Anda di halaman 1dari 15

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Di dunia pendidikan Indonesia, diterapkan secara formal konsep supervisi
sejak diberlakukannya keputusan menteri P dan K, RI. Nomor: 0134/1977 yang
menyebutkan siapa saja yang berhak disebut supervisior disekolah, yaitu
kepala sekolah, pemilik sekolah tingkat kecamatan, dan para pengawas
ditingkat kabupaten/kota madya serta staf kantor bidang yang ada disetiap
provinsi.
Di dalam PP Nomor 38/tahun 1992, terdapat perubahan penggunaan
istilah pengawas dan pemilik. Standar mutu pengawas yang telah ditetapkan
oleh Direktorat Jendral Peningkatan Mutu Pendidik dan Tenaga Kependidikan
Direktorat Tenaga Kependidikan Departemen Pendidikan Nasional. Jika mutu
pendidikan dan tenaga pendidikan ditingkatkan maka tidak akan mengalami
sebuah masalah. Namun sebaliknya, ranah pendidikan mengalami
permasalahan oleh seluruh guru BK dan sekolah, namun ada sebagaian guru
BK dan sekolah yang mengalami salah satu atau beberapa problem. Jika
problem-problem tersebut tidak segera disikapi secara positif maka rasa
percaya diri guru BK dalam menjalankan tugas disekolah tentu akan terganggu.
Sedangkan profesi guru bimbingan dan konseling perlu tumbuh dan
berkembang agar dapat memberikan layanan konseling dengan baik.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diungkapkan, rumusan masalah
yang dapat dirancang untuk makalah ini adalah sebagai berikut :
1. Menjelaskan sejarah supervisi pendidikan ?
2. Mejelaskan tentang perspektif history supervisi bimbingan dan konseling ?
3. Menjelaskan tentang konsep dasar Supervisi ?

C. Tujuan Masalah
Berdasarkan rumusan masalah yang telah dipaparkan, maka tujuan yang
hendak dicapai oleh penulis adalah :
1. Untuk mengetahui sejarah supervisi pendidikan.

1
2. Untuk mengetahui tentang perspektif history supervisi bimbingan dan
konseling.
3. Untuk mengetahui tentang konsep dasar Supervisi.

D. Manfaat
Penulis ini diharapkan dapat memberikan manfaat secara teoritis maupun
praktis, diantaranya :
a. Manfaat Teoritis
Makalah ini diharapkan dapat menambah wawasan dan
pengetahuan mengenai Perspektif History Supervisi bimbingan dan
konseling serta konsep dasar Supervisi bimbingan dan konseling.
b. Manfaat Praktis
Bagi Penulis makalah ini diharapkan dapat menjadi sarana yang
bermanfaat dalam mengimplementasikan pengetahuan penulis tentang
Perspektif History Supervisi bimbingan dan konseling.

2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Sejarah Supervisi Pendidikan
Reza (2015) mengungkapkan bahwa Istilah supervisi dikenal pada
awal tahun 60-an. Istilah supervise di kalangan pendidikan tidak asing lagi. Di
Indonesia suervisi sudah lama dikenal tetapi kesannya agak kurang tepat karna
pelaksanaannya lebih cenderung hanya untuk mencari kesalahan dan
kekurangan guru dalam mengajar. pada waktu itu aktivitas tersebut dikenal
isitilah inspeksi yang diwariskan oleh Belanda sewaktu menjajah Indnesia
selama lebih kurang 3,5 abad.
Pada zaman penjajahan Belanda orang yang memeriksa sekolah dasar
termasuk seluruh pelajaran sekolah dasar dan mengunakan pengantar sekolah
dasar disebut schoolopziener, sedangakan mata pelajaran lain diperiksa oleh
petugas yang disebut inspektur yang juga orang Belanda itu sendiri.
Setelah Indonesia merdeka istilah inspektur pernah dipakai untuk
beberapa waktu kemudian diubah menjadi sebutan pengawas untuk tingkat
sekolah lanjutan. Seiring dengan munculnya istilah tersebut, munculnya pula
istilah baru yang disebut supervisi yang berasal dari bahsa inggris
“supervision” yang diperkenalkan oleh orang-orang yang pernah belajar di
Amerika Serikat.
Di Amerika Serikat aktivitas supervisi muncul pada permulaan zaman
kolonial sekitar tahun 1654. Perkembangan dan pertumbuhan dipengaruhi
pula oleh bertambahnya jumlah penduduk, yang membuat dibutuhkan
tambahan tenaga guru yang lebih besar, yang ada diantara mereka dipilih
menjadi kepala sekolah, tetapi kepala sekolah pada waktu itu belum berfungi
sebagai supervisor. Namun pada perkembangan selanjutnya terutama
bertambahnya aktivitas sekolah maka didirikanlah kantor superintendent
disekolah-sekolah, yang muncul adanya dua unsur pimpinan disekolah.
Kewenangan kedua unsur pimpinan sekolah tidak begitu cepat berkembang,
tetapi baru setelah awal abad ke-19, dimana terjadi pengurangan beban
perngajar kepala sekolah, supaya mereka lebih memberi banyak waktu

3
membantu perkerjaan guru dikelas. Sehingga dari sinilah dua fungsi kepala
sekolah sebagai admistrator dan sepervisior.
Di dunia pendidikan Indonesia, diterapkan secara formal konsep
supervisi sejak diberlakukannya keputusan menteri P dan K, RI. Nomor:
0134/1977 yang menyebutkan siapa saja yang berhak disebut supervisior
disekolah, yaitu kepala sekolah, pemilik sekolah tingkat kecamatan, dan para
pengawas ditingkat kabupaten/kota madya serta staf kantor bidang yang ada
disetiap provinsi. Didalam PP Nomor 38/tahun 1992, terdapat perubahan
penggunaan istilah pengawas dan pemilik. Istilah pengawas dikhususkan
untuk supervision pendidikan disekolah sedangkan pemilik khusus untuk
pendidikan luar sekolah.
Standar mutu pengawas yang telah ditetapkan oleh Direktorat Jendral
Peningkatan Mutu Pendidik dan Tenaga Kependidikan Direktorat Tenaga
Kependidikan Departemen Pendidikan Nasional. Pengawas sekolah berfungsi
sebagai supervisor baik supervisor akademik maupun supervisor manajerial.
Semua produk hukum itu mengarahkan bahwa kedudukan pengawas bukan
hanya sebagai jabatan buangan dan pajangan di kantor dinas pendidikan, tetapi
mempunyai fungsi penggerak kemajuan pendidikan di sekolah. Sebagaimana
guru, pengawas juga harus memulai pekerjaan dengan perencanaan,
pelaksanaan dan di akahiri dengan pelaporan tertulis yang akan dibahas dalam
bagian tersendiri.
B. Perspektif History Supervisi Bimbingan dan Konseling
Menurut Anggraini (2017) mengemukakan bahwa sejarah keberadaan
bimbingan dan konseling dalam dunia pendidikan Indonesia mulai di rintis
pada pertengahan tahun enam puluhan. Dalam waktu lebih dari empat puluh
tahun tersebut, perkembangan bimbingan dan konseling telah melewati
beberapa periode yaitu dekade 60-an (perintisan), dekade 70-an (penataan),
dekade 80-an (pemantapan), dekade 90-an (profesionalisasi). Guru BK
sebagai konselor disekolah masih mengalami kendala dan masalah yang
beragam, penyebab masalah dapat timbul dari berbagai faktor, sehingga hanya
sedikit sekolah saja yang mampu menjalankan BK dengan baik.

4
Masalah-masalah tidak semuanya dialami oleh seluruh guru BK dan
sekolah, namun ada sebagaian guru BK dan sekolah yang mengalami salah
satu atau beberapa problem. Jika problem-problem tersebut tidak segera
disikapi secara positif maka rasa percaya diri guru BK dalam menjalankan
tugas disekolah tentu akan terganggu. Sedangkan profesi guru bimbingan dan
konseling perlu tumbuh dan berkembang agar dapat memberikan layanan
konseling dengan baik. Setiap guru bimbingan dan konseling perlu menyadari
bahwa pertumbuhan dan perkembangan profesi merupakan suatu keharusan
untuk kinerja dan layanan yang berkualitas.
Perasaan afektif yang positif dari konselor terhadap guru atau staf
kependidikan, menjadikannya mampu menciptakan iklim hubungan yang
koheren dan saling ketergantungan yang positif. Sebaliknya, konselor yang
memiliki perasaan afektif negatif, berpengaruh buruk terhadap pada hubungan
interpersonal dengan guru atau staf kependidikan, sehingga menciptakan
perilaku yang negatif pula. Berdasarkan uraian terdahulu, maka hubungan
interpersonal yang dilakukan oleh konselor perlu untuk disupervisi oleh
seorang supervisor. Page & Wosket (Anggraini,2017) menyatakan supervisi
bertujuan untuk membantu supervisee mengembangkan keterampilan dan
sumber daya yang dimiliki. Konselor yang telah disupervisi hendaknya
mampu mengembangkan keterampilan yang dimiliki, jika keterampilan
tersebut dirasa oleh supervisor belum mampu mencapai tuntutan yang telah
terstandarkan. Supervisi tidak bermaksud untuk men-judge bahwa yang telah
dilakukan oleh konselor itu buruk, hanya saja perlu dikaji ulang dan
disesuaikan dengan standar etis yang ada. Bagian integral dari proses supervisi
yang dilakukan oleh supervisor, meliputi mengobservasi dan penyediaan
umpan balik bagi supervisee (Hariko, 2018). Supervisor perlu memberikan
umpan balik bagi supervisee, agar supervisee dapat memperbaiki kinerjanya
yang dirasa kurang memenuhi standar yang berlaku atau mempertahankan
kinerjanya yang telah sesuai dengan tuntutan, atau mengganti kinerja yang
dirasa kurang baik agar lebih baik, khususnya dalam hubungan interpersonal.

5
Dalam hal ini, supervisor juga perlu menyadari tentang latar belakang budaya
dan etnik yang mungkin berbeda dengan supervisee.
Kepala sekolah sebagai pemimpin mempunyai tugas untuk memimpin
staf sekolah, yakni guru dan pegawai, membina kerja sama yang harmonis
antar anggota staf sehingga dapat membangkitkan semangat serta motivasi
kerja para staf yang dipimpin serta menciptakan suasana yang kondusif.
Kepala sekolah sebagai administrator atau manager pendidikan yang
bertanggung jawab mengelola penyelenggaraan pendidikan disekolahnya.
Kepala sekolah sebagai supervisor pendidikan mempunyai tugas untuk
meningkatkan mutu belajar mengajar, memotivasi, membimbing serta
membantu guru-guru agar meningkatkan kompetensi profesional melalui
supervisi.
Hariko(2018) mengungkapkan bahwa supervisi dalam pelayanan
bimbingan dan konseling adalah aktivitas yang sangat penting, karena
bertujuan untuk membantu supervisee konselor mengembangkan
keterampilan dan sumber daya yang dimiliki. Kompetensi multikultural
supervisor mengacu pada kemampuan supervisor untuk bekerja dengan
konselor atau peserta pelatihan dari budaya atau ras yang berbeda. Dalam hal
ini, supervisi bertujuan untuk membantu konselor mengembangkan
keterampilan dan sumber daya yang dimiliki. Supervisi klinis yang berfokus
pada multikultural penting untuk diterapkan dalam mensupervisi hubungan
interpersonal konselor dengan guru atau staf pendidikan. Hal tersebut tidak
hanya akan membantu meningkatkan hubungan supervisi, tetapi akan
berdampak pada kesadaran multikultural antara supervisor, konselor dan guru
atau staf pendidikan yang akan menghasilkan kinerja yang lebih baik.
Ulfa (2014) mengatakan instrumen supervisi BK yang dikembangkan
mendasarkan pada kompetensi profesional guru BK yang merujuk pada
Permendiknas No.27 Tahun 2008 tentang standar kualifikasi akademik
kompetensi konselor yang dimanifestasikan pada program layanan dan
pelaksanaan layanan sesuai dengan amanah Peraturan Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan Nomor 81.A Tahun 2013 Tentang Implementasi Kurikulum,

6
khususnya pada lampiran IV bagian VIII, yang memanifestasikan komponen
arah pelayanan penyelenggaraan program BK yang mengandung lima
komponen pelayanan, yaitu (a) pelayanan dasar bimbingan, (b) pelayanan
pengembangan, (c) pelayanan arah peminatan, (d) pelayanan terapeutik, dan
(e) pelayanan diperluas.
C. Konsep Dasar Supervisi
Menurut Gaffar (1987:158-159), supervisi merupakan suatu keharusan
untuk mengatasi permasalahan tugas di lapangan. Supervisi menekankan
kepada pertumbuhan profesional dengan inti keahlian teknis serta perlu
ditunjang oleh kepribadian dan sikap profesional. Guru pada umumnya
termasuk orang dewasa, maka pelaksanaan supervisi perlu menerapkan
azas demokratis, sistematis atau ilmiah konstruktif, kreatif, kooperatif dan
terus menerus. Supervisi dimaksudkan untuk meningkatkan keterampilan dan
kemampuan guru dalam melaksanakan tugas pokoknya sehari-hari yaitu
mengelola proses belajar mengajar dengan segala aspek pendukungnya
sehingga berjalan dengan baik . Demikian pula Nergry (198:11), menyata-
kan bahwa supervisi meliputi pembinaan kinerja, kepribadian,
lingkungan kerja serta rasa tanggung jawab. Artinya supervisi meliputi aspek
kepribadian dan profesional, sehingga membawa guru kepada sikap terbuka,
terampil, dan jiwanya menyatu dengan tugas sebagai pendidik. Berkenaan
dengan materi pembinaan tersebut Oliva (198:13) menyebutkan bahwa
spervisi antara lain meliputi aspek teknologi pengajaran, teori kurikulum,
kokurikuler, interaksi kelompok, sikap, tanggung jawab, bimbingan dan
konseling, disiplin, proses belajar mengajar, komunikasi, teori
kepribadian, filsafat pendidikan, dan sejarah pendidikan.Usnian (1998)
mengemukakan supervisi merupakan pelayanan profesional bagi guru-guru
dengan tujuan untuk memperbaiki proses belajar mengajar dan meningkatkan
kualitas hasil.

7
Menurut Sahertian (2000 : 19) yang dimaksud supervisi adalah
Memberikan layanan dan bantuan kepada guru-guru baik secara
individual maupun secara kelompok dalam usaha memperbaiki pengajaran.

Berdasarkan berbagai pendapat di atas, maka dapat disimpulkan


bahwa supervisi yaitu upaya membantu dan melayani guru, melalui
mencipta- kan lingkungan yang kondusif bagi peningkatan kualitas
pengetahuan, keterampilan, sikap, kedisiplinan, serta pemenuhan kebutuhan
dan kesejahteraan guru agar guru mempunyai kemauan dan kemampuan
berkreasi dan usaha untuk selalu meningkatkan diri dalam rangka
meningkatkan kualitas proses belajar mengajar dalam rangka mencapai
keberhasilan pendidikan.

1. Pengertian Supervisi Bimbingan dan Konseling

Abimanyu (2005:2), mengemukakan bahwa supervisi bimbingan


dan konseling (BK) adalah usaha untuk mendorong, mengkoordinasikan
dan menuntun pertumbuhan guru pembimbing secara berkesinambungan
baik secara individual maupun secara kelompok agar lebih
memahami dan lebih dapat bertindak secara efektif dalam
melaksanakan layanan bimbingan dan konseling, sehingga mereka mampu
mendorong dan menuntun pertumbuhan setiap peserta didik (klien)
secara ber-kesinambungan agar dapat berpartisipasi secara cerdas dan
kaya didalam kehidupan masyarakat demokratis. Supervisor bimbingan
dan konseling (pengawas) bertugas melakukan pengawasan bimbingan dan
konseling di sekolah dengan melaksanakan penilaian dan pembinaan
dari segi teknis bimbingan dan konseling serta administrasi pada satuan
dasar dan menengah.

Sukardi (2003 : 151-152) mengemukakan supervisor bimbingan


dan konseling (kepala sekolah) dalam melakukan tugasnya harus bersifat
membimbing dan mengatasi masalah, bukan mencari kesalahan, maka
supervisi yang dilakukan oleh kepala sekolah harus menfokuskan

8
perhatian kepada usaha mengatasi hambatan yang dihadapi oleh guru
pembimbing ,dan tidak semata-mata untuk mencari kesalahan.
Kegiatan supervise seyogyanya dilakukan secara periodik artinya
pengawasan yang dilakukan tidak menunggu sampai terjadi hambatan.
Jika tidak hambatan, sebenarnya kehadiran supervisor ( kepala sekolah )
akan dapat menumbuhkan dukungan moral bagi guru yang sedang me-
ngerjakan tugas.

Pendapat lain yang disampaikan oleh Prayitno ( 2001 : 24)


mengemukaakan bahwa supervisi dapat dimengerti sebagai kegiatan
pengawas sekolah yang menyelenggarakan kepengawasan dengan
tugas pokok mengadakan penilaian dan pembinaan melalui arahan,
bimbingan, contoh, dan saran kepada guru pembimbing (guru kelas) dan
tenaga lain dalam bimbingan dan konseling di sekolah. Apabila supervisi
dimengerti sebagai kegiatan pengawasan, maka pengawasan adalah
kegiatan yang amat penting dalam menilik, dan mengarahkan fungsi-
fungsi manajemen lainnya. Sukardi (2003:150).)

Terdapat dua kecenderungan konsep dan praktik supervisi


bimbingan dan konseling, yaitu supervisi bimbinga dan konseling
secara otokratis, dan yang kedua supervisi bimbingan dan konseling
secara demokratis. Supervisi bimbingsn dan konseling yang otokratis
sering kali disebut dengan istilah “Inspeksi” atau supervisi tradisional,
sedangkan supervisi bimbingan yang demokratis disebut supervisi
bimbingan dan konseling modern.

1. Tujuan dan Fungsi Supervisi Bimbingan dan Konseling (BK)


Menurut Abimanyu (2005:3), tujuan supervisi bimbingan dan
konseling di sekolah adalah :
a. Mengendalikan kualitas, dalam hal ini supervisor BK bertanggung
jawab memonitor pelaksanaan kegiatan bimbingan dan

9
konseling dan hasil-hasilnya yang berupa kehidupan
dan perkembangan peserta didik/ klien yang lebih baik.
b. Mengembangkan profesionalisme guru pembimbing, yaitu
supervisor BK membantu guru pembimbing untuk tumbuh dan
berkembang secara profesional, sosial dan personal.
c. Memotivasi guru pembimbing agar dapat secara berkelanjutan
melaksanakan kegiatan-kegiatan bimbingan dan konseling,
menemukan dan memperbaiki kesalahan dan kekurangan.”

Sedangkan fungsi supervisi bimbingan dan konseling


yakni sebagai berikut :

1) kordinasi usaha-usaha individual sekolah dan masyarakat,


2) Menyediakan kepemimpinan,
3) Perluasan kepemimpinan,
4) Dorongan Terhadap Usaha-usaha Kreatif,
5) Penyediaan Fasilitas Perubahan,
6) Analisis Terhadap Layanan BK,
7) Sumbangan Kepada Terintegrasinya teori dan praktek,
8) Pengintegrasian Tujuan Dan Daya. Abimanyu (2005) menjelaskan
fungsi-fungsi tersebut sebagai berikut :
a. Koordinasi usaha-usaha individual, sekolah dan masyarakat.
Usaha individual antara dua orang guru pembimbing atau
lebih dari sekolah yang sama, ataupun dengan guru
pembimbing dari sekolah lain dalam memecahkan masalah-
masalah yang mereka hadapi di d alam tugas mereka secara
bersama-sama membutuhkan koordinasi dari supervisor.
b. Penyediaan Kepemimpinan
Supervisi bimbingan dan konseling hendaknya
berfungsi sebagai penyedia kepemimpinan bagi guru
pembimbing. Paling tidak ada lima segi kepemimpinan yang
penting artinya bagi super- visor, yaitu : (a) Pengambilan

10
inisiatif, (b) Bantuan dalam penyusun- an tujuan, (c) Dorongan
dan perwujudan bakat anggota, (d) Membantu anggota
sementara perubahan berjalan dan (e).Kebutuhan pada
kesepakatan. Seorang supervisor bimbingan dan konseling
harus mampu “Tut wuri handayani, ing madya mangun
karso, ing ngarso sung tulodo”
c. Peluasan Pengalaman
Supervisor bimbingan dan konseling hendaknya
dapat berfungsi membantu guru pembimbing dalam
memperoleh pengetahu- an dan pengalaman baru. Untuk itu
dapat ditempuh melalui kegiatan Inservic Training, kunjungan
ke sekolah lain yang bimbingan dan konselingnya maju,
mengikuti pertemuan profesional, pembuatan jurnal,
penelitian dan usaha-usaha untuk mengenal kebutuhan
peserta didik, dan lain-lain.
d. Dorongan Terhadap Usaha-usaha Kreatif.
Supervisi bimbingan dan konseling hendaknya mampu
mendorong guru pembimbing/konselor agar dapat
melakukan usaha-usaha kreatif dalam memberi pelayanan
kepada peserta didik dalam melakukan koordinasi dengan
guru, kepala sekolah, dan lembaga-lembaga terkait diluar
sekolah. guru pembimbing / konselor yang kreatif antara
lain ditandai oleh pendekatan yang fleksibel terhadap
masalah, mampu melakukan problem-solving, mencobakan
ide-ide baru, mampu memandang jauh tentang akibat
sesuatu, dan mempunyai toleransi yang tinggi.
e. Penyediaan Fasilitas Perubahan.
Supervisi bimbingan dan konseling hendaknya
berfungsi penyedia fasilitas terhadap perubahan . Hal ini bisa
dilaksanakan melalui :

11
a) Pelibatan guru pembimbing dalam pengadaan/
penyediaan material yang diperlukan untuk mencobakan
pendekatan baru,
b) Penyamaan persepsi tugas guru pembimbing/konselor
tentang tujuan,
c) Diberikannya bantuan emosional kepada guru
pembimbing yang mencobakan langkah-langkah baru ,
misalnya dengan memberi senyum, pujian, dan sebagainya,
d) Terus menerus memberi informasi mengenai
perkembangan dan hasil- hasil usaha/ kegiatan
bimbingan dan konseling,
e) Memberi kesempatan mengikuti inservcetraining,
f) Memberi kesempatan sejawat untuk juga berubah
serupa, dan,
g) Menindaklanjuti perubahan dan kemajuan-kemajuan itu
dengan perubahan jabatan atau perkembangan karier para
guru pembimbing tersebut.
f. Analisis Terhadap Layanan Bimbingan dan Konseling
Supervisor bimbingan dan konseling dapat membantu
guru pembimbing menganalisa situasi layanan bimbingan dan
konseling dalam rangka menemukan penyebab suatu kesukaran
sehingga untuk selanjutnya dapat dilaksanakan perbaikan.
Supervisor dapat pula membantu guru pembimbing
menganalisis keberhasilan kinerjanya untuk menemukan
generalisasi tentang alasan atau sebab keberhasilannya itu.
Dengan analisis situasi tersebut supervisor bombingan dan
konseling dapat membantu guru pembimbing tumbuh dan
berkembang secara profesional.
g. Sumbangan Kepada Terintegrasinya Teori dan Praktek
Pencapaian tingkat profesionalisme yang lebih tinggi
diperlukan adanya integrasi teori dan praktik. Supervisi

12
menjalankan fungsi ini apabila ia menolong guru
pembimbing untuk mengadakan penyelesaian factfinding
mengenai sistem sekolah dan program bimbingan dan
konseling mereka sendiri serta mengkatagorikan penemuan-
penemuan itu sedemikian rupa sehingga berguna bagi
mereka sendiri dan juga orang lain. Abimanyu (2005)
mengatakan bahwa salah satu jenis riset yang sering
dilakukan untuk maksud supervisi adalah ‘action research”.
Ciri-cirinya antara lain :
1) Secara khusus mulai dengan mendeteksi suatu masalah
didalam situasi riil,
2) Menggarap secara bersama oleh guru pembimbing yang
memanfaatkan penemuan itu,
3) Hasilnya diharapkan segera digunakan untuk pemecahan
masalah.
h. Pengintegrasian Tujuan Dan Daya
Supervisi hendaknya membuat guru pembimbing
menghayati tujuan program dan kegiatan layanan bimbingan
dan konseling secara jelas, sebab penghayatan yang jelas
tentang tujuan tersebut memungkinkan guru pembimbing
bertindak untuk melaksanakan kegiatan bimbingan dan
konseling dengan rasa senang hati. Dikatakan bahwa
supervisi membantu mengintegrasikan tujuan dan daya jika
guru pembimbing baik perorangan maupun kelompok
menyadari nilai-nilai, mampu menjalankan tujuan jangka
panjang dan mencapai kesepakatan tentang langkah-langkah
yang akan dilakukan. Dengan kata lain jika supervisi dapat
menolong guru pembimbing menghubungkan tindakan
spesifik dengan tujuan yang lebih besar, integrasi kegiatan
dimungkinkan, dan daya kerja meningkat.

13
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Menurut Sahertian (2000 : 19) yang dimaksud supervisi adalah
Memberikan layanan dan bantuan kepada guru-guru baik secara individual
maupun secara kelompok dalam usaha memperbaiki pengajaran.
Berdasarkan berbagai pendapat di atas, maka dapat disimpulkan
bahwa supervisi yaitu upaya membantu dan melayani guru, melalui mencipta-
kan lingkungan yang kondusif bagi peningkatan kualitas pengetahuan,
keterampilan, sikap, kedisiplinan, serta pemenuhan kebutuhan dan
kesejahteraan guru agar guru mempunyai kemauan dan kemampuan berkreasi
dan usaha untuk selalu meningkatkan diri dalam rangka meningkatkan kualitas
proses belajar mengajar dalam rangka mencapai keberhasilan pendidikan.
B. Saran
Pentingnya supervisi menekankan kepada pertumbuhan profesional
dengan inti keahlian teknis serta perlu ditunjang oleh kepribadian dan
sikap profesional. Maka, pelaksanaan supervisi perlu menerapkan azas
demokratis, sistematis atau ilmiah konstruktif, kreatif, kooperatif dan terus
menerus. Supervisi dimaksudkan untuk meningkatkan keterampilan dan
kemampuan guru dalam melaksanakan tugas pokoknya sehari-hari yaitu
mengelola proses belajar mengajar dengan segala aspek pendukungnya
sehingga berjalan dengan baik .

14
Daftar Pustaka
Anggraini S. 2017. Peran Supervisi BK untuk Meningkatkan Profesionalisme
Guru BK. Jurnal Prosiding Seminar Bimbingan dan Konseling. (online).
Volume 1, Nomor 1.
Habsy. 2017. Filosofi Keilmuan Bimbingan dan Konseling. Jurnal Pendidikan.
(online). Volume 2, nomor 1
Hariko, rachmawati. 2018. Model Supervise Klinis Berfokus Multicultural
Supervise Hubungan Interpersonal Konselor dan Staf Pendidikan.
Jurnal Bimbingan dan Konseling.(online). Volume 1, Nomor 3
Ulfa dkk. 2014. Model Pengembangan Instrumen Supervisi Bimbingan dan
Konseling. Jurnal Bimbinan dan Konseling. (online). Volume 3, nomor 1
Reza. 2015. Faktor-faktor Internal Penghambat Keefektifan Pelaksanaan Supervisi
Bimbingan dan Konseling. Jurnal Indonesia Bimbingan dan Konseling.
(online). Volume 4, nomor 4.
Abimanyu, Soli.2005. Supervisi Bimbingan dan Konseling (BK) di
Sekolah. Makalah, disajikan dalam Konvensi XIV dan
Konggres X Asosiasi Bimbingan dan Konseling Indonesia, di
Semarang 13-16 April 2005.
Gaffar,Fakry. 1987. Perencanaan Pendidikan Teori dan Metodologi. Jakarta
: PP:PTK Depdikbud.
Oliva, Peter.F. 1987. Democratic Supervision in Secondary School. New
York : Harper and Row Publishing
Prayitno.2001. Pengawasan Bimbingan dan Konseling di Sekolah.
PanduanKegiatan. Jakarta : Rineka Cipta
Sahertian.Piet.A.2000.Konsep Dasar dan Teknik Supervisi Pendidikan
Dalam Rangka Pengembangan Sumberdaya Manusia. Jakarta : Rineka
Cipta.
Sukardi,Ketut,Dewa. 2003.Manajemen Bimbingan dan Konseling di
Sekolah.Bandung : Alfabeta.

15

Anda mungkin juga menyukai