Anda di halaman 1dari 40

MAKALAH

EPIDEMIOLOGI GLOBAL DAN LOKAL KECENDERUNGAN HIV/AIDS

DAN MIKROBIOLOGI STRUKTUR HIV DAN SIKLUS HIDUP HIV

Disusun Oleh :
NAMA :RADA FEBRIA ADDELVI
NIM :19001001

DOSEN PEMBIMBING :
NS CONNY OKTIZULVIA,S.KEP

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


STIkes CERIA BUANA LUBUK BASUNG
TAHUN 2020/2021
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kepada Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta karunia-
Nya, sehingga kami berhasil menyelesaikan makalah ini yang alhamdulillah tepat pada waktunya
yang berjudul Komunikasi Terapeutik.

Kami menyadari makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik dan saran dari
semua pihak yang bersifat membangun selalu kami harapkan demi kesempurnaan makalah ini.

Akhir kata kami ucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah berperan serta dalam
penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir. Semoga Allah SWT senantiasia meridoi segala
usaha kita. Amin

Lubuk basung,25 Mei 2021

Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGATAR......................................................................................        i
DAFTAR ISI.................................................................................................        ii
BAB I LATAR BELAKANG..........................................................................      1
A. PENDAHULUAN.......................................................................................        1
BAB II TINJAUAN PUSTAKA.....................................................................        6
A. PERKEMBANGAN TEORI TERJADINYA PENYAKIT AIDS.......................     6
1. Hubungan Penyebab Dan Penyakit AIDS....................................................        7
2. Hubungan
Ø  Jaring sebab akibat..........................................................................        7                

Ø  Proses terjadinya penyakit – Bereaksi menyebabkan orang sakit.        7

1. Model Hubungan Kausal penyakit AIDS.................................        7


Ø  Single cause................................................................        8
Ø  Multipe cause..............................................................        8
Ø  Myltipe cause..............................................................        8
2. Faktor Agent AIDS..................................................................        9
Ø  Biologis........................................................................        9
Ø  Fisik.............................................................................        9
Ø  Kimiawi........................................................................        9
Ø  Sosial...........................................................................        9
B. TAHAP-TAHAP RIWAYAT ALAMIAH  PENYAKIT AIDS..............         9
1. Prepatogenesis....................................................................................        9
2. Patogenesis.........................................................................................        9
C. UPAYA PENCEGAHAN PENYAKIT AIDS....................................         10
1.Tingkat Pencegahan...............................................................        11
Ø  Primordial Prevention..................................................        11
Ø  Pramary Prevention....................................................        12
Ø  Secondary Prevention.................................................        12
2. Bagaimana Besarnya Kemungkinan Pencegahannya
Penyakit AIDS....................................................................              13
D. TRANSISI EPIDEMIOLOGI PENYAKIT AIDS.............................          14
E. ETIKA EPIDEMIOLOGI PENYAKIT AIDS...................................          15
F. KONSEP DASAR EPIDEMIOLOGI PENYAKIT AIDS.................         20
1. Segitiga Epidemiologi...................................................  ........         20
a.    Host..........................................................................                 20
b.    Agent.......................................................................                  21
c.    Lingkungan.............................................................                   21
2. Portal Of Entry and Exit...............................................                   21
G. APLIKASI EPIDEMIOLOGI PENYAKIT AIDS....................                     22  
BAB III PENUTUP............................................................................                   23
A. KESIMPULAN...........................................................................              23
B. SARAN....................................................................................     23
DAFTAR PUSTAKA................................................................................  24
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
            Acquired Immunodeficiency Syndrome atau Acquired Immune Deficiency Syndrome
(disingkat AIDS) adalah sekumpulan gejala dan infeksi (atau: sindrom) yang timbul karena
menurunnya sistem kekebalan tubuh manusia akibat infeksi virus HIV.
Human Immunodeficiency Virus (atau disingkat HIV) yaitu virus yang memperlemah kekebalan
pada tubuh manusia. Orang yang terkena virus ini akan menjadi rentan terhadap infeksi
oportunistik ataupun mudah terkena tumor. Meskipun penanganan yang telah ada dapat
memperlambat laju perkembangan virus, namun penyakit ini belum benar-benar bisa
disembuhkan.
HIV adalah retrovirus yang biasanya menyerang organ-organ vital sistem kekebalan
manusia, seperti sel T CD4+ (sejenis sel T), makrofag, dan sel dendritik. HIV merusak sel T
CD4+ secara langsung dan tidak langsung, padahal sel T CD4+ dibutuhkan agar sistem
kekebalan tubuh dapat berfungsi baik. Bila HIV telah membunuh sel T CD4+ hingga jumlahnya
menyusut hingga kurang dari 200 per mikroliter (µL) darah, maka kekebalan di tingkat sel akan
hilang, dan akibatnya ialah kondisi yang disebut AIDS. Infeksi akut HIV akan berlanjut menjadi
infeksi laten klinis, kemudian timbul gejala infeksi HIV awal, dan akhirnya AIDS; yang
diidentifikasi dengan memeriksa jumlah sel T CD4+ di dalam darah serta adanya infeksi tertentu.
 Materi Genetik HIV
HIV memiliki diameter 100-150 nm dan berbentuk sferis (spherical) hingga oval karena
bentuk selubung yang menyelimuti partikel virus (virion). Selubung virus berasal dari membran
sel inang yang sebagian besar tersusun dari lipida. Di dalam selubung terdapat bagian yang
disebut protein matriks.
Bagian internal dari HIV terdiri dari dua komponen utama, yaitu genom dan kapsid. Genom
adalah materi genetik pada bagian inti virus yang berupa dua kopi utas tunggal RNA. Sedangkan,
kapsid adalah protein yang membungkus dan melindungi genom.
Berbeda dengan sebagian besar retrovirus yang hanya memiliki tiga gen (gag, pol, dan env), HIV
memiliki enam gen tambahan (vif, vpu, vpr, tat, ref, dan nef). Gen-gen tersebut disandikan oleh
RNA virus yang berukuran 9 kb. Kesembilan gen tersebut dikelompokkan menjadi tiga kategori
berdasarkan fungsinya, yaitu gen penyandi protein struktural (Gag, Pol, Env), protein regulator
(Tat, Rev), dan gen aksesoris (Vpu hanya pada HIV-1, Vpx hanya pada HIV-2; Vpr, Vif, Nef).
 Siklus Hidup HIV
Seperti virus lain pada umumnya, HIV hanya dapat bereplikasi dengan memanfaatkan sel
inang. Siklus hidup HIV diawali dengan penempelan partikel virus (virion) dengan reseptor pada
permukaan sel inang, di antaranya adalah CD4, CXCR5, dan CXCR5. Sel-sel yang menjadi
target HIV adalah sel dendritik, sel T, dan makrofaga. Sel-sel tersebut terdapat pada permukaan
lapisan kulit dalam (mukosa) penis, vagina, dan oral yang biasanya menjadi tempat awal infeksi
HIV. Selain itu, HIV juga dapat langsung masuk ke aliran darah dan masuk serta bereplikasi di
noda limpa.
Setelah menempel, selubung virus akan melebur (fusi) dengan membran sel sehingga isi
partikel virus akan terlepas di dalam sel. Selanjutnya, enzim transkriptase balik yang dimiliki
HIV akan mengubah genom virus yang berupa RNA menjadi DNA. Kemudian, DNA virus akan
dibawa ke inti sel manusia sehingga dapat menyisip atau terintegrasi dengan DNA manusia.
DNA virus yang menyisip di DNA manusia disebut sebagai provirus dan dapat bertahan cukup
lama di dalam sel. Saat sel teraktivasi, enzim-enzim tertentu yang dimiliki sel inang akan
memproses provirus sama dengan DNA manusia, yaitu diubah menjadi mRNA. Kemudian,
mRNA akan dibawa keluar dari inti sel dan menjadi cetakan untuk membuat protein dan enzim
HIV. Sebagian RNA dari provirus yang merupakan genom RNA virus. Bagian genom RNA
tersebut akan dirakit dengan protein dan enzim hingga menjadi virus utuh. Pada tahap perakitan
ini, enzim protease virus berperan penting untuk memotong protein panjang menjadi bagian
pendek yang menyusun inti virus. Apabila HIV utuh telah matang, maka virus tersebut dapat
keluar dari sel inang dan menginfeksi sel berikutnya. Proses pengeluaran virus tersebut melalui
pertunasan (budding), di mana virus akan mendapatkan selubung dari membran permukaan sel
inang.
 Penularan Penyakit HIV
HIV hanya dapat hidup di dalam tubuh manusia yang hidup dan hanya bertahan beberapa
jam saja di luar tubuh.
HIV tidak dapat menular melalui air ludah, air mata, muntahan, kotoran manusia dan air kencing,
walaupun jumlah virus yang sangat kecil terdapat di cairan ini. HIV tidak ditemukan di keringat.
HIV tidak dapat menembus kulit yang utuh dan tidak menyebar melalui sentuhan dengan
orang yang terinfeksi HIV, atau sesuatu yang dipakai oleh orang terinfeksi HIV; saling
penggunaan perabot makan atau minum; atau penggunaan toilet atau air mandi bergantian.
HIV/AIDS hanya dapat ditularkan melalui beberapa cara sebagai berikut :
 Penularan Melalui Hubungan Seksual
Penularan (transmisi) HIV secara seksual terjadi ketika ada kontak antara sekresi cairan vagina
atau cairan preseminal seseorang dengan rektum, alat kelamin, atau membran mukosa mulut
pasangannya. Hubungan seksual reseptif tanpa pelindung lebih berisiko daripada hubungan
seksual insertif tanpa pelindung, dan risiko hubungan seks anal lebih besar daripada risiko
hubungan seks biasa dan seks oral. Seks oral tidak berarti tak berisiko karena HIV dapat masuk
melalui seks oral reseptif maupun insertif. Kekerasan seksual secara umum meningkatkan risiko
penularan HIV karena pelindung umumnya tidak digunakan dan sering terjadi trauma fisik
terhadap rongga vagina yang memudahkan transmisi HIV.
Penyakit menular seksual meningkatkan risiko penularan HIV karena dapat
menyebabkan gangguan pertahanan jaringan epitel normal akibat adanya borok alat kelamin, dan
juga karena adanya penumpukan sel yang terinfeksi HIV (limfosit dan makrofaga) pada semen
dan sekresi vaginal. Penelitian epidemiologis dari Afrika Sub-Sahara, Eropa, dan Amerika Utara
menunjukkan bahwa terdapat sekitar empat kali lebih besar risiko terinfeksi AIDS akibat adanya
borok alat kelamin seperti yang disebabkan oleh sifilis dan/atau chancroid. Resiko tersebut juga
meningkat secara nyata, walaupun lebih kecil, oleh adanya penyakit menular seksual seperti
kencing nanah, infeksi chlamydia, dan trikomoniasis yang menyebabkan pengumpulan lokal
limfosit dan makrofaga.
Transmisi HIV bergantung pada tingkat kemudahan penularan dari pengidap dan
kerentanan pasangan seksual yang belum terinfeksi. Kemudahan penularan bervariasi pada
berbagai tahap penyakit ini dan tidak konstan antarorang. Beban virus plasma yang tidak dapat
dideteksi tidak selalu berarti bahwa beban virus kecil pada air mani atau sekresi alat kelamin.
Setiap 10 kali penambahan jumlah RNA HIV plasma darah sebanding dengan 81% peningkatan
laju transmisi HIV. Wanita lebih rentan terhadap infeksi HIV-1 karena perubahan hormon,
ekologi serta fisiologi mikroba vaginal, dan kerentanan yang lebih besar terhadap penyakit
seksual. Orang yang terinfeksi dengan HIV masih dapat terinfeksi jenis virus lain yang lebih
mematikan.
 Penularan Melalui Darah
Alur penularan ini terutama berhubungan dengan pengguna obat suntik, penderita hemofilia, dan
resipien transfusi darah dan produk darah. Berbagi dan menggunakan kembali jarum suntik
(syringe) yang mengandung darah yang terkontaminasi oleh organisme biologis penyebab
penyakit (patogen), tidak hanya merupakan risiko utama atas infeksi HIV, tetapi juga hepatitis B
dan hepatitis C. Berbagi penggunaan jarum suntik merupakan penyebab sepertiga dari semua
infeksi baru HIV dan 50% infeksi hepatitis C di Amerika Utara, Republik Rakyat Cina, dan
Eropa Timur. Resiko terinfeksi dengan HIV dari satu tusukan dengan jarum yang digunakan
orang yang terinfeksi HIV diduga sekitar 1 banding 150. Post-exposure prophylaxis dengan obat
anti-HIV dapat lebih jauh mengurangi risiko itu.
Pekerja fasilitas kesehatan (perawat, pekerja laboratorium, dokter, dan lain-lain) juga
dikhawatirkan walaupun lebih jarang. Jalur penularan ini dapat juga terjadi pada orang yang
memberi dan menerima rajah dan tindik tubuh. Kewaspadaan universal sering kali tidak dipatuhi
baik di Afrika Sub Sahara maupun Asia karena sedikitnya sumber daya dan pelatihan yang tidak
mencukupi. WHO memperkirakan 2,5% dari semua infeksi HIV di Afrika Sub Sahara
ditransmisikan melalui suntikan pada fasilitas kesehatan yang tidak aman. Oleh sebab itu,
Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa, didukung oleh opini medis umum dalam masalah
ini, mendorong negara-negara di dunia menerapkan kewaspadaan universal untuk mencegah
penularan HIV melalui fasilitas kesehatan.
Resiko penularan HIV pada penerima transfusi darah sangat kecil di negara maju. Di
negara maju, pemilihan donor bertambah baik dan pengamatan HIV dilakukan. Namun
demikian, menurut WHO, mayoritas populasi dunia tidak memiliki akses terhadap darah yang
aman dan “antara 5% dan 10% infeksi HIV dunia terjadi melalui transfusi darah yang terinfeksi”.
o   Penularan Masa Perinatal
Transmisi HIV dari ibu ke anak dapat terjadi melalui rahim (in utero) selama masa perinatal,
yaitu minggu-minggu terakhir kehamilan dan saat persalinan. Bila tidak ditangani, tingkat
penularan dari ibu ke anak selama kehamilan dan persalinan adalah sebesar 25%. Namun
demikian, jika sang ibu memiliki akses terhadap terapi antiretrovirus dan melahirkan dengan cara
bedah caesar, tingkat penularannya hanya sebesar 1%. Sejumlah faktor dapat memengaruhi
risiko infeksi, terutama beban virus pada ibu saat persalinan (semakin tinggi beban virus,
semakin tinggi risikonya). Menyusui meningkatkan risiko penularan sebesar 4%.
 Sistem Tahapan Infeksi
Pada bulan September tahun 2005 World Health Organization (WHO) mengelompokkan tahapan
infeksi dan kondisi AIDS untuk pasien dengan HIV-1 sebagai berikut :
 Stadium I: infeksi HIV asimtomatik dan tidak dikategorikan sebagai AIDS
 Stadium II: termasuk manifestasi membran mukosa kecil dan radang saluran pernafasan
atas yang berulang
 Stadium III: termasuk diare kronik yang tidak dapat dijelaskan selama lebih dari sebulan,
infeksi bakteri parah, dan tuberkulosis.
 Stadium IV: termasuk toksoplasmosis otak, kandidiasis esofagus, trakea, bronkus atau
paru-paru, dan sarkoma kaposi. Semua penyakit ini adalah indikator AIDS.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
       I. PEMBAHASAN
A. Perkembangan teori terjadinya penyakit AIDS
1. Hubungan penyebab dan penyakit AIDS
Kejadian ini berawal pada musim panas di Amerika Serikat tahun 1981, ketika itu untuk
pertama kalinya oleh Centers for Disease Control and Prevention dilaporkan bahwa
ditemukannya suatu peristiwa yang tidak dapat dijelaskan sebelumnya dimana ditemukan adanya
pneumonia pneumosistis (sekarang masih di klasifikasikan sebagai PCP tetapi diketahui
disebabkan oleh pneumocystis  jirovecii) yang mengenai 5 orang homosexual di Los Angeles,
kemudian berlanjut ditemukannnya ’penyakit’ Sarkoma Kaposi yang menyerang sejumlah 26
orang homosexsual di New York dan Los Angeles. Beberapa bulan kemudian penyakit tersebut
ditemukan pada pengguna narkoba suntik, segera hal itu juga menimpa para penerima transfusi
darah.Sesuai perkembangan pola epidemiologi penyakit ini, semakin jelaslah bahwa penyebab
proses penularan yang paling sering adalah melalui kontak sexual, darah dan produk darah serta
cairan tubuh lainnya.
Pada tahun 1983, ditemukan virus HIV pada penderita dan selanjutnya pada tahun 1984
HIV dinyatakan sebagai faktor penyebab terjadinya Aquired Immunodeficiency Syndrom
(AIDS).
Teori yang lebih kontroversial yang dikenal dengan nama hipotesis OPV AIDS.
Menyatakan bahwa epidemik AIDS di mulai pada akhir tahun 1950-an di kongo belgia sebagai
akibat dari penelitian hilary koprowski terhadap vaksin polio.
Dua spesies HIV yang diketahui menginfeksi manusia adalah HIV-1 dan HIV-2. HIV-1
lebih mematikan dan lebih mudah masuk kedalam tubuh. HIV-1 adalah sumber dari mayoritas
infeksi HIV didunia, sementara HIV-2 sulit dimasukkan dan kebanyakan berada diafrika barat.
Baik HIV-1 dan HIV-2 berasal dari primata. Asal HIV-1 berasal dari simpanse pan
troglodytes troglodytes yang ditemukan dikamerun selatan. HIV-2 berasal dari sooty mangabey
(cercocebus atys), monyet dari guinea bissau, gabon, dan kamerun. Banyaknya ahli berpendapat
bahwa HIV masuk kedalam tubuh manusia akibat kontak dengan primata lainnya, contohnya
selama berburu atau pemotongan daging.
HIV/AIDS adalah penyakit yang relatif baru ditemukan. Infeksi lainnya seperti malaria,
wabah, kusta, tuberkulosis, campak, dan kolera telah mempengaruhi luas mayoritas umat
manusia selama berabad-abad.
2.    Hubungan penyebab penyakit AIDS
a)    jaring-jaring sebab akibat
Acquired Immunodeficiency Syndrome atau Acquired Immune Deficiency
Syndrome(disingkat AIDS) adalah penyakit yang disebabkan sekumpulan gejala dan infeksi
(atau: sindrom) yang timbul karena menurunnya sistem kekebalan tubuh manusia akibat infeksi
virus Hiv. Penyakit ini dapat di tularkan melalui  hubungan sex dengan seseorang yang
sebelumnya telah terjangkit virus HIV, dapat pula di tularkan melalui  alat suntik, alat tusuk
lainnya (akupuntur, tindik, tato) bekas dipakai orang yang mengidap HIV.
b)    proses terjadinya penyakit AIDS
HIV adalah retrovirus yang biasanya menyerang organ-organ vital sistem kekebalan
manusia, seperti sel T CD4+ (sejenis sel T), makrofag, dan sel dendritik.
HIV merusak sel T CD4+ secara langsung dan tidak langsung, padahal sel T CD4+ dibutuhkan
agar sistem kekebalan tubuh dapat berfungsi baik. Bila HIV telah membunuh sel T CD4+ hingga
jumlahnya menyusut hingga kurang dari 200 per mikroliter (µL) darah, maka kekebalan di
tingkat sel akan hilang, dan akibatnya ialah kondisi yang disebut AIDS. Infeksi akut HIV akan
berlanjut menjadi infeksi laten klinis, kemudian timbul gejala infeksi HIV awal, dan akhirnya
AIDS; yang diidentifikasi dengan memeriksa jumlah sel T CD4+ di dalam darah serta adanya
infeksi tertentu.
3. model hubungan kausal pnykt
a)    Single cause =
AIDS (acquired immune Deficiency Syndrome) disebabkan oleh virus HIV (Human
Immunodeficiency Virus) . Penemuan kasus AIDS untuk pertama kalinya di Amerika Serikat
pada tahun 1981, ternyata hanya sedikit memberi informasi tentang sumber penyakit ini.
Sekarang sudah terbukti bahwa AIDS disebabkan oleh virus yang dikenal dengan HIV(Human
Immunodeficiency Virus).
b)    multiple cause =  
Ø  virus HIV yang mengakibatkan infeksi (atau: sindrom) yang timbul karena menurunnya
sistem kekebalan tubuh manusia sehingga terjadi penyakit AIDS
Ø  pelayanan kesehatan
Ø  prilaku
ü  melakukan seks bebas dan tidak setia pada pasangan lebih rentan terjangkit penyakit AIDS,
karna bisa saja salah satu dari  pasangan seksnya sudah terlebih dahulu terjangkit penyakit AIDS
tersebut
ü  pengguna narkoba juga akan dengan mudah terjangkit penyakit AIDS, karna bisa saja jarum
suntik yang di gunakan secara bergiliran telah di gunakan sebelumnya oleh penderita AIDS,
sehingga virus HIV AIDS akan tertular kepadanya
c)    myltiple cause= penyebab yang secara bersamaan untuk menyebabkan penyakit hiv aids
yaitu :
Virus Human Immunodeficiency
         
     Pelayanan kesehatan  Perilaku seseorang
 HIV AIDS yaitu direhabilitasi HIV AIDS yang melakukan pergaulan Lingkungan yang tidak
sehat

4. faktor agent peyakit AIDS


a)  Faktor biologI
·  Terjadinya infeksi oleh bakteri, virus, fungi dan parasit yang biasanya dikendalikan oleh unsur-
unsur sistem kekebalan tubuh yang dirusak HIV
·  Human Immunodeficiency Virus
b)  Faktor kimia
·  Obat-obatan (narkoba), alkohol
c)  faktor fisik
·  Melakukan seks atau hubungan intim dengan org yang telah terjangkit virus HIV AIDS
d)  faktor sosial
·  Pemakai narkoba, jarum suntik yang dipakai bergantian dengan pengidap 
·  Seks bebas
·  Melalui alat suntik, alat tusuk lainnya (akupuntur, tindik, tato) bekas dipakai orang yang
mengidap HIV.
B. tahap-tahap riwayat alamiah penyakit AIDS
1) Tahap Pre Patogenesis
Tahap pre patogenesis tidak terjadi pada penyakit HIV AIDS. Hal ini karena penularan
penyakit HIV terjadi secara langsung (kontak langsung dengan penderita). HIV dapat menular
dari suatu satu manusia ke manusia lainnya melalui kontak cairan pada alat reproduksi, kontak
darah (misalnya trafusi darah, kontak luka, dll), penggunaan jarum suntik secara bergantian dan
kehamilan.
2)  Tahap Patogenesis
Pada fase ini virus akan menghancurkan sebagian besar atau keseluruhan sistem imun
penderita dan penderita dapat dinyatakan positif mengidap AIDS. Gejala klinis pada orang
dewasa ialah jika ditemukan dua dari tiga gejala utama dan satu dari lima gejala minor. Gejala
utamanya antara lain demam berkepanjangan, penurunan berat badan lebih dari 10% dalam
kurun waktu tiga bulan, dan diare kronis selama lebih dari satu bulan secara berulang-ulang
maupun terus menerus. Gejala minornya yaitu batuk kronis selama lebih dari 1 bulan, munculnya
Herpes zoster secara berulang-ulang, infeksi pada mulut dan tenggorokan yang disebabkan oleh
Candida albicans, bercak-bercak gatal di seluruh tubuh, serta pembengkakan kelenjar getah
bening secara menetap di seluruh tubuh. Akibat rusaknya sistem kekebalan, penderita menjadi
mudah terserang penyakit-penyakit yang disebut penyakit oportunitis. Penyakit yang biasa
menyerang orang normal seperti flu, diare, gatal-gatal, dan lain-lain. Bisa menjadi penyakit yang
mematikan di tubuh seorang penderita AIDS.
a) Tahap Inkubasi
Masa inkubasi adalah waktu yang diperlukan sejak seseorang terpapar virus HIV sampai
dengan menunjukkan gejala-gejala AIDS. Waktu yang dibutuhkan rata-rata cukup lama dan
dapat mencapai kurang lebih 12 tahun dan semasa inkubasi penderita tidak menunjukkan gejala-
gejala sakit. Selama masa inkubasi ini penderita disebut penderita HIV.
Pada fase ini terdapat masa dimana virus HIV tidak dapat tedeteksi dengan pemeriksaan
laboratorium kurang lebih 3 bulan sejak tertular virus HIV. Selama masa inkubasi penderita HIV
sudah berpotensi untuk menularkan virus HIV kepada orang lain dengan berbagai cara sesuai
pola transmisi virus HIV. Mengingat masa inkubasi yang relatif lama, dan penderita HIV tidak
menunjukkan gejala-gejala sakit, maka sangat besar kemungkinan penularan terjadi pada fase
inkubasi ini.
b)  Tahap Penyakit Dini
Penderita mengalami demam selama 3 sampai 6 minggu tergantung daya tahan tubuh saat
mendapat kontak virus HIV tersebut. Setelah kondisi membaik, orang yang terkena virus HIV
akan tetap sehat dalam beberapa tahun dan perlahan kekebalan tubuhnya menurun/ lemah hingga
jatuh sakit karena serangan demam yang berulang. Satu cara untuk mendapat kepastian adalah
dengan menjalani uji antibody HIV terutamanya jika seseorang merasa telah melakukan aktivitas
yang beresiko terkena virus HIV.
c)  Tahap Penyakit Lanjut
Pada tahap ini penderita sudah tidak bisa melakukan aktivitas apa-apa. Penderita
mengalami nafas pendek, henti nafas sejenak, batuk serta nyeri dada. Penderita mengalami jamur
pada rongga mulut dan kerongkongan. Terjadinya gangguan pada persyarafan central
mengakibatkan kurang ingatan, sakit kepala, susah berkonsentrasi, sering tampak kebingungan
dan respon anggota gerak melambat. Pada sistem persyarafan ujung (peripheral) akan
menimbulkan nyeri dan kesemutan pada telapak tangan dan kaki, reflek tendon yang kurang
selalu mengalami tensi darah rendah dan impotent.
Penderita mengalami serangan virus cacar air (herpes simplex) atau cacar api (herpes
zoster) dan berbagai macam penyakit kulit yang menimbulkan rasa nyeri pada jaringan kulit.
Lainnya adalah mengalami infeksi jaringan rambut pada kulit (folliculities), kulit kering
berbercak-bercak.
d)   Tahap Post Patogenesis (Tahap Penyakit Akhir)
Fase ini merupakan fase terakhir dari perjalanan penyakit AIDS pada tubuh penderita. Fase akhir
dari penderita penyakit AIDS adalah meninggal dunia.
C. Upaya pencegahan penyakit
1.    -   Primordial Prevention (Pencegahan Awal/Tingkat Dasar)  dimaksudkan untuk   
memberikan kondisi pada masyarakat yang memungkinkan Penyakit tersebut tidak didukung
dari kebiasaan, gaya hidup dan faktor resiko lainnya. Upaya ini cukup kompleks, karena tidak
hanya membutuhkan kesadaran pribadi dari individu tetapi juga dukungan sosial masyarakat.
Maka dari itu penderita AIDS tidak boleh di kucilkan karna ia akan malu untuk mengakui
penyakit yang sedang ia derita sehingga penyakit tersebut tidak mendapatkan penanganan yang
lebih lanjut.
-     Pencegahan tingkat pertama (primary prevention) seperti promosi kesehatan dan pencegahan
khusus. Sasarannya ialah faktor penyebab, lingkungan & pejamu. Langkah pencegahaan di
faktor penyebab misalnya, menurunkan pengaruh serendah mungkin (desinfeksi, pasteurisasi,
strerilisasi, penyemprotan insektisida) agar memutus rantai penularan. Langkah pencegahan di
faktor lingkungan misalnya, perbaikan lingkungan fisik agar air, sanitasi lingkungan &
perumahan menjadi bersih. Langkah pencegahan di faktor pejamu misalnya perbaikan status
gizi, status kesehatan, pemberian imunisasi.
Tujuan pencegahan primer adalah mencegah awitan suatu penyakit atau cedera selama masa
prapatogenesis (sebelum proses suatu penyakit dimulai). Contoh pencegahan primer antara lain,
progam pendidikan kesehatan dan promosi kesehatan, proyek rumah aman dan pengembangan
personalitas dan pembentukan karakter. Sayangnya penyakit atau cedera tidak dapat selalu
dicegah.penyakit kronis khususnya,terkadang menyebabkan disabilitas (ketidakmampuan) yang
cukup parah sebelum akhirnya terdektesi dan akhirnya diobati.dalam hal ini, intervensi segera
mencegah kematian atau membatasi disabilitas.
-     Pencegahan tingkat kedua (secondary prevention) seperti diagnosis dini serta pengobatan
tepat. Sasarannya ialah pada penderita / seseorang yang dianggap menderita (suspect) &
terancam menderita. Tujuannya adalah untuk diagnosis dini & pengobatan tepat (mencegah
meluasnya penyakit/ timbulnya wabah & proses penyakit lebih lanjut/ akibat samping &
komplikasi). Beberapa usaha pencegahannya ialah seperti pencarian penderita,
pemberian chemoprophylaxis (Prepatogenesis / patogenesis penyakit tertentu). Tindakan
pencegahan skunder yang paling penting adalah skrining kesehatan. Tujuannya bukan untuk
mencegah terjadinya penyakit tetapi lebih untuk mendeteksi keberadaanya selama masa
pathogenesis awal, sehingga intervensi(pengobatan) dini dan pembatasan disabilitas sudah dapat
dilakukan. Tujuan skrining kesehatan juga bukan untuk mendiagnosis penyakit, tujuannya adalah
memilah secara ekonomi dan efisien mereka yang kemungkinan sehat dari mereka yang
kemungkinan positif terjangkit penyakit.
-     Pencegahan tingkat ketiga (tertiary prevention) seperti pencegahan terhadap cacat dan
rehabilitasi. Sasarannya adalah penderita penyakit tertentu. Tujuannya ialah mencegah jangan
sampai mengalami cacat & bertambah parahnya penyakit juga kematian dan rehabilitasi
(pengembalian kondisi fisik/ medis, mental/ psikologis & sosial, serta melatih kembali,mendidik
kembali, dan merehabilitasi pasien yang mengalami disabilitas permanen. tindakan pencegahan
tersier mencakup tindakan yang diterapkan setelah berlangsungnya masa patogenesis. terapi
untuk pasien jantung merupakan contoh pencegahan tersier.
2. Besarnya kemungkinan pencegahan penyakit hiv aids
·  Untuk mengurangi resiko kemungkinan virus HIV dapat dicegah dengan kondom pria dan
wanita. Karna biasanya penyait AIDS akan di tularkan oleh seseorang yang terkena virus HIV
·  Orang perlu menggunakan jarum suntik yang baru untuk menghindari virus HIV yang
mungkin sudah mengontaminasi. Penggunaan narkoba juga bisa meningkatkan resiko penyakit
AIDS karna bisa saja mereka saling bertukar jarum suntik yang telah terkontaminasi
·         Selain menggunakan jarum suntik tidak steril bergantian dengan orang lain. Berlaku juga
untuk tidak menggunakan alat tindik anting, tato secara bersama dengan orang lain.
·         Dari ibu yang positif dapat menularkan kepada bayinya ketika dalam kandungan, saat
pesalinan atau pun pada masa menyusui. Konsumsi ARV secara teratur oleh ibu hamil yang telah
terinfeksi ditemukan dapat mengurangi kemungkinan tertularnya bayi yang ada dalam
kandungan Namun tetap saja, obat ini tidak akan menyembuhkan penyakit HIV - AIDS,
melainkan meningkatkan daya tahan tubuh saja
·         ada baiknya agar wanita yang positif terjangkit virus HIV AIDS disarankan agar tidak hamil.
·         Jangan melakukan hubungan seksual dengan pasangan yang telah terinfeksi
D.Transisi epidemiologi penyakit HIV AIDS
AS tercatat mempunyai kasus AIDS terbesar, estimasi kumulatif dan angka tahunan
AIDS di negara-negara sub- Sahara Afrika ternyata jauh lebih tinggi. Di seluruh dunia, WHO
memperkirakan lebih dari 13 juta kasus (dan sekitar 2/3 nya di negara-negara sub-Sahara Afrika)
terjadi pada tahun 1999. Di AS, distribusi kasus AIDS disebabkan oleh faktor “risk behavior”
yang berubah pada dekade yang lalu. Walaupun wabah AIDS di AS terutama terjadi pada pria
yang berhubungan sex dengan pria, angka pertambahan terbesar di laporkan pada pertengahan
tahun 1990-an terjadi diantara wanita dan populasi minoritas.

Pada tahun 1993 AIDS muncul sebagai penyebab kematian terbesar pada penduduk
berusia 25 - 44 tahun, tetapi turun ke urutan kedua sesudah kematian yang disebabkan oleh
kecelakaan pada tahun 1996. Namun, infeksi HIV tetap merupakan kasus tertinggi penyebab
kematian pada pria dan wanita kulit hitam berusia 25 - 44 tahun. Penurunan insidens dan
kematian karena AIDS di Amerika Utara sejak pertengahan tahun 1990 antara lain karena
efektifnya pengobatan antiretroviral, disamping upaya pencegahan dan evolusi alamiah dari
wabah juga berperan. HIV/AIDS yang dihubungkan dengan penggunaan jarum suntik terus
berperan dalam wabah HIV terutama dikalangan kaum minoritas kulit berwarna di AS.
Penularan heteroseksual dari HIV di AS meningkat secara bermakna dan menjadi pola
predominan dalam penyebaran HIV di negara-negara berkembang. Kesenjangan besar dalam
mendapatkan terapi antiretroviral antara negera berkembang dan negara maju di ilustrasikan
dengan menurunnya kematian karena AIDS pertahun di semua negara maju sejak pertengahan
tahun 1990-an dibandingkan dengan meningkatnya kematian karena AIDS pertahun di sebagian
besar negara berkembang yang mempunyai prevalensi HIV yang tinggi.

Di AS dan negara-negara barat, insidens HIV pertahunnya menurun secara bermakna


sebelum pertengahan tahun 1980-an dan tetap relatif rendah sejak itu. Namun, di beberapa
negara sub-Sahara Afrika yang sangat berat terkena penyakit ini, insidens HIV tahunan yang
tetap tinggi hampir tidak teratasi sepanjang tahun 1980 dan 1990-an. Negara-negara di luar Sub-
Sahara Afrika, tingginya prevalensi HIV (lebih dari 1%) pada populasi usia 15 - 49 tahun,
ditemukan di negara-negara Karibia, Asia Selatan dan Asia Tenggara. Dari sekitar 33.4 juta
orang yang hidup dengan HIV/AIDS pada tahun 1999 diseluruh dunia, 22.5 juta diantaranya ada
di negara-negara sub-Sahara Afrika dan 6,7 juta ada di Asia Selatan dan Asia Tenggara, 1,4 juta
ada di Amerika Latin dan 665.000 di AS. Diseluruh dunia AIDS menyebabkan 14 juta kematian,
termasuk 2,5 juta di tahun 1998. HIV-1 adalah yang paling tinggi; HIV-2 hanya ditemukan
paling banyak di Afrika Barat dan di
negara lain yang secara epidemiologis berhubungan dengan Afrika Barat.

E.Etika epidemiologi penyakit

Contoh kasus :
 Suatu hari ada seorang bapak-bapak dibawa oleh keluarganya ke salah satu Rumah Sakit
di kota Surakarta dengan gejala demam dan diare kurang lebih selama 6 hari. Selain itu bapak-
bapak tersebut (Tn. A) berat badannya turun secara berangsur-angsur. Semula Tn. A badannya
gemuk tapi 3 bulan terakhir ini badannya kurus dan telah turun 10 Kg dari berat badan semula.
Tn. A ini merupakan seorang sopir truk yang sering pergi keluar kota karena tuntutan kerjaan
bahkan jarang pulang, kadang-kadang 2 minggu sekali bahkan sebulan sekali.
Tn. A masuk UGD kemudian dari dokter untuk diopname di ruang penyakit dalam karena
kondisi Tn. A yang sudah sangat lemas. Keesokan harinya dokter yang menangani Tn. A
melakukan visit kepada Tn. A, dan memberikan advice kepada perawatnya untuk dilakukan
pemeriksaan laboratorium dengan mengambil sampel darahnya. Tn. A yang ingin tahu sekali
tentang penyakitnya meminta perawat tersebut untuk segera memberi tahu penyakitnya setelah
didapatkan hasil pemeriksaan. Sore harinya pukul 16.00 WIB hasil pemeriksaan telah diterima
oleh perawat tersebut dan telah dibaca oleh dokternya. Hasilnya mengatakan bahwa Tn. A positif
terjangkit penyakit HIV/AIDS. Kemudian perawat tersebut memanggil keluarga Tn. A untuk
menghadap dokter yang menangani Tn. A. Bersama dokter dan seijin dokter tersebut, perawat
menjelaskan tentang kondisi pasien dan penyakitnya. Keluarga terlihat kaget dan bingung.
Keluarga meminta kepada dokter terutama perawat untuk tidak memberitahukan penyakitnya ini
kepada Tn. A. Keluarga takut Tn. A akan frustasi, tidak mau menerima kondisinya dan
dikucilkan dari masyarakat. Perawat tersebut mengalami dilema etik dimana satu sisi dia harus
memenuhi permintaan keluarga namun di sisi lain perawat tersebut harus memberitahukan
kondisi yang dialami oleh Tn. A karena itu merupakan hak pasien untuk mendapatkan informasi.
Penyelesaian kasus dilema etik seperti ini diperlukan strategi untuk mengatasinya karena
tidak menutup kemungkinan akan terjadi perbedaan pendapat antar tim medis yang terlibat
termasuk dengan pihak keluarga pasien. Jika perbedaan pendapat ini terus berlanjut maka akan
timbul masalah komunikasi dan kerjasama antar tim medis menjadi tidak optimal. Hal ini jelas
akan membawa dampak ketidaknyamanan pasien dalam mendapatkan pelayanan keperawatan.
Berbagai model pendekatan bisa digunakan untuk menyelesaikan masalah dilema etik ini antara
lain model dari Megan, Kozier dan Erb, model Murphy dan Murphy, model Levine-
ariff dan Gron, model Curtin, model Purtilo dan Cassel, dan model Thompson dan thompson.
Berdasarkan pendekatan model Megan, maka kasus dilema etik perawat yang merawat
Tn. A ini dapat dibentuk kerangka penyelesaian sebagai berikut :
1) Mengkaji situasi
Dalam hal ini perawat harus bisa melihat situasi, mengidentifikasi masalah/situasi dan
menganalisa situasi. Dari kasus diatas dapat ditemukan permasalahan atau situasi sebagai berikut
:
a)    Tn. A menggunakan haknya sebagai pasien untuk mengetahui penyakit yang dideritanya
sekarang sehingga Tn. A meminta perawat tersebut memberikan informasi tentang hasil
pemeriksaan kepadanya. 
b)    Rasa kasih sayang keluarga Tn. A terhadap Tn. A membuat keluarganya berniat
menyembunyikan informasi tentang hasil pemeriksaan tersebut dan meminta perawat untuk tidak
menginformasikannya kepada Tn. A dengan pertimbangan keluarga takut jika Tn. A akan
frustasi tidak bisa menerima kondisinya sekarang
c)    Perawat merasa bingung dan dilema dihadapkan pada dua pilihan dimana dia harus
memenuhi permintaan keluarga, tapi disisi lain dia juga harus memenuhi haknya pasien untuk
memperoleh informasi tentang hasil pemeriksaan atau kondisinya.
2) Mendiagnosa Masalah Etik Moral
Berdasarkan kasus dan analisa situasi diatas maka bisa menimbulkan permasalahan etik
moral jika perawat tersebut tidak memberikan informasi kepada Tn. A terkait dengan
penyakitnya karena itu merupakan hak pasien untuk mendapatkan informasi tentang kondisi
pasien termasuk penyakitnya.
3) Membuat Tujuan dan Rencana Pemecahan
Alternatif-alternatif rencana harus dipikirkan dan direncanakan oleh perawat bersama tim
medis yang lain dalam mengatasi permasalahan dilema etik seperti ini. Adapun alternatif rencana
yang bisa dilakukan antara lain :
a) Perawat akan melakukan kegiatan seperti biasa tanpa memberikan informasi hasil
pemeriksaan/penyakit Tn. A kepada Tn. A saat itu juga, tetapi memilih waktu yang tepat ketika
kondisi pasien dan situasinya mendukung.Hal ini bertujuan supaya Tn. A tidak panik yang
berlebihan ketika mendapatkan informasi seperti itu karena sebelumnya telah dilakukan
pendekatan-pendekatan oleh perawat. Selain itu untuk alternatif rencana ini diperlukan juga
suatu bentuk motivasi/support sistem yang kuat dari keluarga. Keluarga harus tetap menemani
Tn. A tanpa ada sedikitpun perilaku dari keluarga yang menunjukkan denial ataupun perilaku
menghindar dari Tn. A. Dengan demikian diharapkan secara perlahan, Tn. A akan merasa
nyaman dengan support yang ada sehingga perawat dan tim medis akan menginformasikan
kondisi yang sebenarnya.
Ketika jalannya proses sebelum diputuskan untuk memberitahu Tn. A tentang kondisinya
dan ternyata Tn. A menanyakan kondisinya ulang, maka perawat tersebut bisa menjelaskan
bahwa hasil pemeriksaannya masih dalam proses tim medis.
Alternatif ini tetap memiliki kelemahan yaitu perawat tidak segera memberikan informasi yang
dibutuhkan Tn. A dan tidak jujur saat itu walaupun pada akhirnya perawat tersebut akan
menginformasikan yang sebenarnya jika situasinya sudah tepat. Ketidakjujuran merupakan suatu
bentuk pelanggaran kode etik keperawatan.
b) Perawat akan melakukan tanggung jawabnya sebagai perawat dalam memenuhi hak-hak
pasien terutama hak Tn. A untuk mengetahui penyakitnya, sehingga ketika hasil pemeriksaan
sudah ada dan sudah didiskusikan dengan tim medis maka perawat akan langsung
menginformasikan kondisi Tn. A tersebut atas seijin dokter.
`
            Alternatif ini bertujuan supaya Tn. A merasa dihargai dan dihormati haknya sebagai
pasien serta perawat tetap tidak melanggar etika keperawatan. Hal ini juga dapat berdampak pada
psikologisnya dan proses penyembuhannya. Misalnya ketika Tn. A secara lambat laun
mengetahui penyakitnya sendiri atau tahu dari anggota keluarga yang membocorkan informasi,
maka Tn. A akan beranggapan bahwa tim medis terutama perawat dan keluarganya sendiri
berbohong kepadanya. Dia bisa beranggapan merasa tidak dihargai lagi atau berpikiran bahwa
perawat dan keluarganya merahasiakannya karena ODHA (Orang Dengan HIV/AIDS)
merupakan “aib” yang dapat mempermalukan keluarga dan Rumah Sakit. Kondisi seperti inilah
yang mengguncangkan psikis Tn. A nantinya yang akhirnya bisa memperburuk keadaan Tn. A.
Sehingga pemberian informasi secara langsung dan jujur kepada Tn. A perlu dilakukan untuk
menghindari hal tersebut.
4) Melaksanakan Rencana
Alternatif-alternatif rencana tersebut harus dipertimbangkan dan didiskusikan dengan tim
medis yang terlibat supaya tidak melanggar kode etik keperawatan. Sehingga bisa diputuskan
mana alternatif yang akan diambil. Dalam mengambil keputusan pada pasien dengan dilema etik
harus berdasar pada prinsip-prinsip moral yang berfungsi untuk membuat secara spesifik apakah
suatu tindakan dilarang, diperlukan atau diizinkan dalam situasi tertentu ( John Stone, 1989 ),
yang meliputi :
a)  Autonomy / Otonomi
Pada prinsip ini perawat harus menghargai apa yang menjadi keputusan pasien dan keluarganya
tapi ketika pasien menuntut haknya dan keluarganya tidak setuju maka perawat harus
mengutamakan hak Tn. A tersebut untuk mendapatkan informasi tentang kondisinya.
b) Benefesience / Kemurahan Hati
c) Prinsip ini mendorong perawat untuk melakukan sesuatu hal atau tindakan yang baik dan tidak
merugikan Tn.A. Sehingga perawat bisa memilih diantara 2 alternatif diatas mana yang paling
baik dan tepat untuk Tn. A dan sangat tidak merugikan Tn.
d) Justice / Keadilan
Perawat harus menerapkan prinsip moral adil dalam melayani pasien. Adil berarti Tn. A
mendapatkan haknya sebagaimana pasien yang lain juga mendapatkan hak tersebut yaitu
memperoleh informasi tentang penyakitnya secara jelas sesuai dengan konteksnya/kondisinya.
e) Nonmaleficience / Tidak merugikan
Keputusan yang dibuat perawat tersebut nantinya tidak menimbulkan kerugian pada Tn. A baik
secara fisik ataupun psikis yang kronis nantinya.
f) Veracity / Kejujuran
Perawat harus bertindak jujur jangan menutup-nutupi atau membohongi Tn. A tentang
penyakitnya. Karena hal ini merupakan kewajiban dan tanggung jawab perawat untuk
memberikan informasi yang dibutuhkan Tn. A secara benar dan jujur sehingga Tn. A akan
merasa dihargai dan dipenuhi haknya.
g) Fedelity / Menepati Janji
Perawat harus menepati janji yang sudah disepakati dengan Tn. A sebelum dilakukan
pemeriksaan yang mengatakan bahwa perawat bersdia akan menginformasikan hasil
pemeriksaan kepada Tn. A jika hasil pemeriksaannya sudah selesai. Janji tersebut harus tetap
dipenuhi walaupun hasilnya pemeriksaan tidak seperti yang diharapkan karena ini
mempengaruhi tingkat kepercayaan Tn. A terhadap perawat tersebut nantinya
h) Confidentiality / Kerahasiaan
Perawat akan berpegang teguh dalam prinsip moral etik keperawatan yaitu menghargai apa yang
menjadi keputusan pasien dengan menjamin kerahasiaan segala sesuatu yang telah dipercayakan
pasien kepadanya kecuali seijin pasien.
Berdasarkan pertimbangan prinsip-prinsip moral tersebut keputusan yang bisa diambil
dari dua alternatif diatas lebih mendukung untuk alternatif ke-2 yaitu secara langsung
memberikan informasi tentang kondisi pasien setelah hasil pemeriksaan selesai dan didiskusikan
dengan semua yang terlibat. Mengingat alternatif ini akan membuat pasien lebih dihargai dan
dipenuhi haknya sebagai pasien walaupun kedua alternatif tersebut memiliki kelemahan masing-
masing. Hasil keputusan tersebut kemudian dilaksanakan sesuai rencana dengan pendekatan-
pendekatan dan caring serta komunikasi terapeutik.
5) Mengevaluasi Hasil
Alternatif yang dilaksanakan kemudian dimonitoring dan dievaluasi sejauh mana Tn. A
beradaptasi tentang informasi yang sudah diberikan. Jika Tn. A masih denial maka pendekatan-
pendekatan tetap terus dilakukan dan support sistem tetap terus diberikan yang pada intinya
membuat pasien merasa ditemani, dihargai dan disayangi tanpa ada rasa dikucilkan.
Adapun Prisip etika yang harus dipegang teguh oleh seluruh komponen baik itu seseorang,
masyarakat, nasional maupun dunia internasional dalam menghadapai HIV/AIDS adalah :
a) Empati, ikut merasakan penderitaan, sesama termasuk ODHA (Orang Dengan HIV/AIDS)
dengan penuh simpati, kasih sayang dan kesedihan saling menolong.
b) Solidaritas, secara bersama-sama bahu membahu meringankan penderitaan dan melawan
ketidakadilan yang diakibatkan olah HIV/AIDS.
c) Tanggung jawab, berarti setiap individu, masyarakat lembaga atau bangsa mempunyai
tanggung jawab untuk mencegah penyebaran HIV/AIDS dan memberikan perawatan pada
ODHA (Orang Dengan HIV/AIDS) (Nursalam, 2007).
F. Konsep dasar epidemiologi penyakit
1. Segitiga epidemiologi (host ,agent, evironmen)
·         Agent : faktor pembawa dari penyakit AIDS adalah virus HIV (Immunodeficiency Virus).
Virus ini dapat di tularkan melalui hubungan seksual dengan seseorang yang telah positif
terjangki virus HIV sebelumnya, dapat pula ditularkan melalui jarum suntik yang tidak steril.
·         Host :
a) Jenis kelamin : dalam kasus ini, virus HIV tidak menentu akan menyerang wanita maupun
laki-laki, Wanita lebih rentan terhadap penularan PMS dan HIV dibandingkan dengan laki-laki,
akibat faktor anatomis-biologis dan faktor sosiologis-gender. Kondisi anatomis-biologis wanita
menyebabkan struktur panggul wanita dalam posisi “menampung”, dan alat reproduksi wanita
sifatnya “masuk kedalam” dibandingkan pria yang sifatnya “menonjol keluar”. Keadaan ini
menyebabkan mudahnya terjadi infeksi khronik tanpa diketahui oleh yang bersangkutan .
Adanya infeksi khronik akan memudahkan masuknya virus HIV. Mukosa (lapisan dalam) alat
reproduksi wanita juga sangat halus dan mudah mengalami perlukaan pada proses hubungan
seksual. Perlukaan ini juga memudahkan terjadinya infeksi virus HIV. Faktor sosiologis-gender
berkaitan dengan rendahnya status sosial wanita (pendidikan, ekonomi, ketrampilan). Akibatnya
kaum wanita dalam keadaan rawan yang menyebabkan terjadinya pelecehan dan penggunaan
kekerasan seksual, dan akhirnya terjerumus kedalam pelacuran sebagai strategi survival.
b) Usia : dari segi usia biasanya remaja lebih rentan terjangkit virus HIV AIDS Karna
disebabkan oleh pergaulan bebas
·         Environment, Lingkungan biologis sosial, ekonomi, budaya dan agama sangat menentukan
penyebaran AIDS. Lingkungan biologis adanya riwayat ulkus genitalis, Herpes Simpleks dan
STS (Serum Test for Sypphilis) yang positip akan meningkatkan prevalensi HIV karena luka-
luka ini menjadi tempat masuknya HIV. Faktor biologis lainnya adalah penggunaan obat KB.
Pada para WTS di Nairobi terbukti bahwa kelompok yang menggunakan obat KB mempunyai
prevalensi HIV lebih tinggi
2. Portal of entry and exit
Ø  portal of exit : HIV dapat keluar dari tubuh reservoir dalam hal ini adalah manusia melalui
membran mukosa yang terletak di dalam vagina, diujung penis dan anus serta berupa cairan
tubuh, termasuk ASI.
Ø  portal of entry : pada kasus HIV/AIDS portal of exit sama dengan portal of entry. Virus HIV
tersebut dapat masuk ke dalam tubuh manusia melalui membran mukosa dan darah (termasuk
perinatal).
G. Aplikasi epidemiologi penyakit
Aplikasi epidemiologi penyakit AIDS yaitu bagaimana cara pengaplikasian penyakit
AIDS itu sendiri dengan pencegahannya serta penerapannya untuk mencari penyembuhannya
dalam hal kesling dan kliniknya.dalam hal ini bagaimana perilaku atau gaya hidup  manusia
dalam menjaga kesehatan dan dan gaya hidupnya agar virus HIV AIDS tidak menyebar melalui
seks bebas maupun penggunaan jarum suntik yang bergiliran terhadap pengguna narkoba,
sehingga mencegah penyakit termasuk penyakit kolera.tertular ke manusianya.

.
        MIKROBIOLOGI STRUKTUR HIV DAN STRUKTUR SIKLUS HIDUP HIV

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dari hari ke hari, tahun demi tahun kasus HIV/AIDS di Dunia semakin meningkat, baik akibat
seks bebas maupun akibat penyalahgunaan Napza khususnya Napza suntik. Dengan semakin
banyaknya pengidap HIV atau ODHA (Orang Dengan HIV/AIDS), maka akan semakin banyak
pula informasi yang dibutuhkan bagi mereka agar dapat menjalani kehidupan sehari-hari dapat
lebih baik.
Lebih dari 60 juta orang dalam 20 tahun terakhir terinfeksi Human Immunodeficiency Virus
(HIV). Dari jumlah itu, 20 juta orang meninggal karena Acquired Immune Deficiency Syndrome
(AIDS). Tahun 2001, UNAIDS (United Nations Joint Program on HIV/AIDS) memperkirakan,
jumlah Orang Hidup Dengan HIV/AIDS (ODHA) 40 juta,
Untuk mengetahui penyakit akibat AIDS, penduduk dunia membutuhkan waktu lama sekali.
Tahun 1926, beberapa ilmuwan menganggap, HIV menyebar dari monyet ke manusia sekitar
tahun 1926-1946. HIV merupakan bagian dari kelompok virus yang disebut Lentivirus yang
banyak ditemukan pada primata nonmanusia. Secara kolektif, Lentivirus diketahui sebagai virus
monyet yang dikenal dengan nama Simian Immunodeficiency Virus (SIV).
Februari 1999, peneliti dari University of Alabama di Amerika Serikat (AS) meneliti jaringan
yang dibekukan dari seekor simpanse dan menemukan jenis virus SIV yang nyaris sama dengan
HIV-1. Simpanse itu berasal dari sub-kelompok simpanse yang disebut pan troglodyte yang
terdapat di Afrika Tengah Barat.
Tahun 1982, para ilmuwan menemukan sindrom yang dikenal sebagai GayRelated Immune
Deficiency (GRID), yakni penurunan kekebalan tubuh yang dihubungkan dengan kaum gay.
Dari situ mulai jelas bahwa penurunan daya tahan tubuh disebabkan unsur yang menular,
kemungkinan virus yang menyebar melalui darah. GRID juga mempengaruhi wanita dan pria
pengguna narkotika yang heteroseksual.
Tahun 1983, dokter di Institut Pasteur Prancis memisahkan virus baru penyebab AIDS. Virus itu
terkait dengan limfadenopati (Lymphadenopathy-Associated Virus-LAV).
Tahun 1984, Pemerintah AS mengumumkan bahwa Dr Robert Gallo dari National Cancer
Institute (NCI) memisahkan retrovirus penyebab AIDS dan diberi nama HTLV 111. Tahun 1986,
suatu panitia internasional menyatakan bahwa virus LAV dan HTLV-III adalah sama sehingga
nama virus itu diganti menjadi HIV.
Penyebaran HIV Di Indonesia, kasus AIDS pertama kali ditemukan pada tahun 1987. Seorang
wisatawan berusia 44 tahun asal Belanda meninggal di Rumah Sakit Sanglah, Bali. Kematian
lelaki asing itu disebabkan AIDS. Hingga akhir tahun 1987, ada enam orang yang didiagnosis
HIV positif, dua di antara mereka mengidap AIDS. Sejak 1987 hingga Desember 2001, dari 671
pengidap AIDS, sebanyak 280 orang meninggal.
Ada beberapa faktor yang mendukung penyebaran HIV/AIDS, antara lain perjalanan
intemasional, industri darah, dan penyebarluasan pemakaian narkotika.
B. Rumusan Masalah
Adapun masalah yang akan dibahas dalam pembuatab makalah ini, yaitu:
1. 1.         Pengertian VIRUS,
2. 2.         Apakah HIV dan AIDS itu ?
3. 3.         Bagaimana asal muasal HIV /AIDS ?
4. 4.         Bagaimana Penularan HIV/AIDS?
5. 5.         Bagaimana cara HIV Tidak Menular?
6. 6.         Bagaimana Perjalanan penyakit HIV/AIDS?
7. 7.         Apa saja Gejala-Gejala AIDS?
8. 8.         Bagaiman Alur HIV Menyerang Sistem Kekebalan Tubuh?
9. 9.         Misteri Pendemi HIV/AIDS Di dunia!
10. 10.     Bagaimana Pencegahan Penularan HIV/AIDS?
11. 11.     Apa Pengobatan HIV/AIDS?
C. Tujuan
Maksud dan tujuan penulisan makalah ini yaitu untuk mengetahui Pengertian HIV dan
AIDS, Asal Muasal HIV/AIDS, Penularan HIV, HIV Tidak Menular, Perjalanan penyakin
HIV/AIDS, Gejala-Gejala AIDS, Alur HIV Menyerang Sistem Kekbalan Tubuh, Misteri
Pendemi HIV/AIDS Di dunia, Pencegahan Penularan AIDS, serta Pengobatan HIV /AIDS.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian VIRUS
Virus adalah parasit berukuran mikroskopik yang menginfeksi sel organisme biologis. Virus
bersifat parasit obligat, hal tersebut disebabkan karena virus hanya dapat bereproduksi di dalam
material hidup dengan menginvasi dan memanfaatkan sel makhluk hidup karena virus tidak
memiliki perlengkapan selular untuk bereproduksi sendiri. Biasanya virus mengandung sejumlah
kecil asam nukleat (DNA atau RNA, tetapi tidak kombinasi keduanya) yang diselubungi
semacam bahan pelindung yang terdiri atas protein, lipid, glikoprotein  atau kombinasi
ketiganya. Genom virus akan diekspresikan menjadi baik protein yang digunakan untuk memuat
bahan genetik maupun protein yang dibutuhkan dalam daur hidupnya.
Istilah virus biasanya merujuk pada partikel-partikel yang menginfeksi sel-sel
eukariotia(organisme multisel dan banyak jenis organisme sel tunggal), sementara
istilah bakteriofage atau fage digunakan untuk jenis yang menyerang jenis-jenis sel
prokariota(bakteridan organisme lain yang tidak berinti sel).Virus sering diperdebatkan statusnya
sebagai makhluk hidup karena ia tidak dapat menjalankan fungsi biologisnya secara bebas jika
tidak berada dalam sel inang. Karena karakteristik khasnya ini virus selalu terasosiasi dengan
penyakit tertentu, baik pada manusia (misalnya virus influenza dan HIV), hewan (misalnya virus
flu burung), atau tanaman (misalnya virus mozaik tembakau/TMV).
ü  Struktur Virus
Struktur virus di bagi menjadi tiga bagian yaitu :
1. Kapsid
            Kapsid merupakan lapisan pembungkus DNA atau RNA, kapsid dapat berbentuk heliks
(batang), misalnya pada virus mozaik, ada yang berbentuk polihedral pada virus adenovirus,
ataupun bentuk yang lebih kompleks lainnya. Kapsid yang paling kompleks ditemukan pada
virus Bbakteriofaga (faga). Faga yang pertama kali dipelajari mencakup tujuh faga yang
menginfeksi bakteri Escherichia coli, ketujuh faga ini diberi nama tipe 1 (T1), tipe 2 (T2), tipe 3
(T3) dan seterusnya sesuai dengan urutan ditemukannya.
2. Kapsomer
            Kapsomer adalah subunit-subunit protein dengan jumlah jenis protein yang biasanya
sedikit, kapsomer akan bergabung membentuk kapsid, misalnya virus mozaik tembakau yang
memiliki kapsid heliks (batang) yang kaku dan tersusun dari seribu kapsomer, namun dari satu
jenis protein saja.
3. Struktur tambahan lainnya
            Struktur tambahan lainnya, yaitu selubung virus yang menyelubungi kapsid dan berfungsi
untuk menginfeksi inangnya. Selubung ini terbentuk dari fosfolipid dan protein sel inang serta
protein dan glikoprotein yang berasal dari virus itu sendiri. Tidak semua virus memliki struktur
tambahan ini, ada beberapa yang memilikinya, misalnya virus influenza. Secara kebetulan faga
tipe genap yang diketemukan (T2, T4 dan T6) memiliki kemiripan dalam struktur, yaitu
kapsidnya memiliki kepala iksohedral memanjang yang menyelubungi DNA dan struktur
tambahan lainnya, yaitu pada kepala iksohedral tersebut melekat ekor protein dengan serabut-
serabut ekor yang digunakan untuk menempel pada suatu bakteri.
ü  Reproduksi virus
Dalam melakukan sistem reproduksinya virus memiliki dua siklus, yaitu siklus lisis dan
lisogenik.
1. Siklus lisis
            Siklus lisis adalah siklus reproduksi atau replikasi genom virus yang pada akhirnya
menyebabkan kematian sel inang. Istilah lisis mengacu pada tahapan akhir dari infeksi, yaitu saat
sel inang bakteri lisis atau pecah dan melepaskan faga yang dihasilkan di dalam sel inang
tersebut. Virus yang hanya dapat bereplikasi melalui siklus lisis disebut dengan virus virulen.
1. Siklus lisogenik
            Siklus lisogenik merupakan siklus replikasi genom virus tanpa meng-hancurkan sel
inang, dengan kata lain faga berintegrasi ke dalam kromosom bakteri, integrasi ini disebut
profaga. Istilah lisogenik mengimplikasikan bahwa profaga pada kondisi tertentu dapat
menghasilkan faga aktif yang melisis inangnya dikarenakan adanya pemicu dari lingkungan
seperti radiasi atau adanya beberapa zat kimia tertentu, hal inilah yang menyebabkan virus
mengubah mekanisme reproduksinya dari cara lisogenik menjadi cara lisis.
            Virus menunjukkan satu ciri kehidupan, yaitu reproduksi. Namun, reproduksi virus hanya
terjadi jika berada dalam sel organisme lain. Dengan demikian, virus hanya dapat hidup secara
parasit. Pada dasarnya reproduksi virus terjadi melalui lima tahap, yaitu tahap perlekatan,
penetrasi, replika dan sintesis, pematangan dan pelepasan.
Tahap pelekatan
            Tahap pelekatan adalah saat partikel virus (virion) melekat pada sel yang diinfeksi.
Tempat pelekatan virus pada sel inang terjadi pada reseptor (protein khusus pada membrane
plasma sel inang yang mengenali virus).
Tahap penetrasi
            Tahap penetrasi adalah tahap virus atau materi genetik virus masuk ke dalam sitoplasma
sel inang.
Tahap replikasi dan sintesis
            Tahap replikasi dan sintesis adalah tahap terjadinya perbanyakan partikel virus di dalam
sel inang. Sel inang akan dikendalikan oleh materi genetik dari virus sehingga sel dapat membuat
komponen virus, yaitu asam nukleat dan protein untuk kapsid.
Tahap pematangan
            Tahap pematangan adalah tahap penyusunan asam nukleat dan protein virus menjadi
partikel virus yang utuh.
Tahap pelepasan
            Tahap pelepasan adalah tahap partikel virus keluar dari sel inang dengan memecahkan sel
tersebut
Gambar. Siklus hidup virus
B. HIV & AIDS
Human Immunodeficiency Virus (HIV) adalah nama untuk virus yang menyerang sistem
kekebalan tubuh manusia. Di dalam tubuh manusia virus ini terus bertambah banyak hingga
menyebabkan sistem kekebalan tubuh tidak sanggup lagi melawan virus yang masuk.
Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS) merupakan kumpulan berbagai gejala penyakit
akibat turunnya kekebalan tubuh yang disebabkan oleh infeksi virus HIV tersebut. Infeksi virus
HIV secara perlahan menyebabkan tubuh kehilangan kekebalannya oleh karenanya berbagai
penyakit akan mudah masuk ke dalam tubuh. Akibatnya penyakit-penyakit yang tadinya tidak
berbahaya akan menjadi bahaya bagi tubuh.
Struktur HIV
C. Asal Muasal HIV/AIDS
AIDS pertama kali dilaporkan pada tanggal 5 juni 1981, ketikaCenter for disease Control
Prevention A.S mencatat adanya Pneumonia Pneumosistis (sekarang masih diklasifikasikan
sebagai PCP tetapi diketahui disebabkan oleh Pneumosystis Jirovecii) pada lima laki-laki
homoseksual di Los Angeles.
Tiga dari infeksi HIV awal yang diketahui adalah:
1. Sampel plasma diambil tahun 1959 dari laki-laki dewasa yang tinggal di Kinshasa, kini
merupakan bagian dari Republik Demokratik Congo.
2. HIV ditemukan pada sampel jaringan dari Robert. R, seorang remaja Afrika-Amerika
berusia 15 tahun yang meninggal di St. Louis tahun 1969.
3. HIV ditemukan pada sampel jaringan dari Arvid Noe, pelaut Norwegia yang meninggal
sekitar tahun 1976.
Dua spesies HIV menginfeksi manusia: HIV 1 dan HIV2. HIV-1 lebih mematikan dan lebih
mudah masuk kedalam tubuh. HIV-1 adalah sumber dari mayoritas infeksi HIV di dunia,
sementara HIV-2 sulit dimasukan dan kebanyakan berada di Afrika Barat, Baik HIV-1 dan HIV-
2 berasal dari Primata. Asal HIV-1 berasal dari Simpanse Pan troglodytes troglodytes yang
ditemukan di Kameroen selatan. HIV-2 berasal dari Sooty Manggabey (Cercocebus atys),
monyet dari Guineau Bissau, Gabon, dan Kameron.
Banyak ahli percaya bahwa HIV masuk kedalam tubuh manusia akibat kontak dengan primata
lainnya, contohnya selama berburu atau pemotongan daging.Teori yang lebih kontroversial yang
diketahui dengan nama Hipotesis OPV-AIDS mengusulkan bahwa epidemik AIDS dimulai pada
akhir tahun 1950-an di Kongo, Belgia oleh penelitian Hillary Koprovsky terhadap Vaksin Polio.
Menurut komunitas ilmu pengetahuan, skenario ini tidak didukung oleh bukti yang ada.
Teori lain menyatakan Virus HIV AIDS sebenarnya bukan berasal dari simpanse, tetapi ciptaan
para ilmuwan yang kemudian diselewengkan melalui rekayasa tertentu untuk memusnahkan
etnis tertentu. (Jerry D. Gray, Dosa-dosa Media Amerika – Mengungkap Fakta Tersembunyi
Kejahatan Media Barat, Ufuk Press 2006 h. 192).
Tulisan Allan Cantwell Jr.MD  ini mengungkapakan rahasia asal-usul AIDS dan HIV, juga
bagaimana ilmuwan menghasilkan penyakit yang paling menakutkan kemudian menutup-
nutupinya.
“Teori” Monyet Hijau
1.   Tidak sedikit orang yang sudah mendengar teori bahwa AIDS adalah ciptaan manusia.
Menurut The New York Times yang terbit 29 Oktober 1990, tiga puluh persen penduduk kulit
hitam di New York City benar-benar percaya bahwa AIDS adalah “senjata etnis” yang didesain
di dalam laboratorium untuk menginfeksi dan membunuh kalangan kulit hitam. Sebagian orang
bahkan menganggap teori konspirasi AIDS lebih bisa dipercaya dibandingkan teori monyet hijau
Afrika yang dilontarkan para pakar AIDS. Sebenarnya sejak tahun 1988 para peneliti telah
membuktikan bahwa teori monyet hijau tidaklah benar. Namun kebanyakan edukator AIDS terus
menyampaikan teori ini kepada publik hingga sekarang. Dalam liputan-liputan media tahun
1999, teori monyet hijau telah digantikan dengan teori simpanse di luar Afrika. Simpanse yang
dikatakan merupakan asal-usul penyakit AIDS ini telah diterima sepenuhnya oleh komunitas
ilmiah.
2. “Pohon keturunan” filogenetik virus primata (yang hanya dipahami segelintir orang saja)
ditampilkan untuk membuktikan bahwa HIV diturunkan dari virus primata yang berdiam di
semak Afrika. Analisis data genetika virus ditunjukkan melalui “supercomputer” di Los Alamos,
Mexico, menunjukkan bahwa HIV telah “melompati spesies’, dari simpanse ke manusia sekitar
tahun 1930 di Afrika.
Catatan penting: Los Alamos kebetulan saja merupakan sentra pembuatan bom nuklir, hasil
persekutuan mata-mata Cina, dan laboratorium tempat dilakukannya eksperimen rahasia radiasi
manusia terhadap penduduk sipil yang tidak merasa curiga. Eksperimen ini telah dilakukan sejak
tahun 1940-an hingga awal epidemik AIDS.
Eksperimen Hepatitis B Pra-AIDS kepada Pria Gay (1978-1981)
Ribuan pria gay mendaftar sebagai manusia percobaan untuk eksperimen vaksin hepatitis B yang
“disponsori pemerintah AS” di New York, Los Angeles, dan San Fransisco. Setelah beberapa
tahun, kota-kota tersebut menjadi pusat sindrom defisiensi kekebalan terkait gay, yang
belakangan dikenal dengan AIDS. Di awal 1970-an, vaksin hepatitis B dikembangkan di dalam
tubuh simpanse. Sekarang hewan ini dipercaya sebagai asal-usul berevolusinya HIV. Banyak
orang masih merasa takut mendapat vaksin hepatitis B lantaran asalnya yang terkait dengan pria
gay dan AIDS. Para dokter senior masih bisa ingat bahwa eksperimen vaksin hepatitis awalnya
dibuat dari kumpulan serum darah para homoseksual yang terinfeksi hepatitis.
Kemungkinan besar HIV “masuk” ke dalam tubuh pria gay selama uji coba vaksin ini. Ketika
itu, ribuan homoseksual diinjeksi di New York pada awal 1978 dan di kota-kota pesisir barat
sekitar tahun 1980-1981.
Apakah jenis virus yang terkontaminasi dalam program vaksin ini yang menyebabkan AIDS?
Bagaimana dengan program WHO di Afrika? Bukti kuat menunjukkan bahwa AIDS
berkembang tak lama setelah program vaksin ini. AIDS merebak pertama kali di kalangan gay
New York City pada tahun 1979, beberapa bulan setelah eksperimen dimulai di Manhattan. Ada
fakta yang cukup mengejutkan dan secara statistik sangat signifikan, bahwa 20% pria gay yang
menjadi sukarelawan eksperimen hepatitis B di New York diketahui mengidap HIV positif pada
tahun 1980 (setahun sebelum AIDS menjadi penyakit “resmi’). Ini menunjukkan bahwa pria
Manhattan memiliki kejadian HIV tertinggi dibandingkan tempat lainnya di dunia, termasuk
Afrika, yang dianggap sebagai tempat kelahiran HIV dan AIDS. Fakta lain yang juga
menghebohkan adalah bahwa kasus AIDS di Afrika yang dapat dibuktikan baru muncul setelah
tahun 1982. Sejumlah peneliti yakin bahwa eksperimen vaksin inilah yang berfungsi sebagai
saluran tempat “berjangkitnya” HIV ke populasi gay di Amerika. Namun hingga sekarang para
ilmuwan AIDS mengecilkan koneksi apapun antara AIDS dengan vaksin tersebut.
Umum diketahui bahwa di Afrika, AIDS berjangkit pada orang heteroseksual, sementara di
Amerika Serikat AIDS hanya berjangkit pada kalangan pria gay. Meskipun pada awalnya
diberitahukan kepada publik bahwa “tak seorang pun kebal AIDS”, faktanya hingga sekarang ini
(20 tahun setelah kasus pertama AIDS), 80% kasus AIDS baru di Amerika Serikat berjangkit
pada pria gay, pecandu narkotika, dan pasangan seksual mereka. HIV tidak mendiskriminasi
preferensi seksual atau ras tertentu.
Di pertengahan tahun 1990-an, para ahli biologi berhasil mengidentifikasi setidaknya 8 subtipe
(strain) HIV yang menginfeksi berbagai orang di seluruh dunia. Telah terbukti, strain B adalah
strain pra dominan yang menginfeksi gay di AS. Strain HIV ini lebih cenderung menginfeksi
jaringan rektum, itu sebabnya para gay yang cenderung menderita AIDS dibandingkan non-gay
Sebaliknya, Strain HIV yang umum dijumpai di Afrika cenderung menginfeksi vagina dan sel
serviks (leher rahim), sebagaimana kulup penis pria. Itu sebabnya, di Afrika, HIV cenderung
berjangkit pada kalangan heteroseksual.
Para pakar AIDS telah memeberitahukan bahwa AIDS Amerika berasal dari Afrika, padahal
Strain HIV yang umum dijumpai di kalangan pria gay nyaris tak pernah terlihat di Afrika!
Bagaimana bisa demikian? Apakah sebagian Strain HIV direkayasa agar mudah beradaptasi ke
sel yang cenderung menginfeksi kelamin gay?
Telah diketahui, pria ilmuwan SCVP (Special Virus Cancer Program) mampu mengadaptasi
retrovirus tertentu agar menginfeksi jenis sel tertentu. Tak kurang sejak tahun 1970, para
ilmuwan perang biologis telah belajar mendesain agen-agen (khususnya virus) tertentu yang bisa
menginfeksi dan menyerang sel kelompok rasial “tertentu”. Setidaknya tahun 1997, Stephen
O’Brien dan Michael Dean dari Laboratorium Keanekaragaman Genom di National Cancer
Institute menunjukkan bahwa satu dari sepuluh orang kulit putih memiliki gen resisten-AIDS,
sementara orang kulit hitam Afrika tidak memiliki gen semacam itu sama sekali. Kelihatannya,
AIDS semakin merupakan “virus buatan manusia yang menyerang ras tertentu” dibandingkan
peristiwa alamiah.
Berkat bantuan media Amerika, virus ini menyebar ke jutaan orang tertentu di seluruh dunia
sebelum segelintir orang mulai waspada akan kejahatan di balik penciptaan virus ini. Di tahun
1981, pejabat kesehatan memastikan “masyarakat umum” bahwa tak ada yang perlu
dikhawatirkan. “AIDS adalah penyakit gay” adalah jargon yang sering dikumandangkan media.
Setidaknya tahun 1987, Robert Gallo memberitahu reporter Playboy, David Black, “Saya pribadi
belum pernah menemukan satu kasus pun (di Amerika) dimana pria terkena virus (AIDS) dari
seorang wanita melalui hubungan intim heteroseksual .” Gallo melanjutkan, “AIDS tak akan
menjadi bahaya yang tak bisa teratasi bagi masyarakat umum.” Apakah ini sekedar spekulasi
ataukah Gallo mengetahui sesuatu yang tidak ia ceritakan?
D. Penularan HIV
HIV hidup disemua cairan tubuh tetapi hanya bisa menular melalui cairan tubuh tertentu,
yaitu:
1. Darah
2. Air Mani
3. Cairan vagina
4. Air susu Ibu (ASI)
Selain itu, AIDS dapat menular dengan cara sebagai berikut:
1. melakukan hubungan seksual dengan seseorang yang mengidap HIV
2. Transfusi darah yang mengandung virus HIV
3. Melalui alat suntik, akupuntur, tato, dan alat tindik yang sudah di pakai orang yang
mengidap virus AIDS
4. Hubungan pranatal, yaitu pemindahan virus dari ibu hamil yang mengidap virus AIDS
kepada janin yang dikandungnya.
E. HIV Tidak Menular
1. Bersentuhan
2. Berciuman, bersalaman dan berpelukan
3. Penggunaan peralatan makan dan minum yang sama
4. Penggunaan kamar mandi atau jamban yang sama
5. Kolam renang
6. Gigitan nyamuk
7. Tinggal semuah
8. Duduk bersama dalam ruangan tertutup
F. Perjalanan penyakin HIV/AIDS
1. Fase Pertama
Fase dimana tubuh sudah terinfeksi HIV, gejala dan tanda belum terluhat jelas, kadang kala
timbul dalam bentuk influenza, tetapi sudah dapat menulari orang lain. Fase ini dikeal dengan
periode jendela (window period)
2. Fase Kedua
Berlangsung sampai 2-10 tahun setelah terinfeksi HIV. Hasil tes darah terhadap HIV sudah
positif tetapi belum menunjukkan gejala-gejala sakit. Orang ini dapat menularkan HIV kepada
orang lain.
3. Fase Ketiga
Mulai muncul gejala-gejala penyakit terkait dengan HIV seperti,
1. Keringat dingin berlebihan pada waktu malam
2. Diare terus menerus
3. Perkembangan kelenjar getah bening
4. Flu tidak sembuh-sembuh
5. Nafsu makan berkurang
6. Berat badan terus menurun , yaitu 100% dari berat badan awal waktu 1 bulan
4. Fase Keempat
Pada fase ini kekebalan tubuh berkurang dan timbul penyakit tertentu yang disebut infeksi
oportunistik sepeti:
1. Kanker kulit yang disebut dengan sarcoma kaporsi
2. Infeksi paru-paru (TBC)
3. Infeksi usus yang menyebabkan diare terus-menerus
4. Infeksi otak yang menyebabkan kekacauan mental, sakit kepala, dan sariawan.
5. Penurunan berat badan lebih dari 100%
Fase ketiga dan keempat disebut dengan fase AIDS
G. Gejala-Gejala AIDS
Sejak pertama seseorang terinfeksi virus HIV, maka virus tersebut akan hidup dalam tubuhnya,
tetapi orang tersebut tidak menunjukkan gejala penyakit namun terlihat betapa sehat, aktif,
produktif seperti biasa. Karena gejala-gejala AIDS tampak setelah + 3 bulan. Adapun gejala-
gejala AIDS itu sendiri adalah :
1. Berat badan turun dengan drastis.
2. Demam yang berkepanjangan(lebih dari 38 0C)
3. Pembesaran kelenjar (dileher), diketiak, dan lipatan paha)yang timbul tanpa sebab.
4. Mencret atau diare yang berkepanjangan.
5. Timbulnya bercak-bercak merah kebiruan pada kulit (Kanker kulit atau KAPOSI
SARKOM).
6. Sesak nafas dan batuk yang berkepanjangan.
7. Sariawan yang tidak sembuh-sembuh.
Semua itu adalah gejala-gejala yang dapat kita lihat pada penderita AIDS, yang lama-kelamaan
akan berakhir dengan kematian.
H. Alur HIV Menyerang Sistem Kekebalan Tubuh
Tubuh mempunyai system kekebalan yang bertugas untuk melindungi kita dari penyakit apapun
yang menyerang kita dari luar. Anti bodi adalah protein yang dibuat oleh sisitem kekebalan
tubuh ketika banda asing masuk ke tubuh manusia. Bersama dengan bagian system kekebalan
tubuh yang lain, antibody bekerja untuk menghancurkan berbagai penyebab penyakit, yaitu
bakteri, jamur, virus dan sebagainya.
Sistem kekebalan tubuh kita membuat antibody yang berbeda-beda sesuai dengan kuman yang
dilawannya. Ada antibody khusus untuk semua penyakit, termaksud HIV. Anti body khusus HIV
inilah yang terdeteksi keberadaanya ketika hasil tes HIV kita dinyatakan reaktif (positif).
Salah satu jenis antibody yang berbeda pada sel darah putih adalah CD4. Fungsinya seperti
saklar yang menghidupkan dan memadamkan kegiatan system kekebalan tubuh, tergantung ada
tidaknya kuman yang dilawan.
HIV yang masuk kedalam tubuh menularkan sel CD4, ‘membajak’ sel tersebut, dan kemudia
menjadikannya ‘pabrik’ yang membuat miliaran virus baru. Ketika proses tersebut selesai,
partikel HIV yang baru meninggalkan sel dan masuk  ke sel CD4 yang lain. Sel yang
ditinggalkan menjadikannya rusak dan mati. Jika sel-sel ini hancur atau jumlahnya berkurang,
maka system kekebalan tubuh kehilangan kemampuan untuk melindungi tubuh kita dari
serangan penyakit. Keadaan ini membut kita mudah terserang berbagai penyakit.
Jumlah sel CD4 dapat dihitung melalui tes darah khusus. Jumlah normal pada orang sehat
berkisar antara 500 sampai 1000. Setelah kita terinfeksi HIV, jumlah ini biasanya turun terus.
Jadi kadar ini mencerminkan kesehatan system kekebalan tubuh kita, semakin rendah, semakin
rendah system kekebalan tubuh. Jika jumlah CD4 turun di bawah 200, ini menunjukkan bahwa
system kekebalah tubuh kita sudah cukup rusak sehingga infeksi oportunistik dapat menyerang
tubuh kita. Ini berarti kita sudah sampia pada fase AIDS. Kita dapat mempertahankan system
kekebalan tubuh kita agar tetap baik dengan memakai obat antiretroviral.
Untuk sementara ini, sarana tes CD4 tidak tersedia luas di Indonesia, dan biaya tesnya mahal.
Karena sel CD4 adalah anggota golongan sel darah putih yang disebut limfosit, jumlah limfosit
total juga dapat memeberi gambaran tentang kesehatan system kekebalan tubuh. Tes ini, yang
biasa disebut sebagai total lymphocyte atau TLC, harganya lebih murah dan dapat dilaksanakan
hamper disemua laboratorium.
Seperti jumlah CD4 , semakin rusak system kekebalan, semakin rendah TLC. Pada orang sehat,
TLC normal adalah kurang-lebih 2000. Jumlah TLC 1200, ada fase dimana gejala-gejala
penyakit muncul dapat dikatakan dengan CD4 sejumlah 200.
I. Misteri Pendemi HIV/AIDS Di dunia
WHO ( World Healty Organisation)
WHO melaporkan bahwa sejak pertengahan 1995, jumlah komulatif penderita AIDS sebanyak
20 juta. 18,5 juta orang dewasa dengan separuhnya adalah kaum wanita, dan 1,5 juta adalah
anak-anak. 50% dari penderita AIDS adalah kaum remaja /kaum muda dalam kelompok berusia
15-24 tahun.
Sejak 1 Januari 1996 WHO melaporkan jumlah penderita AIDS sebanyak 41 juta HIV/AIDS
didunia. Dengan 35,4 juta remaja dan dewasa, 15,5 jutawanita, dan 5,6 juta anak-anak.
Sedangkan untuk tahun 2000 ini WHO memperkirakan jumlah HIV akan mencapai 30-40 juta
dan jumlah AIDS 12-18 juta.
Pendemi Hiv/Aids Regonal Asia Tenggara
Pendemi HIV/AIDS regonal asia tenggara pada tahun 1994 secara komulatif ditemukan 3745
AIDS, sedangkan sudah diperkirakan lebih dari 2 jura dari 11 negara termasuk Indonesia, dan
jumlah tersebut akan menjadi 3,5 juta ditahun 1995.
Situasi AIDS Di Indonesia
Penyakit AIDS banyak ditemukan diluar negeri, tetapi karena hubungan dengan bangsa menjadi
semakin erat, maka penularannya harus tetap diwaspadai. Banyak orang asing datang ke
indonesia dan banyak pula orang indonesia pergi keluar negeri untuk berbagai keperluan. Hal itu
membuka kemungkinan terjadinya penularan AIDS.
Jumlah HIV/AIDS di Indonesia sampai akhir 1996, terdapat 449 kasus dengan 341 HIV dan 108
AIDS, terdapat di 16 propensi di Indonesia. Wanita yang terkena sebanyak 122 orang, WNI
sebanyak 304 orang, Heteroseksual 276 orang, homoseks dan biseks 84 orang, drag user 4 orang,
perinatal 1 dan 80 tidak diketahui cara tranmisinya. Menurut golongan umur, diindonesia
ternyata yang paling banyak terserang AIDS adalah usia 20-29 tahun yaitu 120 orang, bayi yang
berumur kurang dario 1 tahun dan 50 orang belum diketahui umurnya.
Dari 108 AIDS yang terbesar di 10 propinsi dan yang meninggal 66 orang, DKI Jakarta
terbanyak dengan 57 AIDS dan 35 sudah meninggal.
Dari tahun ke tahun kasus HIV maupun kasus AIDS di Indonesia semakin bertambah jumlahnya,
bahkan hingga September 2009 saja telah menembus angka 18.442 kasus di 300 kabupaten atau
kota dan 32 provinsi di Indonesia [data dari P2PL].
Rate kasus Aids secara nasional sampai dengan 30 September adalah per 8,15 per 100 ribu
penduduk (dengan berdasarkan data BPS penduduk Indonesia sebesar 227.132.350 jiwa) dengan
ODHA yang meninggal tercatat 20,1 persen.
Kasus Aids tertinggi terdapat di provinsi Papua (17,9 kali angka nasional), Bali (5,3 kali angka
nasional), DKI Jakarta (3,8 kali angka nasional), Kep. Riau (3,4 kali angka nasional),
Kalimantan Barat (2,2 kali angka nasional), Maluku (1,8 kali angka nasional), Papua Barat (1,3
kali angka nasional), Kep. Bangka Belitung (1,4 kali angka nasional), Riau (1,0 kali angka
nasional), DI Yogyakarta dan Sulawesi Utara (1,0 kali angka nasional) DI Yogyarta, Jawa
Timur, Jawa Barat dan Sulawesi Utara (1,0 kali angka nasional) [data dari BPS dan P2PL].
Penularan AIDS di Indonesia dikarenakan
1. Meluasnya pelacuran
2. Peningkatan hubungan seks pra nikah (sebelum menikah) dan ekstra marital (di luar
nikah seperti melalui pelacuran)
3. Prevalensi penyakit menular seksual yang tinggi
4. Penggunaan jarum suntik yang tidak steril
J. Pencegahan Penularan Aids
Ada beberapa poin penting untuk pencegahan penyebaran dan penularan HIV/AIDS tersebut,
diantaranya yaitu:
1. Pencegahan yang utama adalah melalui pendidikan Agama dan pendidikan seks yang
benar
2. Menghindari perilaku seks bebas dan penyimpangan seksual
3. Tidak mengkonsumsi narkoba
4. penggunaan jarum suntik yang steril
5. pemantauan kaum lelaki di lingkungan kerja serta perlindungan terhadap perempuan dan
remaja putri
Adapun usaha-usaha yang dapat dilakukan pemerintah dalam usaha untuk mencegah penularan
AIDS yaitu, misalnya : memberikan penyuluhan-penyuluhan atau informasi kepada seluruh
masyarakat tentang segala sesuatau yang berkaitan dengan AIDS, yaitu melalui seminar-seminar
terbuka, melalui penyebaran brosur atau poster-poster yang berhubungan dengan AIDS, ataupun
melalui iklan diberbagai media massa baik media cetak maupun media elektronik.penyuluhan
atau informasi tersebut dilakukan secara terus menerus dan berkesinambungan, kepada semua
lapisan masyarakat, agar seluarh masyarakat dapat mengetahui bahaya AIDS, sehingga berusaha
menghindarkan diri dari segala sesuatu yang bisa menimbulkan virus AIDS.
J. Pengobatan HIV/AIDS
‘AIDS tidak ada obatnya!’ Ini salah! Saat ini sudah ada obat yang dapat menekan jumlah HIV,
virus penyebab aids,di tubuh kita. Dengan penggunaan obat ini, diharapkan jumlah virus HIV
akan sangat berkurang di dalam tubuh kita. Supaya obat itu dapat bekerja secara aktif, kita harus
memakai sedikitnya kombinasi tiga obat sekaligus. Kombinasi obat ini dikenal sebagai terapi
antiretroviral atau ART. Apabila seseorang sudang menggunakan ART , maka orang tersebut
harus menggunakan ART terus menerus seumur hidup agar tetap aktif. ART tidak dapat
memberantas HIV dari seluruh tubuh kita, jadi tidak dapat menyembuhkan dari infeksi HIV.
1. Terapi Itu bekerja
Obat Antiretroviral (ART) membantu kita dengan menghambar proses pembuatan HIV dalam sel
CD4, dengan demikian mengurangai jumlah virus yang tersedia untuk menularkan ke sel CD4
yang lain. Akibatnya system kekebalan tubuh kita dilindungi dari kerusakan dan mulai pulih
kembali, seperti ditunjukkan oleh peningkatan jumlah sel CD4.
1. Manfaat ART
A. Menghambat perjalanan penyakit HIV
B. Meningkatkan jumlah sel CD4
C. Mengurangi jumlah virus dalam darah
D. Merasa lebih baik.
BAB III
PENUTUP
 
A. Kesimpulan
Human Immunodeficiency Virus (HIV) adalah nama untuk virus yang menyerang sistem
kekebalan tubuh manusia. Di dalam tubuh manusia virus ini terus bertambah banyak hingga
menyebabkan sistem kekebalan tubuh tidak sanggup lagi melawan virus yang masuk.
Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS) merupakan kumpulan berbagai gejala penyakit
akibat turunnya kekebalan tubuh yang disebabkan oleh infeksi virus HIV tersebut. Infeksi virus
HIV secara perlahan menyebabkan tubuh kehilangan kekebalannya oleh karenanya berbagai
penyakit akan mudah masuk ke dalam tubuh. Akibatnya penyakit-penyakit yang tadinya tidak
berbahaya akan menjadi bahaya bagi tubuh.
Virus AIDS ditemukan dalam cairan sperma, cairan vagina dan pada darah, serta penularannya
terjadi melalui hubungan seksual, alat suntik narkotika, transfusi darah dan ASI. AIDS dapat
menyerang siapa saja yang melakukan perilaku yang menyebabkan AIDS (hubungan seksual
berganti-ganti, pemakai narkotika suntik, transfusi darah yang tercemar).
B. Saran
Banyak yang percaya kalau penyakit AIDS lebih disebabkan oleh perilaku manusia itu sendiri,
maka masalah yang pertama kali harus dibenahi adalah soal keyakinan hidup. Hindari perbuatan-
perbuatan dan resiko yang dapat menyebabkan HIV/AIDS, namun jangan jauhi penderita
HIV/AIDS mereka butuh kita.
DAFTAR PUSTAKA
 
Departemen Kesehatan RI, 2009. Pusat Promosi Kesehatan (Sehat dan Positif
                Untuk ODHA . Jakarta
ghie.wordpress.com/2007/02/01/asal-usul-hivaids
Mansjoer, Arif.dkk. 2001. Kapita Selekta Kedokteran. Fakultas Kedokteran
            Universitas Indonesia: Media Aesculapius

Anda mungkin juga menyukai