Anda di halaman 1dari 25

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pada usia prasekolah anak mengalami lompatan kemajuan yang menakjubkan.

Tidak hanya kemajuan fisik tetapi juga secara sosial dan emosional. Anak usia

prasekolah ini sedang dalam proses awal pencarian jati dirinya. Beberapa prilaku

yang dulunya tidak ada, sekarang muncul. Secara fisik dan psikis usia ini adalah usia

yang rentan berbagai penyakit yang akan mudah menyerang anak usia ini dan

menimbulkan masalah yang dapat mempengaruhi tumbuh kembang jika kondisi

kesehatan anak tidak ditangani secara baik oleh para praktisi kesehatan yang juga

usaha-usaha pencegahan adalah usaha yang tetap paling baik dilakukan.

Berkaitan dengan uraian diatas maka dalam makalah ini penulis menguraikan

beberapa masalah kesehatan yang banyak dijumpai pada anak usia ini serta usaha

pencegahan dan penanganannya terutama yang berkaitan dengan tindakan

keperawatan .

1
1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimana Konsep Pre-school di Indonesia?

2. Apa Pengertian pre-school?

3. Apa Program pre-school?

4. Apa Prinsip prinsip pre-school?

5. Bagaimana Pertumbuhan dan Perkembangan Anak Pre-school (3-5 Tahun)?

6. Bagaimana aspek pertumbuhan dan perkembangan anak (pre-school)?

7. Bagaimana Implikasi keperawatan dalam perkembangan Kelompok Usia

Taman Kanak-kanak (Pre-school)?

8. Jurnal yang berhubungan dengan anak pre-school?

1.3 Tujuan Penulisan

Penyusunan makalah ini bertujuan untuk :

a. Mengetahui berbagai hal yang berhubungan dengan anak usia prasekolah.

b Mengetahui implikasi keperawatan dan asuhan keluarga dengan tahap


perkembangan anak usia pre-school.

c. Memahami tahap perkembangan anak usia prasekolah


2

BAB II
TINJAUAN TEORI

2.1 Konsep Preschool di Indonesia

Dewasa ini seiring dengan semakin tingginya tuntutan hidup, banyak kita jumpai

orang tua, baik ayah maupun ibu, yang bekerja untuk membiayai keluarga. Apalagi

dengan makin derasnya arus pengaruh feminisme yang menuntut emansipasi wanita,

makin banyak kita temui wanita karier yang notabene sudah berkeluarga. Kesibukan para

orang tua bekerja di luar rumah membuat mereka tidak bisa mengasuh dan mengawasi

putra-putri mereka selama 24 jam.

Alternatif yang diambil pun bervariasi, mulai menggaji pembantu, baby sitter

(pengasuh anak), sampai dengan yang saat ini menjadi tren yaitu memasukkan putra-putri

mereka ke tempat-tempat penitipan anak, baik yang sifatnya hanya penitipan maupun

yang bersifat lembaga pendidikan atau lazim disebut dengan preschool. Alasan para

orang tua memasukkan putra-putri mereka ke preschool ternyata tidak hanya kesibukan

mereka bekerja di luar rumah. Lebih dari itu, sekarang ini makin banyak orang tua yang

menyadari betapa pentingnya pendidikan prasekolah sebagai persiapan sebelum

memasuki jenjang pendidikan dasar.


Apalagi sekarang ini makin banyak kita jumpai sekolahsekolah dasar yang

mensyaratkan dalam penerimaan siswa baru untuk menyertakan rapor Taman Kanak-

kanak (TK). Hal ini menunjukkan bahwa kegiatan pendidikan prasekolah termasuk hal

yang dipentingkan oleh penyelenggara pendidikan dasar. Mengapa demikian? Dalam

sebuah penelitian dikemukakan bahwa anak-anak calon siswa kelas I SD yang berasal

dari TK dibandingkan dengan yang belum pernah mengikuti TK akan jelas perbedaannya

terutama pada semester awal.

Perbedaan performa anak bisa dilihat dari ketrampilan membaca, menulis,

maupun kesiapan mental anak dalam mengikuti pelajaran di SD. Selain itu adanya

batasan usia 7 tahun untuk masuk jenjang pendidikan dasar, membuat orang tua mencari

alternatif untuk mengisi waktu anak dengan memasukkannya ke preschool, dengan

harapan dapat menyiapkan anak untuk lebih matang ketika dia harus mulai memasuki

jenjang pendidikan dasar.

2.2 Pengertian preschool

Berbicara mengenai pendidikan prasekolah atau yang lazim disebut dengan

preschool, seringkali terdapat kerancuan dalam penggunaan istilah-istilah yang

kebanyakan berbahasa Inggris dalam memberikan definisi dan batasan pendidikan

prasekolah.

Menurut the National Association for the Education of Young Children

(NAEYC), pendidikan prasekolah dimasukkan dalam early childhood settings

(tatanan masa kanak-kanak awal), yaitu layanan untuk anak-anak sejak lahir sampai
dengan usia 8 tahun di suatu pusat penyelenggaraan, rumah, atau institusi, seperti

Taman Kanak-kanak (TK), baik yang sifatnya full-day school (sekolah sehari penuh)

maupun paruh waktu.

Di dalamnya termasuk early childhood education (pendidikan masa kanak-

kanak awal) yang terdiri dari pelayanan yang diberikan dalam tatanan masa kanak-

kanak awal.

Dari sini muncullah konsep nursery school dan preschool. Nursery school

adalah program untuk pendidikan anak usia 2, 3 dan 4 tahun. Adapun preschool,

dalam Webster’s Encyclopedic disebutkan mempunyai 2 arti, yaitu:

a. adjective of pertaining to, or intended for a child between infancy and

school age.

Artinya: “Kata sifat yang dimaksudkan untuk seorang anak yang berada pada

usia bayi dengan usia sekolah”

b. a school or nursery for preschool children

Artinya: “Sekolah untuk anak-anak prasekolah”.

Untuk di Indonesia, preschool dalam arti yang kedualah yang dipakai sebagai istilah

lain untuk Taman Kanak-kanak (TK), sedangkan nursery school lebih dikenal dengan

play group atau kelompok bermain. Kesemuanya itu termasuk dalam Pendidikan

Anak Usia Dini (PAUD),


sebagaimana diatur dalam UU No. 20 tahun 2003 tentang Sisitem Pendidikan

Nasional. Dalam pasal 1 ayat (14) disebutkan bahwa: “Pendidikan Anak Usia Dini

adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan

usia 6 tahun melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu

pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan

dalam memasuki pendidikan lebih lanjut.” Untuk memberikan batasan yang jelas,

dalam pembahasan selanjutnya akan lebih difokuskan pada preschool yang identik

dengan Taman Kanak-kanak (TK).

2.3 Program pre-school?

Padahal model pendidikan anak prasekolah sesungguhnya merupakan upaya

menyiapkan anak didik untuk menempuh pendidikan di sekolah dasar. Maka

pendekatan yang digunakan pun bukan dengan model detail, melainkan sesederhana

mungkin sesuai dengan karakteristik anak usia prasekolah. Dunia prasekolah adalah

dunia bermain, sehingga satu hal yang salah kaprah adalah ketika preschool

diidentikkan dengan tempat belajar membaca maupun berhitung.

2.4 Prinsip-prinsip pre-school?

Preschool, yang di Indonesia identik dengan TK, bukanlah sekolah, namun

merupakan tempat bermain sambil belajar, bukan sebaliknya. Sedangkan tempat

belajar dimulai dari jenjang SD. Sebagai langkah awal penyiapan anak untuk
memasuki jenjang pendidikan dasar, pendidikan prasekolah hendaknya

memperhatikan beberapa prinsip berikut ini :

a Perlu diciptakan situasi dan kondisi yang memberikan rasa aman dan

menyenangkan. Sebagai salah satu bentuk awal pendidikan formal, maka dalam

penyelenggaraan preschool perlu diciptakan situasi dan kondisi yang memberikan

rasa aman dan menyenangkan bagi anak. Hal ini penting mengingat bahwa ini adalah

pengalaman pertama bagi anak untuk mengikuti sesuatu yang baru, yang notabene

tidak bersama orang tua atau anggota keluarga yang lain, melainkan bersama orang

lain yang sama sekali asing baginya. Dengan situasi dan kondisi yang menyenangkan

akan membuat anak merasa nyaman di sekolah, tanpa khawatir terpisah dari orang

tuanya.

b Masing-masing anak perlu mendapat perhatian yang bersifat individual,

sesuai dengan kebutuhan anak usia prasekolah Dasar individualitas ini adalah bahwa

meskipun pola perkembangannya sama bagi semua anak, setiap anak mengikuti pola

perkembangan yang berbeda walaupun hanya dalam hal kecil. Selain itu setiap anak

mengalami perkembangan yang berbeda beda, sehingga pengalaman-pengalaman

yang diciptakan harus fleksibel untuk memenuhi kebutuhan setiap anak. Marian

Edelman Borden mengklasifikasikan proses perkembangan anak usia 3-5 tahun, yang

berguna untuk memilih materi atau topik agar bisa diartikulasi oleh anak-anak untuk

menuju ke arah pembentukan karakter anak yang sesuai.


Pada usia 3 tahun, anak memiliki ciri khas intelektual, mereka belajar tentang

warna dan bentuk, kemudian dilanjutkan pada dunia sekitarnya, seperti binatang atau

tanaman. Mereka belajar tentang diri mereka sendiri, keluarga mereka, berinteraksi

dengan orang dewasa berbagi dan bekerja sama.

Pada usia 4 tahun, imajinasi anak bekerja dan penuh dengan pertanyaan

“mengapa”. Pada aspek intelektual mereka mulai belajar mengurutkan, memilah dan

mengelompokkan.

Pada klasifikasi terakhir, yaitu pada usia 5 tahun, anak lebih terfokus dan

terarah. Mereka kaya akan imajinasi, bahasa mereka lebih ekspresif dan terperinci.

Pada aspek intelektual, mereka belajar tentang perbandingan ukuran dan jumlah,

menggunakan pemikiran dan ketrampilan dalam menyelesaikan masalah dan

penjelasan sederhana untuk fenomena sains. Dalam aspek sosial-emosional, anak

belajar untuk bertanggung jawab, mengenali dan menyatakan emosi dan perasaan,

menyatakan empati, individualitas, mengenali persamaan dan perbedaan tentang diri

dan orang lain.

c Perkembangan adalah hasil proses kematangan dan belajar Proses

kematangan dan proses belajar bagaikan dua sisi mata uang dalam perkembangan.

Setiap anak mempunyai potensi masingmasing yang sangat perlu untuk

dikembangkan. Sedangkan belajar adalah perkembangan yang berasal dari latihan


dan usaha. Melalui belajar, anak memperoleh kemampuan menggunakan sumber-

sumber potensi yang ada pada diri mereka.

d Kegiatan belajar di preschool adalah pembentukan perilaku melalui

pembiasaan dalam kegiatan sehari-hari Prinsip ini berlaku mengingat pada masa

kanak-kanak awal, yaitu usia 2-6 tahun, anak belajar melakukan hubungan social

dengan orang-orang di luar lingkungan rumah, terutama dengan anak-anak sebayanya

Dengan mengikuti program preschool diharapkan mereka mulai belajar

menyesuaikan diri dan bekerja sama dalam kegiatan bermain. Karena dalam sebuah

studi dijelaskan bahwa sikap dan perilaku sosial yang terbentuk pada usia dini

biasanya menetap dan hanya mengalami perubahan sedikit.

e Bermain adalah metode terbaik

Masa prasekolah merupakan masa-masa paling membahagiakan dari seluruh rentetan

masa kehidupan anak. Anak-anak mulai bermain dengan imajinasi dan khayalannya

dengan tidak takut melakukan apa saja sesuai dengan khayalannya itu. Hal ini perlu

dijaga agar berjalan sebagaimana adanya agar menemukan tempat yang nyaman dan

aman untuk berkembang. Dengan bermain anak bebas bereksplorasi , dan dengan

bermain pula bisa menjadi media olah raga bagi anak, di mana anak bermain secara

sporadic dan banyak menggunakan fisik dan otot-ototnya.

f Mengikuti karakteristik perkembangan belajar anak usia prasekolah Pada

usia prasekolah anak mempunyai karakteristik perkembangan belajar yang dikenal


dengan sebutan global learning. Anak belajar dengan gaya mangkok terbuka. Semua

yang dilihat, didengar dan dialami oleh seorang anak akan terekam jelas dalam

benaknya. Satu contoh yang mudah, seorang anak yang normal, pada usia 4 atau 5

tahun sudah mampu mengingat dan mempraktekkan hampir 90 % kosa kata orang

dewasa, tanpa harus duduk berjam-jam di kelas..10 Prinsip-prinsip di atas sangat

berguna sebagai landasan pemilihan program dalam sebuah preschool.

Meskipun dunia kerja anak prasekolah adalah bermain, pemilihan program

tetap mutlak diperlukan karena tujuan awal penyelenggaraan pendidikan prasekolah

adalah penyiapan anak secara jasmani dan rohani untuk memasuki sekolah dasar.

Sebagaimana disebutkan dalam Undang-undang Pokok Pendidikan No. 12

tahun 1957, pasal 7 ayat (1), yaitu: Pendidikan dan pengajaran Taman Kanak-kanak

bermaksud menentukan tumbuhnya jasmani dan rohani kanak-kanak sebelum dia

masuk sekolah dasar.

Program dalam penyelenggaraan preschool sama artinya dengan kurikulum

pendidikan pada umumnya, namun dalam arti yang luas. Yaitu bahwa kurikulum

adalah usaha atau kegiatan sekolah untuk merangsang anak supaya belajar, baik di

dalam sekolah maupun di luar sekolah, dalam rangka pengembangan aspek fisik,

intelektual, sosial-emosional anak. Batasan kurikulum ini penting digunakan karena

satu hal yang perlu ditekankan yaitu bahwa preschool adalah tempat bermain

sekaligus belajar.
Kurikulum untuk pendidikan prasekolah, yang disebut dengan Program

Kegiatan Belajar, mencakup tiga bidang pengembangan, yaitu:

a. Pengembangan moral dan nilai-nilai agama

b. Pengembangan sosial dan emosional

c. Pengembangan kemampuan dasar

10

Dalam pemilihan program sebagai pengembangan ketiga bidang tersebut,

hendaknya benar-benar diseleksi dengan seksama, sehingga setelah mengikuti

program di TK, anak diharapkan memiliki kompetensi sebagai berikut:

a. Menunjukkan pemahaman positif tentang diri dan percaya diri

b. Menunjukkan kemampuan untuk berinteraksi dengan orang lain dan alam sekitar

c. Menunjukkan kemampuan berpikir runtut

d. Berkomunikasi secara efektif

e. Terbiasa hidup sehat

f. Menunjukkan kematangan fisik

Selain itu, dalam pemilihan program selanjutnya, haruslah dikembalikan pada

kepentingan anak menurut prinsip the best interest of the child (keinginan dan minat

anak). Suasana bermain yang menyenangkan, memahami anak secara individual,

menciptakan suasana kreatif yang memungkinkan anak berekspresi dan bereksplorasi


akan memberikan suasana yang kondusif bagi proses tumbuh-kembang anak secara

optimal.

2.5 Pertumbuhan dan Perkembangan Anak Pre-school (3-5 Tahun)

Rasa keingintahuan tentang hal-hal yang berada dilingkungan semakin besar

dan dapat mengembangkan pola sosialisasinya. Anak sudah mulai mandiri dalam

merawat diri sendiri seperti mandi, makan, minum, mengosok gigi, BAB dan

BAK,dll

11

a) Bimbingan Selama Fase Prasekolah

1. Usia 3 Tahun:

a) Persiapkan orang tua untuk peningkatan ketertarikan anak dalam


hubungan yang lebih luas.

b) Anjurkan untuk mendaftarkan anak ke TK.

c) Tekankan tentang pentingnya pengaturan waktu,

d) Anjurkan orangtua untuk menawarkan pilihan-pilihan ketika anak


sedang ragu/bimbang.

e) Perubahan pada usia 3 ½ tahun : anak akan menjadi kurang


koordinasi (antatorik dan emosi), gelisah dan menunjukkan
perubahan tingkah laku seperti bicara gagap.
f) Orang tua harus memberikan perhatian yang extra sebagai refleksi
dari kegelisahan emosi anak dan rasa takut anak kehilangan kasih
sayang orang tua.

g) Ingatkan orang tua tentang keseimbangan yang telah dicapai pada


usia 3 tahun akan berubah menjadi tingkah laku yang agresif pada
usia 4 tahun.

h) Antisipasi tentang adanya perubahan nafsu makan.

i) Tekankan tentang perlunya perlindungan dan pendidikan untuk


mencegah cedera.

12

2. Usia 4 Tahun:

a) Persiapakan pada tingkah laku anak yang lebih agresif, termasuk


aktivitas motorik dan penggunaan bahasa-bahasa yang
mengejutkan.

b) Bersikap menentang terhadap orangtua.

c) Explorasi perasaan ortu berkenaan dengan tingkah laku anak.

d) Masukkan anak ke TK.

e) Persiapan untuk peningkatan keinginan tahuan anak tentang sex.

f) Tekankan tentang pentingnya menanamkan disiplin pada anak.


g) Anjurkan untuk belajar berenang jika belum dilakukan pada
usiasebelumnya.

h) Adanya mimpi buruk; beritahu orangtua bahwa anak, sering anak


terbangun karena adanya mimpi yang menakutkan.

i) masa yang tenang pada anak dimulai pada usia 5 tahun.

3. Usia 5 Tahun

a) Masa tenang pada usia 5 tahun.

b) Siapkan anak untuk memasuki lingkungan sekolah.

c) Pastikan kelengkapan immunisasi sebelum memasuki sekolah.

13
2.6 Aspek pertumbuhan dan perkembangan anak (pre-school)

Menurut Joyce Engel (1999), yang dikatakan anak usia pra sekolah adalah

anak-anak yang berusia berkisar 3-5 tahun. Ada beberapa aspek yang perlu

diperhatikan untuk mengukur tingkat pertumbuhan dan perkembangan anak, yaitu :

 Aspek fisik

Dalam pengkajian yang dilakukan pada anak usia pra sekolah digunakan
parameter penilaian pertumbuhan dan perkembangan :
Parameter penilaian pertumbuhan fisik
a. Berat badan
Untuk memperkirakan berat badan anak dapat menggunakan rumus yang
dikutip dari Behrman (1992). Karena anak usia pra sekolah termasuk termasuk ke
dalam usia 1 – 6 tahun, maka untuk memperkirakan berat badannya digunakan
rumus : umur (tahun) x 2 + 8
Bila terdapat kenaikan tiap bulan : normal, bila tidak terdapat kenaikan : resiko
tinggi terjadinya gangguan pertumbuhan.
b. Tinggi badan
Masih menurut Behrman (1992), perkiraan tinggi badan anak usia pra sekolah
dapat menggunakan rumus : umur (tahun) x 6 + 77.
Rata-rata kenaikan tinggi badan anak pra sekolah antara 6 – 8 cm.
c. Lingkar kepala
Lingkar kepala mencerminkan volume intra kranial. Digunakan untuk
menaksir pertumbuhan otak. Kenaikan berat otak anak pra sekolah (3-6 tahun) seperti
yang dikutip dari Lazuardi (1984) adalah 0,15 gram/24 jam.

14

d. Gigi
Saat akan mencapai usia 2,5 tahun, anak sudah memiliki 20 gigi susu. Waktu
erupsi gigi tetap adalah sebagai berikut :
1). Molar pertama : 6-7 tahun
2). Insisor : 7-9 tahun
3). Pre molar : 9-11 tahun
4). Kaninus : 10-12 tahun
5). Molar ke-2 : 12-16 tahun
6). Molar ke-3 : 17-25 tahun.
e. Jaringan lemak
Pertumbuhan jaringan lemak pada anak melambatsampai anak berumur 6
tahun. Pada anak usia pra sekolahtubuhnya akan tampak kurus/langsing karena terjadi
proses pertumbuhan jaringan lemak yang melambat.
f. Lingkar Lengan atas (LLA)
mencerminkan pertumbuhan dan perkembangan jarinagn lemak.dan otot yang
tidak terpengaruh banyak oleh keadaan cairan tubuh dibandingkan dengan berat
badan. LLA dapat digunakan untuk menilai keadaan gizi atau pertumbuhan dan
perkembangan pada kelompok anak pra sekolah.
2. Aspek motorik

Dimulai pada aspek motorik, anak usia pra sekolah telah dapat

berjalan naik tangga dengan kaki secara berganti-ganti tetapi turun dengan 2

kaki pada satu anak tangga, seringkali meompat pada anak tangga terakhir.

Selain itu, anak usia ini mampu mengendarai sepeda roda tiga dan dapat

berjalan sambil berjingkat. Anak ini dapat membangun sebuah menara kecil

15

Dengan menggunakan 9-10 kubus. Ia dapat berjalan, membuka pakaian

sendiri dan mulai dapat mengaitkan kancing. Manipulasi dengan pensil

berlanjut terus dan ia mampu untuk menjiplak suatu lingkaran.

Ketika menginjak usia 3-4 tahun, anak mulai mampu naik dan turun

menggunakan satu kaki per anak tangga. Ia mampu melompat dengan satu

kaki untuk waktu yang pendek. Kemudian anak ini juga dapat

memperlihatkan ketangkasan yang besar pada tangan dan jari-jari.

Dalam hal menggambar, anak usia pra sekolah dapat mengggambar

orang dalam beberapa bagian. Dari kesemua kemampuan tersebut di atas,

pada usia 6 tahun, anak mulai dapat menggunakan gunting dan pensil dengan

baik, serta menjahit dengan kasar.


3. Aspek bahasa

Dengan aspek bahasa, anak umur 3 tahun mampu untuk berbicara dengan

normal bahkan bisa dikatakan terlalu banyak bicara, tetapi kadang-kadang terdapat

substitusi fonetik yang infantil. Kosakata yang telah dikuasai kira-kira 900 kata. Anak

dapat menggunakan bentuk jamak dan kata ganti, secara spesifik kalimat tersebut

terdiri dari 6 kata. Anak dapat pula melakukan percakapan dengan berbagai derajat

yang kompleks dan menanyakan banyakmpertanyaan-pertanyaan. Dalam hal ini anak

senang sekali mendengarkan cerita-cerita.

16

Ketika usia beranjak 4 tahun, anak menguasai 1500 kosakata, karena

pencapaian bahasa telah mencapai suatu tingkat yang tinggi. Anak dapat

menghubungkan cerita dari peristiwa-peristiwa dan pengalaman-pengalaman yang

baru terjadi. Anak juga mampu untuk bermain dengan kata-kata, mengetahui artinya

dan. Lagu-lagu sederhana dapat dikuasai dan memahami analogi sederhana.

Berbeda ketika anak berusia 5 tahun, pembicaraannya sudah mulai lancar dan

perbendaharaan katanya sangat luas. Anak seringkali menanyakan arti dari suatu kata

yang didengarnya. Anak senang mendengarkan cerita dan menceritakannya kembali.

4. Aspek kognitif
Perkembangan kognitif anak usia pra sekolah mulai tampak dengan

digunakannya simbol-simbol untuk menuangkan apa yang dipikirkannya, bersikap

egosentrik dan berpikiran representatif. Permainan yang digemari oleh anak seusia ini

berkaitan dengan fantasi atau khayalan. Konsep waktu mulai dimengerti oleh anak

secara bertahap.

Di usia 4 tahun, konsep waktu yang telah diketahui sebelumnya dihubungkan

dengan kejadian sehari-hari, senang belajar berhitung, meskipun belum paham

dengan angka-angka yang dihitung, sikap egosentrik berangsur menurun dan mampu

menyebutkan satu atau lebih uang logam.

17

Pada usia 5 tahun, anak mulai bisa memahami kata-kata yang keluar dari

mulutnya, dapat menyebutkan 4 warna dasar, mulai tertarik menghubungkan

kenyataan yang ada dengan lingkungan sekitarnya dan mampu menyebutkan nama

hari.

5. Aspek sosialisasi

Di usia 3 tahun, perilaku anak usia pra sekalah mengarah pada negativisme,

yaitu perlawanan aktif terhadap permintaan dan perintah-perintah. Sikap ramah

dimunculkan kepada lingkungan, terdapat pemahaman terhadap perubahan, anak juga

sudah mampu membedakan jenis kelamin, peraturan-peraturan yang sifatnnya


sederhana mulai dipelajari, meskipun diinterpretasikan oleh dirinya sendiri, untuk

anak laki-laki cenderung lebih dekat dengan ayahnya..

Saat usia beranjak 4 tahun, anak mampu makan sendiri (tidak disuapi), bisa

menggunakan garpu, walaupun dengan telapak tangan, dapat mengunyah seperti

halnya orang dewasa, ada ketakutan tersendiri terhadap gelap dan binatang. Sikap

yang seringkali diperlihatkan pada anak seusia ini adalah suka mengadu, merasa

mandiri dan agresif.

Usia 5 tahun dalam perkembangan sosialisasi ditandai dengan melakukan

agresi kepada anggota keluarga, suasanah hati dapat berubah-ubah,

18

2.6 Implikasi keperawatan dalam perkembangan Kelompok Usia Taman Kanak-

kanak (Pre-school)

Dipandang dari segi kelompok usia, ternyata anak-anak memiliki karakteristik

yang khas dengan segala kompleksitasnya. Dengan demikian diperlukan pendekatan

yang khusus pula, bilamana kita sebagai seorang perawat mendapati pasien anak

dengan berbagai tingkat usia, dalam hal ini secara khusus akan dibahas proses

pendekatan terhadap anak kelompok usia pra sekolah (3-5 tahun) yang sedang sakit.

Pertama-tama kita harus tahu betul faktor-faktor yang sangat berpengaruh dan patut
dipertimbangkan saat berkomunikasi dengan anak-anak. Adapun faktor-faktor

tersebut adalah sebagai berikut:

A. Lingkungan

Menciptakan suasana lingkungan yang ramah seperti rumah, memfasilitasi

tempat bermain dan mainannya, anak-anak mengenakan pakaian bebas,

meminimalkan tingkat kebisingan di lingkungan sekitar, tempat perawatan dianjurkan

dekat dengan orang tua serta adanya kemudahan dalam aktivitas makan, minum,

bermain dan istirahat.Keamanan juga harus dijaga dengan cara, pegangan pintu

dibuat dalam posisi yang tinggi, baik jendela maupun perlengkapan lain harus

dirancang khusus demi keamanan anak.

19

B. Komunikasi verbal dan non verbal

1. Bicara pada anak sejajar dengan mata anak.

2. Gunakan bahasa yang dikenal dan mudah dipahami oleh anak.

3. Gunakan kalimat yang singkat.

4. Gunakan bahasa yang positif, misalnya “ayo ikut ibu, dan kita akan.....”
bukannya “apakah kamu ingin....” Anak kecil jangan dibiarkan dalam
posisi memilih, karena ia akan menjawab “tidak”.

5. Jangan marah atau membentak anak.


6. Biarkan anak menjalin hubungan dengan orang lain.

7. Gunakanlah sentuhan sebagai alat komunikasi.

8. Berkomunikasi melalui mainan anak.

9. Perhatikan komunikasi non verbal anda.

10. Bersikaplah jujur.

Untuk proses pengkajian tidak boleh dilupakan bahwa anak-anak pra sekolah

dapat menjawab pertanyaan tentang diri mereka sendiri dan pertanyaan-pertanyaan

seharusnya diarahkan terutama pada anak sehingga mereka dapat berusaha untuk

menjawabnya.

20

Perlu juga diingat, bahwa anak-anak tidak menyukai hal-hal yangt “diambil”

dari mereka, jadi lebih baik mengatakan “saya ini akan melihat seberapa panas kamu”

daripada “saya akan mengambil suhu kamu”.

Penjelasan akan segala macam tindakan yang akan dilakukan pada anak-anak

harus sesuai dengan tahap perkembangan dan pengertian mereka. Pada anak-anak

usia pra sekolah, jauh sebelum dilakukan tindakan dapat dipersiapkan terlebih

dahulu, baik dari segi tempat, orang maupun waktunya.


21

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dalam periode prasekolah, anak dituntut untuk mampu menyesuaikan diri dengan

berbagai tatanan, yaitu keluarga, sekolah danteman sebaya. Memasuki dunia prasekolah,

seorang anak mulai bergaul dalam lingkungan yang lebih luas dari lingkungan

keluarganya, baik itu di lingkungan sekolahnya (preschool), maupun lingkungan dekat


tempat tinggalnya. Dalam penyesuaian diri dengan berbagai tatanan itulah, mau tidak

mau anak perlu mengembangkan kemampuan bersosialisasinya.

B. Saran

Bagi mahasiswa, sebagai perawat nantinya bisa mengaplikasikan ilmu ini atau

menerapkannya untuk memberikan Implikasi keperawatan dalam keluarga dengan

baik dan benar dalam perkembangan dan pertumbuhan Kelompok Usia Taman Kanak-

kanak (Pre-school) .

23

DAFTAR PUSTAKA

Majalah Ayah Bunda : Dari A sampai Z tentang Perkembangan Anak. Jakarta : Gaya
Favorit Press, 2002.

Reni Akbar Hawadi, Psikologi Perkembangan Anak, Jakarta: PT Grasindo, 2003.

Ali Aksun Widjaya, Undang-undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003 tentang
Sistem Pendidikan Nasional, Semarang: CV Duta Nusindo, 2003.

Soemiarti Patmonodewo, Pendidikan Anak Prasekolah, Jakarta: PT Rineka Cipta,


2003.
24

Anda mungkin juga menyukai