Anda di halaman 1dari 11

Putusan Pengadilan Pajak Nomor : Put.36212/PP/M.

XII/16/2012

Jenis Pajak

: Pajak Pertambahan Nilai

Masa Pajak

: Januari Desember 2006

Pokok Sengketa

: bahwa yang menjadi pokok sengketa dalam sengketa banding ini, koreksi
objek Pajak Pertambahan Nilai Masa Pajak Januari sampai dengan Desember
2006 terbukti dalam perkara banding ini sebesar Rp. 19.798.901.846,00 yang
terdiri atas:
1. Koreksi atas akun I/C fees Income sebesar ............Rp 17.106.298.870,00
2. Koreksi Recon Ledger Entry sebesar ....................Rp 2.617.643.061,00
3. Koreksi Pemberian Cuma-cuma sebesar .............Rp
74.960.000,00
Jumlah.........................................................................Rp 19.798.901.931,00
bahwa terdapat selisih koreksi sebesar Rp 85,00 yang telah diakui oleh
Terbanding maupun Pemohon Banding;
Koreksi Dasar Pengenaan Pajak Pajak Pertambahan Nilai atas
Penghasilan Afliasi (I/C Fees Income) sebesar Rp. 17.106.298.870,00

Menurut Terbanding: bahwa atas bukti-bukti dalam persidangan Terbanding berpendapat bahwa
merujuk pada amar putusan Majelis Hakim tersebut, maka Terbanding
berpendapat bahwa oleh karena koreksi Terbanding terkait I/C Fees Income
sebesar Rp 17.106.298.870,00 pada dasarnya kasusnya sama dengan sengketa
pajak yang sudah diputus oleh Majelis Hakim tersebut, maka koreksi
Terbanding telah benar.
Menurut Pemohon : bahwa Pemohon Banding tidak setuju dengan koreksi Terbanding karena yang
menentukan ada tidaknya objek Pajak Pertambahan Nilai adalah ada tidaknya
penyerahan jasa kena pajak di dalam daerah pabean dalam lingkungan usaha
Pemohon Banding, sementara Terbanding serta merta mengenakan dan
melakukan koreksi Pajak Pertambahan Nilai atas jumlah sebesar
Rp 17.106.298.870,00 tanpa alasan yang jelas, tidak setiap penghasilan
merupakan objek pajak pertambahan nilai, dengan demikian, koreksi
Terbanding dilakukan berdasarkan asumsi sepihak Terbanding.
Pendapat Majelis : bahwa Terbanding melakukan koreksi atas Dasar Pengenaan Pajak Pajak
Pertambahan Nilai Masa Januari sampai dengan Desember 2006 sebesar
Rp. 17.106.298.870,00 berdasarkan Putusan Pengadilan Nomor:
Put.04509/PP.M.IV/16/2000 atas Banding Pemohon Banding untuk Tahun
Pajak 1999 yang menyimpulkan bahwa Pemohon Banding merupakan Bentuk
Usaha Tetap (BUT) dari Landmark Graphics Corporation untuk pekerjaan
yang terkait dengan inter company fee dan guarantee fee (pendapatan dari
afiliasi) yang dianggap sebagai penggantian yang diterima oleh Pemohon
Banding dari BUT Landmark Graphics Corporation yang merupakan objek
penyerahan yang terutang Pajak Pertambahan Nilai.
bahwa menurut Terbanding, Penghasilan dari Afiliasi pada akun 710000 (Inter
Company Fees Income) merupakan objek Pajak Pertambahan Nilai dengan
argumen Terbanding bahwa Pemohon Banding merupakan agen dependen
(bukan merupakan agen yang bebas) dari Landmark Graphics Corporation
sehingga Pemohon Banding merupakan Bentuk Usaha Tetap dari Landmark
Graphics Corporation.
bahwa Pemohon Banding tidak setuju dengan koreksi Terbanding karena yang
menentukan ada tidaknya objek Pajak Pertambahan Nilai adalah ada tidaknya
penyerahan Jasa Kena Pajak di dalam daerah pabean dalam lingkungan usaha

Pemohon Banding, sementara Terbanding serta merta mengenakan dan


melakukan koreksi Pajak Pertambahan Nilai atas jumlah sebesar
Rp 17.106.298.870,00 tanpa alasan yang jelas, tidak setiap penghasilan
merupakan objek Pajak Pertambahan Nilai, dengan demikian, koreksi
Terbanding dilakukan berdasarkan asumsi sepihak Terbanding.
bahwa menurut Pemohon Banding penghasilan a quo merupakan penghasilan
yang diterima oleh Pemohon Banding berdasarkan perjanjian intercompany
software and maintenance service agreement dengan pihak Landmark Graphic
Corporation (bukan Wajib Pajak Indonesia) yang selanjutnya disebutkan
bahwa tidak ada jasa yang dilakukan langsung kepada pihak Landmark
Graphics Corporation untuk memperoleh penghasilan tersebut.
bahwa menurut Pemohon Banding, apabila koreksi Terbanding didasarkan
pada argumen Terbanding yang menyatakan bahwa Pemohon Banding
merupakan agen dependen (bukan merupakan agen yang bebas) dari
Landmark Graphics Corporation sehingga Pemohon Banding merupakan
Bentuk Usaha Tetap dari Landmark Graphics Corporation, maka Pemohon
Banding tidak dapat menerima karena tidak ada Pajak Pertambahan Nilai
terutang hanya akibat asumsi adanya Bentuk Usaha Tetap.
bahwa Landmark Graphics Corporation adalah suatu perusahaan yang
berdomisili di USA dan dapat dibuktikan adanya Surat Keterangan Domisili
yang dikeluarkan oleh Competent Authority.
bahwa antara Republik Indonesia dan USA telah ditandatangani Perjanjian
Penghindaran Pajak Berganda (P3B), dengan demikian, analisa mengenai
keberadaan Bentuk Usaha Tetap harus didasarkan pada Perjanjian
Penghindaran Pajak Berganda antara Republik Indonesia dan USA.
bahwa Pemohon Banding dapat membuktikan bahwa Pemohon Banding tidak
memenuhi ketentuan di atas karena:
- Pemohon Banding tidak mempunyai dan tidak biasa menjalankan
wewenang untuk menutup kontrak atas nama Landmark Graphics
Corporation,
- Pemohon Banding tidak mengurus persediaan barang milik Landmark
Graphics Corporation.
bahwa dengan demikian, tidak ada alat bukti bahwa Landmark Graphic
Corporation nyata-nyata baik secara legal (hukum)/de jure maupun de facto,
mempunyai Bentuk Usaha Tetap di Indonesia, karena Pemohon Banding tidak
terbukti sebagai Bentuk Usaha Tetap dari Landmark Graphics Corporation,
maka koreksi Terbanding seharusnya dibatalkan karena tidak ada penyerahan
jasa kena pajak yang Pemohon Banding lakukan kepada Bentuk Usaha Tetap
Landmark Graphics Corporation.
bahwa menurut Pemohon Banding, sesuai dengan penjelasan Pasal 4 huruf c
Undang-undang Pajak Pertambahan Nilai menyebutkan bahwa penyerahan
jasa yang terhutang pajak harus memenuhi syarat sebagai berikut:
1) Jasa yang diserahkan merupakan Jasa Kena Pajak,
2) Penyerahan dilakukan di dalam daerah pabean,
3) Penyerahan dilakukan dalam kegiatan usaha atau pekerjaannya.
bahwa menurut Pemohon Banding, tidak ada satupun dari ketiga syarat
tersebut yang terpenuhi, oleh karena itu mengingat konsep Pajak Pertambahan
Nilai pada dasarnya hanya dikenakan atas setiap konsumsi barang kena
pajak/jasa kena pajak di daerah pabean, sedangkan atas penghasilan luar usaha
tersebut tidak ada konsumsi barang kena pajak apapun, maka Pemohon
Banding berpendapat bahwa seharusnya tidak ada Pajak Pertambahan Nilai

atas Penghasilan luar usaha dari afiliasi tersebut, selain hal tersebut menurut
Pemohon Banding Putusan Pengadilan Pajak tersebut di atas tidak dapat
dijadikan pegangan karena Pemohon Banding masih tidak setuju dengan hasil
putusan tersebut.
bahwa Terbanding mempertahankan koreksi Dasar Pengenaan Pajak Pajak
Pertambahan Nilai Masa Pajak Januari sampai dengan Desember 2004 atas
penghasilan afliasi sebesar Rp. 17.106.298.870,00 karena Terbanding
mendalilkan bahwa Pemohon Banding merupakan Bentuk Usaha Tetap (BUT)
dari Landmark Graphics Corporation (LGC) yaitu suatu badan hukum yang
didirikan dan berkedudukan di Texas, Amerika Serikat.
bahwa Putusan Pengadilan Pajak Nomor: Put.04509/PP.M.IV/16/2005 yang
diucap pada tanggal 27 Januari 2005 sebagai dasar koreksi Terbanding,
membenarkan bahwa Pemohon Banding merupakan BUT dari LGC untuk
pekerjaan yang terkait dengan inter company fee dan guarantee fees.
bahwa Putusan Pengadilan Pajak Nomor: Put.04509/PP.M.IV/16/2005 a quo
menyimpulkan bahwa penghasilan inter company fee dan guarantee fees
adalah nilai penggantian yang diterima oleh Pemohon Banding dari BUT LGC
untuk penyerahan jasa penjaminan pelaksanaan pekerjaan yang dilakukan
Pemohon Banding kepada BUT LGC yang merupakan objek dan terutang
Pajak Pertambahan Nilai.
bahwa dari hasil pemeriksaan, bukti-bukti, data-data dan keterangan dalam
persidangan diketahui:
bahwa Pemohon Banding dalam persidangan yang dituangkan secara tertulis
dalam kesimpulan akhir menyatakan bahwa jasa yang diberikan Pemohon
Banding adalah jasa marketing pendukung penjualan LGC dan bukan jasa
keagenan sehingga sesuai dengan Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak
Nomor: SE-08/PJ.52/1996 tentang Pajak Pertambahan Nilai atas Jasa
Perdagangan, tidak terutang Pajak Pertambahan Nilai.
bahwa Pemohon Banding menyatakan Terbanding tidak dapat membuktikan
adanya paling sedikit dua alat bukti sebagaimana diatur dalam Pasal 76
Undang-undang Nomor 14 Tahun 2002 tentang Pengadilan Pajak yang
mendukung asumsi Terbanding bahwa terdapat penyerahan Jasa Kena Pajak
kepada BUT LGC di dalam daerah pabean Indonesia.
bahwa menurut Pemohon Banding, Pemohon Banding mempunyai beberapa
alat bukti termasuk surat pernyataan dari LGC Amerika Serikat yang
menyatakan bahwa LGC tidak pernah menunjuk Pemohon Banding sebagai
BUT dan tidak pernah menunjuk Pemohon Banding untuk menjual produk
LGC karena LGC mempunyai distributor independen sendiri.
bahwa Terbanding dalam persidangan yang dituangkan secara tertulis dalam
kesimpulan akhir menyatakan bahwa
Perjanjian Penghindaran Pajak
Berganda (P3B) antara Indonesia dan Amerika Serikat Pasal 5 ayat (4)
mengatur bahwa Orang atau Badan dari suatu Negara dalam persetujuan ini
yang bukan merupakan agen yang bebas dapat dianggap membentuk suatu
Bentuk Usaha Tetap (BUT) apabaila orang atau badan tersebut:
1. Memiliki wewenang dan biasa menutup kontrak untuk dan atas nama
perusahaan negara lainnya dalam persetujuan ini,
2. Tidak memiliki wewenang tersebut tetapi biasa memelihara barang
dagangan milik perusahaan negara lainnya dalam persetujuan ini yang
secara teratur memenuhi pesanan atau menyerahkan untuk dan atas nama
perusahaan negara lainnya tersebut dan melakukan kegiatan tambahan yang
menunjang atas penjualan barangatau barang dagangan tersebut;

bahwa menurut Terbanding, sesuai dengan paragraph 22 komentar Pasa l5


Model Konvensi PBB bahwa syarat-syarat di atas tidak bersifat kumulatif
sehingga apabila salah satu atau sebagian syarat terpenuhi maka dapat
ditetapkan sebagai BUT.
bahwa menurut Terbanding, kegiatan yang dilakukan Pemohon Banding
berkaitan dengan Intercompany Fees Income adalah untuk kepentingan bisnis
dan atas nama LGC USA sesuai dengan dan terikat dengan perjanjian antara
LGC USA dengan konsumennya, dengan dikompensasikannya segala biaya
yang timbul berkaitan dengan kegiatan Pemohon Banding menjalankan
Intercompany Service Agreement dengan LGC USA maka Pemohon Banding
tidak menanggung resiko kegagalan (rugi) usaha dari kegiatannya tersebut.
bahwa Terbanding berpendapat bahwa penghasilan yang diterima Pemohon
Banding dari LGC USA sebesar Rp 17.106.298.870,00 adalah nilai
penggantian yang diterima oleh Pemohon Banding dari BUT LGC USA dan
terutang Pajak Pertambahan Nilai.
bahwa berdasarkan bukti yang disampaikan dalam persidangan yaitu perjanian
antara Pemohon Banding dengan LGC Landmark berupa Intercompany
Software and Maintenance Service Agreement yang ditandatangani oleh Pihak
LGC dan Pemohon Banding (Landmark Affiliate) yang berlaku efektif pada
tanggal 01 Januari 2004 diatur antara lain sebagai berikut:
1. bahwa Pemohon Banding yang dalam perjanjian a quo disebut sebagai
Landmark Affiliate akan menjual software LGC dan hardware pihak ketiga
dan melakukan service software komputer, yaitu antara lain:
- instalasi software dan hardware LGC sesuai dengan syarat-syarat dan
kondisi perjanjian LGC dengan kostumer,
- melaksanakan perbaikan hardware jika diperlukan selama masih dalam
masa garansi sesuai dengan perjanjian LGC dengan kostumer,
- menjual dan mengirim LGC software.
2. bahwa LGC menunjuk Pemohon Banding sebagai non eksklusif
representatif dari LGC untuk :
- mengumpulkan/mencari prospektif kostumer sebagai calon pengguna
LGC software di Indonesia,
- membantu LGC untuk melakukan negosiasi atas kontrak dengan
kostumer,
- membantu LGC mengirim dan memelihara software LGC kepada
kostumer,
- membantu LGC untuk melakukan pemeliharaan dan dukungan
pelayanan kepada kostumer.
3. bahwa semua biaya yang Pemohon Banding keluarkan sehubungan dengan:
- biaya pemasaran, penjualan dan dukungan pelayanan sehubungan
dengan penjualan dan pemasaran kepada kostumer LGC software akan
dikompensasi sebesar 100% (seratus persen) oleh LGC kepada Pemohon
Banding ditambah dengan 7% (tujuh persen) margin,
- persentase tertentu dari biaya umum dan administrasi seperti keuangan,
tekhnologi informasi, sumber daya manusia dan biaya lain-lain
sehubungan dengan penjualan LGC software, akan dikompensasi oleh
LGC kepada Pemohon Banding ditambah 7% (tujuh persen) margin.
bahwa berdasarkan Intercompany Software and Maintenance Service
Agreement yang disampaikan dalam persidangan diketahui bahwa Pemohon
Banding sebagai Landmark affliate melakukan antara lain penjualan software,
penjualan hardware milik pihak ketiga, instalasi software dan hardware sesuai
dengan syarat-syarat dan kondisi perjanjian antara LGC dengan kostumer.

bahwa berdasarkan Intercompany Software and Maintenance Service


Agreement a quo diketahui bahwa Pemohon Banding juga ditunjuk sebagai
non eksklusif representatif dari LGC antara lain untuk mencari kostumer
potensial dan melakukan negosiasi kontrak dengan kostumer.
bahwa berdasarkan Intercompany Software and Maintenance Service
Agreement antara Pemohon Banding dengan LGC, Majelis berpendapat
bahwa Pemohon Banding sebagai Landmark Affliate melakukan pekerjaan
sebagaimana disebut dalam perjanjian a quo sesuai dengan syarat-syarat dan
kondisi perjanjian antara LGC dengan kostumer.
bahwa berdasarkan Intercompany Software and Maintenance Service
Agreement antara Pemohon Banding dengan LGC, Majelis berpendapat
bahwa Pemohon Banding sebagai non eksklusif representatif dari LGC
melakukan pekerjaan mencari kostumer dan membantu LGC untuk membuat
kontrak dengan kostumer, tidak terlepas dari syarat-syarat dan ketentuan yang
telah ditetapkan oleh LGC.
bahwa berdasarkan Intercompany Software and Maintenance Service
Agreement antara Pemohon Banding dengan LGC menyatakan bahwa
Pemohon Banding mendapat kompensasi sebesar 100% (seratus persen)
ditambah margin 7% (tujuh persen) atas biaya-biaya yang dikeluarkan terkait
dengan pekerjaan baik sebagai affliasi maupun sebagai non eksklusif
representatif, Majelis berpendapat bahwa Pemohon Banding tidak
menanggung resiko atas pekerjaan yang dilakukan terkait dengan koreksi
Terbanding atas penghasilan affliasi sebesar Rp 17.106.298.870,00 sehingga
untuk menjamin pekerjaan a quo agar sesuai dengan syarat-syarat dan kondisi
sebagaimana telah ditetapkan oleh LGC maka kedudukan Pemohon Banding
tidak bebas dan kompensasi yang diterima oleh Pemohon Banding diluar
kelaziman usaha pada umumnya.
bahwa alasan Pemohon Banding yang dituangkan dalam kesimpulan akhir
yang menyatakan bahwa jasa yang diberikan Pemohon Banding adalah jasa
marketing pendukung penjualan LGC dan bukan jasa keagenan yang diperkuat
dengan surat pernyataan dari LGC Amerika Serikat yang menyatakan bahwa
LGC tidak pernah menunjuk Pemohon Banding sebagai BUT dan tidak pernah
menunjuk Pemohon Banding untuk menjual produk LGC karena LGC
mempunyai distributor independen sendiri, Majelis berpendapat bahwa
berdasarkan perjanjian Intercompany Software and Maintenance Service
Agreement antara Pemohon Banding dengan LGC USA, terbukti bahwa
Pemohon Banding bukan bertindak sebagai pihak yang hanya menyerahkan
jasa marketing pendukung penjualan LGC USA namun sebagai afliasi
Pemohon Banding bertindak untuk melakukan penjualan dan pemasaran yang
terikat dengan ketentuan dan syarat-syarat yang telah ditetapkan oleh LGC
USA.
bahwa berdasarkan bukti-bukti, fakta-fakta dan keterangan dalam persidangan,
Majelis berpendapat bahwa Pemohon Banding merupakan BUT dari LGC
untuk pekerjaan yang terkait dengan koreksi affliasi (I/C Fees) yang dilakukan
oleh Terbanding a quo.
bahwa alasan Pemohon Banding yang menyatakan bahwa koreksi Terbanding
tidak memenuhi 3 (tiga) syarat bahwa jasa yang diserahkan Pemohon Banding
terutang Pajak Pertambahan Nilai, Majelis berpendapat bahwa jasa yang
diserahkan Pemohon Banding kepada BUT LGC adalah Jasa Kena Pajak
bahwa Jasa Kena Pajak a quo diserahkan di dalam daerah Pabean Indonesia
dan penyerahannya dilakukan dalam kegiatan usaha atau pekerjaan Pemohon
Banding sehingga memenuhi syarat sebagai objek Pajak Pertambahan Nilai.
bahwa dengan demikian Majelis berkesimpulan, koreksi penghasilan affliasi
yang diterima Pemohon Banding dari LGC sebesar Rp 17.106.298.870,00

adalah jumlah penggantian yang diterima oleh Pemohon Banding dari BUT
LGC atas penyerahan Jasa Kena Pajak yang dilakukan Pemohon Banding
kepada BUT LGC yang merupakan objek dan terutang Pajak Pertambahan
Nilai, sehingga koreksi yang dilakukan Terbanding sudah tepat dan harus
dipertahankan.
Koreksi Recon Ledger Entry sebesar Rp 2.617.643.061,00
Menurut Terbanding: bahwa koreksi ini berasal dari biaya penggunaan jasa tenaga konsultan asing
yang kemudian akan ditagihkan kembali kepada pelanggan Pemohon
Banding, jika posisi Recon Ledger Entry positif adalah biaya termasuk dalam
objek Pajak Penghasilan Pasal 26 dan Pajak Pertambahan Nilai Jasa Luar
Negeri, sedangkan jika posisi akun ini negative adalah merupakan penghasilan
dan menjadi objek Pajak Pertambahan Nilai karena telah terjadi penyerahan
jasa kena pajak.
bahwa atas bukti-bukti yang disampaikan dalam persidangan Terbanding
berpendapat:
bahwa berdasarkan penelitian General Ledger akun 690990 Pemohon Banding
telah menunjukkan angka yang cocok dengan objek yang disengketakan
sebesar Rp 2.617.643.061,00.
bahwa berdasarkan penelitian dokumen atau bukti berupa General Ledger,
Employee Time Sheet, Travel Itinerary, tiket pesawat, tagihan hotel, tagihan
karyawan Pemohon Banding yang ditampung dalam account Recon Ledger
Entry.
bahwa tagihan-tagihan tersebut adalah atas biaya perjalanan dinas karyawan
Pemohon Banding, namun tidak dapat diketahui dengan pasti apakah atas
biaya-biaya tersebut merupakan biaya yang ditagihkan kepada pihak luar
negeri karena tidak didukung dengan adanya kontrak/perjanjian dengan pihak
luar negeri.
Menurut Pemohon : bahwa Pemohon Banding tidak setuju dengan koreksi Terbanding karena yang
menentukan ada tidaknya objek Pajak Pertambahan Nilai adalah ada tidaknya
penyerahan jasa kena pajak di dalam daerah pabean dalam lingkungan usaha
Pemohon Banding, sementara Terbanding serta merta mengenakan dan
melakukan koreksi Pajak Pertambahan Nilai tanpa alasan yang jelas, tidak
penjurnalan akuntansi di dalam pembukuan merupakan objek pajak
pertambahan nilai, dengan demikian, koreksi Terbanding dilakukan
berdasarkan asumsi sepihak Terbanding, dan seharusnya tidak dapat
dipertahankan koreksi seperti itu.
bahwa koreksi Terbanding tersebut melanggar ketentuan Pasal 12 ayat (3)
Undang-undang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan dan Pasal 31
Undang-undang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan beserta peraturan
pelaksanaannya yaitu Keputusan Menteri Keuangan mengenai tata cara
pemeriksaan yaitu Keputusan Menteri Keuangan Nomor: 545/KMK.04/2000
tanggal 22 Desember 2000 tentang Tata Cara Pemeriksaan Pajak yang
mewajibkan Terbanding untuk mempunyai dasar, bukti dan temuan yang jelas
dan kuat.
bahwa bukti General Ledger, employee time sheet dimana karyawan bekerja
di luar negeri dan atas jasa di luar negeri tersebut, Pemohon Banding
memperoleh penghasilan, bukti perjalanan dinas ke luar negeri (tiket pesawat,
tagihan hotel, tagihan karyawan dalam account Recon Ledger Entry,
membuktikan bahwa pengenaan Pajak Pertambahan Nilai 10% atas account
ledger Recon Ledger Entry tidak dapat diterima karena tidak ada bukti
terdapat penyerahan jasa di dalam daerah pabean sehubungan account Recon
Ledger Entry.

bahwa di dalam trip cost statement yang didukung bukti perjalanan dinas di
Selandia Baru disebutkan bahwa tujuan perjalanan dinas di luar negeri adalah
untuk proyek di Wellington, New Zeland, transaksi inilah yang dicatat di
Recon Ledger Entry, jadi asumsi adanya objek Pajak Pertambahan Nilai
Dalam Negeri oleh Terbanding tidak dapat dibuktikan Terbanding.
Menurut Majelis

: bahwa Pemohon Banding tidak setuju dengan koreksi Terbanding karena yang
menentukan ada tidaknya objek Pajak Pertambahan Nilai adalah ada tidaknya
penyerahan Jasa Kena Pajak di dalam daerah pabean Indonesia dalam
lingkungan usaha Pemohon Banding, sementara Terbanding serta merta
mengenakan dan melakukan koreksi Pajak Pertambahan Nilai tanpa alasan
yang jelas.
bahwa menurut Pemohon Banding penghasilan sebesar Rp. 2.617.643.061,00
yang dicatat dalam akun recon ledger entry merupakan penghasilan dari
pemberian informasi dan jasa kepada afiliasi yang dilakukan di luar daerah
pabean Indonesia sehingga bukan merupakan objek Pajak Pertambahan Nilai
dalam negeri.
bahwa menurut Terbanding, koreksi akun recon ledger entry berasal dari biaya
penggunaan jasa tenaga konsultan asing yang kemudian akan ditagihkan
kembali kepada pelanggan Pemohon Banding, jika posisi recon ledger entry
positif adalah biaya termasuk dalam objek Pajak Penghasilan Pasal 26 dan
Pajak Pertambahan Nilai Jasa Luar Negeri, sedangkan jika posisi akun ini
negative adalah merupakan penghasilan dan menjadi objek Pajak Pertambahan
Nilai karena telah terjadi penyerahan jasa kena pajak.
bahwa menurut Terbanding, data pendukung yang diberikan oleh Pemohon
Banding berupa travel itinerary/rincian biaya perjalanan dari beberapa
pegawai ke luar negeri, namun demikian data tersebut tidak memuat jumlah
penghasilan yang menjadi objek Pajak Pertambahan Nilai dan tidak dapat
diperlakukan sebagai data pendukung akun ledger Nomor: 690990 (recon
ledger entry) sebesar Rp 2.617.643.061,00.
bahwa dari hasil pemeriksaan, bukti-bukti, data-data dan keterangan dalam
persidangan diketahui:
bahwa berdasarkan pemeriksaan atas bukti-bukti berupa General Ledger,
employee time sheet, travel itinerary, tiket pesawat, tagihan hotel dan tagihan
karyawan terbukti bahwa koreksi Terbanding sebesar Rp. 2.617.643.061,00
pada akun recon ledger entry merupakan tagihan yang dilakukan Pemohon
Banding atas karyawan Pemohon Banding yang bekerja di luar daerah Pabean
Indonesia.
bahwa karyawan Pemohon Banding terbukti bekerja di luar daerah Pabean
Indonesia yang berkerja di proyek Wellington, Selandia Baru walaupun
Terbanding mengakui bahwa jasa yang diserahkan Pemohon Banding a quo
dilakukan di luar daerah Pabean Indonesia namun Terbanding masih
membutuhkan bukti berupa kontrak/perjanjian dengan pihak luar negeri.
bahwa sesuai dengan Pasal 4 huruf c Undang-undang Nomor 8 Tahun 1983
tentang Pajak Pertambahan Nilai Barang dan Jasa dan Pajak Penjualan atas
Barang Mewah sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang-undang
Nomor 42 Tahun 2009 dan penjelasannya disebutkan bahwa Pajak
Pertambahan Nilai dikenakan antara lain atas penyerahan Jasa Kena Pajak di
dalam Daerah Pabean Indonesia yang dilakukan oleh Pengusaha dan
penyerahan dilakukan dalam rangka kegiatan usaha atau pekerjaannya.
bahwa sesuai dengan Pasal 4A ayat (3) huruf j Undang-undang Nomor 8
Tahun 1983 tentang Pajak Pertambahan Nilai Barang dan Jasa dan Pajak
Penjualan atas Barang Mewah sebagaimana telah diubah terakhir dengan

Undang-undang Nomor 42 Tahun 2009 disebutkan bahwa jasa di bidang


tenaga kerja termasuk dalam kelompok jenis jasa yang tidak dikenakan Pajak
Pertambahan Nilai.
bahwa Majelis berpendapat, jasa yang diserahkan oleh Pemohon Banding
adalah jasa di bidang tenaga kerja yang dilakukan sesuai dengan kegiatan
usaha Pemohon Banding serta terbukti dan meyakinkan Majelis bahwa jasa a
quo termasuk dalam kelompok jenis jasa yang tidak dikenakan Pajak
Pertambahan Nilai dan diserahkan di luar daerah pabean Indonesia oleh
Pemohon Banding.
bahwa Terbanding dalam persidangan mengakui bahwa jasa a quo diserahkan
oleh Pemohon Banding di luar daerah Pabean Indonesia walaupun Terbanding
masih membutuhkan bukti berupa kontrak/perjanjian dengan pihak luar negeri,
Majelis berpendapat bahwa dari bukti-bukti yang disampaikan oleh Pemohon
Banding berupa bukti perjalanan dinas dan trip cost statement cukup
meyakinkan Majelis bahwa jasa di bidang tenaga kerja a quo diserahkan
Pemohon Banding di luar daerah Pabean Indonesia dan termasuk dalam
kelompok jenis jasa yang tidak dikenakan Pajak Pertambahan Nilai.
bahwa dengan demikian Majelis berkesimpulan, koreksi Dasar Pengenaan
Pajak Pajak Pertambahan Nilai pada akun recon ledger entry yang dilakukan
Terbanding sebesar Rp. 2.617.643.061,00 adalah jumlah penggantian yang
diterima oleh Pemohon Banding atas penyerahan jasa di bidang tenaga kerja di
luar daerah Pabean Indonesia dan bukan merupakan objek Pajak Pertambahan
Nilai, sehingga koreksi yang dilakukan Terbanding tidak tepat dan harus
dibatalkan.
Koreksi Pemberian Cuma-Cuma sebesar Rp 74.960.000,00
Menurut Terbanding: bahwa koreksi ini adalah objek Pajak Pertambahan Nilai yang berasal dari
biaya incentive dan promo yang merupakan pemberian Cuma-cuma Barang
Kena Pajak adalah pemberian yang diberikan tanpa imbalan pembayaran baik
barang produksi sendiri maupun bukan produksi sendiri, termasuk pemberian
contoh barang untuk promosi kepada relasi atau pembeli, pada saat Surat
Pemberitahunan Hasil Pemeriksaan Terbanding memang belum memasukkan
biaya incentive dan promo sebagai objek Pajak Pertambahan Nilai, dalam
Surat Pemberitahuan Hasil Pemeriksaan Terbanding mengoreksi positif biaya
incentive dan promo, berdasarkan penjelasan tanggapan Pemohon Banding
atas Surat Pemberitahuan Hasil Pemeriksaan, menyatakan bahwa Pemohon
Banding tidak setuju atas koreksi positif biaya tersebut karena merupakan
biaya sumbangan pemberian souvenir dan barang promosi lainnya, sehingga
Terbanding membatalkan koreksi positif tersebut namun memasukkannya
dalam equalisasi Dasar Pengenaan Pajak Pajak Pertambahan Nilai karena
merupakan objek Pajak Pertambahan Nilai.
bahwa oleh karena itu Terbanding berpendapat bahwa atas pemberian cumacuma tersebut tetap terutang Pajak Pertambahan Nilai.
Menurut Pemohon : bahwa Pemohon Banding tidak setuju dengan koreksi Terbanding,
berdasarkan Surat Pemberitahuan Hasil Pemeriksaan Nomor: Pem048/WPJ.07/KP.0600/2008 tertanggal 28 Februari 2008, Terbanding tidak
menyebutkan secara jelas rincian dan sumber adanya koreksi tersebut, akan
tetapi dalam proses setelah Surat Pemberitahuan Hasil Pemeriksaan tersebut,
terdapat koreksi tersebut, oleh karena tidak diberitahukan secara jelas, maka
koreksi tersebut mengandung cacat hukum.
bahwa Terbanding seharusnya juga merujuk Pasal 16D Undang-undang Pajak
Pertambahan Nilai yang menyebutkan bahwa penyerahan barang yang tidak
untuk diperdagangkan akan terutang Pajak Pertambahan Nilai hanya bila saat

perolehannya tidak ada Pajak Pertambahan Nilai Masukan yang dibayar yang
dapat dikreditkan.
bahwa dalam kasus Pemohon Banding, souvenir tersebut bukan barang
dagangan dan pada saat perolehannya TIDAK ADA faktur pajak masukan
yang dapat dikreditkan sehingga semestinya tidak ada Pajak Pertambahan
Nilai yang terutang sesuai Pasal 16D Undang-undang Pajak Pertambahan
Nilai.
bahwa pemberian untuk pembuatan Banner dan Spanduk untuk promosi
bukanlah merupakan pemberian barang kena pajak cuma-cuma
karena
banner dan spanduk merupakan sarana promosi Pemohon Banding, spanduk
dan banner ini tidak diberikan ke pihak lain melainkan sekedar untu dipajang
atau dipasang di tempat dilaksanakannya promosi tersebut.
bahwa tidak ada pihak yang menerima manfaat atau jasa dari dipasangnya
spanduk dan banner tersebut.
Menurut Majelis

: bahwa menurut Terbanding, koreksi sebesar Rp 74.960.000,00 berasal dari


biaya incentive dan promo berupa pemberian cuma-cuma yang merupakan
objek Pajak Pertambahan Nilai.
bahwa menurut Terbanding, pemberian cuma-cuma Barang Kena Pajak
adalah pemberian yang diberikan tanpa imbalan pembayaran baik barang
produksi sendiri maupun bukan produksi sendiri, termasuk pemberian contoh
barang untuk promosi kepada relasi atau pembeli.
bahwa menurut Pemohon Banding, koreksi Terbanding sebesar
Rp 74.960.000,00 merupakan biaya-biaya promosi seperti pembuatan brosur,
logo, turnamen golf dan sejenisnya yang merupakan biaya-biaya dalam rangka
memperoleh penghasilan bagi perusahaan dan bukan untuk pemakaian sendiri
sehingga tidak terutang Pajak Pertambahan Nilai.
bahwa menurut Pemohon Banding, koreksi pemberian cuma-cuma yang
dilakukan Terbanding sebesar Rp 74.960.000,00 bersumber dari akun biaya
incentive dan promo yang terdiri dari pemberian souvenir, pembuatan spanduk
dan lain-lain.
bahwa dari hasil pemeriksaan, bukti-bukti, data-data dan keterangan dalam
persidangan diketahui:
bahwa dari bukti-bukti yang disampaikan dalam persidangan terbukti bahwa
koreksi Terbanding dari akun biaya incentive dan promo merupakan
pemberian souvenir berupa mousepad, banner, merchandise golf tournament,
polo t-shirt, mug stainless, t-shirt tennis dan pembuatan spanduk.
bahwa sesuai dengan Pasal 1A ayat (1) huruf d Undang-undang Nomor 8
Tahun 1983 tentang Pajak Pertambahan Nilai Barang dan Jasa dan Pajak
Penjualan atas Barang Mewah sebagaimana telah diubah terakhir dengan
Undang-undang Nomor 18 Tahun 2000 dan penjelasannya disebutkan bahwa
yang termasuk dalam pengertian penyerahan Barang Kena Pajak adalah
pemakaian sendiri dan atau pemberian cuma-cuma atas Barang Kena Pajak
bahwa Pemakaian sendiri diartikan pemakaian untuk pengurus, atau
kepentingan pengusaha sendiri, karyawannya, baik barang produksi sendiri
maupun bukan produksi sendiri. Sedangkan pemberian cuma-cuma diartikan
sebagai pemberian yang diberikan tanpa pembayaran baik barang produksi
sendiri maupun bukan produksi sendiri.
bahwa Majelis berpendapat, souvenir berupa mousepad, banner, merchandise
golf tournament, polo t-shirt, mug stainless, t-shirt tennis dan spanduk adalah
Barang Kena Pajak yang terutang Pajak Pertambahan Nilai.

bahwa Majelis berpendapat, pemberian souvenir berupa mousepad, banner,


merchandise golf tournament, polo t-shirt, mug stainless dan t-shirt tennis dan
spanduk kepada relasi dalam tournament golf sebesar Rp. 74.960.000,00
merupakan penyerahan Barang Kena Pajak atas pemberian cuma-cuma yang
terutang Pajak Pertambahan Nilai walaupun souvenir dan spanduk a qou tidak
diproduksi oleh Pemohon Banding.
bahwa dengan demikian Majelis berkesimpulan, koreksi pemberian cumacuma yang dilakukan Terbanding sebesar Rp. 74.960.000,00 merupakan
penyerahan Barang Kena Pajak atas pemberian cuma-cuma yang terutang
Pajak Pertambahan Nilai, sehingga koreksi yang dilakukan Terbanding sebesar
Rp. 74.960.000,00 sudah tepat dan harus dipertahankankan.
bahwa oleh karena berdasarkan hasil pemeriksaan dalam persidangan
Pemohon Banding dapat membuktikan sebagian permohonan bandingnya,
maka Majelis berketetapan untuk menggunakan kuasa Pasal 80 ayat (1) huruf
b Undang-undang Nomor 14 Tahun 2002 tentang Pengadilan Pajak untuk
mengabulkan sebagian permohonan banding Pemohon Banding sehingga
perhitungan pajaknya menjadi sebagai berikut:
Jumlah Menurut
(Rp)

Uraian
PB

Dasar Pengenaan Pajak


Pajak Keluaran yang dipungut sendiri
Pajak Masukan dapat diperhitungkan
PPN yang kurang (lebih) dibayar
Dikompensasikan ke Masa berikut
PPN yang masih kurang (lebih) dibayar
Sanksi Administrasi:
- Bunga Pasal 13 (2) KUP
- Kenaikan Pasal 13 (3) KUP
PPN ymh (lebih) dibayar

Tb

Majelis

61.913.751.968,00

81.712.653.814,00

79.095.010.753,00

Koreksi
Dikabulkan
Majelis
2.617.643.061,00

1.950.938.010,00
2.695.391.226,00
(744.453.216,00)
744.453.216,00
0,00

3.930.828.194,00
2.695.391.226,00
1.235.436.968,00
744.453.216,00
1.979.890.184,00

3.669.063.888,00
2.695.391.226,00
973.672.662,00
744.453.216,00
1.718.125.878,00

261.764.306,00
0,00
261.764.306,00
0,00
261.764.306,00

0,00
0,00
0,00

370.631.090,00
744.453.216,00
3.094.974.490,00

292.101.798,00
744.453.216,00
2.754.680.892,00

78.529.292,00
0,00
340.293.598,00

Memperhatikan

Surat Banding, Surat Uraian Banding, Surat Bantahan, hasil pemeriksaan dan
pembuktian di dalam persidangan serta kesimpulan Majelis.

Mengingat

1. Undang-undang Nomor 14 Tahun 2002 tentang Pengadilan Pajak,


2. Undang-undang Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan
Tatacara Perpajakan sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undangundang Nomor 16 Tahun 2000.
3. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1983 tentang Pajak Pertambahan Nilai
Barang dan Jasa dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah sebagaimana
telah diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2000.

Memutuskan

Menyatakan Mengabulkan sebagian banding Pemohon Banding terhadap


Keputusan Terbanding Nomor: KEP-150/WPJ.07/BD.05/2009 tanggal 26
Februari 2009 mengenai Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Pajak
Pertambahan Nilai Barang dan Jasa masa pajak Januari sampai dengan
Desember 2006, sehingga jumlah Pajak Pertambahan Nilai Masa Pajak
Januari sampai dengan Desember 2006 yang masih harus dibayar menjadi:
Uraian
Dasar Pengenaan Pajak
Pajak Keluaran yang dipungut sendiri
Kredit Pajak Pertambahan Nilai
PPN yang kurang (lebih) dibayar
Dikompensasikan ke Masa berikut

Jumlah (Rp)
79.095.010.753,00
3.669.063.888,00
2.695.391.226,00
973.672.662,00
744.453.216,00

PPN yang masih kurang (lebih) dibayar


Sanksi Administrasi
- Bunga Pasal 13 (2) KUP
- Kenaikan Pasal 13 (3) KUP
Jumlah PPN ymh (lebih) dibayar

1.718.125.878,00
292.101.798,00
744.453.216,00
2.754.680.892,00

Anda mungkin juga menyukai