Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

PROFESI BIMBIMBINGAN DAN KONSELING

Mata Kuliah: Profesi BK

Dosen Pembimbing:
Jayadi, S.Pd, M.Si

Disusun oleh:

Arianto : 1986201003
Pitriani : 2086201003

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING


SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN (STKIP)
MUHAMMADIYAH SAMPIT
TAHUN 2022
KATA PENGANTAR
Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT atas limpahan
rahmat,taufik, hidayah dan inayah-nya serta nikmat sehat sehingga kami dapat
menyusun makalah ini guna memenuhi tugas mata kuliah perkembangan individu
tentang perkembangan masa remaja ini selesai tepat pada wktunya. Shalawat serta
salam semoga selalu tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW dan semoga kita
selalu berpegang teguh pada sunahnya amiin.

Dalam penyusunan makalah ini tentunya ada hambatan yang selalu


mengiringi namun atas kerja sama dan diskusi, akhirnya semua hambatan dalam
penyusunan makalah ini dapat teratasi.

Semoga makalah ini dapat memberikan manfaat dan sebagai sumbangsih


pemikiran khususnya untuk para pembaca dan tidak lupa saya mohon maaf
apabila dalam penyusunan makalah ini terdapat kesalahan baik dalam kosakata
atau pun isi dari keseluruhan makalah ini. Saya sebagai penulis sadar bahwa
makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan untuk itu kritik dan saran sangat
saya harapkan demi untuk kebaikan saya kedepannya.

Sampit, Maret 2022

Penulis

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.........................................................................................
DAFTAR ISI........................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN....................................................................................
A. Latar Belakang.............................................................................................
B. Rumusan Masalah........................................................................................
C. Tujuan..........................................................................................................
BAB II PEMBAHASAN ....................................................................................
A. Pengertian dan ciri-ciri profesi.....................................................................
B. BK sebagai suatu profesi..............................................................................
C. Sikap dan etika profesional..........................................................................
BAB III SIMPULAN...........................................................................................
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Profesi adalah pekerjaan yang membutuhkan pelatihan terhadap
pengetahuan khusus yang akan mendukung profesi yang akan digelutinya
tersebut. Dalam melaksanakan tugas-tugas profesi itu, dituntut adanya penguasaan
terhadap pengetahuan atau teori dan praktis yang sesuai. Untuk dapat mencapai
kesesuaian tersebut terkadang diperlukan kesesuaian antara perkembangan jaman
dan kebutuhan yang ada di masyarakat. Berdasarkan pada hal tersebut, maka suatu
profesi perlu melakukan pengembangan terhadap profesi tersebut. Pengembangan
itu tentunya bertujuan agar profesi tersebut menjadi lebih baik lagi. Bimbingan
Konseling sebagai suatu profesi juga perlu melakukan pengembangan. Salah satu
hal yang dapat menunjukan pentingnya dilakukan pengembangan terhadap profesi
Bimbingan Konseling adalah semakin kompleksnya masalah-masalah yang
dihadapi oleh individu dalam kehidupannya serta adanya perbedaan kepribadian
pada individu tersebut, berdasarkan pada hal tersebut diperlukan suatu metode-
metode baru yang tepat untuk mengentaskan masalah yang semakin kompleks
tersebut.
Selain pengembangan untuk pelaksanaan tugas konselor, pengembangan
profesi juga perlu untuk masa depan profesi tersebut melihat sekarang ini banyak
sekali adanya miskonsepsi tentang profesi Bimbingan Konseling itu sendiri
terutama terhadap Guru BK yang terdapat di sekolah-sekolah, tugas-tugas yang
seharusnya tidak dikerjakan oleh Guru BK justru dikerjakan oleh Guru BK, ini
tentunya bertentangan dengan tugas mereka. Hal-hal tersebut adalah sebagian
kecil dari masalah yang dihadapi, melihat pada hal tersebutlah diperlukan suatu
pengembangan terhadap profesi Bimbingan Konseling itu sendiri. Pengembangan
ini selain untuk dapat mengatasi berbagai masalah yang dihadapi atau mungkin
akan dihadapi, pengembangan ini juga untuk menjaga eksistensi profesi
Bimbingan Konseling itu sendiri.

B. Rumusan Masalah
1. Pengertian dan ciri-ciri Profesi BK?
2. BK sebagai suatu profesi?
3. Sikap dan etika profesional?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian dan ciri-ciri profesi BK
2. Untuk mengetahui apakah BK itu adalah profesi
3. Untuk mengetahui sikap dan etika professional
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Profesi
Profesi adalah suatu kata yang menyangkut suatu pekerjaan. Istilah
profesi sampai saat ini masih sangat sering digunakan namun masih memiliki
berbagai varian pengertian. Berikut pengertian profesi yang penulis peroleh
dari berbagai sumber:
Profesi adalah pekerjaan yang membutuhkan pelatihan dan penguasaan
terhadap suatu pengetahuan khusus, suatu profesi biasanya memiliki asosiasi
profesi, kode etik, proses sertifikasi dan lisensi yang khusus untuk profesi
tersebut.
“Profesi” adalah suatu jabatan atau pekerjaan yang menuntut keahlian
dari para petugasnya. Artinya, pekerjaan yang disebut profesi, tidak bisa
dilakukan oleh orang yang tidak terlatih dan tidak disiapkan secara khusus
terlebih dahulu untuk melakukan pekerjaan itu.
Profesi adalah suatu kegiatan yang dilakukan seseorang untuk menafkahi
diri dan keluarganya dimana profesi tersebut diatur oleh Etika Profesi dimana
Etika Profesi tersebut hanya berlaku sesama Profesi tersebut. DE GEORGE
memberikan pengertian profesi adalah pekerjaan yang dilakukan sebagai
kegiatan pokok untuk menghasilkan nafkah hidup dan yang mengandalkan
suatu keahlian.
Dari berbagai uraian di atas dapat dikatakan bahwa yang dimaksud
dengan profesi adalah suatu pekerjaan namun tidak semua pekerjaan dapat
dikatakan sebagai suatu profesi, profesi ini memiliki karakteristik tertentu yang
membedakannya dengan pekerjaan yang lainnya.
B. Ciri-ciri Profesi
Berikut adalah beberapa ciri-ciri dari profesi namun ciri ini tidak semuanya
diterapkan pada setiap profesi:

1. Keterampilan yang berdasar pada pengetahuan teoritis: Profesional


diasumsikan mempunyai pengetahuan teoretis yang ekstensif dan memiliki
4 keterampilan yang berdasar pada pengetahuan tersebut dan bisa
diterapkan dalam praktek.
2. Asosiasi profesional: Profesi biasanya memiliki badan yang diorganisasi
oleh para anggotanya, yang dimaksudkan untuk meningkatkan status para
anggotanya. Organisasi profesi tersebut biasanya memiliki persyaratan
khusus untuk menjadi anggotanya.
3. Pendidikan yang ekstensif: Profesi yang prestisius biasanya memerlukan
pendidikan yang lama dalam jenjang pendidikan tinggi.
4. Ujian kompetensi: Sebelum memasuki organisasi profesional, biasanya ada
persyaratan untuk lulus dari suatu tes yang menguji terutama pengetahuan
teoritis.
5. Pelatihan institutional: Selain ujian, juga biasanya dipersyaratkan untuk
mengikuti pelatihan istitusional dimana calon profesional mendapatkan
pengalaman praktis sebelum menjadi anggota penuh organisasi.
Peningkatan keterampilan melalui pengembangan profesional juga
dipersyaratkan.
6. Lisensi: Profesi menetapkan syarat pendaftaran dan proses sertifikasi
sehingga hanya mereka yang memiliki lisensi bisa dianggap bisa dipercaya.
7. Otonomi kerja: Profesional cenderung mengendalikan kerja dan
pengetahuan teoretis mereka agar terhindar adanya intervensi dari luar.
8. Kode etik: Organisasi profesi biasanya memiliki kode etik bagi para
anggotanya dan prosedur pendisiplinan bagi mereka yang melanggar
aturan.
9. Mengatur diri: Organisasi profesi harus bisa mengatur organisasinya
sendiri tanpa campur tangan pemerintah. Profesional diatur oleh mereka
yang lebih senior, praktisi yang dihormati, atau mereka yang berkualifikasi
paling tinggi.
10. Layanan publik dan altruisme: Diperolehnya penghasilan dari kerja
profesinya dapat dipertahankan selama berkaitan dengan kebutuhan publik,
seperti layanan dokter berkontribusi terhadap kesehatan masyarakat.
11. Status dan imbalan yang tinggi: Profesi yang paling sukses akan meraih
status yang tinggi, prestise, dan imbalan yang layak bagi para anggotanya.
5 Hal tersebut bisa dianggap sebagai pengakuan terhadap layanan yang
mereka berikan bagi masyarakat.
Adapun ciri-ciri lain yang penulis peroleh dari sumber lain adalah sebagai
berikut:
1. Adanya pengetahuan khusus, yang biasanya keahlian dan keterampilan ini
dimiliki berkat pendidikan, pelatihan dan pengalaman yang bertahun-tahun.
2. Adanya kaidah dan standar moral yang sangat tinggi. Hal ini biasanya
setiap pelaku profesi mendasarkan kegiatannya pada kode etik profesi.
3. Mengabdi pada kepentingan masyarakat, artinya setiap pelaksana profesi
harus meletakkan kepentingan pribadi di bawah kepentingan masyarakat.
4. Izin khusus untuk menjalankan suatu profesi. Setiap profesi akan selalu
berkaitan dengan kepentingan masyarakat, dimana nilai-nilai kemanusiaan
berupa keselamatan, keamanan, kelangsungan hidup dan sebagainya, maka
untuk menjalankan suatu profesi harus terlebih dahulu ada izin khusus.
5. Kaum profesional biasanya menjadi anggota dari suatu profesi.
C. BK sebagai profesi
Profesi Bimbingan Konseling adalah profesi yang dipercaya mampu
memberikan pelayanan kepada pihak yang membutuhkan pelayanan tersebut
demi terselesaikannya masalah yang dihadapi pihak tersebut. profesi
Bimbingan Konseling adalah profesi yang masih tergolong baru utamanya di
Indonesia yang masih memerlukan pengembangan lebih lanjut. Adapun cara
yang dapat dilakukan adalah sebagai berikut:
1. Standarisasi unjuk kerja profesional konselor.
Masih banyak orang yang memandang bahwa pekerjaan dan bimbingan dan
konseling dapat dilakukan oleh siapa pun juga, asalkan mampu
berkomunikasi dan berwawancara. Anggapan lain mengatakan bahwa
pelayanan bimbingan dan konseling semata-mata diarahkan kepada
pemberian bantuan berkenaan dengan upaya pemecahan masalah dalam arti
yang sempit saja. Ini jelas merupakan anggapan yang keliru. Di Indonesia
memang belum ada rumusan tentang unjuk kerja profesional konselor yang
standar.
2. Standarisasi penyiapan konselor.
Tujuan penyiapan konselor ialah agar para (calon) konselor memiliki
wawasan dan menguasai serta dapat melaksanakan dengan sebaik-baiknya
materi dan keterampilan yang terkandung di dalam butir-butir rumusan
unjuk kerja. Penyiapan konselor itu dilakukan melalui program pendidikan
prajabatan, program penyetaraan, ataupun pendidikan dalam jabatan (seperti
penataran). Khusus tentang penyiapan konselor melalui program pendidikan
dalam jabatan, membutuhkan waktu yang cukup lama, dimulai dari seleksi
dan penerimaan calon peserta didik yang akan mengikuti program sampai
para lulusannya diwisuda. Program pendidikan prajabatan konselor adalah
jenjang pendidikan tinggi.
3. Akreditasi.
Akreditasi ini dilaksanakan pada lembaga persiapan atau pengembangan
profesi prajabatan. Pada umumnya diterimanya suatu lulusan dari suatu
lembaga pencetak tergantung pada akreditasi lembaga tersebut. Akreditasi
menunjukan tingkatan kualitas pendidikan yang dilaksanakan pada lembaga
tersebut. Lembaga yang memperoleh akreditasi baik seperti A atau B pada
umumnya lulusannya akan lebih mudah diterima oleh masyarakat atau
pengguna tenaga kerja suatu profesi.
4. Sertifikat dan Lisensi
Sertifikasi adalah standarisasi secara profesional bagi mereka yang kompeten
dalam profesi ini dan dikelola oleh organisasi profesi bukan pemerintah. Untuk
dapat lulus sertifikasi seorang konselor harus lulus kriteria yang telah
ditetapkan sehingga pada akhirnya ia dapat dikatakan profesional. Lisensi
adalah izin yang berarti pemiliki izin atau dalam hal ini adalah konselor
memiliki izin untuk melakukan praktek bimbingan dan konseling. Untuk
memperoleh lisensi ini seorang konselor juga harus lulus beberapa kriteria yang
telah ditentukan.
5. Pengembangan organisasi profesi.
Organisasi profesi sebagai wadah profesi yang digeluti anggota-anggotanya
juga perlu dikembangkan, pengembangan ini tentunya bertujuan agar profesi
tersebut semakin lebih baik lagi. Pengembangan yang dilakukan tentunya
melihat keadaan yang sedang dihadapi hal ini untuk menjaga eksistensi
organisasi profesi tersebut dan dapat menjaga hubungan antara anggota sesama
profesi tersebut.
D. Kode Etik Bimbingan dan Konseling
Kode etik merupakan etika profesi yang harus dipegang kuat oleh setiap
konselor. Kode etik juga merupakan moralitas para konselor dalam
menjalankan profesinya.
1. Dasar/Landasan
Landasan kode etik konselor adalah (a) Pancasila, mengingat bahwa
profesi konseling merupakan usaha layanan terhadap sesama manusia dalam
rangka ikut membina warga negara yang bertanggung jawab. (b) tuntunan
profesi, mengacu pada kebutuhan dan kebahagiaan klien sesuai dengan
norma-norma yang berlaku.
2. Kualifikasi dan Kegiatan Profesional Konselor
a. Kualifikasi
Konselor harus memiliki (1) nilai, sikap, keterampilan, dan pengetahuan
dalam bidang profesi konseling, dan (2) pengakuan atas kewenangan
sebagai konselor.
b. Kegiatan profesional konselor.
Nilai, sikap, keterampilan, dan pengetahuan.
 Untuk memahami orang lain dengan sebaik-baiknya, konselor harus
terus-menerus beruasaha menguasai dirinya. Ia harus mengerti
kekurangan-kekurangan dan prasangka-prasangka pada dirinya
sendiri.
 Dalam melakukan tugasnya membantu klien, konselor harus
memperlihatkan sifat-sifat sederhana, rendah hati, sabar, menepati
janji, dapat dipercaya, jujur, dan tertib.
 Konselor harus memiliki rasa tanggung jawab terhadap saran ataupun
peringatan yang diberikan kepadanya, khususnya dari rekan-rekan
seprofesi dalam hubungannya dengan pelaksanaan ketentuan-
ketentuan tingkah laku profesional sebagaimana diatur dalam kode
etik ini.
c. Pengakuan atas kewenangan sebagai konselor.
Untuk bekerja sebagai konselor, diperlukan pengakuan, keahlian,
kewenangan oleh organisasi profesi atas dasar wewenang yang
dieberikan kepadanya oleh pemerintah.
3. Hubungan Kelembagaan dan Hak serta Kewajiban Konselor
 Jika konselor bertindak sebagai konsultan pada suatu keluarga, harus ada
pengertian dan kesepakatan yang jelas antara konselor dan pihak
lembaga, dan juga dengan klien yang menghubingi konselor ditempat
lembaga itu.
 Prinsip-prinsip yang berlaku dalam layanan individual, khususnya tentang
penyimpangan serta penyebaran informasi tentang klien dan hubungan
konfidensial antara konselor dan klien, berlaku juga bila konselor bekerja
dalam hubungan kelembagaan.
 Setiap konselor yang bekerja dalam hubungan kelembagaan turut
bertanggung jawab terhadap pelaksanaan peraturan kerja sama dengan
pihak atasan atau bawahannya, terutama dalam rangka layanan konseling
dengan menjaga rahasia pribadi yang dipercayakan kepadanya.
 Konselor harus mempertanggungjawabkan pekerjaannya dengan
atasannya, sebaliknya, dia berkhak pula mendapat perlindungan dari
lembaga itu dalam menjalankan profesinya.
 Setiap konselor yang menjadi staf suatu lembaga harus mengetahui 
program-program yang berorientasi pada kegiatan-kegiatan dari lembaga
itu dari pihak lain.
 Konselor harus selalu mengkaji tingkah laku dan perbuatannya agar tidak
melanggar kode etik.
Modal dasar sebagai ciri personal yang harus dimiliki oleh guru
pembimbing/konselor :
1. Berwawasan luas.
2. Menyayangi anak.
3. Sabar dan bijakasana.
4. Lembut dan baik hati.
5. Tekun dan teliti.
6. Menjadi contoh.
7. Tanggap dan mampu mengambil tindakan.
8. Memahami dan bersikap positif terhadap pelayanan bimbingan dan
konseling.
9. Mempunyai modal profesional.
Kompetensi guru pembimbingan/konselor sekolah.
1. Kompetensi personal.
2. Kompetensi keilmuan.
3. Konseling.
PENUTUP
A. Kesimpulan
Bahwasanya profesi bukan hanya diartikan sebagai pekerjaan saja tetapi
juga dipahami bahwa dalam profesi harus memiliki keahlian dan memiliki
kode etik yang diatur oleh organisasi profesi yang mana apabila dilanggar
akan mendapat sanksi. Profesi Bimbingan dan Konseling adalah profesi yang
menuntut keahlian dari para konselor dalam menangani siswa. Hal itu dapat
diwujudkan jika konselor telah mengikuti pendidikan dan pelatihan yang
memadai sebagai seorang konselor. Dalam menjalankan profesi Bimbingan
dan Konseling terdapat aturan-aturan yang harus diikuti serta harus mampu
menguasi landasan-landasan yang ada dalam bidang bimbingan dan konseling.
DAFTARB PUSTAKA
Latipun. (2001). Psikologi Konseling. Malang: Universitas Muhammadiyah
Malang
Prayitno & Amti, Erman. (1999). Dasar-Dasar Bimbingan & Konseling. Jakarta:
Rineka Cipta.
Salahudin, Anas. (2010). Bimbingan dan Konseling. Bandung : Pustaka Setia.
Yusuf, Syamsu & Nurihsan, Juntika. (2008). Landasan Bimbingan & Konseling.
Bandung: Remaja Rosdakarya.

Anda mungkin juga menyukai