XII IPS 1
Nama Kelompok :
• Hanik Iskhlakiyah (08)
• Panji Artawan (12)
• Veronika Niken (14)
• Ricardo (31)
Kegiatan 1
Pembangunan Konteks dan
Pemodelan Teks Pantun
Tugas 1
Memahami Struktur Teks Pantun
Pantun
Apa guna orang bertenun, } sampiran baris 1
Untuk membuat pakaian adat. } sampiran baris 2
Apa guna orang berpantun, } isi baris 1
Untuk memberi petuah amanat. } isi baris 2
Pertanyaan
1. Dari pantun itu, terlihat sampiran baris 1 merupakan unsur yang mengantarkan isi baris 1,
sedangkan sampiran baris 2 merupakan unsur yang mengantarkan isi baris 2. Mengapa
demikian? Jelaskan.
* Karena pantun menggunalan pola yang bersajak AB-AB yang berarti sampiran baris 1
merupakan unsur yang mengantarkan isi baris 1 dan sampiran baris 2 merupakan unsur yang
mengantarkan isi baris 2. Dalam arti sampiran baris 1 saling berhubungan dengan isi baris 1 dan
sampiran baris 2 saling berhubungan dengan isi baris 2.
Pertanyaan
2. Apakah yang menjadi ciri sampiran dan isi pada pantun diatas?
• Antara baris sampiran 1 dan isi baris 2 memiliki bunyi akhir yang sama yaitu a-a dan sampiran
2 dengan isi baris 2 memiliki bunyi akhir yang sama yaitu b-b
3. Menurut Harun Mat Piah, pantun ialah sejenis puisi pada umumnya, yang terdiri atas empat
baris dalam satu rangkap; empat perkataan sebaris; rima akhir a-b-a-b, dengan sedikit variasi
dan kekecualian. Tiap rangkap pantun terdiri atas dua unit, yaitu pembayang (sampiran) dan
maksud (isi). Setiap rangkap melengkapi satu ide. Pada sebait pantun di atas, apakah sudah
memenuhi pengertian yang dimaksudkan Harun Mat Piah?
• Sudah,
No. Struktur Teks Pantun
1. Baris Empat baris dalam 1 rangkap
2. Kata Terdiri dari 4-8 suku kata
3. Rima Akhir a-b-a-b
4. Sampiran 1) Apa guna orang bertenun
2) Untuk membuat pakaian adat
5. Isi 1) Apa guna orang berpantun
2) Untuk memberi petuah amanah
6. Ide Berpantun berguna untuk memberi petuah dan amanah
Pertanyaan
4. Apakah peranan pantun dalam kehidupan?
• Sebagai alat pemelihara bahasa, pantun berperan sebagai penjaga fungsi kata dan
kemampuan menjaga alur berpikir. Pantun melatih seseorang berpikir tentang makna kata
sebelum berujar. pantun juga melatih orang berpikir asosiatif, bahwa suatu kata bisa memiliki
kaitan dengan kata yang lain. Secara sosial pantun memiliki fungsi pergaulan yang kuat,
bahkan hingga sekarang. Di kalangan pemuda sekarang, kemampuan berpantun biasanya
dihargai. Pantun menunjukkan kecepatan seseorang dalam berpikir dan bermain-main
dengan kata. Pantun berperan dalam memperoleh wawasan pengetahuan yang lebih luas
agar terampil berpikir kritis dan kreatif serta mampu bertindak efektif menyelesaikan
permasalahan
Tugas 2
Mengeksplorasi Struktur Teks Pantun
Selain bentuk empat baris, ada juga pantun yang terdiri atas dua baris, enam baris, delapan
baris, dan bentuk berkait
Panah adalah senjata mati } sampiran
Di ayunan meminum suji } sampiran
Qonaah adalah kekayaan sejati } isi
keberanian adalah akhlak terpuji } isi
Pantun tersebut merupakan pantun yang terdiri atas dua larik atau baris dan bersajak a-a. Pantun itu dikenal
dengan sebutan karmina atau pantun kilat. Larik pertama pada pantun itu merupakan sampiran dan larik
keduanya merupakan isi. Beberapa contoh karmina yang lain adalah sebagai berikut
Talibun dengan Enam Larik b) Talibun dengan Delapan Larik
Bukan hamba takutkan mandi, } sampiran baris 1 Lain pesisir dan Bukittinggi, } sampiran baris 1
takut hamba berbasah-basah, } sampiran baris 2 tidak di darat hanya di rantau. } sampiran baris 2
mandi di lubuk Pariangan. } sampiran baris 3 Palembayan sama di dalam, } sampiran baris 3
Bukan hamba takutkan mati, } isi baris 1 Sungai Beringin Tujuh Lurah. } sampiran baris 4
takut hamba kan patah-patah, } isi baris 2 Marilah berjalan sekarang ini, } isi baris 1
di dalam bertunangan. } isi baris 3 kita pertaruhkan si langau hijau. } isi baris 2
Beramanat di embun malam, } isi baris 3
senanglah hati Lompong Bertuah. } isi baris 4
• Kata “takut” pada talibun berlarik enam, baris pertama dan kedua.
• Kata “mandi” pada talibun berlarik enam,baris pertama dan ketiga
• Kata “hamba” pada talibun berlarik enam,baris pertama dan kedua
• Kata “patah” pada talibun berlarik, baris ke lima
• Kata ‟bukan” pada talibun berlarik enam, baris pertama dan keempat
Bentuk pantun lainnya yang perlu kalian ketahui adalah pantun berkait. Pantun berkait ini merupakan pantun yang terdiri atas
beberapa bait yang sambung-menyambung. Larik kedua dan keempat pada setiap baitnya menjadi larik pertama dan ketiga
bait berikutnya. Contoh :
8. Amanat Keseluruhan makna atau isi pembicaraan ; konsep atau perasaan yang ingin disampaikan oleh
pembicara untuk dimengerti dan diterima pendegar atau atau pembaca.
9. Selendang Kain (sutra, dan sebagainya) panjang penutup leher (bahu, atau kepala) atau untuk menari
10. Pedada Pohon yang tumbuh di hutan-hutan bakau, tingginya mencapai 15 meter. Berakar napas yang
keluar dari lumpur, bentuk daunnya bulat telur, ujungnya tumpul dan membundar, panjangnya 5—
13 cm; beremban;.
• Akan tetapi, diksi yang digunakan berbeda dengan pantun yang lahir
pada zaman modern. Kata yang digunakan seringkali dihubungkan
dengan kondisi masyarakat modern dengan berbagai sarana dan
prasarana mutakhir. Simak beberapa bait pantun berikut ini.
No. Diksi Mutakhir Makna Kata
1. Facebook Facebook adalah sarana sosial yang menghubungkan orang-orang dengan teman dan rekan mereka
lainnya yang bekerja, belajar, dan hidup di sekitar mereka.
2. Handphone Handphone (HP) adalah perangkat telekomunikasi elektronik yang dapat dibawa ke mana-mana
(portabel/mobile) dan tidak perlu disambungkan dengan jaringan telepon menggunakan kabel (nirkabel;
wireless).
3. Status Kabar berita
4. Smartphone Perangkat telekomunikasi elektronik yang lebih lengkap daripada Handphone (Handphone Pintar)
5. Youtube Situs untuk membagikan video kepada masyarakat agar bisa ditonton
6. Galau Perasaan Sedih / Penat
7. Android Sistem pengoperasian pada smartphone
8. Pending Tertunda
9. Flashdisk Alat untuk menyimpan data di komputer
10. Earphone Alat pembantu untuk mendengarkan musik melalui telinga langsung
2. Bahasa kiasan
Dalam pantun sering ditemukan bahasa kiasan, yaitu bahasa yang
digunakan pelantun untuk menyatakan sesuatu dengan cara yang tidak
biasa, yang secara tidak langsung mengungkapkan makna. Bahasa
kiasan di sini bisa berupa peribahasa atau ungkapan tertentu dalam
menyampaikan maksud berpantun.
Ungkapan atau bentuk idiom adalah gabungan kata yang menimbulkan
makna baru, yakni makna khusus, sehingga tidak dapat diartikan secara
sebenarnya. Misalnya isapan jempol dimaknai sebagai ‘tidak
bermakna’, bertekuk lutut ‘menyerah’, buah tangan ‘oleh-oleh’, dan
sebagainya. Carilah makna ungkapan yang ada pada kolom berikut dan
buatlah contoh dalam kalimat.
No. Ungkapan Makna Makna Kata
1. Besar kepala Sombong Pak Ardi menjadi besar kepala setelah menduduki jabatan baru.
2. Kaki tangan Anak buah Mereka berdua telah benar-benar menjadi kaki tangan bagi Danurejo dan juga
kafir Belanda.
3. Tebal muka Tidak tahu malu Memang tebal muka anak itu, masa ia berani mencuri di depan orang tuanya.
4. Kepala batu Tidak mau Udin anak yang berkepala batu, sudah dinasehati agar rajin belajar tetapi selalu
nasihat dari saja dia bermain-main dengan teman-temannya
orang lain
5. Mata-mata Pengintip Dalam Serat Centini diceritakan, mata-mata Susuhunan Amangkurat akhirnya
mengetahui tempat persembunyian keturunan Sunan Giri, musuh bebuyutan
dinasti Mataram.
7. Darah biru Keturunan Dalam banyak budaya terutama Jawa, pewaris darah biru ini biasanya akan
bangsawan berusaha mendapatkan pasangan yang juga berasal dari kalangan darah biru.
8. Banting tulang Bekerja keras Ayah membanting tulang demi mencukupi kebutuhan anak dan istrinya.
9. Ringan tangan Suka membantu Wawan memang anak yang ringan tangan, setiap orang yang kesulitan pasti
dibantunya.
10. Tangan besi Memerintah Raja itu memang pantas mendapatkan ganjarannya karena selama ini memerintah
dengan semena- rakyatnya dengan tangan besi.
mena
3. Imaji
Imaji atau citraan yang dihasilkan dari diksi dan bahasa kiasan dalam
pembuatan teks pantun. Jika kita melakukan pengimajian, akan
menghasilkan gambaran yang diciptakan secara tidak langsung oleh
pelantun pantun. Oleh sebab itu, apa yang digambarkan seolah-olah
dapat dilihat (imaji visual), didengar (imaji auditif), atau dirasa (imaji
taktil).
Imaji yang dilukiskan pada pantun tersebut adalah imaji visual (melihat)
dan imaji taktil (merasakan). Imaji visual dapat dilihat pada baris
pertama /Jikalau gelap orang bertenun//bukalah tingkap lebar-lebar/,
seolah-olah pendengar melihat ada orang yang sedang bertenun dalam
kegelapan, lalu meminta pendengar membuka jendela lebar-lebar.
Sementara itu, imaji taktil tergambar pada bagian isi /Jikalau lenyap
tukang pantun//sunyi senyap bandar yang besar/. Hal ini membuat
pendengar seolah-olah merasakan sunyinya kota pelabuhan yang besar
karena sudah tidak ada lagi orang yang berpantun.
• Kalau pedada tidak berdaun (Imaji Visual)
Tandanya ulat memakan akar (Imaji Visual)
Kalau tak ada tukang pantun (Imaji Taktil)
Duduk musyawarah terasa hambar (Imaji Taktil)
Contoh Pantun :
contoh 2:
Generasi Sekarang
(Asmara Hadi)