Anda di halaman 1dari 10

BAB III

PUISI RAKYAT
Tujuan Pembelajaran

 Menyimak, menganalisis, dan mengevaluais informasi berupa arahan atau pesan dari teks puisi
yang disimak;
 Membaca dan mengidentifikasi informasi berupa gagasan, pikiran, pandangan, arahan atau
pesan dari teks puisi yang dibaca untuk menemukan makna yang tersurat dan tersirat;
 Berbicara dan mempresentasikan puisi dengan lafal, intonasi, dan jeda yang tepat;
 Menulis pengalaman dan imajinasi secara indah dan menarik dalam bentuk teks puisi;

A. MENYIMAK DAN MEMAKNAI INFORMASI DALAM TEKS PUISI RAKYAT.


Menyimak merupakan salah satu keterampilan berbahasa yang penting. Karena dari
menyimaklah kita mendapatkan pengetahuan. Menyimak teks puisi rakyat berarti kegiatan
memahami, mengapresiasi dan menginterpretasi isi puisi rakyat, termasuk menangkap nilai-nilai
yang ingin disampaikan penulisnya. Memahami nilai-nilai dalam puisi rakyat berarti ikut menjaga
peninggalan nenek moyang kita itu agar tidak punah.

B. MEMBACA DAN MENGINTERPRETASI MAKNA DALAM PUISI RAKYAT


Puisi rakyat (puisi lama) berbeda dengan puisi baru yang sudah banyak kita kenal. Puisi rakyat
(puisi lama) adalah puisi yang terikat dengan aturan. Bagian yang diatur adalah jumlah bait
(paragraph), jumlah larik (baris), per bait, jumlah kata per larik dan juga rima atau bunyi akhir.
Begitupun strukturnya sudah ditentukan, yakni seretan kalimat, suku kata, ejaan, jumlah lafal,
jumlah suku kata penekanan suara bahkan iramanya.

Terdapat beberapa jenis puisi rakyat sejak masa sastra melayu lama, yaitu
1 Mantra, Mantra adalah salah satu jenis tradisi lisan dan masuk golongan puisi lama. Mantra
diyakini sebagai puisi yang paling tua karena berhubungan dengan bagian penting ritual-
ritual masa lampau
Contoh : Kepada rimba sekampung
Pulanglah engkau kepada rimba yang besar
Pulanglah engkau kepada gunung guntung
Pulanglah engkau kepada sungai yang tiada berhulu
Pulanglah engkau kepada kolam yang tiada berorang
Pulanglah engkau kepada mata air yang tidak kering
Jikalau kau tiada mau kembali, matilah engkau

2 Pantun, Pantun termasuk puisi Melayu lama yang paling populer di masyarakat. Walaupun
termasuk puisi Melayu lama, hingga kini pantun masih digunakan oleh banyak orang.
Mereka menggunakannya sebagai selingan berpidato misalnya di tanah kelahirannya pantun
digunakan untuk acara-acara, seperti lamaran, pernikahan, sunatan, dan sebagainya.
Di berbagai daerah di Indonesia pantun mempunyai nama yang berbeda-beda. Dalam
bahasa Tagalok pantun dinamai tonton. Bahasa Jawa tuntun, bahasa Toba pantun. Dari
berbagai nama itu maknanya kurang lebih sama yaitu ucapan yang teratur, arahan yang
mendidik dan bentuk kesatuan.
Contoh : Ikan nila dimakan berangberang
Katak hijau melompat ke kiri
Jika berada di rantau orang
Baik-baik membawa diri

3 Bidal, Bidal adalah jenis puisi lama dalam bentuk peribahasa dalam sastra
Melayu lama yang kebanyakan berisi sindiran, peringatan dan nasihat.
Contoh : - Bagai kerakap di atas batu, hidup segan mati tak mau.
- Ada ubi ada talas, ada budi ada balas.
- Hancur badan dikandung tanah, budi baik terkenang jua.
- Artinya: Budi bahasa seseorang yang baik akan selalu diingat
atau tidak akan dilupakan.
-
4 Pepatah :
Contoh : - Ada udang dibalik batu: Ada suatu maksud tersembunyi.
- Ada gula ada semut: dimana ada kesenangan disitu banyak orang
datang.
- Bagai air di daun talas: Orang yang tidak punya pendirian, selau
berubah-ubah.

5 Perumpamaan, Perumpamaan merupakan jenis peribahasa yang berisi perbandingan yang


menggunakan kata seperti, bagai, bak, laksana, dll.

6 Gurindam, merupakan puisi lama yang berasal dari india, asal kata dari
girindam adalah kata kirindam, artinya ‘ mula-mula’ ataun ‘perumpamaan’
nilai yang dapat kita perik dari gurindam adalah nilai agama dan moral.
Dahulu, girindam sangat penting sehingga dijadikan norma atau pedoman
kehidupan masyarakat.

Contoh : -. Jika hendak mengenal orang berilmu, bertanya dan belajar


tiadalah jemu.

Barang siapa yang menuntut ilmu, manusia tiada akan menipu.


- Seperti pungguk merindukan bulan.
(mengharapkan sesuatu yang tidak mungkin tercapai)
7 Seloka, Seloka merupakan satu di antara macam puisi Melayu klasik yang
berisikan pepatah atau perumpamaan. Pesan yang disampaikan di dalam
seloka dapat berupa candaan, sindiran atau ejekan. Biasanya seloka terdiri
atas empat larik yang berima a-a-a-a.

Contoh : Ke pasar mencari sayur

Beli bayam cukup seikat

Niat menjadi manusia jujur

Kepercayaan mudah didapat

8 Syair adalah salah satu puisi lama yang berasal dari Persia, kata syair
berasal dari bahas arab yang makna aslinya adal ‘ orang yang bersyiir’
akan tetapi yang diserap dalam bahasa Indonesia kata syair, bukan syi’ir
atau syu’ur yang berarti ‘perasaan’, ‘kesadaran’ atau ‘ menyadari’.
Selanjutnya kata syair berupa menjadi bermakna ‘ puisi’. Dalam
perkembangannya di indoensia, syair mengalami perubahadan dan
modifikasi sehingga menjadi berbeda dengan syair aslinya dari Persia dan
menjadi khas melayu.

Contoh: Syair Burung Nuri karya Sultan Badaroedin

Paksi Simbangan konon namanya

Cantik dan manis sekalian lakunya

Matanya intan cemerlang cahayanya

Paruhnya gemala tiada taranya

Terbangnya Simbangan berperi-peri

Lintas di Kampung Bayan Johari

Terlihatlah kepada putrinya Nuri

Mukanya cemerlang manis berseri

Simbangan mengerling ke atas geta

Samalah sama berjumpa mata

Berkobaran arwah leburlah cinta

Letih dan lesu rasa anggauta


Ada 3 jenis puisi rakyat yang banyak di kenal dan banyak di pelajari, yakni
pantun, gurindam, dan syair. Ketiga jenis puisi ini sangat kaya akan nilai-nilai,
seperti nilai moral, social, agama, dan budaya. Untuk memahami dan
menginterpretasikan informasi yang terdapat pada syair, pantun dan gurindam,
diperlukan kemampuan membaca dengan baik.

C. BERBICARA DAN MENYAJIKAN PUISI RAKYAT


Berbicara merupakan aspek berbahasa yang paling banyak digunakan dalam kehidupan
manusia. Untuk menyampaikan ide/gagasan dalam berbicara, berbagai model dapat digunakan
antara lain selalui bercerita, mendongeng, berceramah, berdiskusi, berdialog, dan
mempresentasikan puisi rakyat.
Dalam mempresentasikan puisi rakyat, diperlukan kemampuan untuk menerapkan
aspek-aspek berbicara, yaitu pelafalan, intonasi dan jeda.
Pelafalan adalah pengucapan huruf-huruf dalam kata dengan jelas. Intonasi adalah naik
turun suara atau tinggi rendahnya suara, dan panjang pendek pengucapan kata atau sering
disebut lagu kalimat. Jeda adalah penghentian atau kesenyapan di bagian-bagian tertentu

D. MENULIS GAGASAN, PIKIRAN, PANDANGAN, ARAHAN ATAU PESAN DALAM BENTUK TEKS
PUISI RAKYAT.
Untuk membuat puisi rakyat baik gurindam pantun atau syair kamu perlu memperhatikan dua
hal penting, yaitu struktur teks dan penggunaan bahasa. Kedua aspek ini tentu memiliki
pengaruh besar berkaitan dengan kualitas puisi rakyat yang dibuat.

1. Menulis gagasan, pikiran, pandangan, arahan atau pesan melalui gurindam.


a. Struktur dan kebahasaan gurindam
Secara umum gurindam dikembangkan dengan memperhatikan pola struktur bait,
jumlah baris, jumlah kata, jumlah suku kata, serta Rima atau bunyi akhir setiap
baris.
Perlu dipahami bahwa gurindam tidak memiliki sampiran. Semua berupa isi.
Kebahasaan yang digunakan dalam gurindam banyak menggunakan kalimat
perintah.

Barang siapa yang berilmu


Bait Sekaligus isi Ingat kepada orang-orang yang dinggu

Stuktur Baris Siapa yang suka meninggalkan sebayang


Ibarat bagunan tapa tiang

Rima Orang bakhil dijauhi tetangga


Apalagi dengan sifatnya yang tercela
b. Langkah-langkah menyusun gurindam
Bagaimana menyusun gurindam? Langkah-langkah sebagai berikut:
1. pahami struktur dan ciri-ciri gurindam
a) Terdiri atas dua baris
b) Setiap baris memiliki 10-14 kata;
c) Setiap baris memiliki hubungan sebab akibat:
d) Setiap baris memiliki rima atau bersajak a-a b-b, c-c, dan seterusnya eh.
e) isi atau maksud gurindam terdapat pada baris kedua
f) Isi gurindam secara umum berupa nasihat, filosofi hidup dan kata-kata
mutiara atau kata-kata hikmah
2. Tentukan topik
Tentukan topic apa yang ingin kamu nasihatkan, contohnya pentingya berlajar,
berbuat baik kepada guru atau orang tua, dan sebagainya
3. carilah kata-kata yang rima atau bunyi akgir sama.

2. Menulis gagasan, pikiran, pandangan, arahan atau pesan melalui pantun.


a. Struktur Kebahasaan Pantun
Secara umum, pantun dikembangkan dengan memperhatikan pola struktur bait,
jumlah baris, jumlah baris, jumlah kata,. Jumlah suku kata sampiran, dan isi, serta
Rima (bunyi akhir setiap baris). Kalimat perintah merupakan salah satu ciri
kebahasaan pantun. Perhatikan struktur bagian-bagian pantun berikut.

Bait

Baris/larik

Sampiran
Stuktur

Isi

Kalimat perintah

Kalimat ajakan
Ada juga pantun yang terdiri atas enam atau delapan baris. Pantun ini disebut
pantun talibun.

3. Menulis gagasan, pikiran, pandangan, arahan atau pesan melalui syair.


Secara umum saya dikembangkan dengan pola struktur bait jumlah baris jumlah kata,
jumlah suku kata, rima atau serta bunyi akhir setiap baris. Kalimat perintah termasuk
salah satu ciri kebahasaan syair.

Perhatikan contoh syair di bawah ini: Rima di bagian akhir.

Hai muda Arif Budiman


Hasilkan kemudian dengan pedoman
Alat perahumu juga kerjakan
Itulah jalan membetuli insan

Jika anakanda tumbuh besar


Tutur dan kata janganlah kasar
Janganlah seperti orang sasar
banyak orang menaruh gusar

Tutur yang manis anakanda tuturkan


Perangai yang lembut anakanda lakukan
Hati yang sabar anakanda tetapkan
Malunya orang anakanda fikirkan

Kesukaan orang Ananda cari


Supaya hatinya jangan lari
Masyur lah Ananda dalam negeri
Sebab kelakuan bijak Bestari

4. PENGGUNAAN KONJUNGIS PADA GURINDAM, PANTUN DAN SYAIR

Kalimat perintah kalimat larangan, dan kalimat saran merupakan kalimat yang banyak digunakan
dalam pantun gurindam dan syair. Sementara itu, konjungsi atau kata sambung yang banyak
digunakan pada ketiga puisi rakyat itu adalah jika/kalau, agar/ supaya, dan karena / sebab.

Konjungsi kalau /jika termaksuk hubungan syarat. Hubungan syarat ini biasanya terdapat pada kalimat
yang anak kalimatnya menjadi syarat terlaksananya sesuatu apa yang disebut dalam kalimat bagian
awal.

Contoh: - saya tentu akan dating, jika tidak ada halangan

- Negara akan aman kalau hokum ditegakkan


Konjungsi agar/ supaya merupakan konjungsi yang menandai hubungan tujuan atau harapan.
Hal ini terdapat dalam kalimat yang anak kalimatnya menyatakan tujuan atau harapan dari yang disebut
dalam kalimat sebagai awal.

Contoh: - Saya senag bagun pagi-pagi agar lebih leluasa dalam persiapan ke sekolah.

- Ayah bekerja keras supaya kami anaknya bisa belajar sampai perguruan tinggi.

Konjungsi karena/sebab merupakan konjungsi yang menandai sebab atau alas an. Konjungsi ini biasanya
terdapat pada kalimat yang anak kalimatnya berupa alas an atau sebab yang terdapat pada kalimat bagi
awal.

Contoh: - Arman tidak pernah terlambat hadir di sekolah karena ia selalu berangkat lebih pagi.

- Rudi belajar dengan semangat tinggi sebab ia inggin mendapatkan beaPeserta didik
belajar di luar negeri.

TUGAS 1

Simaklah baik-baik puisi rakyat berupa gurindam, pantun dan syair pada lintas media berikut
kalau perlu catatlah inti dari tiap puisi rakyat di dalamnya. Berdasarkan isi puisi rakyat yang telah kamu
dengar, tentukanlah kebenaran pernyataan-pernyataan berikut dengan memberikan tanda centang
pada kolom yang sesuai

No Pernyataan Benar Salah


1 Jika di sekolah bertemu guru, kita tidak boleh menunda pekerjaan.
2 Orang yang kurang pikir dan kurang siasat akan tersesat.
3 Orang yang tidak mau belajar termasuk orang tersesat.
4 Orang yang berbicara tanpa dipikir terlebih dahulu akan
menimbulkan masalah.
5 Berbicaralah dengan bahasa yang halus. Menggunakan bahasa
yang kasar akan berakibat menyakitkan.
6 Orang yang suka berbeda pendapat akhirnya akan memperoleh
kesedihan.
7 Hadapi masalah, jangan lari dari masalah
8 Orang yang tak mau belajar akan membuatnya bodoh.
9 Menunda pekerjaan tak akan merugikan asal pada akhirnya tetap
diselesaikan.
10 Penyair menganalogikan kehidupan dengan perahu pencari ikan.
TUGAS 2

Judul : Menginterpretasi Teks Puisi Lama Yang Dibaca

Tujuan : Menginterpretasi informasi untuk mengungkapkan simpati, kepedulian, empati atau pendapat

pro dan kontra dari teks puisi

1. Pasangkan puisi dan interpretasinya yang sesuai dengan menghubungkan garis.

a. Kurang pikir kurang siasat, 1. Berbantah-bantahan hanya akan


tentu dirimu kelak tersesat merugikan diri sendiri.

b. Siapa menggemari silang 2. Sebelum bertindak atau berkata harus


sengketa, kelak pasti berduka dipikirkan terlebih dahulu agar tidak
cita salah.

c. Di jalan tak sengaja berjumpa pak


Rudi ingatkan suatu peristiwa, lalu 3. Kita harus pandai memilih kosakata
tertawa yang menyejukkan dalam berkata-kata
Tidak mau belajar siapa yang rugi agar tak ada yang disakiti.
tak lain diri sendiri di masa tua.

d. Kalau mulut tajam dan kasar, 4. Sejak kecil harus rajin belajar. Diri
sendirilah yang rugi bila tidak mau
Boleh ditimpa bahaya besar belajar bukan orang lain
2. Bacalah gurindam berikut dan jelaskan maksudnya.
a. Jika hendak mengenal orang berbangsa
Lihat kepada Budi dan bahasa
b. Hati itu kerajaan di dalam tubuh
Jikalau zalim segala anggota tubuh pun rubuh.
c. Apabila dengki sudah bertanah
Datanglah daripadanya beberapa anak panah.
d. Mengumpat dan memuji hendaklah piker
Di situlah banyak orang yang tergelincir

3. Bacalah pantun berikut dan jelaskan maksudnya.


a. Memetik bunga dekat pagar
Buah mangga ranum muda
Kamu harus rajin belajar
Agar tidak menyesal di hari tua
b. Ibu pergi beli bunga
Bunga nan indah panjang di rumah
Kamu ingin masuk surge
Rajin-rajinlah mengaji Dan iba beribadah
c. Pisang susu dimakan ketika fajar
Yang dimakan sebab masak hanya sebiji
Hutang berlian bisa dibayar
Dibawa mati hutang Budi
d. Membawa suguhan dengan nampa
Nampan diisi dengan roti
Ayo kawan ingat para pahlawan
Mereka berjasa dan sungguh berarti

4. Bacalah syair berikut dan jelaskan maksudnya


a. Hindari semua perbuatan jahat
Hindari pula perbuatan maksiat
Ayo kita segera bertobat
Agar selamat dunia akhirat
b. Jangan galau dengan ujian
Jangan berduka karena kesulitan
Minta saja kepada Tuhan
Insya Allah dia akan kabulkan
c. Mintalah ampun akan dosa-dosamu
Minta ampun pula akan kezalimanmu
Perbaiki hati dan jiwamu
Tuhan pasti akan merahmatim
d. Dengarlah wahai para remaja
Rajinlah belajar sepanjang usia
Ilmu itu pasti ada guna
Untuk bekal kini dan hari tua

Tugas 3

Anda mungkin juga menyukai