Anda di halaman 1dari 4

Kelompok 2

Nama Anggota Kelompok :


Achmada Putra Pratama 185030400111011
Dani Amrullah 185030401111006
Ricardo 185030400111013
Farid Fajrul Ramadhan H.Y 185030401111013

Daluwarsa Penagihan dan Penghapusan Piutang Pajak

A. Dasar Hukum Daluwarsa Penagihan dan Penghapusan Piutang Pajak


Pasal 22 ayat (1) UU KUP mengatur bahwa hak Direktorat Jenderal Pajak untuk
melakukan penagihan pajak, termasuk bunga, denda, kenaikan, dan biaya penagihan pajak
adalah dalam jangka waktu 5 tahun terhitung sejak penerbitan STP, SKPKB, serta SKPKBT, dan
Surat Keputusan Pembetulan, Surat Keputusan Keberatan, Putusan Banding, serta Putusan
Peninjauan Kembali.
Selanjutnya Pasal 24 UU KUP mengatur taat cara penghapusan piutang pajakdan
penetapan besarnya penghapusan diatur dengan atau berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan.
Aturan pelaksanaannya diatur dalam KMK No.. 539/KMK.03/2002 tentang Tata Cara
Penghapusan Piutang Pajak dan Penetapan Besarnya Penghapusan.
B. Saat Daluwarsa Piutang Pajak
Berdasarkan rumusan Pasal 22 ayat (1) diatur bahwa Direktorat Jenderal Pajak
mempunyai hak untuk melakukan penagihan pajak dalam jangka waktu 5 tahun terhitung sejak
penerbitan. Adapun yang menjadi tujuan dari pengaturan hak Direktorat Jenderal Pajak dalam
jangka waktu 5 tahun adalah untuk memberikan kepastian hukum kapan utang pajak tidak dapat
ditagih lagi, sehingga UU KUP telah memasuki tanggal daluwarsa penagihan, hak negara untuk
melakukan penagihan utang pajak termasuk bunga, denda, kenaikan, dan biaya penagihan pajak
tidak lagi dapat dilakukan.
C. Tertangguhnya Daluwarsa Penagihan Pajak
Pasal 22 ayat (2) UU KUP mengatur mengenai tertangguhnya daluwarsa penagihan pajak apabila
:
1. Direktur Jenderal Pajak menerbitkan dan memberitahukan Surat Paksa kepada Penanggung
Pajak yang tidak melakukan pembayaran utang pajak sampai dengan tanggal jatuh tempo
pemabyaran. Daluwarsa penagihan dihitung sejak tanggal pemberitahuan Surat Paksa
2. Wajib Pajak menyatakan pengakuan utang pajak dengan cara mengajukan permohonan
angsuran atau penundaan pembayaran utang pajak sebelum tanggal jatuh tempo pembayaran.
Daluwarsa penagihan dihitung sejak tanggal surat permohonan angsuran atau penundaan
diterima oleh Dirjen Pajak
3. Terdapat SKPKB atau SKPKBT yang diterbitkan terhadap Wajib Pajak karena Wajib Pajak
melakukan tindak pidana di bidang perpajakan dan tindak pidana lain yang dapat merugikan
pendapatan negara berdasarkan putusan pengadilan yang telah mempunyai kekuatan hukum
tetap. Daluwarsa penagihan pajak dihitung sejak tanggal penerbitan surat ketetapan pajak
tersebut
4. Terhadap Wajib Pajak dilakukan penyidikan tindak pidana di bidang perpajakan, daluwarsa
penagihan pajak dihitung sejak tanggal penerbitan Surat Perintah Penyidikan tindak pidana di
bidang perpajakan
D. Pengertian Penghapusan Piutang Pajak
Pasal 1 KMK No. 539/KMK.03/2002 mengatur mengenai piutang pajak yang dapat dihapuskan
adalah :
1. Piutang pajak yang tercantum dalam :
a. Surat Pemberitahuan Pajak Terutang
b. SKP, SKPT, STP, SKPKB, SKPKBT
c. Surat Ketetapan Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan Kurang Baya (SKBKB)
d. Surat Ketetapan Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan Kurang Bayar Tambahan
(SKBKBT)
e. Surat Tagihan Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan (STB)
f. Surat Keputusan Pembetulan, Surat Keputusan Keberatan, Putusan Banding yang
menyebabkan jumlah pajak yang harus dibayar bertambah
2. Piutang pajak yang menurut data administrasi tidak dapat atau tidak mungkin ditagih lagi,
disebabkan karena :
a. Wajib Pajak meninggal dunia dengan tidak meninggalkan harta warisan dan tidak mempunyai
ahli waris, atau ahli waris tidak dapat ditemukan Wajib Pajak tidak mempunyai harta kekayaan
lagi
b. Hak untuk melakukan penagihan sudah daluwarsa
c. Sebab lain sesuai hasil penelitian
3. Piutang pajak Wajib Pajak Badan yang menurut data administrasi Kantor Pelayanan Pajak
atau Kantor Pelayanan Pajak Bumi dan Bangunan tidak dapat atau tidak mungkin ditagih lagi,
disebabkan karena :
a. Wajib Pajak bubar, likuidasi, atau pailit dan pengurus, direksi, komisaris, pemegang saham,
pemilik modal, atau pihak lain yang dibebani untuk melakukan pemberesan atau likuidator, atau
kurator tidak dapat ditemukan
b. Wajib Pajak dan/atau Penanggung Pajak tidak memiliki harta kekayaan lagi
c. Penagihan pajak secara aktif telah dilaksanakan dengan penyampaian Salinan surat Paksa
kepada pengurus, direksi, likuidator, kurator, pengadilan negeri, pengadilan niaga, atau
Pemerintah Daerah setempat, baik secara langsung maupun dengan menempelkan pada papan
pengumuman atau media massa
d. Hak untuk melakukan penagihan pajak sudah daluwarsa
e. Sebab lain sesuai hasil penelitian

E. Prosedur penghapusan piutang pajak


Memastikan keadaan piutang pajak yang tidak dapat atau tidak mungkin ditagih
Untuk memastikan keadaan Wajib Pajak atau piutang pajak yang tidak dapat atau tidak mungkin 
ditagih lagi, wajib dilakukan penelitian setempat atau penelitian administrasi oleh Kantor
Pelayanan Pajak atau Kantor Pelayanan Pajak Bumi dan Bangunan. Penelitian dilakukan oleh
Jurusita Pajak dan hasilnya dituangkan dalam laporan hasil penelitian. Laporan Hasil Penelitian
harus menggambarkan keadaan Wajib Pajak atau Piutang Pajak yang bersangkutan sebagai dasar
untuk menentukan besarnya Piutang Pajak yang tidak dapat ditagih lagi dan diusulkan untuk
dihapus.

Alur Penghapusan piutang pajak dan penetapannya dimulai dari Kantor Pelayanan Pajak, dimana
Jurusita yang membuat Laporan Hasil Penelitian kepada Kepala KPP. Atas laporan tersebut,
Kepala KPP membuat daftar usulan penghapusan piutang pajak yang diserahkan kepada Kepala
Kantor Wilayah kemudian diteruskan kepada Direktur Jendral Pajak. Selanjutnya, Penetapan
besarnya penghapusan piutang pajak merupakan kewenangan Menteri Keuangan. Berdasarkan
Keputusan Menteri Keuangan mengenai penghapusan piutang pajak, Direktur Jenderal Pajak
melakukan:

a. penetapan mengenai rincian atas besarnya penghapusan piutang pajak dan


b. hapus tagih dan hapus buku atas piutang pajak tersebut sesuai dengan Standar Akuntansi
Pemerintahan yang berlaku.

Inspektorat Jenderal Kementerian Keuangan atas penugasan dari Menteri Keuangan melakukan
review atas  usulan penghapusan piutang pajak yang disampaikan oleh Direktorat Jenderal Pajak.

F. Syarat-syarat Penghapusan Piutang


Penghapusan piutang pajak dapat dilakukan dalam hal hak menagih Ditjen Pajak telah
melampaui jangka waktu dalam jangka waktu 5 tahun terhitung sejak penerbitan. Untuk
memastikan keadaan Wajib Pajak atau piutang pajak yang tidak dapat atau tidak mungkin ditagih
lahi, Ditjen pajak wajib melakukan penelitian setempat atau penelitian administrasi dan hasilya
dilaporkan dalam Laporan Hasil Penelitian yang menggambarkan keadaan Wajib Pajak atau
piutang pajak yang bersangkutan sebagai dasar untuk menentukan besarnya piutang pajak yang
tidak dapat ditagih lagi sehingga diusulkan untuk dihapus.
Piutang pajak hanya dapat diusulkan untuk dihapus setelah adanya Laporan Hasil
Penelitian dan Kepala Kantor Pelayanan Pajak setiap akhir tahun takwim menyusun Daftar
Usulan Penghapusan Piutang Pajak berdasarkan Laporan Hasil Penelitian. Usulan tersebut setiap
awal tahun berikutnya disampaikan kepada Kepala Kantor Wilayah Ditjen Pajak atasannya lalu
diteruskan kepada Dirjen Pajak.
G. Penelitian Setempat dan Penelitian Administrasi
Dalam Pasal 2 Keputusan Dirjen Pajak No. 625/PJ./2001 dijelaskan yang dimaksud dengan
penelitian administrasi dan penelitian setempat. Penelitian setempat dilakukan oleh Jurusita
Pajak terhadap piutang pajak yang tidak dapat atau tidak mungkin ditagih lagi karena :
a. Wajib Pajak yang meninggal dunia dengan tidak meninggalkan harta warisan dan tidak
mempunyai ahli waris, atau ahli waris tidak dapat ditemukan, yang dibuktikan dengan Surat
Keterangan kematian dan surat keterangan yang menyatakan bahwa Wajib Pajak yang
meninggal dunia tersebut tidak meninggalkan harta warisan dan tidak mempunyai ahli waris dari
pejabat yang berwenang
b. Wajib Pajak yang tidak mempunyai harta kekayaan lagi, dibuktikan dengan surat keterangan
dari pejabat yang berwenang yang emnyatakan bahwa Wajib Pajak memang benar-benar sudah
tidak mempunyai harta kekayaan lagi
c. Berdasarkan surat perintah penelitian setempat yang diterbitkan oleh Kepala Kantor Pelayanan
Pajak Selanjutntya, pnelitian administrasi adalah penelitian terhadap piutang pajak yang tidak
dapat ditagih lagi karena Wajib Pajak yang hak penagihannya telah daluwarsa berdasarkan Pasal
22 UU KUP dan hasilnya dituangkan dalam Laporan Hasil Penelitian Administrasi.

Sumber : http://www.nusahati.com/2017/06/daluwarsa-penetapan-pajak-penagihan-pajak/
“diakses pada 30 Maret 2020 Pukul 19.31”

Anda mungkin juga menyukai