Anda di halaman 1dari 5

Nurmaya Permata Sari

022020715
Tugas artikel Hukum Pajak di Indonesia & Ketentuan Umum yang berlaku di Indonesia
A. Pengertian Hukum Pajak
Hukum pajak adalah hukum yang bersifat public dalam mengatur hubungan negara dan
orang/badan hukum yang wajib untuk membayar pajak. Selain itu, hukum pajak diartikan sebagai
keseluruhan dari peraturan-peraturan yang mencakup tentang kewenangan pemerintah untuk
mengambil kekayaan seseorang dan menyerahkan kembali kepada masyarakat melalui uang/kas
negara.
Hukum pajak dibedakan menjadi dua bagian, yaitu :
1. Hukum Pajak Formal
Hukum Pajak Formal, memuat bentuk/ tata cara untuk mewujudkan hukum materil menjadi
kenyataan (cara melaksanakan hukum pajak materil). Hukum ini memuat antara lain:
Tata cara penyelanggaraan (prosedur) penetapan suatu utang pajak.
Hak fiskus untuk mengadakan pengawasan terhadap para Wajib Pajak mengenai
keadaan, perbuatan dna peristiwa yang menimbulkan utang pajak.
Kewajiban Wajib Pajak misalnya menyelenggarakan pembukuan/pencatatan, dan hak-hak
Wajib Pajak misalnya mengajukan keberatan atau banding. Contoh: Ketentuan Umum dan
Tata Cara Perpajakan.
2. Hukum Pajak Material
Hukum Pajak Material adalah hukum pajak yang memuat tentang ketentuan-ketentuan terhadap
siapa yang dikenakan pajak dan siapa yang dikecualikan dengan pajak serta berapa harus
dibayar. Hokum pajak material menerangkan antara lain keadaan, perbuatan, peristiwa hukum
yang dikenai pajak (objek pajak), siapa yang dikenakan pajak (subjek), berapa besar pajak yang
dikenakan (tarif), segala sesuatu tentang timbul dan hapusnya utang pajak, dan hubungan hukum
antara pemerintah dan Wajib Pajak. Contoh: Undang-undang Pajak Penghasilan.
Pada pajak penghasilan (PPh) dan pajak pertambahan nilai (PPN), Hukum Pajak Formal untuk kedua jenis
pajak tersebut adalah UU No. 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan (UU
KUP) sebagaimana diubah terakhir dengan UU No16 Tahun 2009. Artinya, kewajiban dan hak Wajib Pajak
dalam urusan PPh dan PPN dapat kita temukan pada UU KUP.
Hukum Pajak Material PPh terpisah dengan Hukum Pajak Material PPN. Hukum Pajak Material PPh
adalah UU No. 7 Tahun 1983 sebagaimana diubah terakhir dengan UU No. 36 Tahun 2008, sedangkan
untuk PPN adalah UU No. 8 Tahun 1983 sebagaimana diubah terakhir dengan UU No. 42 Tahun 2009.
Paparan diatas adalah Sambutan dari Kepala Sub-Direktorat Peraturan KUP dan PPSP Direktorat
Peraturan Perpajakan I dalam acara Pembukaan DTSS Manajemen Waskon Angkatan II dan DTSS KUP
Menengah Angkatan II di Aula Gedung B BPPK. DTSS Manajemen Waskon Angkatan II dan DTSS KUP

Menengah Angkatan II yang diselenggarakan oleh Pusdiklat Pajak mulai tanggal 13 sampai dengan 17
Mei 2013 di Gedung A BPPK dibuka secara resmi oleh Kepala Sub-Direktorat Peraturan KUP dan PPSP
Direktorat Peraturan Perpajakan I DJP.

B. Syarat Syarat Pemungutan Pajak


Agar pemungutan pajak tidak menimbulkan hambatan atau perlawanan, terlebih dahulu harus memenuhi
syarat syarat pemungutan pajak, sebagai berikut :

Syarat Pemungutan Pajak harus Adil (Syarat Pajak Keadilan)


Sesuai dengan tujuan hukum yaitu mencapai keadilan, maka dalam undang-undang dan
pelaksanaan pemungutan pajak harus adil. Adil dalam perundang-undangan yaitu mengenakan
pajak secara umum dan merata, hal ini disesuaikan dengan kemampuan masing-masing.
Sedangkan adil dalam pelaksanaan yaitu dengan memberikan hak bagi si wajib pajak untuk
mengajukan keberatan pembayaran, penundaan pembayaran dan mengajukan banding kepada
Majelis Pertimbangan Pajak.

Syarat Pemungutan Pajak harus berdasarkan undang-undang (Syarat Pajak Yuridis)


Syarat pemungutan pajak harus didasarkan pada undang-undang, oleh karenanya di Indonesia
dimuar dalam UUD 1945. Hal ini memberikan jaminan hukum untuk menyatakan keadilan, baik itu
bagi negara maupun warga negara.

Syarat Pemungutan Pajak tidak Menggangu Perekonomian (Syarat Pajak Ekonomis)


Salah satu syarat pemungutan pajak ialah tidak boleh mengganggu kelancaran kegiatan produksi
maupun perdagangan, sehingga tidak menimbulkan kelesuan perekonomian masyarakat.

Syarat Pemungutan Pajak harus Efisien (Syarat Pajak Finansial)


Syarat pemungutan pajak salah satunya yaitu harus efisien sesuai dengan fungsi budgetair, biaya
pemungutan pajak harus dapat ditekan sehingga lebih rendah dari hasil pemungutannya.

Syarat Pemungutan Pajak sistemnya harus sederhana


Salah satu dari Syarat pemungutan pajak yaitu sistem pemungutannya harus sederhana,
sehingga memudahkan dan mendorong masyarakan dalam memenuhi kewajiban perpajakannya.
Syarat pemungutan pajak ini dipenuhi oleh undang-undang perpajakan yang baru.

C. Tata Cara Pemungutan Pajak

Dalam tata cara pemungutan pajak harus diperhatikan tiga garis besar, yaitu :
Stelsel Pajak
Tata cara pemungutan pajak yaitu dapat dilakukan berdasarkan pada 3 stelsel pajak :
1. Stelsel Pajak Nyata
Pengenaan pajak didasarkan pada objek (penghasilan yang nyata), sehingga pemungutan
pajak baru dapat dilakukan pada akhir tahun pajak, yaitu setelah diketahui penghasilan
yang sesungguhnya. Stelsel nyata mempunyai kelebihan dan kekurangan. Kelebihan
stelsel nyata ini ialah pajak yang dikenakan lebih realistis, sedangkan kelemahan stelsel
pajak ini adalah pajak baru dapat dikenakan pada akhir periode (setelah penghasilan
sesungguhnya telah diketahui).
2. Stelsel Pajak Anggapan
Pengenaan pajak yang didasarkan pada suatu anggapan yang diatur oleh undangundang. Contohnya, penghasilan suatu tahun dianggap sama dengan tahun sebelumnya,
sehingga pada waktu awal tahun pajak sudah dapat ditetapkan besarnya pajak yang
terutang untuk tahun pajak berjalan. Kelebihan stelsel pajak anggapan ialah pajak dapat
dibayar selama tahun berjalan, tanpa harus menunggu akhir tahun. Kelemahan stelsel
pajak anggapan adalah pajak yang dibayar tidak berdasarkan pada keadaan yang
sesungguhnya.
3. Stelsel pajak campuran
Pengenaan pajak campuran ini merupakan kombinasi antara stelsel pajak nyata dengan
stelsel pajak anggapan. Pada awal tahun, besarnya pajak dihitung berdasarkan suatu
anggapan, kemudian pada akhir tahun bersarnya pajak disesuaikan dengan keadaan yang
sebenarnya. Jika besarnya pajak menurut kenyataan lebih besar dari pada pajak menurut
anggapan, maka si wajib pajak harus menambah. Sebaliknya, jika lebih kecil kelebihannya
dapat diminta kembali.
Asas Pemungutan Pajak
1. Asas pajak domisili (asas tempat tinggal)
Dalam tata cara pemungutan pajak harus memperhatikan asas domisili (asas tempat
tinggal). Negara memiliki kewenangan mengenakan pajak atas seluruh penghasilan wajib
pajak yang bertempat tinggal di wilayahnya, baik itu penghasilan yang berasal dari dalam
maupun luar negeri. Asas pajak domisli berlaku untuk wajib pajak dalam negeri.
2. Asas pajak sumber
Dalam tata cara pemungutan pajak harus memperhatikan sumber pajaknya berasal.
Negara berhak mengenakan pajak atas penghasilan yang bersumber di wilayahnya tanpa
memperhatikan tempat tinggal wajib pajak.
3. Asas pajak kebangsaan
Dalam tata cara pemungutan pajak harus dihubungkan dengan kebangsaan suatu negara.

D. Sistem Pemungutan Pajak


1. Official Assessment System
Pengertian Official Assessment system adalah suatu sistem pemungutan pajak yang
memberi wewenang kepada pemerintah (fiskus) untuk menentukan besarnya pajak
terutang oleh wajib pajak. Fiskus adalah perbendaharaan pajak.
ciri-cirinya :
wewenang untuk menentukan berapa besar pajak terutang yang ada pada fiskus.
wajib pajak bersifat pasif.
utang pajak akan timbul pada saat dikeluarkannya surat ketetapan pajak oleh
fiskus.
2. Self Assessment System
Pengertian Self Assessment System adalah sistem pemungutan pajak yang memberi
wewenang kepada wajib pajak untuk menentukan sendiri besarnya pajak yang terutang.
ciri-cirinya :
wewengan untuk menentukan besarnya pajak terutang ada pada wajib pajak
sendiri. Dalam hal ini wajib pajak aktif, mulai dari menghitung, menyetor dan
melaporkan sendiri pajak yang terutang.
fiskus tidak ikut campur, akan tetapi hanya mengawasi.
3. With Holding System
Pengertian With Holding System adalah sistem pemungutan pajak yang memberi
wewenang kepada pihak ketiga (bukan fiskus dan bukan wajib pajak yang bersangkutan)
untuk menentukan besarnya pajak yang terutang oleh wajib pajak.
ciri-cirinya :
wewenang menentukan besarnya pajak yang terutang ada pada pihak ketiga,
pihak selain fiskus dan wajib pajak.

Dalam tata cara pemungutan pajak, pemungutan pajak dilarang diborongkan. Setiap wajib pajak
membayar pajak yang terutang berdasarkan surat ketetapan pajak atau dibayar sendiri oleh wajib pajak
berdasarkan peraturan perundang-undanga perpajakan. Wajib pajak yang memenuhi kewajiban
perpajakan berdasarkan penetapan Kepala Daerah dibayar dengan menggunakan Surat Pemberitahuan
Pajak Daerah (SPTPD), Surat Ketetapan Pajak Daerah Kurang Bayar (SKPDKB) dan/atau Surat Ketetapan
Pajak Daerah Kurang Bayar Tambahan (SKPDKBT).

Sekian pembahan mengenai pengertian pajak, fungsi pajak, syarat pemungutan pajak dan tata
cara pemungutan pajak, semoga artikel saya mengenai pengertian hukum pajak, fungsi pajak, syarat
pemungutan pajak dan tata cara pemungutan pajak dapat bermanfaat.
Sumber : http://www.bppk.kemenkeu.go.id/berita-pajak/12494-hukum-pajak-materil-dan-formil
https://id.wikipedia.org/wiki/Hukum_pajak#cite_ref-Pajak_2-2
Buku dalam Penulisan Pengertian Pajak, Fungsi Pajak, Syarat Pemungutan Pajak dan Tata cara
Pemungutan Pajak :
Mardiasmo, 2011. Perpajakan (Edisi Revisi Tahun 2011). Penerbit CV Andi offset : Yogyakarta

Anda mungkin juga menyukai