Luthfi
Muhammad Rizki
Dyah Laraswati ( 17212016 )
Khansahasna N.R ( 17212046 )
Danny Zakaria ( 172120 )
PAJAK ROKOK
OBJEK PAJAK
ROKOK
1. Rokok daun adalah hasil tembakau yang dibuat dengan daun nipah, daun
jagung (klobot), atau sejenisnya dengan cara dilinting, untuk dipakai, tanpa
mengindahkan barang pengganti.
2. Sigaret adalah hasil tembakau yang dibuat dari tembakau ranjangan yang
dibalut dengan kertas dengan cara dilinting untuk dipakai, tanpa
mengindahkan bahan pengganti atau bahan pembantu yang digunakan
dalam pembuatannya.
Dikecualikan dari objek pajak rokok adalah rokok yang tidak dikenai cukai berdasarkan
peraturan perundang-undangan di bidang cukai.
Cukai tidak dipungut atas barang kena cukai terhadap tembakau iris yang dibuat dari
tembakau hasil tanaman di Indonesia yang tidak dikemas untuk penjualan eceran atau
dikemas untuk penjualan eceran dengan bahan pengemas tradisonal yang lazim
dipergunakan, apabila dalam pembuatannya tidak dicampur atau ditambah dengan
tembakau yang berasal dari luar negeri atau bahan lain yang lazim dipergunakan dalam
pembuatan hasil tembakau dan atau pada kemasannya ataupun tembakau irisnya tidak
dibubuhi merek dagang, etiket, atau yang sejenis itu.
BUKAN OBJEK ROKOK
Pasal 6 Ayat 2 ditentukan bahwa cukai tidak dipungut atas barang kena cukai
(termasuk hasil tembakau) apabila :
1. Diangkut terus atau diangkut lanjut dengan tujuan luar daerah pabean.
2. Diekspor.
3. Dimasukan dalam pabrik atau tempat penyimpanan
4. Digunakan sebagai bahan baku atau bahan penolong dalam pembuatan
barang hasil akhir yang merupakan barang kena cukai; atau
5. Telah musnah atau rusak sebelum dikeluarkan dari pabrik, tempat penyimpanan
atau sebelum diberikan persetujuan impor untuk dipakai.
SUBJEK PAJAK DAN WAJIB PAJAK ROKOK
Dalam hal wajib pajak adalah badan maka kewajiban perpajakan diwakili oleh
pengurus atau kuasa badan tersebut.
Dasar pengenaan Pajak Rokok adalah cukai yang ditetapkan oleh pemerintah
pusat terhadap rokok. Yang dimaksud dengan "cukai" adalah pungutan negara
yang dikenakan terhadap hasil tembakau berupa sigaret, cerutu dan rokok daun
sesuai dengan peraturan perundang-undangan dibidang cukai, yang dapat
berupa presentase dari harga dasar (advalorum) atau jumlah dalam rupiah untuk
setiap batang rokok (spesifik) atau penggambungan dari keduanya.
TARIF PAJAK ROKOK
Tarif Pajak Rokok ditetapkan sebesr 10% dari cukai rokok. Undang-undang nomer 28
tahun 2009 pada penjelasan pasal 29 menyatakan bahwa pada saat di berlaukukannya
ketentuan mengenai Pajak Rokok, pengenaan Pajak Rokok sebesar 10% dari cukai rokok di
perhitungkan dalam penetapan tarif cukai nasional.
Pemerintah pusat menetapkan tarif cukai spesifik sebesar Rp200,00/batang dan tarif
advolorum sebesar 40% dari harga jual eceran yang ditetapkan pemerintah pusat. Dalam
kasus ini besarnya dasar pengenaan Pajak Rokok ditetukan sebagai berikut :
– Apabila pemerintah pusat hanya mengenakan tarif spesifik, dasar pengenaan pajak
adalah Rp200,00/ batang.
– Apabila pemerintah pusat hanya mengenakan tarif advolorum, dasar pengenaan
pajak adalah 40% x HJE ; dan
– Apabila pemerintah mengenakan tarif spesifik dan advolorum, dasar pengenaan
pajak adalah (Rp200,00/batang + 40% HJE
PERHITUNGAN PAJAK ROKOK
Besaran pokok Pajak Rokok yang terutang di hitung dengan cara mengalihkan tarif
pajak dengan dasar pengenaan pajak. Secara umum perhitungan pajak rokok adalah
sesuai dengan rumus berikut :
Dalam tahun 2011 penerimaan cukai nasional sebesar 100, dan di proyeksikan meningkat 10%
setiap tahunnya sesuai dengan peta jalur industri rokok nasional. Tanpa adanya pengenaan Pajak
Rokok oleh daerah, penerimaan cukai nasional tahun 2012 menjadi 110, kemudian meningkat
menjad 121 di tahun 2013. Ada tahun 2014, saat mulai di berlaukannya Pajak Rokok, penerimaan
cukai nasional di proyeksi sebesar 133, yang terdiri dari 121 sebagai penerimaan cukai pemerintah
pusat dan 12 sebagai Pajak Rokok untuk daerah. Pola ini berlanjut untuk tahun 2015 dan
seterusnya. Ilustrasi tersebut dapat di lihat sebagaimana di bawah ini :