinogenik;
faktor psikologis yang juga akan meningkatkan intensitas kecemasan yang
berkepanjangan disertai terbatasnya kemampuan dalam memecahkan masalah
mungkin akan mulai berkembangnya perubahan sensori persepsi klien, biasanya
hal ini untuk pengembangan koping menghindari kenyataan yang tidak
menyenangkan diganti dengan hayalan yang menyenangkan.
Masalah keperawatan yang menjadi penyebab (sebagai Triger) munculnya
halusinasi adalah harga diri rendah dan isolasi sosial (Stuart & Laraia, 1998).
Akibat rendah diri dan kurangnya keterampilan mengakibatkan sosial klien
menjadi menarik diri dari lingkungan.selanjutnya klien akan lebih terfokus pada
dirinya sendiri. Stimulus inernal akan menjadi lebih dominan daripada stimulus
eksternal. Klien lama kelamaan akan kehilangan kemampuanmembedakan
stimulus internal dengan stimulus eksternal. Ini memicu terjadinya halusinasi.
Selain itu akibat lanjut dari kondisi rendah diri dan kuranngnya kemampuan klien
berhubungan dengan orang lain yang membuat klien menarik diri dari lingkungan
membuat klien mengalami penurunan motivasi karena ia merasa tidak mampu
melakukan apapun sehingga akan memunculkan masalah kurangnya perawatan
diri klien.
Masalah keperawatan rendah diri yang terjadi pada klien dapat didukung
oleh koping keluarga tidak efektif: kurang pengetahuan, ketidakmampuan
merawat klien dan bahkan menolak klien berada di rumahnya. Hal ini dapat
membuat klien kurang mendapat penguatan terhadap kemampuan yang ia miliki
sehinggga klien menganggap dirinya makin tidak berharga dan mengakibatkan
keluarga kurang tepat dalam menanganni klien di rumah atau regimen therapeutik
tidak efektif.

C. Tanda dan Gejala Halusinasi


Menurut Towsend & Mary (2010), tanda dan gejala halusinasi adalah
sebagai berikut:
1. Berbicara, senyum dan tertawa sendirian.
2. Mengatakan mendengar suara, melihat, menghirup, mengecap dan merasa
sesuatu yang tidak nyata.
3. Merusak diri sendiri, orang lain dan lingkungan.
4. Tidak dapat membedakan hal yang nyata dan hal tidak nyata, serta tidak
mampu melakukan asuhan keperawatan mandiri seperti mandi, sikat gigi,
berganti pakaian dan berhias yang rapi.
5. Sikap curiga, bermusuhan , menarik diri, sulit membuat keputusan, ketakutan,
mudah tersinggung, jengkel , mudah marah, ekspresi wajah tegang,
pembicaraan kacau dan tidak masuk akal, banyak keringat.

D. Tipe-tipe Halusinasi
Dibawah ini beberapa tipe dari halusinasi (Cancro & Lehman, 2010):
1. Halusinasi Pendengaran
Mendengar suara-suara, sering mendengar suara-suara orang berbicara atau
membicarakannya, suara-suara tersebut biasanya familiar. Halusinasi ini
paling sering dialami klien dibandingkan dengan halusinasi yang lain.
2. Halusinasi Penglihatan
Melihat bayangan yang sebenarnya tidak ada, seperti cahaya atau seseorang
yang telah mati.
3. Halusinasi Penciuman
Mencium bau-bau padahal di tempat tersebut tidak ada bau. Tipe ini sering
ditemukan pada klien dengan dimensia seizure atau mengalami gangguan
cerebrovaskuler.
4. Halusinasi Sentuhan
Perasaan nyeri, nikmat atau tidak nyaman padahal stimulus itu tidak ada.
5. Halusinasi Pengecapan
Termasuk rasa yang tidak hilang pada mulut, perasaan adanya rasa makanan
dan berbagai zat lainnya yang dirasakan oleh indra pengecapan klien
.
E. Proses terjadinya Halusinasi
Proses terjadinya halusinasi (Stuart and Laraia, 2008) dibagi menjadi
empat fase yang terdiri dari:
1. Fase Pertama
Klien mengalami kecemasan, stress, perasaan terpisah dan kesepian,
klien mungkin melamun, memfokuskan pikirannnya kedalam hal-hal
menyenangkan untuk menghilangkan stress dan kecemasannya. Tapi hal ini
bersifat sementara, jika kecemasan datang klien dapat mengontrol kesadaran
dan mengenal pikirannya namun intesitas persepsi meningkat.
2. Fase Kedua
Kecemasan meningkat dan berhubungan dengan pengalaman internal
dan eksternal, individu berada pada tingkat listening pada halusinasinya.
Pikiran internal menjadi menonjol, gambarn suara dan sensori dan
halusinasinya dapat berupa bisikan yang jelas. Klien membuat jarak antara
dirinya dan halusinasinya dengan memproyeksikan seolah-olah halusinasi
datang dari orang lain atau tempat lain.
3. Fase Ketiga
Halusinasi lebih menonjol, menguasai dan mengontrol. Klien menjadi
lebih terbiasa dan tidak berdaya dengan halusinasinya. Kadang halusinasinya
tersebut memberi kesenangan dan rasa aman sementara.
4. Fase Keempat
Klien merasa terpaku dan tidak berdaya melepaskan diri dari kontrol
halusinasinya. Halusinasi sebelumnya menyenangkan berubah menjadi
mengancam, memerintah, memarahi. Klien tidak dapat berhubungan dengan
orang lain karena terlalu sibuk dengan halusinasinya. Klien hidup dalam dunia
yang menakutkan yang berlangsung secara singkat atau bahkan selamanya.

F. Penanggulangan Pasien dengan Halusinasi


Penanggulangan pada pasien halusinasi dengan cara :
1. Menciptakan lingkungan yang nyaman
Untuk mengurangi tingkat kecemasan, kepanikan dan ketakutan pasien
akibat halusinasi, sebaiknya pada permulaan pendekatan di lakukan secara
individual dan usahakan agar terjadi kontak mata, kalau bisa pasien di sentuh
atau di pegang. Pasien jangan di isolasi baik secara fisik atau emosional. Di
ruangan itu hendaknya di sediakan sarana yang dapat merangsang perhatian
dan mendorong pasien untuk berhubungan dengan realitas, misalnya jam
dinding, gambar atau hiasan dinding, majalah dan permainan.
2. Melaksanakan program terapi dokter
Sering kali pasien menolak obat yang di berikan sehubungan dengan
rangsangan halusinasi yang di terimanya. Pendekatan sebaiknya secara
persuatif tapi instruktif. Keluarga harus mengamati agar obat yang di berikan
betul di telannya, serta reaksi obat yang di berikan.
3. Menggali permasalahan pasien dan membantu mengatasi masalah yang ada.\
Setelah pasien lebih kooperatif dan komunikatif, keluarga dapat
menggali masalah pasien yang merupakan penyebab timbulnya halusinasi
serta membantu mengatasi masalah yang ada. Pengumpulan data ini juga
dapat melalui keterangan keluarga pasien atau orang lain yang dekat dengan
pasien.
4. Memberi aktivitas pada pasien
Pasien di ajak mengaktifkan diri untuk melakukan gerakan fisik,
misalnya berolah raga, bermain atau melakukan kegiatan. Kegiatan ini dapat
membantu mengarahkan pasien ke kehidupan nyata dan memupuk hubungan
dengan orang lain. Pasien di ajak menyusun jadwal kegiatan dan memilih
kegiatan yang sesuai.
DAFTAR PUSTAKA

Departemen Kesehatan RI. (2010) Keperawatan Jiwa Teori dan Tindakan.


Direja, A.H.S. (2011). Buku Ajar Asuhan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta: Medikal
Book.
Keliat, B.A. (2010). Peran Serta Keluarga dalam Perawatan Klien dengan
Gangguan Jiwa. Jakarta: EGC.
Stuart G.W. and Sundeen (2008). Principles and Practice of Psykiatric Nursing (5
th ed). St. Louis Mosby Year Book.

Anda mungkin juga menyukai