Anda di halaman 1dari 7

BAB I

A. LATAR BELAKANG
Phlebitis adalah peradangan akut pada lapisan internal vena. Phlebitis ditandai dengan
rasa sakit dan nyeri di sepanjang aliran vena, kemerahan, bengkak dan teraba hangat di
area sekitar pemasangan infus.
Penelitian yang dilakukan oleh Salgueiro, Parreira, dan Veiga tahun 2012 di Medical
Ward of a Central Hospital di Portugal menyatakan bahwa kejadian phlebitis sering
muncul pada pasien yang mendapatkan terapi cairan infus dengan persentase kejadian
phlebitis sebanyak 11,09% dan kejadian phlebitis dapat menyebabkan infeksi pada aliran
pembuluh darah.
Depkes RI tahun 2006 juga menyatakan bahwa di Indonesia dengan nilai persentase
sebanyak 17,11% muncul kejadian phlebitis yang disebabkan oleh infeksi nasokomial
pada saat pemasangan infus yang dapat merugikan pasien dan lamanya proses
penyembuhan selama dirumah sakit (Chandra, Wasisto, & Agrina, 2013).
Angka kejadian phleibitis di ruangan Lontara 3 Interna sebanyak 65 %. Setiap hari
jumlah pasien yang masuk sebanyak 12 orang, 4 diantaranya biasa mengalami phleibitis.
Hal ini tentu saja harus menjadi perhatian perawat dalam memberikan asuhan
keperawatan.
Phlebitis merupakan masalah yang sering muncul pada pasien bila diberikan terapi
pemberian cairan infus, sehingga perawat harus menanggapi phlebitis dengan serius,
walaupun kejadian phlebitis ini tidak menyebabkan kematian. Kejadian phlebitis yang
muncul akibat tidak adanya atau kurangnya perawatan terhadap infus, sehingga dapat
merugikan pasien dengan menambah rasa nyeri pada pasien dan juga membuat
penambahan biaya karena lamanya perawatan di rumah sakit (Kristiyawati dan Solechan,
2011 dalam Chandra, Wasisto, & Agrina, 2013).
Kejadian phlebitis dapat dikurangi dengan cara melakukan tindakan seperti mencuci
tangan sebelum melakukan tindakan penusukan kateter infus, menggunakan glove,
memastikan lingkungan sekitar pasien dalam keadaan bersih, memastikan alat infus yang
digunakan dalam keadaan steril, menyiapkan kondisi kulit pasien terhindar dari
masuknya kuman dengan cara mengoleskan cairan antiseptik seperti alkohol sebelum
penusukan, membuang jarum infus kateter ke dalam limbah medis, membuang peralatan
yang telah kontak dengan pasien secara langsung kedalam limbah medis, dan jika sudah
terjadi phlebitis maka selang kateter infus segera dicabut agar tidak menambah kesakitan
pada pasien (Higginson & Andrew, 2013).
B. TUJUAN
1. Tujuan umum:
Untuk mengetahui pencegahan kejadian phlebitis pada pasien rawat inap
2. Tujuan khusus:
a. Untuk mengetahui lama pemasangan infus dengan kejadian phlebitis.
b. Untuk mengetahui pengggunaan antiseptic alcohol 70% dan oktenidine
dihydrochloride 0,1% pada prosedur pemasangan infus dan mencegah phlebitis.
c. Untuk mengetahui perbedaan kajadian phlebitis antara penggunaan kasa steril
betadin dan curapor IV dressing dalam tehnik pemasangan infus pada ekstremitas
atas .
d. Untuk mengetahui perbedaan efektifitas antara balutan transparan dan balutan kasa
terhadap kejadian phlebitis.
C. MANFAAT
1. Manfaat bagi rumah sakit
a. Dapat memberikan informasi dan meningkatkan kesadaran agar lebih
meningkatkan atau mengutamakan prinsip steril dalam pemasangan infus
b. Dapat memberikan informasi dan meningkatkan kesadaran untuk menyiapkan
fasilitas cuci tangan disetiap ruangan.
c. Dapat memberikan informasi yang positif bagi RS sebagai upaya pencegahan
phlebitis dan dapat diaplikasikan di RS.
2. Manfaat bagi pelayanan keperawatan
a. Bagi tenaga kesehatan diharapkan dapat meningkatkan kepedulian terhadap upaya
untuk mengurangi kejadian phlebitis dan jika pasien mengalami phlebitis maka
perlunya tindakan penggantian infus secara langsung
b. Bagi tenaga kesehatan dalam pemasangan infuse lebih meningkatkan kesadaran
untuk menjaga kesterilian pelaku, area yang akan di insersi dan alat-alat yang
akan digunakan, hal ini sangat bermanfaat bagi pasien
c. Bagi tenaga kesehatan dapat meningkatkan kesadaran dalam melakukan cuci
tangan 6 langkah atau sesuai SOP sebelum melakukan tindakan terutama yang
terpapar langsung dengan pasien sehingga dapat menurunkan angka flebitis.
D. KRITERIA INKLUSI DAN EKSKLUSI
1. Kriteria inklusi:
a. Pasien yang rawat inap dan di pasangi infus.
b. Pasien yang terpasang iv kateter diekstremitas atas .
c. Minimal terpasang infus 72 jam.
2. Kriteria eksklusi:
a. Pasien pulang paksa.
b. Pasien yang tidak kooperatif dalam pemasangan infus.
E. CRITICAL QUESTION (PICOT)

Jurnal P I C O T
1 Semua pasien yang Lama Perbandingan Ada pengaruh lama Peneliti tidak
terpasang infus pemasangan antara lama pemasangan infuse memaparkan
dibangsal, dengan infus pemasangan terhadap kejadian instrument
jumlah sampel 133 infus <3 hari phlebitis yang digunakan
orang dengan kejadian dalam
phlebitis dan pengumpulan
lama data
pemasangan
infuse ≥ 3 hari
dengan kejadian
phlebitis
2 Jumlah sampel Pemberian Perbedaan Tidak ada
sebanyak 50 subjek antiseptik alkohol penggunaan perbedaaan
terdiri dari 25 70% pada antara antiseptik penggunaan antara
subjek kelompok kelompok kontrol alkohol 70% antiseptik alkohol
alcohol 70% dan 25 sebelum dan octenenidine 70%
subjek kelompok pemasangan dihydrochloride dan octenenidine
octenenidine infus. Intervensi 0,1% dihydrochloride
dihydrochloride selanjutnya 0,1% dengan
0,1% pemberian kejadian flebitis
antiseptik
octenenidine
dihydrochloride
0,1% pada
kelompok uji
sebelum
penusukan infuse
3 Populasi pasien Pemberian Perbedaan Tidak ada
baru rawat inap R. penutup daerah antara perbedaaan
Hasan RS Roemani insersi dengan penggunaan kejadian phlebitis
Muhammadiyah kassa steril kassa steril antara penggunaan
semarang betadin dan betadin dan kassa steril betadin
Curapor IV Curapor IV dan Curapor IV
dressing pada dressing dengan dressing
pemasangan kejadian
infuse phlebitis
4 Jumlah sampel 32 Pemberian Perbedaan Tidak ada Peneliti tidak
responden yang balutan efektifitas antara perbedaan menyebutkan
terdiri dari 16 transparan dan penggunan efektifitas antara jumlah populasi
responden balutan balutan kasa pada balutan balutan transparan
transparan dan 16 pemasangan transparan dan dan balutan kasa
responden balutan infuse balutan kasa terhadap kejadian
kasa terhadap phlebitis
kejadian
phlebitis
5
6

BAB II

A. TINJAUAN UMUM MENGENAI TEMPAT PENERAPAN (EBN)


BAB III

PENUTUP

A. ANALISIS SWOT
S: (STRENGHT) KEUTAMAAN,MANFAAT : Untuk mencegah kajadian phlebitis
yang dapat mengakibatkan ketidaknyamanan pada pasien dan menambah lama perawatan
pasien selama di rawat inap

W (WEAKNES) KELEMAHAN TINDAKAN :


O: (OPURTUNITY) PELUANG DITERAPKAN : Untuk mencegah phlebitis tindakan
yang dilakukan sangat mudah sehingga berpeluang besar untuk diterapkan antara lain:
1. Menghindari lama pemasangan infuse minimal pemasangan infus 72 jam
2. Penggunaan aseptik saat penusukan baik alcohol 70% maupun octenidene
dihydrochloride 0,1%
3. Penggunaan tehnik cuci tangan yang benar yaitu melakukan cuci tangan 6 langkah
atau sesuai SOP
4. Penggunaan balutan dalam tehnik pemasangan infus baik balutan transparan, balutan
kasa, balutan kasa Betadine dan curapor IV dressing
5. Meningkatkan pengetahuan perawat tentang terapi infus

TRHEAT: ANCAMAN TIDAK DITERAPKAN

Anda mungkin juga menyukai