Anda di halaman 1dari 14

POLTEKKES JAKARTA 2

JL. HANG JEBAT III, BLOK F3


KEBAYORAN BARU, JAKARTA SELATAN, 12120

DISUSUN OLEH
Alfinabila Fairuz (21345123002)
Febriyanti Mah Bengi (21345123021)
Julyana Ayu Nuryatin Putri (21345123030)
Heramadhani Maulana Akbar (21345123026)
Lorenzo Werner Timothy (21345123037)

KELOMPOK 2
MATA KULIAH PARASITOLOGI
DOSEN : Arni Widyastuti, SKM, M.Kes
PRODI D3 SANITASI
KATA PENGANTAR

Dalam kesempatan ini, kami ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya
kepada Ibu Arni Widyastuti, SKM, M.Kes, dosen kami yang telah memberikan bimbingan,
dukungan, dan inspirasi sepanjang proses penulisan makalah ini. Bapak/Ibu telah membimbing
kami dengan penuh kesabaran dan memberikan pandangan yang berharga untuk menghasilkan
makalah ini. Kami merasa beruntung telah mendapat kesempatan untuk belajar di bawah
bimbingan yang kompeten dan berpengalaman seperti Bapak/Ibu.
Dalam pembuatan makalah ini, kami merasa terdorong oleh semangat ilmiah yang
Bapak/Ibu wujudkan dalam setiap pembelajaran. Semua konsep, prinsip, dan metodologi yang
kami pelajari dari Bapak/Ibu telah menjadi landasan penting dalam penulisan makalah ini. Kami
sangat menghargai arahan dan masukan yang Bapak/Ibu berikan, yang telah membantu kami
memahami dengan lebih baik topik yang kompleks ini.
Selain itu, kami juga ingin menyampaikan terima kasih kepada seluruh teman sejawat
yang telah memberikan dukungan dan berbagi pengetahuan selama proses pembelajaran.
Kolaborasi dan diskusi yang kami lakukan bersama telah menjadi sumber inspirasi yang berharga
dalam mengeksplorasi topik dermatofitosis ini.
Kami berharap makalah ini dapat menjadi kontribusi kecil kami dalam memahami dan
mengatasi masalah dermatofitosis. Semoga makalah ini bermanfaat bagi mereka yang
membacanya dan dapat memberikan wawasan yang lebih baik tentang pentingnya sanitasi dan
kesehatan kulit.
Terima kasih sekali lagi kepada Ibu Arni Widyastuti, SKM, M.Kes, atas bimbingan dan
dukungannya yang tak ternilai. Semoga Ibu selalu diberkati dalam upaya pengembangan ilmu
pengetahuan dan pendidikan yang telah menjadi peran penting dalam membentuk generasi
penerus yang lebih baik.
DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN………………………………………………………….. 1

1.1 Pengantar………………………………………………………………. 1

1.2 Tujuan Penulisan Makalah…………………………………………… 1

1.3 Rincian Konten………………………………………………………… 2

BAB II PEMBAHASAN…………………………………………………………... 3

2.1 Definisi dan Karakteristik Mikosis Superfisialis……………………. 3

2.2 Gejala dan Tanda-tanda Mikosis Superfisialis……………………… 3

2.3 Penjelasan mengenai jenis dermafitosis dan Gambaran klinis dan gejala masing-
masing jenis………………………………………………………………… 4

2.4 Penyebab Dermatofitosis………………………………………………. 5

2.5 Penanggulangan Dermatofitosis………………………………………. 5

2.6 Diagnosis Dermatofitosis……………………………………………..... 6-7

BAB III PENUTUP………………………………………………………………….. 8

3.1 Poin Bahasan…………………………………………………………… 8

3.2 Kesimpulan……………………………………………………………… 9

3.3 Saran…………………………………………………………………….. 9

DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………………… 10
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Pengantar
Dermatofitosis, juga sering dikenal sebagai tinea atau kurap, adalah kelompok infeksi
jamur yang umum terjadi dan memengaruhi kulit, kuku, dan rambut pada manusia dan hewan.
Infeksi ini adalah salah satu masalah kesehatan kulit yang paling sering dijumpai di seluruh
dunia. Dermatofitosis seringkali menciptakan ketidaknyamanan yang signifikan bagi
penderitanya, dengan gejala yang meliputi gatal, kemerahan, perubahan kulit, dan bahkan
kerusakan pada kuku. Selain itu, masalah ini memiliki dampak sosial, psikologis, dan ekonomis
yang dapat memengaruhi kualitas hidup individu dan masyarakat.
Masalah dermatofitosis melibatkan berbagai aspek, mulai dari penyebab penyakit hingga
upaya penanggulangan dan pencegahan. Oleh karena itu, makalah ini bertujuan untuk
memberikan wawasan mendalam tentang dermatofitosis dengan fokus pada beberapa aspek
utama. Selama perjalanan ini, kita akan menjelajahi mikosis superfisialis, berbagai jenis
dermatofitosis, penyebabnya, cara penyebarannya, strategi penanggulangan, dan metode
diagnostik yang digunakan dalam mengidentifikasi infeksi ini.

1.2 Tujuan Penulisan Makalah


Makalah ini disusun dengan beberapa tujuan utama:
1. Pemahaman Dasar: Memberikan pemahaman yang kuat tentang dermatofitosis, termasuk jenis-
jenis infeksi jamur yang termasuk dalam kelompok ini.
2. Identifikasi Gejala: Membantu pembaca mengidentifikasi gejala dan tanda-tanda umum dari
mikosis superfisialis dan dermatofitosis lainnya.
3. Penyebab dan Faktor Risiko: Menganalisis penyebab utama dari infeksi ini, serta faktor risiko
yang dapat meningkatkan kejadian dermatofitosis.
4. Penyebaran: Mengulas cara penyebaran dermatofitosis antara individu dan bagaimana faktor-
faktor lingkungan memengaruhi penyebarannya.

1
5. Penanggulangan dan Pencegahan: Menyajikan strategi penanggulangan dan tindakan
pencegahan yang dapat diambil oleh individu dan masyarakat untuk mengurangi risiko
infeksi dan menangani dermatofitosis.
6. Diagnosis: Merinci berbagai metode diagnostik yang digunakan oleh tenaga medis untuk
mengidentifikasi dermatofitosis.

1.3 Rincian Konten


Makalah ini akan terdiri dari beberapa bab yang membahas aspek-aspek yang berbeda dari
dermatofitosis. Setiap bab akan mencakup topik-topik yang relevan sehingga pembaca dapat
memahami secara komprehensif masalah ini. Kami akan memulai perjalanan ini dengan
menjelajahi mikosis superfisialis dan kemudian mendalami berbagai jenis dermatofitosis. Selain
itu, kita akan mengupas akar penyebab penyakit ini, menjelajahi cara-cara penyebarannya, dan
mengidentifikasi strategi penanggulangan yang efektif. Akhirnya, kita akan mengeksplorasi
berbagai metode diagnostik yang digunakan dalam mengidentifikasi dermatofitosis.
Dengan pemahaman yang lebih baik tentang dermatofitosis, kita dapat meminimalkan risiko
infeksi dan mengambil langkah-langkah yang tepat dalam menangani masalah ini. Selanjutnya,
kita akan merinci setiap topik secara lebih mendalam dalam bab-bab berikutnya.

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Definisi dan Karakteristik Mikosis Superfisialis:


Mikosis superfisialis adalah infeksi jamur yang terjadi pada lapisan kulit yang paling luar atau
selaput lendir, seperti di dalam mulut. Infeksi ini cenderung terbatas pada lapisan epidermis atau
lapisan atas kulit dan jarang menembus ke lapisan yang lebih dalam. Mikosis superfisialis
umumnya tidak menyebabkan peradangan yang signifikan, tetapi bisa sangat mengganggu dan
menyebabkan gejala seperti iritasi, gatal, bersisik, dan bentol-bentol.

2.2 Gejala dan Tanda-tanda Mikosis Superfisialis:


Gejala dan tanda-tanda mikosis superfisialis dapat bervariasi tergantung pada jenis jamur yang
menyebabkannya dan bagian tubuh yang terinfeksi. Beberapa gejala umum yang sering terjadi
meliputi:
1. Kulit yang Mengalami Iritasi: Infeksi jamur pada kulit biasanya menyebabkan kulit
teriritasi dan merah.
2. Gatal: Gatal adalah gejala yang paling umum terkait dengan mikosis superfisialis.
Penderita sering merasa gatal parah
3. Kurap (Tinea Pedis atau Athlete's Foot): Gatal dan kulit bersisik, terutama di antara jari
kaki. Penebalan kulit, keropeng, atau pecah-pecah pada kulit di kaki.
4. Mikosis Oral (Thrush):Bercak-bercak putih atau krem di dalam mulut, lidah, gusi, atau
tenggorokan. Rasa sakit atau sensasi terbakar di area yang terinfeksi. Kehilangan selera
makan atau ketidaknyamanan saat makan.
5. Pityriasis Versicolor (Tinea Versicolor): Perubahan warna kulit berupa bercak-bercak
putih, krem, coklat, atau merah muda yang terutama muncul di area dada, punggung,
leher, atau lengan atas.

3
2.3 Penjelasan mengenai jenis dermafitosis dan Gambaran klinis dan gejala masing-
masing jenis.
Dermatofitosis adalah suatu kelompok infeksi jamur superfisial yang dapat terjadi pada
berbagai bagian tubuh, termasuk kulit, rambut, dan kuku. Jenis-jenis dermatofitosis yang berbeda
memiliki gambaran klinis dan gejala yang spesifik:
Pertama, Tinea capitis merupakan infeksi jamur yang terjadi pada kulit kepala dan rambut.
Gejalanya seringkali mencakup gatal yang intens, kulit kepala yang bersisik, dan dalam kasus
yang lebih parah, terjadi kerontokan rambut.

Kedua, Tinea corporis adalah infeksi jamur yang mengenai kulit tubuh. Gejalanya dapat meliputi
kulit yang menjadi merah, terasa gatal, dan munculnya area bersisik yang jelas.

Ketiga, Tinea cruris adalah jenis dermatofitosis yang menginfeksi lipatan paha, dan gejalanya
mencakup kulit yang merah, gatal, serta bersisik pada daerah tersebut.

Keempat, Tinea pedis et manum adalah infeksi jamur yang biasanya terjadi pada kaki dan tangan.
Gejala umum meliputi kulit yang memerah, gatal, serta timbulnya sisik pada kulit.

Kelima, Tinea unguium adalah infeksi jamur yang menyerang kuku, dengan gejala berupa
perubahan warna kuku, pertumbuhan yang tidak normal, dan kuku yang menjadi lebih rapuh.

Terakhir, Tinea barbae merupakan jenis dermatofitosis yang dapat muncul pada janggut dan
kumis. Gejalanya mencakup kulit yang memerah, gatal, dan adanya sisik pada area tersebut.

Walaupun gejala dapat bervariasi tergantung pada bagian tubuh yang terinfeksi, ada
kesamaan umum dalam gejalanya, yaitu kulit yang merah, gatal, dan bersisik. Jika Anda
mengalami gejala-gejala tersebut, sangat penting untuk segera berkonsultasi dengan dokter untuk
mendapatkan diagnosis yang akurat dan pengobatan yang sesuai. Dengan perawatan yang tepat,
dermatofitosis dapat diatasi dengan efektif.
4
2.4 Penyebab Dermatofitosis
Faktor penyebab dermatofitosis adalah infeksi jamur superfisial yang disebabkan oleh kelompok
jamur berfilamen yang disebut dermatofita. Kelompok jamur ini terdiri dari 3 genus, yaitu
Microsporum, Trichophyton, dan Epidermophyton
Beberapa faktor risiko yang dapat meningkatkan kejadian dermatofitosis antara lain:
1. Faktor lingkungan, seperti kelembaban dan suhu yang tinggi, dapat memicu pertumbuhan
jamur
2. Faktor personal hygiene yang buruk, seperti jarang mandi atau tidak mengganti pakaian
yang basah, dapat memicu pertumbuhan jamur
3. Faktor genetik, seperti kelainan pada sistem kekebalan tubuh, dapat meningkatkan risiko
terkena dermatofitosis
4. Faktor usia, anak-anak dan orang tua lebih rentan terkena dermatofitosis

Beberapa jenis jamur yang bertanggung jawab terhadap dermatofitosis antara lain 17 spesies
Microsporum, 21 spesies Trichophyton dan 2 spesies Epidermophyton. Oleh karena itu, menjaga
kebersihan personal dan lingkungan sekitar dapat membantu mencegah terjadinya dermatofitosis.
Jika mengalami gejala-gejala seperti kulit yang merah, gatal, dan bersisik, sebaiknya segera
berkonsultasi dengan dokter untuk mendapatkan pengobatan yang tepat.

2.5 Penanggulangan Dermatofitosis


Pencegahan infeksi dermatofitosis dapat dilakukan dengan beberapa langkah berikut:
1. Menjaga kebersihan personal dan lingkungan sekitar, seperti mandi secara teratur dan
mengganti pakaian yang basah
2. Menghindari berjalan tanpa alas kaki di area umum seperti ruang ganti atau kamar mandi
umum
3. Tidak berbagi pakaian, handuk, seprai, atau barang-barang pribadi lainnya dengan orang
yang terinfeksi dermatofitosis
4. Menghindari kontak dengan hewan peliharaan yang terinfeksi dermatofitosis
5. Menghindari penggunaan pakaian yang terlalu ketat atau terlalu longgar
5
Jika terinfeksi dermatofitosis, pengobatan dapat dilakukan dengan menggunakan obat antijamur,
baik dalam bentuk krim, salep, atau tablet. Beberapa obat antijamur yang umum digunakan antara
lain terbinafin, itrakonazol, dan griseofulvin. Selain itu, perawatan dermatofitosis juga dapat
dilakukan dengan menjaga kebersihan kulit dan lingkungan sekitar, serta menghindari
penggunaan pakaian yang terlalu ketat atau terlalu longgar.

2.6 Diagnosis Dermatofitosis


Diagnosis dermatofitosis adalah langkah kunci dalam mengidentifikasi dan mengobati infeksi
jamur ini. Bab ini akan membahas berbagai metode diagnostik yang digunakan untuk
mengonfirmasi kehadiran dermatofitosis pada pasien. Berikut beberapa poin penting yang akan
dibahas:
 Pemeriksaan Klinis: Diagnosis dermatofitosis dimulai dengan pemeriksaan klinis oleh
tenaga medis yang berpengalaman. Pemeriksaan ini melibatkan evaluasi gejala dan tanda-
tanda klinis pada kulit, rambut, atau kuku pasien. Dokter akan mencari tanda-tanda seperti
perubahan kulit seperti kemerahan, bercak, atau gatal yang khas dari infeksi jamur.
 Pemeriksaan Mikroskopis: Pemeriksaan mikroskopis melibatkan pengambilan sampel
dari area yang terinfeksi dan melihatnya di bawah mikroskop. Jamur dermatofit memiliki
karakteristik morfologi yang dapat diidentifikasi dalam sampel, seperti hifa (benang
jamur) yang tumbuh pada lapisan atas kulit.
 Uji Kultur Jamur: Uji kultur jamur adalah prosedur laboratorium di mana sampel dari area
yang terinfeksi ditanamkan pada media khusus yang memungkinkan pertumbuhan jamur.
Ini adalah cara yang lebih pasti untuk mengidentifikasi jenis jamur penyebab infeksi dan
mengonfirmasi diagnosis.
 Uji DNA: Metode diagnostik molekuler menggunakan teknik PCR (Polymerase Chain
Reaction) dapat digunakan untuk mengidentifikasi secara spesifik jenis jamur penyebab
infeksi. Ini bisa menjadi pilihan jika hasil uji kultur jamur ambigu atau jika perlu
identifikasi yang lebih tepat.

6
 Diagnosis Diferensial: Penting untuk membedakan dermatofitosis dari penyakit kulit
lainnya seperti psoriasis, eksim, atau infeksi jamur lainnya. Ini memerlukan pemahaman
yang mendalam tentang karakteristik klinis dan hasil tes diagnostic.
 Diagnosis Pada Kuku: Infeksi dermatofitosis pada kuku (tinea unguium) memiliki metode
diagnostik yang khusus, termasuk uji kultur kuku dan pemeriksaan mikroskopis.
Diagnosa yang tepat sangat penting dalam pengobatan infeksi kuku yang seringkali sulit
diatasi.
 Penentuan Tingkat Infeksi: Dokter juga dapat menilai tingkat keparahan infeksi dan
apakah infeksi bersifat lokal atau meluas. Hal ini penting dalam merencanakan
pengobatan yang sesuai.

7
BAB III
PENUTUP
3.1 POIN BAHASAN
Dermatofitosis, yang sering dikenal sebagai tinea atau kurap, adalah infeksi jamur yang
memengaruhi kulit, kuku, dan rambut pada manusia dan hewan. Makalah ini telah menguraikan
berbagai aspek dermatofitosis, termasuk jenis-jenis infeksi, penyebabnya, penyebaran,
penanggulangan, dan metode diagnostiknya. Berikut adalah beberapa poin penting yang dapat
diambil sebagai kesimpulan dari pembahasan ini:

1. Dermatofitosis adalah masalah kesehatan kulit yang umum terjadi di seluruh dunia, dan
kesadaran tentang gejalanya sangat penting dalam mengidentifikasi dan mengobati infeksi
ini lebih awal.
2. Mikosis superfisialis merupakan bentuk dermatofitosis yang paling umum dan dapat
menimbulkan gejala seperti kemerahan, gatal, dan perubahan kulit. Pemahaman tentang
gejala ini dapat membantu individu untuk mencari perawatan yang tepat waktu.
3. Terdapat berbagai jenis dermatofitosis, masing-masing dengan karakteristik khusus dan
gejala yang berbeda. Pengenalan jenis infeksi ini penting dalam diagnosis yang akurat.
4. Penyebab dermatofitosis adalah jamur dermatofit yang menyerang keratin di kulit,
rambut, atau kuku. Faktor risiko tertentu, seperti kelembaban tinggi atau kondisi medis
tertentu, dapat meningkatkan risiko infeksi.
5. Penyebaran dermatofitosis dapat terjadi melalui kontak langsung dengan penderita atau
benda terinfeksi, dan faktor lingkungan memainkan peran penting dalam penyebaran
infeksi ini.
6. Pencegahan adalah langkah terbaik dalam menghindari dermatofitosis, dengan praktik
higienis yang baik, penggunaan produk antijamur, dan menghindari berbagi barang
pribadi dengan orang lain.
7. Diagnosis dermatofitosis memerlukan pemeriksaan medis dan seringkali melibatkan
pemeriksaan kulit, uji laboratorium, atau kultur jamur. Diagnosis yang akurat penting
untuk pengobatan yang tepat.
8
8. Upaya penanganan dan pencegahan dermatofitosis adalah langkah penting dalam
memerangi infeksi ini, walaupun masih ada tantangan dalam pengobatan yang efektif dan
penelitian lebih lanjut diperlukan untuk pengembangan terapi yang lebih baik dan
vaksinasi potensial

3.2 Kesimpulan
Kesimpulannya, dermatofitosis adalah masalah yang memerlukan perhatian serius dalam upaya
pencegahan dan penanganannya. Kesadaran akan gejala, praktik kebersihan yang baik, dan
konsultasi medis adalah kunci dalam menghadapi infeksi ini. Semoga makalah ini dapat
memberikan pemahaman yang lebih baik tentang dermatofitosis dan berkontribusi pada upaya
penanganan dan pencegahan masalah kesehatan kulit ini.

3.3 Saran
"Saran yang kami kemukakan dalam makalah ini bertujuan untuk meningkatkan pemahaman,
pencegahan, dan penanganan dermatofitosis. Pertama, edukasi publik perlu ditingkatkan untuk
mengidentifikasi gejala awal dan mendorong praktik kebersihan pribadi yang baik. Selanjutnya,
produk antijamur dan perawatan kulit yang tepat dapat membantu mencegah infeksi.
Menghindari berbagi barang pribadi dan konsultasi dengan tenaga medis saat munculnya gejala
adalah langkah penting dalam upaya pencegahan. Di samping itu, dukungan terhadap penelitian
dan pengembangan terapi yang lebih efektif perlu ditingkatkan untuk mengatasi tantangan
dermatofitosis secara menyeluruh. Kolaborasi dan pertukaran informasi di antara para profesional
kesehatan juga dapat membantu meningkatkan pemahaman dan penanganan penyakit ini."

9
DAFTAR PUSTAKA

"Dermatofitosis" repository (budimulja, 2012) https://repository.um-


surabaya.ac.id/1134/3/BAB_2.pdf

"Apa itu Dermatofitosis?" 12 Juni 2021 (Hermina Bitung)


https://www.herminahospitals.com/id/articles/apa-itu-dermatofitosis.html

"Pola infeksi jamur kuku" (Yogi Khoirul Abror. 02 Desember 2021)


https://media.neliti.com/media/publications/465362-none-a410ec05.pdf
10

Anda mungkin juga menyukai