Anda di halaman 1dari 26

MAKALAH KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH

KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DERMATITIS

Dosen pengampu :Ainul Yaqin Salam S.Kep.,Ns.,M.Kep

DISUSUN OLEH:

1. Any hidayatul jamilah (14201.12.20005)


2. Hosnol khotimah (14201.12.20013)
3. Mu’rifatul Munawaroh (14201.12.20023)

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN


STIKES HAFSHAWATY ZAINUL HASAN GENGGONG
PADJARAKAN – PROBOLINGGO
2023
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah kami panjatkan puja dan puji syukur kehadirat Allah SWT. Atas segala
limpah rahmat dan hidayahnya. Sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah
ini, dan sholawat serta salam semoga selalu tercurah limpahkan kepada proklamator sedunia,
pejuang tangguh yang tak gentar menghadapi segala rintangan demi umat manusia, yakni
Nabi Muhammad SAW.

Adapun maksud penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas di STIKES
Hafshawaty, kami susun dalam bentuk kajian ilmiah dengan judul” LAPORAN
PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN TENTANG DERMATITIS ”dan
dengan selesainya penyusunan makalah ini, kami juga tidak lupa menyampaikan ucapan
terima kasih kepada:

1. KH. Moh. Hasan Mutawakkil Alallah, SH.MM sebagai pengasuh pondok pesantren
Zainul Hasan Genggong
2. Dr.H.Nur Hamim,S.KM.,.S.Kep,Ns.,M.Kes sebagai ketua STIKES Hafshawaty Zainul
Hasan Genggong
3. Napolion Nur Rahmat S.Kep.,Ns.M.Kep sebagai Ketua Prodi S1 Keperawatan
4. Wardatul Washilah ,S.Kep.,Ns,M.Kep. Sebagai Wali Kelas Prodi S1 Keperawatan
5. Ainul Yakin Salam S.Kep.,Ns.,M.Kepsebagai dosen mata kuliah keperawatan medikal
bedah III.

Pada akhirnya atas penulisan materi ini kami menyadari bahwa sepenuhnya belum
sempurna. Oleh karena itu, kami dengan rendah hati mengharap kritik dan saran dari pihak
dosen dan para audien untuk perbaikan dan penyempurnaanpada materi makalah ini.
DAFTAR ISI

Cover........................................................................................................................i

Kata Pengantar ........................................................................................................ ii

Daftar Isi .................................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang .............................................................................................1


1.2 Rumusan Masalah..........................................................................................1
1.3 Tujuan Penulisan................................................................................................2
1.4 Manfaat .............................................................................................................2
BAB I1 TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian tentang dermatitis.............................................................................3


2.2 Etiologi pada dermatitis..................................................................................3
2.3 Klasifikasi pada dermatitis.............................................................................3
2.4 Manifestasi klinis pada dermatitis..................................................................7
2.5 Pathway pada dermatitis.................................................................................10
2.6 Patofisiologipada dermatitis...........................................................................11
2.7 Pemeriksaan penunjang pada dermatitis........................................................11
2.8 Penatalaksanaan pada dermatitis....................................................................14
BAB III KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
3.1 Pengkajian .....................................................................................................17
3.2 Diagnosa keperawatan ..................................................................................21
3.3 Intervensi keperawatan..................................................................................21
BAB IV PENUTUP
4.1 Kesimpulan....................................................................................................30
3.2 Saran...............................................................................................................30
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................31
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang


Kata “dermatitis” berarti adanya inflamasi pada kulit. Eczema merupakan bentuk
khusus dari dermatitis. Beberapa ahli menggunakan kata eczema untuk menjelaskan
inflamasi yang dicetuskan dari dalam pada kulit. Prevalensi dari semua bentuk eczema
adalah 4,66 %, termasuk dermatitis atopic 0,69 %, eczema nummular 0,17 % dan
dermatitis seboroik 2,32 % yang menyerang 2 % hingga 5 % dari penduduk.
Eksim atau dermatitis adalah istilah kedokteran untuk kelainan kulit yang mana kulit
tampak meradang dan iritasi. Keradangan ini bisa terjadi dimana saja namun yang paling
sering terkena adalah tangan dan kaki. Jenis eksim yang paling sering dijumpai adalah
eksim atopic atau dermatitis atopic. Gejala eksim akan mulai muncul pada masa anak-
anak terutama saat mereka berumur diatas 2 tahun. Pada beberapa kasus, eksim akan
menghilang dengan bertambahnya usia, namun tidak sedikit pula yang akan menderita
seumur hidupnya. Dengan pengobatan yang tepat, penyakit ini dapat dikendalikan dengan
baik sehingga mengurangi angka kekambuhan.
Dimanapun lokasi timbulnya eksim, gejala utama yang dirasakan pasien adalah gatal.
Terkadang rasa gatal sudah muncul sebelum ada tanda kemerahan pada kulit. Gejala
kemerahan biasanya akan muncul pada wajah, lutut, tangan dan kaki, namun tidak
menutup kemungkinan kemerahan muncul didaerah lain.
Daerah yang terkena akan terasa sangat kering, menebal atau keropeng. Pada orang
kulit putih, daerah ini pada mulanya akan berwarna merah muda lalu berubah menjadi
cokelat. Sementara itu pada orang dengan kulit lebih gelap, eksim akan mempengaruhi
pigmen kulit sehingga daerah eksim akan tampak lebih terang atau lebih gelap.

1.2 Rumusan masalah


Berdasarkan uraian latar belakang diatas maka ditemukan beberapa rumusan masalah
adalah sebagai berikut :
1. Apa pengertian dari dermatitis?
2. Apa saja etiologi pada dermatitis?
3. Apa saja klasifikasi pada dermatitis?
4. Apa saja manifestasi klinis pada dermatitis?
5. Apa saja patofisiologi pada dermatitis?
6. Apa diagnosis dan aduhan keperawatan dermatitis?
7. Untuk mengetahui diet/nutrisi dermatitis
8. Apa saja pemeriksaan penunjang pada dermatitis?
9. Apa saja penatalaksanaan pada dermatitis?
10. Apa ituAspek legal etis?
11. Apa itu fungsi advokasi?
12. Apa itu health education?

1.3 Tujuan penulisan


Berdasarkan uraian rumusan masalah diatas maka ditemukan beberapa tujuan
penulisan adalah sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui tentang pengertian pada dermatits.
2. Untuk mengetahui tentang etiologi pada dermatitis.
3. Untuk mengetahui tentang klasifikasi pada dermatitis.
4. Untuk mengetahui tentang manifestasi klinis pada dermatitis.
5. Untuk mengetahui tentang patofisiologi pada dermatitis.
6. Untuk mengetahui diagnosis dan tindakan keperawatan dermatits.
7. Untuk mengetahui Diet/nutrisi dermatits.
8. Untuk mengetahui tentang pemeriksaan penunjang pada dermatitis.
9. Untuk mengetahui tentang penatalaksanaan pada dermatitis.
10. Untuk mengetahui Aspek legal etis
11. Untuk mengetahui Fungsi advokasi
12. Untuk mengetahui Healt education

1.4 Manfaat penulisan


Berdasarkan uraian tujuan penulisan diatas maka ditemukan beberapa manfaat
penulisan adalah sebagai berikut :
1. Menambah wawasan dan pengetahuan tentang laporan pendahuluan dan konsep dasar
asuhan keperawatan pada dermatitis.
2. Memudahkan kita dalam memberikan perawatan pada pasien dermatitis.
BAB II

PEMBAHASAN

A. DEFINISI

Dermatitis adalah sebagai kelainan inflamasi pada epidermis yang berkaitan dengan fisik
atau provokasi imun ( Ricky Setiadi Yusuf, 2021). Dermatitis adalah peradangan kulit
(epidermis dan dermis) sebagai respons terhadap pengaruh faktor eksogen dan atau faktor
endogen, menimbulkan kelainan klinis berupa efloresensi polimorfik (eritema, edema,
papul, vesikel, skuama, likenifikasi) dan keluhan gatal. Dermatitis cenderung residif dan
cenderung kronis. (Djuanda Adhi, 2020).
Dermatitis atau lebih dikenal sebagai eksim merupakan penyakit kulit yang mengalami
peradangan kerena bermacam sebab dan timbul dalam berbagai jenis, terutama kulit yang
kering, umumnya berupa pembengkakan, memerah, dan gatal pada kulit (Widhya, 2019).

B. ETIOLOGI
Penyebab dermatitis dapat berasal dari luar (eksogen) :
a) Bahan kimia (contoh: detergen, asam, basa, oli, semen).
b) Fisik (contoh: sinar, suhu).
c) Mikro-organisme (bakteri, jamur).
d) Dapat pula dari dalam (endogen), misalnya dermatitis atopik.

C. KLASIFIKASI
Klasifikasi dermatitis (Djuanda Adhi, 2020), yaitu :
a) Dermatitis Kontak
Dermatitis kontak ialah dermatitis karena kontaktan eksternal, yang menimbulkan
fenomen sensitisasi (alergik) atau toksik (iritan).
(1) Dermatitis Kontak Iritan
DKI ialaherupsi yang timbul bila kulit terpajan bahan-bahan yang
bersifatiritan primer melalui jalur kerusakan yang non-imunologis. Bahaniritan
antara lain deterjen, bahan pembersih peralatan rumahtangga, dan sebagainya.

(2) Dermatitis Kontak Alergik


DKA ialah respons alergikyang didapat bila berkontak dengan bahan-bahan
yang bersifat sensitiser/alergen. Contoh bahan yang dapat memicu DKA antaralain
adalah beberapa jenis pewangi, pewarna, nikel, obat obatan,dan sebagainya.
b) Dermatitis Atopik
Dermatitis Atopik (DA) adalah kelainan kulit kronis yang sangat gatal, umum dijumpai,
ditandai oleh kulit yang kering, inflamasi dan eksudasi, yang kambuh-kambuhan.
Dermatitis atopik disebabkan oleh rinitis alergik, asma bronkial, reaksi abnormal terhadap
perubahan suhu (hawa udara panas, dingin) dan ketegangan (stress), resistensi menurun
terhadap infeksi virus dan bakteri, lebih sensitif terhadap serum dan obat.

c) Neurodermatitis Sirkumskripta= Lichen Simplex Chronicus (LSC)


Istilah LSC diambil dari kata likenifikasi yang berarti penebalan kulit disertai gambaran
relief kulit yang semakin nyata. Penyebabnya belum diketahui secara pasti, tetapi kelainan
sering diawali oleh cetusan gatal yang hebat, misalnya pada inse,,Mct bite.

d) Dermatitis Numularis
Dermatitis Numularis terlihat sebesar uang logam, terdiri atas eritema, edema, kadang-
kadang ada vesikel, krusta atau papul. Tempat predileksi ialah ekstensor ekstremitas
(terutama tungkai bawah), bahu dan bokong. Penyakit mempunyai kecenderungan residif.
e) Dermatitis Statis
Dermatitis statis atau dermatitis hipostatis merupakan salah satu jenis dermatitis
sirkulatorius. Biasanya dermatitis statis merupakan dermatitis varikosum, sebab kausa
utamanya ialah insufisiensi vena. Di sebabkan oleh semua keadaan yang menyebabkan
statis peredaran darah di tungkai bawah.

f) Dermatitis Autosensitisasi
Merupakan dermatitis akut yang timbul pada tempat jauh dari fokus inflamasi lokal,
sedangkan penyebabnya tidak berhubungan langsung dengan penyebab fokus inflamasi
tersebut. Manifestasi klinisnya umumnya dalam bentuk erupsi vesikular akut dan luas,
sering berhubungan dengan ekzem kronis ditungkai bawah(dermatitis statis) dengan atau
tanpa ulkus.
D. MANIFESTASI KLINIS
1.Dermatitis kontak
1. Lesi kemerahan yang muncul pada bagian kulit yang terjadi kontak
2. Untuk dermaititis kontak alergi, gejala tidak muncul sebulum 24-48 jam bahkan
sampai 72 jam
3. Utuk dematitis kontak iritan, gejala terbagi menjadi 2 : Akut dan Kronis. saat akut
dapat terjadi perubahan warna kulit menjadi kemerahan, terasa perih bahkan lecet.
saat kronis gejala di mulai dengan kulit yang mengering dan sedikit meradang yang
akhirnya menebal.
4. Pada kasuus berat, dapat terjadi bula (vesikel) pada lesi kemerahan tersebut.
5. Kulit tersa gatal bahkan terasa terbakar
Dermatitits kontak iriatan, gatal dan rasa terbakarnya lebih terasa di bandingan dengan
tipe alergi.Menurut (Djuanda Adhi, 2020)
2. Dermatitis Autopik
1. DA infantil (2 bulan – 2 tahun)
DA paling sering muncul tahun pertama kehidupan yaitu pad bulan kedua.
Lesi mulamula tampak di daerah muka (Dahi sampai pipi). Berupa eritema, Papul-
Vesikel pecah karena garukan sehingga lesi menjadi Eksudatif dan akhirnya
terbentuk krusta, Lesi bisa meluas ke kepala, leher, Pergelangan tangan dan
tungkai. bila anak mulai merangkak, Lesi bisa ditemukan di daerah ekstensor
ekstremitas. seahunbagian besar penderita sembuh setelah 2 tahun dan sebagian
lagi berlanjut ke fase anak.
2. DA Anak (2- 10 tahun)
Dapat merupakan lanjuttan bentuk DA infantil ataupun timbul sendiri
(Denovo). Lokasi lesi dilipatan siku/lutut, bagian fleksor pergelangan tangan,
kelopak mata dan leher. ruam berupa papul likenifikasi, sedikit skuama, erosi,
hiperkeratosis dan mungkin infeksi skunder. DA berat yang lebih 50% permukaan
tubuh dapat mengganggu pertumbuhan.
3. DA pada Remaja dan dewasa
Lokasi Lesi pada remaja adalah lipatan siku/ lutut, samping leher, dahi,
sekitar mata.pada dewasa, distribusi lesi kurang karakteristik, sering mengenai
tangan dan pergelangan tangan, dapat pula berlokasi ssetempat misalnya pada
bibir(kering,pecah,bersisik) Vulva,Puting susu/skalp. Kadang-kadang lesi meluas
dan paling parah didaerah lipatan, mengalami likenifikasi. Lesi kering, agak
menimbul, papul datar cenderung berkonfluens menjadi plak. likenifikasi dan
sedikit skuama.bisa d dapati ekskoriasi dan eksudasi akibat garukan dan akhirnya
menjadi hiperpigmentasi.
B. Neurodermatitis Sirkumskripta
1. Kulit sangat gatal.
2. Muncul tunggal di daerah leher, pergelangan tangan, lengan bawah, paha atau
mata kaki kadang muncul pada alat kelamin.
3. Rasa gatal sering hilang timbul. sering timbul pada saat santai atau sedang tidur
akan berkurang saat beraktivitas. rasa gatal yang di garuk akan menambah berat
rasa gatal tersebut.
4. Terjadi perubahan warna kulit yang gatal, kulit yang bersisisk akibat garukan atau
penggosokan yang sudah terjadi bertahun.
4. Dermatitis Numularis
a. Gatal yang kadang sangat hebat, sehingga dapat menggagu
b. lesi akut berupa vesikel dan papulo vesikel (0,3-1,0 Cm),kemudian memmbesar
dengan cara berkonfluensi atau meluas kesamping membentuk 1 lesi karakteristik
seperti uang logam (koin) Eritematosa. sedikit edimatosa, dan berbatas tegas
c. Lambat laun vesikel pecah terjadi eksudasi, kemudian mengering menjadi krusta
kekuningan
d. Ukuran lesi bisa mencapai garis tengah berukuran 5 cm atau lebih, jumlah lesi
dapat hanya satu, dapat pula banyak dan tersebar, bilateral/simetris dengan
ukuran berfariasi dar milliar sampai numular, bahkan plakat
e. Tempat predileksi biasnya terdapat di tungakai bawah, badan lengantermasuk
punggung tangan
5.Dermatitis Statis
a. Bercak-bercak berwarna merah dan bersisisik
b. bintik-bintitk berwarna merah dan bersisik
c. borok atau bisul pada kulit
d. kulit yang tipis pada tangan dan kaki
e. luka (lesi kulit)
f. pembengkakakn pada tungkai kaki
g. rasa gatal di sekitar dareah yang terkena
h. rasa kesemutan pada daerah yang terkena
E. PATOFISIOLOGI
Dermatitis merupakan peradangan pada kulit, baik disebabkan karena dari eksogen
(bahan kimia,fisik,dan baktei) dan endogen (emisional dan makanan). Bisa terjadi
dengan cara dikonsumsi atau kontak langsung dengan bahan kimia secara eksternal.
Selanjutnya biasanya terjadi pada iritasi kontak bahan larutan kimia dan iritasi kontak Ag
.Yang mana keduanya sama memiliki toksik iritasi pada kulit. Zat tersebut masuk
kedalam kulit yang kemudian menyebabkan hipersensitifitas pada kulit yang terkena
tersebut.Sebelumnya kulit mengalami antigen dan antibodi yang menurun.Masa terjadi
sensitisasi alergi yaitu akan mengakibatkan kerusakan kulit dan pemulaan merusak
lapisan epidermis. Sehingga terjadilah respon reaksi menggaruk yang berlebih yang
mengakibat akan terjadi kerusakan integritas kulit. Bahan iritan ataupun allergen yang
masuk ke dalam kulit akan terjadi vesikel/bula,erosi,papula sehingga menimbulkan rasa
nyeri akut.
Disaat kulit mengalami alergi tentu memiliki rasa gatal dan rubor pada kulit .yang
tejadi pada kulit akan mengalami kemerahan dan terasa panas sehingga akan
berhubungan dengan gangguan pola tidur. Dan juga kulit bisa mengalami penurunan
kelembaban sehingga kulit menjadi mengering. Disaat kulit kering tentu saja kulit akan
mengalami pecah-pecah dan berkemungkinan akan tejadi luka/lesi pada kulit sehingga
terjadi gangguan rasa nyaman. Dan disaat kulit dalam keadaan kering tentu saja
perubahan warna kulit berbeda dengan yang normal sehingga menimbulkan gangguan
citra tubuhnya.

F. DISGNOSIS DAN TINDAKAN KEPERAWATAN

 Diagnosa yang mungkin muncul


1. Nyeri bd. Adanya lesi kulit
2. Kerusakan integritas kulit bd. Inflamasi, respon menggaruk
3. Gangguan citra tubuh bd. Penampakan kulit yang tidak baik
4. Resiko infeksi bd kerusakan perlindungan kulit
 Intervensi keperawatan(sdki,slki,siki)

Diagnosa Tujuan dan kriteria hasil SIKI


Keperawatan (SLKI)
Nyeri bd. Tujuan : 1. Manajemen nyeri (I.08238)
Observasi
Adanya lesi Setelah dilakukan
intervensi/tindakan selama a. lokasi, karakteristik,
kulit 2x24 jam tingkat nyeri durasi, frekuensi,
menurun. kualitas, intensitas nyeri
b. Identifikasi skala nyeri
Kriteria Hasil :
c. Identifikasi respon nyeri
a. Tingkat nyeri
non verbal
Indikator S S
d. Identifikasi faktor yang
A T memperberat dan
Keluhan nyeri 3 5 memperingan nyeri
Meringis 3 5 e. Identifikasi pengetahuan
Sikap protektif 3 5 dan keyakinan tentang
Gelisah 3 5 nyeri
Kesulitan tidur 3 5 f. Identifikasi pengaruh
Menarik diri 3 5 budaya terhadap respon
Frekuensi nadi 3 5 nyeri
g. Identifikasi pengaruh
Pola tidur 3 5
nyeri pada kualitas hidup
Tekanan darah 3 5
h. Monitor keberhasilan
terapi komplementer
yang sudah diberikan
i. Monitor efek samping
penggunaan analgetik
Terapeutik
j. Berikan teknik
nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
(mis. TENS, hypnosis,
akupresur, terapi musik,
biofeedback, terapi pijat,
aroma terapi, teknik
imajinasi terbimbing,
kompres hangat/dingin,
terapi bermain)
k. Control lingkungan yang
memperberat rasa nyeri
(mis. Suhu ruangan,
pencahayaan,
kebisingan)
l. Fasilitasi istirahat dan
tidur
m. Pertimbangkan jenis dan
sumber nyeri dalam
pemilihan strategi
meredakan nyeri
Edukasi
n. Jelaskan penyebab,
periode, dan pemicu
nyeri
o. Jelaskan strategi
meredakan nyeri
p. Anjurkan memonitor
nyri secara mandiri
q. Anjurkan menggunakan
analgetik secara tepat
r. Ajarkan teknik
nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
Kolaborasi
s. Kolaborasi pemberian
analgetik, jika perlu

Kerusakan Tujuan : 1. Inspeksi kulit pasien setiap


integritas kulit Setelah dilakukan tindakan pergantian tugas jaga,
bd. Inflamsi, keperawatan selama 1x24 jam, jelaskan dan dokumentasikan
respon maka diharapkan kerusakan kondisi kulit dan laporkan
menggaruk integritas kulit dapat membaik perubahan
Kriteria hasil : 2. Bantu pasien dalam
1. Pasien menunjukkan tidak melakukan tindakan hygiene
adanya kerusakan kulit dan kenyamanan
Pasien menunjukkan turgor
kulit yang normal 3. Berikan obat nyeri sesuai
program dan pantau
keefektifannya

4. Pertahankan lingkungan yang


nyaman

5. Peringatkan agar tidak


menyentuh luka atau balutan
6. Atur posisi pasien supaya
nyaman dan meminimalkan
tekanan pada penonjolan
tulang. Ubah posisi pasien
minimal setiap 2 jam. Pantau
frekuensi pengubahan posisi
pasien dan kondisi kulitnya
7. Berikan kesempatan pasien
untuk mengungkapkan
perasaan tentang masalah
kulitnya

Berikan pengarahan pada pasien


dan anggota keluarga atau
pasangan dalam program 
perawatan kulit
Gangguan citra Tujuan :
Promosi citra tubuh (I.09305)
tubuh bd. Setelah dilakukan
intervensi/tindakan selama
Penampakan 2x24 jam citra tubuh 1. Observasi
a. Identifikasi
kulit yang tidak meningkat harapan citra
Kriteria hasil
baik tubuhberdasarkan
1. Citra tubuh tahapan
Indikator S S perkembangan
A T b. Identifikasi
Melihat bagian 3 5 budaya,
tubuh agama,jenis
Menyentuh bagian 3 5 kelamin dan
tubuh umurmonitor
Verbilisasi 3 5 pernyataan kritik
kecacatan bagian terhadap diri
tubuh sendiri
Verbalisasi 3 5 2. Terapiutik
a. Diskusikan
perasaan
perubahan tubuh
negatiftentang
dan fungsinya
perubahan citra b. Diskusikan
tubuh perubahan
Verbalisasi 3 5 penampilan fisik
perubahan gaya terhadap harga
hidup diri
Focus pada bagian 3 5 c. Diskusikan
tubuh penyebab stress
yang
mempengaruhi
citra tubuh
3. Edukasi
a .anjurkan kepada
keluarga tentang
perawatan perubahan
citra tubuh
b. anjurkan
mengunngkapkan
gambaran diri
terhadap citra tubuh
c. latih fungsi tubuh
yang dimiliki
Resiko infeksi Tujuan : Pencegahan infeksi (I.14539)
bd. Kerusakan Setelah dilakukan Observasi
intervensi/tindakan selama
perlindungan i. Identifikasi riwayat
2x24 jam tingkat infeksi
kesehatan dan riwayat
kulit menurun.
alergi
Kriteria Hasil :
1. Tingkat infeksi ii. Identifikasi
Indikator S S kontraindikasi
A T pemberian imunisasi
Demam 3 5
iii. Identifikasi status
Kemerahan 3 5
imunisasi setiap
Nyeri 3 5
kunjungan ke pelayanan
Bengkak 3 5
kesehatan
Kadar sel darah 3 5
putih Terapeutik
Cairan berbau 3 5 i. Berikan suntikan pada
busuk pada bayi dibagian paha
Sputum berwarna 3 5 anterolateral
hijau
ii. Dokumentasikan
informasi vaksinasi
iii. Jadwalkan imunisasi
pada interval waktu yang
tepat
Edukasi
i. Jelaskan tujuan, manfaat,
resiko yang terjadi,
jadwal dan efek samping
ii. Informasikan imunisasi
yang diwajibkan
pemerintah
iii. Informasikan imunisasi
yang
melindungiterhadap
penyakit namun saat ini
tidak diwajibkan
pemerintah
iv. Informasikan vaksinasi
untuk kejadian khusus
v. Informasikan penundaan
pemberian imunisasi
tidak berarti mengulang
jadwal imunisasi
kembali

G. DIET/NUTRISI
H. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pada penderita dermatitis, ada beberapa tes diagnostic yang dilakukan. Untuk
mengetahui seseorang apakah menderita penyakit dermatitis akibat alergi dapat kita
periksa kadar IgE dalam darah, maka nilainya lebih besar dari nilai normal (0,1-0,4
ug/ml dalam serum) atau ambang batas tinggi. Lalu pasien tersebut harus melakukan
tes alergi untuk mengetahui bahan/zat apa yang menyebabkan penyakit alergi
(alergen). Ada beberapa macam tes alergi, yaitu :

1. Skin Prick Test (Tes tusuk kulit).


Tes ini untuk memeriksa alergi terhadap alergen hirup dan makanan, misalnya debu,
tungau debu, serpih kulit binatang, udang, kepiting dan lain-lain. Tes ini dilakukan di
kulit lengan bawah sisi dalam, lalu alergen yang diuji ditusukkan pada kulit dengan
menggunakan jarum khusus (panjang mata jarum 2 mm), jadi tidak menimbulkan luka,
berdarah di kulit. Hasilnya dapat segera diketahui dalam waktu 30 menit Bila positif
alergi terhadap alergen tertentu akan timbul bentol merah gatal. Syarat tes ini :
 Pasien harus dalam keadaan sehat dan bebas obat yang mengandung antihistamin
(obat anti alergi) selama 3 – 7 hari, tergantung jenis obatnya.
 Umur yang di anjurkan 4 – 50 tahun.
2. Patch Tes (Tes Tempel).
Tes ini untuk mengetahui alergi kontak terhadap bahan kimia, pada penyakit dermatitis
atau eksim. Tes ini dilakukan di kulit punggung. Hasil tes ini baru dapat dibaca setelah
48 jam. Bila positif terhadap bahan kimia tertentu, akan timbul bercak kemerahan dan
melenting pada kulit.

3. RAST (Radio Allergo Sorbent Test).


Tes ini untuk mengetahui alergi terhadap alergen hirup dan makanan. Tes ini
memerlukansampel serum darah sebanyak 2 cc. Lalu serum darah tersebut diproses
dengan mesin komputerisasi khusus, hasilnya dapat diketahui setelah 4 jam. Kelebihan
tes ini : dapat dilakukan pada usia berapapun, tidak dipengaruhi oleh obat-obatan.
4. Skin Test (Tes kulit).
Tes ini digunakan untuk mengetahui alergi terhadap obat yang disuntikkan. Dilakukan
di kulit lengan bawah dengan cara menyuntikkan obat yang akan di tes di lapisan
bawah kulit. Hasil tes baru dapat dibaca setelah 15 menit. Bila positif akan timbul
bentol, merah, gatal.

5. Tes Provokasi.
Tes ini digunakan untuk mengetahui alergi terhadap obat yang diminum, makanan,
dapat juga untuk alergen hirup, contohnya debu. Tes provokasi untuk alergen hirup
dinamakan tes provokasi bronkial. Tes ini digunakan untuk penyakit asma dan pilek
alergi. Tes provokasi bronkial dan makanan sudah jarang dipakai, karena tidak nyaman
untuk pasien dan berisiko tinggi terjadinya serangan asma dan syok. tes provokasi
bronkial dan tes provokasi makanan sudah digantikan oleh Skin Prick Test dan IgE
spesifik metode RAST.
I. PENATALAKSANAAN
A. Penatalaksanaan terapi

1. Sistemik
Pada kasus dermatitis ringan diberi antihistamin, atau kombinasi antihistamin-
antiserotonin, antibradikinin, anti-SRS-A, dan sebagainya. Pada kasus berat dapat
dipertimbangkan pemberian kortikosteroid.
2. Topikal
Prinsip umum terapi topikal diuraikan di bawah ini :
a) Dermatitis basah (madidans) harus diobati dengan kompres terbuka. Dermatitis
kering (sika) diobati dengan krim atau salep.
b) Makin berat atau akut penyakitnya, makin rendah presentase obat spesifik.
c) Bila dermatitis akut, diberi kompres. Bila subakut, diberi losio (bedak kocok),
pasta, krim, atau linimentum (pasta pendingin). Bila kronik, diberi salep.
d) Pada dermatitis sika, bila superfisial, diberikan bedak, losio, krim, atau pasta; bila
kronik diberikan salep. Krim diberikan pada daerah berambut, sedangkan pasta
pada daerah yang tidak berambut. Penetrasi salep lebih besar dari pada krim.
B. Penatalaksanaan :
1. Dermatitis Kontak :
a) Hindari kontak lebih lanjut dengan zat atau benda penyebab dermatitis kontak.
b) Pada tipe iritan, basuhlah bagian yang terkena dengan air mengalir sesegera
mungkin.
c) Jika sampai terjadi lecet, tanganilah seperti menangani luka bakar.
d) Obat anti histamin oral untuk mengurangi rasa gatal dan perih yang dirasakan.
e) Kortikosteroid dapat diberikan secara topikal, oral, atau intravena sesuai
dengan tingkat keparahnnya.
2. Dermatitis Atopik :
a) Menghindari dari agen pencetus seperti makanan, udara panas/dingin, bahan –
bahan berbulu.
b) Hindari kulit dengan berbagai jenis pelembab anatara lain krim hidrofilik urea
10% atau pelembab yang mengandung asam laktat dengan konsentrasi kurang
dari 5%
c) Kortikosteroid topikal potensi rendah diberi pada bayi, daerah intertriginosa dan
daerah genitalia. Kortikosteroid potensi menengah dapat diberi pada anak dan
dewasa. Bila aktifitas penyakit telah terkontrol. Kortikosteroid diaplikasikan
intermiten, umumnya dua kali seminggu. Kortikosteroid oral hanya dipakai
untuk mengendalikan DA eksaserbasi akut. Digunakan dalam waktu singkat,
dosis rendah, diberi selang – seling. Dosis diturunkan secara tapering.
Pemakaian jangka panjang akan menimbulkan efek samping dan bila tiba – tiba
dihentikan akan timbul rebound phenomen.
d) Antihistamin topikal tidak dianjurkan pada DA karena berpotensi kuat
menimbulkan sensitisasi pada kulit. Pemakaian krim doxepin 5% dalam jangka
pendek (1 minggu) dapat mengurangi gatal tanpa sensitifitas, tapi pemakaian
pada area luas akan menimbulkan efek samping sedatif.
e) Pemberian antibiotika berkaitan dengan ditemukannya peningkatan koloni S.
Aureus pada kulit penderita DA. Dapat diberi eritromisin, asitromisin atau
kaltromisin. Bila ada infeksi virus dapat diberi asiklovir 3 x 400 mg/hri selama
10 hari atau 4 x 200mg/hari untuk 10 hari.
3. Neurodermatitis Sirkumskripta
a) Pemberian kortikosteroid dan antihistamin oral bertujuan untuk mengurangi
reaksi inflamasi yang menimbulkan rasa gatal. Pemberian steroid topical juga
membantu mengurangi hyperkeratosis. Pemberian steroid mid-potent diberikan
pada reaksi radang yang akut, tidak direkomendasikan untuk daerah kulit yang
tipis (vulva, scrotum, axilla dan wajah). Pada pengobatan jangka panjang
digunakan steroid yang low-proten, pemakaina high-potent steroid hanya
dipakai kurang dari 3 minggu pada kulit yang tebal.
b) Anti-depresan atau anti anxiety sangat membantu pada sebagian orang dan perlu
pertimbangan untuk pemberiannya.
c) Jika terdapat suatu infeksi sekunder dapat diberikan antibiotik topikal ataupun
oral.
d) Perlu diberikan nasehat untuk mengatur emosi dan perilaku yang dapat
mencegah gatal dan garukan.
4. Dermatitis Numularis
a) Bila kulit kering, diberi pelembab atau emolien
b) Secara topikal lesi dapat diobati dengan obat antiinflamasi, misalnya preparat
ter, glukokortikoid, takrolimus, atau pimekrolimus.
c) Bila lesi masih eksudatif sebaiknya dikompes dahulu misalnya dengan larutan
permanganas kalikus 1 : 10.000.
d) Kalau ditemukan infeksi bakterial, diberikan antibiotik secara sistemik.
e) Kortikosteroid sistemik hanya diberikan pada kasus yang berat dan refrakter,
dalam jangka pendek.
f) Pruritus dapat diobati dengan antihistamin golongan H1, Misalnya hidroksisilin
HCL.
5. Dermatitis statis
a) Cahaya berdenyut intens
b) Diuretik
c) Imunosupresan
d) Istirahat
e) Kortikosteroid
f) Ligasi Vaskuler
g) Pelembab
h) Terapi Kompresi

J. ASPEK LEGAL ATIS


Etika keperawatan (nursing ethic) merupakan bentuk ekspresi bagaimana
perawat seharusnya mengatur diri sendiri, dan etika keperawatan diatur dalam kode
etik keperawatan. Aspek Legal Etik Keperawatan adalah Aspek aturan Keperawatan
dalam memberikan asuhan keperawatan sesuai lingkup wewenang dan tanggung
jawabnya pada berbagai tatanan pelayanan, termasuk hak dan kewajibannya yang
diatur dalam undang-undang keperawatan. Keperawatan adalah suatu bentuk
pelayanan profesional yang merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan,
didasarkan pada ilmu dan kiat keperawatan ditujukan kepada individu, keluarga,
kelompok, dan masyarakat baik sehat maupun sakit yang mencakup seluruh proses
kehidupan manusia.
Perawat sebagai profesi dan bagian integral dari pelayanan kesehatan tidak
saja membutuhkan kesabaran. Kemampuannya untuk ikut mengatasi masalah-masalah
kesehatan tentu harus juga bisa diandalkan. Praktik keperawatan yang aman
memerlukan pemahaman tentang batasan legal yang ada dalam praktik perawat. Sama
dengan semua aspek keperawatan, pemahaman tentang implikasi hukum dapat
mendukung pemikiran kristis perawat. Perawat perlu memahami hukum untuk
melindungi hak kliennya dan dirinya sendiri dari masalah. Perawat tidak perlu takut
hukum, tetapi lebih melihat hukum sebagai dasar pemahaman terhadap apa yang
masyarakat harapkan dari penyelenggara pelayanan keperawatan yang profesional.

 ISI DAN PRINSIP LEGAL ETIK


a. . Autonomi ( Otonomi )
Prinsip otonomi didasarkan pada keyakinan bahwa individu mampu berpikir
logis dan mampu membuat keputusan sendiri. Orang dewasa dianggap kompeten
dan memiliki kekuatan membuat sendiri, memilih dan memiliki berbagai
keputusan atau pilihan yang harus dihargai oleh orang lain. Prinsip otonomi
merupakan bentuk respek terhadap seseorang, atau dipandang sebagai persetujuan
tidak memaksa dan bertindak secara rasional. Otonomi merupakan hak
kemandirian dan kebebasan individu yang menuntut pembedaan diri. Praktek
profesional merefleksikan otonomi saat perawat menghargai hak-hak klien dalam
membuat keputusan tentang perawatan dirinya.
b. Beneficience ( Berbuat Baik ) .
Beneficience berarti, hanya melakukan sesuatu yang baik. Kebaikan,
memerlukan pencegahan dari kesalahan atau kejahatan, penghapusan kesalahan
atau kejahatan dan peningkatan kebaikan oleh diri dan orang lain.
Terkadang,dalam situasi pelayanan kesehatan, terjadi konflik antara prinsip ini
dengan otonomi.
c. Justice ( Keadilan )
Prinsip keadilan dibutuhkan untuk tercapai yang sama dan adil terhadap orang
lain yang menjunjung prinsip-prinsip moral, legal dan kemanusiaan. Nilai
inidirefleksikan dalam prkatek profesional ketika perawat bekerja untuk terapiyang
benar sesuai hukum, standar praktek dan keyakinan yang benar untuk memperoleh
kualitas pelayanan kesehatan.
d. Nonmal eficience ( Tidak Merugikan )
Prinsip ini berarti tidak menimbulkan bahaya/cedera fisik dan psikologis pada
klien.
e. Veracity ( Kejujuran )
Prinsip ini berarti penuh dengan kebenaran. Nilai diperlukan oleh pemberi
pelayanan kesehatan untuk menyampaikan kebenaran pada setiap klien dan untuk
meyakinkan bahwa klien sangat mengerti. Prinsip ini berhubungan dengan
kemampuan seseorang untuk mengatakan kebenaran.
f. Fidellity (Metepati Janji)
Prinsip ini dibutuhkan individu untuk menghargai janji dan komitmennya
terhadap orang lain. Perawat setia pada komitmennya dan menepati janji serta
menyimpan rahasia pasien.
g. Confidentiality ( Kerahasiaan )
Aturan dalam prinsip kerahasiaan adalah informasi tentang klien harus dijaga
privasi klien. Segala sesuatu yang terdapat dalam dokumen catatan kesehatan klien
hanya boleh dibaca dalam rangka pengobatan klien.
h. Accountability ( Akuntabilitas )
Akuntabilitas merupakan standar yang pasti bahwa tindakan seorang
professional dapat dinilai dalam situasi yang tidak jelas atau tanpa terkecuali.
i. Informed Consent
“Informed Consent” terdiri dari dua kata yaitu “informed” yang berarti telah
mendapat penjelasan atau keterangan (informasi), dan “consent” yang berarti
persetujuan atau memberi izin. Jadi “informed consent” mengandung pengertian
suatu persetujuan yang diberikan setelah mendapat informasi. Dengan demikian
“informed consent” dapat didefinisikan sebagai persetujuan yang diberikan oleh
pasien dan atau keluarganya atas dasar penjelasan mengenai tindakan medis yang
akan dilakukan terhadap dirinya serta resiko yang berkaitan dengannya.

K. FUNGSI ADVOKASI
Adapun fungsi advokasi sebagai berikut :
1. Terlaksananya aturan pendukung yang terkait dengan pengendalian factor atau
resiko penyakit jantung dan pembuluh darah.
2. Adanya dukungan politik pemimpin keputusan seperti instruksi, surat edaran, surat
keputusan dan himbawan yang berkaitan dengan pengendalian risiko penyakit
jantung dan pembuluh darah.
3. Ketersedianya anggaran dari pemerintah, lintas program, lintas sector dan lain-lain

L. HEALTH EDUCATION
Sebagai perawat, kita bisa memberikan Health Education melalui promosi kesehatan.
Promosi kesehatan itu sendiri adalah suatu proses yang memungkinkan individu untuk
meningkatkan derajat kesehatannya. WHO (1998) menyebutkan bahwa promosi
kesehatan adalah strategi inti untuk pengembangan kesehatan, yang merupakan suatu
proses yang berkembang dan berkesinambungan pada status sosial. promosi kesehatan
adalah suatu proses yang memungkinkan individu untuk meningkatkan derajat
kesehatannya.

BAB III
PENUTUP

1.1 Kesimpulan
Dermatitis adalah peradangan kulit epidermis dan dermis sebagai respon terhadap
pengaruh faktor eksogen atau faktor endogen, menimbulkan kelainan klinis berubah eflo-
resensi polimorfik (eritema, edema,papul, vesikel, skuama, dan keluhan gatal). Penyebab
dermatitis dapat berasal dari luar (eksogen), misalnya bahan kimia (contoh: detergen,
asam, basa, oli, semen), fisik (sinar dan suhu), mikroorganisme (contohnya: bakteri,
jamur) dapat pula dari dalam (endogen), misalnya dermatitis atopik. 

1.2 Saran
` Dalam penulisan ini tentunya banyak kurang dan tentunya ada lebihnya juga, untuk
itu penulis atau penyusun mengharapkan kritik dan saran kepada para pembaca.Dengan
adanya makalah ini penulis mengaharapkan agar para pembaca bisa memahami apa yang
sudah dijelaskan sehingga dapat bermanfaat bagi semuanya dan agar lebih dapat
mengaplikasikan dalam merawat pasien dan mampu dalam pembuatan asuhan
keperawatan yang tepat yang banyak melibatkan orang terdekat klien, mulai dari
keluarga, kerabat sampai teman pasien.

DAFTAR PUSTAKA
Mansjoer, Arif dkk. 2019. Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta : Media Aesculapius.

Nurarif, Amin Huda dan Hardhi Kusuma. 2019. SDKI,SIKI.SLKI. Yogyakarta : Media

Action.

Syaifuddin, H. 2021. Struktur dan Komponen Tubuh Manusia. Jakarta : Widya Medika.
Corwin, Elizabeth J.2019.Patofiologi : buku saku. Ahli Bahasa,Nike Budi Subekti.,Editor
Edisi Bahasa Indonesia,Egi Komara Yuda.Jakarta.
Baugman,Diane C.2020.Keperawatan Medikal Bedah,Buku saku untuk Bruner dan
Sudarth,Yasmin Asih. Jakarta.
Williams dan Wilkins .2021 Nursing : Memahami berbagai penyakit. Penerjemah Paramita.
Jakarta Barat.
Ricky, Baiq, derlianto. 2021. Efek Hand Hygiene Terhadap Dermatitis Tangan. Mataram

Anda mungkin juga menyukai