Anda di halaman 1dari 5

Tugas Bahasa Indonesia

Pantun

Oleh :
Muh. Agung Trijaya Putra
No. Urut : 44

SMP Negeri 1 Pallangga


VII.1
Tahun Pelajaran 2015/2016

Pengertian Pantun
Pantun adalah bentuk puisi lama yang terdiri atas empat larik, berima silang (a-b-a-b). Larik
pertama dan kedua disebut sampiran atau bagian objektif. Biasanya berupa lukisan alam atau hal apa
saja yang dapat diambil sebagai kiasan. Larik ketiga dan keempat dinamakan isi atau bagian subjektif.
Menurut Surana (2010:31). Pengertian lain R.O. Winsted, seorang pengkaji budaya melayu menyatakan
bahwa pantun bukanlah sekadar gubahan kata-kata yang mempunyai rima dan irama, tetapi merupakan
rangkaian kata indah untuk menggambarkan kehangatan cinta, kasih sayang, dan rindu dendam
penuturnya. Dengan kata lain, pantun mengandung ide kreatif dan kritis serta padat kandungan
maknanya.

Pantun adalah bentuk puisi Indonesia (melayu), tiap bait (kuplet) biasanya terdiri dari empat
baris yang bersanjak (a-b-a-b), tiap larik biasanya terdiri atas empat kata, baris pertama dan baris kedua
biasanya untuk tumpuan (sampiran) saja sedangkan pada baris ketiga dan keempat merupakan isi;
peribahasa sindiran”. Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008: 1016). Semua bentuk pantun terdiri atas
dua bagian: sampiran dan isi. Sampiran adalah dua baris pertama, kerap kali berkaitan dengan alam
(mencirikan budaya agraris masyarakat pendukungnya), dan biasanya tak punya hubungan dengan
bagian kedua yang menyampaikan maksud selain untuk mengantarkan rima/sajak. Dua baris terakhir
merupakan isi, yang merupakan tujuan dari pantun tersebut.

Struktur Pantun
Menurut Sutan Takdir Alisjahbana fungsi sampiran terutama menyiapkan rima dan irama untuk
mempermudah pendengar memahami isi pantun. Ini dapat dipahami karena pantun merupakan sastra
lisan. Meskipun pada umumnya sampiran tak berhubungan dengan isi kadang-kadang bentuk sampiran
membayangkan isi. Sebagai contoh dalam pantun di bawah ini:
Air dalam bertambah dalam
Hujan di hulu belum lagi teduh
Hati dendam bertambah dendam
Dendam dahulu belum lagi sembuh
Beberapa sarjana Eropa berusaha mencari aturan dalam pantun maupun puisi lama lainnya. Misalnya
satu larik pantun biasanya terdiri atas 4-6 kata dan 8-12 suku kata. Namun aturan ini tak selalu berlaku.

Ciri-Ciri Pantun
Abdul Rani (2006:23) mengatakan bahwa ciri-ciri pantun sebagai berikut:
- Terdiri atas empat baris.
- Tiap baris terdiri atas 9 sampai 10 suku kata
- Dua baris pertama disebut sampiran dan dua baris berikutnya berisi maksud si pemantun.
Bagian ini disebut isi pantun.

Syarat-Syarat Pantun
Adapun syarat-syarat membuat pantun sebagai berikut :
a. Satu bait pantun terdiri dari 4 baris
b. Baris ke-1 dan ke-2 adalah sampiran dan baris ke-3 dan ke-4 adalah isi pantun
c. Satu baris pantun terdiri dari 8 - 12 suku kata
d. Pantun bersajak a-b-a-b

Macam-Macam Pantun :
A. Pantun Nasehat
B. Pantun Teka-Teki
C. Pantun Jenaka
D. Pantun Adat
E. Pantun Agama
F. Pantun Nasib
G. Pantun Perkenalan

Contoh-Contoh Pantun

A. Pantun Nasehat
1. Banyak sayur dijual di pasar
Banyak juga menjual ikan
Kalau kamu sudah lapar
Cepat-cepatlah pergi makan

2. Kalau harimau sedang mengaum


Bunyinya sangat berirama
Kalau ada ulangan umum
Marilah kita belajar bersama

3. Hati-hati menyeberang
Jangan sampai titian patah
Hati-hati di rantau orang
Jangan sampai berbuat salah

4. Manis jangan lekas ditelan


Pahit jangan lekas dimuntahkan
Mati semut karena manisan
Manis itu bahaya makanan

B. Pantun Teka-Teki

1. Kalau tuan bawa keladi


Bawakan juga si pucuk rebung
Kalau tuan bijak bestari
Binatang apa tanduk dihidung ?

2. Beras ladang sulung tahun


Malam malam memasak nasi
Dalam batang ada daun
Dalam daun ada isi

3. Terendak bentan lalu dibeli


Untuk pakaian saya turun kesawah
Kalaulah tuan bijak bestari
Apa binatang kepala dibawah ?

4. Kalau tuan muda teruna


Pakai seluar dengan gayanya
Kalau tuan bijak laksana
Biji diluar apa buahnya

C. Pantun Jenaka

1. Dimana kuang hendak bertelur


Diatas lata dirongga batu
Dimana tuan hendak tidur
Diatas dada dirongga susu

2. Elok berjalan kota tua


Kiri kanan berbatang sepat
Elok berbini orang tua
Perut kenyang ajaran dapat

3. Sakit kaki ditikam jeruju


Jeruju ada didalam paya
Sakit hati memandang susu
Susu ada dalam kebaya

4. Naik kebukit membeli lada


Lada sebiji dibelah tujuh
Apanya sakit berbini janda
Anak tiri boleh disuruh

D. Pantun Adat

1. Ikan berenang didalam lubuk


Ikan belida dadanya panjang
Adat pinang pulang ke tampuk
Adat sirih pulang ke gagang

2. Lebat daun bunga tanjung


Berbau harum bunga cempaka
Adat dijaga pusaka dijunjung
Baru terpelihara adat pusaka

3. Bukan lebah sembarang lebah


Lebah bersarang dibuku buluh
Bukan sembah sembarang sembah
Sembah bersarang jari sepuluh

4. Pohon nangka berbuah lebat


Bilalah masak harum juga
Berumpun pusaka berupa adat
Daerah berluhak alam beraja

E. Pantun Agama

1. Banyak bulan perkara bulan


Tidak semulia bulan puasa
Banyak tuhan perkara tuhan
Tidak semulia Tuhan Yang Esa

2. Daun terap diatas dulang


Anak udang mati dituba
Dalam kitab ada terlarang
Yang haram jangan dicoba

3. Bunga kenanga diatas kubur


Pucuk sari pandan Jawa
Apa guna sombong dan takabur
Rusak hati badan binasa

4. Boleh di perah ambil patihnya


Dalam kancah tarulah bantal
Boleh berserah kehendak hati-Nya
Kepada Tuhan tempat tawagal

F. Pantun Nasib
1. Bunga melati, bunga kemboja
Disisip rambutnya anak dara
Mari berkhayal mencari cinta
Mengenang diri sedang sengsara

2. Tinggal Melaka tiada sultan


Tinggal perahu tiada kemudi
Tinggal-lah hamba seorang badan
Tinggal-lah hamba seorang diri

3. Petik bunga didini hari


Cempaka tanjung kenanga melati
Biarkan hamba seorang diri
Dari menanggung luka dihati

4. Pergi ke hutan mencari pulut


Miang sungguh si daun buluh
Luka di tangan boleh dibalut
Luka di hati hancur luluh

G. Pantun Perkenalan

1. Kayu manis di kedai rempah


Dibeli untuk bumbu masakan
Adik manis tidakkah marah
Kalau abang mau kenalan?

2. Kalau ke Batu jadi tujuan


Marilah kita seiring-sejalan
Kalau begitu abang maksudkan
Bolehlah kita saling kenalan

3. Kota Batu dekat ke Malang


Kotanya sejuk indah pemandangan
Hanya begitu tekad abang
Bisanya merajuk untuk berkenalan

4. Kedai rempah di pinggir jalan


Menjual banyak bumbu yang lain
Mengapa marah hanya kenalan
Asal tidak menuju yang lain

Anda mungkin juga menyukai