Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

BK DAN PENYULUHAN

BIMBINGAN DAN KONSELING SEBAGAI PROFESI

Dosen Pengampu : Hasaniah Zulfiani, M.Psi

Disusun Oleh

Kelompok 7 :

Andrian Pandika
M. Alimudin
Rohiqi Karima Jati

FAKULTAS TARBIYAH

PRODI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

INSTITUT AGAMA ISLAM HAMZANWADI NWDI PANCOR

T.A.2022/20223
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami haturkan kepada Allah SWT karena atas berkah dan
karunian-Nya kami penyusun masih diberi kesehatan, sehingga kami penyusun
dapat menyelesaikan makalah yang berjudul.”Bimbingan dan Konseling sebagi
Profesi” ini dapat terselesaikan tepat pada waktunya. Pada kesempatan ini kami
penyususn mengucapkan terima kasih kepada Ibu Hasaniah Zulfiani, M.Psi selaku
dosen mata kuliah BK dan Penyuluhan yang telah memberikan bimbingan
pengarahan demi terselesaikannya makalah ini serta, rekan-rekan semua pihak
yang telah membantu dalam menyelekesaikan makalah ini.

Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh
karena itu, kritik dan saran yang bersifat membangun sangat penyusun harapkan
demi kesempurnaan makalah ini dimasa mendatang.

Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi para mahasiswa khususnya dan
masyarakat pada umumnya. Dan semoga makalah ini dapat dijadikan sebagai
bahan untuk menambah pengetahuan para mahasiswa dan masyarakat dan
pembaca.

Pancor, 7 April 2023

Tim Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.......................................................................................i

DAFTAR ISI.....................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang.............................................................................................1
B. Rumusan Masalah........................................................................................1
C. Tujuan..........................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian dan ciri-ciri profesi....................................................................3


B. Pengembangan profesi bimbingan dan konseling.......................................4
C. Perkembangan gerakan bimbingan dan konseling......................................6

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan...................................................................................................9
B. Saran...........................................................................................................10

DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................11

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Konseling adalah sebuah penemuan abad ke-20. Kiat ketahui, bahwa
sekarang kita hidup dalam dunia yang sibuk dan perubahan-perubahan yang terus
terjadi seiring perkembangan zaman. Kehidupan yang komplek begitu sering
dikatakan.
Pada umumnya sangat banyak pengalaman yang sulit dihadapi oleh
seseorang. Biasanya, dalam menghadapi semua masalah ini, kita akan sharing
dengan keluarga, teman, atau kerabat dekat. Tapi memang tidak selalu saran yang
diberikan akan memuaskan hati kita dan pikiran kita. Pada saat itulah, konseling
merupakan pilihan yang berguna dalam membantu pemecahan masalah kita.
Kita pasti tahu, salah satu lembaga konseling yang selalu berhadapan
dengan kehidupan pada umumnya adalah disekolah. Sekolah tidak hanya
berfungsi memberikan pengetahuan dalam kegiatan belajar-mengajar di kelas,
tetapi juga dapat mengembangkan bakat, mencerdaskan anak, memotivasi, bahkan
mampu mengembangkan keseluruhan kepribadian anak. Oleh karena itu, sebagai
seorang guru, kita harus mengetahui keseluruhan kepribadian anak, guru harus
mengetahui lebih dari sekedar masalah bagaimana mengajar yang efektif tetapi
seorang guru juga harus dapat membantu murid dalam mengembangkan semua
aspek kepribadian dalam diri anak dan tentu lingkungannya. Dalam usaha
membantu siswa, seorang guru sangat perlu mengetahui landasan, konsep,
prosedur, dan praktik bimbingan. Agar seorang guru mampu membimbing anak
secara professional.
Hal yang melatar belakangi pembuatan makalah ini adalah bahwa seorang
calon guru harus mempunyai wawasan tentang layanan bimbingan dan konseling
terutama di sekolah.
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dan bagaimana ciri-ciri profesi ?
2. Bagaimana pengembangan profesi dan konseling ?

1
3. Bagaimana perkembangan gerakan bimbingan dan konseling ?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian dan ciri-ciri profesi.
2. Untuk mengetahui pengembangan profesi dan konseling.
3. Untuk mengetahui perkembangan gerakan bimbingan dan konseling.

2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian dan ciri-ciri Profesi
1. Pengertian Profesi
Profesi itu pada hakikatnya adalah suatu pernyataan atau suatu janji
terbuka, bahwa seseorang akan mengabdikan dirinya kepada suatu pekerjaan,
tidak berganti-ganti pekerjaan dan selalu bertanggung jawab terhadap keputusan
yang diambil dan bertanggung jawab atas apa yang dilakukan, serta mempunyai
komitmen terhadap pekerjaannya.
Istilah “Profesi” memang selalu menyangkut pekerjaan, tetapi tidak semua
pekerjaan dapat disebut profesi.
Profesi adalah suatu jabatan atau pekerjaan yang menuntut keterampilan
dan keahlian tertentu dari para petugasnya. Artinya, pekerjaan yang disebut
profesi itu tidak setiap orang bisa melakukannya dan tidak bisa dilakukan oleh
orang yang disebut profesi itu tidak setiap orang bisa melakukannya dan tidak bisa
dilakukan oleh orang yang tidak terlatih serta orang tidak disiapkan secara khusus
terlebih dahulu untuk melakukan pekerjaan itu.
2. Ciri-ciri Profesi
Beberapa ciri-ciri profesi, pertama, pekerjaan itu mempunyai fungsi dan
signifikansi sosial karena diperlukan mengabdi kepada masyarakat. Di pihak lain,
pengakuan masyarakat merupakan syarat mutlak bagi suatu profesi, jauh lebih
penting dari pengakuan pemerintah. Kedua, Profesi menuntut keterampilan
tertentu yang diperoleh lewat pendidikan dan latihan yang “lama” dan intensif
serta dilakukan dalam lembaga tertentu yang secara social dapat dipertanggung
jawabkan (accountable).Proses pemerolehan keterampilan itu bukan hanya rutin,
melainkan bersifat pemecahan masalah. Jadi dalam suatu profesi, independent
judgment berperan dalam mengambil putusan, bukan sekadar menjalankan tugas.
Ketiga, profesi didukung oleh suatu disiplin ilmu (a systematic body of
knowledge), bukan sekadar serpihan atau hanya commonsense. Keempat, ada
kode etik yang menjadi pedoman perilaku anggotanya beserta sanksi yang tegas
dan jelas terhadap pelanggar kode etik. Pengawasan terhadap ditegakkannya kode

3
etik dilakukan oleh organisasi profesi. Kelima, sebagai konsekwensi dari layanan
yang diberikan kepada masyarakat, maka anggota profesi secara perorangan
ataupun kelompok mendapat imbalan financial atau materiil.
Dengan menyimak kepada syarat-syarat di atas, maka di Indonesia kita
bisa menyimak bahwa banyak pekerjaan yang selama ini menyebut diri sebagai
suatu profesi sesungguhnya belum secara penuh dapat disebut demikian. Mungkin
tingkatannya baru merupakan suatu “pekerjaan” (vocation). Menyebut diri sebagai
suatu profesi bisa jadi suatu kelatahan atau ketidakjelasan criteria yang digunakan.
Dengan berpedoman pada syarat-syarat suatu profesi, maka pekerjaan keguruan,
kewartawanan, dan banyak lagi masih merupakan pekerjaan yang berada pada
taraf profesi yang sedang tumbuh (emerging/growing professions) dan belum
mencapai suatu profesi dalam arti yang sesungguhnya.
B. Pengembangan Profesi dan Konseling
Diyakini bahwa pelayanan bimbingan dan konseling adalah suatu profesi
yang dapat memenuhi ciri-ciri dan persyaratan tersebut diatas. Namun, berhubung
dengan perkembangannya yang masih tergolong baru, terutama di Indonesia,
dewasa ini pelayanan bimbingan dan konseling belum sepenuhnya mencapai
persyaratan yang diharapkan. Sebagai profesi yang handal, bimbingan dan
konseling masih perlu dikembangkan, bahkan diperjuangkan.
Pengembangan profesi bimbingan dan konseling antara lain melalui
standardisasi untuk kerja profesional konselor dan standardisasi penyiapan
konselor.
1. Standardisasi Unjuk Kerja Profesional Konselor
Masih banyak orang yang memandang bahwa pekerjaan dan
bimbingan dan konseling dapat dilakukan oleh siapa pun juga, asalkan
mampu berkomunikasi dan berwawancara. Anggapan lain mengatakan
bahwa pelayanan bimbingan dan konseling semata-mata diarahkan kepada
pemberian bantuan berkenaan dengan upaya pemecahan masalah dalam
arti yang sempit saja. Ini jelas merupakan anggapan yang keliru.
Sebagaimana telah diuraikan pada makalah sebelumnya bahwa pelayanan
bimbingan dan konseling tidak semata-mata pemecahan masalah saja,

4
tetapi mencakup berbagai jenis layanan dan kegiatan yang mengacu pada
terwujudnya fungsi-fungsi yang luas.
Berbagai jenis bantuan dan kegiatan menuntut adanya unjuk kerja
profesional tertentu. Di Indonesia memang belum ada rumusan tentang
unjuk kerja profesional konselor yang standar. Usaha untuk merintis
terwujudnya rumusan tentang unjuk kerja itu telah dilakukan oleh Ikatan
Petugas Bimbingan Indonesia (IPBI) pada Konvensi Nasional VII IPBI di
Denpasar, Bali (1989). Upaya ini lebih dikonkretkan lagi pada Konvensi
Nasional VIII di Padang (1991). Rumusan unjuk kerja yang pernah
disampaikan dan dibicarakan dalam konvensi IPBI di Padang itu dapat
dilihat pada lampiran.
Walaupun rumusan butir-butir (sebanyak 225 butir) itu tampak
sudah terinci, namun pengkajian lebih lanjut masih amat perlu dilakukan
untuk menguji apakah butir-butir tersebut memang sudah tepat sesuai
dengan kebutuhan lapangan, serta cukup praktis dan memberikan arah
kepada para konselor bagi pelaksanaan layanan terhadap klien. Hasil
pengkajian itu kemungkinan besar akan mengubah, menambah merinci
rumusan-rumusan yang sudah ada itu.
2. Standardisasi Penyiapan Konselor
Tujuan penyiapan konselor ialah agar para (calon) konselor
memiliki wawasan dan menguasai serta dapat melaksanakan dengan
sebaik-baiknya materi dan ketrampian yang terkandung di dalam butir-
butir rumusan unjuk kerja. Penyiapan konselor itu dilakukan melalui
program pendidikan prajabatan, program penyetaraan, ataupun pendidikan
dalam jabatan (seperti penataran). Khusus tentang penyiapan konselor
melalui program pendidikan dalam jabatan, waktunya cukup lama, dimulai
dari seleksi dan penerimaan calon peserta didik yang akan mengikuti
program sampai para lulusannya diwisuda. Program pendidikan pra
jabatan konselor adalah jenjang pendidikan tinggi.
Seleksi/Penerimaan Peserta didik atau pemilihan calon peserta
didik merupakan tahap awal dalam proses penyiapan konselor. Kegiatan

5
ini memegang peranan yang amat penting dan menentukan dalam upaya
pemerolehan calon konselor yang diharapkan. Bukanlah bibit yang baik
akan menghasilkan buah yang baik pula? Komisi tugas, standar, dan
kualifikasi konselor Amerika Serikat (Dalam Mortensen & Schmuller,
1976) mengemukakan syarat-syarat pribadi yang harus dimiliki oleh
konselor sebagai berikut : Untuk dapat melaksanakan tugas-tugas dalam
bidang bimbingan dan konseling, yaitu unjuk kerja konselor secara baik
(calon) konselor dituntut memiliki pengetahuan, ketrampilan, dan sikap
yang memadai. Pengetahuan, ketrampilan, dan sikap tersebut diperoleh
melalui pendidikan khusus.
Untuk pelayanan profesional bimbingan dan konseling yang
didasarkan pada jenjang dan jenis pendidikan tertentu, maka pengetahuan,
sikap dan ketrampilan konselor yang (akan) ditugaskan pada sekolah
tertentu itu perlu disesuiakan dengan berbagai tuntutan dan kondisi sasaran
layanan, termasuk umur, tingkat pendidikan, dan tahap perkembangan
anak.
C. Perkembangan Gerakan Bimbimngan dan Konseling
Pada dasarnya terdapat tiga periode perkembangan bimbingan dan
konseling di Indonesia yakni periode prawacana (1960-1970), periode
pemasyarakatan (1970-1990), periode konsolidasi (1990-sekarang). Dalam
beberapa tahun terakhir ini organisasi profesi bimbingan dan konseling di
Indonesia ABKIN (dulunya IPBI) beserta segenap pakar dan ahli di bidang
bimbingan dan konseling mengupayakan beberapa hal yang sangat signifikan
pengaruhnya terhadap perkembangan profesi BK di Indonesia yakni yang
berkaitan dengan penataan pendidikan profesional konselor dan penataan
pedoman penyelenggaraan layanan bimbingan dan konseling dalam jalur
pendidikan formal.
Konteks tugas dan ekspektasi kerja konselor yang semula sangat minim
ditemukan dalam UU No. 20 tahun 2003 tentang sisdiknas, bahkan tidak
tercantum dalam PP No. 19 Tahun 2005 tentang standar nasional pendidikan

6
maupun PP No. 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, perlahan mulai
dimunculkan ke permukaan melalui sejumlah pergerakan-pergerakan.
Salah satu hasil dari pergerakan tersebut, adalah dengan diterbitkannya PP
No. 74 tahun 2008 tentang guru, dalam PP tersebut dicantumkan dengan jelas
mengenai deskripsi tugas guru BK atau konselor (terkait dengan peserta didik),
jenis layanan yang diberikan oleh guru BK atau konselor beserta kegiatan
pendukungnya, beban kerja minimum guru BK, dan juga tugas pengawas BK. Hal
tersebut menandakan bahwa bimbingan dan konseling telah memiliki deskripsi
tugas tersendiri sebagai salah satu syarat sebuah profesi.
Sejalan dengan makin jelasnya tugas konselor dalam ranah pendidikan
formal, maka skenario lain dirancang untuk mencapai peningkatan
profesionalisme konselor di Indonesia, salah satunya adalah dengan merintis
program pendidikan profesi bimbingan dan konseling. Pendekatan pendidikan
profesi bimbingan dan konseling dapat dilakukan melalui program sertifikasi,
akreditasi, dan kredensialisasi. Sertifikasi dan akreditasi diberikan oleh LPTK
yang memiliki program khusus dalam bidang bimbingan dan konseling, misalnya
oleh perguruan tinggi. Sertifikasi kompetensi konselor mengarah pada profil
kemampuan konselor, sedangkan lisensi konselor mengatur aspek legalisasi
praktik konselor. Sertifikat diberikan oleh LPTK yang memiliki program khusus,
sedangkan lisensi konselor diberikan oleh asosiasi profesi (di Indonesia diberikan
oleh ABKIN).
Berdasarkan penelaahan yang cukup kritis terhadap perjalanan historis
gerakan bimbingan dan konseling di Indonesia, perkembangan gerakan bimbingan
dan konseling di Indonesia melalui empat periode yaitu :
1. Prawacana (sebelum 1960 sampai 1970-an)
Pada perioode ini pembicaraan tentang bimbingan dan konseling telah
dimulai,terutama oleh para pendidik yang telah mempelajari diluar negeri dengan
dibukanya juruan bimbingan dan penyuluhan di UPI Bandung pada tahun 1963.
Pembukaan jurusan ini menandai dimulainya periode kedua yang secara tidak
langsung memperkenalkan bimbingan dan penyuluhan kepada masyarakat,
akademik, dan pendidikan. Kesuksesan periode ini ditandai dengan diluluskannya

7
sejumlah sarjana BP dan semakin dipahami dan dirasakan kebutuhan akan
pelayanan tersebut.
2. Pemasyarakatan (1970 sampai 1990-an)
Pada periode ini diberlakukan kurikulum 1975 untuk sekolah dasar sampai
sekolah menengah tingkat atas dengan mengintregasikan layanan BP untuk
siswa.Pada tahun ini terbentuk organisasi profesi BP dengan nama IPBI (Ikatan
Petugas Bimbingan Indonesia).Pda periode ketiga ini ditandai dengan berlakunya
kurikulum 1984 yang difokuskan pda bimmbingan karir.Pada periode ini muncul
beberapa masalah seperti:berkembangnya pemahaman yang keliru yaitu
mengidentikan bimbingan karir (BK) dengan BP sehingga muncul istilah
BP/BK,kerancuan dalam mengimplementasikan SK Menpa no 26 tahun 1989
terhadap penyelenggaraan bimbingan di sekolah yang menyatakan bahwa semua
guru dapat diserahi tugas melaksanakan pelayanan BP yang mengakibatkan
pelayanan BP menjaddi kabur baik pemahaman maupun
mengimplementasikannya.
3. Konsolidasi (1990-2000)
Pada periode ini IPBI berusaha keras untuk mengubah kebijakan bahwa
pelayanan BP itu dapat dilaksanakan oleh semua guru yang ditandai dengan
1. Diubahnya secara resmi kata penyuluhan menjadi konseling istilah yang
dipakai sekarang adalah bimbingan dan konseling “BK”.
2. Pelayanan BK disekolah hanya dilaksanakan oleh guru
pembimbing yang secara khusus ditugasi untuk itu.
3. Mulai diselenggarakan penataran (nasional dan daerah) untuk guru-
guru pembimbing.
4. Mulai adanya formasi untuk mengangkat menjadi guru pembimbing.
5. Dalam bidang pengawasan sekolah dibentuk bidang pengawaan BK
6. Dikembangkannya sejumlah panduan pelayanan BK disekolah yang
lebih operasional oleh IPBI.

8
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Profesi adalah suatu jabatan atau pekerjaan yang menuntut keterampilan dan
keahlian tertentu dari para petugasnya. Artinya, pekerjaan yang disebut profesi
itu tidak setiap orang bisa melakukannya dan tidak bisa dilakukan oleh orang
yang disebut profesi itu tidak setiap orang bisa melakukannya dan tidak bisa
dilakukan oleh orang yang tidak terlatih serta orang tidak disiapkan secara
khusus terlebih dahulu untuk melakukan pekerjaan itu.
2. ciri-ciri profesi, pertama, pekerjaan itu mempunyai fungsi dan signifikansi
sosial karena diperlukan mengabdi kepada masyarakat. Kedua, Profesi
menuntut keterampilan tertentu yang diperoleh lewat pendidikan dan latihan
yang “lama” dan intensif serta dilakukan dalam lembaga tertentu yang secara
social dapat dipertanggung jawabkan (accountable). Ketiga, profesi didukung
oleh suatu disiplin ilmu (a systematic body of knowledge), bukan sekadar
serpihan atau hanya commonsense. Keempat, ada kode etik yang menjadi
pedoman perilaku anggotanya beserta sanksi yang tegas dan jelas terhadap
pelanggar kode etik. Kelima, sebagai konsekwensi dari layanan yang diberikan
kepada masyarakat.
3. Pengembangan profesi bimbingan dan konseling antara lain melalui
1. Standardisasi Unjuk Kerja Profesional Konselor.
2. Standardisasi Penyiapan Konselor.

9
4. Pada dasarnya terdapat tiga periode perkembangan bimbingan dan konseling di
Indonesia yakni periode prawacana (1960-1970), periode pemasyarakatan
(1970-1990), periode konsolidasi (1990-sekarang).
1. Prawacana (sebelum 1960 sampai 1970-an)
Pada perioode ini pembicaraan tentang bimbingan dan konseling telah
dimulai,terutama oleh para pendidik yang telah mempelajari diluar negeri
dengan dibukanya juruan bimbingan dan penyuluhan di UPI Bandung pada
tahun 1963.
2. Pemasyarakatan (1970 sampai 1990-an)
Pada periode ini diberlakukan kurikulum 1975 untuk sekolah dasar sampai
sekolah menengah tingkat atas dengan mengintregasikan layanan BP untuk
siswa.Pada tahun ini terbentuk organisasi profesi BP dengan nama IPBI
(Ikatan Petugas Bimbingan Indonesia).
3. Pada periode ini IPBI berusaha keras untuk mengubah kebijakan bahwa
pelayanan BP itu dapat dilaksanakan oleh semua guru.
B. Saran
Di karenakan keterbatasan ilmu yang kami miliki sebagai penyusun
makalah, tentunya makalah kami sangat jauh dari kata sempurna, maka dengan
sebab itu kami mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari dosen
ataupun para pembaca agar makalah kami bisa menjadi lebih baik lagi.

10
11
DAFTAR PUSTAKA
Depdiknas. (2003). Pelayanan Bimbingan dan konseling. (Jakarta: Puskur
Balitbang).
Prayinto & Erman Amti. (2004). Dasar-dasar Bimbingan dan Konseling. (Jakarta:
Rineka Cipta).
Shaka, Amir. “ Profesi, Profesional, dan Pekerjaan.” Jurnal Teknologi
Pendidikan Madrasah 02, no.1 (2019): 61-69.
Yusuf, Syamsu. (2005). Program Bimbingan dan Konseling. (Bandung: CV
Bani Qureys).
Yusuf, Syamsu & Juntika Nurihsan. (2010). Landasan Bimbingan & Konseling.
(Bandung: Remaja Rosdakarya).

12

Anda mungkin juga menyukai