DOSEN PENGAMPU :
DI SUSUN OLEH :
KELOMPOK
TAHUN 2020/2021
KATA PENGANTAR
Puji syukur kita hantarkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah malimpahkan
rahmat dan karunia-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan Tugas “Makalah Asuhan
Keperawatan Pada Pasien Dengan Kusta“. Penyusun tugas ini bertujuan untuk menyelesaikan
tugas saya dalam rangka pembuatan tugas yang telah diberikan kepercayaan kepada saya. Saya
berharap tugas ini mampu menjelaskan meteri yang saya kerjakan, sehingga mencapai nilai yang
memuaskan. Amiin
Dalam penyusunan tugas ini saya bekerja secara mandiri dari pencarian bahan materi
hingga pembuatan tugas. Tidak lupa saya mengucapkan terima kasih kepada :
1. Ibu Ns. Hani Ruh Dwi, S.Kep, M.Kep. selaku Dosen Pengampu Mata Kuliah Keperawatan
Medikal Bedah II
2. Orang tua yang turut membantu dan mendukung terselesainya tugas ini.
3. Terutama kepada Sang Pencipta Tuhan Yang Maha Esa.
Semoga tugas yang saya buat ini dapat membuat kita mencapai tujuan kehidupan yang
lebih baik lagi. Oleh sebab itu, penyusun sangat mengharapkan kritikan dan saran yang
membangun agar saya bisa lebih baik lagi dalam berkarya.
JUDUL
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pengertian...................................................................................................3
2.2 Penyebab.....................................................................................................3
2.3 Tanda dan Gejala........................................................................................4
2.4 Patofisiologi................................................................................................4
2.5 Komplikasi..................................................................................................5
2.6 Pemeriksaan Penunjang..............................................................................6
2.7 Penatalaksanaan..........................................................................................6
2.8 Asuhan Keperawatan..................................................................................7
3.1 Kesimpulan.................................................................................................15
3.2 Saran...........................................................................................................15
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian
Kusta adalah penyakit infeksi kronis yg disebabkan oleh mycobacterium leprae, pertama
kali menyerang saraf tepi, setelah itu menyerang kulit dan organ-organ tubuh lain kecuali
susunan saraf pusat
Kusta adalah penyakit infeksi kronis yang di sebabkan oleh mycobacterium lepra yang
interseluler obligat, yang pertama menyerang saraf tepi, selanjutnya dapat menyerang kulit,
mukosa mulut, saluran nafas bagian atas, sistem endotelial, mata, otot, tulang, dan testis
(djuanda, 4.1997 ).
Kusta adalah penyakit yang menahun dan disebabkan oleh kuman kusta (mikobakterium
leprae) yang menyerang syaraf tepi, kulit dan jaringan tubuh lainnya. (Depkes RI, 1998)
2.2 Penyebab
a. Kuman penyebab mycobacterium leprae di temukan oleh GA,Hansen pada tahun 1874 di
norwegai.
b. Berbentuk basil dengan ukuran 3 – 8 UmX0,5 Um.
c. Bersifat gram positif, tahan asam tidak berspora, tidak bergerak dan alcohol.
d. Mikobakterium leprae merupakan basil tahan asam (BTA) bersifat obligat intraseluler,
menyerang saraf perifer, kulit dan organ lain seperti mukosa saluran nafas bagian atas,
hati, sumsum tulang kecuali susunan saraf pusat. Masa membelah diri mikobakterium
leprae 12-21 hari dan masa tunasnya antara 40 hari-40 tahun. Kuman kusta berbentuk
batang dengan ukuran panjang 1-8 micro, lebar 0,2-0,5 micro biasanya berkelompok dan
ada yang disebar satu-satu, hidup dalam sel dan BTA.
2.3 Tanda dan Gejala
b. Penebalan dalm saraf tepi di sertai kelainan berupa mati rasa dan kelemahan pada otot
tangan, kaki, dan mata
c. Pada pemeriksaan kulit BTA + Dikatakan menderita kusta apabila di temukan satau atau
lebih dari tanda pasi kusta dalam waktu pemeriksaan klinis. ( dirjen PPM & PL, 2003 )
d. Mati rasa, baik sensai terhadap perubahan suhu, sentuhan, tekanan ataupun rasa sakit
2.4 Patofisiologi
Meskipun cara masuk M. Leprae ke tubuh belum diketahui pasti, beberapa penelitian,
tersering melalui kulit yang lecet pada bagian tubuh bersuhu dingin dan melalui mukosa
nasal.
Kemampuan hidup M. Leprae pada suhu tubuh yang rendah, waktu regenerasi lama, serta
Pengaruh M. Leprae ke kulit tergantung factor imunitas seseorang, sifat kuman yang
Avirulen dan non toksis.
M. Leprae ( Parasis Obligat Intraseluler ) terutama terdapat pada sel macrofag sekitar
pembuluh darah superior pada dermis atau sel Schwann jaringan saraf, bila kuman masuk
tubuh tubuh bereaksi mengeluarkan macrofag ( berasal dari monosit darah, sel mn, histiosit )
untuk memfagosit.
Tipe LL ; terjadi kelumpuha system imun seluler tinggi macrofag tidak mampu
menghancurkan kuman dapat membelah diri dengan bebas merusak jaringan.
Tipe TT ; fase system imun seluler tinggi macrofag dapat menghancurkan kuman hanya
setelah kuman difagositosis macrofag, terjadi sel epitel yang tidak bergerak aktif, dan
kemudian bersatu membentuk sel dahtian longhans, bila tidak segera diatasi terjadi reaksi
berlebihan dan masa epitel menimbulkan kerusakan saraf dan jaringan sekitar.
2.5 Komplikasi
a. Kerusakan saraf
Komplikasi yang paling parah adalah rusaknya saraf secara permanen. Yang merupakan
akibat bakteri yang menyerang saraf bagian tepi, terutama saraf pada wajah, tangan dan
kaki.
b. Kerusakan mata
Keadaan ini mengakibatkan penderita menjadi sulit untuk menutup mata ( lagoftalamus ).
Kurangnya sensitivitas pada mata dapat menimbulkan katarak, keratitis dan glaukoma yang
bisa menyebabkan kebutaan.
Lapisan mukosa pada hidung bisa mengering dan mati rasa akibat kerusakan saraf.
Akibatnya, hidung jadi tersumbat dan terjadi mimisan kronis. Infeksi sekunder juga bisa
terjadi di hidung, sehingga tulang rawan mengalami pengikisan, membuat bentuk hidung
menjadi tidak normal kembali. Kerusakan pada wajah juga bisa menimbulkan seperti
benjolan dan pembengkakan permanen.
Akibat kerusakan saraf secara terus menerus dan menjadi permanen, kondisi ini dapat
mengakibatkan kelumpuhan pada otot tangan dan kaki. Kemudian, jari-jari bisa berubah
bentuk menjadi tertekuk atau bengkok, susah untuk diluruskan, dan tidak mampu
mengangkat bagian depan kaki.
e. Kerusakan Ginjal
Jika infeksi sudah masuk ke aliran darah, dapat mengakibatkan kerusakan pada ginjal
dimana terjadi peradangan pada bagian ginjal yang memiliki fungsi sebagai penyaring dan
pembuangan cairan yang berlebih. Dan jika ini tidak segera diatasi, maka akan
mengkibatkan gagal ginjal.
f. Infertilitas
Pada penderita pria, infertilitas dan impotensi dapat terjadi. Hal ini disebabkan oleh
infeksi bakteri yang dapat menurunkan horman testosteron dan produksi sperma.
a. Pemeriksaan Bakterioskopik
Memiliki lesi yang paling aktif yaitu : yang paling erythematous dan paling
infiltratif. Secara topografik yang paling baik adalah muka dan telinga.Denngan
menggunakan Vaccinosteil dibuat goresan sampai didermis, diputar 90 derajat dan
dicongkelkan, dari bahan tadi dibuat sediaan apus dan diwarnai Zeihlnielsen. Pada
pemeriksaan akan tampak batang-batang merah yang utuh, terputus-putus atau granuler.
b. Test Mitsuda
Berupa penyuntikan lepromin secara intrakutan pada lengan, yang hasilnya dapat
dibaca setelah 3 – 4 minggu kemudian bila timbul infiltrat di tempat penyuntikan berarti
lepromim test positif.
2.7 Penatalaksanaan
a. Pencegahan
1. Penerangan dengan memberikan sedikit penjelasan tentang seluk beluk penyakit lepra
pada pasien
2. Pengobatan profilaksis dengan dosis yang lebih rendah dari pada dosis therapeutic.
3. Vaksinasi dengan BCG yang juga mempunyai daya profilaksis terhadap lepra.
b. Pengobatan
1. PB (tipe kering)
2. MB (tipe basah)
A. Pengkajian
1. Identitas pasien
Nama :
Jenis kelamin :
Umur :
Status perkawinan :
Pekerjaan :
Agama :
Pendidikan :
Alamat :
2. Riwayat Kesehatan lalu
Adakah keluarga yang menderita penyakit yang sama atau adakah keluarga yang
menderita penyakit menular.
5. Riwayat pengobatan
Apakah pernah menjalani pengobatan penyakit kusta, berapa lama ? tuntas atau
tidak.
7. Aktifitas sehari-hari
a. Pola tidur
c. Pola eliminasi
d. Personal hygiene.
8. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan umum
2) Mata : dapat ditemukan iritasi, iri dosiklitis, gangguan visus sampai kebutaan
h. Muskoloskeletal :
1) kisimetrisan otot
2) Nervus ulnaris : Anestesi dan paresis/paralysis otot tangan jari I, II, II dan
sebagian jari IV ia rasakan nervus ulnaris dan nervus medianus menyebabkan jari
tangan keriting (Claw fingers) tangan cakar (Claw hand)
3) Nervus radialis : tangan Lunglai (drowist)
4) Nervus tibialis posterior : mati rasa telapak kaki, jari kaki keriting (Claw toes)
k. Sensitifitas pada lesi : dengan kapas, jarum, bulu ayam. (ada mati rasa/tidak)
B. Diagnosa keperawatan
C. Intervensi
3 Gangguan konsep diri b.d Setelah dilakukan 1. Bina hubungan 1. Untuk menjalin
perubahan penampilan tindakan saling percaya rasa percaya.
fisik keperawatan selama antara perawat- 2. Agar pasien
3x24 jam klien. merasa ada
diharapkan 2. Dorong klien harapan yang kuat
gangguan konsep untuk mengajukan untuk sembuh
diri teratasi. pertanyaan 3. Supaya pasien
Dengan mengenai masalah tidak terbebani
KH: kesehatan, sendiri dengan
1.Klien mengatakan pengobatan, dan keadaan yang
dan menunjukan kemajuan dialaminya.
peneimaan atas pengobatan dan 4. Agar pasien
penampilannya. kemungkinan tidak minder
2.Menunjukan hasilnya. sewaktu
keinginan dan 3. Dorong klien bersosialisasi.
kemampuan untuk untuk menyatakan 5. Agar pasien
melakukan perasaannya, merasa nyaman.
perawatan diri. terutama tentang 6. Agar pasien
3.Klien dapat cara ia merasakan, merasa nyaman
mengidentifikasi berfikir dan ketika
aspek memandang berhubungan
dirinya. social dengan
4.Hindari orang lain.
mengkritik. 7. Agar klien
5. Jaga privasi dan mengerti tidakan
lingkungan individu untuk
6.Tingkatkan menanggulangi
interaksi social masalah
klien. kesehatanya.
7.Berikan informasi 8. Agar pasien
yang dapat merasa nyaman
dipercaya dan dan tidak terbebani
kejelasan informasi. karna masalah
8. Dorong klien dan kesehatanya.
keluarga untuk
menerima keadaan.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Penyakit kusta ialah sebuah penyakit infeksi kronis yang disebabkan oleh bakteri
Mycobacterium leprae. Penyakit ini adalah tipe penyakit granulomatosa pada saraf tepi dan
mukosa dari saluran pernapasan atas, dan lesi pada kulit adalah tanda yang bisa diamati dari
luar. Bila tidak ditangani segera, kusta sangat progresif, dan menyebabkan kerusakan pada
kulit, saraf-saraf, anggota gerak dan mata. Tidak seperti mitos yang beredar dimasyarakat,
bahwa kusta tidak menyebabkan pelepasan anggota tubuh yang begitu mudah.
3.2 Saran.