DISUSUN OLEH:
Alhamdulillah kami panjatkan puja dan puji syukur kehadirat Allah SWT. Atas segala
limpah rahmat dan hidayahnya. Sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah
ini, dan sholawat serta salam semoga selalu tercurah limpahkan kepada proklamator sedunia,
pejuang tangguh yang tak gentar menghadapi segala rintangan demi umat manusia, yakni
Nabi Muhammad SAW.
Adapun maksud penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas di STIKES
Hafshawaty, kami susun dalam bentuk kajian ilmiah dengan judul” LAPORAN
PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN TENTANG DERMATITIS ”dan
dengan selesainya penyusunan makalah ini, kami juga tidak lupa menyampaikan ucapan
terima kasih kepada:
1. KH. Moh. Hasan Mutawakkil Alallah, SH.MM sebagai pengasuh pondok pesantren
Zainul Hasan Genggong
2. Dr.H.Nur Hamim,S.KM.,.S.Kep,Ns.,M.Kes sebagai ketua STIKES Hafshawaty Zainul
Hasan Genggong
3. Napolion Nur Rahmat S.Kep.,Ns.M.Kep sebagai Ketua Prodi S1 Keperawatan
4. Wardatul Washilah ,S.Kep.,Ns,M.Kep. Sebagai Wali Kelas Prodi S1 Keperawatan
5. Ainul Yakin Salam S.Kep.,Ns.,M.Kepsebagai dosen mata kuliah keperawatan medikal
bedah III.
Pada akhirnya atas penulisan materi ini kami menyadari bahwa sepenuhnya belum
sempurna. Oleh karena itu, kami dengan rendah hati mengharap kritik dan saran dari pihak
dosen dan para audien untuk perbaikan dan penyempurnaanpada materi makalah ini.
DAFTAR ISI
Cover........................................................................................................................i
BAB I PENDAHULUAN
PENDAHULUAN
PEMBAHASAN
A. DEFINISI
Dermatitis adalah sebagai kelainan inflamasi pada epidermis yang berkaitan dengan fisik
atau provokasi imun ( Ricky Setiadi Yusuf, 2021). Dermatitis adalah peradangan kulit
(epidermis dan dermis) sebagai respons terhadap pengaruh faktor eksogen dan atau faktor
endogen, menimbulkan kelainan klinis berupa efloresensi polimorfik (eritema, edema,
papul, vesikel, skuama, likenifikasi) dan keluhan gatal. Dermatitis cenderung residif dan
cenderung kronis. (Djuanda Adhi, 2020).
Dermatitis atau lebih dikenal sebagai eksim merupakan penyakit kulit yang mengalami
peradangan kerena bermacam sebab dan timbul dalam berbagai jenis, terutama kulit yang
kering, umumnya berupa pembengkakan, memerah, dan gatal pada kulit (Widhya, 2019).
B. ETIOLOGI
Penyebab dermatitis dapat berasal dari luar (eksogen) :
a) Bahan kimia (contoh: detergen, asam, basa, oli, semen).
b) Fisik (contoh: sinar, suhu).
c) Mikro-organisme (bakteri, jamur).
d) Dapat pula dari dalam (endogen), misalnya dermatitis atopik.
C. KLASIFIKASI
Klasifikasi dermatitis (Djuanda Adhi, 2020), yaitu :
a) Dermatitis Kontak
Dermatitis kontak ialah dermatitis karena kontaktan eksternal, yang menimbulkan
fenomen sensitisasi (alergik) atau toksik (iritan).
(1) Dermatitis Kontak Iritan
DKI ialaherupsi yang timbul bila kulit terpajan bahan-bahan yang
bersifatiritan primer melalui jalur kerusakan yang non-imunologis. Bahaniritan
antara lain deterjen, bahan pembersih peralatan rumahtangga, dan sebagainya.
d) Dermatitis Numularis
Dermatitis Numularis terlihat sebesar uang logam, terdiri atas eritema, edema, kadang-
kadang ada vesikel, krusta atau papul. Tempat predileksi ialah ekstensor ekstremitas
(terutama tungkai bawah), bahu dan bokong. Penyakit mempunyai kecenderungan residif.
e) Dermatitis Statis
Dermatitis statis atau dermatitis hipostatis merupakan salah satu jenis dermatitis
sirkulatorius. Biasanya dermatitis statis merupakan dermatitis varikosum, sebab kausa
utamanya ialah insufisiensi vena. Di sebabkan oleh semua keadaan yang menyebabkan
statis peredaran darah di tungkai bawah.
f) Dermatitis Autosensitisasi
Merupakan dermatitis akut yang timbul pada tempat jauh dari fokus inflamasi lokal,
sedangkan penyebabnya tidak berhubungan langsung dengan penyebab fokus inflamasi
tersebut. Manifestasi klinisnya umumnya dalam bentuk erupsi vesikular akut dan luas,
sering berhubungan dengan ekzem kronis ditungkai bawah(dermatitis statis) dengan atau
tanpa ulkus.
D. MANIFESTASI KLINIS
1.Dermatitis kontak
1. Lesi kemerahan yang muncul pada bagian kulit yang terjadi kontak
2. Untuk dermaititis kontak alergi, gejala tidak muncul sebulum 24-48 jam bahkan
sampai 72 jam
3. Utuk dematitis kontak iritan, gejala terbagi menjadi 2 : Akut dan Kronis. saat akut
dapat terjadi perubahan warna kulit menjadi kemerahan, terasa perih bahkan lecet.
saat kronis gejala di mulai dengan kulit yang mengering dan sedikit meradang yang
akhirnya menebal.
4. Pada kasuus berat, dapat terjadi bula (vesikel) pada lesi kemerahan tersebut.
5. Kulit tersa gatal bahkan terasa terbakar
Dermatitits kontak iriatan, gatal dan rasa terbakarnya lebih terasa di bandingan dengan
tipe alergi.Menurut (Djuanda Adhi, 2020)
2. Dermatitis Autopik
1. DA infantil (2 bulan – 2 tahun)
DA paling sering muncul tahun pertama kehidupan yaitu pad bulan kedua.
Lesi mulamula tampak di daerah muka (Dahi sampai pipi). Berupa eritema, Papul-
Vesikel pecah karena garukan sehingga lesi menjadi Eksudatif dan akhirnya
terbentuk krusta, Lesi bisa meluas ke kepala, leher, Pergelangan tangan dan
tungkai. bila anak mulai merangkak, Lesi bisa ditemukan di daerah ekstensor
ekstremitas. seahunbagian besar penderita sembuh setelah 2 tahun dan sebagian
lagi berlanjut ke fase anak.
2. DA Anak (2- 10 tahun)
Dapat merupakan lanjuttan bentuk DA infantil ataupun timbul sendiri
(Denovo). Lokasi lesi dilipatan siku/lutut, bagian fleksor pergelangan tangan,
kelopak mata dan leher. ruam berupa papul likenifikasi, sedikit skuama, erosi,
hiperkeratosis dan mungkin infeksi skunder. DA berat yang lebih 50% permukaan
tubuh dapat mengganggu pertumbuhan.
3. DA pada Remaja dan dewasa
Lokasi Lesi pada remaja adalah lipatan siku/ lutut, samping leher, dahi,
sekitar mata.pada dewasa, distribusi lesi kurang karakteristik, sering mengenai
tangan dan pergelangan tangan, dapat pula berlokasi ssetempat misalnya pada
bibir(kering,pecah,bersisik) Vulva,Puting susu/skalp. Kadang-kadang lesi meluas
dan paling parah didaerah lipatan, mengalami likenifikasi. Lesi kering, agak
menimbul, papul datar cenderung berkonfluens menjadi plak. likenifikasi dan
sedikit skuama.bisa d dapati ekskoriasi dan eksudasi akibat garukan dan akhirnya
menjadi hiperpigmentasi.
B. Neurodermatitis Sirkumskripta
1. Kulit sangat gatal.
2. Muncul tunggal di daerah leher, pergelangan tangan, lengan bawah, paha atau
mata kaki kadang muncul pada alat kelamin.
3. Rasa gatal sering hilang timbul. sering timbul pada saat santai atau sedang tidur
akan berkurang saat beraktivitas. rasa gatal yang di garuk akan menambah berat
rasa gatal tersebut.
4. Terjadi perubahan warna kulit yang gatal, kulit yang bersisisk akibat garukan atau
penggosokan yang sudah terjadi bertahun.
4. Dermatitis Numularis
a. Gatal yang kadang sangat hebat, sehingga dapat menggagu
b. lesi akut berupa vesikel dan papulo vesikel (0,3-1,0 Cm),kemudian memmbesar
dengan cara berkonfluensi atau meluas kesamping membentuk 1 lesi karakteristik
seperti uang logam (koin) Eritematosa. sedikit edimatosa, dan berbatas tegas
c. Lambat laun vesikel pecah terjadi eksudasi, kemudian mengering menjadi krusta
kekuningan
d. Ukuran lesi bisa mencapai garis tengah berukuran 5 cm atau lebih, jumlah lesi
dapat hanya satu, dapat pula banyak dan tersebar, bilateral/simetris dengan
ukuran berfariasi dar milliar sampai numular, bahkan plakat
e. Tempat predileksi biasnya terdapat di tungakai bawah, badan lengantermasuk
punggung tangan
5.Dermatitis Statis
a. Bercak-bercak berwarna merah dan bersisisik
b. bintik-bintitk berwarna merah dan bersisik
c. borok atau bisul pada kulit
d. kulit yang tipis pada tangan dan kaki
e. luka (lesi kulit)
f. pembengkakakn pada tungkai kaki
g. rasa gatal di sekitar dareah yang terkena
h. rasa kesemutan pada daerah yang terkena
E. PATOFISIOLOGI
Dermatitis merupakan peradangan pada kulit, baik disebabkan karena dari eksogen
(bahan kimia,fisik,dan baktei) dan endogen (emisional dan makanan). Bisa terjadi
dengan cara dikonsumsi atau kontak langsung dengan bahan kimia secara eksternal.
Selanjutnya biasanya terjadi pada iritasi kontak bahan larutan kimia dan iritasi kontak Ag
.Yang mana keduanya sama memiliki toksik iritasi pada kulit. Zat tersebut masuk
kedalam kulit yang kemudian menyebabkan hipersensitifitas pada kulit yang terkena
tersebut.Sebelumnya kulit mengalami antigen dan antibodi yang menurun.Masa terjadi
sensitisasi alergi yaitu akan mengakibatkan kerusakan kulit dan pemulaan merusak
lapisan epidermis. Sehingga terjadilah respon reaksi menggaruk yang berlebih yang
mengakibat akan terjadi kerusakan integritas kulit. Bahan iritan ataupun allergen yang
masuk ke dalam kulit akan terjadi vesikel/bula,erosi,papula sehingga menimbulkan rasa
nyeri akut.
Disaat kulit mengalami alergi tentu memiliki rasa gatal dan rubor pada kulit .yang
tejadi pada kulit akan mengalami kemerahan dan terasa panas sehingga akan
berhubungan dengan gangguan pola tidur. Dan juga kulit bisa mengalami penurunan
kelembaban sehingga kulit menjadi mengering. Disaat kulit kering tentu saja kulit akan
mengalami pecah-pecah dan berkemungkinan akan tejadi luka/lesi pada kulit sehingga
terjadi gangguan rasa nyaman. Dan disaat kulit dalam keadaan kering tentu saja
perubahan warna kulit berbeda dengan yang normal sehingga menimbulkan gangguan
citra tubuhnya.
G. DIET/NUTRISI
H. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pada penderita dermatitis, ada beberapa tes diagnostic yang dilakukan. Untuk
mengetahui seseorang apakah menderita penyakit dermatitis akibat alergi dapat kita
periksa kadar IgE dalam darah, maka nilainya lebih besar dari nilai normal (0,1-0,4
ug/ml dalam serum) atau ambang batas tinggi. Lalu pasien tersebut harus melakukan
tes alergi untuk mengetahui bahan/zat apa yang menyebabkan penyakit alergi
(alergen). Ada beberapa macam tes alergi, yaitu :
5. Tes Provokasi.
Tes ini digunakan untuk mengetahui alergi terhadap obat yang diminum, makanan,
dapat juga untuk alergen hirup, contohnya debu. Tes provokasi untuk alergen hirup
dinamakan tes provokasi bronkial. Tes ini digunakan untuk penyakit asma dan pilek
alergi. Tes provokasi bronkial dan makanan sudah jarang dipakai, karena tidak nyaman
untuk pasien dan berisiko tinggi terjadinya serangan asma dan syok. tes provokasi
bronkial dan tes provokasi makanan sudah digantikan oleh Skin Prick Test dan IgE
spesifik metode RAST.
I. PENATALAKSANAAN
A. Penatalaksanaan terapi
1. Sistemik
Pada kasus dermatitis ringan diberi antihistamin, atau kombinasi antihistamin-
antiserotonin, antibradikinin, anti-SRS-A, dan sebagainya. Pada kasus berat dapat
dipertimbangkan pemberian kortikosteroid.
2. Topikal
Prinsip umum terapi topikal diuraikan di bawah ini :
a) Dermatitis basah (madidans) harus diobati dengan kompres terbuka. Dermatitis
kering (sika) diobati dengan krim atau salep.
b) Makin berat atau akut penyakitnya, makin rendah presentase obat spesifik.
c) Bila dermatitis akut, diberi kompres. Bila subakut, diberi losio (bedak kocok),
pasta, krim, atau linimentum (pasta pendingin). Bila kronik, diberi salep.
d) Pada dermatitis sika, bila superfisial, diberikan bedak, losio, krim, atau pasta; bila
kronik diberikan salep. Krim diberikan pada daerah berambut, sedangkan pasta
pada daerah yang tidak berambut. Penetrasi salep lebih besar dari pada krim.
B. Penatalaksanaan :
1. Dermatitis Kontak :
a) Hindari kontak lebih lanjut dengan zat atau benda penyebab dermatitis kontak.
b) Pada tipe iritan, basuhlah bagian yang terkena dengan air mengalir sesegera
mungkin.
c) Jika sampai terjadi lecet, tanganilah seperti menangani luka bakar.
d) Obat anti histamin oral untuk mengurangi rasa gatal dan perih yang dirasakan.
e) Kortikosteroid dapat diberikan secara topikal, oral, atau intravena sesuai
dengan tingkat keparahnnya.
2. Dermatitis Atopik :
a) Menghindari dari agen pencetus seperti makanan, udara panas/dingin, bahan –
bahan berbulu.
b) Hindari kulit dengan berbagai jenis pelembab anatara lain krim hidrofilik urea
10% atau pelembab yang mengandung asam laktat dengan konsentrasi kurang
dari 5%
c) Kortikosteroid topikal potensi rendah diberi pada bayi, daerah intertriginosa dan
daerah genitalia. Kortikosteroid potensi menengah dapat diberi pada anak dan
dewasa. Bila aktifitas penyakit telah terkontrol. Kortikosteroid diaplikasikan
intermiten, umumnya dua kali seminggu. Kortikosteroid oral hanya dipakai
untuk mengendalikan DA eksaserbasi akut. Digunakan dalam waktu singkat,
dosis rendah, diberi selang – seling. Dosis diturunkan secara tapering.
Pemakaian jangka panjang akan menimbulkan efek samping dan bila tiba – tiba
dihentikan akan timbul rebound phenomen.
d) Antihistamin topikal tidak dianjurkan pada DA karena berpotensi kuat
menimbulkan sensitisasi pada kulit. Pemakaian krim doxepin 5% dalam jangka
pendek (1 minggu) dapat mengurangi gatal tanpa sensitifitas, tapi pemakaian
pada area luas akan menimbulkan efek samping sedatif.
e) Pemberian antibiotika berkaitan dengan ditemukannya peningkatan koloni S.
Aureus pada kulit penderita DA. Dapat diberi eritromisin, asitromisin atau
kaltromisin. Bila ada infeksi virus dapat diberi asiklovir 3 x 400 mg/hri selama
10 hari atau 4 x 200mg/hari untuk 10 hari.
3. Neurodermatitis Sirkumskripta
a) Pemberian kortikosteroid dan antihistamin oral bertujuan untuk mengurangi
reaksi inflamasi yang menimbulkan rasa gatal. Pemberian steroid topical juga
membantu mengurangi hyperkeratosis. Pemberian steroid mid-potent diberikan
pada reaksi radang yang akut, tidak direkomendasikan untuk daerah kulit yang
tipis (vulva, scrotum, axilla dan wajah). Pada pengobatan jangka panjang
digunakan steroid yang low-proten, pemakaina high-potent steroid hanya
dipakai kurang dari 3 minggu pada kulit yang tebal.
b) Anti-depresan atau anti anxiety sangat membantu pada sebagian orang dan perlu
pertimbangan untuk pemberiannya.
c) Jika terdapat suatu infeksi sekunder dapat diberikan antibiotik topikal ataupun
oral.
d) Perlu diberikan nasehat untuk mengatur emosi dan perilaku yang dapat
mencegah gatal dan garukan.
4. Dermatitis Numularis
a) Bila kulit kering, diberi pelembab atau emolien
b) Secara topikal lesi dapat diobati dengan obat antiinflamasi, misalnya preparat
ter, glukokortikoid, takrolimus, atau pimekrolimus.
c) Bila lesi masih eksudatif sebaiknya dikompes dahulu misalnya dengan larutan
permanganas kalikus 1 : 10.000.
d) Kalau ditemukan infeksi bakterial, diberikan antibiotik secara sistemik.
e) Kortikosteroid sistemik hanya diberikan pada kasus yang berat dan refrakter,
dalam jangka pendek.
f) Pruritus dapat diobati dengan antihistamin golongan H1, Misalnya hidroksisilin
HCL.
5. Dermatitis statis
a) Cahaya berdenyut intens
b) Diuretik
c) Imunosupresan
d) Istirahat
e) Kortikosteroid
f) Ligasi Vaskuler
g) Pelembab
h) Terapi Kompresi
K. FUNGSI ADVOKASI
Adapun fungsi advokasi sebagai berikut :
1. Terlaksananya aturan pendukung yang terkait dengan pengendalian factor atau
resiko penyakit jantung dan pembuluh darah.
2. Adanya dukungan politik pemimpin keputusan seperti instruksi, surat edaran, surat
keputusan dan himbawan yang berkaitan dengan pengendalian risiko penyakit
jantung dan pembuluh darah.
3. Ketersedianya anggaran dari pemerintah, lintas program, lintas sector dan lain-lain
L. HEALTH EDUCATION
Sebagai perawat, kita bisa memberikan Health Education melalui promosi kesehatan.
Promosi kesehatan itu sendiri adalah suatu proses yang memungkinkan individu untuk
meningkatkan derajat kesehatannya. WHO (1998) menyebutkan bahwa promosi
kesehatan adalah strategi inti untuk pengembangan kesehatan, yang merupakan suatu
proses yang berkembang dan berkesinambungan pada status sosial. promosi kesehatan
adalah suatu proses yang memungkinkan individu untuk meningkatkan derajat
kesehatannya.
BAB III
PENUTUP
1.1 Kesimpulan
Dermatitis adalah peradangan kulit epidermis dan dermis sebagai respon terhadap
pengaruh faktor eksogen atau faktor endogen, menimbulkan kelainan klinis berubah eflo-
resensi polimorfik (eritema, edema,papul, vesikel, skuama, dan keluhan gatal). Penyebab
dermatitis dapat berasal dari luar (eksogen), misalnya bahan kimia (contoh: detergen,
asam, basa, oli, semen), fisik (sinar dan suhu), mikroorganisme (contohnya: bakteri,
jamur) dapat pula dari dalam (endogen), misalnya dermatitis atopik.
1.2 Saran
` Dalam penulisan ini tentunya banyak kurang dan tentunya ada lebihnya juga, untuk
itu penulis atau penyusun mengharapkan kritik dan saran kepada para pembaca.Dengan
adanya makalah ini penulis mengaharapkan agar para pembaca bisa memahami apa yang
sudah dijelaskan sehingga dapat bermanfaat bagi semuanya dan agar lebih dapat
mengaplikasikan dalam merawat pasien dan mampu dalam pembuatan asuhan
keperawatan yang tepat yang banyak melibatkan orang terdekat klien, mulai dari
keluarga, kerabat sampai teman pasien.
DAFTAR PUSTAKA
Mansjoer, Arif dkk. 2019. Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta : Media Aesculapius.
Nurarif, Amin Huda dan Hardhi Kusuma. 2019. SDKI,SIKI.SLKI. Yogyakarta : Media
Action.
Syaifuddin, H. 2021. Struktur dan Komponen Tubuh Manusia. Jakarta : Widya Medika.
Corwin, Elizabeth J.2019.Patofiologi : buku saku. Ahli Bahasa,Nike Budi Subekti.,Editor
Edisi Bahasa Indonesia,Egi Komara Yuda.Jakarta.
Baugman,Diane C.2020.Keperawatan Medikal Bedah,Buku saku untuk Bruner dan
Sudarth,Yasmin Asih. Jakarta.
Williams dan Wilkins .2021 Nursing : Memahami berbagai penyakit. Penerjemah Paramita.
Jakarta Barat.
Ricky, Baiq, derlianto. 2021. Efek Hand Hygiene Terhadap Dermatitis Tangan. Mataram