KELOMPOK V
Disusun oleh :
Gulbahar
Romini
Sushenni
Yossie shafani
TAHUN 2019/2021
Kata Pengantar
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan kesehatan sehingga kita
dapat mengerjakan tugas Teory Middle Range dalam keperawatan. Dan tak lupa kami ucapkan terima
kasih kepada Dosen (Guru Pembimbing) Mata Kuliah Falsafah yang telah memberikan pengarahan
sehingga kami dapat menyelesaikan tugas ini dengan baik untuk dipresentasikan ke dalam seminar
kelompok.
Semoga makalah yang sudah kami buat ini dapat berguna untuk menambah referensi dalam
Kata Pengantar…………………………………………………………………………………………………………… i
Daftar Isi…………………………………………………………………………………………………………………….. ii
BAB I PENDAHULUAN
2.8 Humanisme
2.9 Holisme…………………………………………………………………………………………………………… 9
BAB 3 PENUTUP
3.1 Kesimpulan……………………………………………………………………………………………………… 10
3.2 Saran……………………………………………………………………………………………………………….. 10
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Profesi keperawatan mengenal empat teori, yang terdiri dari meta theory, grand theory,
middle range theory dan practice theory. Teori-teori tersebut diklarifikasikan berdasarkan
tingkatan keabstrakannya.
Perlu diyakini bahwa penerapan suatu teori keperawatan dalam pelaksanaan asuhan
keperawatan akan berdampak pada peningkatan kualitas asuhan keperawatan. Pelayanan
keperawatan sebagai pelayanan profesional akan berkembang bila didukung oleh teori dan
model keperawatan serta pengembangan riset keperawatan dan diimplementasikan didalam
praktek keperawatan.
Teori-teori ini terdiri dari beberapa konsep yang saling berhubungan dan dapat
digambarkan dalam suatu model. Teori middle range dapat dikembangkan pada tatanan
praktek dan riset untuk menyediakan pedoman dalam praktik dan riset penelitian yang
berbasisi pada disiplin ilmu keperawatan.
Kata „holistik‟ dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia mempunyai pengertian “ciri
pandangan yang menyatakan bahwa keseluruhan sebagai suatu kesatuan lebih penting dari
pada satu-satu bagian dari suatu organisme”.Berdasarkan pengertian kata holistik diatas maka
istilah „pelayanan yang holistik‟ adalah pelayanan yang bersifat menyeluruh, tidak terbagi-
bagi. Pelayanan yang memandang, memahami, mendekati dan memperlakukan manusia
sebagai satu keseluruhan yang utuh. Ini merupakan sebuah pengakuan bahwa hakikat manusia
adalah memang terdiri atas unsur-unsur dan aspek-aspek yang berbeda-beda
(multidimensional), namun demikian kepelbagaian itu tidak dipahami sebagai yang bersiafat
dikhotomis (dapat dipisah-pisahkan atau saling dipertentangankan) ataupun hirarkis (seolah-
olah ada unsur yang lebih penting atau lebih mulia dari unsur lainnya). Perawat meyakini
manusia sebagai makhluk bio-psiko-sosio-kultural dan spiritual yang utuh berespons terhadap
suatu perubahan yang terjadi antara lain karena gangguan kesehatan dan penyimpangan
pemenuhan kebutuhan. Untuk dapat memenuhi kebutuhan secarra holistik dan unik
diperlukan pendekatan yang komprehensif dan bersifat individual bagi tiap sistem klien.
Pengaturan Pola hidup dan Pola makan dengan gizi dan kebutuhan berimbang
Silaturahmi Doktrin
2.8 Humanisme
2.8.1 Pengertian Humanisme
Perkembangan psikologi humanistik tidak lepas dari pandangan psikologi holistik dan
humanistik. ”Humanisme" dipandang sebagai sebuah gagasan positif oleh kebanyakan orang.
Humanisme mengingatkan kita akan gagasan-gagasan seperti kecintaan akan peri kemanusiaan,
perdamaian, dan persaudaraan. Tetapi, makna filosofis dari humanisme jauh lebih signifikan:
humanisme adalah cara berpikir bahwa mengemukakan konsep peri kemanusiaan sebagai fokus
dan satu-satunya tujuan. Kamus umum mendefinisikan humanisme sebagai "sebuah sistem
pemikiran yang berdasarkan pada berbagai nilai, karakteristik, dan tindak tanduk yang dipercaya
terbaik bagi manusia, bukannya pada otoritas supernatural mana pun". Dalam teori humanisme
lebih melihat pada sisi perkembangan kepribadian manusia.
Pendekatan ini melihat kejadian yaitu bagaimana dirinya untuk melakukan hal - hal yang
positif. Kemampuan positif ini disebut sebagai potensi manusia dan para pendidik beraliran
humanisme biasanya menfokuskan pengajarannya pada pembangunan kemampuan yang positif.
Kemampuan positif tersebut erat kaitannya dengan pengembangan emosi positif yang terdapat
dalam domain afektif. Emosi merupakan karateristik sangat kuat yang nampak dari para
pendidik beraliran humanisme. Dalam teori pembelajaran humanistik, belajar merupakan proses
yang dimulai dan ditujukan untuk kepentingan memanusiakan manusia. Dimana memanusiakan
manusia di sini berarti mempunyai tujuan untuk mencapai aktualisasi diri, pemahaman diri serta
realisasi diri orang yang belajar secara optimal.
2.8.2 Ciri - Ciri Teori Humanisme
Pendekatan humanisme dalam pendidikan menekankan pada perkembangan positif.
Pendekatan yang berfokus pada potensi manusia untuk mencari dan menemukan kemampuan
yang mereka punya dan mengembangkan kemampuan tersebut. Hal ini mencakup kemampuan
interpersonal sosial dan metode untuk pengembangan diri ditujukan untuk memperkaya diri,
menikmati keberadaan hidup dan masyarakat. Ketrampilan atau kemampuan membangun diri
secara positif ini menjadi sangat penting dalam pendidikan karena keterkaitannya dengan
keberhasilan akademik. Dalam teori belajar humanistik, belajar dianggap berhasil jika siswa
memahami lingkungannya dan dirinya sendiri. Siswa dalam proses belajarnya harus berusaha
agar lambat laun ia mampu mencapai aktualisasi diri dengan sebaik - baiknya. Teori belajar ini
berusaha memahami perilaku belajar dari sudut pandang pelakunya, bukan dari sudut pandang
pengamatnya. Tujuan utama para pendidik adalah membantu si siswa untuk mengembangkan
dirinya yaitu membantu masing - masing individu untuk mengenal diri mereka sendiri sebagai
manusia unik dan membantu dalam mewujudkan potensi - potensi yang ada dalam diri mereka.
Ada salah satu ide penting dalam teori belajar humanisme yaitu siswa harus mampu untuk
mengarahkan dirinya sendiri dalam kegiatan belajar - mengajar, sehingga siswa mengetahui apa
yang dipelajarinya serta tahu seberapa besar siswa tersebut dapat memahaminya juga siswa
dapat mengetahui mana, kapan, dan bagaimana mereka akan belajar. Dengan demikian, siswa
diharapkan mendapat manfaat dan kegunaan dari hasil belajar bagi dirinya sendiri. Aliran
humanisme memandang belajar sebagai sebuah proses yang terjadi dalam individu meliputi
bagian atau domain diantaranya domain kognitif, afektif dan psikomotorik. Dengan kata lain,
pendekatan humanisme menekankan pentingnya emosi atau perasaan, komunikasi terbuka dan
nilai - nilai yang dimiliki oleh setiap individu.
2.9 Holisme
Holisme, bila ditelusuri dari akarnya berasal dari konsep Aristoteles (filosof dari
Yunani), Baruch Spinoza (filosof Belanda), dan WilliamJames (filosof dan psikolog dari
Amerika),yang berkaitan dengan pergerakan Gestalt sebelum perang dunia. Holisme adalah
nama yang diberikan kepada keyakinan bahwa adalah semua terkait erat. Holistik melihat
dirinya terus-menerus sebagai bagian dari keseluruhan dan menganggap yang lain (manusia,
hewan, tumbuhan atau objek) sebagai yang lain. Konsep holisme selalu mengemukakan bahwa
organisme merupakan satu kesatuan yang utuh, bukan terbagi-bagi dalam bagianbagian.
Sehingga pikiran dan tubuh bukan merupakan bagian yang terpisah, tetapi merupakan satu
bagian yang utuh, dan apabila terjadi sesuatu pada salah satunya maka akan berpengaruh pada
keseluruhan. Holisme menegaskan bahwa organisme selalu bertingkahlaku sebagai kesatuan
yang utuh, bukan sebagai rangkaian bagian atau komponen berbeda. Jiwa dan tubuh bukan dua
unsur terpisah tetapi bagian dari satu kesatuan dan apa yang terjadi dibagian satu akan
mempengaruhi bagian lain. Pandangan holistik dalam kepribadian, yang terpenting adalah :
Kepribadian normal ditandai oleh unitas, integrasi, konsistensi dan koherensi (unity, integration,
consistency, dan coherence). Organisasi adalah keadaan normal dan disorganisasi berarti
patologik. 12 Organisme dapat dianalisis dengan membedakan tiap bagiannya, tetapi tidak ada
bagian yang dapat dipelajari dalam isolasi. Keseluruhan berfungsi menurut hukumhukum yang
tidak terdapat dalam bagian-bagian. Organisme memiliki satu dorongan yang berkuasa, yakni
aktualisasi diri (self actualization). Orang berjuang tanpa henti (continuous) untuk
merealisasikan potensi inheren yang dimilikinya pada ranah maupun terbuka baginya. Pengaruh
lingkungan eksternal pada perkembangan normal bersifat minimal. Potensi organisme, jika
terkuak di lingkungan yang tepat, akan menghasilkan kepribadian yang sehat dan integral.
Penelitian komprehensif terhadap satu orang lebih berguna daripada penelitian ekstensif
terhadap banyak orang mengenai fungsi psikologis yang diisolir.
BAB 3
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Middle range teori adalah bagian dari struktur disiplin ilmu keperawatan.Teori ini
menjelaskan fenomena spesifik yang terkait dengan praktek keperawatan. Kajian analisis teori
transendensi-diri menjelaskan bagaimana penuaan atau mendorong kerentanan manusia
melampaui batas-batas untuk diri intrapribadi fokus pada makna kehidupan, interpersonal
pada koneksi dengan orang lain dan lingkungan, temporal untuk mengintegrasikan masa lalu,
sekarang, dan masa depan, dan transpersonally untuk terhubung dengan dimensi di luar fisik
realitas. Transendensi-diri ini terkait dengan kesejahteraan atau penyembuhan, salah satu dari
diidentifi kasi fokus dari disiplin keperawatan. Teori ini telah diuji dalam penelitian dan
digunakan untuk memandu praktik keperawatan. Dengan ekspansi Middle Range Teori
memperkaya disiplin ilmu keperawatan.
https://diana-rahmawati-fkp14.web.unair.ac.id/artikel_detail-135780-Ilmu%20keperawatan%20dasar-
MIDLE%20RANGE%20THEO
https://ellaners.blogspot.com/2013/10/konsep-holistic-care-caring-holism.html?m=1