Septia faradila
DAFTAR ISI
COVER …………………………………………………………….....................1
KATA PENGANTAR…………………………………………………………...2
DAFTAR ISI……..…………………………………………………………….....3
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang masalah......……………………………………………......4
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Ekspresi Budaya................................................................................…....7
DAFTAR PUSTAK
BAB I
PENDAHULUAN
66
2.3 Perlindungan Ekspresi Budaya Tradisional
Tidak bisa hanya dikaitkan dengan peraturan-peraturan nasional saja namun juga
harus dikaitkan dengan peraturan-peraturan internasional karena permasalahan
penggunaan tanpa izin ekspresi budaya tradisional bisa terjadi antar lintas negara
sehingga penyelesaian sengketa menggunakan alternatif penyelesaian sengketa menjadi
solusi yang tepat apabila peraturanperaturan baik peraturan nasional maupun
internasional tidak bisa menyelesaikannya. Perlindungan hak cipta atas ekpresi budaya
tradisional sudah dimasukkan dalam UUHC. Undang- undang ini mengatur
perlindungan hukum mengenai ekpresi budaya tradisional (menggunakan istilah
folklore) yang ada di Indonesia. Tapi dalam undang-undang ini tidak mengatur
perlindungan ekpresi budaya tradisional secaralebih rinci. Pengaturan mengenai
ekspresi budaya tradisional hanya diatur dalam pasal 10 ayat (2) UUHC yang
berkaitan dengan penguasaan Negara atas ekspresi budaya tradisional yang tumbuh dan
berkembang dalam suatu masyarakat adat tertentu dan pasal 31 ayat (1) tentang
perlindungannya. Disamping itu dalam pasal-pasal ini tidak menjabarkan definisi
ekspresi budaya tradisonal secara konkret dan tidak dapat menjelaskan secara
konkret prosedur perizinan oleh pihak asing jika ingin menggunakan ekspresi budaya
tradisonal Indonesia. Sehingga pada dasarnya perlindungan terhadap ekspresi budaya
tradisional yang ada di Indonesia belum terakomodir secara baik.
10
10
3) Faktor sosial dan keterikatan kelluarga (Kinship & Social Factors)
12
12
10 Kebiasaan dan gaya hidup
11) Faktor/sifat-sifat bawaan
12) Kecenderungan individu
13) Profesi dan organisasi budaya
Komponen-komponen diatas perlu dikaji pada diri perawat (self assessment) dan pada
klien, Kemudian perawat mengkomunikasikan kompetensi transkulturalnya melalui
media: verbal, non verbal & teknologi, untuk tercapainya lingkungan yang kondusif
bagi kesehatan dan kesejahteraan klien.
13
13
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Ekspresi budaya tradisional sebagai bagian dari pengetahuan tradisional merupakan
juga suatu karya cipta yang melahirkan suatu hak yang disebut dengan hak cipta. Peran
perawat dalam transkultural nursing yaitu menjembatani antara sistem perawatan yang
dilakukan masyarakat awam dengan sistem perawatan melalui asuhan keperawatan.
3.2 Saran
Bagi Seorang perawat kita wajib mengetahui perlindungan hukum sebagai suatu
gambaran tersendiri dari fungsi hukum itu sendiri, yang memiliki konsep bahwa
hukum memberikan suatu keadilan, ketertiban, kepastian, kemanfaatan dan kedamaian.
Upaya peningkatan promosi pelayanan keperawatan perlu terus ditingkatkan dengan
berbagai aspek yang berkenaan dengan dunia keperawatan. Keterlibatan perawat dalam
pelayanan keperawatan dalam cakupan promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif
perlu ditingkatkan sehingga individu, kelompok bahkan masayarakat sebagai sasaran
akan merasakan pelayanan keperawatan yang professional dan nyata ada di tengah-
tengah mereka semua.
14
14
DAFTAR PUSTAKA
15
15