Disusun Oleh :
NAMA :RADA FEBRIA ADDELVI
NIM :19001001
DOSEN PEMBIMBING :
Ns.Asmiati .SE.S.KEP M.KEP CBWM
Puji syukur kami panjatkan kepada tuhan yang maha kuasa yang telah
memberikan kesehatan dan kesempatan sehingga makalah KOMUNIKASI DALAM
KONTEKS SOSIAL ini dapat kami selesaikan .
Halaman Judul…………………………………………………………………...…………… i
Halaman Pengesahan …………………………………………………………………………ii
Kata Pengantar…………………………………………………………………...…….… ….iii
Daftar Isi…………………………………………………………………………...…………iv
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang…………………………………………………………………….. 5
B. Rumusan Masalah…………………………………………………………………. 6
C. Tujuan Penulisan……………………………………………………….………..… 6
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Komunikasi dalam Konteks Social…………………………………….7
B. Fungsi Komunikasi Social………………………………………………………….9
C. Komunikasi Budaya …………………………………………………………..…..10
D. Fungsi-fungsi Komunikasi antar Budaya…………………………………………11
E. Komunikasi Keyakinan…………………………………………………….. …….12
F. Peran Pemerintah dan Mahasiswa dalam Menjaga Keanekaragaman Budaya……12
BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan...………………………………………………………………...…… 16
B. Saran…….………………………………………………………………………… 16
Daftar Pustaka………………………………………………………………………………... 17
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Bahasa merupakan salah satu ciri yang paling khas manusiawi yang
membedakannya dari makhluk- makhluk yang lain. Dari dulu di sadari bahwa
bahasa adalah kunci utama pengetahuan, memegang kunci utama berarti
memegang kunci jendela dunia. Sebab sejuta pengetahuan, seribu peradaban
semuanya tercipta dan terbahasakan, bahkan sejarah tidak akan terwujud jika tidak
ada bahasa didunia . begitu juga dengan sosiolingistik yang merupakan studi atau
pembahasan dari bahasa sehubungan dengan penutur bahasa itu sebagai anggota
masyarakat, maka kami merasa sangat penting membahas bahasa dalam konteks
sosial. Karena kita ketahui bahwa, ada dua aspek yang mendasar dalam pengertian
masyarakat. Yang pertama ialah bahwa anggota-anggota suatu masyarakat hidup
dan berusaha bersama secara berkelompok-kelompok. Aspek yang kedua ialah
bahwa anggota-anggota dan kelompok-kelompok masyarakat dapat hidup bersama
karena ada suatu perangkat hukum dan adat kebiasaan yang mengatur kegiatan dan
tindak laku mereka, termasuk tindak laku berbahasa.
B. RUMUSAN MASALAH
C.TUJUAN PENULISAN
Manusia adalah mahkluk sosial yang tidak dapat hidup sendiri melainkan
selalu berinteraksi dengan sesamanya. Untuk keperluan tersebut, manusia
menggunakan bahasa sebagai alat komunikasi sekaligus sebagai identitas
kelompok. Hal tersebut dapat dibuktikan dengan terbentuknya bagaian bahasa di
dunia yang memiliki ciri-ciri yang unik yang menyebabkan berbeda dengan bahasa
lainnya.
Hubungan antara bahasa dengan konteks sosial tersebut dipelajari dalam
bidang Sosiolinguistik, sebagaimana yang dikemukakan oleh Trudgill bahwa
“Sosiolinguistik adalah bagian linguistik yang berhubung kaitan dengan bahasa,
fenomena bahasa dan budaya. Bidang ini juga mengkaji fenomena masyarakat dan
berhubung kaitan dengan bidang sain sosial seperti Antropologi seperti sistem
kerabat. Antropologi bisa juga melibatkan geografi dan sosiologi serta psikologi
sosial”.
Manakala, Fishman menyatakan bahwa Sosiolinguistik memiliki komponen
utama yaitu ciri-ciri bahasa dan fungsi bahasa. Fungsi bahasa dimaksud adalah
fungsi sosial (regulatory) yaitu untuk membentuk arahan dan fungsi interpersonal
yaitu menjaga hubungan baik serta fungsi imajinatif yaitu untuk menirukan alam
fantasi serta fungsi emosi seperti untuk mengungkapkan suasana hati seperti
marah, sedih, gembira dan apresiasi.
Konteks sosial bahasa mempunyai kelas sosial (sosial class) yang mengacu
kepada golongan masyarakat yang mempunyai kesamaan tertentu dalam bidang
kemasyarakatan seperti ekonomi, pekerjaan, pendidikan, kedudukan, kasta, dan
sebagainya. Misalnya si A adalah seorang bapak di keluarganya, yang juga
berstatus sosial sebagai guru. Jika dia guru di sekolah negeri , dia juga masuk ke
dalam kelas pegawai negeri. Jika dia seorang sarjana, dia bisa masuk kelas sosial
golongan “terdidik”.
Kita melihat di Indonesia kelas sekelompok pejabat yang mempunyai
kedudukan tinggi. Tetapi ragam bahasanya justru nonbaku. Ragam bahasa mereka
dapat dikenali dari segi lafal mereka, yaitu akhiran - kan yang dilafalkan - ken. Jadi
perbedaan atau penggolongan kelompok masyarakat manusia tercermin dalam
ragam bahasa golongan masyarakat itu.
Tahun 1966, William Labov menerbitkan hasil penelitiannya yang luas
tentang tutur kota New York, berjudul The Social Stratification of English in New
York City (lapisan sosial Bahasa Inggris di Kota New York). Ia mengadakan
wawancara yang direkam, tidak dengan sejumlah kecil informan, hanya terdiri dari
340 orang. Dengan ini Lobov memasukkan metode sosiologi ke dalam
penelitiannya. Sosiologi menggunakan metode pngukuran kuantitatif dengan
jumlah besar, dan dengan metode sampling.
Ada kaidah yang baku dalam bahasa Inggris. Jika subjek adalah kata ganti
orang ke tiga tunggal (she, he, it), predikat kata kerjanya harus menggunakan
sifiks-s. kemudian diadakan penelitian apakah ada hubungan antara kelompok
sosial dengan gejala bahasa ini. Penelitian diadakan di dua tempat, yaitu di Detroit
(AS) dan di Norwich (Inggris). Informannya meliputi berbagai tingkat kelas sosial,
yaitu:
v Kelas Menengah Tinggi (KMT)
v Kelas Menengah Atas (KMA)
tidak diikuti Tanya jawab. Dalam komunikasi dua arah, secara berganti-ganti
si pengirim bisa menjadi penerima, dan penerima menjadi pangirim. Komunikasi
dua arah ini terjadi dalam rapat, perundingan, diskusi dan sebagainya. Sebagai alat
komunikasi, bahasa itu terdiri dari dua aspek yaitu:
a) Aspek linguistic.
b) Aspek nonlinguistik atau paralinguistik.
Kedua aspek itu bekerjasama dalam membangun komunikasi bahasa. Aspek
linguistik mencakup tataran fonologis, morfologis, dan sintaksis. Ketiga tataran ini
mendukung terbentuknya yang akan disampaikan, yaitu semantik (yang di
dalamnya terdapat makna, gagasan, idea atau konsep). Aspek paralinguistik
mencakup: Kualitas ujaran, yaitu pola ujaran seseorang seperti falsetto (suara
tinggi), staccato (suara terputus-putus), dan sebagainya.
Aspek linguistic dan paralinguistik berfungsi sebagai alat komunikasi,
bersama-sama dengan konteks situasi membentuk atau membangun situasi tertentu
dalam proses komunikasi.
Bahasa dalam konteks sosial mempunyai unsur supra segimental, yaitu
tekanan (stress), nada (pitch), dan intonasi, Jarak dan gerak-gerik tubuh, seperti
gerakan tangan, anggukan kepala, rabaan dan sebagainya. Rabaan, yakni yang
berkenaan dengan indera perasa (pada kulit).
b. Fungsi Sosial
Pengawasan
Funsi sosial yang pertama adalah pengawasan. Praktek komunikasi antarbudaya di
antara komunikator dan komunikan yang berbada kebudayaan berfungsi saling
mengawasi. Dalam setiap proses komunikasi antarbudaya fungsi ini bermanfaat
untuk menginformasikan "perkembangan" tentang lingkungan. Fungsi ini lebih
banyak dilakukan oleh media massa yang menyebarlusakan secara rutin
perkembangan peristiwa yang terjadi disekitar kita meskipun peristiwa itu terjadi
dalam sebuah konteks kebudayaan yang berbeda.
Menjembatani
Dalam proses komunikasi antarbudaya, maka fungsi komunikasi yang dilakukan
antara dua orang yang berbeda budaya itu merupakan jembatan atas perbedaan di
antara mereka. Fungsi menjembatani itu dapat terkontrol melalui pesan-pesan yang
mereka pertukarkan, keduanya saling menjelaskan perbedaan tafsir atas sebuah
pesan sehingga menghasilkan makna yang sama. Fungsi ini dijalankan pula oleh
pelbagai konteks komunikasi termasuk komunikasi massa.
Sosialisasi Nilai
Fungsi sosialisasi merupakan fungsi untuk mengajarkan dan memperkenalkan
nilai-nilai kebudayaan suatu masyarakat kepada masyarakat lain.
Menghibur
Fungsi menghibur juga sering tampil dalam proses komunikasi antarbudaya.
Misalnya menonton tarian hula-hula dan "Hawaian" di taman kota yang terletak di
depan Honolulu Zaw, Honolulu, Hawai. Hiburan tersebut termasuk dalam kategori
hiburan antarbudaya.
E. Komunikasi Keyakinan
Keyakinan agama dan Keyakinan Spiritual adalah bagian integral dari keyakinan
budaya seseorang dan dapat memperngaruhi keyakinan klien mengenai penyebab
penyakit, praktek penyembuhan, dan pilihan tabib atau pemberi perawatan
kesehatan.
Keyakian spiritual dan agama dapat menjadi sumber kekuatan dan kenyamanan
bagi klien.
Perawat yang memiliki keyakinan yang sama dengan kliennya cenderung lebih
mudah memahami dan mengambil tindakan untuk menangani kliennya.
Perawat professional harus bisa memahami,mengantisipasi dan mengambil
tindakan yangtepat terhadap klien yang berbeda keyakinanterhadap perawat
tersebut.Contoh : Klien yang menolak memakan dagingdikarenakan oleh
keyakinan yang dimiliki olehagamanya.Perawat harus mengambil tindakan yang
tepatbagaimana cara membujuk pasien tersebut untukmemakan daging
tersebut.Misalnya diberikan penjelasan yang kuatmengenai alasan kenapa pasien
tersebut harusmakan daging.
Kita sebagai seorang mahasiswa yang aktif dan kreatif tentunya tidak ingin
kebudayaan kita menjadi pudar bahkan lenyap karena pengaruh dari budaya-
budaya luar.Mahasiswa memiliki kedudukan dan peranan penting dalam
pelestarian seni dan budaya daerah. Hal ini didasari oleh asumsi bahwa mahasiswa
merupakan anak bangsa yang menjadi penerus kelangsungan kehidupan
bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara Indonesia. Sebagai intelektual muda
yang kelak menjadi pemimpin-pemimpin bangsa, pada mereka harus bersemayam
suatu kesadaran kultural sehingga keberlanjutan negara bangsa Indonesia dapat
dipertahankan. Pembentukan kesadaran kultural mahasiswa antara lain dapat
dilakukan dengan pengoptimalan peran mereka dalam pelestarian seni dan budaya
daerah.
A. KESIMPULAN
Manusia adalah mahkluk sosial yang tidak dapat hidup sendiri melainkan
selalu berinteraksi dengan sesamanya. Untuk keperluan tersebut, manusia
menggunakan bahasa sebagai alat komunikasi sekaligus sebagai identitas
kelompok. Hal tersebut dapat dibuktikan dengan terbentuknya bagaian bahasa di
dunia yang memiliki ciri-ciri yang unik yang menyebabkan berbeda dengan bahasa
lainnya.
B. SARAN
DAFTAR PUSTAKA
http://id.wikipedia.org/wiki/Komunikasi_sosial
Mulyana Deddy, M.A., Ph.D. Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar. Bandung:
Remaja Rosdakarya. 2009
King Larry dan Gilbert Bill. Seni Berbicara Kepada Siapa Saja, Kapan Saja,
Dimana Saja. Jakarta: gramedia Pustaka Utama. 2000
Jallaludi Rakhmat, Psikologi Komunikasi. Bandung: Remadja Karya, 1985
http://www.slideshare.net/theshizuka11/komunikasi-14456357
Chaer, Abdul dan Leonie Agustina. 2010. “Sosiolinguisitik Perkenalan Awal”.
http://tiuii.ngeblogs.com/2009/10/23/peran-budaya-lokal-memperkokoh-
ketahanan-budaya-bangsa-2/
http://staff.undip.ac.id/sastra/dhanang/2009/07/23/peningkatan-kualitas-
pembelajaran-sejarah-dan/
http://rendhi.wordpress.com/makalah-pengaruh-globalisasi-terhadap-eksistensi-
kebudayaan-daerah/
/Keragaman Budaya Indonesia « Tijok’s Weblog isbde.htm
file:///G:/isbdti.htm
file:///G:/artikel.phpisbd.htm