Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

PERAN PAERAWAT DALAM PEMERIKSAAN UNTUK PENUNJANG


PASIEN DALAM PEMERIKSAAN LABOR

Disusun Oleh :
NAMA :RADA FEBRIA ADDELVI
NIM :19001001

DOSEN PEMBIMBING :
SAMSI NARTI ,S.ST.M.K.M

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


STIkes CERIA BUANA LUBUK BASUNG
TAHUN 2020
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur  kami panjatkan kehadiran Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan
kesempatan dan kesehatan kepada kami sehingga kami bisa menyelesaikan makalah ini. Dan
tidak lupa pula kami panjatkan syukur kami kepada nabi Muhammad SAW yang telah membawa
kami dari alam kebodohan menjadi alam yang penuh dengan ilmu pengetahuan seperti sekarang
ini. Tak lupa pula kami berterimakasih kepada pembimbing kami yang telah memberikan ilmu
dalam mata kuliah ini.
Dalam makalah ini kami membahas tentang “PERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN
UNTUK PENUNJANG PASIEN DALAM PEMERIKSAAN LABOR”. Kami selaku
penyusun makalah ini berharap supaya makalah ini dapat bermanfaat dan dapat dipergunakan
dalam perkuliahan
Kami menyadari bahwa makalah ini belumlah sempurna oleh karena itu kami sangat
mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari pembaca supaya makalah ini bisa
menjadi lebih baik.
DAFTAR ISI

Kata pengantar..........................................................................................................................
Daftar isi....................................................................................................................................
BAB I Pendahuluan..................................................................................................................
1.  Latar belakang...............................................................................................................
2.  Tujuan............................................................................................................................
BAB II Pembahasan..................................................................................................................
BAB II Penutup.......................................................................................................................
1.   Kesimpulan...................................................................................................................
2.   Saran.............................................................................................................................
Daftar pustaka.........................................................................................................................
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang

Peran Perawat ialah tingkah laku yg diharapkan oleh orang lain pada seseorang sesuai
dengan kedudukan dalam system, di mana bisa dipengaruhi oleh kondisi sosial baik dari profesi
perawat ataupun dari luar profesi keperawatan yg bersifat konstan
Perawat atau Nurse berasal dari bahasa latin yaitu dari kata Nutrix yang berarti merawat
atau memelihara. Harlley Cit ANA (2000) menjelaskan pengertian dasar seorang perawat yaitu
seseorang yang berperan dalam merawat atau memelihara, membantu dan melindungi seseorang
karena sakit, injury dan proses penuaan dan perawat Profesional adalah Perawat yang
bertanggungjawab dan berwewenang memberikan pelayanan Keparawatan secara mandiri dan
atau berkolaborasi dengan tenaga Kesehatan lain sesuai dengan kewenanganya.(Depkes RI,2002)
Seseorang bisa dikatakan sebagai perawat & memiliki tanggungjawab sebagai perawat
manakala yg bersangkutan bisa membuktikan bahwa beliau sudah menyelesaikan pendidikan
perawat baik di luar ataupun didalam negeri yg umumnya dibuktikan dgn ijazah atau surat tanda
tamat belajar.
Dengan kata lain orang dinamakan perawat bukan dari keahlian turun temurun,
melainkan dengan melalui jenjang pendidikan perawat. Tugas perawat dalam menjalankan
perannya sebagai pemberi asuhan keperawatan ini dapat dilaksanakan tepat tahapan dalam
proses keperawatan.
1.2  Rumusan masalah
a)  Apa tujuan pemeriksaan laboratorium?
b)  Apa tujuan pemeriksaan darah?
c)  Apa tujuan pemeriksaan rontgen?
1.3  Tujuan penulisan
1) Tujuan umum
Untuk mengetahui peran perawat dalam pemeriksaan penunjang.
2)  Tujuan khusus
a)  Mengetahui  pemeriksaan laboratorium
b)  Untuk mengetahui pemeriksaan darah
c)  Untuk mengetahui pemeriksaan rontgen
1.4 Manfaat
Kami mengetahui tentang pemeriksaan laboratorium, darah, dan rontgen serta berharap makalah
ini dapat berguna bagi para pembaca
BAB 2
ISI

2.1 Pemeriksaan laboratorium


A. Pengertian pemeriksaan laboratorium
Pemeriksaan laboratorium adalah suatu tindakan dan prosedur pemeriksaan khusus
dengan mengambil bahan atau sampel dari penderita, dapat berupa urine (air kencing), darah,
sputum (dahak), dan sebagainya untuk menentukan diagnosis atau membantu menentukan
diagnosis penyakit bersama dengan tes penunjang lainya, anamnesis, dan pemeriksaan lainya.

B. Jenis-Jenis Pemeriksaan Laboratorium


1)  Mikrobiologi, untuk mengamati air seni, darah, dahak, peralatan medis, begitupun jaringan
yang mungkin terinfeksi. Spesimen tadi dikultur untuk memeriksa mikroba patogen.
2) Parasitologi, untuk mengamati parasit.
3)  Hematologi, menerima keseluruhan darah dan plasma. melakukan perhitungan darah dan
selaput darah.
4)  Kimia klinik, biasanya menerima serum, mereka menguji serum untuk komponen-komponen
yang berbeda.
5) Toksikologi, menguji obat farmasi, obat yang disalahgunakan, dan toksin lain.
6) Imunologi, menguji antibodi.
7) Serologi, menerima sampel serum untuk mencari bukti penyakit seperti Hepatitis atau HIV.
8) Urinalisis, menguji air seni untuk sejumlah analit.
9)  Patologi, bedah menguji organ, ekstremitas, tumor, janin, dan jaringan lain yang dibiopsi
pada bedah seperti masektomi payudara.
10)  Sitologi,menguji usapan sel (seperti dari mulut rahim) untuk membuktikan kanker dan lain-
lain.

C. peran perawat dalam pemeriksaan Laboratorium


Perawat mempunyai kontribusi dalam pengkajian status kesehatan klien dengan
mengumpulkan spesimen cairan tubuh. Semua klien rawat inap menjalani paling sedikit satu kali
pengumpulan spesimen laboratorium selama dirawat di fasilitas pelayanan kesehatan.
Sekumpulan pemeriksaan laboratorium yang dirancang, untuk tujuan tertentu misalnya
untuk mendeteksi penyakit, menentukan resiko, memantau perkembangan penyakit, memantau
perkembangan pengobatan, dan lalin-lain. Mengetahui ada tidaknya kelainan atau penyakit yang
banyak di jumpai dan potensial membahayakan.  Pemeriksaan yang juga merupakan proses
General medical check up (GMC),
meliputi : Hematologi Rutin, Urine Rutin, Faeces Rutin, Bilirubin Total, Bilirubin Direk,
GOT, GPT, Fotafase Alkali, Gamma GT, Protein Elektroforesis, Glukosa Puasa, Urea N,
Kreatinin, Asam Urat, Cholesterol Total, Trigliserida, Cholesterol HDL, Cholesterol LDL-Direk.
2.2 Pemeriksaan Darah
A. Pengertian Pemeriksaan Darah
Pemeriksaan darah lengkap (selanjutnya ditulis DL) adalah suatu tes darah yang diminta oleh
dokter untuk mengetahui sel darah pasien. Terdapat beberapa tujuan dari DL, di antaranya adalah
sebagai pemeriksaaan penyaring untuk menunjang diagnosa, untuk melihat bagaimana respon
tubuh terhadap suatu penyakit dan untuk melihat kemajuan atau respon terapi
Pada lembar hasil DL, yang umum tercatat adalah kadar hemoglobin, jumlah trombosit, jumlah
leukosit, dan hematokrit (perbandingan  antara sel darah merah dan jumlah plasma darah.).
Kadang juga dicantumkan LED (Laju Endap Darah) dan hitung jenis leukosit.

B. Jenis-Jenis Pemeriksaan Darah

a. 1. Diabetes
Diabetes melitus (DM) merupakan gangguan metabolisme yang kronik ditandai oleh
hiperglikemia. Tes untuk menentukan diabetes melitus adalah:

a. Glukosa puasa.
Kadar glukosa darah pada waktu puasa atau di singkat glukosa darah puasa di tujukan untuk :
1) Tes saring diabetes melitus, karena tidak adanya atau defisiensi insulin,maka kadar glukosa
meninggi.
2)  Memonitor terapi diabetes melitus.
Nilai rujukan   : 70 – 100 mg/dl
Abnormal    : >140 mg/dl atau >126 mg/dl (Usulan ADA 1997)
Menunjukan peninggian nilai ambang yang perlu dikonfirmasi   dengan tes glukosa 2 jam post
pradial atau tes toleransi glukosa oral. Bila nilai >200 mg/dl, maka diagnosis adalah diabetes
melitus.  Meninggi juga pada pankreatitis,post infrak miocard, sindrom cushing, akromegali.
Menurun pada hiperinsuliniisme, myxoederma, insufisiensi adrenal, dan hipopituitarisme.
b. Glukosa  2 jam PP
Tes ini merupakan tes saring untuk menentukan diabetes melitus.  Tes dilakukan bila ada
kecurigaan DM (misalnya polydipsi dan polyuri). Atau bila glukosa darah puasa ≥ 140 mg/dl.
Nilai rujukan        :  <140 mg/dl
Abnormal     :  ≥ 200 mg/dl menujukan DM, namun dapat juga

2. Faal Hati
a. GOT (glutamic oxal-acetic transaminase)
GOT mengkatalisis konversi bagian nitrogen asam amino menjadi energi.  GOT ditemukan
dalam sitoplasma dann mitokondria sel hati, jantung, otot skelet, ginjal, pankreas, dan eritrosit. 
Pada kerusakan sel-sel tersebut di atas, GOT dalam serum meninggi.
Tujuan : Test in vitro kinetik untuk penentuan secara Kuantitatif GOT (AST =aspartat
aminotransferase) dalam serum dan plasma.
Nilai rujukan          : 6-30 µ/l
b. GPT  (Glutamic-Pyruvic Transminase) atau Alanine Amino Transferase (ALT)
ALT mengkatalisis kelompok asam amino dalam siklus Krebs untuk menghasilkan energi
dijaringan.  ALT terdapat di sitoplasma sel hati, jantung, dan otot skelet.  Pada kerusakan sel hati
ALT meninggi di dalam serum hingga merupakan indikator kerusakan sel hati.
Tujuan  : Test in vitro kinetik untuk penentuan secara kuantitatif  GPT (ALT= alanine
aminotransferase) dalam serum dan plasma.
Nilai rujukan               : 7-32 µ/l
c. Bilirubin.
Bilirubin merupakan produk utama katabolisme hemoglobin dalam hal ini terjadi uncojugated
dalm bilirubin seterusnya dalam hati akan di rubah menjadi conjugated (direct post hepatict).
Tujuan test : Mengevaluasi fungsi hepatobilier dan eritropoetik (gangguan hemolitik transfuse
darah).
Nilai rujukan      :   Bilirubin indirect ≤ 0,75 mg/dl
Bilirubin direck 0,05-0,3 mg/dl
Bilirubin total 0,2-1,0 mg/dl
d. Alkali Fostafase
Alkali fostafase didapatkan di hati, tulang, ginjal, usus, dan plasenta. Pada orang dewasa kadar
tinggi terutama dihati, tulang, usus, dan plasenta. Pada waktu trimester kehamilan.
Tujuan test       : Menentukan lesilokal dihati karena obstruksi
bilier karena tumor,batu atau abses. Identifikasi penyakit tulang dengan aktifitas osteoblastik
atau respon tyerhadap pengobatan dengan vitamin D pada riketsia.
Nilai normal     : < 240 µ/l
e. Protein
Tujuan  : untuk menentukan kadar dan defisiensi  protein total.
Nilai normal      : 6,6 -8,7 mg/dl
f. Albumin.
Albumin adalah protein yang ada dalah darah yang diperlukan oleh tubuh untuk memelihara dan
memperbaiki jaringan.
Tujuan :  penentuan secara kuantitatif albumin dalam serum dan plasma manusia.
Nilai normal     :   3,4 – 4,8 mg/dl

3.Lemak.
a. Kolesterol
Tujuan : Penentuan secara kuantitatif kolesterol dalam serum dan plasma.
Nilai normal     : < 200 mg/dl.
b. HDL Klolesterol (High Density Lipoprotein)
Tujuan : Penentuan secara kuantitatif  HDL kolesterol dalam serum dan plasma.
Nilai normal     : Laki-laki 35 – 55 mg/dl, perempuan 45 – 55   mg/dl.
c. LDL Kolesterol  (Low Density Lipoprotein)
Tujuan : Penentuan secara kuantitatif  LDL kolesterol dalam serum dan plasma.
Nilai normal     : <130 mg/dl
d.  Trigliserida
Tujuan : Untuk penentuan secara kuantitatif trigliserida dalam serum dan   plasma.
Nilai normal     : < 200 mg/dl
4. Faal Ginjal
a.  Ureum
Ureum adalah hasil metabolesme protein,ureum di bentuk dari amonia dalam hati dan di ekskresi
oleh ginjal.
Tujuan :   Penentuan kuantitatif urea dalam serum plasma dan urin.
Nilai normal        :  10,0 – 50,0 mg/dl
b. Creatinin
Creatinin merupakan hasil akhir metabolisme creatin yang di filtrasi glomeruli ginjal.
Tujuan :  Penentuan invitro secara kuantitatif creatinin dalam serum dan plasma  manusia.
Nilau normal :
laki-laki 0,70 -1,20 mg/dl,
perempuan 0,50 – 0.90 mg/dl.
c. Bun (Blood Urea Nitrogen)
BUN adalah produk akhir dari metabolisme protein, dibuat oleh hati, sampai pada ginjal tidak
mengalami perubahan molekul. Pada orang normal ureum diekskresikan melalui urine.
Konsentrasi nitrogen / urea dalam darah bukan untuk mengukur fungsi glomerulus yang ideal,
karena peningkatannya dalam darah dipengaruhi oleh banyak faktor diluar ginjal.
Ureum merupakan senyawa ammonia berasal dari metabolisme asam amino yang diubah oleh
hati menjadi ureum. Ureum bermolekul kecil mudah berdifusi ke cairan ekstra sel, dipekatkan
dan diekskresikan melalui urine lebih kurang 25 gr/hari.
Nilai Normal BUN
Pria : BUN : 15 – 40 (mg/dl)
Wanita : BUN : 15 – 40 (mg/dl)

5. Pemeriksaan darah lengkap


a.  Hemoglobin.
Hemoglobin adalah metaloprotein (protein yang mengandung zat besi) di dalam sel darah
merah yang berfungsi sebagai pengangkut oksigen dari paru-paru ke seluruh tubuh.
Tujuan : untuk memeriksa kemungkinan anemia.
Nilai normal : Laki laki 14 – 16 , perempuan 12 – 14 gr %
b. Hematocrit
Hematokrit merupakan ukuran yang menentukan banyaknya jumlah sel darah merah dalam 100
ml darah yang dinyatakan dalam persent (%).
Nilai normal hematokrit untuk pria berkisar 40,7% - 50,3% sedangkan untuk wanita berkisar
36,1% - 44,3%
c.  Eritrosit (sel darah merah)
Eritrosit adalah jenis sel darah yang paling banyak dan berfungsi membawa oksigen ke jaringan-
jaringan tubuh.
Tujuan : untuk menetahui kualitas darah dalam tubuh.
Nilai normal    : laki-laki 4,5 – 5,5, perempuan 4-5 juta/UL
d.  Leukosit (sel darah putih)
Leukosit adalah sel yang membentuk komponen darah. Sel darah putih ini berfungsi untuk
membantu tubuh melawan berbagai penyakit infeksi sebagai bagian dari sistem kekebalan
tubuh.dan merupakan pertahanan badan terhadap benda asing
Tujuan : Untuk mengetahui kemampuan tubuh melawan infeksi.
Nilai normal : 5-10.000/UL
C e. Trombosit (keping darah)
Trombosit adalah sel kecil yang beredar dalam darah.
Tujuan : Untuk melihat kemampuan tubuh mengontrol pendarahan.

Nilai normal : 150 -400.000/UL


f. Indeks Eritrosit (MCV, MCH, MCHC)
Biasanya digunakan untuk membantu mendiagnosis penyebab anemia (Suatu kondisi di mana
ada terlalu sedikit sel darah merah). Indeks/nilai yang biasanya dipakai antara lain :
1)   MCV (Mean Corpuscular Volume) atau Volume Eritrosit Rata-rata (VER), yaitu volume
rata-rata sebuah eritrosit yang dinyatakan dengan femtoliter (fl)
MCV =  Hematokrit x 10
Eritrosit
Nilai normal = 82-92 fl
2) MCH (Mean Corpuscular Hemoglobin) atau Hemoglobin Eritrosit Rata-Rata (HER), yaitu
banyaknya hemoglobin per eritrosit disebut dengan pikogram (pg)
MCH = Hemoglobin x 10
Eritrosit
Nilai normal = 27-31 pg
3)  MCHC (Mean Corpuscular Hemoglobin Concentration) atau Konsentrasi Hemoglobin
Eritrosit Rata-rata (KHER), yaitu kadar hemoglobin yang didapt per eritrosit, dinyatakan dengan
persen (%) (satuan yang lebih tepat adalah “gr/dl”)
MCHC = Hemoglobin x 100
Hematokrit
Nilai normal = 32-37 %
g. Laju Endap Darah
Laju Endap Darah atau Erithrocyte Sedimentation Rate (ESR) adalah kecepatan sedimentasi
eritrosit dalam darah yang belum membeku, dengan satuan mm/jam. LED merupakan uji yang
tidak spesifik. LED dijumpai meningkat selama proses inflamasi akut, infeksi akut dan kronis,
kerusakan jaringan (nekrosis), penyakit kolagen, rheumatoid, malignansi, dan kondisi stress
fisiologis (misalnya kehamilan).
International Commitee for Standardization in Hematology (ICSH) merekomendasikan untuk
menggunakan metode Westergreen dalam pemeriksaan LED, hal ini dikarenakan panjang pipet
Westergreen bisa dua kali panjang pipet Wintrobe sehingga hasil LED yang sangat tinggi masih
terdeteksi.
Nilai normal LED pada metode Westergreen :
Laki-laki : 0 – 15 mm/jam
Perempuan : 0 – 20 mm/jam
h. Hitung Jenis Leukosit (Diff Count)
Hitung jenis leukosit digunakan untuk mengetahui jumlah berbagai jenis leukosit. Terdapat lima
jenis leukosit, yang masing-masingnya memiliki fungsi yang khusus dalam melawan patogen.
Sel-sel itu adalah neutrofil, limfosit, monosit, eosinofil, dan basofil. Hasil hitung jenis leukosit
memberikan informasi yang lebih spesifik mengenai infeksi dan proses penyakit.  Hitung jenis
leukosit hanya menunjukkan jumlah relatif dari masing-masing jenis sel. Untuk mendapatkan
jumlah absolut dari masing-masing jenis sel maka nilai relatif (%) dikalikan jumlah leukosit total
dan hasilnya dinyatakan dalam sel/μl.
Nilai normal :
Eosinofil 1-3%,
Netrofil 55-70%,
Limfosit 20-40%,
Monosit 2-8%
i. Platelet Disribution Width (PDW)
PDW merupakan koefisien variasi ukuran trombosit. Kadar PDW tinggi dapat ditemukan pada
sickle cell disease dan trombositosis, sedangkan kadar PDW yang rendah dapat menunjukan
trombosit yang mempunyai ukuran yang kecil.
j. Red Cell Distribution Width (RDW)
RDW merupakan koefisien variasi dari volume eritrosit. RDW yang tinggi dapat
mengindikasikan ukuran eritrosit yang heterogen, dan biasanya ditemukan pada anemia
defisiensi besi, defisiensi asam folat dan defisiensi vitamin B12, sedangkan jika didapat hasil
RDW yang rendah dapat menunjukan eritrosit yang mempunyai ukuran variasi yang kecil.

C. Peran Perawat Dalam Pemeriksaan Darah


Peran perawat dalam pemeriksaan darah yaitu hanya membantu untuk menunjang pengambilan
darah pada pasien. Seperti persiapan alat, persiapaan pasien, langkah kerja dan documentasi.
Setelah itu sampel darah akan diberi kepada bagian medis yang ahli seperti analis.

2.3 Rontgen
A. Pemeriksaan Rontgen
Rontgen atau dikenal dengan sinar X merupakan pemeriksaan yang memanfaatkan peran sinar X
dalam mendeteksi kelainan pada berbagai organ diantaranya dada, jantung, abdomen, ginjal,
ureter, kandung kemih, tengkorak, rangka.
Pemeriksaan ini dilakukan dengan menggunakan radiasi radiasi sinar X yang sedikit karena
tingginya kualitas film sinar X dan digunakan untuk melakukan skrinning dari berbagai kelainan
yang ada pada organ.
Sinar X merupakan pancaran gelombang elektromagnetik yang sejenis dengan gelombang radio,
panas, cahaya sinar ultraviolet, tetapi mempunyai panjang gelombang yang sangat pendek
sehingga dapat menembus benda-benda. Sinar X ditemukan oleh sarjana fisika berkebangsaan
Jerman yaitu W. C. Rontgen tahun 1895
B. Jenis-Jenis Pemeriksaan Rontgen
a. Konvensional
Pemeriksaan radiologi tanpa bahan kontras.
Jenis pemeriksaan:
1.Thorax : Pemeriksaan secara radiologi organ thorax
2.Kepala : Pemeriksaan secara radiologi organ kepala
3.Extermitas : Pemeriksaan secara radiologi organ ektermitas
4.Vetebrae : Pemeriksaan secara radiologi organ vertebrae : vetebrae cervical,vetebrae thoraxal,
vetebrae lumbal, vetebrae sacral, coccigius.
5.Mamoghraphy : Pemeriksaan secara radiologi organ payudara dengan menggunakan pesawat
khusus mammography dengan kapasitas kilo volt rendah dan waktu expose  panjang
b. Pemeriksaan Khusus.
Pemeriksaan radiologi dengan bahan kontras.
Jenis pemeriksaan :
1. Oesophagus
Pemeriksaan secara radiologi organ traktus digestivus pada daerah oesophagus dengan
menggunakan bahan kontras melalui oral  (barium sulfat yang dilarutkan dalam air 1:1)
2.Maag Doedonum
Pemeriksaan secara radiologi pada organ lambung dengan menggunakan bahan kontras melalui
oral (barium sulfat yang dilarutkan dalam air.
3.  Follow Through
Pemeriksaan secara radiologi pada organ usus halus dengan menggunakan bahan kontras melalui
oral (barium sulfat yang dilarutkan dalam air.
4. Intra Vena Pyeleography (IPV)
Pemeriksaan secara radiologi pada organ traktus urinarius (ginjal ,urether, buli & buli) dengan
menggunakan bahan kontras melalui penyuuntikan intravena.
5. Appendikogram
Pemeriksaan secara radiologi pada daerah appendik dengan menggunakan bahan kontras barium
sulfat yang di larutkan dalam air yang kemudian di minum.
6. Retrograde Pyelography (RPG)
Pemeriksaan secara radiologi pada organ traktus urinarius (ginjal, urether, buli &  buli)  dengan
menggunakan bahan kontras yang dimasukan melalui kateter kedalam ginjal dan saluranya.
Pemasangan kateter tersebut dilakukan di kamar operasi).
7. Bipoler Uretrogram
Pemeriksaan secara radiologi pada organ traktus urinarius (ginjal, uretra, buli-buli) dengan
menggunakan bahan kontras yang dimasukan melalui kateter sistomi kedalam buli-buli dan
secara retrograde melalui urether.
8. Hystero Salvingography
Pemeriksaan secara radiologi pada organ genitalia wanita dengan menggunakan  bahan kontras
yang dimasukan melalui uterus dan tuba uterine.
9. Myelography
Pemeriksaan secara radiologi pada organ. canalis medulla spinalis dengan menggunakan bahan
kontras yang dimasukan melalui lumbal fungsi.

10.  Fiestelography
Pemeriksaan secara radiologi untuk fistel )kedalaman, hubungan dengan organ lain) dengan
menggunakan bahan kontras dimasukan melalui fistel tersebut.
c. Pemeriksaan CT Scan
Alat CT scan adalah generator pembangkit sinar-x yang bila dioperasikan oleh operator akan
mengeluarkan sinar-x dalam jumlah dan waktu tertentu. CT Scan adalah suatu prosedur yang
digunakan untuk mendapatkan gambaran dalam dari berbagai sudut kecil dari organ tulang
tengkorak dan otak serta dapat juga untuk seluruh tubuh.
Pemeriksaan ini dimaksudkan untuk memperjelas adanya dugaan yang kuat antara suatu
kelainan, yaitu :
1) Gambaran lesi dari tumor, hematoma dan abses.
2)  Perubahan vaskuler : malformasi, naik turunnya vaskularisasi dan infark.
3)  Brain contusion.
4)  Brain atrofi.
5)  Hydrocephalus
6)  Inflamasi
1. pemeriksaan CT Scan tanpa kontas maupun dengan kontras
1) CT-SCAN OTAK
Potongan axial dari OM Line/Reids base line sampai vertex, tebal potongan : 4–5 mm
infratentorial, 8-10mm supratentorial atau semua rata 7mm. Lesi dimidline sebaiknya dibuat
potongan coronal sebagai tambahan. Kondisi tulang pada kasus trauma/ suspect fraktur tulang
kepala. Indikasi kontras: tumor, infeksi, kelainan vaskuler mencari AVM, aneurysma.
2) CT-SCAN HYPOFISE
Potongan coronal 1-5mm tanpa dan dengan bolus kontras, dilanjutkan dengan axial scan 2-5mm
dari OM Line sampai supraseller distren (2mm bila lesi kecil /mikroadenoma atau kelenjar
hipofise normal ; 5mm bila tumor besar/ makroadenoma) F.O.V kecil (160-200) mulai dari
procesus clinoideus anterior sampai dorsum sellae.
3) CT-SCAN TELINGA / os.PETROSUM
Teknik : High Resolusi CT / kondisi tulang
·  kasus non-tumor/trauma basis cranii: potongan axial dan coronal 2mm sejajar dengan axis
os.petrosum. mencakup seluruh tulang os.petrosum, tanpa kontras, kondisi tulang (WW dan WL
yang tinggi)
·   kasus tumor / infeksi (abses ) potongan axial 2-5mm mencakup seluruh os.petrosum tanpa dan
dengan kontras, kondisi tulang dan soft tissue. Potongan coronal 2-5mm sebagai tambahan,
dalam kondisi tulang dan soft tissue. Mencakup seluruh os.petrosum dan proses abnormalnya.
4) CT-SCAN ORBITA
Tumor/ infeksi: Potongan axial 3-5mm dari dinding inferior sampai dinding superior cavum
orbita, sudut sejajar dengan N.opticus atau menggunakan garis infraorbito meatal line, tanpa dan
dengan kontras. Setelah itu dibuat potongan coronal 3-5mm mencakup seluruh cavum orbita.
Fractur orbita : potongan coronal dan axial 2-4mm tanpa kontras, dicetak dalam kondisi soft
tissue dan tulang pada daerah fraktur. F.O.V. kecil (160-200).
5)  CT-SCAN NASOPHARYNX, LIDAH
Nasopharynx: potongan axial 3-5mm, FOV 250mm, kondisi dengan filter agak tinggi (lebih
tinggi dari otak) dan pallatum sampai sinus frontalis, sudut sejajar pallatum. Tanpa dan dengan
kontras bolus, kemudian dilanjutkan dengan potongan axial 5mm sejajar corpus vertebrae
cervicalis dari C2 s/d C6 F.O.V 200mm untuk mencari pembesaran kelenjar. Setelah itu dibuat
potongan coronal 3-5mm, tergantung besar –kecilnya kelainan dari choana sampai cervical
vertebrae sejajar dengan dinding posterior nasoprynx  F.O.V. 250mm, potongan coronal kadang
perlu dibuat dalam kondisi tulang apabila ada destruksi basis cranii.
Oropharynx: sama dengan nasopharynx hanya mulainya agak rendah, garis axial dimulai dari
mandibula keatas.
Lidah: pasti harus diganjal gigi/rongga mulutnya dengan sepotong gabus, agar pada potongan
coronal lidah tidak menyatu dengan pallatum. Teknik hamper sama dengan nasopharynx, hanya
axial dan coronalnya harus mencakup seluruh daerah lidah.
Bila tumor diduga berada di 2/3 depan lidah lebih baik dibuat coronal dahulu tanpa dan dengan
bolus kontras, baru kemudian dibuat axialnya. Sedangkan untuk tumor dipangkal lidah, 
sebaiknya dibuat axial dahulu baru cornal. Kontras diberikan pada potongan yang diperkirakan
akan memberi informasi baik.
6) CT-SCAN LARYNX / PITA SUARA
Potongan pre kontras : axial 5mm dari epiglottis sampai cincin trachea 1-2, sejajar dengan pita
suara.
Potongan dengan kontras : axial 2-3mm didaerah pita suara, mulai dari batas atas sampai batas
bawah lesi. Bila ada kelenjar membesar, dibuat potngan leher 5mm post bolus kontras (delayed
scan) F.O.V. 160-200mm, tanpa dan dengan bolus kontras.
7) ] CT-SCAN THYROID
Potongan axial 3-5mm dari bagian atas kelenjar thyroid samapi bagian bawah biasanya mulai
setinggi C5-6 sampai thoracic inlet, tanpa dan dengan bolus kontras, kemudian di ulang / delayed
scan untuk mendapatkan batas lesi dan tambahan informasi yang lebih baik setelah seluruh
kelenjar mengalami penyengatan merata, F.O.V. 160-200mm.
Catatan : untuk CT-Scan pita suara dan thyroid dapat dibuatkan teknik MPR (Multiplanar
Rekontruksi) untuk menghasilkan potongan coronalnya, untuk itu harus dibuat potongan 1-2mm
pada waktu bolus kontras sepanjang daerah yang diperlukan untuk potongan coronalya.
8) CT-SCAN SINUS PARANASALIS
Teknik High Resolusi
Sinusitis: Potongan coronal 2mm di1/2 bagian depan dan 4mm 1/2 bagian posterior, mulai dari
os.nasale sampai dengan nasopharynx, potongan axial dari dasar sinus maxillaries sampai sinus
frontalis 3-5mm, tanpa bahan kontras, kondisi soft tissue (WW diatas 2000, WL diatas 200)
F.O.V 200-250mm
Tumor  sinus : Potongan coronal 3-5mm dari dinding depan sinus sampai nasopharynx / tumor
habis tanpa dan dengan kontras, kemudian axial 3-5mm dari dasar sinus sampai sinus frontalis /
mencakup seluruh tumor, kondisi soft tissue / tulang dan kondisi massa tumor dengan WW yang
rendah.
9) CT-SCAN THORAX
(bila memungkinkan sebaiknya dipakai teknik high resolusi). Potongan axial prekontras/ polos
dari puncak paru sampai diafragma, tebal potongan 10, index 10-15. Bolus kontras diberikan
mulai dari arkus aortae samapi hilus inferior, tebal potongan 5-8mm. Bila proses dibawah hilus
potongan post kontras diteruskan kebawah sampai mengenai seluruh proses terpotong. Kondisi
dicetak dalam 2 macam: kondisi parenkim paru dan kondisi mediastinum. Permintaan khusus
untuk parenkim paru dapat dibuat sbb: biasanya pada indikasi parenchymal lung disease /
emphysema. Axial scan tanpa kontras filter high resolusi, tebal potongan 2mm dengan index
potongan 8-10mm dari puncak paru sampai diafragma.
Tumor esophagus : pemeriksaan thorax scan sambil minum oral kontras sampai didapatkan
lumen tumor yang sempit / batas antara esophagus yang lebar dan yang sempit sebagai batas atas
tumor.Bolus kontras diberikan pada daerah tumor mulai batas atas sampai batas bawah, dicetak
dalam kondisi mediastinum. Potongan coronal dan sagital dapat diperoleh melalui MPR (untuk
itu perlu dibuat potongan tipis 2-3mm sewaktu dibolus).
10)  CT-SCAN ABDOMEN ATAS
Potongan Axial dari diafragma sampai ginjal. Prekontras: tebal potongan 10, index 10-15mm.
Bolus kontras diberikan pada daerah yang menjadi tujuan pemeriksaan. Organ / kelainannya
yang diperiksa besar (hepar, lien): tebal potongan 10mm, index 8-12mm. Organ / kelainannya
sedang (ginjal, lambung, usus) dipakai tebal potongan 5-8mm. Organ / kelainannya kecil
(pancreas, kandung empedu,……..) tebal potongan 2-5mm.
Pada kasus tertentu seperti tumor yang hipervaskuler/hemangioma khusus untuk hepar dan
ginjal, perlu dibuat delayed scan apbila dicurigai ada kelainan pada bolus kontras.Pada alat spiral
/ helical CI, untuk hepar dan ginjal sebaiknya dipakai program volume/spiral scan untuk
mendapatkan dual phase(fase arterial dan portal pada hepar atau fase cortex dan medulla pada
ginjal), kemudian dibuat lagi delayed scan untuk mendapatkan fase equilibrium(untuk hepar) dan
fase excresi (untuk ginjal) dimana system pelviocalycesnya terisi penuh. Untuk kasus CA
pancreas pakai kontras negatife (minum air saja).
11)  CT-SCAN ABDOMEN BAWAH / PELVIC
Potongan axial dari lumbal 5 sampai buli-buli / kelenjar prostate. Prekontras : tebal potongan
10mm. Bolus kontras didaerah yang ada kelainan, tebal potongan tergantung besar kecilnya
kelainan. Biasanya dipakai tebal potongan 5mm. Persiapan pasien sering tidak sampai mengisi
baik rectum-sigmoid, untuk itu perlu dimasukkan kontras rectum. Khusus untuk Ca cervix yang
masih stadium II-III, dibuat potongan 3mm pada waktu bolus kontras. Delayed scan kadang
diperlukan bila: batas tumor tidak jelas. Potongan koronal dan sagital dapat diperoleh melalui
teknik MPR.
12)  CT-SCAN SPINE
Potongan axial F.O.V. 160mm, tanpa kontras atau dengan kontras intrathecal, disebut CT-
Myelografi. Untuk kasus HNP: potongan hanya didaerah ruang discus, sejajar dengan discus,
tebal potongan 2-4mm. Kondisi soft tissue dan tulang bila perlu. Untuk penilaian canal stenosis,
dapat dibuat satu potongan tepat ditengah korpus vertebrae, tegal lurus dengan axis corpus.
Untuk kasus tumor/spondylylitis/metastasis tulang: potongan sejajar dengan corpus vertebrae
didaerah yang ada kelainannya. Kondisi soft tissue dan tulang . Bila perlu (umumnya harus)
diberikan bolus kontras terutama pada kasus abses paravertebral atau untuk melihat infiltrasi
tumor kedalam canalis vertebralis.

D .Peran Perawat Dalam Pemeriksaan Rontgen


Perawat radiologis biasanya mengembangkan dan mengelola rencana perawatan untuk
membantu pasien memahami prosedur dan kemudian, memulihkan diri dari prosedur. Hal ini
mungkin juga termasuk bekerja dengan keluarga pasien. Perawat dapat melakukan pemeriksaan
atau melaksanakan tindakan kesehatan preventif dalam pedoman yang ditetapkan dan instruksi
dari ahli radiologi. Selain itu, perawat dapat merekam temuan dokter dan mendiskusikan kasus
dengan baik ahli radiologi atau profesional kesehatan lainnya. Seringkali, seorang perawat
radiologis akan membantu selama pemeriksaan atau terapi.
BAB 3
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Pemeriksaan diagnostik pada sistem kardiovaskuler ini dibagi menjadi beberapa pemeriksaan
yaitu pemeriksaan test laboratorium, pemeriksaan radiografi, pemeriksaan EKG, pemeriksaan
echocardiografi.
Pemeriksaan test laboratorium sendiri dibagi menjadi 2 yaitu pemeriksaan laboratorium rutin dan
pemeriksaan spesifik.
Pemeriksaan radiografi thorax atau sering disebut chest x-ray (CXR) bertujuan menggambarkan
secara radiografi organ pernafasan yang terdapat didalam rongga dada.
3.2 Saran
Dengan disusunnya makalah ini mengharapkan kepada semua pembaca agar dapat mengetahui
dan memahami peran dan fungsi perawat secara benar sesuai dengan pemeriksaan penunjang.
DAFTAR PUSTAKA

Hidayati, Ratna dkk. (2014). Praktik Laboratorium Keperawatan. Jakarta : Erlangga.

Dr. Hadisaputro, Soeharyo, dr Sp.PD. (2012). Buku Saku Pengenal Penyakit Melalui Hasil
Pemeriksaan Laboratorium. Yogyakarta : Amara Books.

Nursalam.2008.Proses dan Dokumentasi Keperawatan Konsep dan Praktik.Jakarta : Salemba


Medika

Anda mungkin juga menyukai