Penulis
i
DAFTAR ISI
ii
BAB III ............................................................................................................................. 29
OBJEK DAN METODE PENELITIAN........................................................................... 29
3.1 Objek Penelitian ................................................................................................ 29
3.2 Metode Penelitian ............................................................................................. 29
3.3 Definisi Operasionalisasi Variabel.................................................................... 29
3.4 Jenis dan Sumber Data ...................................................................................... 31
3.5 Populasi dan Sampel ......................................................................................... 31
3.6 Teknik Analisis Data......................................................................................... 31
3.6.1 Analisis Efektivitas ................................................................................... 31
3.6.2 Analisis Kontribusi ................................................................................... 32
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1
1. Pendapatan Asli Daerah
2. Dana Perimbangan
3. Pinjaman Daerah
4. Lain-lain Pendapatan Daerah yang Sah
2
Masalah mendasar yang dihadapi oleh semua pemerintah daerah
kabupaten dan kota adalah bagaimana meningkatkan Pendapatan Asli Daerah
(PAD) agar dapat lebih mandiri dalam penyelenggaraan otonomi daerah dengan
kewenangan yang luas, bertanggung jawab yang diwujudkan dengan pengaturan,
pembagian dan pemanfaatan sumber daya yang berkeadilan, serta perimbangan
keuangan pusat dan daerah (I Made Sedana Yasa:2009).
Kota Tangerang yang merupakan kota terbesar di Provinsi Banten dan
juga kota ketiga terbesar di kawasan Jabotabek memiliki banyak pos pendapatan
dari sektor pajak daerah. Adapun sumber-sumber penerimaan dari pajak daerah
yang dihimpun pemerintah kota Tangerang untuk dijadikan sumber dana
Pendapatan Asli daerah (PAD) adalah: (1) Pajak Hotel, (2) Pajak Restoran, (3)
Pajak Reklame, (4) Pajak Hiburan, (5) Pajak Penerangan Jalan, (6) Pajak atas
Penyelenggaraan Parkir Swasta, (7) Pajak Air Tanah, (8) Bea Perolehan Hak Atas
Tanah dan Bangunan. Letak kota Tangerang yang dekat dengan Ibu Kota Negara
tentu nya sangat strategis untuk dijadikan tempat transit atau hunian sementara
bagi masyarakat yang bekerja di Ibu Kota dan sekitarnya, hal ini diperkuat pula
oleh keberadaan Bandar Udara utama Indonesia yakni Bandara Soekarno-Hatta
yang berada di kota Tangerang. Akibat dari hal yang diuraikan diatas, membuat
bisnis perhotelan di Kota Tangerang semakin menjamur. Para investor banyak
berinvestasi di sektor hunian sementara berupa hotel yang nanti nya memberikan
dampak tersendiri bagi Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kota Tangerang.
Berikut adalah pertumbuhan target dan realisasi Pendapatan Asli Daerah
(PAD) Kota Tangerang dari tahun 2012-2016.
Tabel 1.1
Target dan Realisasi PAD kota Tangerang Tahun 2011–2015
3
PAD tersebut bukanlah hanya dari target melainkan juga dari realisasi
penerimaannya. Padatahun 2011 kenaikan realisasi PAD mencapai 16,62% dari
tahun sebelumnya, tahun 2012 kenaikan realisasi PAD mencapai 26,40%, pada
tahun 2013 kenaikannya mencapai 29,17%, pada tahun 2014 mencapai 54,31%,
dan tahun 2015 kenaikannya mencapai 16,93% dari tahun 2014. Struktur
penerimaan PAD Kota Tangerang memiliki pertumbuhan yang positif bila dilihat
dari sisi pergerakannya. Keseluruhan pertumbuhan PAD kota Tangerang yang
positif itu tentu nya sangat didukung dengan kontribusi penerimaan pajak daerah
nya.
Penerimaan dari pajak hotel sangat potensial bagi kota Tangerang, hal itu
sejalan dengan letak geografis kota Tangerang yang strategis. Seperti berita yang
dikutip dari Kompas.com bahwa dalam lima tahun, jumlah hotel di Tangerang
meroket hingga 3 kali lipat (kompas.com). Dengan banyaknya jumlah hotel yang
berada di kota Tangerang, secara otomatis membuat jumlah kamar hotel di kota
Tangerang pun ikut meroket. Tabel pertumbuhan industri hotel di kota Tangerang
dapat dilihat pada tabe berikut.
Tabel 1.2
Perkembangan Jumlah Industri Hotel di Kota Tangerang Tahun
2011-2015
Tahun Jumlah Kamar Hotel (Unit)
2011 1.423
2012 1.681
2013 1.847
2014 2.993
2015 4.072
Sumber: BPS Kota Tangerang (diolah kembali)
Dari data diatas, dapat dilihat bahwa jumlah kamar hotel di kota
Tangerang dari tahun 2011-2015 selalu mengalami kenaikan. Kenaikan jumlah
kamar hotel di kota Tangerang tersebut tentunya akan berdampak terhadap
penerimaan PAD dari sektor pajak hotel. Untuk mengoptimalkan pemungutan
pajak hotel tersebut, maka perlu dilakukan perhitungan penerimaan pajak daerah
yang akurat sehingga nantinya dapat diketahui tingkat efektivitasnya dan juga
bagaimana kontribusi nya terhadap Penerimaan Asli Daerah (PAD). Selain itu,
Pemerintah Kota Tangerang juga menargetkan penerimaan dari sektor pajak
senilai 1,3 Triliun pada 2016, nilai itu naik 30 miliar dari periode tahun
sebelumnya (okezone.com).
4
Potensi Pajak Hotel dan Pajak Restoran dan Kontribusinya Terhadap Pendapatan
Asli Daerah (Studi Kasus pada Dinas Pendapatan Daerah Kota Batu Tahun 2011-
2013), dan juga mengacu pada penelitian yang telah diteliti oleh Christina Ratih
(2010) yang berjudul “Analisis Kontribusi Pajak Hotel dan Restoran Terhadap
Pendapatan Asli Daerah (Studi Kasus di Pemerintah Kota Yogyakarta)”.
Perbedaan antara penelitian terdahulu dengan penelitian ini terdapat pada
jenis pajak daerah yang diteliti, tempat dilakukannya penelitian, dan juga rentang
waktu penelitiannya. Pada penelitian terdahulu penelitian berfokus pada dua jenis
pajak daerah yakni pajak hotel dan restoran, tempat penelitiannya yang dilakukan
di kota Batu dan kota Yogyakarta, juga pada rentang data penelitian dari tahun
2010 sampai dengan 2013. Pada penelitian kali ini, penulis memilih berfokus pada
pajak hotel di kota Tangerang. Hal ini didasari pada fenomena yang terjadi bahwa
pertumbuhan penerimaan pajak hotel dan juga pertumbuhan jumlah hotel itu
sendiri di kota Tangerang yang sangat signifikan.
Hasil dari penelitian ini penulis harapkan dapat menjadi masukan bagi
penelitian selanjutnya, khususnya untuk pengkajian mengenai topik-topik yang
dibahas pada penelitian ini yakni efektivitas pajak hotel serta kontribusinya
terhadap Pendapatan Asli Daerah.
5
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Penulis
c. Pihak Lain
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
7
yang dirasakan masyarakat dengan adanya peningkatan penerimaan PAD
adalah kelancaran pembangunan. Pembangunan ini meliputi berbagai sektor
diantaranya pembangunan jalan, pembangunan fasilitas umum dan fasilitas lain
(Ardiyansyah, 2005).
8
2.2.2 Jenis-Jenis Pajak Daerah
Terdapat bermacam-macam pajak daerah yang dapat mempengaruhi
penerimaan dari pajak daerah itu sendiri yang kemudian dapat mempengaruhi
penerimaan dari PAD di suatu daerah.Menurut Undang-Undang Nomor 28 Tahun
2009 dinyatakan bahwa terdapat jenis-jenis dari pajak daerah, yang terdiri dari:
9
c. Pajak Hiburan
Pajak Hiburan adalah pajak yang dipungut oleh pemerintah daerah
atas penyelenggaraan suatu daeraah. Hiburan adalah semua jenis
pertunjukan, permainan, dan keramaian dengan nama dan bentuk
apapun yang ditonton dan dinikmati oleh setiap orang dengan
dipungut bayaran oleh pemerintah daerah. (Pasal 1 Angka 24 UU
Nomor 28 Tahun 2009 Tentang Pajak Daerah Dan Retribusi
Daerah).
d. Pajak Reklame
Pajak Reklame adalah pajak yang dipungut oleh pemerintah daerah
atas penyelenggaraan reklame. Reklame adalah benda, alat, atau
media yang bentuk susunan dan corak raganya dirancang untuk
tujuan komersial yang dipergunakan untuk memperkenalkan,
menganjurkan, mempromosikan, memuji, dan menarik perhatian
umum terhadap barang, jasa, orang, atau badan, yang dapat dilihat,
didengar, dirasakan dan dinikmati oleh umum. (Pasal 1 Angka 26
UU Nomor 28 Tahun 2009 Tentang Pajak Daerah Dan Retribusi
Daerah).
e. Pajak Penerangan Jalan
Pajak Penerangan Jalan adalah pajak yang dipungut oleh
pemerintah daerah atas penggunaan tenaga listrik, baik yang
dihasilkan sendiri maupun diperoleh dari sumber lain. (Pasal 1
Angka 28 UU Nomor 28 Tahun 2009 Tentang Pajak Daerah Dan
Retribusi Daerah).
f. Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan
Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan adalah pajak yang
dipungut oleh pemerintah daerah atas kegiatan pengambilan
mineral bukan logam dan batuan, baik dari sumber alam di dalam
dan/atau permukaan bumi untuk dimanfaatkan.Mineral Bukan
Logam dan Batuan adalah mineral bukan logam dan batuan
sebagaimana dimaksud di dalam peraturan perundang-undangan di
10
bidang mineral dan batubara.(Pasal 1 Angka 30 UU No. 28 Tahun
2009 Tentang Pajak Daerah Dan Retribusi Daerah).
g. Pajak Parkir
Pajak Parkir adalah pajak yang dipungut oleh pemerintah daerah
atas penyelenggaraan tempat parkir diluar badan jalan, baik yang
disediakan berkaitan dengan pokok usaha maupun yang disediakan
sebagai suatu usaha, termasuk penyediaan tempat penitipan
kendaraan bermotor dan garansi kendaraan bermotor yang
memungut biaya.Parkir adalah kendaraan tidak bergerak suatu
kendaraan yang bersifat sementara.(Pasal 1 Angka 31 UU Nomor
28 Tahun 2009 Tentang Pajak Daerah Dan Retribusi Daerah).
h. Pajak Air Tanah
Pajak Air Tanah adalah pajak yang dipungut oleh pemerintah
daerah atas pengembalian dan/atau pemanfaatan air tanah. Air
Tanah adalah air yang terdapat dalam lapisan tanah atau batuan
dibawah permukaan tanah. (Pasal 1 Angka 33 UU Nomor 28
Tahun 2009 Tentang Pajak Daerah Dan Retribusi Daerah).
i. Pajak Sarang Burung Walet
Pajak Sarang Burung Walet adalah pajak yang dipungut oleh
pemerintah daerah atas kegiatan pengembalian dan/atau
pengusahaan sarang burung walet. Burung Walet adalah burung
yang berasal dari keluarga Apodidae. Apodidae berasal dari bahasa
Yunani kuno, yaitu apous yang berarti “tanpa kaki”.Hal ini
disebabkan burung walet memiliki kaki yang sangat pendek, selain
itu burung walet juga jarang berdiri di tanah, burung walet lebih
suka bergelantung di permukaan yang tegak lurus.(Pasal 1 Angka
35 UU Nomor 28 Tahun 2009 Tentang Pajak Daerah Dan Retribusi
Daerah).
j. Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan
Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan adalah pajak
yang dipungut oleh pemerintah daerah atas bumi dan/atau
bangunan yang dimiliki, dikuasai, dan/atau dimanfaatkan oleh
11
orang pribadi atau badan, kecuali kawasan yang digunakan untuk
kegiatan usaha perkebunan, perhutanan, dan pertambangan. Bumi
adalah permukaan bumi yang meliputi tanah dan perairan
pedalaman serta lau wilayah kabupaten/kota.Bangunan adalah
konstruksi teknis yang ditanam atau dilekatkan secara tetap pada
tanah dan/atau perairan pedalaman dan/atau laut.(Pasal 1 Angka 35
UU Nomor 28 Tahun 2009 Tentang Pajak Daerah Dan Retribusi
Daerah).
k. Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan
Tidak semua pajak daerah yang ada diatas dipungut oleh suatu
daerah, karena jika potensi suatu daerah kurang memadai maka
suatu daerah boleh tidak memungut pajak daerah sesuai dengan
kebijakan daerah yang telah ditetapkan oleh Peraturan Daerah.
Gabungan pajak untuk daerah provinsi dan pajak untuk daerah
kabupaten/kota dapat ditetapkan apabila suatu daerah setingkat
dengan daerah provinsi, akan tetapi tidak berbagi dalam daerah
kabupaten/kota otonom contohnya Daerah Khusus Ibukota Jakarta.
12
yang diminta. Keadilan dalam pemungutan pajak ini dibedakan menjadi
dua, antara lain:
a. Keadilan Horizontal
Keadilan horizontal berarti beban pajak yang sama bagi semua wajib
pajak yang memperoleh penghasilan sama dengan jumlah dengan
jumlah tanggungan yang sama pula tanpa membedakan jenis
penghasilan dan sumber penghasilan.
b. Keadilan Vertikal
Keadilan vertikal berarti pemungutan pajak adil. Jika wajib pajak
dalam kondisi ekonomi yang sama maka akan dikenakan pajak yang
sama.
2. Certainly
Penetapan pajak harus jelas, tidak dilakukan secara seweenang-wenang.
Wajib pajak harus mengetahui jelas dan pasti besarnya pajak terutang,
kapan harus dibayar, dan batas waktu pembayarannya. Pemungutan pajak
yang jelas akan memberikan kepastian hukum terhadap hak dan kewajiban
wajib pajak sehingga akan meningkatkan kesadaran wajib pajak.
3. Convenience
Pemungutan pajak harus memperhatikan kenyamanan dari wajib pajak,
dalam arti pajak harus dibayar wajib pajak pada saat yang tidak
menyulitkan wajib pajak, yaitu pada saat memperoleh penghasilan.
4. Economics
Biaya untuk pemungutan pajak harus seminim mungkin. Dengan biaya
pemungutan yang minimal, diharapkan dapat menghasilkan penerimaan
pajak yang sebesar-besarnya. Dengan prinsip tersebut pemerintah dapat
melakukan rasionalisasi dalam pemungutan pajak sehingga hanya pajak
yang menghasilkan penerimaan besar dengan biaya yang rendah yang
akan dikebangkan, sedangkan pajak yang pemasukannya kecil dan
memerlukan biaya yang besar dalam pemungutannya akan ditinggalkan.
13
2.2.4 Teori Pemungutan Pajak
14
4. Teori bakti
Teori ini mengutamakan kepentingan suatu negara dibandingkan
dengan kepentingan masyarakatnya. Hal ini dikarenakan masyarakat
memiliki kewajiban yang mutlak untuk mengabdi dan berbakti kepada
negara tempat ia bernaung, sehingga negara berwenang untuk
memungut pajak kepada warga negara nya.
5. Teori Asas Daya Beli
Teori ini digunakan untuk mengontrol daya beli masyarakat suatu
negara atau daerah. Dengan diberlakukannya pajak pada berbagai
entitas, akan membuat berkurangnya daya beli masyarakat. Kemudian
nanti nya negara akan menyalurkan kembali pajak yang telah dipungut
untuk pembangunan negara atau daerah tersebut.
15
wewenang pada pihak ketiga untuk memotong/memungut besarnya
pajak yang
terhutang. Pihak ketiga tersebut selanjutnya menyetor dan
melaporkan kepada
fiskus.
16
2.3 Pajak Hotel
2.3.1 Pengertian Pajak Hotel
Pajak hotel adalah sumbangan atas pelayanan yang disediakan oleh hotel
kepada para tamu atau konsumen yang menggunakan pelayan yang diberikan
hotel (UU No. 28 tahun 2009 pasal 1 angka 20). Menurut Peraturan Daerah
Kota Tangerang Nomor 11 Tahun 2008 Tentang Pajak Hotel, hotel adalah
bangunan yang khusus disediakan bagi orang untuk dapat menginap/istirahat,
memperoleh pelayanan, dan atau fasilitas lainnya dengan dipungut bayaran
termasuk bangunan lainnya yang menyatu, dikelola dan di miliki oleh pihak yang
sama, kecuali untuk pertokoan dan perkantoran. Pengusaha hotel adalah orang
pribadi atau badan yang menyelenggarakan usaha hotel untuk dan atas
namanya sendiri atau untuk dan atas nama pihak lain yang menjadi
tanggungannya.
1. Hotel adalah banguan yang khusus disediakan bagi orang untuk dapat
menginap/istirahat, memperoleh pelayanan, dan atau fasilitas lainnya
dengan dipungut bayaran, termasuk
bangunan lainnya yang menyatu, dikelola, dan dimiliki oleh pihak yang
sama, kecuali oleh pertokoan dan perkantoran.
17
2. Rumah penginapan adalah penginapan dalam bentuk dan klasifikasi apa
pun beserta fasilitasnya yang digunakan untuk menginap dan disewakan
untuk umum.
3. Pengusaha hotel adalah orang pribadi atau badan dalam bentuk apa pun
yang dalam lingkungan perusahaan atau pekerjaannya melakukan usaha di
bidang jasa penginapan.
4. Pembayaran adalah jumlah yang diterima atau seharusnya diterima
sebagai imbalan atas penyerahan barang atau pelayanan sebagai
pembayaran kepada pemilik hotel.
5. Bon penjualan (Bill) adalah bukti pembayaran, yang sekaligus sebagai
bukti pungutan pajak, yang dibuat oleh wajib pajak pada saat
mengajukan pembayaran atas jasa
pemakaian kamar atau tempat penginapan beserta fasilitas penunjang
lainnya kepada subjek pajak.
18
kost dengan jumlah kamar 10 (sepuluh) atau lebih yang menyediakan
fasilitas seperti rumah penginapan;
b. Pelayanan penunjang sebagai kelengkapan fasilitas penginapan atau
tinggal jangka pendek yang sifatnya memberikan kemudahan dan
kenyamanan termasuk telepon, faksimil, telex, foto copy, pelayanan
cuci, setrika, taksi dan pengangkutan lainnya yang disediakan atau
dikelola hotel;
c. Fasilitas olah raga dan hiburan yang disediakan khusus untuk tamu hotel,
bukan untuk umum termasuk pusat kebugaran (fitness center), kolam
renang, tenis, golf, karaoke, pub, diskotik yang disediakan atau dikelola
hotel;
d. Jasa persewaan ruangan untuk kegiatan acara atau pertemuan di hotel;
Selain itu ada yang dikecualikan dari objek pajak hotel seperti :
a. Penyewaan rumah atau kamar, apartemen dan/atau fasilitas tempat
tinggal
lainnya yang tidak menyatu dengan hotel
b. Pelayanan tinggal di asrama dan Pondok Pesantren
c. Fasilitas olah raga dan hiburan yang di sediakan di hotel yang
dipergunakan
oleh bukan untuk tamu hotel dengan pembayaran
d. Pertokoan, perkantoran, perbankan, salon yang di pergunakan oleh
umum di
hotel
e. Pelayanan perjalanan wisata yang diselenggarakan oleh hotel dan
dapat
dimanfaatkan oleh umum
f. Pelayanan yang disediakan dihotel terhadap Duta Besar dan Staf
Konsulat Jenderal.
19
pemilik hotel. Untuk wajib pajak hotel ialah yang telah mengusahakan hotel dan
atau pemilik hotel.
2.4 Efektivitas
Menurut Abdurrahmat (2003) efektivitas adalah pemanfaatan sumber
daya, sarana dan prasarana dalam jumlah tertentu yang secara sadar ditetapkan
sebelumnya untuk menghasilkan sejumlah pekerjaan tepat pada waktu nya.
Sedangkan menurut Hidayat (1986) efektivitas adalah suatu ukuran yang
menyatakan seberapa jauh target (kuantitas, kualitas, dan waktu) telah tercapai.
Dimana makin besar persentase target yang dicapai, makin tinggi efektivitasnya.
20
Dari kedua definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa efetivitas adalah suatu
keadaan yang terjadi sebagai akibat yang dikehendaki. Rumus untuk mengukur
efektivitas yang terkait dengan perpajakan adalah sebagai berikut:
Efektivitas = Realisasi Pajak x 100% (Sumber: Halim 2004)
Target Pajak
Tabel 2.1
Rasio Efektivitas
Rasio Efektivitas Kriteria
>100% Sangat Efektif
90%-100% Efektif
80%-90% Cukup Efektif
60%-80% Kurang Efektif
<60% Tidak Efektif
Sumber: Mendteri Dalah Negeri No. 690.900.327 tahun 1994
2.5 Kontribusi
Kontribusi berasal dari bahasa inggris yaitu contribute,
contribution,maknanya adalah keikutsertaan, keterlibatan, melibatkan diri
maupunsumbangan.Berarti dalam hal ini kontribusi dapat berupa materi atau
tindakan. Hal yangbersifat materi misalnya seorang individu memberikan
pinjaman terhadap pihaklain demi kebaikan bersama. Kontribusi dalam
pengertian sebagai tindakan yaituberupa perilaku yang dilakukan oleh individu
yang kemudian memberikandampak baik positif maupun negatif terhadap pihak
lain. Sebagai contoh,seseorang melakukan kerja bakti di daerah rumahnya
demi menciptakan suasanaasri di daerah tempat ia tinggal sehingga
memberikan dampak positif bagipenduduk maupun pendatang.
Dengan kontribusi berarti individu tersebut juga berusaha
meningkatkanefisisensi dan efektivitas hidupnya. Hal ini dilakukan dengan
cara menajamkanposisi perannya, sesuatu yang kemudian mejadi bidang spesialis,
agar lebih tepatsesuai dengan kompetensi. Kontribusi dapat diberikan dalam
berbagai bidangyaitu pemikiran, kepemimpinan, profesionalisme, finansial,
dan lainnya. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, pengertian kontribusi
21
adalah sumbangan, sedangkan menurut kamus ekonomi (T.Guritno 1992: 76)
kontribusi adalah segala sesuatu yang diberikan secara bersama sama dengan
pihak lain untuk tujuan biaya, atau kerugian tertentu atau bersama. Sehingga
kontribusi disini dapat diartikan sebagai sumbangan yang diberikan oleh
Pendapatan Asli Daerah terhadap besarnya Belanja Pembangunan Daerah.
Pengertian kontribusi menurut kamus ilmiah populer, Dany H. (2006:264)
”Kontribusi diartikan sebagai uang sumbangan atau sokongan.” Sementara
menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia diartikan: “Sebagai uang iuran pada
perkumpulan, sumbangan”. Jadi dapat ditarik kesimpulan bahwa kontribusi
merupakan suatu sumbangsih yang diberikan oleh suatu sistem pajak
maupun retribusi yang dipergunakan untuk melaksanakan pemerintahan dan
pembangunan yang berkelanjutan.
22
yaitu diatas 100%. Akan tetapi melihat potensi yang seharusnya dapat digali dari
pajak hotel tersebut, realisasi penerimaan pajak hotel tersebut masih sangat jauh
dari yang seharusnya ada.
Christina Ratih dalam penelitian skripsi nya yang berjudul “Analisis
Kontribusi Pajak Hotel dan Restoran Terhadap Pendapatan Asli Daerah Studi
kasus di Pemerintah Kota Yogyakarta 2010”. Penelitian tersebut dilakukan di
dinas pendapatan daerah kota Yogyakarta. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk
mengetahui besarnya kontribusi pajak hotel dan restoran terhadap Pendapatan
Asli Daerah dan mengetahui perkembangan kontribusi pajak hotel dan restoran
terhadap Pendapatan Asli Daerah Pemerintah Kota Yogyakarta periode tahun
anggaran 2004-2008. Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode
deskriptif sedangkan data yang digunakan berupa data kuantitatif yang berasal
dari Laporan Realisasi Pendapatan dan Penerimaan Daerah Kota Yogyakarta.
Hasil dari penelitian ini adalah kontribusi pajak hotel terhadap PAD Kota
Yogyakarta pada tahun 2004 sampai dengan 2008 berkisar antara 18% hingga
24,05%. Walaupun telah terjadi peningkatan, namun pada tahun 2006 kontribusi
pajak hotel mengalami penurunan sebesar 5,06% menjadi 15,11% dibandingkan
dengan tahun 2005 sebesar 20,17%, dan pada tahun 2007 kontribusi pajak hotel
terhadap PAD naik 2,88% menjadi 17,99%. Dilihat dari realisasi penerimaan
pajak hotel terus mengalami peningkatan mulai dari tahun 2004 sebesar
Rp14.408.220.726 naik menjadi RP17.994.725.877 pada tahun 2005, begitupun
tahun-tahun berikutnya selalu mengalami peningkatan.
Penelitian terdahulu selanjutnya adalah karya Roro Bella, Srikandi, dan
Agung dengan judul “Analisis Penerimaan Pajak Hotel, Pajak Restoran, Pajak
Hiburan Sebagai Sumber Pendapatan Asli Daerah Studi Pada Dinas Pendapatan
Daerah Kota Malang”. Metode penelitian yang digunakan adalah metode
penelitian deskriptif sedangkan data yang digunakan berupa data kuantitatif. Hasil
dari penelitian tersebut adalah tingkat kontribusi penerimaan pajak hotel dalam
kurun waktu 8 tahun periode 2006-2013 terhadap pendapatan asli daerah berturut-
tturut adala 55,32%, 4,06%, 5,47%, 5,66%, 6,46%, 4,38%, 4,25%, dan 5,84%.
Rata-rata kontribusi penerimaan pajak hotel terhadap PAD yaitu sebesar 5,18%.
Persentase rata-rata kontribusi penerimaan yang telah dicapai oleh kota Malang
23
tahun 2006-2013 berada pada kriteria sangat kurang berkontribusi setiap
tahunnya.
Kemudia penelitian skripsi dari Estherini pada tahun 2016 dengan judul
“Analisis Efektivitas dan Kontribusi Pajak Hotel, Pajak Restoran, Pajak Reklame,
dan Pajak Parkir Pada Pendapatan Asli Daerah Kota Tangerang Tahun 2010-
2014”. Metode yang digunakan pada penelitian yaitu metode penelitian deskriptif
dan data yang digunakan berupa data kuantitatif. Hasil dari penelitian ini adalah
tingkat efektivitas penerimaan pajak hotel, pajak restoran, pajak reklame, dan
pajak parkir kota Tangerang periode tahun 2010-2014 secara rata-rata termasuk
kriteria sangat efektif, tingkat efektivitas pajak hotel rata-rata dalam lima tahun
sebesar 114,97%.
Tabel 2.2
Penelitian Terdahulu
Peneliti Judul Hasil Penelitian
Dhiaz, Sri, Achmad Analisis Potensi Pajak Terdapat kenaikan tingkat
Hotel dan Pajak Restoran efektivitas dari tiap
dan Kontribusi nya tahunnya. Pada tahun 2011
Terhadap Pendapatan tingkat efektivitasnya
Asli Daerah Studi Kasus sebesar 112,17% atau bisa
Pada Dinas Pendapatan dikatakan sangat efektif
Daerah Kota Batu 2011- menurut indikator yang
2013 disampaikan mendagri.
Tahun 2012 dan 2013 juga
menunjukkan tingkat
efektivitas yang sangat
efektif pula yaitu diatas
100%. Akan tetapi melihat
potensi yang seharusnya
dapat digali dari pajak
hotel tersebut, realisasi
penerimaan pajak hotel
24
tersebut masih sangat jauh
dari yang seharusnya ada.
25
Agung Pajak Hotel, Pajak penerimaan pajak hotel
Restoran, Pajak Hiburan dalam kurun waktu 8
Sebagai Sumber tahun periode 2006-2013
Pendapatan Asli Daerah terhadap pendapatan asli
Studi Pada Dinas daerah berturut-tturut
Pendapatan Daerah Kota adala 55,32%, 4,06%,
Malang 5,47%, 5,66%, 6,46%,
4,38%, 4,25%, dan 5,84%.
Rata-rata kontribusi
penerimaan pajak hotel
terhadap PAD yaitu
sebesar 5,18%. Persentase
rata-rata kontribusi
penerimaan yang telah
dicapai oleh kota Malang
tahun 2006-2013 berada
pada kriteria sangat kurang
berkontribusi setiap
tahunnya.
Estherini Analisis Efektivitas dan Tingkat efektivitas
Kontribusi Pajak Hotel, penerimaan pajak hotel,
Pajak Restoran, Pajak pajak restoran, pajak
Reklame, dan Pajak reklame, dan pajak parkir
Parkir Pada Pendapatan kota Tangerang periode
Asli Daerah Kota tahun 2010-2014 secara
Tangerang Tahun 2010- rata-rata termasuk kriteria
2014 sangat efektif, tingkat
efektivitas pajak hotel rata-
rata dalam lima tahun
sebesar 114,97%.
26
2.7 Kerangka Pemikiran
Dalam penelitian ini menjabarkan klasifikasi permasalahan untuk
melihat seberapa besar pertumbuhan pajak hotel, efektivitas pajak hotel
dan kontribusi pajak tersebut terhadap PAD di Kota Tangerang.
Gambar 2.1
Analisis Efektivitas Pajak Hotel dan Kontribusi Penerimaan Pajak Hotel
Terhadap Pendapatan Asli Daerah Kota Tangerang
Keterangan:
Penerimaan pajak daerah di kota Tangerang dalam beberapa tahun
terakhir rata-rata terus mengalami peningkatan dalam hal realisasi nya. Hal
ini akan berdampak positif pada penerimaan Pendapatan Asli Daerah yang
hasilnya akan digunakan untuk pembangunan dan belanja daerah. Pajak
yang cukup besar diterima oleh kota Tangerang yaitu pajak hotel. Apabila
target pajak hotel dapat direalisasikan dengan jumlah nominal hampir
sama dengan realisasi pendapatan pajak hotel tersebut, maka
pemungutannya telah efektif.
Agar pendapatan pajak hotel dapat diterima secara maksimal, maka
pengelolaan pajak hotel tersebut haruslah efektif. Hal ini tentu nya akan
memberikan kontribusi yang tinggi bagi pendapatan daerah. Dengan
peningkatan Pendapatan Asli Daerah maka pembangunan dan belanja
daerah dapat dilakukan secara maksimal.
2.8 Hipotesis
Menurut Husein (2005) hipotesis adalah suatu perumusan sementara
mengenai suatu hal yang dibuat untuk menjelaskan hal itu dan juga dapat
menuntun/mengarahkan penyelidikan selanjutnya.
27
Dari berbagai pemaparan diatas tersebut, maka dapat dibuat hipotesis
sebagai berikut:
Ho : Pajak Hotel tidak efektif dan berpengaruh terhadap Pendapatan Asli
Daerah
H1 : Terdapat Pengaruh Positif Efektivitas Penerimaan Pajak Hotel terhadap
Pendapatan Asli Daerah Kota Tangerang
H2: Terdapat Pengaruh Positif Kontribusi Penerimaan Pajak Hotel Terhadap
Pendapatan Asli Daerah Kota Tangerang
H3: Terdapat Pengaruh Positif Efektivitas dan Kontribusi Pajak Hotel
Terhadap Pendapatan Asli Daerah Kota Tangerang
28
BAB III
29
memberikan suatu operasional yang diperlukan untuk mengukur variabel tersebut
(Moh Nazir 2003). Dapat ditarik kesimpulan bahwa operasional variabel adalah
sesuatu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari agar mendapat informasi
mengenai hal tersebut kemudian dapat ditarik kesimpulannya.
Variabel pada penelitian ini adalah pajak hotel yang kemudian akan diukur tingkat
efektivitas pendapatannya juga seberapa besar kontribusi nya terhadap Pendapatan
Asli daerah.
Berikut variabel yang terdapat pada penelitian ini.
1. Variabel independen (bebas) merupakan variabel yang mempengaruhi
variabel dependen atau variabel terikat. Variabel bebas (X) pada
penelitian ini adalah Efektivitas dan Kontribusi Penerimaan Pajak
Hotel.
2. Variabel dependen (terikat) merrupakan variabel yang dipengaruhi
oleh adanya variabel bebas. Variabel terikat (Y) pada penelitian ini
adalah Pendapatan Asli Daerah.
Tabel 3.1
Operasional Variabel
Variabel Definisi Indikator Skala
Tingkat Efektivitas pajak hotel yaitu Realisasi penerimaan pajak Rasio
Efektivitas menghitung penerimaan hotel
Pajak Hotel pajak hotel dengan potensi
riil yang dimiliki Target penerimaan pajak hotel
(Sugianto 2008)
Kontribusi Merupakan penerimaan Realisasi pajak hotel Rasio
Pajak Hotel pada pendapatan asli daerah
yang berasal dari pajak Realisasi penerimaan PAD
hotel (Sugianto 2008)
30
3.4 Jenis dan Sumber Data
Jenis data yang digunakan adalah data sekunder. Data sekunder tersebut
diperoleh dari beberapa laporan dan juga data mengenai pajak hotel. Data tersebut
antara lain adalah realisasi penerimaan PAD Kota Tangerang periode 2011-2015,
realisasi pajak hotel KotaTangerang periode 2011-2015, beberapa literatur seperti
buku dan hasil penelitian lain, dan beberapa data dari Dinas Pengelolaan
Keuangan Daerah Kota Tangerang lainnya.
31
Efektivitas Pajak Hotel = Realisasi Pajak x 100%
Target Pajak
Indikator untuk mengetahui tingkatan efektivitas pajak hotel adalah:
Tabel 3.2
Indikator Efektivitas
Persentase Efektivitas Keterangan
Lebih dari 100% Sangat efektif
90%-100% Efektif
80%-90% Cukup efektif
60%-80% Kurang efektif
kurang dari 60% Tidak efektif
(Nurlan, 2006)
32
>20,10%-30% Sedang
30,10%-40% Cukup Baik
40,10%-50% Baik
Lebih dari 50% Sangat Baik
(Depdagri No. 690.900.327 tahun 1996)
33