Anda di halaman 1dari 7

PELAJARAN 2 MENAMBAH CITA RASA BAHASA MELALUI SENI

BERPANTUN

A. PENGERTIAN PANTUN
Adalah jenis sastra lisan yang berbentuk puisi lama; pantun juga bermakna tunjuk ajar
yang di dalamnya terdapat nilai luhur agama, budaya dan norma yang dianut masyarakat.
Nilai-nilai tersebut dapat disampaikan dalam bentuk kelakar (canda ria), sindiran,
nyanyian, dan lain-lain.
Pantun dikenal dengan nama yang berbeda-beda di beberapa daerah di Indonesia. Di
Minang pantun dikenal dengan nama patuntun, di Jawa disebut parikan, di Sunda disebut
paparikan, di Batak disebut dengan umpama atau ende-ende, Masyarakat Toraja
mengenalnya dengan nama londe, di Aceh dikenal dengan nama panton, di Bengkulu
disebut rejong. Di eropa, seperti Spanyol mengenal pantun dengan istilah copla, di Jerman
dikenal dengan nama schnadahufle, di Italia disebut ritornello, di Latvia dikenal dengan
nama dain.
Lahirnya pantun di masyarakat Melayu diawali oleh kebiasaan masyarakat dalam
menggunakan pantun untuk menyampaikan maksud tertentu. Panrun sering digunakan
dalam acara kelahiran, pernikahan, pertemuan-pertemuan maupun pada acara adat
lainnya sehingga saat itu penggunaan pantun menjadi alat atau sarana untuk
berkomunikasi oleh masyarakat Melayu.
B. STRUKTUR TEKS PANTUN
1. Sampiran (pembayang)
Sampiran biasanya berupa sketsa atau unsur alam atau suasana (mencirikan
masyarakat pendukungnya). sampiran pada pantun berfungsi sebagai pengantar (paling
tidak menyiapkan rima/sajak dan iramadua baris terakhir) untuk mempermudah
pemahaman isi pantun.
2. Isi (maksud)
Isi atau maksud pantun umumnya merujuk pada dunia manusia yang meliputi
perasaan, pemikiran dan perbuatan manusia.
C.
1.
2.
3.
a.

CIRI-CIRI PANTUN
Jumlah baris/lariknya genap.
Terdiri dari dua bagian yaitu sampiran (pembayang) dan isi (maksud).
Tiap bagian terdiri dari bait, rima atau persajakan, baris atau larik dan ritme atau irama.
Bait adalah kumpulan beberapa baris/larik kalimat yang dapat terdiri dari 2 s.d. 4 baris dalam
satu bait.
b. Rima/persajakan adalah persamaan bunyi di akhir baris/larik.
c. Baris/larik adalah kelompok kata yang membentuk satu kalimat.
d. Irama/ritme adalah tinggi rendah; naik turunnya suara secara teratur dalam pelafalan.
D. FUNGSI PANTUN
1. Alat pemelihara bahasa dan budaya masyarakat.
2. Menjaga alur berpikir manusia.

3. Melatih berpikir logis tentang makna kata.


4. Melatih berpikir asosiatif tentang kaitan kata yang satu dengan kata yang lain.
5. Melatih berpikir spontan yakni berpikir secara cepat dalam menangkap dan menanggapi
sesuatu.
6. Mencerminkan kepiawaian seseorang dalam berpikir dan mengolah kata.
7. Menjadi media pembelajaran.
8. Menjadi media komunikasi tanpa menyinggung lawan bicara secara langsung.
9. Menjadi media hiburan, penyampaian aspirasi, dan perekat tali persaudaraan.
E. JENIS PANTUN
1. Berdasarkan Struktur Teks Pantun
a. Karmina
Yaitu pantun kilat. Ciri-cirinya :
1) Terdiri atas dua baris; baris pertama sampiran (pembayang) dan baris kedua isi
(maksud).
2) Bersajak/rima: a-a
Contoh :
1) Sudah gaharu cendana pula,
2) Satu titik dua koma,
Sudah tahu bertanya pula.
Kamu cantik siapa yang punya.
b. Talibun
Yaitu jenis puisi bebas yang yang terdiri dari beberapa baris dalam rangkap untuk
menjelaskan pemeriaan. Ciri-cirinya :
1) Jumlah barisnya genap; 6, 8, 10, hingga 12.
2) Rima akhir berbentuk; a-b-c-a-b-c atau a-b-c-d-a-b-c-d.
3) Isi pantun berdasarkan sebuah permasalahan yang diceritakan scara terperinci
dengan memanfaatln pengulangan kata pada baris berikutnya untuk memberikan penekanan.
Contoh
1) Talibun dengan enam baris 2) Talibun dengan delapan baris
Bukan hamba takut kan mandi,
Lain pesisir dan Bukittinggi,
takut hamba berbasah-basah,
tidak di darat hanya di
rantau,
mandi di lubuk pariangan.
Palembayan sama di
dalam,
Sungai beringin Tujuh Lurah.
Bukan hamba takut kan mati,
takut hamba kan patah-patah,
Marilah berjalan sekarang ini,
dalam bertunangan.
kita pertaruhkan si langau hijau,
Beramanat di embun malam,
senanglah hati lompong bertuah.
c. Pantun Berkait
Yaitu pantun yang terdiri dari beberapa bait yang sambung-menyambung. Ciricirinya :
1) Bait pertama dan kedua merupakan satu stanza. Stanza adalahkumpulan
larik/baris sajak yang menjad satu struktur sajak yang utuh dengan mengusung satu ide.
2) Minimal terdiri atas dua bait yang berisi delapan baris.

3) Baris kedua (sampiran) pada bait pertama akan menjadi baris pertama
(sampiran) pada bait kedua serta baris keempat (isi) pada bait pertama akan menjadi
baris ketiga (isi) pada bait kedua.
Contoh Pantun berkait :
Manggistan namanya kayu,
daunnya luruh menelentang.
Mahkota raja Melayu,
turun dari bukit Saguntang.
Daunnya luruh menelentang,
daun puan diraut-raut.
Turun dari bukit Saguntang,
keluar dari dalam laut.
Pulau Pandan jauh ke tengah,
Gunung Daik bercabang tiga.
Hancur badan dikandung tanah,
budi yang baik dikenang juga.
Gunung Daik bercabang tiga,
tampak jauh dari seberang.
Budi yang baik dikenang juga,
khidmat bakti disannjung orang.
2.
a.
b.
c.
d.
e.
f.

Berdasarkan Isi (maksud) Pantun


Pantun suka cita
g. Pantun beriba hati
Pantun duka cita
h. Pantun jenaka
Pantun nasib
i. Pantun teka-teki
Pantun perkenalan
j. Pantun nasihat
Pantun berkasih-kasihan
k. Pantun adat
Pantun perpisahan
l. Pantun agama

F. KAIDAH KEBAHASAAN TEKS PANTUN


1. Diksi atau Pilihan Kata
Diksi adalah pilihan kata yang epat dan selaras dalam penggunaannya untuk
mengungkapkan gagasan sehingga diperoleh efek tertentu seperti yang diharapkan.
Pantun yang digunakan sebagai sarana komunikasi biasanya diksinya menggambarkan
masyarakat pada zamannya. Berdasarkan penggunaan diksi, pantun dibedakan menjadi
dua macam, yaitu :
a. Pantun Lama/Tradisional
Ciri-cirinya :
1. Diksi yang digunakan biasanya berkaitan dengan alam dan kehidupan
masyarakat sekitar.

2. Banyak menggunakan kata arkais (tidak lazim dipakai lagi;


ketinggalan; kuno)
3. Hubungan antara sampiran dan isi masih sangat kuat; tidak hanya
pada kesamaan rima tetapi pada kandungan maknanya saling
berkorelasi. Artinya, sampiran dibuat sebagai pembayang isi yang
mencerminkan kearifan dan kepiawaian seseorang dalam memahami
perilaku alam/suasana sekitar (sebagai latar) yang dijalin dengan
penuh kelogisan, wawasan, kewajaran, dan berestetika.
Contoh :
Jikalau gelap orang bertenun,
bukalah tingkap lebar-lebar.
Jikalau lenyap tukang pantun,
sunyi senyap bandar yang besar.

Bila siang orang berkebun,


hari gelap naik ke rumah.
Bila hilang tukang pantun,
habislah lesap petuah amanah.

b. Pantun Baru/Modern
Ciri-cirinya :
1. Diksi yang digunakan biasanya berhubungan dengan masyarakat modern
dengan berbagai sarana dan prasarana yang mutakhir.
2. Kata yang digunakan terkadang menggunakan bahasa pergaulan seharihari atau istilah populer.
3. Hubungan antara sampiran dan isi tidaklah erat, bahkan terkadang sudah
tidak memiliki hubungan secara substansi. Artinya, sampiran boleh dibuat
asal-asalan (hanya sebagai pelengkap rima)
Contoh :
Jalan-jalan ke pasar keramik,
Mencari rumput di pinggir kali,
membeli baju dan handphone baru.
Rumput hijau tuk makanan sapi.
Siapa gerangan wanita cantik,
Sungguh galau hatiku ini,
yang tersenyum di hadapanku.
Jika sehari tak jumpa pujaan hati.
2. Gaya Bahasa atau Bahasa Kiasan
Bahasa kiasan adalah bahasa yang digunakan pelantun untuk menyatakan sesuatu
dengan cara yang tidak biasa, yang secara tidak langsung mengungkapkan makna. Bahasa
kiasan ini termasuk di dalamnya adalah majas/gaya bahasa, pepatah, idiom/ungkapan,
dan peribahasa.
3. Imajinasi atau Citraan
Imajinasi atau citraan adalah gambaran yang diciptakan secra tidak langsung oleh
pelantun pantun yang dihasilkan dari penggunaan diksi dan bahasa kiasan pada pantun.
Citraan atau penggambaran ini mengakibatkan pendengar atau pelantun pantun seperti
dapat melihat (imaji visual), mendengar (imaji auditif) dan mampu merasakan (imaji taktil).
Contoh :
Jikalau gelap orang bertenun,
bukalah tingkap lebar-lebar.
Jikalau lenyap tukang pantun,
sunyi senyap bandar yang besar.

Imaji yang dilukiskan pada pantun di atas terdapat imaji visual dan imaji taktil.
Imaji visual yaitu pada baris pertama seolah-olah pendengar mampu melihat ada orang
yang sedang menenun di dalam kegelapan sehingga harus membuka tingkap/penutup dari
kain lebar-lebar agar tidak gelap lagi. Sedangkan imaji taktil terdapat pada baris ketiga
dan empat yang menggambarkan seolah-olah pendengar dapat merasakan suasana sunyi
apabila para pelantun pantun sudah tidak ada lagi di kota-kota besar.
4. Bunyi
Yang termasuk bunyi dalam pantun adalah rima dan irama. Rima atau persajakan
merupakan unsur pengulangan bunyi di akhir baris/larik pada pantun, sedangkan irama
adalah turun naik; tinggi rendahnya suara secara teratur dalam pelafalan pantun.
Fungsi dari bunyi pada pantun adalah :
1) Untuk memperindah bunyi pantun saat dilantunkan.
2) Agar lebih mudah diingat oleh pendengar.
3) Agar lebih mudah dalam mengaplikasikan dan mengimplementasikan nilai moral
dan spiritual yang terdapat pada teks pantun.
G. SYAIR
Syair adalah bentuk puisi lama yang merupakan rangkaian kisah yang panjang. Ciricirinya :
1. Tersusun atas empat baris dalam satu bait
2. Semua baris merupakan isi
3. Bersajak a-a-a-a
4. Berisi suatu kisah yang tidak selesai dalam satu bait karena digunakan untuk
menceritakan sesuatu.
Contoh Syair :
Syair Nyayian Anak
Dengan bismillah kami mulai,
Alhamdulillah salawatnya nabi.
Dengan takdir Allohurobbi,
sampailah maksud yang dicintai.
Seorang anak cinta yang lama,
sekarang sudah kami terima.
Seorang anak diberi nama,
kami ayunkan bersama-sama.
Emas dan perak kami ayunkan,
anak ditaruh di dalam ayunan.
Tali ayunan kami pegangkan,
emas dan perak akmi nyanyikan.
Dipanggil kami orang sekalian,
oleh ibu bapakmu tuan.
Serta diberi minum dan makan,
menyertakan syukur kepada Tuhan,

syukur kepada Allahutaala.


Karena mendapat intan gemala,
memberi sedekah beberapa pula.
Dengan sekadar ada segala,
dipanggil sekalian kaum kerabat.
Serta sekalian handai sahabat,
segala jiran kawan berdekat.
Semuanya datang dengan selamat,
jauh dan dekat datang sekalian.
Besar dan kecil laki-laki dan perempuan,
setengahnya datang ada yang berjalan.
Setengahnya berjalan berpayung awan,
ingatlah kami datang bertalu.
.. dst
H. GURINDAM
Gurindam adalah puisi lama (Melayu) yang terdiri atas dua baris dalam satu bait
dengan irama akhir yang sama, merupakan satu kesatuan yang utuh. Baris pertama berisi
persoalan, perjanjian, masalah dan baris kedua berisi jawabannya atau akibat dari
masalah atau perjanjian pada baris pertama tadi.
Gurindam yang paling monumental adalah Gurindam Dua Belas karya Raja Ali Haji.
Berikut petikan Gurindam Dua Belas tersebut :

Gurindam Dua Belas


Ini gurindam pasal yang pertama
Barang siapa tidak memegang pasal agama,
sekali-kali tiada boleh dibilangkan nama.
Barang siapa mengenal yang empat,
maka ia itulah orang marifat.
Barang siapa mengenal Allah,
suruh dan tegahnya tiada ia menyalah.
Barang siapa mengenal diri,
maka telah mengenal akan Tuhan yang bahari.
Barang siapa mengenal dunia,
tahulah dia barang yang terpedaya.
Barang siapa mengenal akherat,
tahulah dia dunia melarat.
(.)

Inilah gurindam pasal yang keduabelas


Raja mufakat dengan menteri,
seperti kebun berpagarkan duri.
Betul hati kepada raja,
tanda jadi sebarang kerja.
Hukum adil atas rakyat,
tanda raja beroleh alayat.
Kasihan orang yang berilmu,
tanda rahmat atas dirimu.
Hormat akan orang yang pandai,
tanda mengenal kasta dan cintai,
Ingatkan dirinya kan mati,
itulah asal berbuat bakti.
Akhirat itu terlalu nyata,
kepada hati yang tidak buta.
I. PUISI
Pusi adalah karya sastra lama yang sangat memperhatikan rima dan diksi. Puisi sering
disebut juga karangan yang terikat. Artinya, pembentukan puisi harus memperhatikan
rima, bait, bunyi dan diksi.

Anda mungkin juga menyukai