Anda di halaman 1dari 18

Mata Kuliah:

DAFTAR ISI

Kata Pengantar ....................................................... 00


Daftar Isi ................................................................ 00
Pendahuluan ........................................................... 00

BAB 1 JUDUL ……................................................... . 00


1. Sub. Bab…................................................. 00
2. Sub. Bab .................................................. 00

Latihan ......................................................... 00
Rangkuman .................................................... 00
Tes Fomatif .................................................. . 00

BAB 2 JUDUL …….................................................... 00


1. Sub. Bab ................................................... 00
2. Sub. Bab .................................................. . 00
Latihan ......................................................... 00
Rangkuman.................................................... 00
Tes Fomatif ................................................... 00

Dst. (Sejumlah BAB yang ada)

Kunci Jawaban Tes Formatif ...................................... 00


Senarai ................................................................... 00
Daftar Pustaka ......................................................... 00
Riwayat Penulis ...................................................... 00

1
Mata Kuliah:

PENDAHULUAN
Deskripsi Singkat, Relevansi, Tujuan, dan Petujuk Belajar

DESKRIPSI SINGKAT
Modul mata kuliah ini menguraikan pembelajaran tentang konsep teknik, prinsip,
dan prosedur pelaksanaan asuhan/ praktek keperawatan yang dilakukan secara
mandiri atau berkelompok. Modul satuan pelajaran ini membahas dermatitis

RELEVANSI

Modul yang sedang anda pegang ini disusun untuk memberikan


gambaran pada mahasiswa mengenai proses asuhan keperawatan pada
berbagai kebutuhan dasar manusia akibat kelainan patologis sistem
tubuh. Asuhan keperawatan yang dibahas pada modul ini terkait
dermatitis. Modul ini diharapkan dapat menstimulasi critical thinking
mahasiswa terkait pengelolaan pasien dengan berbagai kebutuhan dan
diharapkan memberikan arahan bagi penyelesaian masalah
keperawatan secara ilmiah.

2
Mata Kuliah:

PETUJUK BELAJAR

Modul ini merupakan salah satu buku penuntun mahasiswa dalam
membantu memahami dan menyelesaikan mata kuliah Keperawatan
Medikal Bedah II, sehingga hendaknya setiap mahasiswa membaca,
mempelajari dan mengerjakan tes formatif dan penugasan untuk setiap sub
bab atau setiap materi pembelajaran sebelum materi perkuliahan
disampaikan. Dengan pengunaan modul sebagai media pembelajaran
diharapkan mahasiswa menjadi lebih siap menghadapi proses pembelajaran
dan peningkatan kualitas pembelajaran dapat tercapai

Kegiatan Belajar:
DERMATITIS
 120 Menit

PENDAHULUAN
Kata “dermatitis” berarti adanya inflamasi pada kulit. Eczema merupakan
bentuk khusus dari dermatitis. Beberapa ahli menggunakan kata eczema untuk
menjelaskan inflamasi yang dicetuskan dari dalam pada kulit. Prevalensi dari
semua bentuk eczema adalah 4,66 %, termasuk dermatitis atopic 0,69 %, eczema
nummular 0,17 % dan dermatitis seboroik 2,32 % yang menyerang 2 % hingga 5
% dari penduduk.
Eksim atau dermatitis adalah istilah kedokteran untuk kelainan kulit yang
mana kulit tampak meradang dan iritasi. Keradangan ini bisa terjadi dimana saja
namun yang paling sering terkena adalah tangan dan kaki. Jenis eksim yang paling
sering dijumpai adalah eksim atopic atau dermatitis atopic. Gejala eksim akan

3
Mata Kuliah:

mulai muncul pada masa anak-anak terutama saat mereka berumur diatas 2 tahun.
Pada beberapa kasus, eksim akan menghilang dengan bertambahnya usia, namun
tidak sedikit pula yang akan menderita seumur hidupnya. Dengan pengobatan yang
tepat, penyakit ini dapat dikendalikan dengan baik sehingga mengurangi angka
kekambuhan.
Dimanapun lokasi timbulnya eksim, gejala utama yang dirasakan pasien
adalah gatal. Terkadang rasa gatal sudah muncul sebelum ada tanda kemerahan
pada kulit. Gejala kemerahan biasanya akan muncul pada wajah, lutut, tangan dan
kaki, namun tidak menutup kemungkinan kemerahan muncul didaerah lain.
Daerah yang terkena akan terasa sangat kering, menebal atau keropeng. Pada
orang kulit putih, daerah ini pada mulanya akan berwarna merah muda lalu
berubah menjadi cokelat. Sementara itu pada orang dengan kulit lebih gelap, eksim
akan mempengaruhi pigmen kulit sehingga daerah eksim akan tampak lebih terang
atau lebih gelap.

TUJUAN
Setelah mempelajari modul ini, Mahasiswa diharapkan dapat melakukan suatu asuhan
keperawatan pada pasien dengan gangguan kebutuhan keseimbangan suhu tubuh
atau termoregulasi akibat patologis berbagai sistem tubuh.

URAIAN MATERI
Dermatitis adalah peradangan kulit (epidermis dan dermis) sebagai
respons terhadap pengaruh faktor eksogen dan atau faktor endogen, menimbulkan

4
Mata Kuliah:

kelainan klinis berupa efloresensi polimorfik (eritema, edema, papul, vesikel,


skuama, likenifikasi) dan keluhan gatal. Dermatitis cenderung residif dan
cenderung kronis. (Djuanda Adhi, 2010).
Dermatitis atau lebih dikenal sebagai eksim merupakan penyakit kulit
yang mengalami peradangan kerena bermacam sebab dan timbul dalam berbagai
jenis, terutama kulit yang kering, umumnya berupa pembengkakan, memerah, dan
gatal pada kulit (Widhya, 2011).

A. Etiologi Dermatitis
Penyebab dermatitis dapat berasal dari luar (eksogen), misalnya bahan
kimia (contoh: detergen, asam, basa, oli, semen), fisik (contoh: sinar, suhu),
mikro-organisme (bakteri, jamur); dapat pula dari dalam (endogen), misalnya
dermatitis atopik.
Klasifikasi dermatitis (Djuanda Adhi, 2010), yaitu :
a) Dermatitis Kontak
Dermatitis kontak ialah dermatitis karena kontaktan eksternal, yang
menimbulkan fenomen sensitisasi (alergik) atau toksik (iritan).
(1) Dermatitis Kontak Iritan
DKI ialah erupsi yang timbul bila kulit terpajan bahan-bahan yang
bersifat iritan primer melalui jalur kerusakan yang non-imunologis. Bahan iritan
antara lain deterjen, bahan pembersih peralatan rumah tangga, dan sebagainya
(2) Dermatitis Kontak Alergik
DKA ialah respons alergik yang didapat bila berkontak dengan bahan-bahan
yang bersifat sensitiser/alergen. Contoh bahan yang dapat memicu DKA
antara lain adalah beberapa jenis pewangi, pewarna, nikel, obat obatan, dan
sebagainya.

5
Mata Kuliah:

b) Neurodermatitis Sirkumskripta = Lichen Simplex Chronicus (LSC)


Istilah LSC diambil dari kata likenifikasi yang berarti penebalan kulit
disertai gambaran relief kulit yang semakin nyata. Penyebabnya belum
diketahui secara pasti, tetapi kelainan sering diawali oleh cetusan gatal yang
hebat, misalnya pada inse,,Mct bite.

c) Dermatitis Atopik
Dermatitis Atopik (DA) adalah kelainan kulit kronis yang sangat gatal,
umum dijumpai, ditandai oleh kulit yang kering, inflamasi dan eksudasi, yang
kambuh-kambuhan. Dermatitis atopik disebabkan oleh rinitis alergik, asma
bronkial, reaksi abnormal terhadap perubahan suhu (hawa udara panas,
dingin) dan ketegangan (stress), resistensi menurun terhadap infeksi virus dan
bakteri, lebih sensitif terhadap serum dan obat.

B. Patofisiologi
Dermatitis merupakan peradangan pada kulit, baik pada bagian dermis
ataupun epidermis yang disebabkan oleh beberapa zat alergen ataupun zat
iritan. Zat tersebut masuk kedalam kulit yang kemudian menyebabkan
hipersensitifitas pada kulit yang terkena tersebut. Masa inkubasi sesudah
terjadi sensitisasi permulaan terhadap suatu antigen adalah 5-12 hari,
sedangkan masa reaksi setelah terkena yang berikutnya adalah 12-48 jam.
Bahan iritan ataupun allergen yang masuk ke dalam kulit merusak lapisan
tanduk, denaturasi keratin, menyingkirkan lemak lapisan tanduk, dan
mengubah daya ikat air kulit. Keadaan ini akan merusak sel dermis maupun
sel epidermis sehingga menimbulkan kelainan kulit atau dermatitis

6
Mata Kuliah:

C. Manifestasi Klinis

Menurut (Djuanda Adhi, 2010)

2. Dermatitis kontak
a. Lesi kemerahan yang muncul pada bagian kulit yang terjadi kontak
b. Untuk dermaititis kontak alergi, gejala tidak muncul sebulum 24-48 jam
bahkan sampai 72 jam
c. Utuk dematitis kontak iritan, gejala terbagi menjadi 2 : Akut dan Kronis.
saat akut dapat terjadi perubahan warna kulit menjadi kemerahan, terasa
perih bahkan lecet. saat kronis gejala di mulai dengan kulit yang
mengering dan sedikit meradang yang akhirnya menebal.
d. Pada kasuus berat, dapat terjadi bula (vesikel) pada lesi kemerahan
tersebut.
e. Kulit tersa gatal bahkan terasa terbakar
f. Dermatitits kontak iriatan, gatal dan rasa terbakarnya lebih terasa di
bandingan dengan tipe alergi
3. Dermatitis Autopik
ada 3 fase klinis Autopik yaitu
a. DA infantil (2 bulan – 2 tahun)
DA paling sering muncul tahun pertama kehidupan yaitu pad bulan
kedua. Lesi mulamula tampak di daerah muka (Dahi sampai pipi). Berupa
eritema, Papul-Vesikel pecah karena garukan sehingga lesi menjadi
Eksudatif dan akhirnya terbentuk krusta, Lesi bisa meluas ke kepala, leher,
Pergelangan tangan dan tungkai. bila anak mulai merangkak, Lesi bisa

7
Mata Kuliah:

ditemukan di daerah ekstensor ekstremitas. seahunbagian besar penderita


sembuh setelah 2 tahun dan sebagian lagi berlanjut ke fase anak.
b. DA Anak (2- 10 tahun)
Dapat merupakan lanjuttan bentuk DA infantil ataupun timbul sendiri
(Denovo). Lokasi lesi dilipatan siku/lutut, bagian fleksor pergelangan
tangan, kelopak mata dan leher. ruam berupa papul likenifikasi, sedikit
skuama, erosi, hiperkeratosis dan mungkin infeksi skunder. DA berat
yang lebih 50% permukaan tubuh dapat mengganggu pertumbuhan.
c. DA pada Remaja dan dewasa
Lokasi Lesi pada reamaja adalah lipatan siku/ lutut, samping leher,
dahi, sekitar mata.pada dewasa, distribusi lesi kurang karakteristik,
sering mengenai tangan dan pergelangan tangan, dapat pula berlokasi
ssetempat misalnya pada bibir(kering,pecah,bersisik) Vulva,Puting
susu/skalp. Kadang-kadang lesi meluas dan paling parah didaerah
lipatan, mengalami likenifikasi. Lesi kering, agak menimbul, papul
datar cenderung berkonfluens menjadi plak. likenifikasi dan sedikit
skuama.bisa d dapati ekskoriasi dan eksudasi akibat garukan dan
akhirnya menjadi hiperpigmentasi.umum DA remaja dan dewasa
berlangsung lama kemudian cenderung membaik setelah seusia 30
tahun, jarang smpai usia pertengahan dan sebagia kecil sampai tua

4. Neurodermatitis Sirkumskripta
a. Kulit sangat gatal
b. Muncul tunggal di daerah leher, pergelangan tangan, lengan bawah,
paha atau mata kaki kadang muncul pada alat kelamin

8
Mata Kuliah:

c. Rasa gatal sering hilang timbul. sering timbul pada saat santai atau
sedang tidur akan berkurang saat beraktivitas. rasa gatal yang di garuk
akan menambah berat rasa gatal tersebut
d. Terjadi perubahan warna kulit yang gatal, kulit yang bersisisk akibat
garukan atau penggosokan yang sudah terjadi bertahun
5. Dermatitis Numularis
a. Gatal yang kadang sangat hebat, sehingga dapat menggagu
b. lesi akut berupa vesikel dan papulo vesikel (0,3-1,0 Cm) ,kemudian
memmbesar dengan cara berkonfluensi atau meluas kesamping
membentuk 1 lesi karakteristik seperti uang logam (koin) Eritematosa.
sedikit edimatosa, dan berbatas tegas
c. Lambat laun vesikel pecah terjadi eksudasi, kemudian mengering
menjadi krusta kekuningan
d. Ukuran lesi bisa mencapai garis tengah berukuran 5 cm atau lebih,
jumlah lesi dapat hanya satu, dapat pula banyak dan tersebar,
bilateral/simetris dengan ukuran berfariasi dar milliar sampai numular,
bahkan plakat
e. Tempat predileksi biasnya terdapat di tungakai bawah, badan
lengantermasuk punggung tangan
6. Dermatitis Statis
a. Bercak-bercak berwarna merah dan bersisisik
b. bintik-bintitk berwarna merah dan bersisik
c. borok atau bisul pada kulit
d. kulit yang tipis pada tangan dan kaki
e. luka (lesi kulit)
f. pembengkakakn pada tungkai kaki

9
Mata Kuliah:

g. rasa gatal di sekitar dareah yang terkena


h. rasa kesemutan pada daerah yang terkena

7. Pemeriksaan Diagnostik
Pada penderita dermatitis, ada beberapa tes diagnostic yang dilakukan. Untuk
mengetahui seseorang apakah menderita penyakit dermatitis akibat alergi dapat
kita periksa kadar IgE dalam darah, maka nilainya lebih besar dari nilai normal
(0,1-0,4 ug/ml dalam serum) atau ambang batas tinggi. Lalu pasien tersebut harus
melakukan tes alergi untuk mengetahui bahan/zat apa yang menyebabkan penyakit
alergi (alergen). Ada beberapa macam tes alergi, yaitu :
1. Skin Prick Test (Tes tusuk kulit).
Tes ini untuk memeriksa alergi terhadap alergen hirup dan makanan, misalnya
debu, tungau debu, serpih kulit binatang, udang, kepiting dan lain-lain. Tes ini
dilakukan di kulit lengan bawah sisi dalam, lalu alergen yang diuji ditusukkan
pada kulit dengan menggunakan jarum khusus (panjang mata jarum 2 mm), jadi
tidak menimbulkan luka, berdarah di kulit. Hasilnya dapat segera diketahui
dalam waktu 30 menit Bila positif alergi terhadap alergen tertentu akan timbul
bentol merah gatal. Syarat tes ini :
 Pasien harus dalam keadaan sehat dan bebas obat yang mengandung
antihistamin (obat anti alergi) selama 3 – 7 hari, tergantung jenis obatnya.
 Umur yang di anjurkan 4 – 50 tahun.
 Patch Tes (Tes Tempel).
2. Tes ini untuk mengetahui alergi kontak terhadap bahan kimia, pada penyakit
dermatitis atau eksim. Tes ini dilakukan di kulit punggung. Hasil tes ini
baru dapat dibaca setelah 48 jam. Bila positif terhadap bahan kimia tertentu,
akan timbul bercak kemerahan dan melenting pada kulit

10
Mata Kuliah:

8. Penatalaksanaan Terapi
1. Sistemik
Pada kasus dermatitis ringan diberi antihistamin, atau kombinasi antihistamin-
antiserotonin, antibradikinin, anti-SRS-A, dan sebagainya. Pada kasus berat
dapat dipertimbangkan pemberian kortikosteroid.
2. Topikal
Prinsip umum terapi topikal diuraikan di bawah ini :
a) Dermatitis basah (madidans) harus diobati dengan kompres terbuka.
Dermatitis kering (sika) diobati dengan krim atau salep.
b) Makin berat atau akut penyakitnya, makin rendah presentase obat spesifik.
c) Bila dermatitis akut, diberi kompres. Bila subakut, diberi losio (bedak
kocok), pasta, krim, atau linimentum (pasta pendingin). Bila kronik, diberi
salep.
d) Pada dermatitis sika, bila superfisial, diberikan bedak, losio, krim, atau
pasta; bila kronik diberikan salep. Krim diberikan pada daerah berambut,
sedangkan pasta pada daerah yang tidak berambut. Penetrasi salep lebih
besar dari pada krim.

Penatalaksanaan
1. Dermatitis Kontak
a. Hindari kontak lebih lanjut dengan zat atau benda penyebab dermatitis
kontak.
b. Pada tipe iritan, basuhlah bagian yang terkena dengan air mengalir
sesegera mungkin.
c. Jika sampai terjadi lecet, tanganilah seperti menangani luka bakar.

11
Mata Kuliah:

d. Obat anti histamin oral untuk mengurangi rasa gatal dan perih yang
dirasakan.
e. Kortikosteroid dapat diberikan secara topikal, oral, atau intravena
sesuai dengan tingkat keparahnnya.
2. Dermatitis Atopik
a. Menghindari dari agen pencetus seperti makanan, udara panas/dingin,
bahan – bahan berbulu.
b. Hindari kulit dengan berbagai jenis pelembab anatara lain krim
hidrofilik urea 10% atau pelembab yang mengandung asam laktat
dengan konsentrasi kurang dari 5%
c. Kortikosteroid topikal potensi rendah diberi pada bayi, daerah
intertriginosa dan daerah genitalia. Kortikosteroid potensi menengah
dapat diberi pada anak dan dewasa. Bila aktifitas penyakit telah
terkontrol. Kortikosteroid diaplikasikan intermiten, umumnya dua
kali seminggu. Kortikosteroid oral hanya dipakai untuk
mengendalikan DA eksaserbasi akut. Digunakan dalam waktu
singkat, dosis rendah, diberi selang – seling. Dosis diturunkan secara
tapering. Pemakaian jangka panjang akan menimbulkan efek samping
dan bila tiba – tiba dihentikan akan timbul rebound phenomen.
d. Antihistamin topikal tidak dianjurkan pada DA karena berpotensi
kuat menimbulkan sensitisasi pada kulit. Pemakaian krim doxepin
5% dalam jangka pendek (1 minggu) dapat mengurangi gatal tanpa
sensitifitas, tapi pemakaian pada area luas akan menimbulkan efek
samping sedatif.
e. Pemberian antibiotika berkaitan dengan ditemukannya peningkatan
koloni S. Aureus pada kulit penderita DA. Dapat diberi eritromisin,

12
Mata Kuliah:

asitromisin atau kaltromisin. Bila ada infeksi virus dapat diberi


asiklovir 3 x 400 mg/hri selama 10 hari atau 4 x 200mg/hari untuk 10
hari.

3. Neurodermatitis Sirkumskripta
a. Pemberian kortikosteroid dan antihistamin oral bertujuan untuk
mengurangi reaksi inflamasi yang menimbulkan rasa gatal. Pemberian
steroid topical juga membantu mengurangi hyperkeratosis. Pemberian
steroid mid-potent diberikan pada reaksi radang yang akut, tidak
direkomendasikan untuk daerah kulit yang tipis (vulva, scrotum, axilla
dan wajah). Pada pengobatan jangka panjang digunakan steroid yang
low-proten, pemakaina high-potent steroid hanya dipakai kurang dari 3
minggu pada kulit yang tebal.
b. Anti-depresan atau anti anxiety sangat membantu pada sebagian orang
dan perlu pertimbangan untuk pemberiannya.
c. Jika terdapat suatu infeksi sekunder dapat diberikan antibiotik topikal
ataupun oral.
d. Perlu diberikan nasehat untuk mengatur emosi dan perilaku yang dapat
mencegah gatal dan garukan
4. Dermatitis Numularis
a. Bila kulit kering, diberi pelembab atau emolien
b. Secara topikal lesi dapat diobati dengan obat antiinflamasi, misalnya
preparat ter, glukokortikoid, takrolimus, atau pimekrolimus.
c. Bila lesi masih eksudatif sebaiknya dikompes dahulu misalnya dengan
larutan permanganas kalikus 1 : 10.000.

13
Mata Kuliah:

d. Kalau ditemukan infeksi bakterial, diberikan antibiotik secara


sistemik.
e. Kortikosteroid sistemik hanya diberikan pada kasus yang berat dan
refrakter, dalam jangka pendek.
f. Pruritus dapat diobati dengan antihistamin golongan H1, Misalnya
hidroksisilin HCL
5. Dermatitis statis
a. Cahaya berdenyut intens
b. Diuretik
c. Imunosupresan
d. Istirahat
e. Kortikosteroid
f. Ligasi Vaskuler
g. Pelembab
h. Terapi Kompresi

LATIHAN

Untuk lebih memahami bagaimana proses asuhan keperawatan pasien dengan


gangguan dermatitis dan steven jhonson. Silahkan anda mengamati dan melakukan
pengkajian pada satu klien yang memiliki masalah istirahat tidur, kemudian
rumuskan diagnosa keperawatan yang tepat dan tetapkan intervensi, lakukan
implementasi dan evaluasi. Dokumentasikan kasus tersebut pada lembar kerja.

14
Mata Kuliah:

RANGKUMAN

Dermatitis adalah peradangan kulit epidermis dan dermis sebagai respon terhadap
pengaruh faktor eksogen atau faktor endogen, menimbulkan kelainan klinis
berubah eflo-resensi polimorfik (eritema, edema,papul, vesikel, skuama, dan
keluhan gatal).  Penyebab dermatitis dapat berasal dari luar (eksogen), misalnya
bahan kimia (contoh: detergen, asam, basa, oli, semen), fisik (sinar dan suhu),
mikroorganisme (contohnya: bakteri, jamur) dapat pula dari dalam (endogen),
misalnya dermatitis atopik. 

TES
FORMATIF
1. Pasien 61 tahun datang dengan keluhan gatal pada tungkai bawah sejak 6 bulan ini.
Dari pemeriksaan fisik didapatkan lesi berbentuk koin ditutup krusta tersebar di
ekstremitas bawah disertai pelebaran vena. Diagnosis?
a. DKA
b. DKI
c. Dermatitis auto sensitisasi
d. Impetigo
e. Dermatitis numularis

15
Mata Kuliah:

2. wanita, 45 th, mengeluh nyeri dan panas pada punggung bagian kanan pada region
thorakalis, lesi dermatomal, terdapat krusta dan bula yang menutupi vesikel yang
telah pecah. Etiologi yang menyebabkan?
a. Herpes zoster varisela
b. Measles virus
c. Rubella virus
d. Human papilloma virus
e. Herpes simpleks

3. Laki laki 42 tahun, keluhan merah merah dan bengkak sejak 2 bulan yang lalu,
ruam merah merah di kedua telinga, leer, wajah, lengan, ruam berbentuk plakat,
numular hingga lentikular, ruam hipestesia. Pemeriksaan untuk menegakkan diagnosa
penyakit ?
a. Kerokan lesi langsung untuk pemeriksaan jamur (KOH)
b. Hapusan untuk pemeriksaan gram
c. Pemeriksaan kultur jamur dan mikroorganise
d. Hapusan untuk pemeriksaan BTA
e. Hapusan untuk pemeriksaan Giemsa

4. Pasien laki-laki 23 th, gatal ada gambaran eritema. Riwayat pemakaian kalung
berbentuk kupu-kupu. Diagnosa?
a. DKA
b. DKI
c. Dermatitis seborok
d. Dermatitis alergi

16
Mata Kuliah:

5. Pasien perempuan usia 40 tahun datang ke poliklinik dengan keluhan kelemahan


pada jari-jari tangan kanannya dan kesulitan berjalan. Sebelumnya pasien pernah
didiagnosis menderita kusta tipe . Pada pemeriksaan fisik regio manus dextra
didapatkan dominan aksi otot ekstensor digitorum communis pada digiti 4 dan 5.
Pada tibia dan pedis juga didapatkan beberapa ulkus dan kalus, kelemahan n.
peroneus dan n. tibialis posterior. Tipe kecacatan yang dialami pasien tersebut?
a. Primer
b. Sekunder
c. Tersier
d. Kuartener
e. Gabungan

KUNCI JAWABAN
1.E
2.A
3.D
4.B
5.B

A.
B.
C.
GLOSARIUM

NIC = Nursing Interventions Classification


NOC = Nursing Outcomes Classification
17
Mata Kuliah:

DAFTAR PUSTAKA

Valeyrie Allanore L, Roujeau JC. Epidermal Necrolysis (Steven Johnsosns


Syndrome and Toxic Epidermal Necrolysis). Dalam: Wolff K,
Goldsmith LA, Katz SI, Gilchrest BA, Paller AS, Leffel DJ, editors.
Fitzpatricks Dermatology in General Medicine. 7th ed. New York: Mc
Graw;2008
Tyagi S, Kumar S, Kumar A, Singla M, Singh A. Stevens Johnson Syndrome-
A life threatening disorder: A review. Dalam: J Chem Pharm Res
2010,2(2):618-26
Mahadi IDR. Sindroma Stevens Johnson. Dalam: Simposium dan Pelatihan
“What’s new in Dermatology”. Banda Aceh, 10 Juli 2010
Mansjoer, Arif dkk. 2000. Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta : Media
Aesculapius.
Universitas Muhammadiyah Semarang . (2013). < BAB II Tinjauan Pustaka
Dermatitis [Internet]. Bersumber dari
http://digilib.unimus.ac.id/72982/babII.pdf > [Diakses tanggal 17
Februari 2015. Jam 11.09]
Syaifuddin, H. 2002. Struktur dan Komponen Tubuh Manusia. Jakarta :
Widya Medika.

18

Anda mungkin juga menyukai