Anda di halaman 1dari 10

SOSIOKULTURAL DALAM KEPERAWATAN JIWA

Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata kuliah Keperawatan Jiwa Yang Diampu Oleh
Tanti S S.Kep, Ns, M.H.Kes

Disusun oleh :
Kelompok 4
Arisma Sagita KHGC20127
Dedi Irawan
Rahmi Nurul M KHGC20116
Rianti Rizkan S KHGC20117
Riska Wulandari KHGC20120
Teti Nuraeni KHGC 20086
Waldah Nafilah KHGC

Kelas : 2C – S1 Keperawatan

STIKES KARSA HUSADA GARUT


Kampus 1: Jl. Subyadinata No. 9, Jayaraga, Tarogong Kidul, Kabupaten Garut, Jawa
Barat 44151 Telp : (0262) 4704803
Kampus 2: Jl. Nusa Indah No.24, Jayaraga, Tarogong Kidul, Kabupaten Garut,
Jawa Barat 44151 Telp : (0262) 562374
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan yang Maha Esa Atas Rahmat dan Hidayah-
Nya saya dapat menyelesaikan Tugas “Makalah Sosiokultural Dalam Keperawatan Jiwa”dengan
tepat waktu.
Adapun tujuan dari penulisan dari makalah Asuhan Keperawatan ini adalah untuk
memenuhi Tugas Mata Kuliah Keperawatan Jiwa. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk
menambah wawasan tentang Keperawatan Jiwa bagi para pembaca dan juga bagi penulis.
Saya mengucapkan terima kasih kepada ibu Tanti S S.Kep, Ns, M.H.Kes selaku dosen
mata kuliah Keperawatan Jiwa yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat menambah
wawasan sesuai dengan bidang studi yang saya tekuni.
Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kriktik dan
saran yang membangun akan penulis terima demi kesempurnaan makalah ini.

Garut, 13 Maret 2022

Penulis
DAFTAR ISI

Contents
BAB I...............................................................................................................................................3
PENDAHULUAN...........................................................................................................................3
1. Latar Belakang.........................................................................................................................3
B. Rumusan Masalah...................................................................................................................4
C. Tujuan......................................................................................................................................4
BAB II.............................................................................................................................................4
PEMBAHASAN..............................................................................................................................4
A. Sosiokultural Dalam Konteks Asuhan Keperawatan Jiwa......................................................4
1. Pengkajian yang harus diperhatikan dalam sosiokultural........................................................4
2. Diagnosa keperawatan.............................................................................................................6
3. Intervensi dan Implementasi....................................................................................................6
4. Evaluasi....................................................................................................................................7
B. Hasil Telaah Jurnal Sosiokultural Dalam Asuhan Keperawatan Jiwa........................................8
a. Hasil.........................................................................................................................................8
b. Pembahasan..............................................................................................................................8
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................................9
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Tugas keperawatan sering dipahami sebgai meraat manusia biopsikososial yang cenderung
kurang diapahami sebagai merawat tubuh, jiwa, dan roh (spirit). Perawat meyakini manusia
sebagai makhluk bio-psiko-sosio-kultural berespon terhadap suatu peruabahan yang terjadi
antara lain karena gangguan kesehatan dan penyimpangan pemenuhan kebutuhan kebutuhan.
Perawat sebagai tenaga kesehatan yang professional mempunyai kesempatan yang paling besar
untuk memberikan pelayan kesehatan khususnya pelayanan atau asuhan keperawatan yang
komperehensif dengan membantu klien memenuhi kebutuhan dasar yang holistic. Perawat
memandang klien sebagai makhluk bio-psiko-sosio-kultural berespon secaar holistic dan unik
terhadap perubahan kesehatan atau pada keadaan krisis.
Dampak perkembangan jaman dan pengembangan dewasa ini juga menjadi faktor
peningkatan permasalahan kesehatan yang ada, menjadikan banyaknya masalah kesehatan fisik
juga masalah kesehatan mental/spiritual. Dengan semakin berkembangnya kehidupan
modernisasi disemua bidang kehidupan, menimbulkan gejolak sosial yang cukup terasa dalam
kehidupan manusia. Terjadinya perang, konflik dan lilitan ekonomi berkepanjangan salah satu
pemicu yang menimbulkan stress, depresi dan berbagai gangguan kesehatan jiwa. Stresor atau
tekanan, kecemasan, perasaan jengkel, harus dihadapi oleh seseorang, tekanan dapat
menimbulkan kecemasan, perasaan tidak nyaman, perasaan ini bisa diungkapkan baik secara
adaptif (konstruktif) atau maladaptive.
Sosiokultural meruapakn salah satu penyebab stressor yang sering terjadi. Pengaruh
lingkungan yang tidak bagus menyebabkan sseseorang mengalami stress. Apabila stress tersebut
tidak diatasi dengan baik dengan mekanisme koping yang baik pula maka akan depresi. Salah
satu pengkajian yang dapat dilakukan perawat jiwa yaitu menanyakan factor predisposisi
sosiokultural pasien dengan wawancara kepada klien mauoun pihak keluarga.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana sistem Sosiokultural dalam konteks asuhan keperawatan jiwa?
2. Apa dampak positif dan Negatif dari Sosiokultural di lingkungan masyarakat?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui sosiokultural dalam konteks asuhan keperawatan
2. Untuk mengevaluasi tindakan sosiokultural yang ada di lingkungan masyarakat
BAB II
PEMBAHASAN

A. Sosiokultural Dalam Konteks Asuhan Keperawatan Jiwa


Sosiokultural merupakan kebudayaan yang secara teknik ide atau tingkah laku yang dapat
dilihat maupun yang tidak terlihat. Disamping mempengaruhi pertubuhan dan perkembangan
kepribadian seseorang misalnya melalui aturan-aturan kebiasaan yang berlaku dalam kebudayaan
tersebut. Yang termasuk dalam sosiokultural yaitu usia, gender, pendidikan, pendapatan,
okupasi, posisi social, latar belakang budaya, keyakinan, politik, pengalaman social, dan
tingkatan social.
Dalam setiap interaksi dengan pasien, perawat psikiatris harus menyadari kehidupan pasien
dan menyadari persepsinya mengenai sehat dan sakit. Perilaku mencari bantuan, dan kepatuhan
pada pengobatan. Perawat yang peka pada kultural memahami pentingnya kekuatan social dan
kultural bagi individu, mengenal keunikan, dan mengabungkan informasi sosiokultural ke
dalama suhan keperawatan.
Sosiokultural mempengaruhi faktor resiko dan faktor predisposisi yang meyebabkan
terjadinya stress pada individu dan juga mempengaruhi tipe dan sumber individu untuk
menghadapi stress. Perawat perlu tahu mengenai sosiokultural pasien dikarenakan memberikan
gambaran yang penting untuk asuhan keperawatan psikiatri yang bermutu. Lingkungan social
sangat mempegaruhi sikap individu dalam mengekspresikan marah. Norma budaya dapat
mendukung individu untuk berespon asertif atau agresif. Perilaku kekerasan dapat dipelajari
secara langsung melalui proses sosialisasi.

Faktor – faktor resiko sosiokultural


Faktor resiko atau faktor predisposisi ini dapat secara bermakna meningkatkan potensi
berkembangnya kelainan psikiatri mengurangi potensi penyembuhan,atau keduanya bersamaan
faktor-faktor tersebut memberikan gambaran sosiokultural pasien yang penting untuk asuhan
keperawatan pisikiatri yang bermutu.
Faktor – faktor resiko sosiokultural sebagai berikut :
1. Usia
2. Suku Bangsa
3. Gender
4. Pendidikan
5. Penghasilan
6. Sistem keyakinan

Stresor sosiokultural
Kurangnya kesadaran tentang faktor raesiko dan pengaruhnya terhadap individu, sejalan dengan
kurangnya penghargaan terhadap perbedaan sosiokultural dapat mengakibatkan asuhan
keperawatan yang tidak memadai
Beberapa stresor sosiokultural yang juga bisa mempengaruhi mutu asuhan adalah sebagai
berikut:

1. Pengkajian yang harus diperhatikan dalam sosiokultural


Pengkajian dalah proses mengumpulkan data untuk mengidentifikasi masalah kesehatan
jiwa pasien sesuai dengan latar belakang budaya pasien. Yang perlu diperhatikan dalam
pengkajian sosiokultural yaitu:

a. Faktor agama dan falsafah hidup


Factor agama yang harus dikaji oleh perawat adalah agama yang dianut, status pernikahan, cara
pandang klien terhadap penyebab penyakit, cara pengobatan dan kebiasaan agama berdampak
positif terhadap kesehatan.
b. Factor social dan keterikatan keluarga
Pada tahap ini perawat perlu mengkaji nama lengkap, nama panggilan, umur dan tempat tanggal
lahir, jenis kelamin, status, tipe keluarga, pengambilan keputusan dalam keluarga, dan hubungan
klien dengan kepala keluarga.
Nilai-nilai budaya dan gaya hidup
c.Nilai budaya adalah sesuatu yang dirumuskan dan ditetapkan oleh oenganut budaya yang
dianggap baik atau buruk. Yang perlu dikaji pada factor ini adalah: posisi dan jabatan yang
dipegang oleh kepala keluarga, bahasa yang digunakan, kebiasaan makanan, makan yang
dipantang dlaam kondisi sakit, persepsi sakit berkaitan dengan aktivitas sehari-hari dan
kebiasaan membersihkan diri.
d.Factor teknologi
Teknologi kesehatan memungkinkan individu memilih atau pendapat penawaran menyelesaikan
masalah dalam pelayanan kesehatan. Perawat merlu mengkaji: persepsi sehat sakit, kebiasaan
berobat atau mengatasi masalah kesehatan, alasan mencari bantuan kesehatan, alasan klien
memilih pengobatan alternative dan persepsi klien tentang penggunaan dan pemanfaatan
teknologi untuk mengatasi permasalah kesehatan saat ini.
e. Factor ekonomi
Yang perlu dikaji pada tahap ini yaitu pekerjaan klien, pendapatan dan pengeluaran klien.
f. Factor Pendidikan
yaitu tingkat Pendidikan yang dimiliki oleh pasien baik SD, SMP, SMA/SMK, atau perguruan
tinggi.

2. Diagnosa keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah respon klien sesuai latar belakang budayanya yang dapat dicegah,
diubah atau dikurangi melalui intervensi keperawatan. (Giger and Davidhizar, 1995).
Daftar beberapa diagnose keperawatan yang muncul pada pasien dengan gangguan sosiokultural
yaitu:
a. Resiko perilaku kekerasan berhubungan dengan lingkungan tidak teratur.
b. Gangguan interaksi social berhubungan dengan ketidakaturan atau kekacauan lingkungan.
c. Ketidakpatuhan dalam pengobatan berhubungan dengan sistem nilai yang diyakini
d. Gangguan komunikasi verbal berhubungan dengan perbedaan kultur

3. Intervensi dan Implementasi


Perencanaan dan pelaksanaan dalam sosiokultural adalah suatu proses keperawatan yang tidak
dapat dipisahkan. Perencanaan adalah suatu proses memilih strategi yang tepat dan pelaksanaan
adalah melaksanakan tindakan yang sesuai dengan latar belakang budaya klien.
Ada tiga pedoman yang ditawarkan dalam keperawatan sosiokultural yaitu :
mempertahankan budaya yang dimiliki klien bila budaya klien tidak bertentangan dengan
kesehatan, mengakomodasi budaya klien bila budaya klien kurang menguntungkan kesehatan
dan merubah budaya klien bila budaya yang dimiliki klien bertentangan dengan kesehatan.

a. Cultural care preservation/maintenance


1) Identifikasi perbedaan konsep antara klien dan perawat tentang proses melahirkan dan
perawatan bayi
2) Bersikap tenang dan tidak terburu-buru saat berinterkasi dengan klien
3) Mendiskusikan kesenjangan budaya yang dimiliki klien dan perawat
b. Cultural care accomodation/negotiation
1) Gunakan bahasa yang mudah dipahami oleh klien
2) Libatkan keluarga dalam perencanaan perawatan
3) Apabila konflik tidak terselesaikan, lakukan negosiasi dimana
kesepakatan berdasarkan pengetahuan biomedis, pandangan klien dan standar etik.
c. Cultual care repartening/reconstruction
1) Beri kesempatan pada klien untuk memahami informasi yang diberikan dan melaksanakannya
2) Tentukan tingkat perbedaan pasien melihat dirinya dari budaya kelompok
3) Gunakan pihak ketiga bila perlu
4) Terjemahkan terminologi gejala pasien ke dalam bahasa kesehatan yang dapat dipahami oleh
klien dan orang tua
5) Berikan informasi pada klien tentang sistem pelayanan kesehatan Perawat dan klien harus
mencoba untuk memahami budaya masing-masingmelalui proses akulturasi, yaitu proses
mengidentifikasi persamaan dan perbedaan budaya yang akhirnya akan memperkaya budaya
budaya mereka. Bila perawat tidak memahami budaya klien maka akan timbul rasa tidak percaya
sehingga hubungan terapeutik antara perawat dengan klien akan terganggu. Pemahaman budaya
klien amat mendasari efektifitas keberhasilan menciptakan hubungan perawat dan klien yang
bersifat terapeutik.

4. Evaluasi
Evaluasi asuhan keperawatan sosiokultural dilakukan terhadap keberhasilan klien tentang
mempertahankan budaya yang sesuai dengan kesehatan, mengurangi budaya klien yang tidak
sesuai dengan kesehatan atau beradaptasi dengan budaya baru yang mungkin sangat
bertentangan dengan budaya yang dimiliki klien. Melalui evaluasi dapat diketahui asuhan
keperawatan yang sesuai dengan latar belakang budaya klien.
Beberapa stressor sosiokultural yang juga bisa mempengaruhi mutu asuhan yaitu:
1. Keadaan yang merugikan
Kekurangan sumber sosioekonomi yang merugikan dasar untuk adaptasi biopsikososial.
2. Steroetipe
Konsepsi depersonalisasi dari individu di dalam suatu kelompok.
3. Itolerans
Ketidaksediaan untuk menerima perbedaan pendapat untuk keyakinan orang lain yang berasal
dari latar belakang yang berbeda.
4. Stigma
Suatu atribut atau sifat yang melekat pada lngkungan social individu sebagai sesuatu yang
berbeda dan rendah.
5. Prasangka
Keyakinan yang tidak menyenangkan tentang individua tau kelompok dengan tidak
memperlihatkan pengethauan, pikiran, atau alasan.
6. Diskriminasi
Perlakuan yang berbeda dari individua tau kelompok yang tidak berdasarkan atas kebaikan yang
sebenarnya.
7. Rasisme
Keyakinan tentang perbedaan yang terdapat antar ras yang menentukan pencapaian indivu dan
Bahasa ras yang satu lebih tinggi.

B. Hasil Telaah Jurnal Sosiokultural Dalam Asuhan Keperawatan Jiwa


Berdasarkan data atau hasil penelitian terkemuka yang bersumber dari media mengenai
sosiokultural yang berhubungan dengan keperawatan jiwa diantaranya adalah :

1. Jurnal “Hubungan Sosial Budaya Dengan Kejadian Stress pada Lansia di


PSanti Sosial TresnaWerdha Nirwana Puri Samarinda”
a. Hasil :
Berdasarkan telaah jurnal (Muhammad Zihad Ramadhani & Amalia, 2019) mengenai
hubungan sosial budaya dengan kejadian stress pada lansia di panti sosial tresnawerdha nirwana
puri samarinda, didapatkan hasil yaitu sosial budaya pada lansia di Panti Sosial Werdha Tresna
Nirawana Puri menunjukkan bahwa pada variable sosial budaya dengan pembagian pada lansia
yaitu baik sebanyak 17 orang (35,4%), dan tidak baik sebanyak 31 orang (64,6%). Kejadian
Stress pada lansia di Panti Sosial Werdha Tresna Nirawana Puri menunjukkan bahwa pada
variable stress pada lansia adalah ringan 6 lansia (12,5%), sedang sebanyak 29 lansia (60,4%),
dan berat sebanyak 13 lansia (27,1%).
b. Pembahasan
Dari uji statistik hubungan sosial budaya dengan kejadian strespada lansia di panti sosial
tresna werdha nirwana puri samarinda menggunakan uji alternative, sehingga di dapat p value
sebesar 0,179 nilai ini lebih besar nilai taraf signifikan yaitu 0,05. Sehingga dapat di simpulkan
bahwa tidak ada hubungan antara sosial budaya dengan kejadian stres pada lansia. Sosial budaya
memiliki makna yang sangat luas, akan tetapi dalam bagaimana seseorang seharusnya
melakukan sesuatu. Hubungan budaya dengan kesehatan mental yang meliputi tiga hal yaitu :
kebudayaan yang mendukung dan menghambat kesehatan mental, kebudayaan memberikan
peran tertentu terhadap penderita gangguan mental, dan berbagai bentuk gangguan mental karena
faktor kultural (Wallace, R.A. and K Selman, 1981). Ini adalah psikosis yang di tandai oleh
tindakan yang secara tiba-tiba mengamuk, berteriak, merusak, bahkan sampai membunuh
(Danial, 2010).
Di antaranya stres sosial budaya ialah stres akulturtatif dan stress status sosial ekonomi.
Akulturasi sendiri mengacu pada perubahan kebudayaan yang merupakan akibat dari kontak
langsung yang bersifat terus menerus, antara dua kelompok kebudayaan yang berbeda. Stress
akulturtatif adalah konsekuensi negative dari akulturasi. Sementara status sosial ekonomi
seringkali menyebabkan stress yang amat berat bagi remaja dan keluarga. Kemiskinan juga
berhubungan dengan kejadian yang mengancam dan tidak dapat dikembalikan.

DAFTAR PUSTAKA
Nurhalimah. 2016. Modul Bahan Ajar Cetak Keperawatan Jiwa.
http://bppsdmk.kemkes.go.id/pusdiksdmk/wp- content/uploads/2017/08/Keperawatan-Jiwa-
Komprehensif.pdf. Diakses pada tanggal 29 Juni 2020.
Sari, H., & Sirna, W. (2015). Faktor Predisposisi Penderita Skizofrenia Di Poli Klinik
Rumah Sakit Jiwa Aceh. Vi(2), 14–18.
Muhammad Zihad Ramadhani & Amalia, N., 2019. Hubungan Sosial Budaya Dengan
Kejadian Stress pada Lansia di Panti Sosial TresnaWerdha Nirwana Puri Samarinda. ,
pp.120–125.
Utomo, T.L., 2013. Hubungan Antara Faktor Somatik, Psikososial, Dan Sosiokultur
Dengan Kejadian Skizofrenia Di Instalasi Rawat Jalan RSJD Surakarta. , 01(02), pp.2–17.
Hermiati, D., & Harahap, R. M. (2018). Faktor Yang Berhubungan Dengan Skizofrenia. 1,
78–92.
Laksono Utomo, Tajung. 2013. Hubungan Antara Faktor Somatik, Psikososial, Dan Sosio-
Kultur Dengan Kejadian Skizofrenia Di Instalasi rawat Jalan RSJD Surakarta.
http://eprints.ums.ac.id/25973/. Diakses pada tanggal 29 Juni 2020.
Yusuf Ah, Rizky Fitryasari PK dan Hanik Endang Nihayati. 2020. Buku Ajar Keperawatan
Kesehatan Jiwa. Jakarta: Salemba Medika.

Anda mungkin juga menyukai