Dosen Pengampu :
Hepta Nur Anugrahini, S.Kep., Ns., M.Kep
Disusun Oleh :
Maya Angelina Berdianita P27820721107
JURUSAN KEPERAWATAN
PENDIDIKAN PROFESI NERS JENJANG SARJANA TERAPAN
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN SURABAYA
TAHUN AJARAN 2022/2023
KATA PENGANTAR
Puji serta syukur kami panjatkan Kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan Karunia dan Rahmat-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan
penyusunan makalah berjudul “Makalah Asuhan Keperawatan dengan Gangguan pada
Sistem Integumen (Morbus Hansen)” dengan tepat waktu yang ditujukan sebagai
salah satu syarat untuk memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Medikal Bedah 2.
Tak lupa rasa terima kasih kami sampaikan kepada Ibu Hepta Anugrahini, S.Kep.,
Ns., M.Kep selaku dosen pembimbing dalam penyusunan makalah ini. Juga kepada
pihak-pihak yang turut membantu sehingga penyusunan makalah ini berjalan lancar.
Penulis juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam makalah ini terdapat
kekurangan-kekurangan dan jauh dari apa yang di harapkan. Untuk itu, penulis
berharap adanya kritik, saran, dan usulan demi perbaikan di masa yang akan datang,
mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa sarana yang membangun.
Semoga makalah ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya. Sekiranya
makalah yang telah disusun ini dapat berguna bagi kami sendiri maupun orang yang
membacanya. Sebelumnya penulis mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata
yang kurang berkenan dan kami memohon kritik dan saran yang membangun demi
perbaikan di masa depan.
(Penyusun)
DAFTAR ISI
2
KATA PENGANTAR.................................................................................................ii
DAFTAR ISI...............................................................................................................iii
BAB 1 PENDAHULUAN............................................................................................4
1.1 Latar Belakang................................................................................................4
1.2 Rumusan Masalah...........................................................................................5
1.3 Tujuan ............................................................................................................5
BAB II PEMBAHASAN.............................................................................................6
2.1. Definisi Kusta ................................................................................................6
2.2. Patofisiologi Kusta..........................................................................................6
2.3. Etiologi Kusta ................................................................................................7
2.4. Klasifikasi Kusta ............................................................................................7
2.5. Pathway ..........................................................................................................8
2.6. Manifestasi Klinis Kusta ................................................................................9
2.7. Komplikasi Kusta ...........................................................................................9
2.8. Pemeriksaan Penunjang ...............................................................................10
2.9. Asuhan Keperawatan dengan Klien Morbus Hansen ..................................10
BAB I
3
PENDAHULUAN
4
pemulihan Kesehatan dibidang penyakit kusta, maka penyakit kusta sudah dapat diatasi
dan seharusnya tidak lagi menjadi masalah Kesehatan masyarakat.
5
BAB II
PEMBAHASAN
6
berkembang kearah lepromatosa. Teori yang paling banyak digunakan adalah penularan
melalui kontak/sentuhan yang berlangsung lama, namun berbagai penelitian mutakhir
mengarah pada droplet infection yaiut penularan melalui selaput lendir pada saluran
napas. M. leprae tidak dapat bergerak sendiri dan tidak menghasilkan racun yang dapat
merusak kulit, sedangkan ukuran fisiknya yang lebih besar dari pada pori-pori kulit. Oleh
karena itu, M. leprae yang karena sesuatu hal menempel pada kulit kita, tidak dapat
menembus kulit jika tidak ada luka pada kulit.
7
2.5 Pathway Kusta
8
2.6 Manifestasi Klinis Kusta
Untuk menetapkan diagnosa penyakit kusta perlu dicari tanda – tanda pokok atau
“cardinal signs” pada badan yaitu :
1. Kelainan kulit / lesi yang hypopigmentasi atau kemerahan dengan hilang / mati rasa
yang jelas
2. Kerusakan dari saraf tepi, yang berupa hilang / mati rasa dan kelemahan otot tangan,
kaki atau muka
3. Adanya kuman tahan asam di dalam kultur jaringan kulit (BTA positif)
9
2.7 Komplikasi Kusta
Karena gejala kusta berupa mati rasa atau baal, penyakit ini sering tidak disadari
penderita hingga muncul komplikasi. Berikut ini adalah komplikasi kusta yang harus
diwaspadai.
1. Kerusakan Saraf
Komplikasi paling parah penyakit kusta adalah rusaknya saraf secara
permanen. Ini merupakan akibat bakteri yang menyerang saraf bagian tepi, terutama
saraf pada wajah, tangan dan kaki.
Kondisi tersebut membuat penderitanya tidak dapat merasakan nyeri dan suhu.
Bukan tak mungkin penderita tanpa sadar melukai dirinya dengan benda tajam atau
membakar dirinya.
Kerusakan saraf juga memengaruhi kulit sekitarnya. Ini membuat kulit
menjadi kering, timbul borok, serta rambut di sekitarnya ikut rontok.
2. Kerusakan Mata
Seperti yang dijelaskan pada poin sebelum, kusta menyerang saraf yang ada di
wajah, termasuk yang saraf mata. Keadaan ini mengakibatkan penderitanya menjadi
sulit untuk menutup mata (lagoftalmus).
10
berubah bentuk menjadi tertekuk atau bengkok, susah diluruskan, dan tak lagi mampu
mengangkat bagian depan kaki.
5. Kerusakan Ginjal
Jika infeksi sudah masuk ke aliran darah, kerusakan ginjal dapat terjadi.
Kerusakan yang dimaksud adalah terjadinya peradangan pada bagian ginjal yang
memiliki fungsi sebagai penyaring dan pembuang cairan berlebih. Kerusakan yang
terus-terusan terjadi dapat membuat penderitanya mengalami gagal ginjal.
6. Infertilitas
Pada penderita pria, infertilitas dan impotensi dapat terjadi. Hal ini disebabkan
oleh infeksi bakteri yang dapat menurunkan hormon testosteron dan produksi sperma.
11
2.9 Asuhan Keperawatan dengan Klien Morbus Hansen
2.9.1 Pengakajian
Umur memberikan petunjuk mengenai dosis obat yang diberikan, anak-anak
dan dewasa pemberian dosis obatnya berbeda. Pekerjaan, alamat menentukan
tingkat sosial, ekonomi dan tingkat kebersihan lingkungan. Karena pada
kenyataannya bahwa sebagian besar penderita kusta adalah dari golongan
ekonomi lemah.
12
2.9.5 Pola Aktivitas Sehari – hari
Aktifitas sehari-hari terganggu karena adanya kelemahan pada tangan dan kaki
maupun kelumpuhan. Klien mengalami ketergantungan pada orang lain dalam
perawatan diri karena kondisinya yang tidak memungkinkan.
13
Terjadi gangguan pada kelenjar keringat, kelenjar minyak dan
gangguan sirkulasi darah sehingga kulit menjadi kering menebal,
mengeras dan akhirnya dapat pecah-pecah.
4) System Musculoskeletal
Adanya gangguan fungsi saraf tepi motorik adanya kelemahan atau
kelumpuhan otot tangan dan kaki, jika dibiarkan akan atropi.
5) System Integumen
Terdapat kelainan berupa hipopigmentasi (seperti panu), bercak
eritem (kemerah-merahan), infiltrat (penebalan kulit), nodul
(benjolan). Jika ada kerusakan fungsi otonom terjadi gangguan
kelenjar keringat, kelenjar minyak dan gangguan sirkulasi darah
sehingga kulit kering, tebal, mengeras dan pecah-pecah. Rambut sering
didapati kerontokan jika terdapat bercak.
14
Saraf tepi
Gangguan fungsi
saraf
Cacat
Gangguan Rasa
Nyaman
Integritas Kulit
3. Intoleransi aktivitas Difusi O2 Inteloransi
(D.0056) yang Aktivitas
berhubungan dengan Hipoksia jaringan
kelemahan otot
Metabolisme
anaerob
Pegal-pegal, Fatique
Intoleransi
Aktivitas
15
4. Gangguan konsep diri Kerusakan Gangguan Citra
(citra diri) (D.0083) yang Integritas Kulit Tubuh
berhubungan dengan
ketidakmampuan dan
kehilangan fungsi tubuh Gangguan Citra
Tubuh
5. Resiko penyebaran infeksi Kerusakan Resiko Infeksi
(D.0142) berhubungan Integritas Kulit
dengan lesi yang meluas
Risiko Infeksi
16
o Pasien indikasi - Menghilang
dapat kan rasa
beraktivit nyeri
as sesuai
toleransi
17
direndam perawatan
khusus untuk
mempertaha
nkan
kebersihan
lesi
- Tekanan
pada lesi
bisa
menghambat
proses
penyembuha
n
3. Intoleransi Setelah dilakukan Toleransi aktivitas - Meningkatka
aktivitas Tindakan (L.05047) n posisi
(D.0056) keperaawatan - Mempertaha fungsional
yang selama 3 × 24 jam nkan posisi pada
berhubungan kelemahan fsik tubuh yang ekstermitas
dengan dapat teratasi dan nyaman - Oedema
kelemahan aktivitas dapat - Memperhatik dapat
otot dilakukan, an sirkulasi, mempengaru
Dengan kriteria Gerakan, dan hi sirklus
hasil : kepekaaan pada
o Pasien pada kulut ekstermitas
dapat - Melakukan - Mencegah
melakuka Latihan secara
n aktivitas rentang progresif
sehari - gerak secara menencangk
hari konsisten, an jaringan,
diawali meningkatka
dengan pasif n
kemudian pemeliharaa
aktif n fungsi
- Menjadwalk otot / sendi
an - Meningkatka
pengobatan n kekuatan
dan aktivitas dan toleransi
18
perawatan pasien
untuk terhadap
memberikan aktivitas
periode
istirahat
4. Gangguan Setelah dilakukan Citra Tubuh - Traumatic
konsep diri Tindakan (L.09067) mengakibatk
(citra diri) keperawatan - Mengkaji an
(D.0083) selama 2 × 24 jam makna perubahan
yang tubuh klien dapat perubahan tiba – tiba.
berhubungan berfungsi secara pada pasien Ini
dengan optimal dan - Menerima memerlukuk
ketidakmamp konsep diri dan an dukungan
uan dan meningkat, mengakui dalam
kehilangan Dengan kriteria ekspresi perbaikan
fungsi tubuh hasil : frustasi, optimal
o Pasien ketergantung - Menerima
menyatak an, dan perasaan
an kemarahan. sebagai
penerima Perhatian respon
situasi perilaku normal
dirinya menarik diri terhadap apa
o Memasuk - Memberkan yang terjadi
kun harapan membantu
perubahan dalam perbaikan
dalam parameter - Meningkatka
konsep situasi n perilaku
diri tanpa individu, positif dan
harga diri jangan memberikan
negatif memberikan kesempatan
kenyakinan untuk
yang salah Menyusun
- Memberikan tujuan dan
kelompok rencana
pendukung untuk masa
untuk orang depan
terdekat berdasrkan
19
realistis
- Meningkatka
n perasaan
dan
memungkink
an perasaan
dan respon
yang lebih
membantu
pasien
5. Resiko Setelah diberikan Tingkat Infeksi - Unntuk
penyebaran Tindakan (L.14137) mengetahui
infeksi keperawatan - Mengkaji apakah
(D.0142) selama 1 × 24 jam tanda – tanda pasien
berhubungan diharapkan tidak vital mengalami
dengan lesi terjadi tanda – - Memantau infeksi. Dan
yang meluas tanda infeksi, TTV, untuk
Dengan kriteria terutama menentuukk
hasil : suhu tubuh an tindakkan
o Tidak - Mengajarkan keperawatan
terdapat tekhnik berikutnya
tanda – asepik pada - Tanda –
tanda pasien tanda vital
infeksi, - Mencuci merupakan
seperti : tangan acuan untuk
kalor, sebelum mengetahui
rubor, memberikan keadaan
tumor, asuhan umum
dolor, dan keperawatan pasien.
funngsiole kepada Perubahan
sa pasien suhu
o TTV menjadi
dalam tinggi
batas merupakan
normal salah satu
tanda –
20
tanda infeksi
- Meminimalk
an terjadinya
infeksi
- Meminimalk
an terjadinya
infeksi
mosokomial
21
proses asuhan keperawatan (formatif) dan evaluasi di akhir (sumatif) (Bakri,
2017).
Kemudian bisa diaplikasikan dengan dasar ( PPNI, 2018 ), yang diharapkan yaitu :
1. Informasi kognitif yang berkaitan dengan topik meningkat
2. Kemampuan keluarga dalam menjelaskan pengetahuan tentang suatu topik
meningkat
3. Verbalisasi minat dalam belajar meningkat
4. Perilaku sesuai anjuran
5. Persepsi yang keliru terhadap masalah menurun
6. Menjalani pemeriksaan yang tidak tepat
7. Kemampuan menggambarkan pengalaman sebelumnya yang sesuai topik
meningkat
BAB III
PENUTUP
22
3.1. Kesimpulan
Kusta merupakan penyakit menular dan menahun yang disebabkan oleh kuman
Mycobacterium Leprae, penyakit ini menyerang kulit, saraf tepi dan dapat pula menyerang
jaringan tubuh lainnya kecuali otak. Penyakit kusta adalah salah satu penyakit menular
yang menimbulkan masalah yang sangat kompleks. Masalah yang dimaksud bukan hanya
dari segi medis tetapi meluas sampai masalah sosial, ekonomi, budaya, keamanan dan
ketahan nasional. (Depkes RI, 2007). Penyakit kusta sampai saat ini masish ditakuti
masyarakat, keluarga termasuk Sebagian petugas kesehatan. Hal ini disebabkan masih
kurangnya pengetahuan dan kepercayaan yang keliru terhadap kusta dan cacat yang
ditimbulkan oleh kusta.
3.2. Saran
Untuk menanggulangi penyebaran penyakit kusta, hendaknya pemerintah
mengadakan suatu program pemberantasan kusta yang mempunyai tujuan
sebagai penyembuhan pasien kusta dan mencegah timbulnya cacat serta memutuskan mata
rantai penularan dari pasien kusta terutama tipe yang menular kepada orang lain untuk
menurunkan insiden penyakit.
Hendaknya masyarakat yang tinggal didaerah yang endemi akan kusta diberikan
penyuluhan tentang, cara menghindari, mencegah, dan mengetahui gejala dini pada kusta
untuk mempermudah pengobatanya.
Karena di dunia kasus penderita kusta juga masih tergolong tinggi maka perlu
diadakanya penelitian tentang penanggulangan penyakit kusta yang efektif.
23
DAFTAR PUSTAKA
Asuhan Keperawatan Kusta. (2023, April 13). Retrieved from Scribd:
https://www.scribd.com/embeds/484759491/content?
start_page=1&view_mode=scroll&access_key=key-fFexxf7r1bzEfWu3HKwf
Salhuteru, T. (2023, April 13). Asuhan Keperawatan Morbus Hansen Kusta. Retrieved from
Scribd: https://www.scribd.com/document/484759491/ASUHAN-KEPERAWATAN-
MORBUS-HANSEN-KUSTA
24