Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

HELPING RELATIONSHIP

Disusun Oleh :
NAMA :RADA FEBRIA ADDELVI
NIM :19001001

DOSEN PEMBIMBING :
Ns.Asmiati .SE.S.KEP M.KEP CBWM

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


STIkes CERIA BUANA LUBUK BASUNG
TAHUN 2020
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kepada tuhan yang maha kuasa yang telah
memberikan kesehatan dan kesempatan sehingga makalah HELPING RELATIONSHIP

ini dapat kami selesaikan .


HELPING RELATIONSHIP ini bertujuan untuk memberikan laporan kepada dosen atau
mahasiswa yang bersangkutan.Dalam makalah ini disajikan informasi mengenai
hasil diskusi yang telah kami lakukan mengenai tokoh keperawatan yang kami
pilih
Makalah ini tentu masih banyak kekurangan,Oleh karena itu,kririk dan saran
selalu penulis harapkan agar menjadi pedoman dimasa yang akan datang. Akhir
kata banyak kami ucapkan.
Terima kasih.
DAFTAR ISI

Kata pengantar..........................................................................................................................
Daftar isi....................................................................................................................................
BAB I Pendahuluan..................................................................................................................
1.  Latar belakang...............................................................................................................
2.  Tujuan............................................................................................................................
BAB II Pembahasan..................................................................................................................
BAB II Penutup.......................................................................................................................
1.   Kesimpulan...................................................................................................................
2.   Saran.............................................................................................................................
Daftar pustaka.........................................................................................................................
BAB 1

PENDAHULUAN
1.1  LATAR BELAKANG
Manusia adalah makluk sosial, yang artinya tidak bisa hidup sendiri dan
membutuhkan serta selalu berhubungan dengan orang lain dalam menjalani
hidupnya. Bentuk hubungan antar manusia tersebut bermacam-macam, salah
satunya adalah hubungan membantu. Setiap individu pernah memberikan bantuan
atau menerima bantuan, meskipun dengan cara dan maksud tertentu
pemberian/penerimaan bantuan tersebut dilakukan.
Meski Brammer (1998) membedakan proses membantu ada dua, yaitu
bantuan yang profesional dan yang bukan profesional, tapi dalam makalah ini,
hanya akan di bahas hubungan membantu dalam bentuk profesional, yang
dilakukan oleh setidak-tidaknya seorang tenaga profesional yang membantu pihak
lain, dan pekerjaan tersebut dalam konteks profesi yang ditekuninya. Tenaga
profesional yang dimaksud seperti perawat, psikolog, dokter, konselor, dan lain-
lain. Meski pada dasarnya,  profesional atau tidaknya  hubungan membantu
tersebut sangat tergantung pada konteks permasalahan yang diselesaikan dan cara
penanganannya.
Dari sekian banyak hubungan membantu yang ada dan dilakukan oleh
banyak orang, konseling merupakan salah satu bentuk hubungan membantu yang
dilakukan oleh profesional, seperti yang telah dijelaskan di awal. Maka, melalui
makalah ini, penulis akan menguraikan terlebih dahulu pengertian hubungan
membantu dan langkah-langkah hubungan membantu. Dari pemahaman tentang
hubungan membantu ini, semoga kita dapat menarik benang merah kaitannya
dengan konseling sebagai hubungan yang membantu.

1.2  RUMUSAN MASALAH


       1.2.1    Apakah pengertian helping relationship (membantu) itu?
       1.2.2    Apa saja karakteristik dari helping relationship?
       1.2.3    Apa saja ciri-ciri helping relationship?
       1.2.4    Bagaimana pelaksanaan konseling sebagai helping relationship?
1.3  TUJUAN
1.    Untuk mengetahui pengertian dari helping relationship.
 2.    Untuk mengetahui karakteristik dari helping relationship.
 3.    Untuk mengetahui ciri-ciri dari helping relationship.
       4 . Untuk mengetahui bagaimana pelaksanaan konseling sebagai helping
relationship.
BAB 2
PEMBAHASAN

2.1  PENGERTIAN HELPING RELATIONSHIP


A. Terry dan Capuzzi mengartikan bahwa hubungan membantu merupakan
beberapa individu bekerjasama untuk memecahkan apa yang menjadi perhatiannya
atau masalahnya dan atau membantu perkembangan dan pertumbuhan salah
seorang dari keduanya. (Capuzzi dan EF, 1991)
George dan Christiani (1982) mengemukakan bahwa pemberian bantuan
professional merupakan proses dinamis dan unik yang dilakukan individu untuk
membantu orang lain dengan menggunakan sumber-sumber dalam agar tumbuh
kedalam arahan yang positif dan dapat mengaktualisasikan potensi-potensinya
untuk sebuah kehidupan yang bermakna.
Rogers (1961) mengemukakan bahwa maksud hubungan tersebut adalah
untuk peningkatan pertumbuhan, kematangan, fungsi, cara penanganan
kehidupannya dengan memanfaatkan sumber-sumber internal pada pihak yang
diberikan bantuan.

2.2  KARAKTERISTIK HELPING RELATIONSHIP


George dan christiani mengemukakan enam karakteristuk dinamika dan
keunikan hubungan konseling dibandingkan dengan hubungan membantu yang
lainnya. Keenam karakteristik itu adalah:
a. Afeksi
Hubungan konseling dengan klien pada dasarnya lebih sebagai hubungan afektif
daripada sebagai hubungan kognitif. Hubungan afeksi akan tercermin sepanjang
proses konseling, termasuk dalam melakukan eksplorasi terhadap persepsi dan
perasaan-perasaan subjektif klien. Hubungan yang penuh afeksi ini dapat
mengurangi rasa kecemasan dan ketakutan pada klien, dan diharapkan hubungan
konselor dank lien lebih produktif.
b. Intensitas
Hubungan konseling dilakukan secara intensitas. Hubungan konselor dank lien
yang intens ini diharapkan dapat saling terbuka terhadap persepsinya masing-
masing. Tanpa adanya hubungan yang intens hubungan konseling tidak akan
mencapai pada tingkatan yang diharapkan. Konselor biasanya mengupayakan agar
hubungannya dengan klien dapat berlangsung secara mendalam sejalan dengan
perjalanan hubungan konseling.
c. Pertumbuhan dan Perubahan
Hubungan konsleing bersifat dinamis. Hubungan konseling terus berkembang
sebagaimana perubahan san pertumbuhan yang terjadi pada konselor dank klien.
Hubungan tersebut dikatakan dinamis jika dari waktu kewaktu terus terjadi
peningkatan hubungan konselor klien,pengalaman bagi klien, dan
tanggungjawabnya. Dengan demikian pada klien terjadi pengalaman belajar untuk
memahami dirinya sekaligus bertanggungjawab untuk mengembangkan dirinya.
d.Privasi
Pada prinsipnya dalam hubungan konseling perlu adanya keterbukaan klien.
Keterbukaan klien tersebut bersifat konfidensial, konselor harus menjaga
kerahasiaan seluruh informasi tentang klien dan tidak dibenarkan mengemukakan
secara transparan kepada siapapun tanpa seizing klien. Perlindungan atau jaminan
hubungan ini adalah unik dan akan meningkatkan kemauan klien membuka diri.
e. Dorongan
Konselor dalam hubungan konseling memberikan dorongan (supportive) kepada
klien untuk meningkatkan kemampuan dirinya dan berkembang sesuai dengan
kemampuannya. Dalam hubungan konseling, konselor juga perlu memberikan
dorongan atas keinginannya untuk perubahan perilaku dan memperbaiki
keadaannya sendiri sekaligus memberi motivasi untuk berani mengambil resiko
dari kepurtusannya.
f. KejujuranHubungan konseling didasarkan atas saling kejujuran dan keterbukaan,
serta adanya komunikasi terarah antara  konselor dengan kliennya. Dalam
hubungan ini tidak ada sandiwara dengan jalan menutupi kelemahannya, atau
menyatakan yang bukan sejatinya. Klien maupun konselor harus membangun
hubungannya secara jujur dan terbuka. Kejujuran menjadi prasayarat bagi
keberhasilan konseling
2.3  CIRI-CIRI HELPING RELATIONSHIP
1. Hubungan helping adalah penuh makna, dan bermanfaat.
2. Afeksi sangat mencolok dalam hubungan helping.
3. Keutuhan pribadi tampil atau terjadi dalam hubungan helping.
4. Hubungan helping terbentuk melalui kesepakatan bersama individu-individu
yang terlibat.
5. Saling-Hubungan yang terjalin karena individu yang hendak dibantu
membutuhkan informasi, pelajaran, advis, bantuan, pemahaman dan perawatan
dari orang lain.
6. Hubungan helping dilangsungkan melalui komunikasi dan interaksi.
7. Struktur hubungan helping jelas atau gamblang.
8.Upaya-upaya yang bersifat kerjasama menandai hubungan helping.
9. Orang-orang dalam helping dapat dengan mudah ditemui atau didekati dan
terjamin ajeg sebagai pribadi.
10. Perubahan merupakan tujuan hubungan helping.

2.4  PELAKSANAAN HELPING RELATIONSHIP


Kemampuan melaksanakan hubungan konseling sebaiknya tidak hanya
dimiliki oleh seorang konselor saja, namun semua pengajar termasuk di dalamnya
guru mata pelajaran dan wali kelas seharusnya menguasai kemampuan
melaksanakan hubungan konseling ini. Ketrampilan pelaksanaan hubungan
konseling diperlukan bagi guru mata pelajaran untuk mengatasi masalah kesulitan
belajar. Pemecahan masalah kesulitan belajar akan berjalan efektif jika guru mata
pelajaran yang bersangkutanlah yang menyelesaikannya. Hal ini dimaksudkan agar
guru mata pelajaran dapat bekerja secara terarah, efektif, dan efisien. Setiap mata
pelajaran tentunya memiliki karakteristik yang berbeda-beda. Mulai dari bahan
ajar, metode, tingkat kesukaran, kompetensi yang harus dicapai serta hal-hal
mendasar lainnya yang berhubungan dengan kurikulum sebuah mata pelajaran. Hal
ini tentu disikapi secara berbeda-beda oleh subyek didik. Dalam kondisi inilah
tercipta sebuah interaksi antara individu yang satu dengan individu lainnya. Dan
ketika interaksi itu tercipta maka di sanalah seharusnya tercipta hubungan yang
saling menguntungkan. Simbiosis mutualisma.
                   Simbiosis mutualisma yang dimaksud dalam konteks ini adalah hubungan
yang terjalin secara menguntungkan bagi subyek didik dan menguntungkan pula
bagi pendidiknya. Ketika pendidik dengan penuh semangat menyampaikan uraian
materi pelajaran, akan sangat diuntungkan jika subyek didik yang dihadapi
memberikan tanggapan dengan sebaik-baiknya. Bila tolak ukurnya adalah tingkat
ketuntasan, maka tanggapan terbaik siswa atas materi pelajaran yang diterimanya
adalah menunjukan angka prosentase 100%. Tetapi, bagaimanakah jika kenyataan
di lapangan menunjukan hal yang sebaliknya?
                                 Secara umum, bimbingan konseling bertujuan untuk memberi bantuan
kepada individu untuk memecahkan masalah yang sedang dihadapi dan
mengptimalkan kemampuan yang dimiliki oleh seorang individu. Hubungan
konseling tidak hanya dilakukan oleh seorang konselor dan guru saja, namun
masih ada beberapa bidang atau profesi yang melakukan hubungan konseling,
bidang tersebut adalah sebagai berikut: dunia kedokteran atau kesehatan,
perusahaan dan industri, serta bidang pendidikan. Pada umumnya, bidang
pendidikan selalu berintikan pada kegiatan bimbingan. Bimbingan dilaksanakan
agar anak didik menjadi kreatif, produktif, dan mandiri. Dengan kata lain,
pendidikan berupaya untuk mengembangkan individu anak. Hal-hal yang termasuk
ke dalam perkembangan individu anak meliputi segala aspek dalam diri anak,
yakni: intelektual, moral, sosial, kognitif, dan emosional. Dan kegiatan bimbingan
dan konseling adalah suatu upaya untuk membantu perkembangan aspek-aspek
tersebut menjadi optimal, harmonis, dan sewajarnya. Selanjutnya diharapkan
tercipta sebuah relasi, yakni relasi pendidikan antara pendidik dan subyek didik.
Relasi pendidikan antara pendidik dan subyek didik merupakan hubungan yang
membantu karena selalu diupayakan agar ada motivasi pendidik untuk
mengembangkan potensi anak didik dan membantu subyek didik memecahkan
masalahnya.
                               Masalah yang dihadapi anak didik, hubungannya dengan mata pelajaran
atau bidang studi adalah meliputi hal-hal sebagai berikut: tidak menyukai mata
pelajaran tertentu, tidak menyukai guru tertentu, sulit memahami materi yang
diajarkan, kurangnya konsentrasi pada waktu belajar, lingkungan kelas yang
kurang mendukung, anggota kelompok yang tidak kooperatif dan sebagainya.
Tentu saja hal ini tidak dapat dibiarkan begitu saja. Harus dicari sebuah upaya
untuk menanggulanginya. Dengan melaksanakan bimbingan konseling inilah
upaya-upaya memecahkan masalah yang dihadapi siswa dapat dilakukan.
                               Arthur J. Jones (1970) mengatakan bahwa bimbingan dapat diartikan
sebagai “ the help given by one person to another in making choices and
adjustment and in solving problems”. Pemberian bantuan kepada seseorang dalam
memecahkan masalah-masalahnya. Sebuah pernyataan yang sangat sederhana
tetapi sarat dengan makna. Ada dua unsur yang terlibat secara langsung dalam
proses bimbingan tersebut, yaitu pembimbing (pendidik) dan terbimbing (subyek
didik).
                               Sebagai langkah awal dalam kegiatan helping relationship adalah
memahami klien. Klien adalah semua individu yang diberi bantuan secara
profesional oleh seorang konselor (pembimbing) baik atas permintaan dirinya
sendiri ataupun pihak lain. Hubungannya dengan yang sering kita temukan di
lapangan adalah klien yang kita hadapi klien yang diberi bantuan bukan atas dasar
permintaannya sendiri, melaikan atas permintaan orang lain terutama kita sebagai
pengajar mata pelajaran yang bersangkutan.
                               Oleh sebab itu, kita sebagai guru mata pelajaran, harus memiliki
keterampilan tertentu agar proses konseling berjalan secara kondusif, produktif,
kreatif dan menunjukan hasil yang baik. Dengan kata lain proses konseling
berjalan dengan sukses. Menurut Shertzer and Stone (1987) mengemukakan bahwa
keberhasilan dan kegagalan proses konseling ditentukan oleh tiga hal, yakni:
kepribadian klien, harapan klien, dan pengalaman/pendidikan klien.
                               Kepribadian klien sangat berperan penting untuk menentukan
keberhasilan proses konseling. Aspek-aspek kepribadian klien seperti: sikap,
emosi, intelektual, dan motivasi perlu mendapatkan perhatian dengan sebaik-
baiknya. Seorang klien yang cemas ketika sedang berhadapan dengan konselor
akan terlihat dari prilakunya. Seorang konselor yang baik tentu harus berusaha
menentramkan kecemasan kliennya dengan berbagai cara. Dalam istilah konseling
dikenal dengan sebutan teknik attending yaitu keterampilan menghampiri,
menyapa, dan membuat klien betah dan mau berbicara dengan konselor. Ataupun
bisa dengan cara mengungkapkan perasaan-perasaan cemas kliennya semaksimal
mungkin dengan cara menggali atau mengeksplorasi, sehingga keluar dengan
leluasa bahkan mungkin sampai klien tersebut mengeluarkan air mata, sehingga
klien dapat mencurahkan semua permasalahan yang dihadapinya kepada konselor.
                               Harapan klien. Dapat diartikan sebagai adanya kebutuhan yang ingin
terpenuhi melalui proses konseling. Pada umumnya, harapan klien terhadap proses
konseling adalah untuk memperoleh informasi, menurunkan kecemasan,
memperoleh jawaban dan mencari solusi dari persoalan yang sedang dialami serta
mendapatkan petunjuk dan arahan bgaimana dirinya menjadi lebih baik dan lebih
berkembang. Sebagai konselor yang baik, tentu kita harus pandai dan terampil
mengarahkan dan memupuk harapan terbimbing (subyek didik) ke arah yang lebih
realistis. Bahwa dengan melakukan bimbingan diharapkan dapat menjadi jalan
merubah dirinya ke arah yang lebih baik.
                               Pengalaman dan pendidikan klien. Pengalaman dan pendidikan klien
merupakan faktor yang turut menentukan keberhasilan proses konseling. Dengan
pengalaman dan pendidikan tersebut, klien akan lebih mudah menggali dirinya
sehingga persoalannya makin jelas dan upaya pemecahannya makin terarah.
Pengalaman klien dalam kegiatan konseling bisa digali melalui kegiatan
berkomunikasi, seperti wawancara dan berdiskusi sehingga klien secara terbuka
mau menceritakan semua permasalahan yang dihadapinya.
                               Dengan demikian konselor akan dapat terbantu dalam merumuskan dan
menentukan langkah selanjutnya yang diperlukan oleh klien untuk menunjang
keberhasilan proses konseling. Dari ketiga hal yang telah diuraikan di atas,
dapatlah disimpulkan bahwa tahap-tahap konseling dapat dilakukan seperti di
bawah ini:
·         Tahap awal. Meliputi kegiatan attending (keterampilan menghampiri, menyapa,
dan membuat klien betah dan mau berbicara dengan konselor), empati primer dan
advance ( berempati terhadap masalah yang dihadapi klien), refleksi perasaan
( upaya untuk menangkap perasaan, pikiran, dan pengalaman klien kemudian
merefleksikannya kembali pada klien), eksplorasi perasaan, pengalaman dan ide,
menangkap ide-ide/pesan-pesan utama, bertanya terbuka, mendefinisikan masalah
bersama klien, dorongan minimal (minimal encouragement).
·         Tahap pertengahan. Teknik yang dibutuhkan pada tahap ini adalah: memimpin
(leading), memfokuskan (focusing), mendorong (supporting), menginformasikan
(informing), memberi nasehat (advising), menyimpulkan sementara
(summarizing), dan bertanya terbuka (open question).
·         Tahap ahir. Tahap ini disebut tahap konseling (action). Teknik yang dapat
digunakan pada tahap ini adalah: menyimpulkan, memimpin, merencanakan,
mengevaluasi dan mengakhiri proses konseling.
BAB 3
PENUTUP
3.1  KESIMPULAN
Dari pembahasan di atas dapat kita simpulkan bahwa konseling sebagai
hubungan yang bersifat  helping relation adalah suatu hubungan yang terjalin
karena adanya kesepakatan antara  konselor dengan konseli. Konseli  yang
dihadapi adalah konseli yang sedang mengalami suatu masalah, selain membantu
konseli dalam mengentaskan masalahnya, konselor juga membantu konseli dalam
mengaktualisasikan potensi-potensi yang ada pada diri konseli.

3.1  SARAN
Masalah yang kita hadapi dapat terselesaikan dengan bantuan orang-orang di
sekeliling kita. Maka dari itu jalinlah hubungan yang baik dengan orang-orang
disekitar kita.
DAFTAR PUSTAKA

       Gunarsa, Singgih, D. 2004. Konseling dan Psikoterapi. Jakarta: PT. BPK


Gunung Mulia
       Latipun. 2006. Psikologi Konseling Edisi ke-3. Malang: UMM Press
       AT, Andi Mappiare. 2006. Pengantar Konseling dan Psikoterapi. Jakarta: PT.
RajaGrafindo Persada
       Sugiharto & Mulawarman. 2007. Buku Ajar Psikologi Konseling. Semarang:
Unnes Press

Anda mungkin juga menyukai