Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH

BAHASA INDONESIA
PANTUN

NAMA ANGGOTA KELOMPOK 15 :


1. MUHAMAD NAYLUL FAUZY (22BH10010)
2. FIRLY SEPTIANINGSIH (22BH10062)
3. SHOFIE KAFFIAH (22BH10063)

FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS NAHDLATUL ‘ULAMA AL GHAZALI
2022
KATA PENGANTAR
Puji syukur Kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat
rahmat dan karunia-Nya, penyusunan makalah Pantun ini dapat terselesaikan dengan cukup
baik.
Dalam penyelesaian makalah Pantun ini, kami banyak mengalami kesulitan, terutama
disebabkan oleh kurangnya ilmu pengetahuan yang menunjang. Namun, berkat adanya
bantuan dari beberapa buku yang kami baca dan kita rangkum, Alhamdulillah hingga bisa
menyelesaikan makalah yang berjudul pantun ini
Kami sadar, sebagai seorang Mahasiswa yang masih dalam proses pembelajaran,
penulisan makalah Pantun ini masih banyak kekurangannya. Oleh karena itu, kami sangat
mengharapkan adanya kritik dan saran agar kami bisa lebih baik lagi dalam menyelesaikan
Penulisan makalah. Harapan kami, semoga makalah Pantun yang kami buat dapat berguna
bagi kita semua.

PEMBUATAN
KESUGIHAN, TAHUN 2022
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
B. RUMUSAN MASALAH
BAB II PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN PANTUN
B. SEJARAH PANTUN
C. CIRI – CIRI PANTUN
D. PERAN DAN FUNGSI PANTUN
E. JENIS – JENIS PANTUN
BAB III PENUTUPAN
A. KESIMPULAN
B. SARAN
DAFTAR PUSTAKA
BAB I PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Pantun merupakan puisi asli Indonesia yang sudah cukup lama usianya, bahkan ada
jauh sebelum Indonesia merdeka. Meskipun demikian pantun bukanlah jenis puisi mati, lalu
terhenti, dan tidak muncul lagi. Pantun merupakan puisi lama yang senantiasa hidup
berkembang dalam ,masyarakat hingga kini. Disinilah Pantun memiliki gema dan manfaat
yang tidak kecil.
Bukan saja pemilik aslinya, namun ahli Bahasa dan sastrawan manca negara juga
terpikat untuk menyelidiki dan menerjemahkan pantun itu ke dalam Bahasa mereka. Di
antara mereka ada yang dari Belanda, Inggris, dan Amerika. Hal ini berarti pantun memiliki
gaung atau pengaruh besar terhadap dunia sastra atau seni Bahasa.
Generasi sekarang kadang kurang memahami apa itu pantun, sehingga terlalu sering
memakai pantun itu – itu aja dalam berahasa sehari -hari. Padahal pantun itu sangat banyak.
Setiap orang juga bisa membuat pantun yang baik dengan mengetahui ciri – cirinya secara
pasti. Selain pantun, masih ada bentuk puisi lama lainnya, seperti pantun kilat (karmina),
talibun, seloka, gurindam, dan syair.
Pantun sudah dikenal masyarakat Indonesia sejak dahulu. Misalnya, wawangsalan,
paparikan, sisindiran, sesebred dalam masyarakat sunda; pantun ludruk, dan gandrung dalam
masyarakat jawa; serta ende-ende dalam masyarakat Mandailing. Bahkan, di sebagian daerah
Sumatra, masyarakat Minangkabau menggunakan pantun sebagai pembuka acara di
perayaan-perayaan. Selain dibaca, pantun juga kerap dinyanyikan.
Pantun di Indonesia sangat banyak dan beraneka ragam, untuk itu dengan mempelajari
hakikat pantun akan menambah banyak wawasan mengenai budaya asli yang dimiliki oleh
bangsa Indonesia.

B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang di atas maka rumusan masalah dalam makalah ini adalah:
1. Apakah pengertian pantun?
2. Bagaimanakah sejarah dari pantun?
3. Bagaimanakah ciri-ciri pantun?
4. Apa sajakah peran dan fungsi pantun?
5. Apa sajakah jenis-jenis pantun?
BAB II PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN PANTUN
Dalam pengertian umum, pantun merupakan salah satu bentuk sastra rakyat yang
menyuarakan nilai-nilai dan kritik budaya masyarakat. Pantun merupakan bentuk puisi
Indonesia ( Melayu), tiap bait biasanya terdiri atas empat baris yang bersajak (a-b-a-b, a-a-b-
b, a-a-a-a), tiap larik biasanya terdiri atas empat kata, baris pertama dan baris kedua biasanya
untuk sampiran dan baris ketiga dan keempat sebagai isi.
Sampiran pantun adalah dua baris pertama pada pantun yang pada umumnya
melukiskan atau mengemukakan keadaan alam atau apa – apa yang diambil sebagai kiasan
yang tersimpul didalam isi pantun. Akan tetapi tidak semua sampiran Pantun merupakan
kiasan atau perumpamaan maksud dan isi pantun. Isi pantun adalah ungkapan gagasan,
pikiran, atau maksud tertentu dan yang sebenarnya yang hendak disampaikan seseorang.

B. SEJARAH PANTUN
Pada mulanya pantun merupakan senandung atau puisi rakyat yang dinyanyikan.
Pantun pertama kali muncul dalam Sejarah Melayu dan hikayat-hikayat populer dan
disisipkan dalam syair-syair. Pantun adalah salah satu puisi asli Indonesia yang sudah sangat
tua usianya. Pantun berbahasa Indonesia (Bahasa Melayu) mula mula berkembang didaerah
Minangkabau, Sumatra, beberapa daerah di Nusantara, juga mengenal puisi dengan ciri – ciri
seperti pantun dengan istilah yang berbeda. Di Jawa, misalnya pantun dikenal dengan istilah
parikan.
Pantun dianggap sebagai bentuk karma dari kata Jawa Parik yang berarti pari, artinya
paribahasa atau peribahasa dalam bahasa Melayu. Arti ini juga berdekatan dengan umpama
atau seloka yang berasal dari India. Dr. R. Brandstetter mengatakan bahwa kata pantun
berasal dari akar kata tun, yang terdapat dalam berbagai bahasa Nusantara, misalnya dalam
bahasa Pampanga, tuntun yang berarti teratur, dalam bahasa Tagalog ada tonton yang berarti
bercakap menurut aturan tertentu; dalam bahasa Jawa kuno, tuntun yang berarti benang atau
atuntun yang berarti teratur dan matuntun yang berarti memimpin; dalam bahasa Toba pula
ada kata pantun yang berarti kesopanan, kehormatan.
Van Ophuysen dalam Hamidy menduga pantun itu berasal dari bahasa daun-daun,
setelah dia melihat ende-ende Mandailing dengan mempergunakan daun-daun untuk menulis
surat-menyurat dalam percintaan.
C. CIRI – CIRI PANTUN
1. Pantun terdiri atas satu bait terdiri dari empat empat baris.
2. Tiap satu bait berisi kandungan maksud yang lengkap.
3. Setiap baris terdiri dari 4 kata atau 8-12 suku kata.
4. Baris pertama dan kedua merupakan sampiran pantun.
5. Baris ketiga dan keempat merupakan isi pantun.
6. Bait berirama akhir silang a-b-a-b.

D. PERAN DAN FUNGSI PANTUN


Sebagai alat pemelihara bahasa, pantun berperan sebagai penjaga fungsi kata
kemampuan menjaga alur berpikir. Pantun terdiri dari sejumlah baris yang selalu genap, yang
merupakan satu kesatuan yang disebut bait/kuplet. Pantun turut berfungsi sebagai media
untuk menyampaikan hasrat yang seni atau rahasia yang tersembunyi melalui penyampaian
yang berkias. Orang melayu mencipta pantun untuk melahirkan perasaan mereka secara
berkesan tetapi ringkas, kemas, tepat, dan menggunakan bahasa yang indah-indah.
Pada zaman dahulu kala masyarakat melayu belum lagi pandai menulis dan membaca.
Hal ini demikian karena, masyarakat melayu pada waktu itu belum lagi bertamadun. Keadaan
ini telah membuktikan bahwa orang melayu sebelum tahu menulis dan membaca telah pandai
mencipta dan berbalas-balas pantun antara satu sama lain. Pantun sering digunakan dalam
upacara peminangan dan perkawinan atau sebagai pembuka atau penutup bicara dalam
majelis-majelis resmi. Pantun sering dijadikan sebagai alat komunikasi.

E. JENIS – JENIS PANTUN


1. Pantun Biasa
Pantun biasa, yaitu pantun yang terdiri dari empat baris tiap bait.
Contoh:
Kalau ada jarum patah
Jangan masukkan ke dalam peti
Kalau ada kata yang salah
Jangan masukkan ke dalam hati

2. Pantun Kilat/Karmina
Pantun kilat/karmina, yaitu pantun yang hanya tersusun atas dua baris.
Contoh:
Dahulu parang, sekarang besi
Dahulu sayang, sekarang benci

3. Pantun Berkait
Pantun berkait, yaitu pantun yang tersusun secara berangkai, saling mengait antara bait
pertama dan bait berikutnya.
Contoh:
Lurus jalan ke Payakumbuh
Kayu jati bertimbal jalan
Di mana hati yang tak rusuh
Ibu mati bapak berjalan
C. Talibun
Talibun, yaitu pantun yang terdiri lebih dari empat baris tetapi selalu genap jumlahnya,
separuh merupakan sampiran, dan separuh lainnya merupakan isi.
Contoh:
Kalau anak pergi berjalan
Ibu sanak pun cari isi
Induk semang cari dahulu

D. Seloka
Seloka, yaitu pantun yang terdiri dali empat baris sebait tetapi persajakannya datar (a-a-
a-a).
Contoh:
Lurus jalan ke Payakumbuh
Kayu jati bertimbal jalan
Di mana hati yang tak rusuh
Ibu mati bapak berjalan
BAB III PENUTUP

E. Kesimpulan
Kesimpulannya, pantun merupakan Puisi Indonesia, tiap bait terdiri atas empat baris
yang bersajak (a-b-a-b) tiap larik berjumlah empat kata, baris pertama dan baris kedua
merupakan sampiran dan baris ketiga dan keempat merupakan isi, setiap baris terdiri dari 8-
12 suku kata.
Ciri-ciri pantun dapat dinyatakan yaitu pantun tersusun atas empat baris dalam tiap
baitnya. Baris pertama dan baris kedua berupa sampiran. Baris ketiga dan keempat
merupakan isi/ maksud yang hendak disampaikan. Jumlah suku kata dalam tiap baitnya rata-
rata berkisar delapan sampai dua belas. Jenis pantun dapat dibedakan berdasarkan tingkatan
umur pemakainya, berdasarkan isinya, dan berdasarkan bentuknya atau susunannya.

F. Saran
Saran yang dapat diberikan adalah hendaknya ilmu tentang kesusastraan selalu digali
dan dipelajari serta diterapkan, khususnya tentang pantun oleh para sastrawan, ilmuan, dan
lebih spesifik lagi oleh mahasiswa ahasa dan sastra Indonesia.
DAFTAR PUSTAKA
Alwi, Hasan, dkk. 2000. Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia (Edisi Ketiga). Jakarta : Balai
Pustaka.
Chaer, Abdul. 2006. Tata Bahasa Praktis Bahasa Indonesia (Edisi Revisi). Jakarta: Rineka
Cipta.
Keraf, Gorys. 1984. Tata Bahasa Indonesia. Ende Flores: Nusa Indah.
Kridalaksana, Harimurti. 1994. Kelas Kata Dalam Bahasa Indonesia (Edisi Ketiga). Jakarta:
Gramedia Pustaka.
Pusat Bahasa Depdiknas. 2002. Kamus Besar Indonesia (Edisi Ketiga). Jakarta: Balai
Pustaka.
Redaksi TransMedia Pustaka. 2010. Panduan EYD dan Tata Bahasa Indonesia. Jakarta:
TransMedia Pustaka.
Anbiya, Fatya Permata. 2012. Panduan EYD Saku. Jakarta: TransMedia Pustaka.
Mutia, Annisa. 2010. Buku Super Peribahasa. Jakarta: TransMedia Pustaka.
Waridah, Ernawati. 2013. Ejaan yang Disempurnakan & Seputar Kebahasa – Indonesiaan.
Bandung: Ruang Kata.

Anda mungkin juga menyukai