Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN PENDAHULUAN DENGAN DIAGNOSA MEDIS

FRAKTUR DI RUANG IGD RUMAH

SAKIT UMUM BHAYANGKARA MAKASSAR

OLEH :

SANDY DARMAWAN

D.17.05.065

PRECEPTOR LAHAN PRECEPTOR INSTITUSI

( ) ( )

PROGRAM STUDI PROFESI NERS

STIKES PANRITA HUSADA BULUKUMBA

TAHUN 2017/2018
LAPORAN PENDAHULUAN

A. Konsep Medis Fraktur

1. Pengertian

Fraktur adalah terputusnya kontinuitas tulang dan ditentukan sesuai

dengan jenisnya dan luasnya (Smeltzer,2002). Fraktur terjadi jika tulang

dikenai stres yang lebih besar dari yang dapat diabsorpsinya. Fraktur dapat

disebabkan oleh pukulan langsung, gerakan memuntir mendadak, gaya

meremuk, dan bahkan kontraksi otot yang ekstrem. Oleh karena adanya

tulang yang patah, jaringan sekitarnya juga akan terpengaruh,

mengakibatkan edema jaringan lunak, perdarahan ke otot dan sendi,

dislokasi sendi, ruptur tendon, kerusakan sarap dan kerusakan pembuluh

darah ( Brunner and Suddarth, 2009).

2. Etiologi

Pada umumnya fraktur biasanya di sebabkan karena hal-hal sebagai berikut:

a. Pukulan langsung

b. Gerakan puntir mendadak

c. Kekuatan otot yang ekstrem

d. Dan kondisi patologis tertentu,misalnya osteoporosis

Selain itu ada juga beberapa faktor predisposisi orang mengalami fraktur

misalnya faktor jenis kelamin.kebanyakan laki-laki pada usia dewasa lebih

banyak yang mengalami fraktur di bandingkan perempuan, hal itu di


sebabkan karena laki-laki lebih banyak memiliki aktivitas fisik di

bandingkan dengan perempuan. Berbeda halnya dengan usia lanjut,

perempuan lebih dominan terkena fraktur di bandingkan laki-laki, hal itu di

sebabkan karena faktor hormon yang mempengaruhi kepadatan tulang

perempuan.(smeltzer,2002)

3. Klasifikasi fraktur

a. Fraktur tertutup: fraktur tapi tidak menyebabkan robeknya kulit

b. Fraktur terbuka: fraktur dengan luka pada kulit atau membran mukosa

sampai ke patahan tulang.

c. Fraktur komplet : patah pada seluruh garis tengah tulang dan biasanya

mengalami pergeseran.

d. Fraktur tidak komplet: patah hanya pada sebagian dari garis tengah

tulang

e. Greenstick: fraktur dimana salah satu sisi tulang patah,sedang sisi

lainnya membengkak.

f. Transversal: fraktur yang garis patahnya tegak lurus

g. Kominutif: fraktur dengan tulang pecah menjadi beberapa frakmen

h. Depresi: fraktur dengan fragmen patahan terdorong ke dalam

i. Kompresi: Fraktur dimana tulang mengalami kompresi (terjadi pada

tulang belakang)

j. Patologik: fraktur yang terjadi pada daerah tulang yang berpenyakit

(Lukman, Nurnaningsih,2009)
4. Patofisiologi

Pada dasarnya, tulang bersifat rapuh namun cukup mempunyai kekuatan

dan gaya pegas untuk menahan tekanan. Tapi apabila tekanan eksternal yang

datang lebih besar dari yang dapat diserap tulang, maka terjadilah trauma

pada tulang yang mengakibatkan rusaknya atau terputusnya kontinuitas

tulang.

Setelah terjadi fraktur, periosteum dan pembuluh darah serta saraf dalam

korteks, marrow, dan jaringan lunak yang membungkus tulang rusak.

Perdarahan terjadi karena kerusakan tersebut dan terbentuklah hematoma di

rongga medula tulang. Jaringan tulang segera berdekatan ke bagian tulang

yang patah. Jaringan yang mengalami nekrosis ini menstimulasi terjadinya

respon inflamasi yang ditandai denagn vasodilatasi, eksudasi plasma dan

leukosit, dan infiltrasi sel darah putih. Kejadian inilah yang merupakan dasar

dari proses penyembuhan tulang nantinya(lukman,nurnaningsih,2009)

5. Manifestasi klinik

Ada beberapa tanda dan gejala dari fraktur, diantaranya sebagai berikut :

a. Nyeri terus menerus dan bertambah beratnya samapi fragmen tulang

diimobilisasi, hematoma, dan edema

b. Deformitas karena adanya pergeseran fragmen tulang yang patah

c. Terjadi pemendekan tulang yang sebenarnya karena kontraksi otot yang

melekat diatas dan dibawah tempat fraktur

d. Krepitasi akibat gesekan antara fragmen satu dengan lainnya


e. Pembengkakan dan perubahan warna lokal pada kulit (lukman,

nurnaningsih, 2009)

6. Penatalaksanaan

Adapun penatalaksanaan kedaruratan yaitu sebagai berikut :

a. Melakukan imobilisasi dengan memasang bidai, semantara dengan

batasan yang memadai, dan kemudian dibebat denga kencang namun

tepap harus memperhatikan nadi perifer

b. Lika ditutup dengan pembalut yang steril untuk mencegah kontaminasi

jaringan yang lebih dalam pada luka terbuka

c. Ekstermitas sebisa mungkin tidak digerakkan untuk mencegah

kerusakan jaringan lunak lebih lanjut

Adapun pertolongan pertama pada penderita fraktur di luar rumah sakit yaitu

sbb:

a. Untuk mengatasi jalan napas pada pasien yang tidak sadar, dapat

dilakukan tindakan dengan cara memiringkan pasien. Rahan dan lidah di

tarik dan bersihkan faring engan jari-jari

b. Apabila terjadi perdarahan pada luka, dapat dilakukan tindakan dengan

cara meletakkan kain yang bersih dan cukup tebal serta dilakukan

penekanan dengan tangan atau di balut dengan perban yang cukup

menekan.

c. Apabila terjadi syok , dapat dilakukan pemberian transfusi darah,

pemberian cairan lain .


Selain itu untuk mengembalikan fungsi tulang dapat dilakukan tindakan

seperti :

a. Reduksi dan imobilisasi harus dipertahankan sesuai kebutuhan

b. Pemberian analgetik untuk mengerangi nyeri

c. Status neurovaskuler (misal: peredaran darah, nyeri, perabaan gerakan)

dipantau

d. Latihan isometrik dan setting otot diusahakan untuk meminimalakan

atrofi disuse dan meningkatkan peredaran darah

7. Komplikasi

a. Kerusakan arteri :pecahnya arteri karena trauma

b. Infeksi : sistem pertahanan tubuh rusak apabila ada trauma pada

jaringan

c. Auaskuler nekrosis : terjadi karena aliran darah ketulang rusak atau

terganggu yang bisa mengakibatkan nekrosis tulang

d. Shock : shock terjadi karena kehilangan banyak darah dan

meningkatnya permeabilitas kapiler yang bisa mengakibatkan

menurunnya oksigenasi.

e. Sindrom kompartemen.

f. Hemartrosis dan kerusakan ligament bila fraktur terjadi didekat

g. Malunion: tulang patah telah sembuh dalam posisi yang tidak

seharusnya
h. Delayed union : proses penyembuhan yang terus berjalan tetapi dengan

kecepatan yang lebih lambat dari keadaan normal.

i. Non union : tulang yang tidak menyambung kembali.

8. Pemeriksaan diagnostik

a. Pemeriksaan foto radiologi dari fraktur : menentukan lokasi, luasnya

b. Pemeriksaan jumlah darah lengkap

c. Arteriografi : dilakukan bila kerusakan vaskuler dicurigai

d. Kreatinin : trauma otot meningkatkanbeban kreatinin untuk klirens

ginjal
B. Konsep Keperawatan

1. Pengkajian

a. Aktifitas/Istirahat

Keterbatasan/ kehilangan pada fungsi pada bagian yang terkena (mungkin

segera, fraktur itu sendiri atau terjadi secara sekunder, dari pembengkakan

jaringan, nyeri).

b. Sirkulasi.

1) Hipertensi (kadang-kadang terlihat sebagai respon terhadap nyeri atau

ansietas) atau hipotensi (kehilangan darah)

2) Takikardia (respon stress, hipovolemia)

3) Penurunan/ tidak ada nadi pada bagian distal yang cedera; pengisian

kapiler lambat, pusat pada bagian yang terkena.

4) Pembengkakan jaringan atau masa hematoma pada sisi cedera

c. Neurosensori

1) Hilang gerakan/ sensasi, spasme otot

2) Kebas/ kesemutan (parestesia)

3) Deformitas lokal: angulasi abnormal, pemendekan, rotasi, krepitasi

(bunyi berderit ) Spasme otot, terlihat kelemahan/ hilang fungsi.

4) Agitasi (mungkin badan nyeri/ ansietas atau trauma lain

d. Nyeri/ kenyamanan
1) Nyeri berat tiba-tiba pada saat cedera (mungkin terlokalisasi pada area

jaringan / kerusakan tulang pada imobilisasi), tak ada nyeri akibat

kerusakan saraf

2) Spasme/ kram otot

e. Keamanan

1) Laserasi kulit, avulsi jaringan, pendarahan, perubahan warna

2) Pembengkakan lokal (dapat meningkat secara bertahap atau tiba-tiba)

(Doenges, M.2010 )

2. Diagnosa Keperawatan

a. Nyeri berhubungan dengan spasme otot, gerakan fragmen tulang, edema,

cedera jaringan lunak, pemasangan traksi

b. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan gangguan musculoskeletal

(trauma jaringan sekunder akibat fraktur

c. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan factor mekanik

d. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan ketidak adekuatan pertahanan

primer (kerusakan kulit, taruma jaringan lunak, prosedur invasif/traksi

tulang)

3. Intervensi Keperawatan

a. Nyeri berhubungan dengan spasme otot, gerakan fragmen tulang, edema,

cedera jaringan lunak, pemasangan traksi

Intervensi :

1) Kaji nyeri secara komprehensif


2) Observasi TTV

3) Jelaskan tentang penyebab nyeri

4) Ajarkan teknik relaksasi nafas dalam

5) Kolaborasikan pemberian analgetik

b. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan gangguan musculoskeletal

(trauma jaringan sekunder akibat fraktur

Intervensi :

1) Kaji dan pantau energy dan tingkat kemampuan aktivitas pasien

2) Lakukan latihan rentan gerak pasif pada ekstremitas yang mengalami

gangguan : lakukan dengan perlahan.

3) Ubah posisi sendi bahu setiap 2 sampai 4 jam

4) Gunakan sling selempang pada bagian clavikula

5) Minta pasien menggunakan lengan yang tidak sakit untuk melatih

lengan yang sakit

c. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan factor mekanik

Intervensi :

1) kaji factor penyebab kerusakan integritas kulit dan pantau luas dari

kerusakan integritas kulit

2) cuci area yang kemerahan dengan lembut menggunakan sabun yang

ringan, bilas hingga bersih untuk menghilangkan sisa sabun .

3) lindungi lapisan luka dari trauma dengan menggunakan perban

4) tingkatkan asupan protein dan karbohidrat


d. Risiko disfungsi neurovaskuler perifer berhubungan dengan penurunan

aliran darah (cedera vaskuler, edema, pembentukan trombus)

Intervensi :

1) Dorong klien untuk secara rutin melakukan latihan menggerakkan

jari/sendi distal cedera.

2) Hindarkan restriksi sirkulasi akibat tekanan bebat/spalk yang terlalu

ketat.

3) Pertahankan letak tinggi ekstremitas yang cedera kecuali ada

kontraindikasi adanya sindroma kompartemen.

4) Berikan obat antikoagulan (warfarin) bila diperlukan.

5) Pantau kualitas nadi perifer, aliran kapiler, warna kulit dan

kehangatan kulit distal cedera, bandingkan dengan sisi yang normal.

e. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan ketidak adekuatan pertahanan

primer (kerusakan kulit, taruma jaringan lunak, prosedur invasif/traksi

tulang)

Intervensi :

1) Kaji tanda-tanda vital dan tanda-tanda peradangan lokal pada luka.

2) Ganti balutan luka secara septik aseptik setiap hari

3) Lakukan perawatan pen steril dan perawatan luka sesuai protocol

4) Anjurkan pasien untuk menjaga kebersihan dan mempertahankan

sterilitas insersi pen

5) Kolaborasi pemberian antibiotika dan toksoid tetanus sesuai indikasi.


6) Analisa hasil pemeriksaan laboratorium (Hitung darah lengkap, LED,

Kultur dan sensitivitas luka/serum/tulang)


4. Pathway

Trauma langsung
1. Hantaman Trauma tidak
2. Kecelakaan langsung
3. DLL
1. Osteopororsisi
Tekanan 2. osteomielitis
pada tulang 3. eganasan
4. DLL
Tidak mampu meredam
Kondisi
tekanan yang terlalu kuat
Patologis

FRAKTUR Tidak mampu


menahan beban Tulang rapuh
Pergeseran berat
fragmen tulang

Merusak
jaringan sekitar

Menembus kulit Pelepasan mediator nyeri Deformitas


fraktur terbuka (histamin, prostatglandin,
bradikinin, serotinin DLL)

Luka Kerusakan pertahanan Gangguan fungsi


primer Ditangkap
reseptor Nyeri
Kerusakan perifer Hambatan
Port de entry kuman mobilitas fisik
integritas kulit
Impuls ke otak

Risiko infeksi
Persepsi nyeri

Nyeri akut
DAFTAR PUSTAKA

Moyet, carpenito. (2013). Buku saku diagnosis keperawatan edisi 13. Jakarta.
Penerbit :EGC

Kowalak. (2012). Buku ajar patofisiologi.Jakarta.penerbit : EGC

NANDA Internasional, Diagnosa Keperawatan Definisi dan Klasifikasi 2015-2017,


Edisi 10, Penerbit Buku Kedokteran, EGC, Jakarta

Nurarif, A.H dan Kusuma H, 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan


Diagnosa Medis Nanda Nic-Noc Jilid 3, Penerbit Medication, Jogjakarta

Reeves, Charlene J. ( 2011 ). Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta; Salemba Medika.

Anda mungkin juga menyukai