s
Problematik
o
r*\
Sengketa Pajak
MAH AGUNG RI
343.04 Dalam Mekanisme
Ind Peradilan Pajak
P Di Indonesia
Diterbitkan oleh:
BIRO HUKUM DAN HUMAS BADAN URUSAN ADMINISTRASI
MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA
Sengketa Pajak
Dalam Mekanisme
Peradilan Pajak
Di Indonesia
Diterbitkan oleh:
BIRO HUKUM DAN HUMAS BADAN URUSAN ADMINISTRASI
MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA
T IM PEN YU SU N
ISBN : 978-602-73347-4-8
ALAMAT REDAKSI:
PERPUSTAKAAN DAN LAYANAN INFORMASI
Jl. Medan Merdeka Utara No. 9-13 Blok H. Lantai 4
Tromol Pos No. 1020 Jakarta Pusat - 10110
Telp. (021) 3843541, Pes. 438/409
e-mail: perpus_mari@yahoo.com 12-1 - 2.01^
Tanggai i r, * . . * » % * » * V * ' U * 'T
Nth Muk : m i?
Nci.
3 M3 - o 4 / 'M -
ftWJ :■» * t »'t s * k » * i «r e.
fefl^Hadiah: f / ' fl
KETUA MAHKAMAH AGUNG
REPUBLIK INDONESIA
KATA SAMBUTAN
Buku yang berjudul " Problematik Sengketa Pajak Dalam Mekanisme P eradilan
Pajak Di Indonesia", yang ada dihadapan pembaca, adalah karya saudara
Dr.H.M.Hary Djatmiko, SH.,MS, merupakan bunga rampai sengketa materil pajak. Tulisan ini, dilansir
dalam praktek kebijakan peradilan pajak dan praktek hukum acara di bidang perpajakan, adalah
merupakan sumbangan pemikiran yang jernih yaitu, dengan menggabungkan antara teori hukum dan
praktek kebijakan perpajakan serta pengalaman penulis sebagai Hakim Pajak. Perwujudan dalam
mengimplementasikan sistem s e lf assessm ent sebagai politik hukum pemungutan pajak, dilakukan
melalui fungsi co n tro l di antaranya kebijakan penegakan, perlindungan dan pengayoman hukum di
bidang perpajakan sebagaimana diamanahkan dalam Undang-undang Nomor 14 tahun 2002 tentang
Pengadilan Pajak.
Sengketa pajak yang meliputi Banding Pajak dan Gugatan Pajak melalui Pengadilan Pajak
merupakan u/tim um rem edium bagi pencari keadilan pada suatu konflik antara perbedaan
pandangan hukum, akuntansi dan ekonomi dalam mengimplementasikan kerangka pemikiran di
antarannya mengenai konsepsi pemikiran hukum tentang penghasilan dan biaya dalam menghitung
Penghasilan Kena Pajak (PhKP), sehingga banyak hal yang menarik dari aspek materiil perpajakan
untuk dipetik oleh para pembaca dalam buku ini. Oleh karena itu, menyadari akan kebijakan
tersebut, salah satunya di antaranya dituntut peran Aparatur Pemerintah Pusat dan Daerah Provinsi,
Kabupaten/Kota mampu untuk dapat m em anage dan melakukan penegakkan hukum {law
enforcem ent) di bidang perpajakan secara efektif melalui pengayoman dan perlindungan hukum
dalam bidang pajak.
Di tengah kesibukan Penulis, yang sangat padat dan semangat yang tinggi untuk ikut
mendarmabaktikan pengalamanan dalam ilmu perpajakan melalui tulisan ini patut dihargai, sekaligus
besar harapan saya dan begitu juga penulis dengan terbitnya buku dimaksud, akan dapat
memperkaya referensi ilmu hukum khususnya di bidang perpajakan yang sangat langka dan terbatas,
yang kiranya amat berguna dan bermanfaatan bagi jajaran para Hakim Agung dan Hakim dalam
lingkungan peradilan di bawah- kekuasaan Mahkamah Agung, praktisi, akademisi dan Aparatur
Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah Propinsi, Kabupaten/ Kota, dan masyarakat Wajib Pajak dalam
rangka penenuaian kewajiban dan pemenuhan hak sebagaimana kewajiban konstitusional yang
diamanatkan dalam Pasal 23 A Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia.
Akhirnya kepada para pembaca, saya ucapkan selamat menikmati buku ini.
iii
L
IV
KATA P E N G A N T A R
KEPALA BIRO HUKUM
DAN HUMAS BADAN URUSAN
ADMINISTRASI MAHKAMAH
AGUNG RI
VI
presepsi bahwa pembayaran pajak merupakan kewajiban
konstitusional.
Akhirnya, ucapan terima kasih kami sampaikan kepada
Tim Penyusun dari Biro Hukum dan Humas Badan Urusan
Administrasi Mahkamah Agung RI dan khususnya kepada
Yang Mulia Bapak DR. H.M. Hary Djatmiko, S.H.,M.S.,yang
dengan ikhlas memberikan sumbangsih wawasannya sebagai
narasumber dalam penerbitan buku ini, dengan iringan
doa semoga Allah SWT memberikan pahalaNya, Amin
Yaaraballalamin.
VII
VIII
DAFTAR ISI
BAB 1 PENDAHULUAN.............................................. 1
1. Latar Belakang................................................................... 1
1. Tax Authority (Kewenangan fiscus).............................. 3
2. Kewenangan Wajib P a ja k ............................ 10
3. Kewenangan Lembaga Bank dalam Perpajakan........ 12
4. Kewenangan dan Prosedur Pengadilan Pajak........... 13
5. Kewenangan dan Prosedur oleh Mahkamah Agung 25
ix
3. Problematika Yang Timbul Banding Dan
Gugatan Pajak..................................................................... 59
3.1. Mengenai Surat Permohonan
Banding/Gugatan.................................................... 59
3.2. Mengenai Surat Uraian Banding/Surat
Gugatan....................................................................... 62
3.3. Mengenai Surat Bantahan...................................... 62
3.4. Mengenai Surat Wakil Pemohon Banding/
Penggugat yang Hadir Dalam Persidangan...... 63
3.5. Mengenai Persiapan Wakil Pemohon Banding/
Penggugat Dalam Persidangan............................ 64
3.6. Mengenai Persiapan Wakil Terbanding/Tergugat
Dalam Persidangan........................ ..... 65
3.7. Mengenai Putusan Pengadilan Pajak.................. 66
3.8 Mengenai Implementasi Undang-undang P P ... 67
3.9. Mengenai Lembaga Pengadilan Pajak................ 69
4. Hukum A cara.............................. ..... 75
4.1. Pemeriksaan Dengan Acara Biasa....................... 76
4.2. Pemeriksan Dengan Acara Cepat........................ 78
4.3. Kuasa Hukum............................................................ 80
4.4. Majelis dan Hakim Tunggal................................ ... 84
5. Persidangan Pengadilan Pajak....................................... 90
1. Kehadiran Terbanding dan Pemohon Banding... 90
2. Pemeriksaan Dalam Persidangan........................... 91
3. Prosedur Pemeriksaan................................................ 94
X
A. Prosedur Pembelaan oleh Wajib Pajak dan/atau
Kuasa Hukum.......................................................... 96
B. Pembuktian dan Sanksi........................................ 97
C. Penyampaian Alat Bukti....................................... 98
D. Kesaksian Dalam Persidangan.................... 99
E. Pihak Yang Tidak Boleh Ditunjuk Sebagai Saksi
Dalam Persidangan............................................... 100
F. Peniadaan Kewajiban Merahasiakan................ 101
6. Putusan Pengadilan Pajak............................................... 101
A. Dasar Pengambilan Keputusan............................... 101
B. Jenis Putusan................................................................. 102
C. Format Putusan........................................................... 104
D. Jangka Waktu Pengambilan Keputusan........... . 105
E. Pelaksanaan Putusan...................................... 106
7. Kompetensi Pengadilan Pajak dan Upaya Hukum... 107
A. Kompetensi................................................................... 107
B. Peninjauan Kembali.................................................... 109
<" xi
b. Koreksi Peredaran Usaha melalui equalisasi SPT
PPh Badan dengan SPT PP N .............................. 131
c. Koreksi Peredaran Usaha melalui dugaan transfer
pricing sebagai akibat hubungan istimewa...... 133
d. Koreksi Peredaran Usaha melalui kegiatan
ekspor dengan penggunaan data elektronik
terpadu...................................................................... 135
e. Koreksi Peredaran Usaha melalui analisa laba kotor
yang diaplikasi pada besarnya koreksi pembelian
bahan baku ........................................................... 137
f. Koreksi Peredaran Usaha karena cash discount dan
bentuk sales discount yang tidak menunjukkan
nomor invoice atau tidak tercantum pada faktur
pajak maupun faktur komersial......................... 139
g. Koreksi Peredaran Usaha melalui pengujian arus
barang dengan cara memeriksa dan menguji bukti-
bukti serta melakukan penghitungan.............. 140
h. Koreksi Harga Pokok Penjualan karena jumlah
pembelian menurut SPT Pajak Penghasilan Badan
equalisasi/dibandingkan dengan bukti PPN
Masukan dalam SPT P P N ........... ....................... 142
i. Koreksi Harga Pokok Penjualan karena jumlah
penyusutan aktiva................................................. 143
j. Koreksi Harga Pokok Penjualan karena jumlah
pembelian berdasarkan pendekatan arus piutang
dengan arus utang dagang................................... 146
XII
k. Koreksi Harga Pokok Penjualan karena
pembebanan biaya leasing ................................... 148
l. Koreksi Harga Pokok Penjualan atas beban
selisih kurs................................................................ 150
m. Koreksi Harga Pokok Penjualan atas
penilaian persediaan yang bertentangan dengan
Undang-undang Perpajakan............................... 153
n. Koreksi Harga Pokok Penjualan atas besarnya
kompensasi kerugian tahun-tahun yang lalu.. 155
o. Koreksi terhadap unsur-unsur biaya yang
tidak boleh dikurangkan dalam Penghasilan
Bruto..................... 157
p. Koreksi atas Penghasilan atau Biaya di
Luar Usaha................................................................ 159
q. Koreksi terhadap Kredit Pajak............. .............. 168
B. Pajak Penghasilan Orang Pribadi............................. 170
a. Terhadap Koreksi Penghasilan Neto melalui
pendekatan metode transaksi tunai.................. 170
b. Terhadap Koreksi Penghasilan Neto melalui
pendekatan metode transaksi bank................... 171
c. Terhadap Koreksi Penghasilan Neto yang
disebakan oleh tambahan kekayaan neto yang
berasal dari penghasilan yang belum
dikenakan paj ak...................................................... 173
d. Terhadap Koreksi Penghasilan Neto akibat
penerapan biaya hidup.......................................... 174
xiii
C. Pemotongan dan Pemungutan PPh....................... 176
a. Pajak Penghasilan Pemotongan Pasal 2 1 .... . 176
b. Pajak Penghasilan Pemotongan Pasal 2 2 ......... 178
c. Pajak Penghasilan Pemotongan Pasal 2 3 ......... 181
d. Pajak Penghasilan Pemotongan Pasal 2 6 ......... 183
e. Pajak Penghasilan Pemotongan Pasal 4
ayat (2)....................................................................... 185
f. Pajak Penghasilan Pemotongan Pasal 15......... 187
D. Pajak Pertambahan Nilai (PPN) Barang dan
Jasa dan Pajak Penjualan Atas Barang
Mewah................................................ ....................... 189
a. Koreksi Sengketa Dasar Pengenaan Pajak (DPP)
Pajak Keluaran yang timbul equalisasi nilai DPP
menurut Surat Pemberitahuan (SPT) Masa PPN
dengan nilai peredaran menurut SPT Tahunan PPh
Badan......................................................................... 189
b. Koreksi sengketa DPP Pajak Keluaran yang
timbul akibat equalisasi SPT PPN dengan
hasil pemeriksaan atas peredaran usaha hasil
pemeriksaan Terbanding.................. 190
c. Koreksi Dasar Pengenaan Pajak (DPP) Pajak
Keluaran dalam hal sengketa materi yang timbul
karena sebab-sebab lain..................................... 191
d. Koreksi Dasar Pengenaan Pajak (DPP) Pajak
Keluaran dalam hal sengketa yang timbul sebagai
xiv
perbedaan interprestasi ada atau tidak adanya
penyerahan barang/jasa yang merupakan obyek
PPN dan/atau PPnBM ......................................... 192
e. Koreksi sengketa atas koreksi Pajak Masukan yang
dapat dikreditkan sebagai akibat dari negatifnya
hasil konfirmasi yang dilakukan Terbanding
terhadap Pajak Masukan yang dikreditkan oleh
Pemohon Banding................................................. 193
f. Koreksi sengketa atas koreksi Pajak Masukan
sebagai akibat pernyataan Terbanding bahwa
Faktur Paj ak Masukan cacat................................ 194
g. Koreksi sengketa atas koreksi Pajak Masukan
yang timbul sebagai akibat pernyataan Terbanding
bahwa sesuai dengan ketentuan Pajak Masukan
tidak dapat dikreditkan................................. 194
E. Pajak Bumi dan Bangunan...................................... 196
a. Koreksi materi pokok Sengketa menyangkut
Luas Tanah................................................................ 196
b. Koreksi materi pokok Sengketa menyangkut
Luas Bangunan........................................................ 199
c. Koreksi materi pokok Sengketa Nilai Juai Obyek
Pajak atas Tanah...................................................... 200
d. Koreksi materi pokok Sengketa Nilai Jual Obyek
Pajak atas Bangunan............................... 203
e. Koreksi materi pokok Sengketa Penetapan Subyek
Pajak........................................................... 206
xv
f. Koreksi materi pokok Sengketa Penerapan
Persentase untuk menentukan besarnya Nilai Jual
Kena Pajak(NJKP)................................................. 207
Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan/atau
Bangunan.................................................................... 208
a. Koreksi materi pokok Sengketa Penetapan Obyek
Pajak Karena Perolehan........................................ 208
b. Koreksi materi pokok Sengketa Bukan Obyek
Pajak Karena Status Penerima Hak Atas
Tanah dan atau Bangunan................................... 209
c. Koreksi materi pokok Sengketa Penetapan Obyek
Pajak yang diperoleh karena waris, hibah wasiat,
dan pemberian hak pengelolaan pengenaan... 210
d. Koreksi materi pokok Sengketa
Subyek Pajak............................................................ 212
e. Koreksi materi pokok Sengketa luas tanah dan
atau bangunan dalam penentuan Nilai Perolehan
Obyek Pajak (N P O P )............................................ 213
f. Koreksi materi pokok Sengketa nilai per satuan
atau keseluruhan luas tanah dan atau bangunan
dalam penentuan NPO P...................................... 214
g. Koreksi materi pokok Sengketa NJOP (Nilai
Jual Obyek Pajak) yang tidak disetujui Penggugat
dalam penentuan NPOP...................................... 215
h. Koreksi materi pokok Sengketa pemenuhan
ketentuan formal atau adanya sengketa menyangkut
jangka waktu penerbitan SKBPHTB/ SKBPHTBT
216
G. Kepabeanan dan Cukai.............................................. 217
a. Penetapan Klasifikasi Pos Tarif berdasarkan
ketentuan Pasal 95 jo. Pasal 93 dan Pasal 16 ayat
(1) Undang-undang Nomor 10 Tahun 1995 tentang
Kepabeanan yang telah diubah dengan Undang-
undang Nomor 17 Tahun 2 0 0 6 .......................... 217
b. Penetapan Tarif Bea Masuk....,............................ 220
c. Penetapan Nilai Pabean........................................ 223
d. Penetapan Kembali Tarif dan Nilai Pabean..... 227
e. Penetapan Selain Tarif dan Nilai Pabean......... 228
f. Penetapan Bea Keluar............. ............................. 235
g. Penetapan Denda................................... 236
h. Penetapan Cukai..................................................... 246
1. Sengketa tagihan cukai (Pasal 43 C
j o Pasal 43 A dan Pasal 41 UU Cukai)....... 246
2. Pembuktian Sengketa Tagihan Cukai......... 250
3. Pemeriksaan penetapan sanksi administrasi
cukai berupa denda (Pasal 43 C Jo Pasal 43 A
dan Pasal 41 UU Cukai)................................. 251
i. Gugatan Cukai.......................................................... 255
j. Pajak Daerah...........................................'................... 256
3. Materi Gugatan Pajak........................................................ 260
1. Pemeriksan dan Pembuktian Aspek Material
Sengketa Gugatan..................................................... 260
xvii
2. Keputusan pembetulan.......................................... 262
3. Keputusan lainnya.................................................... 262
4. Gugatan Cukai.......................................................... 268
XVIII
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Sistem perpajakan di Indonesia yang menganut self
assessment1, dimana pemerintah memberi kepercayaan dan
tanggung jawab kepada Wajib Pajak melalui fungsinya untuk
menghitung, memperhitungkan, dan membayar sendiri pajak
yang terhutang, dan melaporkan kewajiban pajak tersebut
melalui Surat Pemberitahuan (SPT) kepada Kepala Kantor
Pelayanan Pajak atau Surat Pemberitahuan Pajak Daerah
(SPTD) kepada Kepala Dinas Pendapatan Daerah2 (Kepala
Kantor Pelayanan Pajak Daerah) sesuai dengan jenis pajak
dan batas waktu yang telah ditentukan dalam peraturan
perundang-undangan yang berlaku. Dalam mewujudkan dan
menegakkan fungsi budgetair dan regulerend sebagaimana
diamanahkan dalam Pasal 23 ayat (2) Undang-Undang Dasar
1945 dan Pasal 23 A (Amandemen Ketiga) Undang-Undang
1
dasar 1945 dipandang perlu melakukan tindakan penegakkan
dan perlindungan hukum bagi pencari keadilan khususnya
Wajib Pajak sejalan dengan Undang-undang Nomor 28
tahun 2007 tentang Perubahan Ketiga Atas Undang-Undang
Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata
Cara Perpajakan (KUP) dan Undang-Undang Nomor 14
Tahun 2002 dapat dilakukan melalui lembaga keberatan dan
sengketa pajak. Dari uraian tersebut diatas, tercermin bahwa
suatu sistem implementasi perpajakan terdapat kewenangan
dan prosedur yang dilakukan oleh masing-masing pihak di
antaranya:
SISTEM PERPAJAKAN
2
1. Tax Authority (Kewenangan fiscus)
TugasdanwewenangPemerintahPusat(DirektoratJenderal
Pajak /Direktorat Jenderal Bea dan Cukai) dan Pemerintah
Daerah yaitu Gubernur/Bupati/Walikota, dalam bidang
pelayanan publik melalui penghimpunan sumber-sumber
penerimaan Negara dalam rangka mengimplementasikan
sistem self assessment di bidang perpajakan, di antaranya
melakukan pengendalian administrasi pemungutan pajak
yang menyangkut pembinaan, penelitian, pengawasan dan
penerapan sanksi hukum baik bersifat administratif maupun
pidana. Dalam hukum administrasi perwujudan tugas dan
wewenang dilakukan secara terukur yaitu bersumber pada
tatanan peraturan perundang-undangan yang berlaku yang
bersumber pada konstitusi, sehingga tindakan hukum atas
kekukasaan dan kewenangan yang dimiliki harus dilakukan
secara konstitusional.
Dalam ajaran tentang kekuasaan dan wewenang dalam
hukum pada dasarnya merupakan bagian yang tidak dapat
dipisahkan. Kekuasaan absolut dari Pemerintah di bidang
perpajakan dilakukan secara konsitusional (vide Pasal 23
A UUD 1945) yang penjabarannya diwujudkan dalam
berbagai ketentuan perundang-undangan perpajakan.
Namun kekuasan dan kewenangan dalam kepustakaan sering
dibedakan, wewenang adalah kekuasaan yang sah, kekuasaan
yang sah adalah kekuasaan yang bersumber pada ketentuan
3
peraturan perUndang-Undangan yang berlaku. Di dalam buku
4
erat berkaitan, sukar dipisah-pisahkan. Menurut teori
hukum tentang negara, kekuasaan negara adalah kekuasaan
hukum, karena validitasnya hanya ditentukan oleh hukum4.
Olehkarenanya kekuasaan sama sekali tidak dapat dipisahkan
dengan hukum. Kekuasaan yang berdasarkan hukum disebut
wewenang dan kekuasaan yang sah (Authority is legitimate
power) juga disebut wewenang.
Selanjutnya, dalam doktrin hukum administrasi negara,
a buse o f power, misuse o f power atau de’tournement depouvoir
mengenai penyalahgunaan wewenang merupakan faktor
yang tak kalah penting dalam mewujudkan asas-asas umum
pemerintahan yang baik. Terlebih sejalan dengan lahirnya
Undang-undang Nomor 30 Tahun 2014 tentang Administrasi
Pemerintahan, maka wewenang pejabat dilandasi oleh suatu
koridor hukum agar tidak menyalahgunakan wewenang.
Dalam Ketentuan Pasal 53 ayat (2) huruf b UU PTUN telah
memberikan pengakuan atas eksistensi prinsip larangan atas
penyalahgunaan wewenang, karena yurisdiksi kewenangan
yang berlebihan dari ketentuan peraturan perUndang-
Undangan menjadikan larangan bertindak secara hukum
dalam penyelenggaraan asas-asas umum pemerintahan umum
yang baik {good governance) dalam upaya mencegah praktik
korupsi, kolusi dan nepotisme. Sejalan dengan ketentuan
norma hukum sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21
Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2014 tentang Administrasi
5
Pemerintahan yang mengatur norma tunggal dalam diskresi
atas penyelenggaraan wewenang yang dilengkapi norma
yang saling berhubungan sebagaimana diatur Pasal 17
sampai dengan Pasal 18 Undang-Undang Nomor 30 Tahun
2014 tentang Administrasi Pemerintahan (UU AP). Secara
selengkapannya ketentuan tersebut menggariskan berikut ini:
Pasal 17 UU AP :
1) Badan dan/atau pejabat pemerintahan dilarang
menyalahgunakan wewenang;
2) Larangan penyalahgunaan wewenang sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) meliputi:
a) larangan melamapui wewenang;
b) larangan mencampuradukan wewenang, dan/atau
c) larangan tidak sewenang-wenang.
Pasal 18 UU A P :
1) Badan dan/atau pejabat dikatagorikan melampaui
wewenang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17 ayat
(2) huruf a apabila keputusan dan/atau tindakan yang
dilakukan:
a) Melampaui masa jabatan atau batas waktu berlakunya
wewenang;
b) Melampaui batas wilayah berlakunya wewenang,
dan/atau
6
c) Bertentangan dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
2) Badan dan/atau pejabat dikatagorikan melampaui
wewenang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17 ayat
(2) huruf b apabila keputusan dan/atau tindakan yang
dilakukan:
a) Di luar cakupan bidang atau materi wewenang yang
diberikan, dan/atau
b) Bertentangan dengan tujuan wewenang yang
diberikan.
3) Badan dan/atau pejabat dikatagorikan melampaui
wewenang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17 ayat
(2) huruf c apabila keputusan dan/atau tindakan yang
dilakukan:
a) Tanpa dasar kewenanggan, dan/atau
b) Bertentangan dengan Putusan Pengadilan yang
berkekuatan huum tetap.
7
mewajibkan orang yang karena salahannya menerbitkan
kerugian itu,mengganti kerugian tersebut”. (Bandingkan Pasal
1401 BW Belanda yang menyatakan “Elke onrechmatige daad,
waardoor aan een ander schade wordt toegebracht, stelt dengene
door wiens schuld die schade veoorzaakt is in de verplichting
om dezelfde te goeden”). Denga demikian, unsur perbuatan
melawan hukum ( onrechtmatige daad) adalah harus ada pada
perbuatan yang dilakukan, yang bersifat melawan hukum,
yang menimbulkan kerugian dan adanya kesalahan yang
diperbuat. Salah satu suatu perbuatan yang tidak sewenang-
wenang harus dilandasi oleh itikad baik. Dalam norma
hukum, baik dalam lapangan hukum perdata maupun hukum
perpajakan, maka persoalan “itikad baik” selalu mendapatkan
tempat tersendiri, sedangkan dalam perikatan hukum sahnya
suatu perjanjian merupakan lapangan hukum perdata yang
telah disyaratkan dalam pasal 1320 BW, di mana sumber
perikatan hukum ditimbulkan karena Undang-undang dan
persetujuan. Persetujuan tersebut ditimbulkan baik karena
undang-undang maupun perbuatan orang.
Oleh karena itu, sebaik-sebaiknya maka Pemerintah
melalui Direktur Jenderal Pajak/Bea dan Cukai menempatkan
skala utama fungsi pengawasan sebagai ambeg-paramaarta.
Untuk itu, Wajib Pajak harus percaya bahwa : (a) Undang-
undang Perpajakan dilaksanakan secara seragam (uniform),
tidak pandang bulu, (b) siapa-siapa yang dengan sengaja
8
melaporkan pajaknya dengan tidak sebenarnya akan diambil
tindakan hukum. Kepercayaan masyarakat Wajib Pajak dalam
mengimplementasikan sistem self assessment dapat dipelihara
dan ditingkatkan dengan cara-cara: (a) menghukum siapapun
yang melakukan tindak pidana perpajakan, (b) melaksanakan
hukuman baik bersifat administratif maupun pidana kepada
siapa saja yang melakukan pelanggaran, hal ini merupakan
deferent effect. Sedangkan implementasi pengayoman hukum,
dalam lapangan hukum administrasi dilakukan tahapan
melalui lembaga keberatan. Demikian juga upaya hukum
dibidang perpajakan seharusnya dilakukan melalui lembaga
keberatan pajak yang mandiri dan terpisah dari struktur
organisasi Direktorat Jenderal Pajak/Bea dan Cukai , namun
masih tetap ada dan berada dalam lingkungan Kementerian
Keuangan, sedangkan lembaga Banding Pajak tetap dilakukan
oleh Pengadilan Pajak sebagai lembaga yang mandiri dan
independen yang diatur dalam Undang-Undang Nomor 14
Tahun 2002 tentang Pengadilan Pajak yang mempunyai tugas
dan fungsi menyelsaikan sengketa pajak berupa banding
dan gugatan sesuai dengan peraturan perundang-undangan
perpajakan.
Bahwa sebagai konsekuensi logis dari amanat Pasal 27
dan Pasal 29 U U Nomor 28 Tahun 2007 tentang Perubahan
Ketiga Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983 tentang
Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpaj akan yang menyatakan
9
bahwa W ajib Pajak dapat m engajukan perm ohonan banding
Milik
10 Perpustakaan
Mahkamah Agung - RI
Paksa (PPSP) dan Pengadilan Pajak maka kedudukan antara
Wajib Pajak dan Fiscus adalah sama dalam pemenuhan hak
dan penenuaian kewajiban serta sanksi menurut hukum. Oleh
karenanya terhadap terhadap Wajib Pajak yang melakukan
pelanggaran hukum yang diancam dengan sanksi hukum baik
bersifat administrasi maupun pidana. Di sini, hukum berperan
akan apa yang menjadi hak dan kewajiban serta sanksi
tersebut, terletak pada ruang gerak penegakkan dan upaya
perlindungan hukum. Penegakkan hukum (law enforcement)
implementasinya dan keberadaannya, terletak pada fungsi
fiscus. Apabila akan terjadi pandangan hukum yang berbeda
dan timbunya conflict o f interest dalam lapangan sengketa
pajak dapat dilakukan juga dalam yurisdiksi peradilan pajak,
sedangkan fungsi dan kompetensi peradilan umum yang
bertalian dengan sanggahan atas kepemilikan berkaitan
dengan penagihan eksekusi secara paksa dan bersifat privat
serta pidana pajak berkaitan di antaranya dengan pemalsuan
data, pengelapan di bidang perpajakan. Sebagai salah satu
perwujudan pencerminan hak dan kewajiban melalui prinsip
perpajakan yang sehat, maka diperlukan kebijakan hukum
yang menempatkan perlakuan kesetaraan atas keseimbangan
hak dan kewajiban antara Wajib Pajak dan fiscus dalam hukum
acara perpajakan, di antaranya:
1) Pasal 11 ayat (3) UU KUP yang menentukan apabila
pengembalian kelebihan pembayaran pajak dilakukan
n
setelah jangka waku satu bulan, pemerintah memberikan
bunga sebesar 2% (dua persen) sebulan atas keterlambatan
pembayaran tersebut.
2) Pasal 17 B ayat (3) UU KUP yang menyatakan bahwa
apabila Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar terlambat
diterbitkan dalam jangka waktu yang ditentukan, maka
kepada Wajib Pajak diberikan imbalan bunga sebesar 2%
(dua persen) sebulan.
3) Pasal 41 UU KUP yang mengatur bahwa pejabat pajak
dapat dihukum dengan pidana kurungan dan denda jika
ia melanggar ketentuan rahasia jabatan.
12
untuk menerima setoran pajak dan bukan pajak. Sedangkan
kewenangan Menteri Keuangan dalam Undang-Undang
Perpajakan bersifat atribusi, maka tugas Kantor Pos Indonesia
sebagaimana amanat Pasal 10 ayat (2) Undang-Undang
Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan (KUP) adalah
menerima setoran pajak melalui formulir yang telah ditetapkan
berupa Surat Setoran Pajak (SSP) dan memindahbukukan
ke Rekening Penerima Setoran Pajak pada Kas Negara. Di
samping itu, dalam kaitannya dengan proses penyelesaian
keberatan dan sengketa pajak (banding/gugatan) memiliki
fungsi yang sangat penting juga dalam penentuan tanggal
pengiriman dan tanggal penerimaan Surat Ketetapan Pajak/
Surat Keberatan Pajak dan Surat Permohonan atas Sengketa
Pajak yang berkaitan tenggang waktu (vide Pasal 1 angka 11
Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2002 tentang Pengadilan
Pajak).
13
melaksanakan kekuasaan kehakiman bagi semua pihak yang
mencari keadilan sesuai dengan Undang-undang Perpajakan.
Oleh karenanya, kewenangan hukum yang demikian
besar, maka pandangan yang berbeda dalam implementasi
perpajakan akan terjadinya conflict o f interest bagi Wajib Pajak
selaku pencari keadilan di bidang perpajakan. Mengingat
bahwa Pengadilan Pajak adalah badan peradilan yang
melaksanakan kekuasaan kehakiman bagi Wajib Pajak atau
penanggung pajak yang mencari keadilan terhadap sengketa
pajak sebagaimana diatur dalam Undang-undang Nomor
14 Tahun 2002 tentang Pengadilan Pajak dan merupakan
Peradilan khusus dalam lingkungan peradilan tata usaha
sebagaimana diamantkan dalam Pasal 9A Undang-Undang
Nomor 5 Tahun 1986 tentang Peradilan Tata Usaha Negara
sebagaimana yang telah diubah dengan Undang Nomor 51
tahun 2009, sekaligus merupakan pengadilan yang memeriksa
dan mengadili serta memutus sengketa pajak pada tingkat
pertama dan terakhir7. Oleh karenanya, tugas dan wewenang
untuk memeriksa dan mengadili sengketa pajak, berupa :
a) Banding terhadap suatukeputusanpejabatyangberwenang
14
diajukan gugatan berdasarkan peraturan perundang-
undangan yang berlaku.
15
2) Sejalan dengan ketentuan yang berlaku bahwa Majelis ini,
berwenang memeriksa dan memberi keputusan ( uitspraak)
tidak atas semua masalah pajak, baik pajak negara maupun
pajak daerah, tetapi hanya atas surat banding mengenai paj ak
negara dan daerah sepanjang dalam peraturan perundang-
undangan perpajakan tersebut memperkenankan banding
ke Maj elis Pertimbangan Paj ak (MPP).
16
lingkungan Departemen Keuangan tidak dapat diangkat
menjadi angota atau anggota pengganti12
17
dengan implementasi peraturan perundangan perpajakan
yang berlaku dapat dikelompokkan dalam 3 (tiga) bagian
yaitu : pertam a, Sebelum Reformasi Perpajakan tahun 1983,
kedua, setelah reformasi perpajakan tahun 1983-1994, ketiga,
Pasca Reformasi tahun 1994, ke-empat, Pasca Tax Revision
18
pajak tersebut harus dibayar SKUM BBN (Surat Kuasa Untuk
Menyetor Bea Balik Nama), sedangkan menurut perhitungan
Wajib Pajak seharusnya Rp. 75 juta, masalah tersebut dapat
diajukan keberatan ke Kantor Pajak, kemudian MPP, dan
dapat juga ke Pengadilan Negeri. Kalau Wajib Pajak memilih
prosedur penuntutan kembali maka ia harus membayar
dahulu seluruh jumlah Rp. 100 juta, kemudian mengajukan
tuntutan kembali Rp. 25 juta berdasarkan Pasal 1359 BW,
mengingat pembayaran yang tidak diwajibkan dapat dilakukan
penuntutan kembali. Sedangkan kalau Wajib Pajak memilih
prosedur sanggahan, maka ia tidak membayar sama sekali,
dan akan diterbitkan dan ditagih dengan Surat Paksa sebesar
Rp. 100 juta. Atas dasar Surat Paksa tersebut Wajib Pajak dapat
mengajukan sanggahan ke Pengadilan Negeri bahwa jumlah
pajak yang terdapat dalam Surat Paksa tidak b en ar15.
Selanjutnya, terhadap pajak-pajak negara (Pajak
Pendapatan/Inkomstenbelastingen, Pajak Perseroan/
Vennootschapsbelasting, Pajak Rumah Tangga/Personele
Belasting dan Verponding) yang dapat diajukan banding
ke Majelis Pertimbangan Pajak ada 2 (dua) kelompok ialah
kelompok mengenai ketetapan (aanslag) dan kelompok
mengenai keputusan ( uitspraak, beschikking, beslissing;
istilahnya dan terminologi yang digunakan bermacam-
macam tergantung ordonansi pajak yang bersangkutan).
19
Dalam praktek, banding atas keputusan mengenai
macam-macam masalah perpajakan yang paling banyak
adalah banding atas keputusan mengenai keberatan terhadap
Surat Ketetapan Pajak, dan mengenai pajak-pajak daerah yang
dapat diajukan ke MPP hanya ada 1 (satu) macam saja, ialah
atas keputusan ( beslissing) dari Dewan Propinsi (Provinciate
Raad ) mengenai pajak propinsi (misalnya pajak jalan propinsi)
atau atas keputusan Kepala Daerah setempat (Hoofd van
gewestelijke bestuur) atas keberatan terhadap besarnya pajak
(misalnya pajak kendaraan bermotor). Tidak ada terhadap
Surat Ketetapan Pajak atas Pajak Daerah yang dapat diajukan
banding langsung ke MPP.
20
Pada tahun 1970, Pemerintah telah mengundangkan
Undang-undang No. 10 Tahun 1970-LN 1970 No. 45 tentang
Pajak atas Bunga, Deviden dan Royalty, dan terhadap badan/
pengusaha yang memberikan bunga, deviden dan royalty
diwajibkan memotong pajaknya. Apabila pemotongan dan
penyetorannya tersebut tidak benar atau kurang, maka
kekurangannya ditagih dengan SKP TK (Surat Ketetapan
Pajak Tagihan Kemudian), di sini lah pertama kali sebetulnya
sistem self assessment telah diterapkan.
Sesuai dengan ketentuan Undang-undang Pajak Bunga
Deviden dan Royalty (PBDR) 1970, terhadap pengusaha/
badan yang diwajibkan memotong pajak atas PBDR, tetapi
tidak/kurang memotong dan tidak/kurang menyetor ke Kas
Negara, yang kemudian pajak yang tidak/kurang disetor itu
ditagih dengan Surat Ketetapan Pajak Tagihan Kemudian
(SKP TK), maka pengusaha/badan tersebut dapat mengajukan
banding langsung ke Majelis Pertimbangan Pajak.
21
adanya lex generalis, sedangkan Undang-Undang PPh 1984,
UU PPN 1984 dan UU No. 12 tahun 1985 tentang PBB
merupakan lex spesialis. Mekanisme banding dalam praktek
official assessment diwujudkan dalam bentuk Surat Ketetapan
Pajak, yang dalam hukum administrasi diwujudkan dalam
beschikkingen (keputusan/ketetapan).
Dalam sistem self assessment, wujud beschikkingen
(keputusan / ketetapan) diatur dalam Pasal 25 Undang-
undang No. 6 tahun 1983, LN-1983 No. 49, pada dasarnya
Wajib Pajak terlebih dahulu dapat mengajukan keberatan
setelah memenuhui syarat-syarat yang telah ditetapkan, dan
selanjutnya menurut Pasal 27 UU KUP ditegaskan bahwa
apabila wajib pajak tidak puas dengan keputusan yang
ditetapkan oleh Pemerintah (Direktorat Jenderal Pajak) dapat
diajukan banding ke Majelis Pertimbangan Pajak (MPP)
terhadap keputusan atau penetapan pajak sebagai berikut:
a) Surat Pemberitaan (SPb);
b) Surat Ketetapan Pajak (SKP);
c) Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar/Tambahan
(SKPKB/T);
d) Surat Keputusan Kelebihan Pembayaran (SKKP);
e) Pemotongan atau Pemungutan oleh Pihak Ketiga;
22
ketetapan pajaknya, sejak reformasi perpajakan sampai
dengan diberlakukannya Undang-undang No. 5 tahun 1986
tentang Peratun, maka permohonan banding tetap diajukan
banding ke Majelis Pertimbangan Pajak (MPP) sebagai
satu-satunya lembaga banding pajak, mengingat dalam UU
Nomor 5 tahun 1986 tidak mencabut tantang UU Majelis
Pertimbangan Pajak.
Sejalan dengan perkembangan ekonomi dan
pembangunan Nasional, keberadaan lembaga ini telah diubah
dengan Undang-undang Nomor 5 Tahun 1959 dan kemudian
melalui Paket Deregulasi Ekonomi 7 Juni 1997 keberadaam
lembaga ini menjadi Badan Penyelesaian Sengketa Pajak
(BPSP) yang dibentuk melalui Undang-Undang Nomor 17
Tahun 1997 Lembaran Negara 1997 - Nomor 40. Lembaga
ini memiliki kompetensi menggantikan kedudukan Majelis
Pertimbangan Pajak (MPP) dan Lembaga Peradilan Bea dan
Cukai (dahulu :Komisi Doane) sebagaimana diatur Rechten
Ordonanntie bahkan dalam Pasal 17 dan Pasal 93 serta Pasal 95
Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1995 tentang Kepabenan
yang telah diubah dengan Undang-undang Nomor 17 tahun
2006 dapat diajukan banding dan Pasal 14 ayat (4), Pasal 43
B dan Pasal 43 C Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1995
tentang Cukai yang telah diubah terakhir dengan Undang-
undang Nomor 36 Tahun 2007 dapat diajukan gugatan,
keduanya ke Pengadilan Pajak. Sedangkan khusus untuk Pajak
23
Daerah sejak diberlakukan Undang-Undang Nomor 18 Tahun
1997 jo Undang-undang Nomor 34 Tahun 2000 yang telah
diubah terakhir dengan Undang-undang Nomor 28 Tahun
2009, maka Wajib Pajak yang tidak puas dengan Keputusan
Kepala Daerah terhadap Keputusan Keberatan dapat diajukan
banding baik pada era Badan Penyelesaian Sengketa Pajak
(BPSP) maupun Pengadilan Pajak.
Dalam perjalanan ketatanegaraan, maka secara historis
hukum, lembaga BPSP yang digantikan dengan Pengadilan
Pajak hanya berumur 4 Tahun 4 bulan 11 hari (dihitung
sejak lahirnya UU BPSP (UU Nomor 17 Tahun 1997) sampai
dengan UU Nomor 14 Tahun 2002 tentang Pengadilan Pajak
yang mulai berlaku sejak diundangkan tanggal 12 April
2002). Lembaga Pengadilan Pajak ini secara struktural para
24
Pengadilan Pajak sebagai Peradilan Khusus telah tercermin
dalam Pasal 1 angka 8 dari Undang-undang Nomor 48 Tahun
2009 tentang Kekuasaan Kehakiman, disebutkan bahwa
Pengadilan Khusus adalah pengadilan yang mempunyai
kewenangan untuk memeriksa, mengadili dan memutus
perkara tertentu yang hanya dibentuk dalam salah satu
lingkungan badan peradilan yang berada dan di bawah
Mahkamah Agung yang diatur dengan Undang-undang.
Sedangkan dalam Undang-undang Nomor 5 Tahun 1986
tentang Peradilan Tata Usaha Negara sebagaimana telah
diubah terakhir dengan Undang-undang Nomor 51 Tahun
2009, telah menyebutkan secara eksplisit bahwa Pengadilan
Pajak sebagai Pengadilan khusus. Hal ini terbukti dalam
ketentuan Pasal 1 angka 5 dan Pasal 9A ayat (1) dan ayat (2)
Undang-undang PTUN disebutkan bahwa yang dimaksudkan
dengan Pengadilan Khusus dalam lingkungan Peradilan
Tata Usaha Negara, telah dituangkan dalam Penjelasannya
yang berbunyi “Pengadilan khusus merupakan diferensiasi
atau spesialisasi di lingkungan peradilan tata usaha negara,
misalnya pengadilan pajak”.
25
Pasal 23 ayat (2) atau Pasal 23A dan Pasal 24 serta Pasal 25
UUD 1945 baik sebelum maupun sesudah Amandemen.
Dalam ketentuan tersebut di atas, dinyatakan bahwa Pasal
23 ayat (2) yang menyebutkan bahwa segala pajak untuk
keperluan negara berdasarkan Undang-undang, sedangkan
Pasal 23A Amandemen Ketiga Undang-Undang Dasar
1945 menyebutkan “ Pajak dan pungutan lain yang bersifat
memaksa untuk keperluan Negara diatur dengan Undang-
undang. Olehkarenanya Mahkamah Agung sebagai lembaga
pengawasan peradilan, salah satu dari kekuasaan negara
adalah kekuasaan yudikatif, berperan melakukan pengawasan
terhadap jalannya peradilan dimana Pengadilan Pajak
adalah lembaga kekuasaan kehakiman yang berpuncak
pada Mahkamah Agung, telah terbukti diimplementasikan
dalam ketentuan Pasal 5 ayat (2) Undang-Undang Nomor
14 Tahun 2002 tentang Pengadilan Pajak bahwa Mahkamah
Agung melakukan pengawasan internal dalam pelaksanaan
tugas yudisial. Dalam perkembangan ketatanegaraan melalui
Amandemen ketiga UUD 1945 ditegaskan bahwa jaminan
kekuasaan kehakiman yang merdeka dilakukan oleh Makamah
Agung dan badan peradilan di bawahnya. Di sisi yang lain,
kewenangan Mahkamah Agung pada khususnya terhadap
implementasi hukum acara di bidang perpajakan di antaranya
sebagai berikut:
26
1. Secara umum, Mahkamah Agung bertugas melakukan
pengawasan internal terhadap jalannya proses peradilan.
Di samping itu, melakukan pemeriksaan tingkat kasasi
dan peninjauan kembali, hak uji materiel terhadap
produk hukum pemerintah berupa peraturan di bawah
perundang-undangan.
2. Secara khusus di bidang perpajakan, bertugas memeriksa
dan memutus serta mengadili tentang Peninjauan
Kembali berdasarkan ketentuan Pasal 77 ayat (3) dan Pasal
89 sampai dengan Pasal 93 UU Nomor 14 tahun 2002
tentang Pengadilan Pajak baik yang diajukan oleh Wajib
Pajak maupun Pemerintah (dhi.Direktur Jenderal Pajak/
Direktur Jenderal Bea dan Cukai) untuk pajak pusat, dan
(Gubernur/Bupati/Walikota) untuk pajak daerah serta
masing yuridiksi atau lapangan kekuasaan tersebut tidak
boleh ada campur tangan dari pihak manapun.
27
Endnotes
1 Ciri-ciri khusus: (1) sederhana, bukan hanya dalam jumlah, jenis,
struktur tarif dan sisem pemungutan pajak,(2) mencerminkan asas
pemerataan dalam pembebanan dan adil dalam struktur tarifnya,
(3) Memberikan kepastian hukum bagi Wajib Pajak dan Fiscus,
(4) Menutup peluang penyelundupan pajak dan penyalahgunaan
wewenang, (5) Memberikan kepercayaan yang besar kepada Wajib
Pajak dengan memberlakukan sisem “ self assessment”, (6) Menunjang
tercapainya sasaran pembangunan, dengan cara mendukung tercapainya
sasaran kebijaksanaan ekonomi, khususnya melalui ketentuan Pajak
Penghasilan (PPh) dan Pajak Pertambahan Nilai (PPN).
28
6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan
sebagaimana diubah terakhir dengan Undang-undang Nomor 28
Tahun 2007.
8 Pasal 2 ayat (1) dan ayat (8), R aad van Beroep voor Belastingzaken,
Stbl.1927 No. 29 jo.Undang-undang No. 5 Tahun 1959-LN 1959 No. 13.
9 Pasal 2 ayat (2), R aad van Beroep voor Belastingzaken, Stbl.1927 No.
29 jo. Undang-undang No. 5 Tahun 1959-LN 1959 No. 13, dimana
pada masa itu sebagai Ketua Pengganti ialah Vice President van het
H ooggerrechtshofvan N ederlands Indie (Wakil Ketua Mahkama Agung),
sehubungan perjalanan sejarah reorganisasi H oog M ilitair G erechshof
(Makamah Militer Agung) dan penghapusan Kamar Ketiga Mahkamah
Agung ( opheffing van de D erde K am er van het Hooggerechtshof), maka
dengan Ordoanntie Staatsblad 1933 No. 6, yang menjadi Ketua MPP
tidak harus Wakil Ketua Mahkamah Agung, tetapi seorang yang
diangkat oleh Gubernur Jenderal (Presiden). Dalam prakteknya yang
menjadi Ketua MPP sampai tahun 1980 ialah Wakil Ketua Mahkamah
Agung, kemudian baru dalam tahun 1980 yang menjadi Ketua bukan
lagi Wakil Mahkamah Agung melainkan mantan Direktur Jenderal
Pajak,( Bapak Soerjono).
11 Pasal 2 ayat (4), R aad van Beroep voor Belastingzaken, Stbl.1927 No. 29
jo. Undang-undang No. 5 Tahun 1959-LN 1959 No. 13.
12 Pasal 3 ayat (4), R aad van Beroep voor Belastingzaken, Stbl.1927 No. 29
jo.Undang-undang No. 5 Tahun 1959-LN 1959 Nomor 13
29
13 Bandingkan dengan Mahkamah Agung bahwa Sekretaris Jenderal
Mahkamah Agung merangkap sebagai Panitera Mahkamah
Agung. Sedangkan tugas Sekretais MPP yang paling pokok adalah
mengadministrasikan Surat Banding (Boeroepschrift ) dari Wajib Pajak,
Surat Uraian ( Vertoogshrift) dari Direktur Jenderal Pajak dan Surat
Bantahan ( Verweerschrift) dari Wajib Pajak. Dari hasil pengolahan akan
berupa Nota usulan penyelesaian Masalah banding yang diajukan oleh
Wajib Pajak. Selanjutnya,Nota tersebut disampaikan kepada Ketua MPP
dan para anggota untuk dipelajari, kemudian disidangkan pada hari
yang telah ditentukan. Hasil dari sidang berupa keputusan, disiapkan
oleh Sekretaris dalam bentuk Konsep Keputusan Majelis.
30
BAB II
KEBERATAN PAJAK
1. UMUM
Secara yuridis, Wajib Pajak mengajukan keberatan
karena di awali dari perbedaan pandangan dan penafsiran
serta pengetrapan yuridis fiskal dalam menafsirkan atas
implementasi peraturan perundang-undangan di bidang
perpajakan, khususnya akibat dari hasil pemeriksaan pajak
melalui penerbitan Surat Ketetapan Pajak. Olehkarenanya
keberatan pajak berdasarkan Pasal 25 ayat (1) UU KUP yang
dapat diajukan ke Direktur Jenderal Pajak atas suatu:
a. Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar;
b. Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan;
c. Surat Ketetapan Pajak Nihil;
d. Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar; atau
e. Pemotongan atau pemungutan pajak oleh pihak ketiga
berdasarkan ketentuan perundang-undangan perpajakan,
31
Dalam kerangka berpikir berdasarkan prinsip perlindungan
hukum, maka Wajib Pajak dapat mengajukan keberatan
(Bezwaar) terhadap suatu “beschikking”, yang merasa haknya
dirugikan di bidang perpajakan melalui mekanisme yang telah
ditetapkan dalam peraturan perundang-undangan di bidang
perpajakan berikut ini.
32
Undang-undang di bidang perpajakan yang merupakan
penuangan berasal dari Laporan Hasil Pemeriksaan Pajak dan
Kertas Kerja Pemeriksaan. Awal inilah seringkali terjadinya
conflict o f interst dalam penetapan besarnya pajak, yaitu
mengenai terjadi perbedaan perhitungan besarnya pajak yang
seharusnya terutang dan seharusnya dibayar oleh Wajib Pajak,
melalui penerbitan surat ketetapan pajak yang dikeluarkan
oleh fiskus. Apabila hasil pemeriksaan pajak melalui
penerbitan Surat Ketetapan Pajak merupakan pemenuhan
atas kepatuhan perwujudan dari keadilan bagi Wajib Pajak,
maka ketidakpuasan Wajib Pajak dalam memenuhi kewajiban
pajak tersebut memiliki hak" untuk pengajuan keberatan,
jika dipandang beban utang pajak tidak sesuai dengan daya
pikulnya. Keberatan Pajak yang ditimbulkan pada dasarnya
merupakan konflik hukum keperdataan dalam lapangan
bidang hukum publik, sehingga perselisihan yang timbul
merupakan yurisdiksi peradilan dalam bidang pajak, yang
hanya dapat dilakukan di Pengadilan Pajak.
Secara umum, bagi Wajib Pajak yang dapat mengajukan
keberatan baik untuk Pajak Penghasilan (PPh) maupun Pajak
Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan Atas Barang Mewah
(PPN & PPnBM) dan Pajak Tidak Langsung lainnya yang oleh
Undang-Undang Perpajakan dapat diajukan Banding atau
Gugatan Pajak. Dalam ketentuan Pasal 25 Undang-Undang
Nomor 28 Tahun 2007 tentang Perubahan Ketiga Atas Undang-
33
Undang Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan
Tata Cara Perpajakan (KUP), di antaranya disebutkan bahwa
Keberatan Pajak hanya dapat diajukan oleh Wajib Pajak atas
suatu Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar, Surat Ketetapan
Pajak Kurang Bayar Tambahan, Surat Ketetapan Pajak Lebih
Bayar, Surat Ketetapan Pajak Nihil, dan Pemotongan atau
Pemungutan melalui pihak ketiga berdasarkan peraturan
perundang-undangan di bidang perpajakan.
Selanjutnya, tata cara pengajuan dan penyelesaian
keberatan diatur dalam Peraturan Menteri Keuangan, antara
lain mengatur tentang pemberian hak kepada Wajib Pajak
untuk hadir memberikan keterangan atau memperoleh
penjelasan mengenai keberatannya.
Keputusan Direktur Jenderal Pajak atas keberatan
Wajib Pajak, kemungkinan akan memberikan akibat hukum
berupa:
1. mengabulkan seluruhnya;
2. mengabulkan sebagian;
3. menolak, atau
4. menambah besarnya jumlah Pajak yang terutang.
34
Bea Masuk berdasarkan CGCN ( Customs Cooperation Council
Nomenclature) beralih ke HS ( The Harmonized Commodity
Description and Coding System), dimana pada tanggal 14 Juni
1993 di Brussel Belgia telah diterima International Convention
dan mendapatkan pengesahannya di Indonesia melalui
Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 35 Tahun
1993 tanggal 15 Mei 1993 tentang Pengesahan International
Convention The Harmonized Commodity Description and
Coding System beserta Protocolnya, yaitu suatu Nomenklatur
yang disusun oleh Customs Cooperation Council (CCC) atas
dasar perpaduan dari CCCN ( Customs Cooperation Council
Nomenclature) dengan Standart International Trade and
Classification (STIC) Revision 2. Dalam rangka kepentingan
kepabeanan Indonesia yang dilaksanakan oleh Direktorat
Jenderal Bea dan Cukai adalah untuk pengklasifikasian dan
penomoran barang dalam perdagangan Internasional, yang
sekaligus merupakan nomenklatur yang terdiri dari pos-pos
dan sub posnya dan angka penunjuknya, catatan bagian,
catatan bab dan catatan subpos dan Ketentuan Umum
untuk keperluan penafsiran HS yang telah dimuat ketentuan
Konvensi. Sedangkan untuk kepentingan tarip pabean dan
statistik perdagangan HS ( The Harmonized Commodity
Description and Coding System) bertujuan di antaranya untuk:
L memberikan keseragaman secara internasional
penggolongan barang dalam Tarif Pabean;
35
2. memudahkan dalam mengumpulkan, menganalisa dan
membuat perbandingan statistik perdagangan dunia;
3. memberikan sistem internasional yang resmi untuk
pemberian kode penjelasan dan penggolongan barang
untuk tujuan perdagangan seperti misalnya tarip
pengangkutan, keperluan pengangkutan, dokumentasi
dan lain sebagainya.
36
2. Pasal 93 ayat (1) dan ayat (2) U U Kepabeanan mengenai
Keberatan terhadap Penetapan Tarif dan Nilai Pabean
oleh Pejabat Bea Cukai/KPBC dalam jangka waktu 60
hari, kemudian memutuskan keberatan Pasal 93 ayat (1)
dalam jangka waktu 60 hari sejak diterimanya keberatan.
Yang dimaksud Tarif di sini yaitu, (a) berdasarkan
Klasifikasi 10 Digit Harmonized System dan (b) Tarif
Persentase (%) terbagi dalam :
37
pemerintahan Hinda Belanda semenjak tahun 1937.
Selanjutnya, mulai 1 Januari tahun 1994 berlaku sistem
The Harmonized Description and Commodity Cooding
System disingkat Harmonized System (HS) yang
menggunakan 9 (sembilan) digit, dan sejak 1 Januari
2004 menjadi 10 digit yang hingga berlaku sampai
sekarang. Olehkarena itu, dalam memeriksa kebenaran
atas klasifikasi pos tarif 10 digit dan kebenaran besaran
atau pembebanan tarif atas Bea Masuk, maka dilakukan
identifikasi melalui prosedur berikut ini:
1. Melakukan identifikasi barang, dengan maksud dan
tujuan untuk meyakini kebenaran deskripsi atas
barang dalam Pemberitahuan Impor Barang (PIB)
adalah sama dengan yang diajukan sebagai bukti
yang dipergunakan dalam persidangan.Adapun
bukti yang dipersyaratkan dalam pembuktian di
antaranya jenis barang yang dituangkan dalam
brosur, hasil laboratorium barang, beberapa
dokumen pendukung yang meliputi : invoice,
packing list, Bill of lading, Surat Keterangan Asal
barang, Material Safety Data Sheet (MSDS),
Certificate of Analysis. Vehicle Identification
Number (VIN) dan sebagainya.
2. Apabila identifikasi barang yang diimpor telah
diyakini kebenarannya sama dengan yang
diberitahukan dalam Pemberitahuan Impor Barang
(PIB) yang disengketakan, kemudian dilakukan
pemeriksaan kebenaran klasifikasi pos tarif
dengan menggunakan BTBMI atau BTKI, yang
implementasinya kebenaran pengujian atas barang
dimaksud harus dilihat dalam penjelasannya pada
Buku Explanatory Notes 2012 yang diterbitkan oleh
World Customs Organization di Brussel.
3. Apabila pengetrapan tarif atas barang telah
dilakukan dengan tepat dan benar maka dapat
diketahui secara pasti besaran atau pembebanan
tarif Bea Masuk dengan rujukan Peraturan Menteri
Keuangan yang telah mengatur pembebanan Bea
Masuknya1.
39
secara umum, maka terdapat juga tarif Bea Masuk
yang berlaku khusus dalam rangka perjanjian atau
kesepakatan international sejalan dengan Pasal 13 ayat
(2) UU Kepabeanan.
2 D ig it 4 D ig it 6 D ig it 8 D ig it 10 D ig it N a sio n a l
87 8 7 .0 2 8 7 .0 2 .9 0 8 7 .0 2 .9 0 .9 1 8 7 .0 2 .9 0 .9 1 .1 0
40
a. Metode I adalah metode transaksi dari barang yang
bersangkutan yaitu Nilai Transaksi berupa harga yang
dibayar atau yang seharusnya dibayar oleh pembeli kepada
penjual atas barang yang dijual untuk di ekspor ke daerah
Pabean ditambah dengan:
1. biaya yang dibayar oleh pembeli yang tercantum
dalam harga berupa komisi dan jasa (kecuali komisi
pembelian), biaya pengemasan serta pengepakan;
2. nilai barang dan jasa berupa material yang terkandung
dalam barang yang diimpor, peralatan, cetakan dan
barang-barang yang digunakan untuk membuat
barang impor, material yang digunakan untuk
membuat barang impor,teknik,pengembangan,karya
seni, desain, perencanaan.
3. royalti dan biaya lisensi;
4. nilai setiap bagian dari hasil pendapatan yang diperoleh
pembeli untuk disampaikan langsung kepada penjual;
5. biaya transportasi barang impor yang dijual;
6. biaya pemuatan, pembongkaran dan penandatanganan
yang berkaitan dengan pengangkutan barang impor ke
pelabuhan atau tempat impor di daerah pabean.
7. biaya asuransi.
b. Metode II adalah penetapan nilai pabean berdasarkan
transaksi barang identik. Barang identik memiliki ciri
bahwa kedua barang sama dalam segala hal, setidak-
41
tidaknya karakter fisik, kualitas, dan reputasi sama serta
diproduksi oleh produsen sama di negara yang sama,
atau diproduksi oleh produsen lain dinegara yang sama,
dengan syarat negara asal sama, jangka waktu 30 hari (tgl
PIB ke tgl PIB), dalam tingkat perdagangan yang sama.
c. Metode III adalah penetapan nilai pabean berdasarkan
nilai transaksi barang serupa. Yang dimaksudkan barang
serupa yaitu, kedua barang memiliki karakter fisik dan
komponen nilai material yang sama, sehingga dapat
menjalankan fungsi yang sama, dan secara komersial dapat
dipertukarkan, serta memiliki karakteristik (a) diproduksi
oleh produsen yang sama di negara yang sama, atau (b)
diproduksi oleh produsen lain di negara yang sama.
d. Metode IV adalah metode deduksi berdasarkan harga jual
barang yang bersangkutan, barang impor barang identik,
barang impor barang serupa di pasar dalam daerah
Pabean dikurangi biaya pengeluaran antara lain komisi/
keuntungan,transportasi, asuransi, Bea Masuk dan Pajak.
e. Metode V adalah metode komputasi berdasarkan
penjumlahan harga meliputi bahan baku, biaya proses
pembuatan, biaya/ pengeluaran lainnya sampai barang
tersebut tiba di pelabuhan atau tempat impor di Daerah
Pabean.
42
f. Metode VI adalah penerapan atas metode tersebut di atas,
yaitu metode II, III, IV dan V secara fleksibel atas negara
asal dan jangka waktunya tidak boleh lebih dari 90 hari.
Penetapan tersebut tidak diizinkan berdasarkan :
1. harga jual barang produksi dalam negeri;
2. suatu sistem yang menentukan nilai yang lebih tinggi
apabila ada 2 (dua) alternatif nilai pembanding;
3. harga barang dipasarkan dalam negeri pengekspor;
4. biaya produksi, selain nilai yang dihitung bedasarkan
metode komputasi yang ditentukan untuk barang
43
2. Penelitian profil Importir terhadap PIB yang nilai
pabeannya tidak wajar atau tidak ditemukan data
pembanding barang identik.
3. Penelitian pemenuhan ketentuan nilai pabean
terhadap PIB yang nilai pabeannya tidak wajar
atau tidak ditemukan data pembanding barang
identik dan hasil penelitian profil
44
Dengan demikian, persengketaan di bidang Pabean di
antaranya diawali perbedaaan pandangan yuridis antara Wajib
Bea (Importir/Eksportir) dengan Direktorat Jenderal Bea dan
Cukai terhadap Keputusan atas keberatan penetapan terhadap
tarif/nilai Pabean untuk perhitungan Bea Masuk berdasarkan
Pasal 17 ayat (1), Pasal 93 ayat (2), Pasal 93A ayat (4) serta Pasal
94 ayat (4) Undang-undang Nomor 17 Tahun 2006 tentang
Perubahan Atas Undang-undang Nomor 10 Tahun 1995
tentang Kepabeanan, Sanksi Administrasi yang diatur dalam
Pasal 94 ayat (2), terkecuali pembetulan Surat Penetapan
Tagihan Bea Masuk Pasal 92A UU Kepabeanan tidak dapat
diajukan banding. Sedangkan untuk Cukai berdasarkan Pasal
14 ayat (4) huruf b, c, d, e, f, g, h, i dan Pasal 41, Pasal 43
B serta Pasal 43 C Undang-undang Nomor 39 Tahun 2007
tentang Perubahan Atas Undang-undang Nomor 11 Tahun
1995 tentang Cukai antara lain Penetapan Pencabutan Ijin,
Penagihan Kekurangan Cukai dan Sanksi Administrasi dapat
diajukan banding dan gugatan.
Secara normatif, maka keberatan penetapan disebabkan
tersebut di atas, karena perbedaan pandangan hukum dalam
implementasi kepabeanan di bidang impor dan cukai di
antaranya:
1. dalam penerapan Tarip atau Nilai Pabean (Bea Masuk);
2. penerapan tarip Cukai dan pencabutan Ijin;
3. sanksi administrasi;
45
4. penetapan SPKPBM (Surat Pemberitahuan Kekurangan
Pembayaran Bea Masuk) termasuk juga perhitungan Pajak
Penghasilan Pasal 22 Impor, Pajak Pertambahan Nilai dan
Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPnBM).
Dalam ketentuan Pasal 16, Pasal 17, Pasal 93, 93A serta
Pasal 94 ayat (2) Undang-undang Nomor 17 Tahun 2006
tentang Perubahan Atas Undang-undang Nomor 10 Tahun
1995 tentang Pabean yang pada hakekatnya menyebutkan
bahwa prosedur atas keberatan atas penetapan tarif dan nilai
serta selain tarif dan nilai pabean berikut sanksinya harus
diajukan kepada Direktur Jenderal Bea dan Cukai. Selanjutnya,
apabila keputusan atas keberatan dimaksud dianggap oleh
orang/badan/Wajib Bea tidak/kurang adil, dapat mengajukan
Banding ke Pengadilan Pajak berdasarkan ketentuan Pasal 95
Undang-undang Nomor 17 Tahun 2006 tentang Perubahan
Atas Undang-undang Nomor 10 Tahun 1995 tentang Pabean.
46
28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah
menyebutkan:
(1) Wajib Pajak dapat mengajukan keberatan hanya kepada
Kepala Daerah atau Pejabat yang ditunjuk atas suatu:
a) Surat Pembitahuan Pajak Terutang (SPPT)
b) Surat Ketetapan Pajak Daerah (SKPD)
c) Surat Ketetapan Pajak Daerah Kurang Bayar (SKPDKB)
d) Surat Ketetapan Pajak Daerah Kurang Bayar Tambahan
(SKPDKBT) ^
e) Surat Ketetapan Pajak Daerah Lebih Bayar (SKPDLB)
f) Surat Ketetapan Pajak Daerah Nihil (SKPN)
g) Pemotongan atau Pemungutan oleh pihak Ketiga
berdasarkan peraturan perundang-undangan
perpajakan daerah yang berlaku.
Ketentuan tersebut di atas, memberikan
perlindungan hukum kepada Wajib -Pajak apabila
berpendapat bahwa jumlah pajak dalam Surat
Ketetapan Pajak Daerah dan pemungutan tidak
sebagaimanamestinya dibayar,makaWajibPajakdapat
mengajukan keberatan hanya kepada Kepala Daerah
(Gubernur, Bupati/Walikota) yang menerbitkan Surat
Ketetapan Pajak.
Keberatan yang diajukan adalah terhadap materi
atau isi dari ketetapan dengan membuat perhitungan
jumlah yang seharusnya dibayar menurut perhitungan
Wajib Pajak.
'Satu keberatan harus diajukan terhadap satu
jenis pajak dan satu Tahun Pajak. Sedangkan yang
dimaksud dengan pihak ketiga adalah orang pribadi/
48
(2) Permohonan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
diajukan secara tertulis dalam Bahasa Indonesia,
dengan alasan yang jelas dalam jangka waktu 3 (tiga)
bulan sejak keputusan diterima, dilampiri salinan
dari surat keputusan tersebut.
(3) Pengajuan Permohonan Banding tidak menunda
kewajiban membayar pajak dan pelaksanaan
penagihan pajak.
49
sanksi administrasi berupa denda sebesar 50% (lima puluh
persen) dari jumlah pajak berdasarkan keputusan keberatan
dikurangi pajak yang telah dibayar sebelum mengajukan
keberatan.
Endnotes
1 Dalam menyikapi pemberlakuan atas pengetrapan secara khusus
terhadap implementasi dari Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1994
tentang Pengesahan WTO, maka Pemerintah melalui Menteri Keuangan
mengatur regulasi di antaranya:
1. Peraturan Menteri Keuangan Nomor : 128/PMK.011/2010 tentang
ASEAN Trade in G oods A greem ent (ATIGA);
2. Peraturan Menteri Keuangan Nomor : 235/PMK.011/2008 tentang
ASEAN-China Free Trade A rea (ACFTA) jo Peraturan Menteri
Keuangan Nomor: 117/PMK.011/2012;
3. Peraturan Menteri Keuangan Nomor : 236/PMK.011/2008 tentang
ASEAN-Korea Free Trade Area(AKFTA);
4. Peraturan Menteri Keuangan Nomor : 95/PMK.011/2008 tentang
Indonesia - Jepang Econom ic Partnership Agreement;
5. Peraturan Menteri Keuangan Nomor : 144/PMK.011/2010 tentang
ASEAN-India Free Trade Area;
6. Peraturan Menteri Keuangan Nomor : 166/PMK.011/2011 tentang
ASEAN- Australia-New Z ealand Free Trade A rea (AANZFTA).
51
52
BAB III
SENGKETA PAJAK
1. BANDING PAJAK
Dalam kerangka implementasi hukum administrasi
bahwa banding ( beroep) yang dilakukan pembanding
(appelante) dengan mengajukan surat banding ( beroepschrift)
kepada Pengadilan Pajak dengan tembusan kepada Termohon
Banding atau diakoronimkan dengan Terbanding. Mekanisme
pengajuan sengketa pajak dibandingkan dengan mekanisme
pelaksanaan lapangan hukum acara peradilan administrasi
secara umum memiliki persamaan, namun melalui prosedur
acara khusus perpajakan sedikit perbedaan baik dalam
beberapa terminologinya yang digunakan maupun dari sifat
acaranya, yang sudah barangtentu tergantung pada yuridiksi
hukum mengenai ruang, waktu dan tempat. Pertama, proses
dari keberatan ( bezwaar ) sampai dengan lahirnya “beschikking”
seluruhnya melalui proses tertulis,yang dilakukan oleh
53
Pejabat Direktorat Jenderal Pajak atau Bea dan Cukai yang
disebut sebagai fiscus. Kedua, penanganannya pada fiscus
terkesan bahwa seakan-akan tidak terjadi konflik walaupun
suasana acara penyelesaian dilakukan sedemikian rupa
sehingga beschikkingyang dilahirkan akhirnya kadang-kadang
dapat menimbulkan ketidakpuasan bagi Wajib Pajak. Ketiga,
54
dimaksud dapat diajukan sendiri oleh pembayar pajak, ahli
waris, seorang pengurus, atau kuasa banding dapat diajukan
oleh ahli warisnya atau kuasa hukum. Bila proses banding
berlangsung, pemohon banding meninggal dunia, banding
dapat diajukan oleh ahli warisnya atau kuasa hukum ahli
waris, atau pemohon jatuh pailit oleh pengampunya termasuk
juga apabila pemohon banding melakukan restrukturisasi
perusahaan pemohon banding dapat diajukan oleh pihak
yang menerima pertanggungjawaban.
Adapun syarat-syarat yang telah ditetapkan dalam Pasal
35 Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2002 tentang Pengadilan
Pajak adalah sebagai berikut:
(1) Banding diajukan dengan Surat Banding dalam Bahasa
Indonesia kepada Pengadilan Pajak.
(2) Banding diajukan dalam jangka waktu 3 (tiga) bulan
sejak tanggal diterima keputusan yang dibanding, kecuali
diatur lain dalam Peraturan Perundangan-undangan
Perpajakan. Jangka waktu 3 (tiga) bulan dihitung
dari tanggal Keputusan diterima sampai dengan surat
Banding dikirim oleh pemohon Banding.
Contoh: Keputusan yang akan dibanding diterima
tanggal 10 Juni 2009, maka batas terakhir pengiriman
surat Banding adalah 9 September 2009.
(3) Jangka waktu sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
tidak mengikat apabila jangka waktu dimaksud tidak
55
dapat dipenuhi karena keadaan di luar kekuasaan
pemohon banding. Pada prinsipnya jangka waktu
pengajuan Banding sebagaimana diatur dalam ayat (2),
dimaksudkan agar Pemohon Banding mempunyai waktu
yang cukup memadai untuk mempersiapkan Banding
beserta alasan-alasannya. Apabila ternyata jangka waktu
dimaksud tidak dipenuhi oleh pemohon Banding karena
keadaan di luar kekuasaannya (force majeur), jangka
waktu dimaksud dapat dipertimbangkan oleh Majelis
atau Hakim Tunggal1.
Selanjutnya dalam ketentuan Pasal 36 Undang-
Undang Nomor 14 Tahun 2002 tentang Pengadilan
Pajak adalah sebagai berikut:
i. Terhadap 1 (satu) keputusan diajukan 1 (satu) Surat
Banding.
ii. Banding diajukan dengan disertai alasan-alasan
yang jelas, dan dicantumkan tanggal diterima surat
keputusan yang dimaksud.
iii. Pada surat Banding dilampirkan salinan keputusan
yang dibanding. Dalam pengertian salinan termasuk
fotokopi atau lembaran lainnya.
iv. Selain dari persyaratan sebagaimana dimaksud
pada ayat (1), ayat (2), dan ayat (3) serta Pasal 35,
dalam hal Banding diajukan terhadap besarnya
jumlah pajak yang terutang, Banding hanya dapat
56
diajukan apabila jumlah yang terutang dimaksud
telah dibayar sebesar 50% (lima puluh persen).
57
Permohonan Banding Pajak berlaku juga untuk gugatan pajak
apabila selama proses gugatan, penggugat meninggal dunia,
maka gugatan dapat dilanjutkan oleh ahli warisnya atau kuasa
ahli waris, dalam hal pailit oleh pengampunya.
2. GUGATAN PAJAK
Dalam hal yang serupa bahwa Sengketa Pajak di bidang
Gugatan diperlukan syarat-syarat untuk mengajukan gugatan
pajak sebagaimana diatur dalam Pasal 40 Undang-Undang
nomor 14 Tahun 2002 tentang Pengadilan Pajak disebutkan
bahwa:
(1) Gugatan diajukan secara tertulis dalam Bahasa Indonesia
kepada Pengadilan Pajak.
(2) Jangka waktu untuk mengajukan gugatan terhadap
pelaksanaan penagihan pajak adalah 14 (empat belas)
58
(force majeur), maka jangka waktu dimaksud dapat
dipertimbangkan untuk diperpanjang oleh Majelis atau
Hakim Tunggal. Perpanjangan jangka waktu dimaksud
adalah selama 14 (empat belas) hari terhitung sejak
berakhirnya keadaan di luar kekuasaan penggugat.
(5) Perpanjangan jangka waktu sebagaimana dimaksud
pada ayat (4) adalah 14 (empat belas) hari terhitung
sejak berakhirnya keadaan di luar kekuasaan penggugat.
(6) Terhadap satu pelaksanaan penagihan atau satu
keputusan diajukan satu Surat Gugatan.
59
• Surat Banding diajukan melebihi jangka waktu
3 bulan sejak tanggal diterima keputusan yang
dibanding (dihitung dari tanggal cap pos
pengiriman).
• Surat Banding diajukan terhadap beberapa
keputusan keberatan.
• Surat Banding tidak disertai alasan-alasan yang
jelas terhadap koreksi Terbanding.
• Surat Banding tidak mencantumkan tanggal
terima surat keputusan yang dibanding.
• Surat Banding diajukan tanpa membayar
terlebih dahulu pajak yang terutang sebesar 50%
dari Pajak yang terutang dan tidak melampirkan
Surat Setoran Pajak (SSP), Surat Setoran Bea dan
Cukai (SSBC), Pemindahbukuan (Pbk), atau
pajak yang terutang dibayar tetapi telah melebihi
jangka waktu 3 bulan pengajuan banding.
• Surat Banding tidak dilampiri keputusan
keberatan.
• Tidak memanfaatkan jangka waktu 3 bulan
pengajuan banding untuk melengkapi Surat
Banding.
Gugatan sebagaimana diatur dalam Pasal 37 sampai
dengan Pasal 38 Undang-Undang No. 17 Tahun
1997 tentang Badan Penyelesaian Sengketa Pajak
atau Pasal 40 sampai dengan Pasal 43 Undang-
undang Nomor 14 Tahun 2002 tentang Pengadilan
Pajak menyebutkan bahwa:
1. Gugatan diajukan melebihi jangka waktu
14 hari atau 30 hari sejak tanggal diterima
keputusan yang digugat, dan dalam era Badan
Penyelesaian Sengketa Pajak, tidak melunasi
biaya pendaftaran sebesar Rp. 1.000.000,- (satu
juta Rupiah) atau biaya pendaftaran dibayar
tetapi melebihi jangka waktu 14 hari pengajuan
gugatan. Sedangkan pada era Pengadilan Pajak
Gugatan tidak diperlukan lagi biaya pendaftaran
dimaksud.
2. Substansi yang digugat di luar keputusan yang
digugat atau menambah pokok sengketa yang
digugat dan tanpa alasan yang cukup jelas
bahkan mengkaburkan pokok persoalan yang
diajukan.
3. Pengajuan banding atau gugatan pada
umumnya ditandatangani oleh bukan oleh
orang yang berhak (pengurus) untuk Wajib
Pajak badan atau tanpa Surat Kuasa Khusus.
4. Surat Kuasa Khusus pada umumnya tidak
bermaterai atau tanggalnya setelah tanggal
Surat Banding atau Gugatan.
61
2. MENGENAI SURAT URAIAN BANDING / SURAT
URAIAN GUGATAN
1. Tidak diserahkan sesuai jadwal waktu yang
ditentukan dan pada prakteknya diserahkan pada
acara persidangan.
2. Tidak membantah hal-hal yang substansial
sebagaimana yang tercantum dalam Surat Uraian
Banding.
3. Tidak tegas menerima atas banding Pemohon
Banding terhadap koreksi yang dilakukan oleh
Terbanding.
4. Tidak dilampiri bukti atau data pendukung yang
berkaitan dengan pokok sengketa.
acara persidangan.
2. Tidak membantah hal-hal yang substansial
sebagaimana yang tercantum dalam Surat Uraian
Banding.
3. Tidak memberikan argumentasi tambahan atau
bukti tambahan yang menjadi pokok sengketa.
4. Kadang-kadang menambah pokok sengketa.
62
5. Tidak tegas bahwa koreksi Terbanding adalah benar
pada umumnya berdasarkan analisa belaka yang
tidak didukung dengan bukti.
63
5. MENGENAI PERSIAPAN WAKIL PEMOHON
BANDING / PENGGUGAT DALAM PERSIDANGAN
1. Tidak hadir pada jadwal sidang yang telah ditetapkan
apabila Majelis memerlukan keterangan dari
Pemohon Banding atau tidak hadir tepat waktu.
2. Kuasa yang hadir tanpa Surat Kuasa Khusus atau
tanpa izin Kuasa Hukum dan tidak dapat memberikan
keterangan;
3. Tidak membawa Akte Pendirian perusahaan yang
dibuat dihadapan Notaris dan telah mendapatkan
pengesahan dari Menteri Hukum dan HAM,
untuk membuktikan berhak atau tidak berhak
penandatangan Surat Banding atau pemberian kuasa.
4. Tidak memiliki persiapan sebelumnya untuk
memberikan keterangan atau argumentasi dihadapan
sidang Majelis mengenai pokok permasalahan yang
disengketakan baik untuk sengketa bersifat formal
maupun materil.
5. Tidak memiliki persiapan untuk membantu
menjelaskan masalah-masalah yang disengketakan
di hadapan sidang Majelis.
6. Tidak membawa pembukuan dan bukti pendukung
lainnya atau bukti tidak lengkap sehubungan dengan
koreksi yang telah dilakukan oleh Terbanding.
64
7. Tidak membawa pembukuan bukti asli sehubungan
dengan pembayaran pajak yang terutang.
8. Tidak membawa bukti-bukti atau bukti tidak lengkap,
sehubungan dengan koreksi Terbanding.
9. Tidak membawa bukti untuk pemenuhan ketentuan
formal seperti bukti penyampaian dokumen dalam
proses pemeriksaan pajak, pada saat keberatan,
tanggal diterima keputusan keberatan serupa amplop
pengiriman keputusan keberatan, keterangan
mengenai pengajuan surat banding terlambat karena
force mayeur.
10. Alat-alat bukti belum bermeterai atau tidak
dimeteraikan.
11. Bukti palsu termasuk pembukuan dan data
pendukung yang dibuat kemudian/baru.
12. Pengakuan atau pernyataan yang tidak konsisten
atau tidak benar.
13. Tidak memanfaatkan saksi atau saksi ahli terhadap
sengketa pajak tertentu yang memiliki sifat dan
karakteristik khusus.
65
2. Tidak membawa Surat Tugas atau Identitas
Terbanding.
3. Tidak membawa ketentuan peraturan perundangan
di bidang perpajakan yang menjadi alasan yuridis
yang menjadi dasar koreksi.
4. Tidak menguasai permasalahan pokok sengketa
atau yang hadir bukan pejabat yang menguasai
permasalahan sekaligus kedudukannya bukan
sebagai pemeriksa. Tegasnya timbulnya beschikking
baik berupa Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar
(SKPKB) maupun Surat Ketetapan Pajak Kurang
Bayar Tambahan (SKPKBT) pada saat diperiksa dan
diadili oleh Majelis Hakim Pengadilan Pajak bukan
Auditor Pajak sendiri yang menyebabkan timbulnya
ketetapan tersebut melainkan Pejabat lainnya yang
telah ditunjuk oleh Direktur Jenderal Pajak untuk
mewakilinya.
66
3. Tidak memberikan pengembalian pajak bahkan
dilakukan dalam bentuk kompensasi atas utang pajak
dalam tahun berjalan atau tahun berikutnya.
4. Kadang-kadang tidak melaksanakan Putusan Badan
Penyelesaian Sengketa Pajak atau Pengadilan Pajak
dengan sungguh-sungguh bahkan dilaksanakan
terlambat dari jangka waktu.
5. Putusan BPSP era tax revision dalam rangka
pelaksanaan Pasal 48 UU PTUN Nomor 5 Tahun
1986 adakalanya diajukan gugatan ke PT TUN
Pemohon Banding/Penggugat.
6. Kantor Pelayanan Pajak terkait atau Pemohon
Banding terlambat atau tidak menerima Putusan
Badan Penyelesaian Sengketa Pajak atau Pengadilan
Pajak (dalam waktu 30 hari sejak pengucapan
putusan) karena kembali pos/alamat tidak jelas.
7. Putusan Pengadilan Pajak minta dikirim ke alamat
Kuasa Hukum, sedangkan alamat di Surat Banding
adalah alamat Pemohon Banding.
67
persyaratan bahwa pengajuan banding harus
terlebih dahulu membayar pajak sebesar 50% (lima
puluh perseratus) dari pajak yang terutang atau
pembayaran harus dalam jangka waktu 3 bulan
pengajuan banding sebelum banding didaftarkan,
dipandang sangat memberatkan Wajib Pajak yang
mencari keadilan. Adakalanya Wajib Pajak kurang
faham terhadap penafsiran mengenai pembayaran
50% (lima puluh perseratus) dari pajak yang terutang
sehingga dipandang perlu ditafsirkan secara yuridis
di antaranya sebagai berikut:
a. Pajak Penghasilan:
Definisi ’’jumlah pajak terutang” yaitu selisih dari
jumlah pokok pajak dikurangi dengan kredit pajak
yang telah dipotong/dipungut dan disetorkan.
b. Pajak Pertambahan N ilai:
Definisi ’’jumlah pajak terutang” yaitu jumlah
Pajak Keluaran sebagaimana diatur dalam Pasal 9
ayat (1) UU PPN 1984
c. Apabila terdapat kelebihan pembayaran pajak
yang diwujudkan dalam Surat Ketetapan Pajak
Lebih Bayar (SKPLB), maka kelebihan tersebut
terlebih dahulu harus dipindahbukuan dalam
PBK (Pemindahbukuan), yang sekaligus
merupakan piranti pembayaran dalam rangka
memperhitungkan 50% (lima puluh perseratus)
sebagai syarat Banding yang dihitung dari pajak
yang terutang.
2. Jangka waktu gugatan 14 hari yang terlampau sempit,
maka dalam hal tertentu undang-undang Pengadilan
Pajak memberikan kelonggaran sampai 30 hari.
3. Putusan Pengadilan Pajak yang merupakan putusan
akhir dan berkekuatan hukum tetap, sehingga
Wajib Pajak atau Terbanding jika tidak puas dapat
melakukan upaya hukum lain yaitu Peninjauan
Kembali (PK) ke Mahkamah Agung.
4. Gugatan yang hanya mengatur atas pelaksanaan
penagihan pajak terhadap Surat Paksa, Surat Sita,
dan Surat Lelang sedangkan dengan ketentuan
yang diatur dalam Pasal 23 Undang-undang No. 28
Tahun 2007 tentang Perubahan Ketiga Atas Undang-
undang Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan
Umum dan Tata Cara Perpajakan (KUP) adalah
lebih luas penjabarannya mengenai gugatan yang
dapat diajukan ke Pengadilan Pajak2.
69
perundang-undangan di bidang perpajakan atau peraturan
perundangan lainnya yang berlaku maka implementasinya
dapat diidentifikasi hal-hal berikut in i:
1. Sengketa Pajak yang seharusnya menjadi kewenangan
secara absolut oleh Pengadilan Pajak. Namun sejak
berlakunya dan efektifnya UU Nomor 5 tahun 1986
tentang Peradilan Tata Usaha Negara, maka terdapat
kendala implementasi, dengan keberadaan ketentuan
dalam Penjelasan Pasal 48 UU Peratun disebutkan bahwa
Putusan Majelis Pertimbangan Pajak (MPP) baca : Badan
Penyelesaian Sengketa Pajak/Pengadilan Pajak) merupakan
putusan Tata Usaha Negara yang diajukan banding/
gugatan ke lembaga peradilan lain (PTTUN), tetapi dalam
prakteknya putusannya tidak dapat dieksekusi baik oleh
Pengadilan Pajak maupun Direktorat Jenderal Pajak.
2. Putusan Badan Penyelesaian Sengketa Paj ak atau Pengadilan
Pajak merupakan putusan akhir dan bersifat tetap dan
bukan merupakan keputusan Tata Usaha Negara (pada saat
BPSP), tetapi dalam praktek putusannya masih ada yang
diajukan ke Pengadilan Tinggi Tata Usaha Negara sampai
ke Mahkamah Agung dan dalam mengadili Mahkamah
Agung telah memutuskan untuk Tidak Dapat Diterima
(N.O= niet ontvankelijke verklaard), mengingat bahwa
Peradilan Tata Usaha Negara tidak memiliki kompetensi
untuk memeriksa dan mengadilinya.
70
3. Pengadilan Pajak merupakan badan peradilan yang
melaksanakan kekuasaan kehakiman yang memeriksa
dan mengadili perkara pajak bagi pencari keadilan (Wajib
Pajak atau Penanggung Pajak) sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan yang berlaku, dimana
pembinaan secara teknis dilakukan oleh Mahkamah Agung
dan berdasarkan Undang-Undang Pokok Kehakiman serta
Undang-undang Nomor 51 Tahun 2009 tentang Peradilan
Tata Usaha Negara merupakan lembaga peradilan yang
bersifat khusus.
4. Upaya hukum lain, atas putusan Pengadilan Pajak dengan
putusan menolak atau mengabulkan sebagian dapat
dilakukan ke Mahkamah Agung melalui bentuk Peninjauan
Kembali, terkecuali dengan Putusan Tidak Dapat Diterima
(niet ontvankelijke verklaard) dapat diajukan semacam
peninjauan kembali ke Direktur Jenderal Pajak atau ke
badan peradilan yang berwenang dalam hal putusannya
berdasarkan pertimbangan hukum bukan merupakan
wewenang Pengadilan Pajak.
5. Dalam ketentuan Pasal 23 Undang-Undang Nomor 28
Tahun 2007 tentang Perubahan Ketiga Atas Undang-
Undang Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum
dan Tata Cara Perpajakan (KUP) sudah diatur gugatan
dari Wajib Pajak atau Penanggung Pajak dapat diajukan ke
Pengadilan Pajak terhadap:
71
- Pelaksanaan Surat Paksa, Surat Perintah Melaksanakan
Penyitaan, atau Pengumuman Lelang.
Keputusan pencegahan dalam rangka penagihan pajak;
Keputusan yang berkaitan dengan pelaksanaan
keputusan perpajakan (selain yang ditetapkan dalam
Pasal 25 ayat 1 dan Pasal 26 Undang-Undang Ketentuan
Umum dan Tata Cara Perpajakan).
Penerbitan surat ketetapan pajak atau Surat Keputusan
Keberatan yang dalam penerbitannya tidak sesuai
dengan prosedur atau tata cara yang diatur dalam
ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang
perpajakan dapat diajukan ke badan peradilan pajak
(b aca: Pengadilan Pajak).
6. Peradilan Pajak merupakan badan kekuasaan kehakiman
yang memiliki sifat-sifat khusus di antaranya:
a. Keberadaan dan kedudukan Pengadilan Pajak adalah
konstitusional yang telah dibuktikan dengan Putusan
Mahkamah Konstitusi atas perkara Nomor 004/PPU-
11/2004tanggal 13 Desember2004, dalampertimbangan
hukum Pokok Perkara dinyatakan bahwa Pengadilan
Pajak termasuk dalam lingkup peradilan yang berada
di bawah Mahkamah Agung sebagaimana diamanatkan
Pasal 24 ayat (2) UUD 1945. Di samping itu, secara
konstitusional saya berpendapat bahwa persoalan
pajak pada hakikatnya adalah persoalan terhadap
72
pemenuhan kewajiban kenegaraan atau kewajiban
warga negara ( Staatsburgerplicht) sebagaimana diatur
dalam pasal 23 A UUD 1945 Amandemen Ketiga, tetapi
kewajiban itu, bukan semata-mata kewajiban tanpa
hak, melainkan kewajiban itu timbul justru karena ada
Staatsburgerrecht nya (hak warga negara).
b. Sebagaimana disebutkan di atas, secara yuridis susunan
dan kedudukannya telah dipertegas dalam Pasal
5 Undang-undang Nomor 14 Tahun 2002 tentang
Pengadilan Paj ak yang berbunyi:
Pembinaan teknis peradilan bagi Pengadilan Pajak
dilakukan oleh Mahkamah Agung.
(1) Pembinaan organisasi, administrasi dan keuangan
bagi Pengadilan Pajak dilakukan oleh Departemen
Keuangan.
(2) Pembinaan sebagaimana tersebut di atas, tidak
boleh mengurangi kebebasan Hakim dan
memeriksa dan memutus sengketa pajak.
c. Proses penyelesaian Sengketa Pajak melalui Pengadilan
Pajak dalam acara pemeriksaannya hanya mewajibkan
kehadiran Terbanding atau Tergugat, sedangkan
Pemohon Banding atau Penggugat dapat menghadiri
persidangan atas kehendaknya sendiri, kecuali apabila
dipanggil oleh Hakim atas dasar alasan yang cukup
jelas.
73
d. Pengadilan Pajak berkedudukan dan berada di Ibu
Kota Negara Republik Indonesia, dan dapat pula ber-
Sidang Diluar Tempat Kedudukan (SDTK) disesuaikan
dengan kebutuhan.
e. Peranan Pengadilan Pajak selain menjadi bagian integral
dari badan kekuasaan kehakiman dan memiliki korelasi
yang sangat penting, di mana peranan penerimaan
pajak merupakan bagian penerimaan terbesar dalam
negeri yang tercantum dalam Anggaran Penerimaan
dan Belanja Negara yang setiap tahun ditetapkan
dengan Undang-undang, sekaligus merupakan bagian
integral dari proses penerimaan Negara yang bermuara
pada APBN sekaligus sebagai kendali kepastian
penerimaan negara yang bersumber dari pajak dalam
74
g. Ketentuan Pasal 9A Undang-undang Nomor 51 Tahun
2009 tentang Perubahan Atas Undang-undang Nomor
5 Tahun 1986 tentang Peradilan Tata Usaha Negara
yang menyatakan di lingkungan Peradilan Tata Usaha
Negara dapat diadakan pengkhususan yang diatur
undang-undang, merupakan hal yang menjadi dasar
pengakuan hukum akan eksistensi Pengadilan Pajak
dewasa ini.
4. HUKUM ACARA
Bahwa sesungguhnya dalam ketentuan Undang-Undang
Pengadilan Pajak ada kemungkinan penyebab sengketa pajak
yang dilakukan oleh pencari keadilan di bidang perpajakan
(Lihat Bagan Mekanisme Proses Banding dan Gugatan pada
halaman 513-516).
Dalam hukum acara di bidang pemeriksaan Sengketa
Pajak maka sidang Pengadilan Pajak dapat dikelompokkan
menjadi 2 (dua) bagian, yaitu:
• Pemeriksaan dengan Acara Biasa, yaitu dilakukan oleh
Majelis terdiri dari Hakim Ketua, Hakim Anggota dan
Paniteraj dan dihadiri oleh Terbanding/Tergugat dan
jika dipandang perlu Pemohon Banding/ Penggugat atau
Kuasa Hukumnya.
• Pemeriksaan dengan Acara Cepat, yaitu dilakukan
oleh Hakim Tunggal atau Majelis Hakim dan dihadiri
75
Terbanding, dan jika dipandang perlu Pemohon Banding/
Penggugat atau Kuasa Hukumnya. Permohonan sengketa
pajak (khususnya banding pajak) dilakukan karena syarat
formal (legal standing) banding tidak dipenuhi atau
kurang syarat sebagaimana dimaksudkan dalam Pasal
35 sampai dengan Pasal 37 Undang-Undang Nomor 14
Tahun 2002 tentang Pengadilan Pajak (Lihat Bagan).
76
• Surat Banding diajukan masih dalam tenggang waktu
3 (tiga) bulan sejak keputusan yang dibandingkan
diterima.
• Terhadap 1 (satu) keputusan diajukan 1 (satu) Surat
Banding (Pasal 36 ayat (1) Undang-Undang Pengadilan
Pajak).
• Pajak Terhutang telah dibayar lunas sebesar 50%,
dengan melampirkan bukti pelunasan (Pasal 36 ayat 4
Undang-Undang Pengadilan Pajak).
• Syarat lainnya dalam Pasal 3 7 mengenai penandatangan
syarat banding dan ketentuan pada Pasal 38 Undang-
undang Nomor 14 Tahun 2002 mengenai kelengkapan
berkas sepanjang memenuhi persyaratan Pasal 35 ayat
(2) UU Pengadilan Pajak.
2. Gugatan telah memenuhi ketentuan formal:
• Surat Gugatan diajukan dalam Bahasa Indonesia.
• Surat Gugatan terhadap pelaksanaan penagihan
diajukan dalam jangka waktu 14 (empat belas) hari
sejak tanggal pelaksanaan penagihan.
• Terhadap selain gugatan adalah 30 (tiga puluh) hari
sejak tanggal diterima keputusan yang digugat.
• Terhadap 1 (satu) pelaksanaan penagihan atau 1 (satu)
keputusan diajukan 1 (satu) Surat Gugatan (Pasal 40
ayat (6) Undang-Undang Pengadilan Pajak).
77
• Syarat lainnya pada Pasal 41 Undang-undang Nomor
14 Tahun 2002 tentang Pengadilan Pajak.
78
• Telah dibayar 50% dari (lima puluh perseratus) dari
pajak yang terutang (Pasal 36 ayat (4) Undang-Undang
Pengadilan Pajak), namun pelunasannya dilakukan
setelah melewati waktu jadwal permohonan banding.
Sedangkan khusus untuk gugatan tidak dipersyaratkan
pembayarannya.
• Diajukan oleh bukan sebagai Pemohon Banding
yaitu bukan Wajib Pajak, ahli warisnya, seorang
pengurusnya atau kuasa hukumnya sebagaimana
diatur Pasal 37 ayat (1).
• Sengketa Pajak yang diajukan dalam Bahasa Indonesia
/ Gugatan Pasal 40 ayat (1) Undang-Undang
Pengadilan Pajak.
• Terhadap 1 (satu) pelaksanaan penagihan atau 1
(satu) keputusan diajukan 1 (satu) Surat Gugatan
sebagaimana diatur Pasal 40 ayat (6) Undang-Undang
Pengadilan Pajak.
2. Gugatan yang tidak diputus jangka waktu 6 (enam) bulan,
sejak gugatan diterima (Pasal 81 ayat (2)).
3. Tidak dipenuhi salah satu sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 84 ayat (1) Undang-Undang Nomor 14 Tahun
2002 tentang Pengadilan Pajak, atau putusan yang keliru
(kesalahan tulis dan atau kesalahan hitung).
79
4. Pemeriksaan dengan Acara Cepat terhadap sengketa pajak
tersebut dilakukan tanpa Surat Uraian Banding atau Surat
Tanggapan dan Surat Bantahan.
80
c. persyaratan lain yang ditetapkan oleh Menteri
Keuangan.
81
memenuhi ketentuan sebagai berikut:
a. Wajib melakukan pendaftaran diri kepada Sekretaris
Pengadilan Pajak;
b. Melampirkan fotokopi/salinan:
1. Kartu Tanda Penduduk (KTP);
2. Surat Ijin Praktek Pengacara yang telah dilegalisir;
3. Ahli Perpajakan yang dibuktikan dengan Ijasah
Brevet Konsultan Pajak yang telah dikeluarkan
oleh Lembaga Pendidikan dan Pelatihan yang
memiliki ijin sertifikasi yang dilegalisir.
4. Nomor Pokok Wajib Pajak (NPW P) atau SPT PPh
Pasal 21 Pemberi Kerja (Formulir 1721 A l);
5. Pas Photo Ukuran 2 x 3 cm, sebanyak 2(dua)
lembar.
82
(Ahli Pajak) yang dibuktikan dengan Brevet Keahlian
Pajak;
c. Memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak (NPW P) atau
SPT PPh Pasal 21 Pemberi Kerja (Formulir 1721 A l);
d. Mendapatkan Surat Keterangan Terdaftar sebagai
Kuasa Hukum bagi Pengacara dari Ketua Pengadilan
Pajak yang persyaratannya tidak berbeda dengan
Kuasa Hukum tersebut di atas.
83
waktu berlaku 12 (dua belas) bulan sejak tanggal
ditetapkan.
4. Kuasa Hukum dengan persetujuan Pemohon
Banding dapat memberikan subsitusi kepada Kuasa
Hukum lainnya untuk mewakili dalam persidangan
sengketa pajak sepanjang terlebih dahulu diwajibkan
memberitahukan kepada Pengadilan Pajak.
5. Pemberian Kuasa kepada Kuasa hukum yang Surat
Kuasa Khususnya dibuat dan ditandatangani oleh
Wajib Pajak yang berkedudukan hukum di luar
negeri, maka diperlukan persyaratan tambahan
untuk wajib didaftarkan di Perwakilan Negara
Republik Indonesia (Duta Besar Republik Indonesia)
dimana Wajib Pajak tersebut berdomisili.
84
Majelis atau Hakim Tunggal tersebut di atas, bersidang
pada hari yang ditentukan dan memberitahukan hari sidang
dimaksud kepada pihak yang bersengketa.
Majelis/Hakim Tunggal yang telah ditunjuk oleh Ketua
Pengadilan Pajak sudah mulai bersidang dalam jangka waktu
6 (enam) bulan sejak tanggal diterimanya Surat Banding.
Sedangkan dalam hal Gugatan, Majelis/Hakim Tunggal sudah
memulai sidang dalam jangka waktu 3 (tiga) bulan sejak
tanggal diterima Surat Gugatan.
Kewenangan yang melekat pada Ketua Pengadilan Pajak
untuk menunjuk Majelis/Hakim Tunggal dalam rangka
memeriksa dan memutus sengketa pajak dengan acara
cepat sebagaimana dimaksudkan dalam ketentuan Pasal 66
Undang-undang Nomor 14 Tahun 2002 tentang Pengadilan
Pajak. Di samping itu, menunjuk Hakim Ketua yang juga
kedudukannya sebagai Hakim Anggota, karena pelimpahan
kewenangan Ketua Pengadilan Pajak kepada seorang Hakim
Ketua bertindak untuk pemimpin sidang dalam jalannya
pemeriksaan sengketa pajak.
Hakim Ketua atau Hakim Anggota wajib mengundurkan
diri apabila:
a. Dalam suatu persidangan ada keterikatan hubungan
keluarga sedarah atau semenda sampai derajat ketiga,atau
hubungan suami istri meskipun telah bercerai dengan
salah seorang pada Majelis yang sama;
85
b. Dalam suatu persidangan ada keterikatan hubungan
keluarga sedarah atau semenda sampai derajat ketiga, atau
hubungan suami istri meskipun telah bercerai dengan
seorang Hakim pada Majelis yang sama dengan Pemohon
Banding/Penggugat atau Kuasa Hukumnya.
c. Dalam persidangan memiliki kepentingan langsung
atau tidak langsung atas suatu sengketa pajak yang
diperiksanya.
(Banding/Gugatan) seperti:
a. Tanggal Surat Banding/Gugatan diterima Pengadilan
Pajak;
b. Tanggal Surat Keputuan Keberatan;
c. Tanggal Jatuh Tempo Putusan;
d. Surat Uraian Banding dan Surat Bantahan;
e. Dokumen yang terdapat dalam berkas banding/
gugatan;
86
f. Permintaan kelengkapan dokumen pada para pihak
yang bersengketa;
g. Kejelasan banding atau gugatan
2. Memberikan Tanda Penerimaan Berkas Sengketa Pajak
(Banding/Gugatan) dan pengembalian pada verbal berkas
sengketa tersebut.
3. Setelah mempelajari Berkas Sengketa Pajak (Banding/
Gugatan) dan Lemb ar Penelitian kej elasan dan kelengkap an
tersebut, Hakim Ketua setelah bermusyawarah dengan
Hakim Anggota, atau Hakim Tunggal memerintahkan
Panitera untuk menyusun Risalah Sidang Banding/
Gugatan dengan memberikan petunjuk serta arahan
mengenai hal-hal yang harus dimuat dalam Risalah Sidang
yang bersangkutan.
4. Berdasarkan petunjuk serta arahan Majelis/Hakim
Tunggal, Panitera menyusun Risalah Sidang Banding atau
Risalah Sidang Gugatan.
5. Risalah Sidang Banding atau Risalah Sidang Gugatan di
tanda tangani oleh Hakim Ketua setelah dibubuhi paraf
salah seorang Hakim Anggota secara bergantian atau oleh
Hakim Tunggal.
6. Majelis/Hakim Tunggal atas permintaan salah satu
pihak yang bersengketa atau karena jabatannya dapat
memerintahkan saksi untuk hadir dan didengar
keterangannya dalam persidangan.
87
7. Atas perintah Hakim Ketua /Hakim Tunggal pada setiap
pelaksanaanpersidangan,PaniteramemanggilTerbanding/
Tergugat untukmenghadiri sidang dan memberitahukan
juga kepada Pemohon Banding/Penggugat untuk hadir
pada hari dan tanggal persidangan dilaksanakan.
8. Dalam pemeriksaan materi pokok sengketa pajak
Hakim Ketua/Hakim Tunggal menjelaskan masalah
yang disengketakan pada para pihak yang bersengketa,
sesuai dengan Surat Banding, Surat Uraian Banding,
dan Bantahan atau Surat Gugatan, Surat Tanggapan
dan Bantahan, dan berdasarkan hasil pembahasannya
menetapkan pokok sengketanya.
9. Dalam persidangan pemeriksaan sengketa pajak Hakim
Ketua/Hakim Tunggal memberikan peringatan kepada
yang mengganggu kelancaran, ketertiban dan keamanan
persidangan sekaligus memerintahkan agar pintu ruang
sidang ditutup.
10. Hakim Ketua/Hakim Tunggal setiap memulai persidangan
menentukan bahwa sidang dibuka dan terbuka untuk
umum dengan ditandai pengetokan palu.
11. Hakim Ketua/Hakim Tunggal menunjuk ahli untuk
didengar keterangan tertulis maupun lisan tentang hal
yang sebenarnya yang ia ketahui menurut pengalaman
dan pengetahuannya dan harus diambil sumpah atau janji
menurut agama dan kepercayaannya.
88
12. Hakim Ketua/Hakim Tunggal dapat menolak pertanyaan
yang menurut pertimbangan tidak ada relevansinya
dengan sengketa pajak.
13. Hakim Ketua/Hakim Tunggal memerintahkan
kepada Panitera menuliskan pertanyaan atau teguran
kepada Pemohon Banding, Penggugat, atau Saksi, dan
memerintahkan penyampaian tulisan itu kepada Pemohon
Banding, Penggugat atau Saksi agar ia menuliskan
jawabannya, kemudian segala pertanyaan dan jawaban
harus dibacakan.
14. Dalam hal Majelis/Hakim Tunggal meminta para pihak
untuk menyampaikan tanggapan atau penjelasan tertulis
serta bukti-bukti yang akan diperiksa dalam persidangan
berikutnya dan panitera menindaklanjuti permintaan
Hakim Ketua/Hakim Tunggal tersebut secara tertulis
dalam panggilan atau pemberitahuan kepada Terbanding/
Terguggat dan Pemohon Banding/Penggugat.
15. Hakim Ketua/Hakim Tunggal setelah menyetujui
pencatatan jalannya persidangan pemeriksaan sengketa
pajak yang dilakukan Panitera dan dimuat dalam Berita
Acara Sidang setelah dibubuhi paraf oleh Hakim Anggota
dan ditandatangani oleh Hakim Ketua/Hakim Tunggal
untuk dipergunakan acuan dalam sidang berikutnya.
89
5. PERSIDANGAN PENGADILAN PAJAK
1. KEHADIRAN TERBANDING DAN PEMOHON
BANDING
Dalam rangka pelaksanaan dan kelancaran persidangan,
paling lambat seminggu sebelum persidangan:
1. Ketua sidang memanggil Terbanding, dan dapat
memanggil Pemohon Banding untuk memberikan
keterangan secara lisan dalam persidangan. Namun
sesuai dengan Penjelasan Undang-Undang Pengadilan
Pajak kehadiran Pemohon Banding bersifat fakultatif, jika
dianggap perlu saja, sedangkan kehadiran Terbanding
memiliki sifat kewajiban secara absolut, dalam penilaian
Majelis berkaitan penerbitam Surat ketetapan Pajak dan
Keputusan Keberatan Pajak. Penilaian atas keputusan
keberatan dilakukan secara terukur (sesuai dengan
tingkatan peraturan perundang-undangan) dan tidak
terukur yaitu mendasarkan tata kelola pemerintahan
yang baik.
2. Dalam hal Pemohon Banding memberitahukan akan
hadir dalam persidangan, Hakim Ketua memberitahukan
tanggal dan hari sidang kepada Pemohon Banding, dan
memanggil Pemohon Banding untuk menghadiri di
persidangan.
3. Hakim Ketua menjelaskan masalah yang disengketakan
kepada para pihak di awal persidangan.
90
4. Hakim Ketua menanyakan kepada Terbanding mengenai
hal-hal yang dikemukakan Pemohon Banding dalam
surat banding dan dalam surat bantahan.
5. Apabila dipandang perlu Hakim Ketua dapat memanggil
saksi, dengan atau tanpa permintaan pemohon banding,
untuk hadir dalam persidangan guna memberikan
keterangan yang diperlukan dalam rangka penyelesaian
sengketa pajak.
91
1,2. Dalam menunjang kepentingan tersebut di atas,
Panitera/Wakil Panitera Pengadilan Pajak menyatakan
bahwa kelengkapan berkas siap untuk disidangkan
kepada Ketua Pengadilan Pajak, dimana berkas tersebut
di bawah ini telah sempurna dan apabila belum, maka
berkewajiban untuk:
a. meminta Surat Uraian Bandng (SUB) atau Surat
Tanggapan atas Surat Banding atau Surat Gugatan
kepada Terbanding atau Tergugat.
b. Menerima surat atau dokumen susulan dari
Permohonan Banding.
c. Menerima Surat Uraian Banding (SUB) atau Surat
Tanggapan dari Terbanding atau Tergugat.
d. Mengirimkan salinan Surat Uraian Banding (SUB)
atau Surat Tanggapan kepada Pemohon Banding
atau Penggugat.
e; Menerima Surat Bantahan dari Pemohon Banding
atau penggugat.
f. Mengirimkan salinan Surat Bantahan kepada
92
1.3. Rencana Umum Sidang (RUS) yaitu, suatu rencana
tindakan yang akan dilakukan dalam pelaksanaan
sidang pertama atau berkelanjutan oleh Majelis
Hakim/Tunggal dan/atau Panitera yang m em uat:
a. Waktu pelaksanaan sidang.
b. Tempat pelaksanaan sidang,
c. Hakim Ketua,
d. Hakim Anggota,
e. Panitera, Pembantu Panitera,
f. Data berkas perkara banding/gugatan yang
disidangkan antara lain mencakup:
1) Nomor Berkas Perkara
2) Nama Pemohon Banding/Penggugat,
3) Jenis Pajak,
4) Tahun Pajak,
5) Tanggal jatuh tempo pemeriksaan banding/
gugatan,
6) Jenis-jenis Pemeriksaan,
7) Sidang pertama atau tunda
1.4. Penelitian Berkas Perkara Banding atau Gugatan
dan Penyusunan Risalah yang dilakukan oleh
Panitera atas perintah Majelis/Hakim Tunggal.
Penelitian Kejelasan dan kelengkapan berkas setelah
selesai maka Majelis/Hakim Tunggal menyusun
Risalah Sengketa dalam menindaklanjuti sengketa
93
dimaksud untuk menyimpulkan pokok sengketa,
latar belakang terjadinya sengketa dan ketentuan
peraturan perundang-undangan yang menjadi dasar
penyelesaiannya.
1.5. Pemanggilan Terbanding/Tergugat dan Pemohonan
Banding/Penggugat.
1.6. Pemanggilan Saksi/ Ahli/Ahli Alih Bahasa.
1.7. Pelaksanaan Persidangan.
3. PROSEDUR PEMERIKSAAN
Di dalam ruang persidangan, setelah Majelis Hakim
atau Hakim Tunggal, Panitera (Pengganti) dan staf siap
melaksanakan sidang, selanjutnya salah seorang staf panitera
memanggil pihak Terbanding dan Pemohon Banding untuk
memasuki ruang sidang.
a. Hakim Ketua atau Hakim Tunggal membuka sidang
dengan menyatakan bahwa sidang dibuka dan terbuka
untuk umum.
b. Majelis atau Hakim Tunggal melakukan pemeriksaan
mengenai kelengkapan dan/atau kejelasan Banding atau
Gugatan dan melakukan penelitian identitas pemohon
banding dan / atau kuasa hukum sesuai dengan pihak-
94
V Hakim Ketua menj elaskan masalah yang disengketakan
kepada pihak-pihak yang bersengketa.
V Maj elis menanyakan kepada Terbanding atau Tergugat
mengenai hal-hal yang dikemukakan oleh Pemohon
Banding atau Penggugat dalam Surat Banding atau
Surat Gugatan, Bantahan.
V Hal yang sama pada huruf b ditanyakan kepada
Pemohon Banding atau Penggugat untuk memberikan
keterangan yang diperlukan bila hadir dalam
persidangan.
V Hakim Ketua dan Hakim Tunggal karena jabatan atau
atas permintaan salah satu pihak yang bersengketa
dapat memerintahkan saksi untuk hadir dan didengar
keterangannya dalam persidangan.
d. Dalam setiap pemeriksaan sengketa pajak, Panitera harus
membuat Berita Acara Sidang yang memuat segala sesuatu
yang terjadi dalam persidangan.
e. Berita Acara Sidang ditandatangani oleh Hakim Ketua
atau Hakim Tunggal dan Panitera. Apabila salah seorang
dari mereka berhalangan, hal itu dinyatakan dalam Berita
Acara Sidang.
f. Apabila Hakim Ketua atau Hakim Tunggal dan Panitera
berhalangan, Berita Acara Sidang ditandatangani oleh
Ketua Pengadilan Pajak dengan menyatakan Hakim Ketua
95
a. PROSEDUR PEMBELAAN OLEH WAJIB PAJAK DAN
ATAU KUASA HUKUM
Untuk kepentingan pembelaan Wajib Pajak di dalam
sidang penyelesaian sengketa pajak dan kemudahan proses
persidangan, pihak Wajib Pajak sendiri dan atau Kuasa
Hukum harus:
a. Mengetahui dengan pasti pokok permasalahan yang
disengketakan baik untuk sengketa yang bersifat formal
maupun material.
b. Membawa dokumen-dokumen persyaratan banding atau
gugatan.
a. Menjelaskan materi sengketa secara jelas dan jika perlu
dapat membuat alat bantu berupa daftar sanding masalah-
masalah yang disengketakan (matrik sengketa mulai tahap
pemasukan SPT, Pemeriksaan Pajak, Penerbitan Surat
Ketetapan Pajak, Keberatan hingga Banding ) disertai
penjelasan sisi yuridis dan teknis akuntansinya.
b. Membawa saksi atau saksi ahli bila diperlukan.
c. Membawa pembukuan dan berbagai bukti pendukung
yang terkait dengan pokok yang disengketakan.
d. Bersikap konsisten dalam membela dalam persidangan
dan menggunakan bukti-bukti pendukung dengan hal-
hal yang menjadi dasar sengketa perpajakan sebagaimana
telah ditetapkan dalam ketentuan peraturan perpajakan.
96
b. PEMBUKTIAN DAN SAKSI
Bukti-Bukti yang dapat dipergunakan dalam persidangan
terdiri dari surat atau tulisan, keterangan ahli, keterangan
saksi, pengakuan para pihak dan pengetahuan hakim.
a. Surat atau tulisan sebagai alat bukti terdiri dari:
V Surat keputusan atau surat ketetapan yang diterbitkan
oleh pejabat yang berwenang.
V Surat-surat lain atau tulisan yang ada kaitannya dengan
banding/gugatan.
V Alat bukti berupa surat atau tulisan atau pengakuan
para pihak dapat berupa foto kopi, rekaman, film,
disket, kaset, faksimili, teleks, keluaran cetak (print
out) atau tanda terima.
b. Bukti berupa surat atau tulisan tidak terikat pada
bentuknya.
c. Pengakuan para pihak tidak dapat ditarik kembali, kecuali
berdasarkan alasan yang kuat dan dapat diterima oleh
Majelis Hakim.
d. Keterangan saksi dianggap sebagai alat bukti hanya apabila
keterangan itu berkenaan dengan hal yang dialami, dilihat
atau didengar sendiri oleh saksi.
e. Keterangan ahli adalah pendapat orang yang diberikan
di bawah sumpah dalam persidangan tentang hal yang ia
ketahui menurut pengalaman dan pengetahuannya.
97
f. Pengetahuan hakim adalah hal yang diketahui dan
diyakini kebenarannya.
98
d. KESAKSIAN DALAM PERSIDANGAN
Dalam ketentuan Pasal 73 UU Nomor 14 Tahun2002
tentang Pengadilan Pajak, menyatakan bahwa keterangan saksi
dianggap sebagai salah satu alat bukti, apabila keterangan itu
berkenaan hal yang dialami, dilihat, atau didengar sendiri oleh
saksi, atas permintaan salah satu pihak yang bersengketa, atau
karena jabatannya, Hakim Ketua dapat memerintahkan saksi
untuk didengar keterangannya dalam persidangan. Dalam hal
ini, untuk bersaksi dalam persidangan:
V Saksi wajib datang sendiri di persidangan sesuai
perintah Hakim Ketua.
V Dalam hal saksi tidak datang meskipun telah dipanggil
dengan patut, Majelis mengambil putusan tanpa
mendengar keterangan saksi.
V Bila saksi tidak datang tanpa alasan atau dengan sengaja
tidak datang, serta Majelis tidak dapat mengambil
keputusan tanpa keterangan saksi dimaksud, Hakim
Ketua dapat meminta bantuan Polisi untuk membawa
saksi ke persidangan.
V Sebelum memberi keterangan, saksi harus disumpah
menurut agama dan kepercayaannya.
V Untuk kesaksian di dalam sidang, saksi dipanggil ke
persidangan seorang demi seorang.
V Hakim Ketua menanyakan kepada saksi tentang
identitas, pekerjaan, derajat hubungan keluarga dan
99
hubungan kerja dengan pihak yang bersangkutan.
V Pertanyaan yang diajukan kepada saksi oleh salah satu
pihak disampaikan melalui Hakim Ketua.
V Apabila pertanyaan dimaksud menurut pertimbangan
Hakim Ketua tidak ada kaitannya dengan sengketa,
penyataan itu ditolak.
V Apabila pemohon banding atau saksi tidak paham
Bahasa Indonesia, Hakim Ketua menunjuk ahli alih
bahasa.
V Orang yang menjadi saksi dalam sengketa tidak boleh
ditunjuk sebagai ahli alih bahasa dalam sengketa yang
dimaksud.
V Dalam hal pemohon banding atau saksi ternyata bisu
dan atau tuli serta tidak dapat menulis, Hakim Ketua
100
ketiga dari salah satu pihak yang bersengketa.
V Istri atau suami Pemohon Banding/Penggugat
meskipun sudah bercerai;
V Orang yang belum berusia 17 tahun.
V Orang yang sakit ingatan.
101
menganilisa fakta-fakta dan bukti-bukti serta pendapat
Ahli selama persidangan berlangsung.
Putusan tersebut diambil berdasarkan musyawarah
yang dipimpin oleh Hakim Ketua, dan apabila dalam
musyawarah tidak dapat dicapai kesepakatan, putusan
diambil dengan suara terbanyak. Pertimbangan hukum
dari yang tidak setuju harus dicantumkan dalam putusan
(Dissenting Opinion).
B. JENIS PUTUSAN
Putusan penyelesaian atas sengketa pajak yang diatur
dalam Pasal 80 Undang-undang Nomor 14 Tahun 2002
tentang Pengadilan Pajak disebut sebagai Putusan Pengadilan
Pajak dapat berupa:
V Menolak.
V Mengabulkan sebagaian atau seluruhnya.
V Menambah pajak yang harus dibayar.
V Tidak dapat diterima.
V Membetulkan kesalahan tulis dan /atau kesalahan
hitung, dan/atau
V Membatalkan.
102
Pengadilan Pajak merupakan putusan akhir dan mempunyai
kekuatan hukum tetap, tidak dapat diajukan Gugatan ke
Peradilan Umum, Peradilan Tata Usaha Negara, atau Badan
Peradilan lain, kecuali putusan berupa “tidak dapat diterima”
yang menyangkut kewenangan/kompetensi.
Terhadap Putusan pemeriksaan dengan acara biasa atas
Banding diambil dalam jangka waktu 12 (dua belas) bulan
sejak surat Banding diterima.
Contoh : Perhitungan jangka waktu 12 (dua belas) bulan
dalam pengambilan putusan.
o Banding diterima tanggal 5 April 2006, putusan harus
diambil selambat-lambatnya tanggal 4 April 2007.
103
jangka waktu 1 (satu) bulan sejak jangka waktu 6 (enam)
bulan dimaksud dilampaui.
C. FORMAT PUTUSAN
Dalam ketentuan Pasal 84 UU Nomor 14 Tahun 2002
tentang Pengadilan Pajak, menyatakan bahwa Putusan
Pengadilan Pajak harus memuat:
V Kepala Putusan yang berbunyi “DEMI KEADILAN
BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA”.
V Nama, tempat tinggal atau tempat kediaman dan/
atau identitas lainnya dari pemohon banding atau
penggugat.
V Hari, tanggal diterima Banding atau Gugatan.
V Ringkasan Banding atau Gugatan, dan ringkasan
surat uraian banding atau surat tanggapan, atau surat
bantahan yang jelas.
V Pertimbangan dan penilaian setiap alat bukti yang
diajukan dan hal yang terjadi dalam persidangan
selama sengketa itu diperiksa.
V Pokok sengketa.
V Alasan hukum yang menjadi dasar putusan.
V Amar putusan tentang sengketa.
V Hari, tanggal putusan, nama anggota sidang yang
memutus, nama panitera, dan keterangan tentang
hadir atau tidak hadirnya para pihak.
104
D. JANGKA WAKTU PENGAMBILAN PUTUSAN
Jangka waktu pengambilan putusan adalah sebagai
berikut:
V Putusan pemeriksaan dengan Acara Biasa diambil
dalam j angka waktu 12 (dua belas) bulan sejak Banding
diterima.
V Hal yang sama dan serupa maka pemeriksaan dengan
Acara Biasa diambil dalam jangka waktu 6 (enam)
bulan sejak Gugatan diterima.
V Dalam hal-hal khusus jangka waktu pada butir tersebut
di atas, dapat diperpanjang paling lama 3 (tiga) bulan.
V Dalam hal Gugatan selain atas keputusan pelaksanaan
penagihan, bila tidak diputuskan dalam jangka waktu
6 (enam) bulan, wajib diputus melalui Acara Cepat
dalam jangka waktu 1 (satu) bulan sejak jangka waktu
6 (enam) bulan dilampaui.
V Putusan dari pemeriksaan dengan Acara Cepat
terhadap sengketa pajak tertentu berupa tidak dapat
diterima, diambil dalam jangka waktu 30 (tiga puluh)
hari sejak batas waktu pengajuan Banding dilampaui.
V 30 (tiga puluh) hari sejak Banding diterima, dalam
hal diajukan setelah batas waktu pengajuan Banding
dilampaui.
V Putusan pemeriksaan dengan Acara Cepat terhadap
kekeliruan berupa membetulkan kesalahan tulis dan/
105
atau kesalahan hitung, diambil dalam jangka waktu 30
(tiga puluh) hari sejak kekeliruan dimaksud diketahui
atau sejak permohonan salah satu pihak diterima.
V Putusan Pemeriksaan dengan Acara Cepat terhadap
Banding yang dicabut berupa tidak dapat diterima,
diambil dalam jangka waktu 30 (tiga puluh) hari sejak
surat banding diterima.
V Putusan Pemeriksaan dengan Acara Cepat terhadap
sengketa yang bukan wewenang Pengadilan Pajak,
diambil dalam jangka waktu 30 (tiga puluh) hari sejak
surat banding atau gugat diterima.
E. PELAKSANAAN PUTUSAN
Dalam hal putusan pengadilan telah diucapkan dan Surat
Putusan Pengadilan telah ditandatangani oleh Majelis Hakim
atau Hakim Tunggal:
V Putusan Pengadilan Pajaklangsung dapat dilaksanakan
atau dieksekusi, dan tidak lagi memerlukan keputusan
pejabat yang berwenang, kecuali peraturan perundang-
undangan mengatur lain.
V Apabila putusan Pengadilan Pajak mengabulkan
sebagian atau seluruh banding, kelebihan pembayaran
pajak dikembalikan dengan ditambah bunga sebesar
2% (dua persen), sebulan untuk selama-lamanya 24
(dua puluh empat) bulan.
106
V Selain putusan Pengadilan Pajak dikirim kepada para
pihak dengan surat oleh Sekretaris Pengadilan Pajak
dalam jangka waktu 30 (tiga puluh) hari terhitung
sejak tanggal putusan diucapkan dalam sidang terbuka
untuk umum.
V Putusan Pengadilan Pajak harus dilaksanakan oleh
pejabat yang berwenang dalam jangka waktu 30 (tiga
puluh) hari terhitung sejak tanggal diterima putusan.
V Pejabat yang tidak melaksanakan putusan Pengadilan
Pajak dalam jangka waktu yang ditentukan, dikenakan
sanksi sesuai dengan ketentuan Undang-undang
kepegawaian.
107
V Pengadilan Pajak dalam hal Banding hanya memeriksa
108
B. PENINJAUAN KEMBALI
• Keluhan selama ini yang dirasakan, oleh para Pemohon
Banding pencari keadilan maupun Terbanding, karena
setelah putusan diucapkan dalam sidang terbuka untuk
umum, maka adakalanya yang tidak puas dengan putusan
Pengadilan Pajak dapat menempuh upaya hukum luar
biasa. Berdasarkan Pasal 77 ayat (3) Undang-Undang
Nomor 14 Tahun 2002 tentang Pengadilan Pajak
dinyatakan bahwa atas putusan Pengadilan Pajak pihak-
pihak yang bersengketa dapat mengajukan upaya hukum
luar biasa dengan mengajukan Peninjauan Kembali kepada
Mahkamah Agung.
• Alasan-alasan pengajuan Peninjauan Kembali:
V Apabila putusan Pengadilan Pajak didasarkan pada
suatu kebohongan atau tipu muslihat pihak lawan
yang diketahui setelah perkaranya diputus atau
didasarkan pada bukti yang kemudian oleh hakim
pidana dinyatakan palsu.
V Apabila terdapat bukti tertulis baru yang penting
dan bersifat menentukan, yang apabila diketahui
pada tahap persidangan di Pengadilan Pajak akan
menghasilkan putusan yang berbeda.
V Apabila telah dikabulkan satu hal yang tidak dituntut
atau lebih dari yang dituntut, kecuali yang diputus
berdasarkan Pasal 80 ayat (1) huruf (b) dan (c) Undang-
109
Undang Nomor 14 Tahun 2002 tentang Pengadilan
Pajak.
V Apabila mengenai satu bagian dari tuntutan belum
diputus tanpa dipertimbangkan sebab-sebabnya; atau
V Apabila terdapat suatu putusan yang nyata-nyata
tidak sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan yang berlaku.
• Mengenai j angka waktu Peninj auan Kembali:
V Permohonan Peninjauan Kembali berdasarkan alasan
110
kepada Mahkamah Agung melalui Pengadilan
Pajak, permohonan Peninjauan Kembali tidak
menangguhkan atau menghentikan pelaksanaan
putusan Pengadilan Pajak.
V Hukum Acara yang berlaku pada pemeriksaan
Peninjauan Kembali adalah hukum acara pemeriksaan
dalam Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1985 tentang
Mahkamah Agung sebagaimana telah diubah terakhir
dengan Undang-undang Nomor 3 Tahun 2009, dengan
tidak mengurangi harapan-harapan yang diatur secara
khusus dalam Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2002
tentang Pengadilan Pajak.
• Pengambilan keputusan atas Peninjauan Kembali oleh
Mahkamah Agung harus dilakukan dalam jangka waktu:
V 6 (enam) bulan sejak permohonan Peninjauan
Kembali diterima oleh MA, dalam hal pemeriksaan
yang dilakukan dengan Acara Biasa, terkecuali hukum
acara Mahkamah Agung mengatur lain. Mengingat
bahwa kewenangan memeriksa dan mengadili berada
ditangan Mahkamah Agung.
V Satu bulan sejak permohonan peninjauan kembali
diterima oleh Mahkamah Agung, dalam hal
pemeriksaan yang dilakukan dengan Acara cepat.
V Putusan atas permohonan Peninjauan Kembali harus
diucapkan dalam sidang terbuka untuk umum.
111
Endnotes
1 Hal-hal yang bersifat kasusitis Majelis Hakim atau Hakim Tunggal
dapat merujuk pada Surat Edaran Mahkamah Agung Nomor 2 Tahun
1991 Angka V Nomor urut 3.
112
BAB IV
PENGUJIAN PEMBUKTIAN ASPEK
MATERIAL SENGKETA PAJAK
1. KETENTUAN UMUM
Dalam hukum pembuktian Pasal 1865 BW disebutkan
bahwa “barang siapa mengajukan peristiwa-peristiwa atas
nama ia mendasarkan suatu hak , diwajibkan membuktikan
peristiwa-peristiwa itu; sebaliknya barang siapa mengajukan
peristiwa-peristiwa guna pembantahan hak orang lain,
diwajibkan juga membuktikan peristiwa-peristiwa barang
siapa mengajukan peristiwa-peristiwaa itu”.
Dalam hukum acara yang berlaku pada lembaga
peradilan pada umumnya, pertama-tama yang harus diingat
dan dipahami bagi seorang Hakim dalam melakukan
pemeriksaan di depan dan dalam sidang Majelis adalah hal-hal
yang dibantah saja oleh pihak lawan yang harus dibuktikan.
Hukum Acara Perdata, beban pembuktian diatur dalam
113
Pasal 163 HIR/283 RBg yang menentukan “barang siapa
yang mendalilkan mempunyai suatu hak atau mengajukan
suatu peristiwa (feit) untuk menegaskan haknya atau untuk
membantah adanya hak orang lain, haruslah membuktikan
tentang adanya hak atau peristiwa tersebut”. Olehkarenanya
kewajiban untuk membuktikan itu terletak pada pihak yang
mendalilkan, selanjutnya pihak lain yang membantahnya
berupa fakta hukum, bukti hukum dan landasan hukum.
Selanjutnya, beban pembuktian dikonstruksikan secara
teoritis dapat di jumpai dalam Hukum Acara Perdata sebagai
berikut:
• Teori Beban pembuktian afirm atif atau Teori Penguatan
Belaka (bloot affirmatieve).
Menurut teori ini beban pembuktian diletakkan
hanya kepada pihak yang mendalilkan saja. Secara faktual,
dalam banyak hal teori ini sudah mengalami pergeseran
paradigma norma, karena pihak lawan secara spontanitas
akan membantahkan dan menggugurkan dalil-dalil yang
dikemukakan.
• Teori Hukum Subyektif
Menurut teori ini beban pembuktian diletakkan
kepada pihak yang meminta kepada Hakim agar hak
subyektifnya yang didalilkan diakui terlebih dahulu.
Oleh karenanya pihak yang mengemukakan bahwa
fakta-fakta yang menjadi dasar tuntutan hak subyektif
114
yang dimaksud sebenarnya telah gugur/hapus, sedangkan
pihak lain tersebut harus membuktikan bahwa fakta-fakta
yang dikemukakan tersebut memang demikian halnya,
dengan demikian, teori ini memberi jawaban apabila
yang menjadi dasar sengketa didasarkan atas hukum
subyektif, pada hal sengketanya dapat juga tidak atas
hukum subyektif, misalnya gugatan terhadap pelaksanaan
penagihan pajak dengan surat paksa. Secara faktual, teori
ini banyak kesimpulan yang sumir dan tidak memberikan
jawaban atas masalah-masalah tentang beban pembuktian
dalam sengketa yang bersifat prosesuil
• Teori Hukum Obyektif
Menurut teori ini beban pembuktian diletakkan
kepada pihak yang memohon kepada Hakim agar
melaksanakan ketentuan-ketentuan tentang hukum
obyektifyang berlaku atas fakta yang diajukan atau dituntut.
Di sini, Hakim hanya menerapkan ketentuan-ketentuan
tentang hukum obyektif pada fakta yang diajukan atau
dituntut, apabila unsur-unsur yang berkaitan dengan
fakta tersebut terdapat dalam ketentuan hukum obyektif
tersebut. Teori hukum ini sudah barangtentu tidak akan
dapat menjawab persoalan-persoalan yang belum/tidak
diatur dalam Undang-undang.
115
• Teori Keadilan
Menurut teori ini beban pembuktian diletakkan
kepada pihak yang paling sedikit menanggung beban
pembuktian atau paling sedikit disuruh membuktikan
kepada Hakim.
116
membuktikan, yaitu suatu prinsip yang berlaku dalam
ilmu hukum pembuktian yang harus diartikan : siapa yang
mendalilkan sesuatu, ia pun harus membuktikannya, jika dalil
itu disangkal oleh lawan. Akan tetapi, dalam mengedepankan
asas persamaan kedudukan dalam hukum (equel before the law)
atau Audi et alteram partem, maka Hakim dapat menerapkan
pembebanan yang seimbang yang dilandasi dengan kearifan
Hakim guna melahirkan putusan yang memberikan kepastian
hukum yang bersendikan nilai-nilai keadilan.
Selanjutnya, berkaitan ketentuan mengenai pembuktian
sebagaimana diuraikan dalam tersebut di atas dan masalah
perpajakan telah diatur dalam Pasal 76 Undang-undang
Nomor 14 Tahun 2002 tentang Pengadilan Pajak menyatakan
bahwa alat bukti dapat berupa:
A. surat atau tulisan adalah segala sesuatu yang memuat tanda-
tanda bacaan yang dimaksudkan untuk mencurahkan isi
hati atau untuk menyampaikan buah pikiran seseorang
dan dipergunakan sebagai pembuktian, yang meliputi
berikut ini:
1. akta autentik, yaitu surat yang dibuat oleh atau
dihadapan seorang Pejabat Umum, yang menurut
peraturangperundang-undanganberwenangmembuat
surat itu dengan maksud untuk dipergunakan sebagai
alat bukti tentang peristiwa atau peristiwa hukum yang
tercantum di dalamnya;
117
2. akta dibawah tangan yaitu surat yang dibuat dan
ditandatangani oleh pihak-pihak yang bersangkutan
dengan maksud untuk dipergunakan sebagai alat
bukti tentang peristiwa atau peristiwa hukum yang
tercantum di dalamnya;
3. surat keputusan atau surat ketetapan yang diterbitkan
oleh Pejabat yang berwenang.
4. surat-surat lainnya yang memiliki keterkaitan dan
hubungan dengan sengketa pajak.
118
maka keterangan ahli tersebut bentuknya tidak tertulis
(Vide Pasal 102 ayat (1) UU PTUN).
Dalam Pasal 103 ayat (2) UU PTUN dinyatakan
bahwa “Seorang ahli dalam persidangan harus memberi
keterangan baik dengan surat maupun dengan lisan, yang
dikuatkan dengan sumpah atau janji menurut kebenaran
sepanjang pengetahuannya yang sebaik-baiknya”. Dalam
ketentuan tersebut di atas, maka seorang ahli dalam
memberikan keterangannya dalam persidangan, di
samping keterangan ahli dapat diberikan dalam bentuk
tidak tertulis atau lisan, juga dapat diberikan dalam bentuk
tertulis atau surat. Dalam ketentuan Pasal 103 ayat (1) UU
PTUN menyatakan bahwa “ Atas permintaan kedua belah
pihak atau salah satu pihak atau karena jabatannya, Hakim
Ketua Sidang dapat menunjuk seseorang atau beberapa
orang ahli”. Rumusan “dapat” dalam ketentuan i n i : tidak
harus mengabulkan permintaan dari para pihak untuk
menunjuk seseorang atau beberapa orang ahli.
C. keterangan para saksi dianggap sebagai alat bukti, apabila
keterangan itu berkenaan dengan hal yang dialami, dilihat,
atau didengar sendiri oleh saksi. Bagaimana kedudukan
dari keterangan saksi yang keterangannya diperoleh dari
pihak ketiga atau yang biasa dikenal dengan testimonium
de auditu ?. Apabila dikaji dalam hukum acara perdata,
119
kesaksian de auditu tidak diperbolehkan, karena
keterangan tersebut berhubungan dengan peristiwa yang
dialami sendiri.olehkarenanya testimonium de auditu
bukan alat bukti dan tidak perlu dipertimbangkan karena
hanya memiliki nilai tertentu, dengan demikian untuk
melakukan penilaian harus berhati-hati. Sedangkan
testimonium de auditu kadangkala diberikan dalam bentuk
tertulis untuk diajukan dalam sidang pengadilan.
Pengakuan para pihak di sini, lebih di titikberatkan
pada pengakuan para pihak yang disampaikan pada
persidangan pengadilan, karena pengakuan pada dasarnya
adalah keterangan sepihak yang membenarkan peristiwa
mengenai hak-hak atau hubungan hukum yang diajukan
pihak lawan. Olehkarenanya pengakuan tidak perlu
persetujuan lawan dan tidak dapat ditarik kembali, kecuali
berdasarkan alasan yang kuat dan dapat diterima oleh
Majelis atau Hakim Tunggal. Pengakuan yang diberikan
para pihak belum tentu menunjukkan kebenaran materiil
yang berkaitan dengan sengketa, maka Hakim memiliki
kewenangan untuk meneliti lebih lanjut tentang kebenaran
pengakuan tersebut.
D. Pengetahuan Hakim sebagai alat bukti adalah pengetahuan
Hakim yang olehnya diketahui dan diyakini kebenarannya
selama persidangan.
120
E. Alat bukti sebagaimana dimaksudkan dalam pelaksanaan
Undang-undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi
dan Transaksi Elektronik
Memperhatikan bebagai doktrin dan yurisprudensi
maka dukungan alat-alat bukti yang memiliki nilai
kekuatan pembuktian mencakup akan hal-hal:
1. pembuktian cukup sempurna (volledig bewijskracht);
2. pembuktian berkekuatan mengikat (bedinde
bewijskracht);
3. pembuktian bernilai kekuatan menentukan (beslissend
bewijskracht);
121
tersebut benar merupakan keputusan keberatan
atau merupakan keputusan lain yang dapat diajukan
banding menurut peraturan perundang-undangan
yang berlaku.
b. Pemenuhan Pasal 35 ayat (1) Undang-undang Nomor
14 Tahun 2002 tentang Pengadilan Pajak meliputi:
• Surat Banding diajukan dalam Bahasa Indonesia
kepada Ketua Pengadilan Pajak;
• Pemeriksaan dan pembuktian dilakukan dengan
meneliti Surat Banding.
c. Pemenuhan Pasal 35 ayat (2) Undang-undang Nomor
14 Tahun 2002 tentang Pengadilan Pajak meliputi:
• Banding diajukan dalam jangka waktu 3 (tiga) bulan
sej ak diterimanya keputusan yang dibanding, kecuali
diatur lain dalam peraturan perundang-undangan
perpajakan.
• Pemeriksaan dan pembuktian pemenuhan jangka
waktu dilakukan dengan cara membandingkan
122
kebenaran pembuktiannya, maka jangka waktu
pengajuan banding dipertimbangkan.
d. Pemenuhan Pasal 36 ayat (1) Undang-undang Nomor
14 Tahun 2002 tentang Pengadilan Pajak meliputi:
• Banding diajukan terhadap 1 (satu) keputusan
keberatan atau keputusan lainnya yang dipersamakan
untuk itu yang dapat diajukan banding;
• pemeriksaan pembuktian dilakukan dengan meneliti
isi Surat Banding.
e. Pemenuhan Pasal 36 ayat (2) Undang-undang Nomor
14 Tahun 2002 tentang Pengadilan Pajak meliputi:
• Banding diajukan dengan disertai alasan-alasan yang
jelas, dicantumkan tanggal diterima surat keputusan
yang dibanding.
• Pemeriksaan dan pembuktian dilakukan dengan
meneliti Surat banding dan tambahan penjelasan
Pemohon Banding dalam persidangan.
f. Pemenuhan Pasal 36 ayat (3) Undang-undang Nomor
14 Tahun 2002 tentang Pengadilan Pajak meliputi:
• Banding diajukan dengan melampirkan salinan
keputusan yang dibanding.
• Pemeriksaan dilakukan dengan meneliti lampiran
Surat Banding
g. Pemenuhan Pasal 36 ayat (4) Undang-undang Nomor
14 Tahun 2002 tentang Pengadilan Pajak meliputi:
123
Dalam hal banding diajukan terhadap besarnya pajak
terutang, banding hanya dapat diajukan apabila
jumlah pajak yang terutang dimaksud telah dibayar
sebesar 50% (lima puluh persen);
Pajak yang terutang adalah jumlah pajak terutang
sebagaiman dimaksud dalam peraturan perundang-
undangan perpajakan yang berlaku.
Pemeriksaan terhadap jumlah pajak terutang
dibuktikan dengan meneliti kredit pajak yang
tercantum dalam keputusan yang dapat diajukan
banding dan diikuti dengan pembayaran pajak yang
sudah dilakukan oleh Pemohon Banding berupa
dokumen asli pembayaran yang dapat berupa Surat
Setoran Pajak (SSP), bukti Pembidahbukuan (Pbk),
SSPCP, STTS PBB, bukti pembayaran BPHTB, bukti
pembayaran Pajak Daerah berupa Surat Setoran
Pajak Daerah (SSPD) yang pembayarannya dilakukan
masih dalam jangka waktu pengajuan Banding.
Perlakuan terhadap Pajak Pertambahan Nilai
(PPN), penghitungannya dilakukan dengan cara
50% dari jumlah Pajak Keluaran, atau 50% dari
penghitungan melalui mekanisme pengkreditan
pajak terutang, atau penghitungan kredit pajak yang
dapat diperhitungkan dengan menghitung kelebihan
pajak yang telah dikompensasikan ke Masa Pajak
berikutnya, atau telah direstusikan.
h. Pemenuhan Pasal 37 ayat (1) Undang-undang Nomor
14 Tahun 2002 tentang Pengadilan Pajak meliputi:
• Surat Permohonan banding diajukan oleh Pemohon
Banding yaitu Wajib Pajak,ahli waris, seorang
pengurus, atau kuasa hukum.
• Pemeriksaan dan pembuktian serta pengesahannya
Surat Permohonan Banding diawali dengan
melakukan penelitian melalaui legalitas pendirian
perusahan dengan Akta Notaris dan Pengesahan
badan hukum dan penempatannya dalam Berita
Negara oleh Menteri Hukum dan HAM bagi badan
hukum, Akta Waris/Keterangan Hak Wewaris bagi
ahli waris, Surat Kuasa Khusus, atau dokumen lainnya
yang menunjukkan kewenangan menandatangani
Surat Banding.
125
Olehkarenanya dalam mendasarkan pada acuan
dimaksud, maka pemeriksaan dan pembuktian atas sengketa
pajak setelah aspek formal Banding setelah memenuhi syarat-
syarat yang ditetapkan, kemudian diikuti dengan penilaian
terhadap Keputusan Keberatan, Permohonan Keberatan dan
Ketetapan Pajak, maka materi yang diperiksa atas sengketa
pajak dimaksud dapat diuraikan sebagai berikut:
A. Pajak Penghasilan Badan
Dalam ketentuan yang diberlakukan di bidang perpaj akan
kewajiban perusahaan yang menyelenggarakan pembukuan
sebagaimana ditentukan dalam Pasal 28 Undang-Undang
Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan (KUP) yaitu di
antaranya guna menghitung Penghasilan Kena Pajak (PhKP),
idealnya terlebih dahulu dilakukan klasifikasi dalam :
a. penghasilan yang merupakan obyek PPh;
b. penghasilan yang bukan obyek PPh;
c. penghasilan yang dikenakan PPh bersifat final;
d. penghasilan yang merupakan obyek PPh dikenakan tarif
berdasarkan ketentuan Pasal 17 UU Pajak Penghasilan.
126
Terhadap sengketa yang timbul di bidang Paj ak Penghasilan,
bagian-bagian yang disengketakan akan mencakup hal-hal
yang berkaitan dengan koreksi atas aktivitas yang berhubungan
dengan sistem akuntansi dan keuangan yang menjadi landasan
pijak untuk dilakukan pemeriksaan dan pengujian atas koreksi
yang telah ditetapkan oleh Terbanding yaitu antara lain:
a. Koreksi Peredaran usaha melalui pengujian arus uang
dan arus piutang dagang dengan cara memeriksa dan
menguji bukti-bukti yang berkaitan dengan:
1. Buku Piutang Dagang
2. Buku Kas/Penerimaan
3. Laporan Keuangan
4. Rekening Bank
5. Bukti Transfer
6. Bukti Pinjaman (Perjanjian Pinjaman)
7. Bank Notes/Crediet Note
8. Bukti Uang Titipan
9. Bukti Setoran Modal
10. Dokumen lain-lain yang menunjukkan bahwa
penerimaan uang tersebut bukan bersumber dari
penjualan atau pelunasan Piutang dagang.
127
(1) Koreksi atas Peredaran Usaha melalui pengujian arus
uang dan arus piutang dagang.
Dalam hal sengketa menyangkut koreksi terhadap
peredaran usaha yang ditimbulkan oleh pendekatan
pemeriksaan Terbanding melalui pengujian arus uang dan
arus piutang, dilakukan langkah langkah oleh Pemohon
Banding sebagai berikut:
a. Dalam hal LHP (Laporan Hasil Pemeriksaan Pajak),
KKP (Kertas Kerja Pemariksaan Pajak) dan UPK
(Uraian Penelitian Keberatan) diterima dalam
persidangan, Pemohon Banding wajib membuat
Surat Bantahan (SB) terhadap Surat Banding, Laporan
Hasil Pemeriksaan/Kertas Kerja Pemeriksaan/Surat
Pemberitahuan Hasil Pemeriksaan, Surat Uraian
Banding, Uraian Penelitian Keberatan, untuk
mendalami pokok sengketa.
b. Pastikah bahwa besarnya nilai sengketa dengan
meminta matrik perbandingan angka-angka dari
masing-masing unsur penghitungan arus uang dan
arus piutang dari Pemohon Banding, kemudian
konfirmasikan kepada Terbanding yang antara
lain melalui penelitian terhadap Laporan Hasil
Pemeriksaan (LHP), KKP, dan atau UPK., Surat
Keberatan dan Surat Banding Pemohon Banding;
128
c. Tentukan apakah metode pengujian arus uang dan
arus piutang dagang yang dilakukan oleh Terbanding
sudah tepat;
d. Apakah perbedaan yang terjadi antara cara
penghitungan yang dilakukan oleh Terbanding
dengan yang dilakukan oleh Pemohon Banding
dengan cara memeriksa/menguji bukti-bukti yang
berkaitan dengan kebenaran atas mekanisme dan
perhitungan, yang di sebutkan di atas yaitu berupa:
1. Buku Piutang Dagang.
2. Buku Kas/Bank penerimaan.
3. Laporan Keuangan.
4. Rekening Bank.
5. Bukti transfer.
6. Bukti pinjaman (Perjanjian pinjaman).
7. Bank Notes / Credit Note.
8. Bukti uang titipan.
9. Bukti setoran modal.
j. Dokumen lain-lain yang menunjukkan bahwa
penerimaan uang tersebu bukan bersumber dari
penjualan atau pelunasan Piutang Dagang.
k. pemeriksaan/pengujian kebenaran materiil dari
bukti-bukti tersebut di atas, dapat dilakukan
berdasarkan perintah Majelis, yang hasilnya berupa
pendapat dari masing-masing pihak dan dituangkan
129
dalam Berita Acara Pemeriksaan/Pengujian
Kebenaran Materil;
l. Memohon kepada yang Mulia Hakim Majelis
bahwa untuk melakukan pengujian secara timbal
balik berikut penjelasan dari Terbanding maupun
Pemohon Banding yang berkenaan Koreksi, jika
dipandang perlu meminta dokumen uji bukti dari
koreksi;
m. Jika memungkinkan dalam hal-hal terdapat koreksi
sebagai akibat dari perbedaan intepretasi antara
Pemohon Banding dengan Terbanding, maka
Majelis mengupayakan kepada para pihak untuk
mencapai persamaan persepsi mengenai ketentuan-
ketentuan tertentu dari perundang-undangan
perpajakan. Dapat juga Majelis memerintahkan baik
kepada Pemohon Banding maupun Terbanding,
untuk menyampaikan alasan-alasan tertulis yang
mendukung pendapatnya masing-masing, selain
yang telah disampaikan dalam Surat Banding dan
Bantahan dari Pemohon Banding maupun Surat
Uraian Banding dari Terbanding, sebagai bahan
pertimbangan Majelis dalam pengambilan putusan;
130
b. Koreksi Peredaran Usaha melalui equalisasi SPT PPh
Badan dengan SPT PPN
Dalam hal sengketa menyangkut koreksi terhadap
peredaran usaha yang ditimbulkan dari hasil suatu equalisasi
antara SPT Pajak Penghasilan Badan dengan SPT PPN, maka
harus dilakukan langkah- langkah sebagai berikut:
a. Pemohon Banding selama persidangan berlangsung
dapat memohon kepada Majelis Hakim untuk
diberikan, Laporan Hasil Pemeriksaan/Kertas
Kerja Pemeriksaan/Surat Pemberitahuan Hasil
Pemeriksaan, Surat Uraian Banding, Uraian Penelitian
Keberatan, Surat Bantahan untuk mendalami pokok
sengketa.
b. Pastikan dengan benar besarnya nilai sengketa
dengan meminta matrik perbandingan angka-angka
dari Terbanding dengan Pemohon Banding untuk
menguji teknik penghitungan equalisasi SPT Pajak
Penghasilan dan SPT PPN, kemudian konfirmasikan
kepada Terbanding yang antara lain melalui penelitian
terhadap Laporan Hasil Pemeriksaan (LHP), KKP,
dan atau UPK dan Surat BandingPemohon Banding;
c. Adakah perbedaan yang terjadi antara cara
penghitungan yang dilakukan oleh Terbanding
dengan yang dilakukan oleh Pemohon Banding
dengan cara memeriksa/menguji bukti-bukti yang
131
berkaitan dengan perhitungan tersebut, yang antara
lain dapat berupa:
1. SPT Pajak Penghasilan Badan dan SPT PPN
Masa Januari-Desember
2. Laporan Keuangan.
3. Daftar penjualan bulan Desember tahun lalu.
4. (Faktur komersial yang terbit bulan Desember
tahun lalu).
5. Penjualan/penyerahan yang terjadi bulan
Desember tahun lalu yang Faktur Pajaknya
diterbitkan bulan Januari tahun berjalan.
6. Daftar penjualan bulan Desember tahun
berjalan (Faktur komersial yang terbit bulan
Desember tahun berjalan).
7. Penjualan/penyerahan yang terjadi bulan
Desember tahun berjalan, yang faktur pajaknya
diterbitkan bulan Januari tahun berikutnya;
d. Hasil Pemeriksaan/pengujian bukti-bukti tersebut
di atas, nantinya dituangkan dalam berita acara
hasil pemeriksaan/pengujian bukti-bukti yang dapat
dipergunakan sebagai bahan pertimbangan Majelis
dalam pengambilan Putusan.
e. Perbedaan yang masih ada merupakan sebagai bahan
musyawarah nantinya Majelis untuk pengambilan
putusan;
132
Di samping itu, dapat juga pendekatan sistematik
atas pengujian Peredaran Usaha melalui equalisasi
SPT PPh Badan dengan SPT PPN dilakukan dengan
cara memeriksa dan menguji bukti-bukti yang
prudent berkaitan dengan:
1. SPT Pajak Penghasilan Badan dengan SPT PPN
2. Laporan Keuangan
3. Daftar penjualan bulan Desember tahun lalu.
4. Faktur komersial yang terbit bulan Desember
tahun lalu.
5. Penjualan/penyerahan yang terjadi bulan
Desember tahun lalu yang Faktur pajaknya
diterbitkan pada bulan Januari tahun berjalan.
6. Daftar penjualan bulan Desember tahun berjalan
(Faktur komersialnya yang terbit bulan Desember
tahun berjalan.
7. Penjualan/penyerahan yang terjadi bulan
Desember tahun berjalan, yang Faktur pajaknya
diterbitkan pada bulan Januari tahun berikutnya.
133
1. Pastikan kelengkapan berkas banding selama persidangan
para pihak wajib melengkapi terhadap Surat Banding,
Laporan Hasil Pemeriksaan/ Kertas Karja Pemeriksaan/
Surat Pemberitahuan Hasil Pemeriksaan, Surat Uraian
Banding, Uraian Penelitian Keberatan, Surat Bantahan
untuk mendalami pokok sengketa, termasuk kejelasan
bahwa terdapat hubungan istimewa.
2. Pastikan apakah besarnya nilai sengketa dengan meminta
matrik perbandingan angka-angka dari penetapan harga
transfer pricing oleh Terbanding dengan harga jual yang
dipakai oleh Pemohon Banding, kemudian memohon
kepada Majelis hakim untuk melakukan konfirmasi
134
perhitungan tersebut, yang antara lain dapat berupa:
a) bukti terjadinya hubungan istimewa (bukti
kepemilikan saham dan lain sebagainya).
b) Perbandingan harga yang terjadi pada hubungan
istimewa dengan harga yang tidak ada hubungan
istimewa.
c) Data perhitungan metode cost plus.
d) Data perhitungan metode sales minus.
e) Bukti-bukti lain sesuai dengan metode pengujian
yang dipergunakan untuk menentukan harga wajar.
135
Keberatan, Surat Bantahan untuk mendalami pokok
sengketa.
2. Meminta print out Data Ekspor - Intranet Direktorat
Jenderal Pajak untuk dipelajari.
3. Meminta penjelasan Terbanding tentang proses
pengolahan data dimaksud.
4. Pastikan besarnya nilai sengketa dengan meminta
matrik perbandingan angka angka dari masing-masing
unsur dari Pemohon Banding, kemudian konfirmasikan
kepada Terbanding yang antara lain melalui penelitian
terhadap Laporan Hasil Pemeriksaan (LHP), KKP, dan
atau UPK, dan Kertas Kerjanya, Surat Keberatan dan
Surat Banding Pemohon Banding
5. Apakah ada perbedaan yang terjadi antara cara
penghitungan yang dilakukan oleh Terbanding dengan
yang dilaksanakan oleh Pemohon Banding dengan
cara memeriksa/menguji bukti-bukti yang berkaitan
dengan perhitungan tersebut, yang antara lain dapat
berupa:
1. Laporan Keuangan;
2. SPT Tahunan PPh Badan
3. Pemberitahuan Ekspor Barang (PEB)
a. Invoice
b. Sales Contract
c. Packing List
136
d. Purchase Order
e. BCF3.01
4. Bukti pendukung lainnya
5. Apakah ada perbedaan nilai PEB yang menurut
data intranet yang tidak dimiliki oleh Pemohon
Banding.
6. Pemohon Banding memohon kepada Majelis
Hakim untuk dapat meminta kepada Terbanding
bukti PEB sesuai data intranet dimaksud, atau bukti
persetujuan ekspor (Model Formulir : BGF.3.01);
7. Jika mungkin memohon kepada Majelis Hakim
untuk dapat memerintahkan kepada Terbanding
melakukan konfirmasi kepada Direktorat Jenderal
Bea dan Cukai maupun pihak pihak lain yang terkait
dengan meyakinkan kebenaran data dimaksud
sebagai acuan koreksi.
137
a. Pastikan kelengkapan berkas banding selama persidangan
bahwaparapihakwajibmelengkapiterhadapSuratBanding,
Laporan Hasil Pemeriksaan. Kertas Kerja Pemeriksaan,
Surat Pemberitahuan Hasil Pemeriksaan, Surat Uraian
Banding, Uraian Penelitian Keberatan, Surat Bantahan
untuk mendalami pokok sengketa Pastikan besarnya nilai
sengketa dengan meminta matriks perbandingan angka-
angka pembelian bahan baku menurut Terbanding dan
Pemohon Banding.
b. Teliti sumber dokumen yang dipakai Terbanding dalam
melakukan koreksi.
c. Pastikan bahwa prosentase laba kotor perusahaan
diproyeksikan dari harga pokok penjualan, bukan dari
penjualan.
d. Dengan permintaan Majelis Hakim para pihak dapat
melakukan Review atas perbedaan perbandingan yang
terjadi antara cara perhitungan baik yang dilakukan
oleh Terbanding maupun dengan yang dilakukan oleh
Pemohon Banding dengan cara memeriksa/menguji
bukti-bukti yang berkaitan dengan perhitungan tersebut,
yang antara lain berupa:
1. Ledger pembelian.
2. Faktur Pajak Masukan yang berkenaan dengan
pembelian bahan baku.
138
3. Dokumen yang dipakai Terbanding untuk
melakukan koreksi pembelian.
4. Laporan Keuangan Audited untuk menguji
prosentase laba kotor terhadap Harga Pokok
Penjualan.
e. Tentukan bahwa koreksi tersebut adalahmenyangkut
jumlah pembelian atau jumlah pemakaian bahan baku.
139
c. Menilai kepatutan sales discount yang diberikan Pemohon
Banding pada setiap jalur distribusinya;
d. Menguji dokumen-dokumen/bukti-bukti sales discount
beserta cara perhitungannya, misalnya:
1. Distribution Agreement.
2. Sales Agent Agreement.
3. Invoice-invoice yang terkait dengan discount tersebut
dan dilakukan cross check dengan:
a. Cash/Bank Receipnya,
b. Ledger Piutang Dagangnya, atau
c. Subsidiary Ledgernya
140
Bantahan, Uraian Penelitian Keberatan untuk
mendalami pokok sengketa.
b. Pastikan besarnya nilai sengketa dengan meminta
matrik perbandingan mengenai angka-angka dari
masing-masing unsur perhitungan atas arus barang
dari Pemohon Banding, kemudian konfirmasikan
kepada Terbanding yang antara lain melalui
penelitian terhadap Laporan Hasil Pemeriksaan
(LHP), KKP, dan atau UPK, Surat Keberatan dan
Surat Banding Pemohon Banding;
c. Pastikan bahwa perbedaan perbandingan yang
terjadi antara cara penghitungan yang dilakukan
oleh Terbanding dengan, Pemohon Banding,
dengan cara memeriksa/menguji bukti-bukti yang
berkaitan dengan perhitungan tersebut, yang antara
lain dapat berupa:
1. Buku Persediaan / kartu stock.
2. Buku Produksi.
3. Buku Pembelian.
4. Bulai Penjualan.
5. Daftar Harga.
141
h. Koreksi Harga Pokok Penjualan karena jumlah
pembelian menurut SPT Pajak Penghasilan Badan
equalisasi/dibandingkan dengan bukti PPN Masukan
dalam SPT PPN.
Dalam hal sengketa yang menyangkut koreksi Harga
Pokok Penjualan karena jumlah pembelian menurut SPT
Pajak Penghasilan Badan dibandingkan dengan bukti PPN
Masukan dalam SPT PPN dilakukan cara memeriksa dan
menguji bukti-bukti serta melakukan penghitungan yang
berkaitan dengan:
a. Pastikan kelengkapan berkas banding selama persidangan
para pihak wajib melengkapi terhadap Surat Banding,
Laporan Hasil Pemeriksaan/Kertas Kerja Pemeriksaan/
Surat Pemberitahuan Hasil Pemeriksaan, Surat Uraian
Banding, Surat Bantahan, Uraian Penelitian Keberatan,
untuk mendalami pokok sengketa, termasuk kejelasan
tentang terdapatnya hubungan istimewa;
b. Pastikan besarnya nilai sengketa dengan meminta matrik
perbandingan angka-angka dari masing-masing unsur
dari Pemohon Banding, kemudian konfirmasikan kepada
Terbanding yang antara lain melalui penelitian terhadap
Laporan Hasil Pemeriksaan (LHP), KKP, dan atau UPK,
Surat Keberatan dan Surat Banding Pemohon Banding;
c. Minta penjelasan Terbanding mengenai metode pengujian
apa yang dipakai untuk melakukan koreksi.
142
d. Teliti perhitungannya, apakah sudah sesuai dengan
ketentuannya peraturan perundang-undangan yang
berlaku.
e. Pastikan bahwa perbedaan perbandingan yang terjadi
antara cara penghitungan yang dilakukan oleh Terbanding
dengan yang dilakukan oleh Pemohon Banding dengan
cara memeriksa/menguji bukti-bukti yang berkaitan
dengan perhitungan tersebut, yang antara lain dapat
berupa:
1. harga pembanding yang dipakai Terbanding untuk
melakukan koreksi.
2. prosentase laba kotor yang terjadi pada pihak-pihak
yang tidak punya hubungan istimewa.
3. data lain yang dipakai Terbanding untuk melakukan
koreksi di antaranya berupa:
• Buku Persediaan/Buku Stock barang
• Buku Persediaan
• Buku Pembelian
• Buku Penjualan
• Daftar Harga
143
cara memeriksa dan menguji bukti-bukti serta melakukan
penghitungan yang berkaitan dengan:
a. Pastikan bahwa kelengkapan berkas banding selama
persidangan para pihak wajib melengkapi terhadap
Surat Banding, Laporan Hasil Pemeriksaan/Kertas Kerja
Pemeriksaan/Surat Pemberitahuan Hasil Pemeriksaan,
Surat Uraian Banding, Surat Bantahan, Uraian Penelitian
Keberatan, untuk mendalami pokok sengketa.
b. Pastikan bahwa besarnya nilai sengketa dengan
meminta matrik perbandingan angka-angka dari
Pemohon Banding berupa rincian lengkap perhitungan
penyusutan/amortisasi sesuai dengan versinya, kemudian
konfirmasikan kepada Terbanding yang antara lain melalui
penelitian terhadap Laporan Hasil Pemeriksaan (LHP),
KKP, dan atau UPK dan kertas kerjanya, Surat Keberatan
dan Surat Banding Pemohon untuk dapat diidentifikasi
perbedaan-perbedaan yang ada dan sebab-sebabnya;
c. Majelis Hakim selama persidangan dapat meminta
daftar penyusutan menurut versi Terbanding dan versi
Pemohon Banding.
d. Hakim dapat pula melakukan kajian atas perbedaan
perbandingan yang terjadi antara cara penghitungan
yang dilakukan oleh Terbanding dengan yang dilakukan
oleh Pemohon Banding dengan cara memeriksa/menguji
144
bukti-bukti yang berkaitan dengan perhitungan tersebut,
yang antara lain dapat berupa :
1. Laporan Keuangan;
2. Daftar harta yang menunjukkan harga sisa buku yaitu
jusment daftar harga penyusutan dengan melakukan
komparative antara harga sisa buku menurut akuntansi
dan fiskal berdasakan metode dan sistem yang taat
asas.
3. Daftar Penyusutan dan Tarif Penyusutan sesuai
dengan Keputusan Menteri Keuangan yang berlaku
e. Apakah setelah diteliti penggolongan aktiva dan tarif
penyusutannya sesuai dengan Undang Undang Pajak
Penghasilan atau dengan Keputusan Menteri Keuangan
yang berlaku.
f. Pemeriksaan/pengujian atas kebenaran materiil dari bukti-
bukti tersebut di atas, para pihak dapat melakukan uji
bukti berdasarkan perintah Majelis, yang hasilnya berupa
pendapat dari masing-masing pihak dan dituangkan dalam
Berita Acara Pemeriksaan/Pengujian kebenaran materiil
yang dilakukan melalui Penilaian Hasil Pembuktian (PHP)
oleh Majelis.
g. Dalam hal terdapat koreksi sebagai akibat dari
perbedaan interpretasi Pemohon Banding dengan
Terbanding terhadap ketentuan-ketentuan tertentu dari
perundang-undangan perpajakan, maka Majelis dapat
145
memerintahkan baik kepada Pemohon Banding maupun
Terbanding untuk menyampaikan alasan-alasan secara
tertulis yang mendukung pendapatnya masing-masing,
selain yang telah disampaikan dalam Surat Banding dan
Bantahan dari Pemohon Banding maupun Surat Uraian
Banding dari Terbanding, sebagai bahan yang nantinya
akan dipertimbangkan oleh Majelis dalam pengambilan
putusan.
146
matrik perbandingan angka-angka dari masing-masing
unsur dari Pemohon Banding, kemudian konfirmasikan
kepada Terbanding yang antara lain melalui penelitian
terhadap Laporan Hasil Pemeriksaan (LHP), KKP, dan
atau UPK.dan kertas kerjanya, Surat Keberatan dan Surat
Banding Pemohon Banding;
c. Review perbedaan yang terjadi antara cara penghitungan
yang dilakukan oleh Terbanding dengan yang dilakukan
oleh Pemohon Banding dengan cara memeriksa/menguji
bukti-bukti yang berkaitan dengan perhitungan tersebut,
yang antara lain dapat berupa:
1. Buku utang dagang;
2. Buku Kas/Bank Pengeluaran;
3. Laporan Keuangan;
4. Rekening Koran pada Bank-bank yang telah
ditetapkan dalam Laporan Keuangan Audited;
5. Bukti pembayaran/pengeluaran;
6. Debit Note dari Bank.
7. Dokumen lain yang menyatakan bahwa pengeluaran
uang tersebut tidak berkaitan dengan pelunasan
utang dagang.
d. Pemeriksaan/pengujian kebenaran materiil dari bukti-
bukti tersebut diatas, dapat dilakukan berdasarkan
perintah Majelis, yang hasilnya berupa pendapat dari
masing-masing pihak dan dituangkan dalam Berita Acara
147
Pemeriksaan/pengujian kebenaran materiil yang bagi
Majelis merupakan Hasil Penilaian Pembuktian.
148
c. Para pihak harus meneliti jenis transaksi leasing yang
benar-benar terjadi dan Terbanding melihat pencatatannya
dalam pembukuan Pemohon Banding.
d. Pemohon Banding harus memastikan bahwa "Fiscal
Treatment" atas transaksi leasing, apakah telah/sudah
sesuai dengan ketentuan perundang undangan yang
berlaku.
e. Selanjutnya, Majelis Hakim harus melakukan review
terhadap perbedaan yang terjadi, antara cara penghitungan
yang dilakukan oleh Terbanding, dengan cara yang
dilakukan oleh Pemohon Banding, dengan melalui
metode/ cara memeriksa/menguji bukti-bukti yang
berkaitan dengan perhitungan tersebut, yang antara lain
dapat berupa:
1. Tentukan terlebih dahulu bahwa perlakuan
perpajakan tersebut sudah sesuai dengan ketentuan
yang berlaku dalam Keputusan Menteri Keuangan;
2. Perjanjian Leasing
3. Laporan Keuangan (Neraca Rugi/Laba)
4. Ledger leasing
5. Ledger angsuran leasing dan bunga
6. Daftar Aktiva
7. Daftar pendukung lainnya
f. Penilaian dana terhadap pemeriksaan/pengujian bukti-
bukti tersebut di atas, dapat dilakukan berdasarkan
149
perintah Majelis, yang hasilnya berupa pendapat dari
masing-masing pihak dan dituangkan dalam Berita
Acara Pemeriksaan, sedangkan pengujian atas kebenaran
150
Pemeriksaan/Surat Pemberitahuan Hasil Pemeriksaan,
Surat Uraian Banding, Surat Bantahan, Uraian Penelitian
Keberatan, untuk mendalami pokok sengketa;
b. Pastikan bahwa besarnya nilai sengketa dengan memohon
kepada Majelis Hakim, para pihak untuk membuat matrik
perbandingan angka-angka dari masing-masing unsur
dari Pemohon Banding, kemudian konfirmasikan kepada
Terbanding, yang antara lain melalui penelitian terhadap
Laporan Hasil Pemeriksaan (LHP), KKP, dan atau UPK,
Surat Keberatan dan Surat Banding Pemohon Banding;
c. Dalam melakukan pemeriksaan selama persidangan
Majelis Hakim meminta kepada Terbanding maupun
Pemohon Banding untuk menyampaikan rincian secara
lengkap penghitungan selisih, kurs sesuai dengan versinya
masing-masing untuk dapat diidentifikasi perbedaan-
perbedaan yang ada dan sebab-sebabnya.
d. Selanjutnya Majelis Hakim dapat meminta kepada
Terbanding maupun Pemohon Banding untuk
menyampaikan alasan-alasan dan bukti-bukti yang
mendukung menurut versinya masing-masing atas
perbedaan yang terjadi.
e. Majelis Hakim dapat memastikan bahwa perhitungan
kedua belah pihak berdasarkan ketentuan PSAK &
Pembuktian Fiskal. Dalam memastikan bahwa perhitungan
para pihak mendasarkan pada ketentuan yuridis yang
151
berbeda, dimana Pemohon Banding mendasarkan pada
PSAK dihubungkan dengan Pasal 6 ayat 1 huruf e UU PPh
dan Terbading mendasarkan pada ketentuan Perpajakan
khususnya pada ketentuan Pasal 6 ayat 1 huruf a dan huruf
e secara berkesinambungan dari Undang-undang Nomor
7 tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan dengan segala
perubahannya yang dikaitan dengan 3 M (Mendapatkan,
Memelihara dan Menagih) penghasilan;
f. Para pihak harus dapat melakukan review perbedaan
yang ada, dihadapan Majelis Hakim setelah dilakukan uji
kebenaran material dengan dukungan bukti-bukti rincian
penghitungan selisih kurs dari kedua belah pihak yang
menunjukkan jumlah-jumlah selisih kurs d a ri:
1. Lakukan rekonsiliasi penghitungan selisih kurs yang
bersumber pada ledger, selisih kurs dan perjanjian
utang piutang secara taat asas;
2. Pastikan jumlah kerugian/keuntungan karena selisih
kurs berasal dari kompilasi foreign currency transaction
dan foreign currency translation.
3. Bukti pendukung lainnya yang berkaitan dengan
tindak lanjut dari perjanjian utang piutang dengan
sistem pembayaran menggunakan valuta asing Dollar
Amerika Serikat.
4. Daftar catatan yang bersumber dari bukti-bukti
perjanjian utang piutang dan ledger selisih kurs.
152
m. Koreksi Harga Pokok Penjualan atas penilaian
persediaan yang bertentangan dengan Undang-undang
Perpajakan.
Dalam hal sengketa yang menyangkut koreksi Harga
Pokok Penjualan karena jumlah atas penerapan tidak sesuai
dengan ketentuan Pasal 10 UU PPh mengenai metode penilaian
dilakukan dengan cara cara memeriksa dan menguji bukti-
bukti serta melakukan penghitungan yang berkaitan dengan :
a. Landasan yuridis dan implementasi dalam menggunakan
metode persediaan
b. Buku persediaan
c. justifikasi penggunaan atas implementasi metode penilaian
yang satu ke metode penilaian yang lain.
d. Oleh karena itu, pengujiannya dilakukan melalui langka
berikut ini:
a. Pastikan bahwa kelengkapan berkas banding selama
persidangan para pihak wajib melengkapi terhadap
Surat Banding, Laporan Hasil Pemeriksaan/Kertas
Kerja Pemeriksaan/Surat Pemberitahuan Hasil
Pemeriksaan, Surat Uraian Banding, Surat Bantahan,
Uraian Penelitian Keberatan, untuk mendalami pokok
sengketa;
b. Pastikan bahwa besarnya nilai sengketa dengan
memohon Majelis Hakim untuk membuat matrik
perbandingan angka-angka dari masing-masing unsur
153
dari Pemohon Banding, kemudian konfirmasikan
kepada Terbanding yang antara lain melalui penelitian
terhadap Laporan Hasil Pemeriksaan (LHP), KKP,
Surat Keberatan dan Surat Banding Pemohon Banding;
c. Pastikan bahwa penggunaan metode penilaian
persediaan yang dilakukan Pemohon Banding memang
bertentangan dengan ketentuan Undang-undang.
d. Para pihak harus dapat melakukan review atas
perbedaan yang terjadi antara cara penghitungan yang
dilakukan oleh Terbanding dengan yang dilakukan oleh
Pemohon Banding dengan cara memeriksa/menguji
bukti-bukti yang berkaitan dengan perhitungan
tersebut, yang antara lain dapat berupa :
1. Buku Persediaan.
2. Penggunaan metode penilaian.
3. Ajustment dari satu metode penilaian ke metode
penilaian yang lainnya.
e. Selama persidangan atas permintaan para pihak dapat
dilakukan Pemeriksaan/pengujian terhadap bukti-
bukti tersebut di atas yang dilakukan berdasarkan
atas perintah Majelis, maka hasilnya dapat berupa
pendapat dari masing-masing pihak dan dituangkan
dalam Berita Acara Pemeriksaan/pengujian kebenaran
materiil dan hasilnya diketahui oleh Majelis salah satu
anggota Hakim.
154
f. Selanjutnya, Majelis Hakim dapat meminta penjelasan
dari Terbanding dan Pemohon Banding yang
berkenaan dengan hasil uji bukti-bukti tersebut.
g. Review perbedaan yang masih ada belum menjadi
kesepahaman sebagai bahan musyawarah Majelis
untuk Penilaian Hasil Pembuktian (PHP) sebagai
dasar pengambilan putusan.
155
Banding, kemudian konfirmasikan kepada Terbanding
yang antara lain melalui penelitian terhadap Laporan Hasil
Pemeriksaan (LHP), KKP, dan atau UPK, Surat Keberatan
dan Surat Banding Pemohon Banding;
c. Maj elis Hakimdapatmemerintahkanbaikkepada Pemohon
Banding maupun Terbanding untuk menyampaikan
perincian secara lengkap tentang penghitungan
kompensasi kerugian sesuai dengan versinya masing-
masing, untuk dapat diidentifikasi perbedaan-perbedaan
yang ada dan sebab-sebabnya;
d. Majelis Hakim dapat memerintahkan Pemohon Banding
maupun Terbanding untuk menyampaikan bukti-bukti
yang mendukung versinya masing-masing atas perbedaan
yang terjadi, dapat berupa Laporan Keuangan, SPT
Tahunan, surat ketetapan pajak, Keputusan atas Keberatan,
dan atau Putusan Pengadilan Pajak, dan lain-lain;
e. Para Pihak dapat melakukan review atas perbedaan
yang terjadi antara cara penghitungan yang dilakukan
oleh Terbanding dengan yang dilakukan oleh Pemohon
Banding dengan cara memeriksa/menguji bukti-bukti
yang berkaitan dengan perhitungan tersebut, yang antara
lain dapat berupa:
1. SPT Tahunan Paj ak Penghasilan Badan secara lengkap
dalam tahun-tahun yang berkaitan dengan tahun
yang terkait.
156
2. Laporan Keuangan Audited
3. Surat Ketetapan Pajak tahun-tahun pajak yang terkait.
4. Keputusan Keberatan.
5. Putusan Pengadilan Pajak.
6. Putusan Mahkamah Agung.
f. Atas permintaan para pihak selama persidangan dapat
dilakukan Pemeriksaan/pengujian atas kebenaran materiil
dari bukti-bukti tersebut di atas atau dapat dilakukan
berdasarkan atas perintah Majelis, yang hasilnya berupa
pendapat dari masing-masing pihak dan dituangkan
dalam Berita Acara Pemeriksaan/pengujian kebenaran
materiil yang diketahui oleh anggota Majelis hakim.
157
Surat Uraian Banding, Surat Bantahan, Uraian Penelitian
Keberatan, untuk mendalami pokok sengketa;
b. Pastikan bahwa besarnya nilai sengketa dimaksud nantinya
Majelis hakim dapat meminta matrik perbandingan
angka-angka dari masing-masing unsur dari Pemohon
Banding, kemudian konfirmasikan kepada Terbanding
yang antara lain melalui penelitian terhadap Laporan Hasil
Pemeriksaan (LHP), Kertas Kerja Pemeriksaan (KKP), dan
atau Uraian Penelitian Keberatan (UPK), Surat Keberatan
dan Surat Banding Pemohon Banding;
c. Apabila ada perbedaan yang terjadi antara cara
penghitungan yang dilakukan oleh Terbanding dengan
yang dilakukan oleh Pemohon Bandingmaka Majelis hakim
dapat memerintahkan kepada para pihak dengan cara
memeriksa/menguji bukti-bukti yang berkaitan dengan
perhitungan tersebut, dengan merujuk dan memastikan
bahwa biaya-biaya tersebut melanggar dari ketentuan
yuridis Pasal 6 UU Pajak Penghasilan dan diperbolehkan
apa-apa yang dipersyaratkan dalam ketentuan Pasal 9 UU
Pajak Penghasilan yang antara lain dapat berupa:
1. Bukti peminjaman buku-buku/dokumen.
2. Buku/bukti apa saja yang dianggap oleh Terbanding
tidak lengkap.
3. Pernyataan dari Terbanding mengenai Buku/Bukti
yang ditunjukkan oleh Pemohon Banding pada saat
158
melakukan uji kebenaran material (banding ini),
apakah sama dengan yang dipinjamkan pada waktu
proses pemeriksaan pajak maupun proses penyelesaian
dalam mekanisme keberatan.
d. Pemeriksaan/pengujian kebenaran materiil dari bukti-
bukti dimaksud pada butir 3 dapat dilakukan berdasarkan
perintah Majelis, yang hasilnya berupa pendapat dari
masing-masing pihak dan dituangkan dalam Berita Acara
pemeriksaan/pengujian kebenaran materiil.
e. para pihak dapat memohon kepada Majelis Hakim untuk
melakukan evaluasi atas bukti/dokumen yang dianggap
tidak lengkap baik oleh Terbanding maupun Pemohon
Banding, memang hal-hal tersebut merupakan faktor
penentu yang mengakibatkan Pemeriksa atau Terbanding
tidak dapat menerima angka-angka Pemohon Banding.;
159
Pemeriksaan/Surat Pemberitahuan Hasil Pemeriksaan,
Surat Uraian Banding, Surat Bantahan, Uraian Penelitian
Keberatan, untuk saling mendalami pokok sengketa;
b. Pastikan bahwa besarnya nilai sengketadimaksud Majelis
Hakim dapat meminta matrik perbandingan angka-
angka dari masing-masing unsur dari Pemohon Banding,
kemudian konfirmasikan kepada Terbanding yang
antara lain melalui penelitian terhadap Laporan Hasil
Pemeriksaan (LHP), KKP, dan atau UPK, Surat Keberatan
dan Surat Banding Pemohon Banding;
c. Dalam Persidangan Majelis Hakim dapat meminta
kepada Pemohon banding maupun Terbanding untuk
menyampaikan alasan-alasan hukum dan ketentuan-
ketentuan yang mendasarinya atas sengketa ini serta untuk
mendukung pendapatnya masing-masing, selain yang
telah disampaikan dalam Surat Banding dan Bantahan dari
Pemohon Banding maupun Surat Uraian Banding dari
Terbanding, termasuk juga atas bukti-bukti transaksinya,
sebagai bahan pertimbangan bagi Majelis Hakim nantinya
dalam pengambilan putusan di antaranya:
L ledger penghasilan/biaya bunga;
2. perjanjian pinjaman kepada pemegang saham.
3. Laporan keuangan Rugi/Laba audited
4. Rekening koran/bukti penerimaan transfer
; 5. ledger piutang kepada pihak ketiga/afiliasi;
160
6. sertifikat deposito (jika ada)
7. bukti pendukung lainnya.
161
oleh Terbanding dengan yang dilakukan oleh Pemohon
Banding, dengan cara memeriksa/menguji bukti-bukti
yang berkaitan dengan perhitungan tersebut, yang antara
lain dapat berupa:
1. Ledger penghasilan / biaya bunga.
2. Perjanjian pinjaman kepada pemegang saham.
3. Laporan Keuangan.
4. Penghitungan Terbanding mengenai penghasilan
bunga atau biaya bunga;
d. Atas permintaan para pihak selama persidangan dapat
dilakukan pemeriksaan/pengujian atas kebenaran materiil
dari bukti-bukti tersebut di atas atau dapat juga dilakukan
berdasarkan atas perintah Majelis, yang hasilnya berupa
pendapat dari masing-masing pihak dan dituangkan
dalam Berita Acara Pemeriksaan/pengujian kebenaran
materiil yang diketahui oleh Ketua Majelis Hakim atau
salah satu anggota Majelis Hakim.
162
terhadap pembebanan seluruh bunga pinjaman di dalam
R/L, dengan alasan sebagian dana yang berasal dari loan,
dipinjamkan kepada pihak lain atau kepada pihak afiliasi,
maka dilakukan langkah langkah sebagai berikut:
a. Pastikan bahwa kelengkapan berkas banding selama
persidangan para pihak wajib melengkapi terhadap Surat
Banding Lakukan analytical review (review analysis)
terhadap Surat Banding, Laporan Hasil Pemeriksaan/
Kertas Kerja Pemeriksaan/Surat Pemberitahuan Hasil
Pemeriksaan, Surat Uraian Banding, Surat Bantahan,
Uraian Penelitian Keberatan, untuk saling mendalami
pokok sengketa;
b. Pastikan bahwa besarnya nilai sengketa dimaksud nantinya
Majelis Hakim dapat meminta matrik perbandingan
angka-angka dari masing-masing unsur dari Pemohon
Banding, kemudian di konfirmasikan kepada Terbanding
yang antara lain melalui penelitian terhadap Laporan
Hasil Pemeriksaan (LHP), KKP, dan atau UPK dan kertas
kerjanya, Surat Keberatan dan Surat Banding Pemohon
Banding;
c. Dengan perantara Majelis Hakim Para pihak dapat
memohon untuk melakukan review atau perbedaan
yang terjadi antara cara penghitungan yang dilakukan
oleh Terbanding dengan yang dilakukan oleh Pemohon
Banding dengan cara memeriksa/menguji bukti-bukti
163
yang berkaitan dengan perhitungan tersebut, yang antara
lain dapat berupa:
1. Surat Perjanjian Utang (pinjaman).
2. Rekening Koran (bukti penerimaan transfer).
3. Sertifikat Deposito.
4. Ledger Piutang pihak ketiga / afiliasi.
5. Kalkulasi koreksi beban bunga oleh Terbanding.
6. Laporan Keuangan (Neraca & R/L).
d. Atas permintaan para pihak selama persidangan dapat
dilakukan pemeriksaan/pengujian atas kebenaran materiil
dari bukti-bukti tersebut di atas atau dapat juga dilakukan
berdasarkan atas perintah Majelis, yang hasilnya berupa
pendapat dari masing-masing pihak dan dituangkan
dalam Berita Acara Pemeriksaan/pengujian bukti-bukti,
164
Banding dari Terbanding, sebagai bahan pertimbangan
Majelis Hakim dalam pengambilan putusan;
165
cara penghitungan yang dilakukan oleh Terbanding
dengan yang dilakukan oleh Pemohon Banding, dengan
cara memeriksa/menguji bukti-bukti yang berkaitan
dengan perhitungan tersebut, yang antara lain dapat
b eru p a:
1. Rekening Koran (untuk melihat transfer dividen ke
rekening pemegang saham).
2. Cash voucher
d. Atas permintaan para pihak selama persidangan dapat
dilakukan pemeriksaan/pengujian atas kebenaran
materiil dari bukti-bukti tersebut di atas atau dapat juga
dilakukan berdasarkan perintah Majelis Hakim, yang
hasilnya berupa pendapat dari masing-masing pihak dan
dituangkan dalam Berita Acara Pemeriksaan/pengujian
166
dinyatakan sebagai biaya, namun menurut Terbanding tidak
boleh diperhitungkan sebagai biaya, maka dilakukan langkah
langkah sebagai berikut:
a. Pastikan atas kelengkapan berkas banding selama
persidangan para pihak wajib melengkapi terhadap
Surat Banding, Laporan Hasil Pemeriksaan/Kertas Kerja
Pemeriksaan/Surat Pemberitahuan Hasil Pemeriksaan,
Surat Uraian Banding, Surat Bantahan, Uraian Penelitian
Keberatan, untuk mendalami pokok sengketa;
b. Pastikan atas besarnya nilai sengketa dengan meminta
matrik perbandingan terhadap angka-angka dari
masing-masing unsur dari Pemohon Banding, kemudian
konfirmasikan kepada Terbanding atau sebaliknya yang
antara lain melalui penelitian terhadap Laporan Hasil
Pemeriksaan (LHP), Kertas Kerja Pemeriksaan (KKP), dan
atau UPK Surat Keberatan dan Surat Banding Pemohon
Banding;
c. Majelis Hakim dapat menanyakan kepada pihak-pihak
yang bersengketa untuk menyampaikan dasar hukum
atau ketentuan-ketentuan yang merupakan ruling bagi
Direktorat Jenderal Pajak.
d. Para pihak harus mengetahui pertahapan yang harus
dilakukan, bahwa ketentuan tersebut adalah memastikan
bahwa seluruh pengeluaran/biaya itu ada dokumennya
167
atau buktinya, kemudian menurut ketentuan perundang-
undangan boleh dikurangkan sebagai biaya atau tidak.
168
Keuangan yang lazimnya tidak boleh melebihi jumlah yang
ditetapkan dengan rumus sebagai berikut: Jumlah Penghasilan
Luar Negeri dibagi dengan Jumlah Penghasilan Kena Pajak
dikalikan dengan Pajak yang terutang.
Di samping itu, dapat juga dilakukan apabila dalam hal
sengketa banding menyangkut koreksi terhadap kredit pajak,
dilakukan teknis dan cara-cara sebagai berikut:
a. Pastikan bahwa besarnya nilai sengketa dengan
membandingkan angka menurut Pemohon Banding
dengan angka Terbanding, yang antara lain melalui
penelitian terhadap LHP, KKP/Surat Pemberitahuan
Hasil Pemeriksaan, dan atau UPK, Surat Keberatan dan
Surat Banding Pemohon Banding;
b. Majelis Hakim dapat memerintahkan baik kepada
Pemohon Banding maupun Terbanding untuk
menyampaikan rincian lengkap serta bukti-bukti
pendukungnya sesuai dengan versinya masing-masing,
untuk dapat diidentifikasi perbedaan-perbedaan yang
ada dan sebab-sebabnya;
c. Dengan melalui perantaraan Majelis Hakim para pihak
dapat memohon untuk melakukan review atas perbedaan
yang ada dengan cara memeriksa/menguji kebenaran
materiil dari alasan-alasan dan bukti-bukti yang diajukan
baik oleh Pemohon Banding maupun Terbanding;
169
d. Atas permintaan Majelis Hakim para pihak dapat
memohon untuk melakukan pemeriksaan/pengujian
terhadap bukti-bukti atas dimaksud pada butir dapat
dilakukan berdasarkan atas perintah Majelis Hakim, yang
hasilnya berupa pendapat dari masing-masing pihak dan
dituangkan dalam berita acara uji bukti.
e. Kredit Pajak berasal dari kredit pajak dalam negeri (PPh
Pasal 21, 22, 23, 26), sedangkan kredit pajak luar negeri,
harus diteliti apakah P3B (Persetujuan Penghindaran
Pajak Berganda) atau tidak ?.
170
uji bukti melalui penghitungan yang berasal dari sumber:
1. cash voucher untuk transaksi tunai
2. Penerimaan menurut SPT
3. bukti setor Bank baik yang merupakan obyek
maupun bukan obyek.
4. Bukti penerimaan tunai yang merupakan obyek
pajak.
171
yang terjadi antara cara penghitungan yang dilakukan
oleh Terbanding dengan yang dilakukan oleh Pemohon
Banding, melalui uji bukti yang berkaitan dengan
penghitungan tersebut, yang antara lain dapat berupa:
a. Bukti Setoran Bank baik yang berkenaan dengan objek
pajak maupun non objek pajak.
b. Bukti penerimaan uang baik yang berkenaan dengan
objek pajak maupun non objek pajak.
c. Bukti pengeluaran tunai.
d. Penerimaan uang menurut SPT.
(4) Atas permintaan Majelis Hakim para pihak dapat
memohon untuk melakukan Pemeriksaan/pengujian
kebenaran materiil dari bukti-bukti dimaksud pada butir
c dapat dilakukan berdasarkan perintah Majelis, yang
hasilnya berupa pendapat dari masing-masing pihak yang
dituangkan dalam berita acara pemeriksaan/pengujian
kebenaran materiil.
172
c. Terhadap Koreksi Penghasilan Neto yang disebakan oleh
tambahan kekayaan neto yang berasal dari penghasilan
yang belum dikenakan pajak.
Dalam hal sengketa Penghasilan Neto ditimbulkan oleh
tambahan kekayaan neto yang berasal dari penghasilan yang
belum dikenakan pajak,maka langkah-langkah yang dapat
diambil adalah:
a. pastikan bahwa besarnya nilai sengketa dengan
membandingkan angka menurut Pemohon Banding
dengan angka Terbanding, yang antara lain melalui
penelitian terhadap LHP, KKP, Surat Pemberitahuan Hasil
Pemeriksaan dan atau UPK dan kertas kerjanya, surat
keberatan dan Surat Banding Pemohon Banding;
b. Dengan melalui perantaraan Majelis Hakim para ihak
dapat memohon untuk melakukan review perbedaan-
perbedaan yang ada melalui uji bukti yang berkaitan
dengan masalah-masalah yang disengketakan yang
antara lain, dapat berupa SPT dan ikhtisar perhitungan
penghasilan (dalam hal ada laporan keuangan), daftar
lampiran harta pada SPT 2 (dua) tahun), daftar kekayaan
tahun yang disengketakan dan tahun sebelumnya, Bukti
pembelian dan bukti pengeluaran tambahan kekayaan,
Akte Jual Beli, dan lain-lain;
c. Atas permintaan Majelis Hakim para pihak dapat
memohon untuk melakukan pemeriksaan/pengujian
173
kebenaran materiil dari bukti-bukti dimaksud pada
butir b, yang dapat pula dilakukan berdasarkan perintah
Majelis, dimana hasilnya berupa pendapat dari masing-
masing pihak dan dituangkan dalam berita acara uji bukti.
174
b. Dengan melalui perantaraan Majelis Hakim, para pihak
dapat memohon untuk melakukan Review perbedaan-
perbedaan yang ada dengan uji bukti yang berkaitan
dengan masalah-masalah yang disengketakan, yang antara
lain, dokumen pendukung dapat berupa SPT dan ikhtisar
perhitungan penghasilan, Bukti pengeluaran/pembayaran,
Ikhtisar biaya hidup, Daftar kekayaan yang dimiliki, Kartu
Keluarga, dan lain-lain;,
C. pemeriksaan/pengujian kebenaran materiil dari bukti-
bukti dimaksud pada butir b, dapat dilakukan berdasarkan
perintah Majelis, yang hasilnya berupa pendapat dari
masing-masing pihak dan dituangkan dalam berita acara
uji bukti.
d. Apabilamasihterdapathalyangbelumterjadikesepahaman
dari Pemohon Banding, Terbanding maka dilakukan
review atas perbedaan yang masih ada sebagai bahan
musyawarah bagi Majelis nantinya untuk pengambilan
putusan.
Perbedaan yang terjadi akibat koreksi penghasilan neto
akibat penerapan biaya hidup dilakukan dengan uji bukti
melalui penghitungan yang berasal dari sumber:
1. SPT berikut ikhtisar penghasilan dalam laporan
keuangan
2. Bukti pengeluaran/pembayaran dan ikhtisar biaya
hidup
175
3. Daftar inventarisasi kekayaan yang dimiliki.
4. Daftar Kartu Keluarga dan bukti pendukung lainnya.
Koreksi Penghasilan Neto yang ditimbulkan oleh
pendekatan pemeriksaan melalui metode tidak langsung
176
Pajak Penghasilan Pasal 21 berdasarkan equalisasi antara
biaya menurut SPT Pajak Penghasilan Badan dengan objek
Pajak Penghasilan Pasal 21 pada SPT Pajak Penghasilan Pasal
21, langkah-langkah yang dapat ditempuh adalah :
a. Lakukan analytical review terhadap Surat Banding,
Laporan Hasil Pemeriksaan/Kertas Kerja Pemeriksaan/
Surat Pemberitahuan Hasil Pemeriksaan, Surat Uraian
Banding, Surat Bantahan, Uraian Penelitian Keberatan,
untuk mendalami pokok sengketa;
b. Pastikan bahwa besarnya nilai sengketa yang diungkapkan
dalam persidangan dengan meminta matrik angka-
angka dari jenis biaya yang tertera baik pada SPT Pajak
Penghasilan Badan yang jadi objek Pajak Penghasilan
Pasal 21 dengan maupun dengan angka-angka dari jenis
biaya yang menjadi objek Pajak Penghasilan Pasal 21
menurut SPT Pajak Penghasilan Pasal 21.
c. Lakukan review perbedaan yang terjadi antara cara
penghitungan yang dilakukan oleh Terbanding dengan
yang dilakukan oleh Pemohon Banding dengan cara
memeriksa/menguji bukti-bukti yang berkaitan dengan
perhitungan tersebut, yang antara lain dapat berupa:
1. Equalisasi beban biaya antara SPT PPh Badan dengan
obyek PPh Pasal 21 pada SPT PPh Pasal 21.
2. Ledger biaya-biaya terkait;
3. laporan keuangan audited
177
4. Cash/ Bank Voucher untuk beberapa jenis biaya yang
dipandang perlu.
5. Data pendukung lainnya.
d. Majelis Hakim dapat meminta penjelasan baik dari
Terbanding maupun dari Pemohon Banding yang
berkenaan dengan hasil uji bukti.
e. Tentukan hal-hal apa saja yang belum terjadi titik temu,
sebagai bahan untuk meyakinkan pembuktian kepada
Majelis;
178
a. Para pihak dapat melakukan review analisis terhadap
Surat Banding, LHP/KKP/Surat Pemberitahuan Hasil
Pemeriksaan, Surat Uraian Banding (SUB), Uraian
Penelitian Keberatan dan Surat Bantahan untuk saling
mendalami pokok sengketa yang sebenarnya.
b. Pastikan bahwa besarnya nilai sengketa di maksud
dengan meminta matriks angka-angka yang menjadi DPP
menurut Terbanding dan Pemohon Banding.
c. Review perbedaan yang terjadi antara penghitungan
yang dilalaikan oleh kedua belah pihak yang bersengketa
melalui uji bukti dengan dukungan bukti-bukti:
1. Ledger pembelian dari pedagang pengumpul/
Pabrikan.
2. Bukti penunjukan sebagai Pemungut Pajak
Penghasilan Pasal 22 dari pedagang pengumpul.
3. Bukti diri yang dimiliki oleh pedagang pengumpul.
4. Banding secara tertulis
5. Laporan pemungutan Pajak Penghasilan Pasal 22.
6. Laporan Keuangan.
7. Receiving Report.
8. SPT PPN sebagai alat cross-check.
d. Apabila dari pengujian tersebut di atas, masih terdapat
perbedaan yang masih ada, kemudian lakukan review
sebagai bahan musyawarah Majelis untuk pengambilan
putusan.
179
Terhadap Koreksi objek Pajak Penghasilan Pasal 22
berdasarkan perbedaan jumlah yang dilaporkan oleh
Pemungut.
180
5. SPT PPN sebagai alat cross check,
d. Review perbedaan yang masih ada sebagai bahan
musyawarah Majelis untuk pengambilan putusan.
Dalam hal sengketa yang menyangkut koreksi
pemungutan Pajak Penghasilan Pasal 22 dilakukan dengan
cara cara memeriksa dan menguji bukti-bukti serta melakukan
penghitungan yang berkaitan dengan:
1. Equalisasi beban biaya antara SPT PPh Badan dengan
obyek PPh Pasal 22 pada SPT Masa PPh Pasal 22
2. Cross - check dengan SPT PPN
3. Ledger pembelian dari pedagang pengumpul/
Pabrikan.
4. Bukti penunjukkan sebagai Pemungut Pajak
Penghasilan Pasal 22 dari pedagang pengumpul.
5. Laporan Pemungutan Pajak Penghasilan Pasal 22
6. Laporan Keuangan
7. Buku pembelian dari Pabrikan.
8. Receiving report
181
a. Melakukan review analisis terhadap Surat Banding, LHP/
KKP/Surat Pemberitahuan Hasil Pemeriksaan, Surat
Uraian Banding (SUB), Uraian Penelitian Keberatan,
Surat Bantahan untuk mendalami pokok sengketa.
b. Pastikan Bahwa besarnya nilai sengketa dengan meminta
matriks angka-angka dari jenis biaya yang tertera pada
SPT Pajak Penghasilan Badan yang jadi objek Pajak
Penghasilan Pasal 23, dengan angka-angka dari jenis
biaya yang menjadi objek Pajak Penghasilan Pasal 23
menurut SPT Pajak Penghasilan Pasal 23.
c. Review perbedaan yang terjadi antara penghitungan
Terbanding dan Pemohon Banding melalui uji kebenaran
material dengan dukungan bukti-bukti:
1. SPT Pajak Penghasilan Badan dan Laporan
Keuangan Audited yaitu, Equalisasi beban biaya
antara SPT PPh Badan dengan obyek PPh Pasal 23
pada SPT PPh Pasal 23.
2. SPT Pajak Penghasilan Pasal 23,
3. Bukti pembagian dividen,
4. Bukti pembayaran bunga,
5. Perjanjian-perjanjian,
6. Bukti pembayaran royalti,
7. Bukti pembayaran imbalan,
8. Bukti pembayaran sewa.
182
d. pemeriksaan/pengujian kebenaran materiil dari bukti-
bukti dimaksud pada butir c dapat dilalaikan berdasarkan
perintah Majelis, yang hasilnya berupa pendapat dari
masing-masing pihak dan dituangkan dalam berita acara
pemeriksaan/pengujian kebenaran materiil.
e. Review perbedaan yang masih ada sebagai bahan
musyawarah Majelis untuk pengambilan putusan.
(D
183
yang mengatur apabila penerima penghasilan di negara
domisili memperlakukan pembayaran-pembayaran dari
Indonesia tersebut sebagai “bussiness income” maka yang
berwenang memajaki adalah negara domisili, berarti
bukan lagi sebagai obyek PPh Pasal 26 di Indonesia.
7. Di samping itu, tak kalah penting bahwa ketentuan Pasal
11 ayat (2) P3B, yang mengatur bahwa apabila penerimaan
penghasilan di negara domisili adalah “Beneficial Owner”,
maka penerapan tarif Pajak Penghasilan Pasal 26 tidak
boleh lebih tinggi dari 10%. Demikian halnya dalam P3B
secara umum yang terjadi tax base Pajak Penghasilan
Pasal 26 adalah case basis, jadi tidak semua pembebanan
di dalam perhitungan Rugi/Laba dari Laporan Keuangan
itu menjadi Dasar Pengenaan Pajak (DPP) dari Pajak
Penghasilan Pasal 26.
184
e. Pajak Penghasilan Pemotongan Pasal 4 ayat (2)
Pastikan bahwa kelengkapan berkas banding selama
persidangan para pihak wajib melengkapai terhadap surat
banding.
a. Laporan Hasil Pemeriksaan /Kertas Kerja Pemeriksaan/
Surat Pemberitahuan Hasil Pemeriksaan, SUB, Uraian
Penelitian Keberatan, Surat Bantahan untuk mendalami
pokok sengketa, termasuk kejelasan penerapan peraturan
- peraturan yang mendasarinya.
b. Pastikan bahwa besarnya nilai sengketa dengan meminta
matriks angka-angka dari jenis biaya yang tertera pada
SPT Pajak Penghasilan Badan yang jadi objek Pajak
Penghasilan Pasal 4 ayat (2).
c. Review perbedaan yang terjadi antara penghitungan
Terbanding dan Pemohon Banding melalui uji kebenaran
material diantaranya dengan dukungan bukti-bukti:
Bukti pembayaran sewa bangunan dan tanah,
Bukti pembayaran Pajak Penghasilan Pasal 4 ayat
( 2 ),
185
Bunga deposito dan tabungan lainnya sesuai PP 131
Tahun 2000, KMK 51/04/2000,
Perdagangan obligasi di Bursa Efek sesuai dengan
PP 139 Tahun 2000,
Perdagangan saham sesuai PP 41 Tahun 1994 dan
PP 14 Tahun 1997.
Di samping itu, dalam hal sengketa pajak yang menyangkut
koreksi pemotongan Pajak Penghasilan Pasal 4 ayat (2) yang
terbagi atas saham, bunga deposito, obligasi, efek hadiah,
persewaan tanah dan/atau bangunan atau sewa lainnya, jasa
konstruksi, dilakukan juga dengan cara-cara memeriksa dan
menguji bukti-bukti serta melakukan penghitungan secara
prudent yang berkaitan dengan hal-hal berikut ini:
1. Bukti pembayaran Pajak Penghasilan Pasal 4 ayat (2);
2. Perdagangan obligasi di Bursa Efek sesuai dengan
ketentuan Peraturan Pemerintah Nomor 139 Tahun 2000
3. Perdagangan Saham sesuai dengan Peraturan Pemerintah
Nomor 41 Tahun 1994 dan Peraturan Pemerintah Nomor
14 Tahun 1997;
4. Bunga Deposito dan Tabungan lainnya sesuai dengan
ketentuan Peraturan Pemerintah Nomor 131 Tahun
2000 dan Keputusan Menteri Keuangan Nomor 51/
KMK.04/2000;
5. Hadiah/undian berdasarkan Peraturan Pemerintah
Nomor 132 Tahun 2000
186
6. Bukti pembayaran pengalihan hak atas tanah dan/atau
bangunan sebagaimana dimaksudkan dalam ketentuan
Peraturan Pemerintah Nomor 48 Tahun 1996 jo Peraturan
Pemerintah Nomor 27 Tahun 1999.
7. Bukti pembayaran sewa tanah dan bangunan berdasarkan
ketentuan Peraturan Pemerintah Nomor 29 Tahun 1996
berikut perjanjian sewa -menyewa;
8. Kontrak jasa kontruksi berdasarkan ketentuan Peraturan
Pemerintah Nomor 140 Tahun 2000;
9. Bukti pembayaran sewa di muka untuk beberapa tahun.
187
berkas banding selama persidangan para pihak wajib
melengkapi Surat Banding, Laporan Hasil Pemeriksaan/Kertas
Kerja Pemeriksaan/Surat Pemberitahuan Hasil Pemeriksaan,
Surat Uraian Banding, Surat Bantahan, Uraian Penelitian
Keberatan, untuk mendalami pokok sengketa;
Pastikan bahwa besarnya nilai sengketa dengan meminta
matriks perbandingan angka-angka dari masing-masing
unsur dari Pemohon Banding, kemudian konfirmasikan
kepada Terbanding yang antara lain melalui penelitian
terhadap Laporan Hasil Pemeriksaan (LHP), KKP, dan atau
UPK dan kertas kerjanya, Surat Keberatan dan Surat Banding
Pemohon Banding;
Review perbedaan yang terjadi antara cara penghitungan
yang dilakukan oleh Terbanding dengan yang dilakukan oleh
188
D. Pajak Pertambahan Nilai (PPN) Barang dan Jasa dan
Pajak Penjualan Atas Barang Mewah.
Dalam hal sengketa yang timbul terhadap Pajak
Pertambahan Nilai (PPN) Barang dan Jasa dan Pajak Penjualan
Atas Barang Mewah dapat didentifikasi permasalahan meliputi
hal-hal sebagai berikut:
a. Koreksi Sengketa Dasar Pengenaan Pajak (DPP) Pajak
Keluaran yang timbul equalisasi nilai DPP menurut
Surat Pemberitahuan (SPT) Masa PPN dengan nilai
peredaran menurut SPT Tahunan PPh Badan.
Dalam hal sengketa menyangkut koreksi yang timbul
sebagai akibat Dasar Pengenaan Pajak (DPP) Pajak Keluaran
yangtimbul equalisasi nilai DPP menurut Surat Pemberitahuan
(SPT) Masa PPN dengan nilai peredaran menurut SPT
Tahunan PPh, maka langkah-langkah yang dapat dilakukan
adalah:
1. Setelah melakukan analisa tehadap pendalam terhadap
pokok sengketa atas Laporan Kertas Kerja Pemeriksaan/
Laporan Pemeriksaan Pajak, Surat Uraian Banding, Surat
Bantahan, Uraian Penelitian Keberatan, maka pastikan
besarnya nilai sengketa dan buatkan perbandingan dalam
bentuk matrik angka-angka yang dibuat oleh Pemohon
Banding dan Terbanding dalam periode yang sama.
2. Pastikan bahwa nilai Dasar Pengenaan Pajak (DPP)
berdasarkan SPT Tahunan PPh Badan telah dilakukan
189
judgment atas peredaran menurut SPT PPh tahun yang
bersangkutan, dimana PPN-nya memang seharusnya
tidak/belum diperhitungkan untuk masa pajak yang
berkenaan dengan Faktur Pajak Keluaran-nya sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang
berlaku, belum diterbitkan atau Faktur Pajak (Keluaran)
telah diterbitkan dan dilaporkan dalam SPT PPN sebelum
masa pajak berkenaan.
190
pemeriksaan untuk menguji kepatuhan pemenuhan
kewajiban perpajakan Wajib Pajak dan untuk tujuan
lain dalam rangka melaksanakan ketentuan peraturan
perundang-undangan perpajakan. Pemeriksaan dapat
dilakukan di kantor (Pemeriksaan Kantor) atau di tempat
Wajib Pajak (Pemeriksaan Lapangan) yang ruang lingkup
pemeriksaannya dapat meliputi satu jenis pajak, beberapa
jenis pajak, atau seluruh jenis pajak, baik untuk tahun-
tahun yang lalu maupun untuk tahun berj alan. Pemeriksaan
dapat dilakukan terhadap Wajib Pajak, termasuk instansi
pemerintah dan badan lain sebagai pemungut pajak atau
pemotong pajak. Selanjutnya pelaksanaan pemeriksaan
tersebut di atas, dilakukan dengan menelusuri SPT,
pembukuan atau pencatatan dan pemenuhan kewajiban
perpajakan lainnya dibandingkan dengan keadaan atau
kegiatan usaha sebenarnya dari Wajib Pajak.
2. Pastikan peredaran usaha tersebut di atas dilakukan
melalui justifikasi perbandingan dalam matrik sengketa
berawal dari SPT Pemohon Banding hingga sampai
dengan Lapran Pemeriksaan Pajak berikut penelaahan
keberatan bahkan Uraian Banding.
191
Dalam hal sengketa menyangkut koreksi yang
ditimbulkan karena sebab-sebab lain misalnya sengketa yang
berkaitan dengan penyerahan BKP/JKP di dalam daerah
pabean, penyerahan BKP/JKP di dalam kawasan berikat,
adanya ekspor, proyek bantuan luar negeri, PPN ex Pasal 16A,
16B, 16C dan 16D, secara umum langkah-langkah yang harus
ditempuh adalah:
1. Buatkan matrik perbandingan angka-angka yang
disengketakan dari masing-masing unsur Pemohon
banding dengan keputusan Terbanding yang didasarkan
dari Laporan Pemeriksaan Paj ak, Kertas Kerj a Pemeriksaan,
Uraian Penelitian Keberaratan (UPK) dan sebagainya.
2. Lakukan perbandingan yang menjadikan alasan
mengajukan sengketa pajak berdasarkan dokumen
pendukung/bukti pendukung yang dimiliki oleh Pemohon
Banding dan Terbanding
192
1. Pastikan secara yuridis bahwa sengketa yang terjadi
merupakan obyek yang terutang atas penyerahan BKP/
JKP yang terutang PPN dan/atau PPn BM.
2. Buatkan matrik perbandingan angka-angka yang
disengketakan dari masing-masing unsur Pemohon
Banding dengan keputusan Terbanding yang didasarkan
dariLaporanPemeriksaanPajak, Kertas KerjaPemeriksaan,
Uraian Penelitian Keberaratan (UPK) dan sebagainya
3. Pastikan alasan-alasan hukum yang mendasari koreksi
Terbanding tersebut bertentangan dengan pendapat
Pemohon Banding.
4. Lakukan perbandingan yang menjadikan alasan
mengajukan sengketa berdasarkan dokumen pendukung/
bukti pendukung yang dimiliki oleh Pemohon Banding
dan Terbanding.
193
1. Pastikan kebenaran adanya transaksi pembelian atau
jasa yang dilakukan oleh Pemohon Banding dengan cara
melakukan pemeriksaan bukti-bukti pendukung yang
menyakinkan kebenaran bahwa telah terjadi transaksi
pembelian atau jasa yang berkenaan.
2. Buatkan matrik perbandingan angka-angka yang
disengketakan dari masing-masing unsur Pemohon
banding dengan keputusan Terbanding yang didasarkan
dari Laporan Pemeriksaan Pajak, Kertas Kerja Pemeriksaan,
Uraian Penelitian Keberaratan (UPK) dan sebagainya.
194
2. Buatkan matrik perbandingan angka-angka yang
disengketakan dari masing-masing unsur Pemohon
banding dengan keputusan Terbanding yang didasarkan
dari Laporan Pemeriksaan Paj ak, Kertas Kerj aPemeriksaan,
Uraian Penelitian Keberaratan (UPK) dan sebagainya.
3. Dapatkan bukti authentik secara fisik dari Faktur Pajak
Masukan yang dinyatakan cacat oleh Terbanding.
4. Apabila dipandang perlu dapatkan juga pernyataan
konfirmasi dari Terbanding mengenai status Faktur Pajak
yang diterbitkan oleh Pengusaha Kena Pajak (PKP) ada
atau tidaknya yang dimuat dalam SPT Masa PPN dari
lawan transaksi, sebagai alat bukti pembanding.
195
yang membuktikan terjadinya transaksi, terdapat penyerahan
BKP/JKP yang terutang dan tidak terutang PPN, penyerahan
jasa yang pemanfaatannya dilakukan di luar daerah pabean,
maka langkah yang dtempuh adalah :
1. Pastikan apakah Faktur Pajak atau Faktur Pajak Masukan
yang berkenaan dengan memenuhi ketentuan Pasal 9 ayat
(8) Undang-Undang PPN 1984;
2. Buatkan matrik perbandingan angka-angka yang
disengketakan dari masing-masing unsur Pemohon
banding dengan keputusan Terbanding yang didasarkan
dari Laporan Pemeriksaan Paj ak, Kertas Kerj a Pemeriksaan,
Uraian Penelitian Keberaratan (UPK) dan sebagainya.
3. Lampirkan bukti pendukung lainnya yang menjadi dasar
temuan dari hasil pemeriksaan yang dilakukan oleh
Terbanding.
sebagai berikut:
a. Koreksi materi pokok Sengketa menyangkut Luas
Tanah.
Dalam hal materi pokok Sengketa menyangkut Luas
Tanah, langkah langkah yang dapat ditempuh adalah:
196
1. Lakukan analytical review terhadap Surat Banding,
Laporan Hasil Penilaian Individu, Surat Uraian Banding,
Surat Bantahan, Uraian Penelitian Keberatan, untuk
mendalami pokok sengketa;
2. Pastikan besarnya nilai sengketa dengan meminta matrik
perbandingan angka-angka dari masing-masing unsur
dari Pemohon Banding, kemudian konfirmasikan kepada
Terbanding yang antara lain melalui penelitian terhadap
Laporan Hasil Penilaian individu, dan atau UPKdan kertas
kerjanya, Surat Keberatan dan Surat Banding Pemohon
Banding;
3. Review perbedaan yang terjadi antara cara penghitungan
yang dilakukan oleh Terbanding dengan yang dilakukan
oleh Pemohon Banding dengan cara memeriksa/menguji
kebenaran materi dari bukti bukti yang berkaitan dengan
luas tanah, yang antara lain dapat berupa:
(1) Surat Pemberitahuan Pajak Terhutang (SPPT);
(2) Sertifikat Tanah/ Akte Jual Beli/ Keterangan luas
tanah dari pejabat yang berwenang;
(3) Peta Blok/ZNT, peta lokasi/situasi obyek pajak;
(4) Perjanjian Sewa, jika merupakan tanah persewaan;
(5) Keterangan pemanfaatan tanah untuk fasilitas
umum, fasilitas sosial;
(6) Rencana Kerja Tahunan Tanam untuk Perkebunan
dengan Hutan Tanaman Industri;
197
(7) Rencana Kerja Tahunan untuk hak Penguasaan
Hutan;
(8) Surat Perjanjian/ Ijin Penambangan;
198
b. Koreksi m ateri pokok Sengketa menyangkut Luas
Bangunan
Dalam hal Koreksi materi pokok Sengketa menyangkut
Luas Bangunan, langkah langkah yang dapat ditempuh adalah:
1. Lakukan analytical review terhadap Surat Banding,
Laporan Hasil Penilaian Individu, Surat Uraian Banding,
Surat Bantahan, Uraian Penelitian Keberatan, untuk
mendalami pokok sengketa;
2. Pastikan besarnya nilai sengketa dengan meminta matrik
perbandingan angka-angka dari masing-masing unsur
dari Pemohon Banding, kemudian konfirmasikan kepada
Terbanding yang antara lain melalui penelitian terhadap
Laporan Hasil Penilaian individu, dan atau UPK.dan kertas
kerjanya, Surat Keberatan dan Surat Banding Pemohon
Banding;
3. Review perbedaan yang terjadi antara cara penghitungan
yang dilakukan oleh Terbanding dengan yang dilakukan
oleh Pemohon Banding dengan cara memeriksa/menguji
kebenaran materi dari bukti bukti yang berkaitan dengan
luas bangunan, yang antara lain dapat berupa:
(1) Surat Pemberitahuan Pajak Terhutang (SPPT),
(2) Surat Pemberitahuan Obyek Pajak (SPOP) dan
lampirannya;
(3) Ijin Mendirikan Bangunan (IMB)/ Akte Jual Beli/
Keterangan pendukung luas bangunan
199
(4) Peta Blok/ZNT, peta lokasi/situasi obyek pajak;
4. Pemeriksaan/pengujian kebenaran materiil dari bukti-
bukti tersebut diatas dapat dilakukan berdasarkan
perintah Majelis, yang hasilnya berupa pendapat dari
masing-masing pihak dan dituangkan dalam Berita Acara
Pemeriksaan/pengujian bukti;
5. Meminta penjelasan dari Terbanding dan Pemohon
Banding yang berkenaan dengan hasil uji bukti;
6. Dalam hal terdapat koreksi sebagai akibat dari perbedaan
interpretasi Pemohon Banding dengan Terbanding
terhadap ketentuan-ketentuan tertentu dari perundang-
undangan perpajakan, Majelis dapat memerintahkan baik
kepada Pemohon Banding maupun Terbanding untuk
menyampaikan alasan-alasan tertulis yang mendukung
pendapatnya masing-masing, selain yang telah disampaikan
dalam Surat Banding dan Bantahan dari Pemohon Banding
maupun Surat Uraian Banding dari Terbanding, sebagai
bahan pertimbangan Majelis dalam pengambilan putusan;
7. Review perbedaan yang masih ada sebagai bahan
musyawarah Majelis untuk pengambilan putusan.
c. Koreksi materi pokok Sengketa Nilai Juai Obyek Pajak
atas Tanah
Dalam hal materi pokok Sengketa Nilai Jual Obyek Pajak
atas Tanah, langkah langkah yang dapat ditempuh adalah:
200
1. Lakukan analytical review terhadap Surat Banding,
Laporan Hasil Penilaian Individu, Surat Uraian Banding,
Surat Bantahan, Uraian Penelitian Keberatan, untuk
mendalami pokok sengketa;
2. Pastikan besarnya nilai sengketa dengan meminta matrik
perbandingan angka-angka dari masing-masing unsur
dari Pemohon Banding, kemudian konfirmasikan kepada
Terbanding yang antara lain melalui penelitian terhadap
Laporan Hasil Penilaian individu, dan atau UPK dan kertas
kerjanya, Surat Keberatan dan Surat Banding Pemohon
Banding;
3. Review perbedaan yang terjadi antara cara penghitungan
yang dilakukan oleh Terbanding dengan yang dilakukan
oleh Pemohon Banding dengan cara m^meriksa/menguji
kebenaran materi dari bukti bukti yang berkaitan dengan
nilai tanah, yang antara lain dapat berupa:
(1) Surat Pemberitahuan Pajak Terhutang (SPPT),
(2) SPPT yang dijadikan alat banding,
(3) Berita Acara Pemeriksaan,
(4) Surat Pemberitahuan Obyek Pajak (SPOP) dan
lampirannya,
(5) Data harga jual tanah, analisa harga jual tanah
berikut data pendukung seperti lampfran Akte
PPAT/ Notaris, surat keterangan jual-beli dari
Kepala Desa/Kepala Kelurahan;
201
(6) Data transaksi obyek pembanding atau penawaran
harga (dari Pemohon Banding);
(7) Database harga jual tanah dari Terbanding;
(8) Peta Blok/Zona Nilai Tanah (ZNT), peta lokasi/
situasi obyek pajak;
(9) Analisa penentuan Nilai Indikasi Rata rata (NIR)
dan Nilai jual Obyek Pajak (NJOP):
(10) Denah lokasi tanah dan bangunan
(11) Peta pemanfaatan prasarana/ fasilitas/peruntukan
tempat obyek pajak berada
(12) Surat Keputusan Kakanwil Pajak tentang Klasifikasi
besarnya Nilai Jual Obyek Pajak sebagai dasar
pengenaan PBB
202
Pemeriksaan/pengujian kebenaran materiil;
5. Meminta penjelasan dari Terbanding dan Pemohon
Banding yang berkenaan dengan hasil uji kebenaran
material;
6. Dalam hal terdapat koreksi sebagai akibat dari perbedaan
interpretasi Pemohon Banding dengan Terbanding
terhadap ketentuan-ketentuan tertentu dari perundang-
undangan perpajakan, Majelis dapat memerintahkan baik
kepada Pemohon Banding maupun Terbanding untuk
menyampaikan alasan-alasan tertulis yang mendukung
pendapatnya masing-masing, selain yang telah
disampaikan dalam Surat Banding dan Bantahan dari
Pemohon Banding maupun Surat Uraian Banding dari
Terbanding, sebagai bahan pertimbangan Majelis dalam
pengambilan putusan;
7. Review perbedaan yang masih ada sebagai bahan
musyawarah Majelis untuk pengambilan putusan.
203
Surat Bantahan, Uraian Penelitian Keberatan, untuk
mendalami pokok sengketa;
2. Pastikan besarnya nilai sengketa dengan meminta matrik
perbandingan angka-angka dari masing-masing unsur
dari Pemohon Banding, kemudian konfirmasikan kepada
Terbanding yang antara lain melalui penelitian terhadap
Laporan Hasil Penilaian individu, dan atau UPK.dan kertas
kerjanya, Surat Keberatan dan Surat Banding Pemohon
Banding;
3. Review perbedaan yang terjadi antara cara penghitungan
yang dilakukan oleh Terbanding dengan yang dilakukan
oleh Pemohon Banding dengan cara memeriksa/menguji
kebenaran materi dari bukti bukti yang berkaitan dengan
nilai bangunan, yang antara lain dapat berupa:
(1) Surat Pemberitahuan Pajak Terhutang (SPPT) PBB;
(2) Surat Pemberitahuan Obyek Pajak (SPOP) dan
lampirannya;
(3) Laporan Penilaian Individu;
(4) Data transaksi jual beli/ penawaran harga obyek
pembanding;
(5) Berita Acara Pemeriksaan Sederhana Kantor/
Pemeriksaan Sederhana Lapangan;
(6) Peta Blok/ZNT, peta lokasi/situasi obyek pajak;
(7) Database harga jual tanah dan bangunan dari
Terbanding;
204
(8) SK Kakanwil tentang Klasifikasi besarnya Nilai Jual
Obyek Pajak sebagai dasar pengenaan PBB;
(9) Daftar Biaya Komponen Bangunan (DBKB);
(10) Peta pemanfaatan prasarana/ fasilitas/peruntukan
tempat obyek pajak berada;
(11) Ijin Mendirikan Bangunan;
(12) Sertifikat tanah/akte Jual Beli.
4. Pemeriksaan/pengujian kebenaran materiil dari bukti-
bukti tersebut diatas dapat dilakukan berdasarkan
perintah Majelis, yang hasilnya berupa pendapat dari
masing-masing pihak dan dituangkan dalam Berita Acara
Pemeriksaan/pengujian kebenaran materiil;
5. Meminta penjelasan dari Terbanding dan Pemohon
Banding yang berkenaan dengan hasil uji kebenaran
material;
6. Dalam hal terdapat koreksi sebagai akibat dari perbedaan
interpretasi Pemohon Banding dengan Terbanding
terhadap ketentuan-ketentuan tertentu dari perundang-
undangan perpajakan, Majelis dapat memerintahkan baik
kepada Pemohon Banding maupun Terbanding untuk
menyampaikan alasan-alasan tertulis yang mendukung
pendapatnya masing-masing, selain yang telah
disampaikan dalam Surat Banding dan Bantahan dari
Pemohon Banding maupun Surat Uraian Banding dari
205
Terbanding, sebagai bahan pertimbangan Majelis dalam
pengambilan putusan;
7. Review perbedaan yang masih ada sebagai bahan
musyawarah Majelis untuk pengambilan putusan.
206
3. Review perbedaan yang masih ada sebagai bahan
musyawarah Majelis untuk pengambilan putusan
207
disampaikan dalam Surat Banding dan Bantahan dari
Pemohon Banding maupun Surat Uraian Banding dari
Terbanding, sebagai bahan pertimbangan Majelis dalam
pengambilan putusan;
4. Memeriksa apakah penerapan peraturan pemerintah
mengenai besarnya persentase Nilai Jual Kena pajak
dilakukan benar sesuai dengan Nilai Jual obyek pajak.
5. Review perbedaan yang masih ada sebagai bahan
musyawarah Majelis untuk pengambilan putusan.
208
(2) penentuan Terbanding mengenai subyek pajak;
(3) cara/metode terbanding menentukan Nilai
Perolehan Obyek Pajak (NPOP) jika sengketa
menyangkut NPOP atau
(4) penentuan sebagai obyek pajak jika sengketa
menyangkut obyek pajak yang tidak dikenakan
BPHTB;
2. teliti alat-alat bukti yang digunakan Terbanding
menentukan adanya perolehan hak atas tanah dan atau
bangunan sebagaimana dimaksud Pasal 2 ayat (2) Undang-
undang BPHTB;
3. alat bukti yang diajukan tersebut diatas dibandingkan
dengan bukti pendukung yang diajukan Pemohon
Banding;
4. Review perbedaan yang masih ada sebagai bahan
musyawarah Majelis untuk pengambilan putusan.
2G 9
Penelitian Keberatan, untuk mengetahui:
(1) penentuan Terbanding adanya perolehan hak atas
tanah dan atau bangunan jika sengketa menyangkut
obyek pajak;
(2) penentuan Terbanding mengenai subyek pajak;
(3) cara/metode terbanding menentukan Nilai
Perolehan Obyek Pajak (NPOP) jika sengketa
menyangkut NPOP atau
(4) penentuan sebagai obyek pajak jika sengketa
menyangkut obyek pajak yang tidak dikenakan
BPHTB;
2. teliti alat-alat bukti yang digunakan Terbanding
menentukan pihak yang memperoleh hak atas tanah dan
atau bangunan bukan pihak-pihak sebagaimana dimaksud
Pasal 3 ayat (1) Undang-undang BPHTB;
3. alat bukti yang diajukan tersebut diatas dibandingkan
dengan bukti pendukung yang diajukan Pemohon Banding
4. Review perbedaan yang masih ada sebagai bahan
musyawarah Majelis untuk pengambilan putusan.
210
pemberian hak pengelolaan pengenaan, langkah langkah yang
dapat ditempuh adalah:
1. lakukan analytical review (review analysis) terhadap
laporan pemeriksaan, Surat Uraian Banding, Uraian
Penelitian Keberatan, untuk mengetahui:
(1) penentuan Terbanding adanya perolehan hak atas
tanah dan atau bangunan jika sengketa menyangkut
obyek pajak;
(2) penentuan Terbanding mengenai subyek pajak;
(3) cara/metode Terbanding menentukan Nilai
Perolehan Obyek Pajak (NPOP) jika sengketa
menyangkut NPOP atau
(4) penentuan sebagai obyek pajak jika sengketa
menyangkut obyek pajak yang tidak dikenakan
BPHTB; alat-alat bukti yang digunakan Terbanding
menentukan perolehan hak atas tanah dan atau
bangunan bukan karena waris, hibah wasiat, dan
pemberian hak pengelolaan;
2. teliti alat-alat bukti yang digunakan Terbanding
menentukan pihak yang memperoleh hak atas tanah dan
atau bangunan bukan pihak-pihak sebagaimana dimaksud
Pasal 3 ayat (1) Undang-undang BPHTB;
3. alat bukti yang diajukan tersebut diatas dibandingkan
dengan bukti pendukung yang diajukan Pemohon Banding
211
4. Review perbedaan yang masih ada sebagai bahan
musyawarah Majelis untuk pengambilan putusan.
212
3. alat bukti yang diajukan tersebut di atas, dibandingkan
dengan bukti pendukung yang diajukan Pemohon Banding
4. Review perbedaan yang masih ada sebagai bahan
musyawarah Majelis untuk pengambilan putusan.
213
menentukan luas tanah (misalnya akte pemindahan
214
(3) cara/metode terbanding menentukan Nilai
Perolehan Obyek Pajak (NPOP) jika sengketa
menyangkut NPOP atau
(4) penentuan sebagai obyek pajak jika sengketa
menyangkut obyek pajak yang tidak dikenakan
BPHTB; alat bukti yang digunakan Terbanding
menentukan harga transaksi/nilai pasar/nilai jual
tanah dan atau bangunan sesuai macam perolehan
untuk membuktikan kebenaran materiil nilai tanah
yang Terbanding tentukan;
2. alat bukti yang diajukan tersebut diatas dibandingkan
dengan bukti pendukung yang diajukan Pemohon Banding
3. Review perbedaan yang masih ada sebagai bahan
musyawarah Majelis untuk pengambilan putusan.
215
h. Koreksi materi pokok Sengketa pemenuhan ketentuan
formal atau adanya sengketa menyangkut jangka waktu
penerbitan SKBPHTB/SKBPHTBT
DalamhalmateripokokSengketamenyangkutpemenuhan
ketentuan formal atau adanya sengketa menyangkut jangka
waktu penerbitan SKBPHTB/ SKBPHTBT, langkah langkah
yang dapat ditempuh adalah:
1. lakukan analytical review (review analysis) terhadap
laporan pemeriksaan, Surat Uraian Banding, Uraian
Penelitian Keberatan, untuk mengetahui:
(1) penentuan Terbanding adanya perolehan hak atas
tanah dan atau bangunan jika sengketa menyangkut
obyek pajak;
(2) penentuan Terbanding mengenai subyek pajak;
(3) cara/metode terbanding menentukan Nilai
Perolehan Obyek Pajak (NPOP) jika sengketa
menyangkut NPOP atau
(4) penentuan sebagai obyek pajak jika sengketa
menyangkut obyek pajak yang tidak dikenakan
BPHTB; alat bukti yang digunakan Terbanding
menentukan harga transaksi/nilai pasar/nilai jual
tanah dan atau bangunan sesuai macam perolehan
untuk membuktikan kebenaran materiil nilai tanah
yang Terbanding tentukan;
216
2. alat bukti yang diajukan tersebut diatas dibandingkan
dengan bukti pendukung yang diajukan Pemohon Banding
3. Review perbedaan yang masih ada sebagai bahan
musyawarah Majelis untuk pengambilan putusan.
217
ditolak, maka dapat melakukan upaya hukum banding ke
Pengadilan Pajak dalam tenggang waktu 60 (enam puluh) hari
(vide Pasal 35 aya (1) UU Pengadilan Pajak jo Pasal 93 ayat (1)
jo Pasal 95 UU Kepabeanan).
Olehkarenanya dalam hal sengketa menyangkut
penetapan atas klasifikasi barang, maka langkah-langkah
yang harus ditempuh adalah:
1. Pastikan bahwa pos tarif yang menj adi sengketa identifikasi
barang dari Pemohon Banding, kemudian konfirmasikan
kepada Terbanding yang antara lain melalui penelitian
terhadap Laporan Hasil Audit (LHA), Kertas Kerja Audit
(KKA), laporan hasil pemeriksaan, Surat Keberatan dan
Surat Banding Pemohon Banding.
2. Dokumen yang disertakan oleh Pemohon Banding dalam
kepentingan identifikasi barang berupa:
(1.) Pemberitahuan Impor Barang (PIB), Invoice, Packing
List, Bill of Lading (B/L), Air Way Bill (AWB) atau
dokumen pelengkap lainnya;
(2 .)Laporan Hasil Audit (LHA) barang dan Berita Acara
Hasil Pemeriksaan Barang
(3.)Hasil Pengujian laboratorium
218
kemampuan dan cara kerjanya serta kondisi barang
pada saat di impor antara lain berupa Brosur, Katalog,
Manual Book, Manual Safety Data Sheet (MSDS),
Certificate o f Origin, Mill Certificate, Pythosanitary/
Health Certificate dan lain-lain.
(5.)Lampirkan photo kopi Surat Penetapan Tarif dan
Nilai Pabean (SPTNP) dan/atau Surat Penetapan
Kembali Tarif dan Nilai Pabean (SPKTNP).
3. Di samping itu, lakukan identifikasi barang untuk
mengetahui mengenai:
(1.)jenis bahan baku, bahan penolong, dan komponen
yang mencerminkan karakteristik barang.
(2.)Proses pengolahan dan pembuatan.
(3.)Kegunaan, cara bekerjanya atau fungsi barang
(4 .)spesifikasi teknis barang, particle number, type dan
model.
(5.)Terhadap kendaraan bermotorharus didukung
mengenai keadaannya di antaranya berupa
Completely Built Up (CBU), Completely Knock Down
(SKD), Vehicle identification Number.
4. Pengujian kebenaran atas pembuktian klasifikasi barang
dapat dilakukan dengan hal-hal berikut ini:
(1.) Tentukan terlebih dahulu hasil dari identifikasi
barang;
219
(2.) Perhatikan dan tentukan dengan teliti serta pastikan
dalam Buku Tarif Bea Masuk Indonesia (BTBMI)
dengan menentukan Bab-bab yang terkait dengan
barang dimaksud;
(3.) Perhatikan dalam Ketentuan Umum untuk
melakukan interpretasi dalam The Harmonized
Description Cooding System (HS) mengenai catatan,
Bagian/bab/Subbab/Subpos tang terkait dengan
BTBMI dengan uraian pada pos tarif tersebut;
(4.)Melakukan inventarisasi pos-pos taif yang
bersangkutan.
(5.)Pergunakan referensi-referensi berupa Explanatory
Note to The Harmonized Description Cooding
System (HS) yang diterbitkan oleh World Custom
Organization. Alpahabetical Index, Encyclopedia dan
Dictionary tentang barang.
220
Terbanding (Direktur Jenderal Bea dan Cukai) yang tidak
disetujui Pemohon Banding berasal dari Tarif yang telah
didukung dengan Pemberitahuan Impor Barang (PIB) dan
dokumen pelengkap, Surat Penetapan Tarif dan/atau Nilai
Pabean (SPTNP), Surat Penetapan Kembali Tarif dan/atau
Nilai Pabean (SPKTNP), LHP, Laporan Hasil Audit/Kertas
Kerja Audit.
2. Lakukan penelitian atau pemeriksaan atas tarif dan
pembebanan kepabeanan meliputi : Bea Masuk, Pajak
Pertambaha Nilai dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah
dan Pajak Penghasilan Pasal 22 dan mereview dalam
Buku Tarif Bea Masuk Indonesia dan Tarif Cukai untuk
importasi Barang Kena Cukai.
3. Pastikan ada korelasi atau hubungan regulasi dengan
ketentuan perdagangan global mengenai pemberlakuan
tarif yang telah diatur dalam Keputusan Menteri Keuangan
di antaranya:
1) Penetapan Sistem Klasifikasi Barang dan Pembebanan
Tarif Bea Masuk Atas Impor untuk Tarif Umum
dengan segala perubahannya;
2) Penetapan Tarif Bea Masuk Anti Dumping;
3) Penetapan Tarif Bea Masuk Imbalan;
4) Penetapan Tarif Bea Masuk Tindakan Pengamanan;
5) Penetapan Tarif Bea Masuk Pembalasan;
221
6) Penetapan Tarif Bea Masuk dalam rangka Asean
Effective Preferential Tariff (Asean CEPT);
7) Penetapan Tarif Bea Masuk dalam rangka ASEAN -
CHINA Free Trade Agreement (AC-FTA);
8) Penetapan Tarif Bea Masuk dalam rangka kerjasama
pemerintah Republik Indonesia - Jepang dalam
Indonesian Japan Economic Partnership Agreement
(IJ-EPA);
9) Penetapan Tarif Bea Masuk dalam rangka ASEAN
Intregration System o f Preferences untuk anggota baru
ASEAN;
10) Penetapan Tarif Bea Masuk dalam rangka ASEAN -
22 2
c. Penetapan Nilai Pabean
Sengketa atas penetapan Nilai Pabean berdasarkan Pasal
95 jo. Pasal 93 dan Pasal 16 ayat (2) Undang-undang Nomor
10 Tahun 1995 tentang Kepabeanan yang telah diubah dengan
Undang-undang Nomor 17 Tahun 2006 hal-hal yang perlu
dilakukan di antaranya Sengketa atas penetapan tarif Bea
Masuk berdasarkan Pasal 95 jo. Pasal 93 dan Pasal 16 ayat (1)
Undang-undang Nomor 10 Tahun 1995 tentang Kepabeanan
yang telah diubah dengan Undang-undang Nomor 17 Tahun
2006 hal-hal yang perlu dilakukan di antaranya:
1. Pastikan terlebih dahulu bahwa Surat Banding yang
diajukan berdasarkan pada Keputusan Keberatan dari
Terbanding (Direktur Jenderal Bea dan Cukai) yang
tidak disetujui Pemohon Banding berasal dari Nilai Pabean
yang telah didukung dengan Pemberitahuan Impor Barang
(PIB) dan dokumen pelengkap, SPTNP, SPKTNP, LHA
(Laporan Hasil Audit)/KKA (Kertas Kerja Audit).
2. Lakukan penelitian atau pemeriksaan atas nilai pabean
berikut dengan pembebanan kepabeanan meliputi : Bea
Masuk, Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan atas
Barang Mewah dan Pajak Penghasilan Pasal 22 serta sanksi
denda dengan mereview dalam dokumen pendukung yang
dimiliki oleh Pemohon Banding;
3. Lakukan pengkajian atas keputusan Terbanding (Direktur
Jenderal Bea dan Cukai) yang tidak disetujui Pemohon
223
Banding berasal dari keberatan atas Nilai Pabean, dengan
alasan Terbanding telah menggugurkan harga transaksi
(Metode I) dan cocokan alasan Terbanding bahwa baik
berupa Penelitian dan Penetapan Nilai Pabean maupun
Risalah Penetapan Nilai Pabean (BCF 2.7) telah sejalan
dengan regulasi yang telah diatur dalam Keputusan
Menteri Keuangan atau Keputusan Direktur Jenderal Bea
dan Cukai.
4. Dapatkan penjelasan dari Terbanding mengenai
penggunaan Metode yang menjadi alasan dan dasar
penetapan nilai pabeanan yang telah didukung dengan
dokumen importasi berupa : Pemberitahuan Impor
Barang (PIB), Sales Contract, Purchase Order, Insurance,
Bill o f Lading atau Airway Bill, Instruksi Nilai Pabean
(INP), Deklarasi Nilai Pabean (DNP) dan sebagainya.
5. Di samping itu, secara rinci mengenai Pemberitahuan
Impor Barang dan surat persetujuan pengeluaran barang,
termasuk dokumen Ketentuan Impor Tujuan Ekspor
(KITE), NIPER, PIB, PEB, bukti persetujuan ekspor,
LPBC, BCF. 3.01, laporan ekspor
224
3. Lembar penelitian dan Penetapan Nilai Pabean (BCF.27)
4. Surat penetapan tarif dan nilai pabean
5. Tanda terima surat keberatan
6. Bukti kirim keputusan DJBC
7. Print out data base harga I, instruksi nilai pabean, deklarasi
nilai pabean
8. Penjelasan tentang data untuk pembanding penetapan
harga
9. Daftar Temuan Sementara
10. Laporan Hasil Audit dan Kertas Kerja Audit
11. Nota Dinas dari Kantor Wilayah Bea dan Cukai
12. LHP dan berita acara hasil pemeriksaan fisik
13. Impor dengan fasilitas Ketentuan Impor Tujuan Ekspor
(KITE), NEPER; PIB, PEB, bukti persetujuan ekspor,
LPBC, BGE 3.01, laporan ekspor.
225
Padang List, Bill O f Lading Airway Bill, Purchase Oreder,
Sales Contract Dan Keputusan Keberatan.
(3) Mencocokan harga transaksi atau nilai pabean atau
harga CIF yang tercantum dalam PIB, invoice dengan
bukti buku hutang, transfer pelunasan dan rekening
koran Pemohon Banding.
(4) Cocokan dokumen tersebut dengan surat uraian
banding dan surat bantahan.
(5) Mencocokan alasan Terbanding yang menggugurkan
harga transaksi atau metode I dengn Peraturan Menteri
Keuangan dan/ atau peraturan Terbanding tentang
gugurnya harga transaksi.
(6) Mencocokan Metode I s/d Metode VI yang dipakai
Terbanding untuk menetapkan nilai pabean dengan
Peraturan Menteri Keuangan dan peraturan Terbanding
tentang tata cara pemakain Metode I s.d Metode VI
dalam menetapkan nilai pabean.
(7) Mencocokan tanggal dalam print out data base harga I
dan tanggal PIB apakah jumlah hari dari tanggal Data
Base Harga (DBH) I ke tanggal PIB masih dalam jangka
waktu 30 hari/ 60 hari/ 90 hari.
(8) Mencocokan jenis barang dan spesifikasinya yang
tersebut dalam PIB dan DBH I tersebut sebagai dasar
Terbanding menetapkan.
226
(9) Mencocokan Lembar Penelitian dan Penetapan Nilai
Pabean dari pemeriksa dokuemen Kantor Pelayanan
dan Pengawasan Bea dan Cukai adalah telah memenuhi
ketentuan dalam pengisian.
(10) Mencocokan semua data dari dokumen tersebut ayat (5)
huruf g.
(11) Melakukan penilaian atas alat bukti yang disampaikan
oleh para pihak.
227
dalam jangka waktu 2 (dua) tahun;
3. mencocokkan data pada SPKTNP, DTS, LHA dan KKA
yang diserahkan oleh Pemohon Banding dengan data dan
dokumen yang sama dari Terbanding;
e. Penetapan Selain Tarif dan Nilai Pabean
Sengketa atas penetapan selain Tarif dan Nilai Pabean
berdasarkan Pasal 95 jo. Pasal 17 ayat (1) Undang-undang
Nomor 10 Tahun 1995 tentang Kepabeanan yang telah diubah
dengan Undang-undang Nomor 17 Tahun 2006 mencakup
sebagai berikut:
a. Melakukan analytical review terhadap Surat Banding,
Laporan Hasil Pemeriksaan/Kertas Kerja Pemeriksaan,
Surat Uraian Banding, Surat Bantahan, Uraian Penelitian
Keberatan, untuk mendalami pokok sengketa;
b. Pastikan besarnya nilai sengketa dengan meminta matriks
perbandingan angka-angka dari masing-masing unsur
dari Pemohon Banding, kemudian konfirmasikan kepada
Terbanding yang antara lain melalui penelitian terhadap
Laporan Hasil Pemeriksaan (LHP), KKP, dan atau UPK
dan Kertas Kerjanya, Surat Keberatan dan Surat Banding
Pemohon Banding;
c. Memeriksa dasar hukum penerbitan, penetapan Pejabat
Bea dan Cukai yang mengakibatkan Pemohon Banding
membayar kekurangan Bea Masuk yang selanjutnya
pengujian dimaksud akan mencakup hal-hal berikut in i:
228
1. Tagihan atas Bea Keluar yang dipungut berdasarkan
ketentuan Pasal 2 A ayat (1) Undang-undang
Kepabeanan yang dipungut atas barang ekspor,
dengan kriteria yang diatur dalam Pasal 2A ayat
(2) Undang-undang Kepabeanan jo Peraturan
Pemerintah Nomor 55 Tahun 2008.
2. Tagihan karena tidak memenuhi pembebasan
mutlak Pasal 25 ayat (4) Undang-undang
Kepabeanan jo. Pasal 34 ayat (2) Undang-undang
Kepabeanan. Dalam ketentuan ini terhadap orang
yang tidak memenuhi persyaratan pembebasan bea
masuk atas importasi sebagaimana dipersyartkan
dalam Perauran Menteri Keuangan, diwajibkan
membayar bea masuk dan dikenai sanksi
administrasi berupa denda sebesar paling sedikit
100% (seratus persen) dan paling banyak sebesar
500% (limaratus persen) dari bea masuk yang
seharusnya dibayar. Sedangkan persyaratan
pembebasan tersebut bila tidak dipenuhi, maka
tanggung jawab pembayaran kepabeanan tersebut di
atas, dilimpahkan kepada orang yang mendapatkan
pembebasan atau keringanan atau yang menguasai
barang yang bersangkutan.
3. Tagihan yang tidak memenuhi pembebasan relatif
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 26 ayat (4)
229
Undang-undang Kepabeanan jo. Pasal 34 ayat (2)
Undang-undang Kepabeanan. Dalam ketentuan ini
terhadap orang yang tidak memenuhi pembebasan
bea masuk, diwajibkan membayar bea masuk dan
dikenai sanksi administrasi berupa denda sebesar
paling sedikit 100% (seratus persen) dan paling
banyak sebesar 500% (limaratus persen) dari
bea masuk yang seharusnya dibayar. Sedangkan
pembebasan tersebut bila tidak dipenuhi, maka
tanggung jawab pembayaran kepabeanan tersebut di
atas, dilimpahkan kepada orang yang mendapatkan
pembebasan atau keringanan atau yang menguasai
231
bea masuk yang disebabkan karena kesalahan
pemberitahuan jumlah dan/atau jenis barang,
maka orang wajib membayar bea masuk yang
kurang dibayar dan dikenai sanksi adminstrasi
berupa denda paling sedikit 100% (seratus persen)
dan paling banyak 1.000% (seribu persen) dari bea
masuk yang kurang dibayar
7. Tagihan Bea Masuk Atas Impor Sementara ber
dasarkan Pasal 10 D ayat (6) berdasarkan ketentuan
Pasal 82 ayat (6) Undang-undang Nomor 10 Tahun
1995 tentang Kepabeanan yang telah diubah dengan
Undang-undang Nomor 17 Tahun 2006
8. Tagihan atas Bunga berdasatkan Pasal 38 ayat (1)
Undang-undang Nomor 10 Tahun 1995 tentang
Kepabeanan yang telah diubah dengan Undang-
232
3. Penolakan dan atau Pencabutan Izin Pengangkutan
Barang dari Tempat Penimbunan Sementara (TPS) ke TPS
lain atau ke Tempat Penimbunan Berikat (Pasal 8A ayat
(1) UU Kepabeanan).
4. Penolakan dan atau Pencabutan Izin Impor Sementara
(Pasal 10D ayat (1) UU Kepabeanan).
5. Penolakan dan atau Pencabutan Izin Pembongkaran di
Tempat selain Kawasan Pabean (Pasal 10A ayat (1) UU
Kepabeanan).
6. Penolakan permohonan perubahan atas kesalahan data
pemberitahuan pabean yang telah diserahkan (Pasal IOC
ayat (2) UU Kepabeanan).
7. Penolakan permohonan Pemberian Izin Pembebasan
Mutlak (Pasal 25 ayat (1) UU Kepabeanan).
8. Penolakan permohonan Pemberian Izin Pembebasan
Relatif (Pasal 26 (1) UU Kepabeanan).
9. Penolakan dan atau Permohonan Pengembalian Bea
Masuk (Pasal 27 (1) UU Kepabeanan).
10. Pemblokiran PIB (Pasal 10B ayat (1) UU Kepabeanan dan
PEB (Pasal 1 A ayat (1) UU Kepabeanan).
11. Penolakan Jaminan Bank, Jaminan dari Perusahaan
Asuransi dan Jaminan lainnya (Pasal 42 ayat (2) UU
Kepabeanan).
12. Penolakan dan atau Pencabutan Izin Tempat Penimbunan
Sementara (Pasal 43 ayat (1) UU Kepabeanan).
233
13. Penolakan dan atau pencabutan dan atau Pembekuan
Izin Tempat Penimbunan Berikat (Pasal 44 ayat (1) UU
Kepabeanan j o Pasal 46 ayat (1) UU Kepabeanan).
14. Penolakan Izin Pengeluaran barang dari Tempat
Penimbunan Berikat (Pasal 45 ayat (1) UU Kepabeanan).
15. Penolakan Pembatalan Ekspor dan Re-Ekspor (Pasal 53
ayat (3) UU Kepabeanan).
16. Penolakan Permohonan Pengeluaran Barang Tidak
Dikuasai Dari Daftar Barang Tidak Dikuasai (Pasal 65
Ayat (1) UU Kepabeanan), Daftar Barang Lelang (Pasal
66 Ayat (1) UU Kepabeanan), Barang Dikuasai Negara
(Pasal 68 Ayat (1) UU Kepabeanan), Pengeluaran Barang
Dikuasai Negara Dari Daftar Barang Lelang (Pasal 69)
UU Kepabeanan, Pengeluaran Barang Dari Daftar Barang
Milik Negara (Pasal 69 sub c UU Kepabeanan jo. Pasal 73
ayat (1) UU Kepabeanan).
17. Penolakan penyerahan kembali alat pengangkut yang
ditahan (Psal 70 ayat (1) UU Kepabeanan).
18. Perubahan atas Keberatan terhadap Harga Lelang (Pasal
71 ayat (2) UU Kepabeanan).
19. Penolakan.Pelepasan barang yang ditegah (Pasal 77 (1)
UU Kepabeanan).
20. Penolakan Pelepasan segel dan tanda pengaman lain (Pasal
78) UU Kepabeanan.
234
21. Penolakan Pemberian Persetujuan Impor (Pasal 85) UU
Kepabeanan.
235
7) Peraturan Menteri Keuangan tentang:
i. Tarif bea keluar
ii. Harga ekspor
iii. Nilai tukar mata uang yang berlaku pada
tanggal PEB dan atau pada tanggal penetapan
kembali dalam hal dilakukan penelitian ulang
atau tanggal akhir periode audit dalam hal
dilakukan audit kepabeanan
8) Laporan Hasil Pemeriksaan fisik (LHP) dan
Laporan Hasil Audit (LHA)
5. Dapatkan juga dari Terbanding dokumen sumber yang
menjadikan dasar penerbitkan penetapan :
1. Laporan Hasil Audit (LHA) dan Kertas Kerja Audit
(KKA)
2. Peraturan Menteri Keuangan seperti tersebut pada
butir f angka 7 diatas
g. Penetapan Denda
Penetapan sanksi administrasi pabean sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 95 j o Pasal 94 Undang-undang Nomor
10 Tahun 1995 tentang Kepabeanan yang telah diubah dengan
Undang-undang Nomor 17 Tahun 2006 dilakukan atas
pelanggaran yang dilakukan oleh Pemohon Banding dapat
berupa sanksi admnistrasi yang dinyatakan dalam bentuk:
1. Nilai Rupiah tertentu;
236
2. Nilai Rupiah minimum sampai dengan maksimum.
3. Presentase tertentu dari Bea Masuk yang seharsnya di
bayar;
4. Presentase tertentu minimum sampai dengan maksimum
dari kekurangan pembayaran Bea Masuk atau Bea Keluar;
atau
5. Presentase tertentu minimum sampai dengan maksimum
dari Bea Masuk yang seharusnya dibayar.
237
c. Periksa sanksi administrasi berupa denda yang
dinyatakan dalam:
(1) Nilai Rupiah tertentu;
(2) Nilai Rupiah minimum sampai dengan
maksimum;
(3) Persentase tertentu dari Bea Masuk yang
seharusnya dibayar;
(4) Persentase tertentu minimum sampai dengan
maksimum dari kekurangan pembayaran Bea
Masuk atau Bea Keluar; atau
(5) persentase tertentu minimum sampai dengan
238
ii. Pasal 10A ayat (3): barang Impor dibongkar kurang
dari yang diberitahukan dalam pemberitahuan
pabean dan tidak dapat membuktikan adanya
kesalahan di luar kemampuan: Rp 25 juta-Rp 250
juta/dari kapal
iii. Pasal 43 ayat (3): baranglmpor di Tempat Penimbunan
Sementara tidak dapat dipertanggungjawabkan:
25% x BM
iv. Pasal 45 ayat (3) dan (4): barang Impor di
Tempat Penimbunan Berikat yang tidak dapat
dipertanggungjawabkan: 100% x BM
239
iii. Pasal 8A ayat (3): Barang diangkut dari/ke TPS
kedapatan dibongkar lebih dari yang diberitahukan
dalam pemberitahuan pabean: denda Rp 25 juta s.d.
Rp 250 juta
iv. Pasal 8C ayat (3): Barang tertentu diberitahukan
kurang/lebih dari yang diberitahukan dalam
pemberitahuan pabean dan tidak dapat membuktikan
adanya kesalahan di luar kemampuan: denda Rp 5
juta s.d. Rp 50 juta
y. Pasal 8C ayat (4): Barang tertentu tidak diberitahukan
oleh pengangkut yang tidak wajib dilindungi
dokumen: denda Rp 25 juta s.d. Rp 250 juta
vi. Pasal 9A ayat (3): Tidak menyerahkan manifest :
denda Rp 10 juta s.d. Rp 100 juta
vii. Pasal 10A ayat (4): Pengangkut bongkar barang lebih
banyak yang diberitahukan dalam pemberitahuan
pabean dan tidak dapat membuktikan adanya kesalahan
di luar kemampuan: Rp 25 juta s.d. Rp 500 juta
viii. Pasal 10A ayat (8): Barang impor sudah Surat
Persetujuan Pengeluaran Barang (SPPB) keluar tanpa
izin: denda Rp 25 juta
ix. Pasal 10B ayat (6) : PIB yang jaminannya tidak
dilunasi: BM dan denda 10%
x. Pasal 10D ayat (5): Terlambat ekspor untuk barang
impor sementara: denda 100% -
240
xi. Pasal 11 A ayat (6): Eksportir tidak melaporkan
pembatalan PEB: denda Rp 5 juta
xii. Pasal 45 ayat (3): Barang dari TPB dikeluarkan
sebelum diberikan persetujuan Pejabat BC tanpa
mengelakkan kewajiban pabean: denda Rp 75 juta
xiii. Pasal 52 ayat (1): orang tidak menyelenggarakan
pembukuan: denda Rp 50 juta
xiv. Pasal 52 ayat (2): Tidak memenuhi ketentuan
pembukuan pasal 51 ayat (1), ayat (2), dan ayat (3):
denda Rp 25 juta
xv. Pasal 81 ayat (3): tidak menyediakan akomodasi
untuk pegawai BC: denda Rp 5 juta
xvi. Pasal 82 ayat (3): Tidak menyerahkan barang impor/
sarana pengangkut untuk diperiksa: denda Rp 25 juta
xvii. Pasal 82 ayat (5) dan (6): Salah jenis/jumlah barang:
denda 100% s.d. 1000%
xviii. Pasal 86 ayat (2): Menyebabkan Pejabat BC tidak
dapat melakukan audit: denda Rp 75 juta
xix. Pasal 89 ayat (4): Menyebabkan Pejabat BC tidak
dapat memeriksa bangunan: denda Rp 5 juta
xx. Pasal 90 ayat (4): Tidak melaksanakan penghentian
pembongkaran: denda Rp 25 juta
xxi. Pasal 91 ayat (4) : Pengangkut tidak menghentikan
kendaraannya, tidak membawa ke tempat yang
241
ditunjuk, tidak menunjukkan dokumen: denda Rp 5
juta.
6. Dapatkan Berita Acara Pemeriksaan Pelanggaran,
Surat Penetapan Pabean (SPP) Surat Penetapan Sanksi
Administrasi (SPSA) dari Terbanding
7. Dapatkan bukti pendukung dari Pemohon Banding
8. Pembuktian sengketa sanksi administrasi pabean berupa
Denda (Pasal 94 UU Kepabeanan), maka langkah-langkah
yang dapat ditempuh adalah :
1) mencocokkan perbuatan pemohon banding dengan
Pasal UU kepabeanan yang digunakan rujukan dasar
hukum penerbitan Denda oleh Terbanding
2) mencocokkan bukti tertulis dari terbanding dan
pemohon banding;
3) meminta penjelasan lisan dari terbanding dan
pemohon banding
4) review Berita Acara Pemeriksaan Pelanggaran,
Surat Penetapan Pabean, Surat Penetapan Sanksi
242
di Bidang Kepabeanan dikelompokkan sebagai berikut:
1) Denda sebesar 100% s.d 1.000% ditetapkan dengan
SPTNP;
2) Denda sebesar 100% s.d 1.000% ditetapkan dengan
SPKTNP;
3) Denda yang ditetapkan dengan Surat Penetapan
Pabean (SPP) meliputi:
iv. Pasal 8A ayat ( 2 ) : barang Impor dibongkar: Rp
25 juta s.d Rp. 250 juta /TPS & TPB;
v. Pasal 10A ayat (2) : barang Impor dibongkar
kurang: Rp 25 juta s.d Rp. 250 juta dari kapal.
vi. Pasal 43 ayat (3) :barang Impor di TPS tidak
dapat dipertanggungjawabkan : 25% X Bea
Masuk;
vii. Pasal 45 ayat (3) dan ( 4 ) : barang Impordi TPB
tidak dapat dipertanggungjawabkan : 100% x
Bea Masuk.
4) Denda yang ditetapkan dengan Surat Penetapan
Sanksi Administrasi (SPSA) meliputi:
i. Pasal 10 A ayat (4) : Pasal 7A ayat (7) : Tidak
menyerahkan RKSP : denda Rp. 5 juta s.d Rp. 50
juta;
ii. Pasal 7A ayat (8) : Tidak mencantumkan jenis
barang pada manifest: denda Rp 10 juta s.d. Rp.
100 juta;
243
iii. Pasal 8A ayat (3) : Barang diangkut dari/ke TPS
kedapatan dibongkar lebih: denda Rp 25 juta s.d
Rp 250 juta.
iv. Pasal 8C ayat (3 ): Barang tertentu diberitahukan
kurang/lebih : denda Rp 5 juta s.d. Rp. 50 juta.
v. Pasal 8C ayat (4) : Barang tertentu tidak
diberitahukan oleh pengangkut : denda Rp 25
juta s.d. Rp 250 juta;
vi. Pasal 9A ayat (3 ): Tidak menyerahkan manifest:
denda Rp 10 juta s.d. Rp 100 juta;
vii. Pengankut bongkar barang lebih banyak: denda
Rp 25 juta s.d. Rp 500 juta;
viii. Pasal 10A ayat (8) : Barang Impor sudah SPPB
keluar tanpa izin : denda Rp 25 ju ta ;
245
Denda (Pasal 94 UU Kepabeanan), langkah-langkah yang
dapat ditempuh adalah:
1) mencocokkan perbuatan pemohon banding dengan
Pasal pasal UU kepabeanan yang digunakan oleh
Terbanding
2) mencocokkan bukti tertulis dari terbanding dan
pemohon banding
3) meminta penjelasan lisan dari terbanding dan
pemohon banding
4) review Berita Acara Pemeriksaan Pelanggaran,
Surat Penetapan Pabean, Surat Penetapan Sanksi
Administrasi (SPSA) dari Terbanding dan dokumen
pendukungnya
5) dapatkan bukti dari pemohon banding
6) lakukan penilaian atas alat bukti
9. Review perbedaan yang masih ada sebagai bahan
musyawarah Majelis untuk pengambilan putusan
h. Penetapan Cukai
246
a. periksa sebab terbitnya Surat Tagihan Cukai
(STCK-1) atau Surat Tagihan (STCK-2) yaitu karena:
1) Penagihan terhadap Utang Cukai yang tidak
dilunasi pada waktunya (Pasal 10 ayat (1) huruf
a Undang -Undang Cukai)
2) Kekurangan Cukai (Pasal 10 ayat (1) huruf b
Undang-Undang Cukai)
3) Sanksi administrasi berupa denda (Pasal 10 ayat
(1) huruf c Undang-Undang Cukai)
b. dapatkan bukti STCK-1 dan/ atau STCK-2
c. dapatkan Nomor Pokok Pengusaha Barang Kena
Cukai (NPPBKC) yang dimiliki oleh Pemohon
Banding sebagai:
1) Pengusaha Pabrik Barang Kena Cukai; atau
2) Pengusaha Tempat Penyimpanan Etil Alkohol;
atau
3) Pengusaha Penyalur Barang Kena Cukai; atau
4) Pengusaha Tempat Penjualan Eceran Barang
Kena Cukai; atau
5) Pengusaha Importir Barang Kena Cukai (BKC).
d. Periksa Jenis Barang Kena Cukai: Hasil Tembakau,
Minuman Mengandung Etil Alkohol, atau Etil
Alkohol;
e. periksa ketentuan tentang Tarif dan Harga Dasar
Barang Kena Cukai:
247
1) Hasil Tembakau, dengan memeriksa:
i. Jenis Hasil Tembakau: Sigaret Kretek Mesin
(SKM), Sigaret Putih Mesin (SPM), Sigaret
Kretek Tangan (SKT), Sigaret Kretek Tangan
dengan Filter (SKTF), Sigaret Putih Tangan
(SPT), Sigaret Kelembak Menyan (KLM),
Rokok Daun atau Sigaret Klobot (KLB), dan
Tembakau Iris (TIS).
ii. Golongan/Strata Pengusaha pabrik hasil
tembakau;
iii. Batasan Produksi Pabrik;
iv. Harga Jual Eceran (HJE) Minimum per
batang/gram
v. Tarif Cukai dalam persentase;
vi. Tarif Cukai Spesifik per batang;
vii. Pesanan Pita Cukai (CK-1), dengan warna,
tarif Cukai, seri, nomor, dan ukuran yang
berlaku;
viii. Pesanan label yang berlaku;
ix. Buku Rekening Kredit pada KPPBC;
x. Keputusan Dirjen BC tentang Fasilitas Cukai
Tidak Dipungut dan Pembebasan Cukai dan
Realisasinya.
2) Minuman Mengandung Etil Alkohol (MMEA),
dengan memeriksa:
i. Jenis M M EA: whisky, bir, shandy, anggur,
gin, dll. dan konsentrat yang mengandung
etil alkohol.
ii. Golongan MMEA (Minuman Mengandung
Etil Alkohol), berdasarkan kadar alkohol
sampai dengan 1%, lebih 1% s.d. 5%, lebih
5% s.d. 15%, lebih 15% s.d. 20%, lebih dari
20 % ;
iii. Tarif Cukai per liter untuk MMEA buatan
dalam negeri dan MMEA (Minuman
Mengandung Etil Alkohol, impor,
berdasarkan kadar alkohol;
iv. Gelas dan alat pengukur kadar alkohol;
v. Hasil pengukuran dari alat penyulingan
alkohol dari laboratorium;
vi. Bukti tabel volume, kadar dan suhu alkohol;
vii. Berita acara pencacahan dari Terbanding dan
Buku Persediaan milik Pemohon Banding;
viii. Pesanan Pita Cukai; CK-1A dan label yang
berlaku untuk jenis MMEA (Minuman
Mengandung Etil Alkohol), yang
bersangkutan;
ix. SK Dirjen BC tentang Fasilitas Cukai Tidak
Dipungut dan Pembebasan Cukai dan
Realisasinya.
249
3) Etil Alkohol dengan memeriksa:
i. Jumlah liter Etil Alkohol (C2H50H) dengan
membandingkan Berita Acara pencacahan
dari Terbanding dan Buku Persediaan
Pemohon Banding;
ii. Kadar, Volume, dan suhu Etil Alkohol;
iii. Buku Tabel volume, kadar, dan suhu Etil
Alkohol;
iv. Gelas dan alat ukur kadar Etil Alkohol;
v. Tarif Cukai per liter yang berlaku;
vi. Formula pembuatan spiritus bakar,
permohonan, dan realisasinya.
vii. Buku Rekening Etil Alkohol;
viii. SK Dirjen BC tentang Fasilitas Cukai Tidak
Dipungut dan Pembebasan Cukai dan
Realisasinya.
f. Review perbedaan yang masih ada sebagai bahan
250
c. cocokkan dengan ketentuan yang berlaku pada Undang-
undang cukai, Peraturan Pemerintah, Peraturan Menteri
Keuangan, dan Peraturan Terbanding
d. mencocokkan ketetapan dengan alat bukti yang diajukan
e. meminta surat keberatan dan surat keputusan keberatan
f. melakukan penelitian atas alat bukti
g. Review perbedaan yang masih ada sebagai bahan
musyawarah Majelis untuk pengambilan putusan
251
kali dan paling banyak 10 kali Nilai Cukai yang
seharusnya dibayar.
4. Menjalankan kegiatan sebagai Pengusaha Pabrik,
Pengusaha Tempat Penyimpanan, Importir Barang
Kena Cukai, Pengolah dan Pengusaha Tempat
Penjualan Eceran tanpa memiliki izin dari DJBC,
Pasal 14 ayat (7) UU Cukai, denda paling sedikit Rp
20juta dan paling banyak Rp 200juta.
5. Tidak menyelenggarakan pembukuan (Pasal 16 ayat
(4) UU Cukai), denda Rp 50juta.
6. Tidak melakukan pencatatan (Pasal 16 ayat (5) UU
Cukai, denda Rp 10 juta
7. Tidak memberitahukan Barang Kena Cukai "yang
selesai dibuat", (Pasal 16 ayat (6) UU Cukai, denda 2
kali Nilai Cukai dari BKC yang tidak diberitahukan.
8. Tidak menyelenggarakan "pembukuan yang baik",
(Pasal 16B UU Cukai), denda Rp 25juta
9. Mengeluarkan Barang Kena Cukai (BKC) dari Pabrik
BKC atau Tempat Penyimpanan Etil Alkohol, tanpa
pemberitahuan dan tanpa dilindungi dokumen
Cukai (Pasal 25 ayat (4) UU Cukai, denda 2 kali Nilai
Cukai Barang Kena Cukai (BKC) yang dikeluarkan.
10. Memasukkan Barang Kena Cukai (BKC) ke dalam
252
Cukai (Pasal 25 ayat (4a) UU Cukai), denda paling
sedikit Rp 10 juta dan paling banyak Rp 50juta.
11. Tidak melaporkan pemindahan Barang Kena Cukai
(BKC) yang belum dilunasi Cukainya, dalam keadaan
darurat (Pasal 26 ayat (3) UU Cukai), denda paling
sedikit Rp 1 juta dan paling banyak Rp lOjuta.
12. Mengangkut Barang Kena Cukai (BKC) yang belum
dilunasi Cukainya tanpa dilindungi Dokumen Cukai,
(Pasal 27 ayat (4) UU Cukai), denda paling sedikit Rp
5 juta dan paling banyak Rp 50 juta.
13. Melekatkan Pita Cukai yang tidak sesuai yang
menyebabkan kekurangan pembayaran cukai (Pasal
29 ayat (2a) UU Cukai), denda paling sedikit 2
kali dan paling banyak 10 kali Nilai Cukai yang
seharusnya dilunasi.Tempat Penyimpanan Etil
Alkohol yang dipakai menyimpan barang selain
BKC yang ditetapkan dalam Surat Izin Tempat
Penyimpanan (Pasal 31 ayat (3) UU Cukai), denda
paling sedikit Rp 5 juta dan paling banyak Rp 50 juta.
14. Menyimpan dan menyediakan Pita Cukai yang telah
dipakai dan penggunaan BKC yang telah dipakai
di Pabrik BKC, Tempat Penyimpanan Etil Alkohol,
Tempat Usaha Importir, Tempat Usaha Penyalur
dan Tempat Penjualan Eceran, (Pasal 32 ayat (1) UU
253
Cukai), denda paling sedikit 10 kali Nilai Cukai dari
Pita Cukai yang telah dipakai tersebut.
15. Menyebabkan Pejabat Bea dan Cukai tidak dapat
melaksanakan melakukan pemeriksaan (Pasal 35
ayat (4) UU Cukai, denda paling sedikit Rp 10 juta
dan paling banyak Rp 100 juta.
16. Tidak menyediakan tenaga, peralatan, buku, catatan,
dokumen pada waktu pemeriksaan oleh Pejabat Bea
dan Cukai, Pasal 36 ayat (2) UU Cukai), denda paling
sedikit Rp 25juta dan paling banyak Rp 250juta.
17. Menyebabkan Pejabat Bea dan Cukai tidak dapat
menghentikan dan memeriksa sarana pengangkut
serta Barang Kena Cukai (BKC) dan pengangkut
tidak mengindahkannya, (Pasal 37 ayat (4) UU
Cukai), denda paling sedikit Rp 2,5 juta dan paling
banyak Rp 25 juta.
18. Menyebabkan Pejabat Bea dan Cukai tidak dapat
menjalankan kewenangan audit Cukai (Pasal 39 ayat
(2) UU Cukai), denda Rp 75juta.
b. Memeriksa bukti tertulis terj adinya pelanggaran yaitu dari
laporan berita acara pemeriksaan dan sebagainya;
c. Memeriksa keterangan masing-masing pihak;
d. Memeriksa bukti penagihan berupa Surat Tagihan Cukai
(STCK-1) dan/atau Surat Teguran (STCK-2);
254
e. Untuk pembuktian sanksi administrasi cukai berupa
denda (Pasal 43 C Jo Pasal 43 A dan Pasal 41) langkah-
langkah yang dapat ditempuh adalah:
19. mencocokkan perbuatan pemohon banding yang
tesebut dalam berita acara, surat uraian banding,
keputusan terbanding dengan pasal pasal yang di
langgar dalam Undang-Undang Cukai
20. mencocokkan materi surat keberatan, surat banding
dan surat bantahan pemohon banding
21. meminta penjelasan lisan dan dokumen pendukung
dari terbanding dan pemohon banding
22. dapatkan Surat Keberatan, Surat Keputusan
Terbanding dan Surat Uraian Banding
23. melakukan penilaian atas alat bukti
f. Review perbedaan yang masih ada sebagai bahan
musyawarah Majelis untuk pengambilan putusan
i. Gugatan Cukai
Untuk gugatan Cukai tentang pencabutan izin atau
NPPBKC (Nomor Pokok Pengusaha Barang Kena Cukai),
(Pasal 43 jo pasal 43B UU Cukai), maka langkah langkah
yang dapat ditempuh dalam pemeriksaan dan pembuktian
sengketa ini adalah:
a. Teliti Permohonan izin sebagai pengusaha dimaksud pada
Pasal 14 ayat (1) UU Cukai, untuk mendapatkan NPPBKC
255
(Nomor Pokok Pengusaha Barang Kena Cukai), berupa
dokumen PMCK-6;
b. Teliti berkas dokumen-dokumen yang dipersyaratkan
oleh Terbanding untuk memperoleh izin atau NPPBKC
tersebut;
c. Teliti sebab-sebab/item-item dalam persyaratan izin atau
NPPBKC tersebut yang dilanggar oleh Pemohon Banding
yang mengakibatkan izin atau NPPBKC dicabut oleh
Terbanding;
d. Teliti ketentuan yang berlaku pada UU Cukai dan
peraturan lain yang diterbitkan oleh Menteri Keuangan
tentang Pencabutan NPPBKC;
e. Teliti Berita Acara yang di buat terbanding sehubungan
dengan proses pencabutan izin;
f. Melakukan penilaian atas bukti;
g. Review perbedaan yang masih ada sebagai bahan
musyawarah Majelis untuk pengambilan putusan
j. Pajak Daerah
Sengketa Pajak Daerah adalah sengketa akibat diterbit
kan surat keputusan pajak daerah yang menjadi kewenangan
dari Pemerintah Daerah Provinsi, Kabupaten dan Kota dengan
adanya keberatan atas pajak daerah yang diajukan oleh Wajib
Pajak (Daerah) berdasarkan ketentuan yang dimaksudkan
dalam Undang-undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak
256
Daerah dan Retribusi Daerah. Rumusan Pajak Daerah yang
selanjutnya disebut pajak adalah kontribusi wajib kepada
Daerah yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang
bersifat memaksa berdasarkan Undang-undang, dengan
tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan
untuk keperluan Daerah bagi sebesar-besarnya kemakmuran
rakyat.
Koreksi materi pokok sengketa pajak daerah yang
menyangkut antara lain Pajak Kendaraan Bermotor dan
Kendaraan di Atas Air, Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor
dan Kendaraan di Atas Air, Pajak Bahan Bakar Kendaraan
Bermotor, Pajak Pengambilan dan Pemanfaatan Air Bawah
Tanah dan Air Permukaan, Pajak Hotel, Pajak Restoran,
Pajak Hiburan, Pajak Reklame, Pajak Penerangan jalan, Pajak
Pengambilan Bahan Galian Golongan C, Pajak Bumi dan
Bangunan sektor Pedesaan dan Perkotaan dan Bea Perolehan
Hak Atas Tanah dan Bangunan.
Dalam hal materi pokok sengketa pajak daerah yang
menyangkut antara lain Pajak Kendaraan Bermotor dan
Kendaraan di Atas Air, Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor
dan Kendaraan di Atas Air, Pajak Bahan Bakar Kendaraan
Bermotor, Pajak Pengambilan dan Pemanfaatan Air Bawah
Tanah dan Air Permukaan, Pajak Hotel, Pajak Restoran,
Pajak Hiburan, Pajak Reklame, Pajak Penerangan jalan, Paak
Pengambilan Bahan Galian Golongan C, Pajak Bumi dan
257
Bangunan sektor Pedesaan dan Perkotaan dan Bea Perolehan
Hak Atas Tanah dan Bangunan, maka langkah langkah yang
dapat ditempuh adalah:
25 8
(8) Bukti Kepemilikan Kendaraan.
(9) Ijin dari instansi terkait.
e. Review perbedaan yang terjadi antara cara penghitungan
yang diiakukan oleh Terbanding dengan yang dilakukan
oleh Pemohon Banding dengan cara memeriksa/menguji
kebenaran materi dari bukti-bukti yang berkaitan dengan
perhitungan tersebut.
f. Pemeriksaan/pengujian kebenaran materiil dari bukti-
bukti tersebut diatas dapat dilakukan berdasarkan
perintah Majelis yang hasilnva berupa pendapat dari
masing-masing pihak dan dituangkan dalam berita acara
pemeriksaan pengujian kebenaran materiil.
g. Meminta penjelasan dari Terbanding dan Pemohon
Banding yang berkenaan dengan hasil uji bukti.
h. Dalam hal terdapat koreksi sebagai akibat dari perbedaan
interpretasi Pemonon Banding dengan Terbanding
terhadap ketentuan-ketentuan tertentu dari perundang-
undangan perpajakan, Majelis dapat memerintahkan baik
kepada Pemohon Banding maupun Terbanding untuk
menyampaikan alasan-alasan tertulis yang mendukung
pendapatnya masing-masing, selain yang telah
disampaikan dalam Surat Banding dan Bantahan dari
Pemohon Banding maupun Surat Uraian Banding dari
Terbanding, sebagai bahan pertimbangan Majelis dalam
pengambilan putusan;
259
i. Review perbedaan yang masih ada sebagai bahan
musyawarah Majelis untuk pengambilan putusan.
260
a. Sengketa gugatan atas pelaksanaan penagihan pajak
meliputi sengketa atas timbulnya
(1) Surat Perintah Penagihan Seketika dan Sekaligus;
(2) Surat Paksa;
(3) Surat Perintah Melaksanakan Penyitaan;
(4) Surat Perintah Penyanderaan;
(5) Surat Pencabutan Sita;
(6) Pengumuman Lelang;
(7) Pembatalan Lelang; dan
(8) surat lain yang diperlukan untuk pelaksanaan
penagihan pajak
261
dalam peraturan perundang-undangan yang
berlaku;
(6) Review perbedaan yang masih ada sebagai bahan
musyawarah Majelis untuk pengambilan putusan
2. Keputusan pembetulan
Pemeriksaan dan pembuktian yang dilakukan untuk
gugatan atas Keputusan pembetulan pajak adalah:
a. Meneliti bukti terima surat yang berhubungan dengan
permohonan pembetulan;
b. Meneliti bukti kirim surat yang berhubungan dengan
permohonan pembetulan;
c. Meneliti keputusan yang diminta dibetulkan;
d. Melakukan pemeriksaan/pengujian kebenaran formal
dan material Keputusan pembetulan;
e. Meneliti dan memastikan kebenaran material dan formal
pembetulan yang seharusnya dilakukan;
f. Meneliti dan pastikan kebenaran alasan pengajuan
pembetulan;
g. Review perbedaan yang masih ada sebagai bahan
musyawarah Majelis untuk pengambilan putusan
3. Keputusan lainnya
Pemeriksaan dan pembuktian yang dilakukan untuk
gugatan atas Keputusan lainnya, antara lain:
262
a. Untuk keputusan penolakan permohonan imbalan bunga
adalah:
(1) Teliti SKP atau STP atau Keputusan Keberatan atau
Keputusan Pembatalan Ketetapan Pajak yang tidak
benar atau Putusan Pengadilan Pajak yang menjadi
dasar permohonan imbalan bunga;
(2) Teliti bukti tanda terima SPM/SPT, surat
permohonan keberatan, surat permohonan
pembatalam Ketetapan Pajak yang tidakbenar, surat
permohonan pengembalian kelebihan pembayaran
pajak;
(3) Teliti dan pastikan kebenaran formal dan material
bukti pembayaran yang menjadi dasar permohonan
imbalan bunga;
(4) Teliti Keputusan Menteri atau peraturan yang terkait
dengan pemberian imbalan bunga;
(5) Review perbedaan yang masih ada sebagai bahan
musyawarah Majelis untuk pengambilan putusan
b. Untuk keputusan penolakan penilaian kembali aktiva
tetap perusahaan untuk tujuan perpajakan adalah:
(1) Teliti Bukti tanda terima surat permohonan
penilaian kembali aktiva tetap;
(2) Teliti Bukti tanda terima/kirim keputusan;
(3) Teliti Laporan hasil penilaian aktiva tetap dari
Appraisal;
263
(4) Teliti Keputusan Menteri atau peraturan yang
terkait;
(5) Review perbedaan yang masih ada sebagai bahan
musyawarah Majelis untuk pengambilan putusan
c. Untuk keputusan penolakan permohonan penggabungan
perusahaan dengan nilai buku adalah:
(1) Teliti bukti tanda terima surat permohonan
penggabungan perusahaan dengan nilai buku;
(2) Teliti bukti tanda terima/kirim keputusan;
(3) Review Laporan keuangan' dari masing-masing
perusahaan sebelum dan sesudah penggabungan;
(4) Teliti Keputusan Menteri atau peraturan yang
terkait;
(5) Review perbedaan yang masih ada sebagai bahan
musyawarah Majelis untuk pengambilan putusan
d. Untuk keputusan penolakan permohonan penetapan
daerah terpencil adalah
(1) Teliti bukti [anda terima surat permohonan
penetapan daerah terpencil:
(2) Teliti bukti tanda terima/kirim keputusan;
(3) Review Laporan basil pemeriksaan daerah terpencil;
(4) Teliti dan pastikan kebenaran formal clan material
bukti lainnya yang menunjukkan daerah terpencil;
(5) Teliti Keputusan Menteri atau peraturan yang
terkait;
264
(6) Review perbedaan yang masih ada sebagai bahan
musyawarah Majelis untuk pengambilan putusan
e. Untuk gugatan terhadap keputusan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 36 yang berkaitan dengan Surat
Tagihan Pajak yang antara lain berupa:
(1) Pajak Penghasilan dalam tahun berjalan tidak atau
kurang dibayar adalah:
i. Teliti dan pastikan kebenaran formal dan
material SPT tahun sebelumnya;
ii. Teliti dan pastikan kebenaran formal dan
material surat Keputusan angsuran pajak PPh
Pasal 25;
iii. Teliti dan pastikan kebenaran formal dan
material Bukti pembayaran;
iv. Teliti bukti tanda terima pelaporan PPh Pasal
25:
v. Review perbedaan yang masih ada sebagai
bahan musyawarah Maj elis untuk pengambilan
putusan
(2) Kekurangan pembayaran pajak dalam Surat
Pemberitahuan sebagai akibat salah tulis dan atau
salah hitung adalah:
i. Teliti SPT/SPM tahun yangbersangkutan;
ii. Teliti bukti tanda terima SPT/SPM;
265
iii. Review perbedaan yang masih ada sebagai
bahan musyawarah Majelis untukpengambilan
putusan
266
Pajak adalah:
i. Teliti bukti pengukuhan PKP;
ii. Teliti dan pastikan kebenaran formal dan
material Faktur Pajak;
iii. Review SPM PKP penerima Faktur Pajak;
iv. Review perbedaan yang masih ada sebagai
bahan musyawarah Majelis pengambilan
putusan
(6) Pengusaha yang telah dikukuhkan sebagai
Pengusaha Kena Pajak (PKP) tidak membuat atau
membuat Faktur Pajak tetapi tidak tepat waktu atau
tidak mengisi selengkapnya Faktur Pajak adalah:
i. Teliti dan pastikan kebenaran formal dan
material Faktur Pajak;
ii. Teliti invoice yang mendasari Faktur Pajak;
iii. Teliti kontrak jual-beli;
iv. Review perbedaan yang masih ada sebagai
bahan musyawarah Majelis pengambilan
putusan
(7) Untuk gugatan terhadap Penerbitan Surat Ketetapan
Pajak atau Surat Keputusan Keberatan yang dalam
penerbitannya tidak sesuai dengan prosedur
atau tata cara yang telah diatur dalam ketentuan
peraturan perundang-undangan perpajakan hanya
dapat diajukan kepada badan peradilan pajak,
adalah:
26 7
i. Meneliti dan melakukan pemeriksaan
dan pembuktian aspek formal penerbitan
Surat Ketetapan Pajak dan Surat Keputusan
Keberatan sesuai Ketentuan Umum Perpajakan
yang berlaku;
ii. Meneliti bukti tanda terima/kirim Surat
Perintah Pemeriksaan Pajak (SP3);
iii. Meneliti bukti tanda terima/kirim peminj aman
data;
iv. Meneliti bukti tanda terima/kirim
pengembalian peminjaman data;
v. Meneliti bukti penolakan pemeriksaan;
4. Gugatan Cukai
Sebagaimana yang disebutkan di atas, maka untuk
gugatan Cukai yaitu, tentang pencabutan izin atau NPPBKC
(Nomor Pokok Pengusaha Barang Kena Cukai), (Pasal 43
jo pasal 43B UU Cukai), maka langkah langkah yang dapat
ditempuh dalam pemeriksaan dan pembuktian sengketa ini
adalah:
a. Teliti Permohonan izin sebagai pengusaha dimaksud
pada Pasal 14 ayat (1) UU Cukai, yaitu setiap orang
yang akan menjalankan kegiatan sebagai (1) pengusaha
pabrik, (2) pengusaha tempat penyimpanan, (3) importir
barang kena cukai, (4) penyalur, atau pengusaha tempat
268
penjualan eceran wajib memiliki izin berupa Nomor
Pokok Pengusaha Barang Kena Cukai dari Menteri
Keuangan, maka untuk mendapatkan NPPBKC (Nomor
Pokok Pengusaha Barang Kena Cukai), diberikan berupa
dokumen PMCK-6;
b. Teliti berkas dokumen-dokumen yang dipersyaratkan
oleh Terbanding untuk memperoleh izin atau NPPBKC
tersebut;
c. Teliti sebab-sebab/item-item dalam persyaratan izin atau
NPPBKC tersebut yang dilanggar oleh Pemohon Banding
yang mengakibatkan izin atau NPPBKC dicabut oleh
Terbanding;
d. Teliti ketentuan yang berlaku pada UU cukai dan
peraturan lain yang diterbitkan oleh Menteri Keuangan
tentang Pencabutan NPPBKC;
e. Teliti berita acara yang di buat terbanding sehubungan
dengan proses pencabutan izin;
f. Lakukan penilaian atas bukti tersebut di atas dan dokumen
pendukung lainnya;
g. Review perbedaan yang masih ada sebagai bahan
musyawarah Majelis untuk pengambilan putusan.
e. periksa ketentuan tentang Tarif dan Harga Dasar Barang
Kena Cukai:
(1) Hasil Tembakau, dengan memeriksa:
269
i. Jenis Hasil Tembakau : Sigaret Kretek Mesin
(SKM), Sigaret Putih Mesin (SPM), Sigaret
Kretek Tangan (SKT), Sigaret Kretek Tangan
dengan Filter (SKTF), Sigaret Putih Tangan
(SPT), Sigaret Kelembak Menyan (KLM),
Rokok Daun atau Sigaret Klobot (KLB), dan
Tembakau Iris (TIS).
ii. Golongan/Strata Pengusaha Pabrik Hasil
Tembakau;
iii. Batasan Produksi Pabrik;
iv. Harga Jual Eceran (HJE) Minimum per
batang/gram
v. Tarif Cukai dalam persentase;
vi. Tarif Cukai Spesifik per batang;
vii. Pesanan Pita Cukai (CK-1), dengan warna,
tarif Cukai, seri yang berlaku;
viii. Pesanan label yang berlaku;
ix. Buku Rekening Kredit pada KPPBC;.
x. Keputusan Dirjen BC tentang Fasilitas Cukai
Tidak Dipungut dan Pembebasan
(2) Minuman Mengandung Etil Alkohol (MMEA),
dengan memeriksa:
i. Jenis MMEA: whisky, bit, shandy, anggur, gin,
dan lain-lain dan konsentrat yang mengandung
etil alkohol.
270
ii. Golongan MMEA berdasarkan kadar alkohol
sampai dengan 1%, lebih 1% s.d. 5%, lebih 5%
s.d. 15%, lebih 15% s.d. 20%, lebih dari 20%;
iii. Tarif Cukai per liter untuk MMEA
buatan dalam negeri dan MMEA impor,
berdasarkan kadar alkohol;
iv. Gelas dan alat pengukur kadar alkohol;
v. Hasil pengukuran dari alat penyulingan
alkohol dari laboratorium;
vi. Bukti tabel volume, kadar dan suhu alkohol;
vii. Berita acara pencacahan daft Terbanding dan
Buku Persediaan milik Pemohon Banding;
viii. Pesanan Pita Cukai; CK-1A dan label yang
berlaku untuk jenis MMEA yang bersangkutan;
ix. SK Dirjen BC tentang Fasilitas Cukai Tidak
Dipungut dan Pembebasan Cukai dan
Realisasinya.
(3) Etil Alkohol dengan memeriksa:
i. Jumlah liter Etil Alkohol (C 2H 50H ) dengan
membandingkan Berita Acara pencacahan
dari Terbanding dan Buku Persediaan
Pemohon Banding;
ii. Kadar, Volume, dan suhu Etil Alkohol;
iii. Buku Tabel volume, kadar, dan suhu Etil
Alkohol;
271
iv. Gelas dan alat ukur kadar Etil Alkohol;
v. Tarif Cukai per liter yang berlaku;
vi. Formula pembuatan spiritus bakar,
permohonan, dan realisasinya.
vii. Buku Rekening Efil Alkohol;
viii. SK Dirjen BC tentangFasilitas Cukai' Tidak
Dipungut dan Pembebasan Cukai
f. Review perbedaan yang masih ada sebagai bahan
musyawarah Majelis untuk pengambilan putusan.
272
2.3. Untuk pemeriksaan penetapan sanksi administrasi
cukai berupa denda (Pasal 43 C jo. Pasal 43 A dan Pasal
41) langkah-langkah yang dapat ditempuh adalah:
a. Memeriksa jenis pelanggaran yang dilakukan Pemohon
Banding, yaitu karena:
(1) Tidak membayar Cukai sampai dengan jatuh tempo
penundaan pembayaran Cukai (Pasal 7A ayat (8)
UU Cukai), denda 10%.
(2) Melanggar ketentuan fasilitas Cukai Tidak Dipungut
(Pasal 8 ayat(3) UU Cukai, denda paling sedikit 2
kali dan paling banyak 10 kali daft Nilai Cukai yang
seharusnya dibayar.
(3) Melanggar ketentuan fasilitas 'Pembebasan Cukai"
(Pasal 9 ayat (3) UU Cukai, denda paling sedikit
2 kali dan paling banyak 10 kali Nilai Cukai yang
seharusnya dibayar.
(4) Menjalankan kegiatan sebagai Pengusaha Pabrik,
Pengusaha Tempat Penyimpanan, Importir Barang
Kena Cukai, Pengolah dan Pengusaha Tempat
Penjualan Eceran tanpa memiliki izin dari DJBC,
Pasal 14 ayat (7) UU Cukai, denda paling sedikit Rp
20juta dan paling banyak Rp 200 juta.
(5) Tidak menyelenggarakan pembukuan (Pasal 16
ayat (4) UU Cukai), denda Rp 50juta.
273
(6) Tidak melakukan pencatatan (Pasal 16 ayat (5) UU
Cukai, denda Rp lOjuta
(7) Tidak memberitahukan Barang Kena Cukai "yang
selesai dibuat", (Pasal 16 ayat (6) UU Cukai, denda 2
kali Nilai Cukai dari BKC yang tidak diberitahukan.
(8) 'Fidak menyelenggarakan "pembukuan yang baik",
(Pasal 16B UU Cukai), denda Rp 25jura
(9) Mengeluarkan BKC dari Pabrik BKC atau Tempat
Penyimpanan Etil Alkohol, tanpa pemberitahuan
dan tanpa dilindungi dokumen Cukai (Pasal 25 ayat
(4) UU Cukai, denda 2 kali Nilai Cukai BKC yang
dikeluarkan.
(10) Memasukkan BKC ke dalam Pabrik BKC atau
Tempat Penyimpanan Etil Alkohol, tanpa
pemberitahuan dan tidak dilindungi Dokumen
Cukai (Pasal 25 ayat (4a) UU Cukai), denda paling
sedikit Rp 10 juta dan paling banyak Rp 50juta.
(11) Tidak melaporkan pemindahan BKC yang belum
dilunasi Cukainya, dalam keadaan darurat (Pasal
26 ayat (3) UU Cukai), denda paling sedikit Rp 1
juta dan paling banyak Rp lOjuta.
(12) Mengangkut BKC yang belum dilunasi Cukainya
tanpa dilindungi Dokumen Cukai, (Pasal 27 ayat
(4) UU Cukai), denda paling sedikit Rp 5jura dan
paling banyak Rp 50juta.
274
(13) Melekatkan Pita Cukai yang tidak sesuai yang
menyebabkan kekurangan pembayaran cukai
(Pasal 29 ayat (2a) UU Cukai), denda paling sedikit
2 kali dan paling banyak 10 kali Nilai Cukai yang
seharusnya dilunasi.
(14) Tempat Penyimpanan Etil Alkohol yang dipakai
menyimpan barang selain BKC yang ditetapkan
dalam Surat Izin Tempat Penyimpanan (Pasal 31
ayat (3) UU Cukai), denda paling sedikit Rp 5juta
dan paling banyak Rp 50 juta.
(15) Menyimpan dan menyediakan Pita Cukai yang telah
dipakai dan penggunaan BKC yang telah dipakai di
Pabrik BKC, Tempat Penyimpanan Etil Alkohol,
Tempat Usaha Importir, Tempat Usaha Penyalur
dan Tempat Penjualan Eceran, (Pasal 32 ayat (1)
UU Cukai), denda paling sedikit 10 kali Nilai Cukai
dari Pita Cukai yang telah dipakai tersebut.
(16) Menyebabkan Pejabat Bea dan Cukai tidak dapat
melaksanakan melakukan pemeriksaan (Pasal 35
ayat (4) UU Cukai, denda paling sedikit Rp lOjuta
dan paling banvak Rp lOOjuta.
(17) Tidak menyediakan tenaga, peralatan, buku, catatan,
dokumen pada waktu pemeriksaan oleh Pejabat Bea
dan Cukai, Pasal 36 ayat (2) UU Cukai), denda paling
sedikit Rp 25juta dan paling banyak Rp 250juta.
275
(18) Menyebabkan Pejabat Bea dan Cukai tidak dapat
menghentikan dan memeriksa sarana pengangkut
serta BKC dan pengangkut tidak mengindahkannya,
(Pasal 37 ayat (4) UU Cukai), denda paling sedikit
Rp 2,5juta dan paling banyak Rp 25juta.
(19) Menyebabkan Pejabat Bea dan Cukai tidak dapat
menjalankan kewenangan audit Cukai (Pasal 39
ayat (2) UU Cukai), denda Rp 75juta.
276
(4) dapatkan surat keberatan, surat keputusan
terbanding dan Surat uraian banding
(5) lakukan penilaian atas alat bukti
e. Review perbedaan yang masih ada sebagai bahan
musyawarah Majelis untuk pengambilan putusan
277
278
BAB V
PENINJAUAN KEMBALI
27 9
kem bali atas putusan Pengadilan Pajak kepada M ahkamah
Agung.
Dalam sistem Kekuasaan Kehakiman, maka prinsip
Peninj auan Kembali ini diketengahkan dalam Pasal 21 Undang-
undang Nomor 14 Tahun 1970 tentang Ketentuan -Ketentuan
Pokok Kekuasaan Kehakiman menyatakan “Apabila tedapat
hal-hal atau keadaan-keadaan yang ditentukan dengan undang-
undang terhadap putusan pengadilan yang telah memperoleh
kekuatan hukum yang tetap dapat dimintakan peninjauan
kembali kepada Mahkamah Agung dalam perkara perdata dan
pidana oleh pihak-pihak yang berkepentingan”. Dari ketentuan
tersebut di atas, bahwa: (1) apabila para pihak pencari keadilan
merasa tidak puas dengan keputusan pengadilan/Hakim
dibenarkan untuk melakukan upaya hukum dalam bentuk
Peninjauan Kembali, (2) upaya hukum tersebut dibenarkan
oleh Undang-undang sepanjang peraturan perundang-
undangan (kususnya perpajakan) mengaturnya, (3) karena
peradilan itu merupakan lembaga kekuasaan kehakiman yang
merdeka (independent judiciary) merupakan asas penting bagi
kekuasaan kehakiman telah memberikan peluang yang seluas-
luasnya kepada pencari keadilan dengan tidak meninggalkan
asas peradilan cepat, murah dan sederhana.
280
mmnmoMmmm mm
281
Putusan Pengadilan Pajak diterima, menurut tanda
bukti pengiriman stempel/cap Pos Indonesia. Dalam
teori hukum mengenai pengiriman, diperkenalkan
Verzendtheorie (Teori Pengiriman) yang mendalilkan
bahwa penghitungan tenggang waktu yang dijadikan
patokan adalah pada saat penyerahan atau pengiriman
kepada Kantor Pos Indonesia, dengan pembubuhan cap/
stempel Pos Indonesia (vide Pasal 9 ayat (2) Wet AROB.
Sebaliknya, berlaku Ontvangstheorie (Teori Penerimaan)
yang mendalilkan bahwa penentuan sebagai patokan
dalam mengukur tenggang waktu dihitung sejak hari
diterima dari Kantor Pos Indonesia. Teori ini diakomodir
oleh ketentuan Pasal 27 ayat (3) UU Ketentuan Umum dan
Tata Cara Perpajakan (KUP) dan UU Nomor 12 Tahun
1985 UU Pajak Bumi dan Bangunan (PBB). Kedua teori
tersebut di akomodir juga dalam ketentuan Pasal 1 angka
11 dan Pasal 1 angka 12 UU Pengadilan Pajak. Sekarang
timbul pertanyaan teori manakah yang dijadikan dasar
pijak mengenai mengukur dalam menghitung tenggang
waktu?, dalam mengedepankan asas equal before the
law dan audi et alteram partem, idealnya penghitungan
tenggang dimulai dari tanggal kirim ekivalen dengan
tanggal penerimaan, karena tenggang waktu 3 (tiga)
bulan merupakan kebijakan yang cukup memadai dalam
menyusun alasan permohonan Peninjauan Kembali
28 2
dan membuat Memori Peninjauan Kembali. Pemohon
Peninjauan Kembali dalam mengajukan permohonan
Peninjauan Kembali diwajibkan menandatangani
Akta Permohonan Peninjauan Kembali dengan Panitera
Pengadilan Pajak dan dalam waktu 7 (tujuh) hari setelah
penandatangan akta oleh Panitera Pengadilan Pajak
untuk diteruskan Ketua Pengadilan Pajak. Permohonan
Peninjauan Kembali diajukan secara tertulis oleh
Pemohon, Ahli Waris atau Kuasa Hukum dengan
menyebutkan alasan-alasan dan bukti-bukti berikut dalil-
dalilnya. Permohonan Peninjauan Kembali dapat diterima
manakala Pemohon Peninjauan Kembali telah membayar
panjar biaya perkara yang ditentukan dalam Surat Kuasa
Untuk Membayar (SKUM) wajib dibayar lunas sebesar
Rp 2.500.000,00 (Duajutalimaratusribu Rupiah) sehingga
pelunasan pembayarannya biaya perkara juga tidak
boleh mengurangi jangka waktu dalam kaitannya dengan
pengajuan permohonan Peninjauan Kembali.
2. Selanjutnya, selambat-lambatnya 14 (empat) belas hari
sejak permohonan Peninjauan Kembali diterima di
Pengadilan Pajak, Panitera wajib memberitahukan tentang
permohonan dimaksud dengan mengirimkan salinannya
kepada pihak lawan (vide Pasal 7 Kiest Wet jo Pasal 7 Perma
No 3 Tahun 2002). Dalam hal permohonan Peninjauan
Kembali diajukan dengan alasan-alasan sebagaimana
283
dimaksudkan dalam Pasal 91 huruf a, huruf b, dan
huruf c Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2002 tentang
Pengadilan Pajak, maka jawaban pihak lawan diajukan
dalam jangka waktu 30 (tiga puluh) hari sejak tanggal, cap
284
3) Surat Bantahan;
4) Surat Penetapan Penunjukan Majelis/Hakim;
5) Rencana Sidang Umum;
6) Surat Pemberitahuan, Surat panggilan, Surat
Undangan;
7) Berita Acara Sidang;
8) Surat Kuasa dari kedua belah pihak ( jika memakai
kuasa);
9) Lampiran-lampiran surat yang diajukan oleh kedua
belah pihak;
10) Surat-surat bukti permohonan banding/penggugat
dan terbanding/Tergugat;
11) Salinan Resmi Putusan Pengadilan Pajak;
12) Surat-surat lain yang mungkin ada.
Bundel B:
1) Salinan resmi Putusan Pengadilan Pajak;
2) Bukti Pengiriman salinan resmi Putusan Pengadilan
Pajak kepada para pihak;
3) Akta Permohonan Peninjauan Kembali;
4) Bukti Pengiriman biaya Peninjauan Kembali;
5) Surat permohonan Peninjauan Kembali yang berisi
alasan dan dilampiri bukti-bukti;
6) Tanda terima permohonan Peninjauan Kembali;
285
7) Surat Kuasa Khusus dalam hal permohonan
Peninjauan Kembali diajukan bukan oleh yang
bersangkutan atau ahli warisnya dan harus memenuhi
syarat sebagaimana diatur dalam Pasal 34 Undang-
Undang Nomor 14 Tahun 2002 tentang Pengadilan
Pajak;
8) Surat pemberitahuan dan penyerahan salinan
permohonan Peninjauan Kembali kepada pihak
lawan;
9) Jawaban Surat permohonan Peninjauan Kembali dari
pihak lawan;
10) Surat-surat lain yang mungkin ada.
5. Penerimaan Berkas permohonan Peninjauan Kembali
secara lengkap dicatat dan diregister oleh Direktur
Tata Usaha Negara Mahkamah Agung dengan kode
N o m o r......./B/PK/PJK/.. untuk Acara Biasa dan Nomor
......./C/PK/PJK/.. untuk Acara Cepat. Selanjutnya,
Majelis Mahkamah Agung dalam waktu 6 (enam) bulan
melakukan pemeriksan materi sengketa dan pemutusan
sengketa pajak melalui upaya hukum luar biasa berupa
Peninjauan Kembali
286
Prinsip-prinsip atau hal-hal penting yang dapat dikemukakan
dalam upaya hukum ini adalah sebagai berikut:
(1) Permohonan Peninjauan Kembali (PK) hanya dapat
diajukan satu kali terhadap putusan yang berkekuatan
hukum tetap kepada Mahkamah Agung melalui
Pengadilan Pajak. Mengingat pengalaman-pengalaman
dalam praktek di dalam Hukum Perdata, ada pertanyaan
apakah untuk perkara pajak tidak bisa juga diajukan
Peninjauan Kembali lebih dari sekali, karena bukan
tidak mungkin bahwa putusan perkara Peninjauan
Kembali dalam satu perkara yang sama kasusnya tapi
beda putusannya, atau mengingat penerapan Pasal 36
ayat (4) UU Pengadilan Pajak yang tidak bisa dipenuhi
oleh Wajib Pajak tetapi kemudian Wajib Pajak tersebut
merasa mempunyai Novum (data baru).
(2) Permohonan Peninjauan Kembali tidak menangguhkan
/ menghentikan pelaksanaan putusan Pengadilan
Pajak. Artinya tidak ada alasan bagi fiskus yang sedang
melakukan Peninjauan Kembali untuk misalnya
restitusi pajak yang diminta oleh Wajib Pajak, sebagai
akibat putusan Pengadilan Pajak tidak ditangguhkan
pelakasanaannya untuk tidak dilakukan pemrosesan.
(3) Permohonan Peninjauan Kembali (PK) dapat dicabut
sebelum diputus dan dalam hal sudah dicabut
287
permohonannya PK tidak bisa diajukan kembali
permohonan baru.
(4) Hukum Acara yang berlaku pada pemeriksaan Peninjauan
kembali di bidang perpajakan adalah Hukum Acara yang
diatur oleh Undang-undang Mahkamah Agung yaitu
tunduk pada ketentuan Undang-undang Nmor 14 Tahun
1985 tentang Mahkamah Agung yang telah diubah
terakhir dengan Undang-undang Nomor 3 Tahun 2009
(vide Pasal 90 Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2002
tentang Pengadilan Pajak)
(5) Ada 5 (lima) alasan yang bisa dipakai untuk melakukan
Permohonan Peninjauan Kembali, yaitu:
1. Apabila Putusan Pengadilan Pajak didasarkan pada
suatu kebohongan atau tipu muslihat pihak lawan
yang diketahui setelah perkaranya diputus atau
288
80 ayat (1) huruf b. dan huruf c. Undang-Undang
Nomor 14 Tahun 2002 tentang Pengadilan Pajak
yaitu: Mengabulkan sebagian atau seluruhnya, atau
menambah pajak yang harus dibayar.
4. Apabila mengenai suatu bagian dari tuntutan belum
diputus tanpa dipertimbangkan sebab-sebabnya.
Misalnya Wajib Pajak mempunyai tiga tuntutan
dalam gugatannya, ternyata yang diputus hanya
satu dan sisa tuntutannya tidak diputus tanpa diberi
alasan oleh Majelis Hakim.
5. Apabila terdapat suatu putusan yang nyata-nyata
tidak sesuai dengan peraturan perundang-undangan
yang berlaku. Alasan ini adalah alasan yang paling
banyak digunakan oleh para pihak yang mengajukan
permohonan Peninjauan Kembali kepada Mahkamah
Agung.
289
Mahkamah Agung akan mengembalikan berkas perkara
ke Pengadilan Pajak untuk diperiksa lebih lanjut dari
materi yang disengketakan dan hasilnya diteruskan
kembali ke Mahkamah Agung.
(7) Dalam implemtasinya permohonan Peninjauan Kembali
berdasarkan Pasal 90 Undang-Undang Nomor 14 Tahun
2002 tentang Pengadilan Pajak menyebutkan bahwa
290
menghasilkan putusan yang berbeda;
c. Apabila telah dikabulkan suatu hal yang tidak
dituntut atau lebih dari pada yang dituntut,
kecuali yang diputus berdasarkan Pasal 80 ayat
(1) huruf b dan c Undang-undang Nomor 14
Tahun 2002 tentang Pengadilan;
d. Apabila mengenai suatu bagian dari tuntutan
belum diputus tanpa dipertimbangkan sebab-
sebabnya; atau
e. Apabila terdapat suatu putusan yang nyata-
nyata tidak sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan yang berlaku.
291
Undang-undang Nomor 3 Tahun 2009 bahwa Peninjauan
Kembali sebagai putusan yang memberikan jaminan
akan kepastian hukum dan nilai-nilai keadilan melalui
ketentuan hukum yang berlaku dalam kebutuhan
masyarakat guna memperoleh pengharapan atas
pengayoman hukum yang telah memiliki unsur-unsur
keadilan, kepastian dan kemanfaatan hukum.
292
dan terakhir dengan Undang-Undang Nomor 3 Tahun
2009,menegaskan sebagai berikut : “Permohonan
Peninjauan Kembali putusan perkara perdata yang telah
mmemperoleh kekuatan hukum tetap dapat diajukan
hanya berdasarkan alasan-alasan sebagai berikut:
a. Apabila putusan didasarkan pada suatu kebohongan
atau tipu muslihat pihak lawan yang diketahui setelah
perkaranya diputus atau didasarkan pada bukti-bukti
yang kemudian oleh Hakim Pidana dinyatakan palsu;
b. Apabila setelah perkaranya diputus, ditemukan surat-
surat bukti yang bersifat menentukan yang pada
waktu perkara diperiksa tidak ditemukan;
c. Apabila dikabulkan sesuatu hal yang tidak dituntut
atau lebih dari p ad yang dituntut;
d. Apabila sesuatu bagian dari tuntutan belum diputus
tanpa dipertimbangkan sebab-sebabnya;
e. Apabila antara pihak-pihak yang sama mengenai
suatu soal yang sama, atas dasar yang sama oleh
Pengadilan yang sama tingkatnya telah diberikan
putusan yang bertentangan satu dengan yang lain;
f Apabila dalam suatu Putusan terdapat satu kekhilafan
Hakim atau suatu kekeliruan yang nyata. Secara
faktual Pasi 67 f UU MA sering dipraktekkan sebagai
adanya “kekhilafan yang dilakukan oleh Hakim secara
nyata-nyata ada didalamnya”.
293
3) Secara prosedural pengajuan permohonan Peninjauan
Kembali di bidang perpajakan berepedoman pada
ketentuan Pasal 66 sampai dengan Pasal 77 Undang-
Undang Nomor 14 Tahun 1985 tentang Mahkamah
Agung sebagaimana telah diubah terakhir dengan
Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2009 jo Pasal 89 sampai
dengan Pasal 93 Undang-undang Nomor 14 Tahun 2002
tentang Pengadilan Pajak adalah berikut ini:
a. Permohonan Peninjauan Kembali dapat diajukan
hanya 1 (satu) kali, dan tidak menangguhkan atau
menghentikan pelaksanaan Putusan serta dapat
dicabut selama belum diputus (vide Pasal 66 UU
MA), terkecuali apabila terdapat putusan yang
berbeda dalam perkara yang serupa dan novum yang
bersifat menentukan yang tidak terungkap dalam
persidangan dan tidak dijadikan pertimbangan
dalam memeriksa dan memutus sengketa pajak,
maka sejalan dengan Hasil Rapat Pleno Mahkamah
Agung dapat diajukan Peninjauan Kembali. Hal
ini dilakukan sejalan dengan Putusan Mahkamah
Konstitusi.
b. Alasan-alasan permohonan Peninjauan Kembali
disebabkan karena judex juris dalam memutus
kurang adanya pertimbangan hukum dikaitkan
dengan fakta-fakta hukum, sehingga melahirkan
294
kekhilafan Hakim atau kekeliruan secara nyata-nyata
dalam memutus, karena dalam pertimbangan dalam
penerapan hukumnya tidak tepat dan tidak benar.
Di samping itu, dapat juga pertimbangan judex
juris telah melampaui batas kewenangannya yang
diberikan oleh Undang-undang sehingga terjadi
kesalahan dalam penerapan hukum. Pengertian
“kekhilafan” dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia
memiliki makna “kekeliruan atau kesalahan yang
tidak disengaja”, sehingga kekhilafan Hakim
merupakan kekeliruan yang bisa nampak dan bisa
juga juga tidak (abstrak), namun yang jelas berwujud
terang dan jelas dan bukan kesalahan yang sifatnya
konkrit. Sedangkan kesalahan itu menampakkan
pada orangnya yang dikaitkan tugas minutasi pada
putusan yang dilakukan dirinya atau tegasnya, terletak
pada human error menunjukkan kurang profesional
dan kurang teliti serta cermat yang pada umumnya
pada persoalan segi administrasi belaka bukan
persoalan hukum, dan dalam prakteknya sering
dicampuradukan antara kekhilafan dan kekeliruan
baik dalam penerapan di bidang hukumnya dan
administrasinya seperti kesalahan pengetikan dalam
menunjuk bukti yang akan dijadikan pertimbangan
hukum.
295
c. Tenggang waktu mengajukan permohonan Peninj auan
Kembali di bidang perpajakan adalah 3 (tiga) bulan
yang terhitung (1) sej ak diketahuinya kebohongan atau
tipu muslihat atau sejak putusan Hakim pengadilan
pidana memperoleh kekuatan hukum tetap, (2) sejak
ditemukan surat-surat bukti baru (novum) yang hari
dan tanggal ditemukannya harus dinyatakan di bawah
sumpah dan disahkan oleh pejabat yang berwenang,
(3) sejak putusan dikirim. Sedangkan hal berbeda
yang berlaku pada umumnya adalah 180 (seratus
delapan puluh) hari (vide Pasal 67 huruf c, d dan f
UU MA) sejak Putusan yang memperoleh kekuatan
hukum tetap atau sejak ditemukan surat-surat bukti
atau pertentangan Putusan dan diberitahukan kepada
PA TAK PUSAT
a. SKPKB d. SKPLB
c. STP
297
b. Gugatan yang tidak diputuskan dalam jangka waktu 6
bulan sejak gugatan diterima
298
dipenuhi, sehingga tidak dapat diketahui besarnya
pajak yang terutang
e. Semua benar.
299
7. Penanggung pajak yang disandera dilepas apabila:
c. Perhotelan
300
10. Yang termasuk pengertian penyerahan BKP :
e. semua benar.
c. Nilai ekspor
c. Penjual Barang
301
14. Penyerahan Jasa Makloon dalam bulan Januari 2010 yang
dilakukan oleh Pengusaha Kena Pajak yang menghasilkan
dan melakukan ekspor Barang Kena Pajak Berwujud atas
dasar pesanan atau permintaan dengan bahan dan atas
petunjuk dari pemesan diluar Daerah Pabean:
e. Semua benar.
302
atau diperoleh dari usaha, gaji,honorarium, bunga,
dividen, royalty dan jasa.
303
pemegang saham preferen.
304
e. Warisan tersebut berada di Indonesia dan ahli waris
tersebut bertempat tinggal di luar negeri kurang dari
183 hari dalam jangka waktu 12 bulan
305
a. Anak tersebut adalah subjek pajak dalam negeri dan
wajib mempunyai NPWP.
306
menerimanya dan bukan biaya bagi pihak yang
memberikannya.
307
sebesar Rp52.500.000.000,00 (lima puluh dua milyar
lima ratus juta rupiah)..
308
b. PT X dapat membebankan cadangan reklamasi
tersebut sejak tahun 1995;
309
penentuan kembali besarnya penghasilan dan
pengurangan bagi wajib pajak yang mempunyai
hubungan istimewa dengan wajib pajak lainnya;
310
c. Wajib Pajak tersebut dapat menerapkan norma
penghitungan;..
311
b. Bpk. A tidak wajib memungut PPh Pasal 22;’
312
32. Pada tahun 2008, PT A berkedudukan di Jakarta
menandatangani perjanjian pinjaman dengan XYZ
Bv yang berkedudukan di Amsterdam sebesar US $
100,000,000.00 (seratus juta dollar Amerika Serikat)
dengan tingkat bunga 4% per tahun. Perjanjian tersebut
berlaku sampai dengan tahun 2014. XYZ Bv adalah
anak perusahaan dari ABC Bv yang berkedudukan di
Den Haag. XYZ Bv telah menyampaikan Certificate
of domicile yang diterbitkan otoritas pajak Belandan
yang menyatakan bahwa XYZ Bv adalah benar terdaftar
sebagai wajib Pajak di Belanda.
313
33. PT A di Jakarta melakukan kegiatan usaha pengelolaan
parkir menandatangani perjanjian kerja sama dengan
PT B juga berkedudukan di jakarta untuk mengelola
parkir di gedung PT B tersebut. Perjanjian tersebut
mulai berlaku tanggal 1 Maret 2010 untuk jangka waktu
5 (lima) tahun. Dalam perjanjian tersebut antara lain
disepekati bahwa pembagian hasil parkir adalah 60%
(enam puluh persen) untuk PT A dan 40% (empat puluh
persen) akan dibayarkan PT A kepada PT B. Selanjutnya
disepakati juga bahwa PT A menyewa ruangan basement
di gedung tersebut selama masa perjanjian untuk tempat
parkir.
314
a. Tindakan penyanderaan tersebut adalah tindakan
pidana karena mengekang kebebasan penanggung
pajak;
a. Keputusan Formal
c. Lain-lain
e. Terkecuali huruf a
315
d. Semua jawaban benar.
e. Keputusan individu
c. Banding ditolak.
316
39. PT. Gayus berkedudukan di Kawasan Perdagangan Bebas
dan Pelabuhan Bebas Batam, bergerak di bidang jasa
service dan penjualan mesin. Berikut adalah transaksi-
transaksi yang terjadi selama bulan September 2008 :
a. Terutang PPN
e. Dibebaskan PPN
317
41. Pada tanggal 7 April 2010, PT. Gayus melakukan
penyerahan mesin kepada Sing B Co.Ltd. yang
berkedudukan di Singapura dengan nilai Sin $ 10,000,-
a. Terutang PPN 0%
d. Dibebaskan PPNnya
318
b. Tidak terutang PPN
d. PPN ditangguhkan
c. Terutang PPN 0%
d. Trutang PPN 5%
a. Terutang PPN 0%
319
PATAK DAERAH
a. UU No.32/2004 d. UU No.34/2000
c. UU No.33/2004
d. Semua benar.
e. Semua salah.
e. Official assessment
320
49. Pemungutan Pajak Daerah dilakukan oleh Pejabat yang
ditunjuk oleh Gubernur/Bupati/Walikota terkecuali:
e. Diborongkan Pengusaha
c. Pajak Rokok
e. Semua salah
321
52. Kebijakan Fiskal Daerah melalui pengawasan terhadap
Peraturan Daerah dapat dilakukan agar dapat
menghindari double having melalui mekanisme berikut
di bawah in i:
d. Semua benar
e. Semua salah
e. Semua salah
322
b. 15 hari sejak ditetapkan bersama DPRD
c. 30 hari kerja
d. 40 hari kerja
a. Jasa Umum
b. Jasa Usaha
d. Jasa Penambangan
a. Nilai Jual
c. a x b
d. 2 x (a+b)
e. Semua benar
323
L
b. 30 hari sejak pelunasan
e. 60 hari kerja
a. 10 %
c. ( a dan b)
d. (a atau b)
a. Pajak Provinsi
b. Pajak Kabupaten
c. Pajak Kota
d. Semua salah
324
b. 12 Pajak Kabupaten/Kota
c. Hanya a + b
d. Semua salah.
e. hanya d saja
e. Semua benar
325
waktu yang telah ditetapkan dan setelah ditegur
secara tertulis tidak disampaikan pada waktunya
sebagaimana ditentukan dalam surat teguran
e. Semua benar
e. Semua benar;
326
65. Jasa yang tidak dikenakan Retribusi Daerah
a. Keagamaan
b. Pendidikan
c. Perhotelan
d. Semua salah
32 7
L
b. United Nation Conference of the Law of the Sea I
1958
328
b. hanya dilakukan terhadap dokumen Pemberitahuan
Ekspor Barang (PEB) untuk barang ekspor yang
dikenai bea keluar
329
dibuktikan barang tersebut ditujukan untuk dibongkar
di dalam daerah pabean;
330
6 Undang-undang tentang kepabeanan;
331
e. tanggal barang telah dimuat diatas kapal yang akan
mengangkutnya;
332
Ekspor Atas Barang Ekspor Tertentu, diajukan kepada :
333
a. menjaga stabilitas harga komoditi tertentu di dalam
negeri;
334
e. Buku Tarif Khusus Bea Keluar;
b. Eksportir;
d. Pengadilan Pajak;
335
d. Pasal 16 Peraturan Pemerintah Nomor 55 Tahun
2008 tentang Pengenaan Bea Keluar Terhadap Barang
Ekspor;
336
84. Setiap orang yang salah memberitahukan jenis dan jumlah
barang dalam pemberitahuan pabean ekspor (PEB) yang
mengakibatkan tidak terpenuhinya pengutan negara di
bidang ekspor, dikenai sanksi administrasi berupa denda:
a. Rp. 5.000.000,-;
337
dalam pemeriksaan fisik kedapatan jenis dan jumlah
barang kedapatan tidak benar;
338
berdasarkan perjanjian atau kesepakatan internasional
tarif bea masuk dapat berbeda, tergantung dari mana asal
barang impor tersebut, Kesepakatan Internasional tersebut
menurut Undang-undang Nomor 24 Tahun 2000 tentang
Perjanjian Internasional harus disahkan terlebih dahulu
dengan:
a. Undang-undang;
b. Peraturan Presiden;
c. Keputusan Presiden
339
barang yang diimpor dan tidak tergantung dari negara asal
barang (Most Favcred Nations/ MFN). Namun demikian
berdasarkan jenis barang yang diimpor oleh orang tertentu
sebagaimana berikut ini, tarif bea masuk dapat berbeda.
340
a. tidak dapat diterima dan diitetapkan sebagai nilai
pabean;
341
sudah ditambahkan;
342
a. Pemberitahuan nilai pabean sudah benar karena
biaya promosi penjualan harus ditambahkan dalam
harga yang sebenarnya atau yang seharusnya dibayar;
343
c. Biaya untuk pengembangan dimaksud tidak
ditambahkan pada harga yang sebenarnya dibayar
atau yang seharusnya dibayar sepanjang tidak
dipersyaratkan dalam perjanjian jual-beli barang yang
diimpor;
344
yang telah diperhitungkan dalam Harga Pokok;
a. Audit Kepabeanan;
b. Penelitian Ulang
345
sehingga dapat langsung diajukan banding kepada
Pengadilan Pajak;
a. Direktur Audit;
346
pembayaran bea masuk, PPN, PPh dan sanksi administrasi
berupa denda akibat pemakaian bahan baku dalam
jumlah tertentu di luar yang diizinkan dalam Master List
/ keputusan Menteri Keuangan yang mendasarinya, maka
tagihan dituangkan dalam:
347
d. Penetapan SPTNP pertama dibatalkan dan diganti
dengan digabung dalam SPTNP kedua;
348
eksportir E di negara China ke negara pengimpor,
tidak dikenai bea masuk antidumping;
349
d. jawaban a,b dan c tidak ada yang benar;
e. barang contoh;
350
c. barang keperluan olahraga;
c. FOB USD 250 per orang atau FOB USD 1.000 per
keluarga;
351
108. Batas waktu daluwarsa tagihan atas kekurangan
pembayaran bea masuk yang diakibatkan tidak
dipenuhinya ketentuan pemberian fasilitas KITE adalah :
a. dua tahun;
c. Sepuluh tahun;
d. Enam bulan;
e. Tiga Tahun;
35 2
yang menurut pendapat Saudara adalah benar.
353
112. Pada prinsipnya importir bertanggung jawab atas bea
masuk yang terutang. Adapun saat di mana importir
secara yuridis bertanggung jawab atas bea masuk yang
terutang adalah:
354
114. Undang-undang tentangAepabeanan mengatur bahwa
kekurangan pembayaran bea masuk dan/atau denda
administrasi yang terutang wajib dibayar paling lambat:
35 5
dalam hal yang terutang tidak bertempat tinggal di
Indonesia;
356
b. barang yang dikuasai negara
a. 1. Kawasan Berikat
2. Gudang Berikat
3. Toko Bebas Bea
4. Tempat Penyelenggaraan Pameran Berikat
b. 1. Kawasan Berikat
2. Gudang Berikat
3. Toko Bebas Bea
4. Tempat Penyelenggaraan Pameran Berikat
5. Tempat Lelang Berikat
6. Kawasan Daur Ulang Berikat
c. 1. Kawasan Berikat
2. Gudang Berikat
3. Toko Bebas Bea
4. Pusat Logistik Berikat
d. 1. Kawasan Berikat
2. Gudang Berikat
3. Toko Bebas bea
4. Entrepot Untuk Tujuan Pameran
35 7
e. 1. Kawasan Berikat
2. Gudang Berikat
3. Toko Bebas Bea
4. Pusat Logistik Berikat
358
d. pejabat bea dan cukai tidak perlu meminta ijin kepada
pemilik barang atau kuasanya
359
d. Penetapan Pejabat Bea Cukai tentang kekeliruan
penerapan ketentuan Undang-undang;
a. pasal 93;
b. pasal 93A;
c. pasal 17;
d. pasal 95;
e. pasal 17A;
360
b. orang yang berkeberatan atas Keputusan Pembetulan
Direktur Jenderal pada SPKTNP tersebut tidak dapat
mengajukan banding ke Pengadihm Pajak;
361
e. Mengajukan Keberatan kepada Direktur Jenderal Bea
dan Cukai berdasarkan Pasal 93 UU kepabeanan;
e. Pasal 17, Pasal 92A, Pasal 93, Pasal 93A dan Pasal 94;
362
mempertaruhkan jaminan;
e. SPKPBM;
a. Pasal 16 ayat (1) dan ayat (2) - tarif dan nilai pabean;
c. Pasal 16 ayat (1), (2) dan Pasal 82 ayat (5) - tarif, nilai
pabean, jenis dan jumlah barang;
363
130. Pilih perbuatan di bawah ini, yang merupakan tindak
pidana kepabeanan:
a. SPTNP; d. SPKTNP;
b. SPP; e. SPKPBM;
c. SPSA;
364
pegawai Direktorat Jenderal Bea dan cukai diselesaikan
oleh;
365
e. memenuhi ketentuan pengajuan banding atas
Keputusan yang bersifat final, konkrit dan individual;
366
sengketa yang dikemukakan Pemohon Banding dalam
permohonan keberatan yang
367
e. sejak tanggal penetapan tagihan sampai tanggal
putusan Pengadilan Pajak;
368
d. Jumlah premi diberikan paling banyak sebesar 50%
dari sanksi administrasi berupa denda dan/atau
hasil lelang barang yang berasal dari tindak pidana
kepabeanan;
369
permohonan fasilitas berdasarkan UU Cukai atas etil
alkohol tersebut berupa:
a. Pembebasan cukai;
b. Pengembalian cukai;
d. Pelunasan cukai.
e. Penanguhan cukai;
a. Pasal 43 C;
d. Pasal 43 A;
e Pasal 43 B;
370
141. Terhadap pemesanan pita cukai untuk pengusaha pabrik
BKC wajib dilakukan pembayaran cukai paling lambat:
a. CK-13;
c. P2BKC;
d. PBCK-3;
e. CK-1;
371
dalam pembuatan minyak wangi;
b. 5%;
372
146. Pembebasan cukai untuk minuman mengandung etil
alcohol bagi tenaga ahli bangsa asing yang diberikan oleh
Menteri Keuangan berdasarkan PMK Nomor 109/PMK
04/2010, setiap bulan paling banyak adalah:
373
diminum harus dikeluarkan dari pabrik etil alcohol:
d. dimusnahkan;
b. dikuasai Negara;
374
c. milik Negara;
d. dimusnahkan;
a. 1. pembayaran;
2. kredit cukai;
b. 1. Pembayaran;
2. jaminan bank persepsi;
c. 1. Pembayaran;
2. pemesanan pita cukai;
d. 1. pembayaran
2. pelekatan pita cukai
3. pembubuhan tanda pelunasan cukai lainnya;
e. 1. Pembayaran
2. pelekatan pita cukai
3. pembubuhan tanda pelunasan cukai lainnya;
4. pembubuhan hologram atas pita cukai;
375
c. Golongan A: sampai dengan 5%
Golongan B : lebih 5% sampai dengan 20%
Golongan C : lebih dari 20%
37 6
e. sebesar 2 kali dari nilai cukai rata-rata per bulan, yang
dihitung dari pemesanan pita cukai dalam kurun
waktu 3 bulan terakhir;
a. SKP-KB-01
b. PIB BC 2.0
c. Manifest BC 1.1
d. CK-FTZ
a. tindak pidana;
377
156. Menurut Undang-undang Cukai, pelekatan pita cukai
atas hasil tembakau dengan tarif cukai yang lebih rendah
dari semestinya, adalah merupakan :
378
denda 1 kali nilai cukainya;
379
diketahuinya bahwa pembelinya adalah pengusaha pabrik
hasil tembakau yang kehabisan pita cukai yang kebetulan
tarif cukainya cocok dengan tarif cukai dari pita cukai
yang dijualnya. Maka hal tersebut merupakan:
a. pelanggaran administrasi;
d. diberikan kelonggaran.
380
161. Seorang pengusaha pabrik hasil tembakau dikenakan
sanksi administrasi berupa denda KPPBC setempat. Dia
mengakui pelanggaran yang dilakukannya. Karena denda
tersebut dirasa sangat berat dia bermaksud mengajukan
permohonan agar denda tersebut dikurangi. Pengusaha
tersebut menurut Saudara dapat mengajukan :
382
d. wajib menyerahkan jaminan sebesar nilai cukai dan
bungannya;
383
a. (Pasal 11)UUD 1945;
384
diantara berbagai asas hukum, atas Tax Treaty tersebut
berlaku 2 (dua) asas-asas hukum, yaitu :
385
a. Statute of International Court of Justice;
386
yang harus dilakukan oleh otoritas pajak Indonesia bila
ingin mengenakan pajak pada penghasilan “ABC Ltd”
yang berasal dari Indonesia? Jawaban paling tepat adalah:
387
174. Terjemahan resmi Pasal 9 Ayat (1) P3B Antara Indonesia
dengan Belanda berbunyi:
(1). Apabila:
(a) suatu perusahaan dari salah satu Negara turut
berpartisipasi secara langsung maupun tidak
langsung dalam manajemen, pengendalian, atau
modal suatu perusahaan dari Negara lainnya,
utuu
(b) terdapat orang/badan yang sama yang turut
berpartisipasi secara langsung maupun tidak
langsung dalam manajemen, pengendalian,
atau modal suatu perusahaan dari salah satu
Negara dan suatu perusahaan dari Negara
lainnya, dan dalam tiap kasus di atas, terdapat
kondisi-kondisi yang dibuat atau diberlakukan
di antara kedua perusahaan dimaksud dalam
hubungan dagang atau hubungan keuangan
mereka yang berbeda dengan kondisi-kondisi
yang dibuat oleh perusahaan-perusahaan yang
mempunyai kedudukan bebas, maka atas laba
yang seharusnya diakui, namun karena adanya
kondisi-kondisi tadi menjadi tidak diakui, dapat
ditambahkan pada laba perusahaan tersebut dan
dikenakan pajak.
Dalam hukum pajak internasional prinsip-prinsip yang
termuat dalam Pasal 9 Ayat (1) diatas disebut sebagai (pilih
yang paling tepat) :
388
a. prinsip non-diskriminasi;
389
e. “X ” BV seharusnya memungut Royalty kepada “anak”
perusahaannya sendiri karena “X” BV juga sangat
berkepentingan atas suksesnya usaha PT “Y”;
390
inkonstitusional tapi tetap diperlukan.
e. Semua Benar;
391
keyakinannya, sehingga hakim boleh bebeda
pendapat;
e. Semua salah;
392
c. Kantor Pelayanan Pajak tidak terpengaruh oleh
perjanjian tersebut dan karena itu kewajiban Pajak
Penghasilan dan Pajak Pertambahan Nilai tetap
didasarkan pada Undang-undang Pajak Penghasilan
dan Pajak Pertambahan Nilai.
e. Semua salah;
e. Semua benar;
393
BAB VI
KUNCI JAWABAN
SOAL TES PROBLEMATIK
■ n C 21 A 41 B
■ H B 22
wHKHM
B 42 C
3 E 23 A 43 C
4 C 24 E 44 B
■ n E 25 C 45 B
W B Sj A 26 B 46 B
7 D 27 C 47 D
b | A 28 i A 48 D
9 D 29 D 49 C
10 ■ E 30 A 50 C
11 E 31 B 51 D
12 E 32 A 52 D
13 B 33 E 53 E
14 C 34 E 54 E
15 D 35 A 55 E
16 C 36 D 56 C
17 D 37 B 57 D
18 B 38 B 58 A
19 D 39 C 59 D
A 40 D 60 C
2% S
394
^W AB^N - JA W A BA N JAW A BAN ,
I1 1w, *■■■■
61 B .86. - A 111-1 A
H*‘4 ' .
62 A c
63 A V--88.; B
64 D .
A c
65 E 90 B m -. d
67 E 92.. B
f ^
; 68' E ■9 3 ; B /■11« M e
* i
69 A ;;9 4 f A V iif l c
i .■ *
■*4 . C : '35= B : 1% a
.. ..
71 A :-96; D
J d ld D
P^ .= -
■tf.
B :;-;v97: D t o l. d
■
r-7 ^ ■■iU
A .■>/98 ; C 103 D&E
B C
■. ■R -
:7'5 B f ■109
ii, E
'jii
B >■ 101, D ' 1D § C
• f lv : • 1 .. .
s ■ ,
i f. ;: :t A ,:io $ D
■■ I
■■ ',x v :
78 B 1P3 D&E c
. .*>
C .jA t D % ■ B
■*€ .. 'S. ■■
C ? i 6 s : C
m ■" ^
' B i 07 D c
# 2 .
..i.
85. B ;iip B ‘ M D
395
NO
Z
O
1 NO JAWABAN | JAWABAN JAWABAN
117 A C 167 A
s 142~
118 E I 143 C 168 A&C
131 D 156 D
132 C 157 i D
133 B 158 D
134 E 159 ! D
135 C 160 C
136 B 161 D
137 D 162 C
138 C 163 C
139 | 164 C
°
140
• h n
D U
396
3. UMPAN BALIK
Cocokkanlah hasil jawaban Anda dengan Kunci Jawaban
Test Formatif Problematik Sengketa Pajak Dalam Peradilan
Pajak yang terdapat pada bagian akhir buku ini, dan hitunglah
jawaban Anda yang benar. Kemudian pergunakan rumus di
bawah ini untuk mengetahui sampai seberapa jauh tingkat
penguasaan Anda dalam kegiatan pemahaman untuk beracara
pada Pengadilan Pajak ditinjau dari segi yuridis fiskal.
Rumus:
Jumlah jawaban
Tingkat Anda yang benar x 1Q()%
Penguasaan
180 Soal
397
398
LAMPIRAN
399
400
U N D A N G -U N D A N G R E P U B L IK T H E R E P U B L IC O F IN D O N E S IA
IN D O N E S IA L A W N U M B E R 14 Y E A R 2002
N O M O R 14 TA H U N 2002 C O N C E R N IN G
TA X CO U RT
TEN TA N G
P E N G A D IL A N P A JA K
W IT H T H E B L E S S IN G O F G O D
A L M IG H T Y
D EN G A N RA H M A T TU H A N YA N G M A H A
T H E P R E S ID E N T O F T H E R E P U B L IC O F
ESA
IN D O N E S IA
P R E S ID E N R E P U B L IK IN D O N E S IA
M e n im b a n g : C o n s id e rin g :
b. bahw a u n tu k m encap ai t u ju a n d im a k s u d , b . th a t fo r a c h ie v in g th o s e o b je c t iv e s , th e
c. bahw a d e n g a n m e n in g k a t n y a ju m la h W a jib c . th a t in c r e a s in g o f th e n u m b e r o f ta x p a y e rs
P a ja k dan pem aham an akan hak dan a n d th e u n d e r s ta n d in g o f th e ir rig h ts a n d
k e w a ji b a n n y a d a la m m e la k s a n a k a n o b lig a tio n s in im p le m e n tin g ta x la w s c a n
p e ra tu ra n p e ru n d a n g -u n d a n g a n p e r p a ja k a n n o t b e a v o id e d r a is in g ta x d is p u te w h ic h
tid a k d a p a t d ih in d a r k a n tim b u ln y a s e n g k e ta need s fa ir ly s o lu tio n by fa st, c h e a p , a n d
p a ja k y a n g m e m e r lu k a n p e n y e le s a ia n y a n g s im p le p r o c e d u r e a n d p r o c e s s ;
a d il d e n g a n p r o s e d u r d a n p r o s e s y a n g c e p a t,
m u rah , d an sed erh an a;
d bahw a Badan P e n y e le s a ia n S e n g k e ta P a ja k d . th a t t h e T a x D is p u t e S e t t le m e n t A g e n c y is
b e lu m m e ru p a k a n badan p e r a d ila n yang n o t y e t b e in g ju d ic a t u r e b o d y c u lm in a tin g
401
berpuncak di Mahkamah Agung; on the Supreme Court;
e. bahw a karen an y a d ip e r lu k a n s u a tu e. th e r e fo r e , it is r e q u ir e d a n ta x c o u r t w h ic h
p e n g a d ila n p a ja k y a n g s e s u a i d e n g a n s is te m is a p p r o p r ia te w ith th e ju d ic ia r y pow er
keku asaan k e h a k im a n di In d o n e s ia dan sy ste m in In d o n e s ia and can d e v e lo p an
m a m p u m e n c ip ta k a n k e a d ila n d a n k e p a s tia n ju s t ic e a n d c e r t a in t y in la w , p a r tic u la r ly in
h u k u m d a l a m p e n y e l e s a i a n s e n g k e t a p a ja k ; s o lv in g ta x d is p u te ;
f. b a h w a b e r d a s a r k a n p e r t im b a n g a n d im a k s u d f. th a t p u rsu an t to th e c o n s id e r a tio n s as
d a la m h u r u f a , b , c , d , d a n e , te rs e b u t d i a ta s r e fe r r e d to in fig u r e a , b , c , d , a n d e , it n e e d s
p e r lu d ib e n tu k U n d a n g -U n d a n g te n ta n g to is s u e a n L a w c o n c e r n in g T a x C o u rt.
P e n g a d i l a n P a ja k ;
M e n g in g a t: H a v in g r e g a r d e d to :
2. U n d a n g -U n d a n g N om or 14 Tahun 1970 2. L a w N u m b e r 1 4 Y e a r 1 9 7 0 c o n c e r n in g th e
te n ta n g K e te n tu a n -k e te n tu a n Pokok B a s ic R u le s of Ju d ic ia r y Pow er (S ta te
K eku asaan K e h a k im a n (L e m b a ra n N eg ara G a z e tte Y ear 1970 N u m ber 74,
R e p u b lik In d o n e s ia T a h u n 1 9 7 0 N om or 74, S u p p le m e n ta r y S ta te G a z e tte N u m b e r 2 9 5 1 )
Tam bahan L e m b a ra n N eg ara N om or 2951) as am end ed by L aw N u m ber 35 Y ear 1999
s e b a g a im a n a te la h d iu b a h d e n g a n U n d a n g - (S ta te G a z e tte o f th e R e p u b lic o f In d o n e s ia
U ndang N om or 35 Tahun 1999 (L e m b a ra n Y ear 1999 N u m ber 147, S u p p le m e n ta r y
N eg ara R e p u b lik In d o n e s ia Tahun 1999 S ta te G a z e tte N u m b e r 3 8 7 9 );
N om or 147, Tam bahan L e m b a ra n N eg ara
N o m o r 3 8 7 9 );
402
N eg ara R e p u b lik In d o n e s ia Tahun 1983 N u m b e r 5 0 , S u p p le m e n ta r y S ta te G a z e tte
N om or 50, Tam bahan L em b aran N eg ara N u m ber 3263) as la s t am ended by Law
N om or 3263) s e b a g a im a n a te la h b eberap a N u m ber 17 Y ear 2000 (S ta te G a z e tte Y e a r
k a li d iu b a h te r a k h ir dengan U ndang- 2000 N u m ber 127, S u p p le m e n ta r y S ta te
U ndang N om or 17 Tahun 2000 (L e m b a ra n G a z e tte N u m b e r 3 9 8 5 );
N eg ara R e p u b lik In d o n e s ia Tahun 2000
N om or 127, Tam bahan L em b aran N eg ara
N o m o r 3 9 8 5 );
5. U n d a n g -U n d a n g N om or 8 Tahun 1 9 8 3 5. L a w N u m b e r 8 Y e a r 1 9 8 3 c o n c e r n in g V a lu e
te n ta n g P a ja k P e r ta m b a h a n N ila i B a r a n g d a n A dded Tax on G oods and S e r v ic e s and
Ja sa dan P a ja k P e n ju a la n B aran g M ew ah S a le s T a x o n L u x u r y G o o d s (S ta te G a z e tte
(L e m b a ra n N eg ara R e p u b lik In d o n e s ia Y e a r 1 9 8 3 N u m b e r 5 1 , S u p p le m e n ta r y S ta te
T a h u n 1 983 N o m o r 5 1 , T a m b a h a n L e m b aran G a z e tte N u m b e r 3 2 6 4 ) a s la s t a m e n d e d b y
N eg ara N om or 3264) s e b a g a im a n a te la h Law N u m b e r 18 Y e a r 2 0 0 0 (S ta te G a z e tte
b eb erap a k a li d iu b a h te r a k h ir dengan Y ear 2000 N u m ber 128, S u p p le m e n ta r y
U n d a n g -U n d a n g N om or 18 Tahun 2000 S ta te G a z e tte N u m b e r 3 9 8 6 );
(L e m b a ra n N eg ara R e p u b lik In d o n e s ia
Tahun 2000 N om or 128, Tam bahan
L e m b a ra n N e g a r a N o m o r 3 9 8 6 );
6. U n d a n g -U n d a n g N om or 12 Tahun 1 9 8 5 6. L a w N u m b e r 1 2 Y e a r 1 9 8 5 c o n c e r n in g L a n d
te n ta n g P a ja k Bum i dan Bangunan and B u ild in g T a x , Y e a r 1 9 8 5 N u m b e r 6 8 ,
(L e m b a ra n N eg ara R e p u b lik In d o n e s ia S u p p le m e n ta r y S ta te G a z e tte N u m b e r 3 3 1 2
Tahun 1985 N om or 68, T a m b a h a n L e m b a ra n as am ended by Law N u m ber 12 Y ear 1994
N eg ara N om or 3312) s e b a g a im a n a te la h (S ta te G a z e tte Y ear 1994 N u m ber 62,
d iu b a h dengan U n d a n g -U n d a n g N o m o r 1 2 S u p p le m e n ta r y S ta te G a z e tte N u m ber
Tahun 1994 (L e m b a ra n N eg ara R e p u b lik 3 5 6 9 );
In d o n e s ia T a h u n 1 9 9 4 N o m o r 6 2 T a m b a h a n
L e m b a ra n N e g a r a N o m o r 3 5 6 9 );
403
te n ta n g P a ja k D a e r a h d a n R e tr ib u s i D a e r a h L o c a l T a x e s a n d R e tr ib u tio n s (S ta te G a z e tte
(L e m b a ra n N eg ara R e p u b lik In d o n e s ia Y e a r 1 9 9 7 N u m b e r 4 1 , S u p p le m e n ta r y S ta te
T a h u n 1 9 9 7 N o m o r 41 , T a m b a h a n L em b aran G a z e tte N u m b e r 3 6 8 5 ) a s a m e n d e d b y L a w
N eg ara N om or 3685) s e b a g a im a n a te la h N u m ber 34 Y ear 2000 (S ta te G a z e tte Y e a r
d iu b a h d e n g a n U n d a n g -U n d a n g N o m o r 3 4 2000 N u m ber 246, S u p p le m e n ta r y S ta te
Tahun 2000 (L e m b a ra n N eg ara R e p u b lik G a z e tte N u m b e r 4 0 4 8 );
In d o n e s ia T a h u n 2 0 0 0 N o m o r 2 4 6 , T a m b a h a n
L e m b a ra n N e g a ra N o m o r 4 0 4 8 );
11. U n d a n g -U n d a n g N om or 19 Tahun 1 9 9 7 1 1 . L a w N u m b e r 1 9 Y e a r 1 9 9 7 c o n c e r n in g T a x
te n ta n g P e n a g ih a n P a ja k d e n g a n S u r a t P a k s a C o lle c tio n w ith C o erce W arran t (S ta te
(L e m b a ra n N eg ara R e p u b lik In d o n e s ia G a z e tte Y ear 1997 N u m ber 42,
T a h u n 1 9 9 7 N o m o r 42 , T a m b a h a n L em b aran S u p p le m e n ta r y S ta te G a z e tte N u m b e r 3 6 8 6 )
N eg ara N om or 3686) s e b a g a im a n a te la h as am en d ed by L aw N u m ber 19 Y ear 2000
d iu b a h d e n g a n U n d a n g -U n d a n g N o m o r 19 (S ta te G a z e tte Y ear 2000 N u m ber 29,
Tahun 2000 (L e m b a ra n N eg ara R e p u b lik S u p p le m e n ta r y S ta te G a z e tte N u m ber
In d o n e s ia T a h u n 2 0 0 0 N o m o r 2 9 , T a m b a h a n 3987) ;
L e m b a ra n N e g a ra N o m o r 3 9 8 7 );
D e n g a n P e r s e t u ju a n B e r s a m a ; W ith th e jo in t a p p r o v a l o f
H O U S E O F R E P R E S E N T A T IV E S O F T H E
D E W A N P E R W A K IL A N R A K Y A T R E P U B L IC O F IN D O N E S IA
R E P U B L IK IN D O N E S IA
DAN A N D
P R E S ID E N R E P U B L IK IN D O N E S IA
P R E S ID E N T O F T H E R E P U B L IC O F
IN D O N E S IA
M EM U TU SK A N :
D E C ID E :
M e n e ta p k a n : U N D A N G -U N D A N G T o E n a c t: L A W C O N C E R N IN G T A X
TEN TA N G P E N G A D IL A N CO U RT
P A JA K
404
P E N JE L A S A N
E L U C ID A T IO N O F
ATAS
U N D A N G -U N D A N G R E P U B L IK IN D O N E S IA
N O M O R 14 T A H U N 2002 L A W O F T H E R E P U B L IC O F IN D O N E S IA
N U M B E R 14 Y E A R 2002
T E N T A N G P E N G A D IL A N P A JA K
C O N C E R N IN G T A X C O U R T
P e l a k s a n a a n p e m u n g u t a n P a ja k y a n g t i d a k s e s u a i
T h e im p le m e n t a t io n o f ta x e s c o lle c t io n th a t is
dengan U n d a n g -u n d a n g p e r p a ja k a n akan
not in co n cu rren ce w ith th e Tax Law w ill
m e n i m b u l k a n k e t i d a k a d i l a n b a g i m a s y a r a k a t W a ji b
c a u s e in ju s t ic e t o t h e T a x p a y e r s c o m m u n it y ,
P a ja k , s e h i n g g a d a p a t m e n g a k ib a tk a n t im b u l n y a
so th a t m a y c a u s e T a x D is p u te b e tw e e n th e
S e n g k e t a P a ja k a n t a r a W a ji b P a ja k d a n p e ja b a t y a n g
b e r w e n a n g . P a ja k m e m e g a n g p e r a n p e n t i n g d a n ta x p a y e rs and th e o ffic e r s in ch a rg e . Tax
d a la m p e n y e le s a ia n S e n g k e ta P a ja k d ip e rlu k a n s t a t e 's in c o m e t h e r e f o r e ; t h e s e t t le m e n t o f T a x
je n ja n g p e m e r ik s a a n u la n g v e r tik a l yang le b ih ' D is p u te need s m ore b r ie f v e r tic a l sta g e of
rin g k a s . M e m p e r b a n y a k je n ja n g p e m e r ik s a a n u la n g a u d it. In c r e a s in g th e num ber of sta g e s in
v e r tik a l a k a n m e n g a k ib a tk a n p o te n s i p e n g u la n g a n v e r tic a l a u d it w ill cau se a p o te n tia lity of
p e m e rik s a a n m e n y e lu r u h . P e n y e le s a ia n S e n g k e ta c o m p r e h e n s iv e r e -a u d it. The s e ttle m e n t of
P a ja k s e la m a i n i, d ila k u k a n o le h Badan
T a x D is p u te n o w is b e in g c a r r ie d on by th e
P e n y e le s a ia n S e n g k e t a P a ja k (B P S P ) b e rd a s a rk a n
T a x D is p u te S e ttle m e n t A g e n c y (B P S P ) b a s e d
U n d a n g -U n d a n g N om or 17 Tahun 1997 te n ta n g
o n th e la w n u m b e r 1 7 y e a r 1 9 9 7 c o n c e r n in g
B a d a n P e n y e l e s a i a n S e n g k e t a P a ja k . N a m u n , d a la m
T a x D is p u te S e ttle m e n t A g e n c y . H o w e v e r , in
p e l a k s a n a a n p e n y e l e s a i a n S e n g k e t a P a ja k m e la lu i
B P S P m a s ih te r d a p a t k e tid a k p a s tia n h u k u m y a n g th e im p le m e n ta tio n o f th e s e ttle m e n t o f T a x
d a p a t m e n i m b u l k a n k e t id a k a d ila n . D is p u te th r o u g h th e T a x D is p u te S e ttle m e n t
A g e n c y h a s a n u n c e r ta in ty o f la w a ssu ra n ce
w h ic h m a y c a u s e in ju s t ic e .
k e M a h k a m a h A g u n g m e ru p a k a n u p a y a h u k u m a s se s sm e n t. To a p p e a l re -a ss e ss m e n t to th e
l u a r b i a s a , d i s a m p i n g a k a n m e n g u r a n g i je n ja n g S u p r e m e C o u r t is a n e x tr a o r d in a r y litig a tio n
p e m e r i k s a a n u l a n g v e r t i k a l , ju g a p e n i l a i a n t e r h a d a p p r o p c e s s , b e s id e s it w ill b e r e d u c e th e n u m b e r
kedua asp ek p e m e rik s a a n yang m e lip u ti asp ek o f s ta g e s o f v e r tic a l a u d it, th e e v a lu a tio n to th e
p e n e ra p a n hukum dan asp ek fa k ta -fa k ta yang b o th a s p e c ts o f a u d it w h ic h a re th e a s p e c t o f
m en d a sa ri t e r ja d i n y a s e n g k e ta p e r p a ja k a n , akan
th e im p le m e n ta tio n o f la w a n d th e a s p e c t o f
d ila k u k a n s e k a lig u s o le h M a h k a m a h A g u n g .
th e fa c ts w h ic h c a u s e th e T a x D is p u te , w ill b e
405
done by The Supreme Court all at once.
k e w a ji b a n p e r p a ja k a n n y a t e r le b ih d a h u lu .
C o u r t o b lig e th e T a x p a y e r to p a y 5 0 % (fifty
M e s k ip u n d e m ik ia n p r o s e s p e n y e le s a ia n s e n g k e ta
p e r p a ja k a n m e la lu i P e n g a d ila n P a ja k t id a k p e rc e n t) of th e o b lig a to r y ta x b e fo r e th e
m e n g h a l a n g i p r o s e s p e n a g ih a n P a ja k . p r o c e s s o f th e tr ia l. H o w e v e r th e p ro ce ss o f
th e s e ttle m e n t o f T a x D is p u te th r o u g h tile T a x
C o u rt does not p rev en t th e p rocess of ta x
c o lle c tio n .
T h e T a x C o u r t, w h ic h is r e g u la te d b y th is la w ,
P e n g a d ila n P a ja k yang d ia tu r d a la m U ndang-
has th e s p e c ia l s p e c ific a tio n s in th e
U ndang in i b e rs ifa t k h u su s m enyangkut a ca ra
im p le m e n ta tio n o f th e p r o c e s s o f litig a tio n o f
p e n y e l e n g g a r a a n p e r s id a n g a n s e n g k e t a p e r p a ja k a n
th e tr ia l o f th e s e ttle m e n t o f T a x D is p u te , th o s e
y a it u :
a re:
1. P e n y e l e s a i a n s e n g k e t a p e r p a ja k a n m e m e r l u k a n
te n a g a -te n a g a H a k im k h u s u s y a n g m e m p u n y a i 1. The s e ttle m e n t of Tax D is p u te need s
S a r ja n a H u k u m a t a u S a r ja n a la in . t a x a tio n a n d h a v e u n iv e r s ity d e g r e e i n la w
o r d e g r e e i n o t h e r s u b je c t s .
2. S e n g k e t a y a n g d ip r o s e s d a l a m P e n g a d i l a n P a ja k
2. T h e D is p u te th a t is p r o c e s s e d in th e T a x
k h u s u s m e n y a n g k u t s e n g k e t a p e r p a ja k a n .
C o u r t is o n ly T a x D is p u te .
3. P u t u s a n P e n g a d i l a n P a ja k m e m u a t p e n e ta p a n
3. The D e c is io n of Tax C o u r t c o n ta in s th e
b esa rn y a p a ja k te ru ta n g d ari W a ji b P a ja k ,
a m o u n t o f th e a s s e s s m e n t o f ta x p a y a b le o f
b e ru p a h itu n g a n secara t e k n is p e r p a ja k a n ,
th e ta x p a y e r , in th e fo r m o f ta x c a lc u la tio n ,
s e h in g g a W a ji b P a ja k la n g s u n g m e m p e ro le h
th e re fo r e th e T a x p a y e r w ill g e t th e la w
k e p a s tia n hukum te n ta n g b esa rn y a p a ja k
te ru ta n g y a n g d ik e n a k a n kepad anya. Sebagai a s s u r a n c e o f th e a m o u n t o f th e ta x p a y a b le
a k i b a t n y a je n i s p u tu sa n P e n g a d ila n P a ja k , d i w h ic h is o b lig e to th e ta x p a y e r. As th e
s a m p in g je n i s - je n i s p u tu sa n yang um um r e s u lt, th e ty p e o f th e D e c is io n o f th e T a x
d i t e r a p k a n p a d a p e r a d i l a n u m u m , ju g a b e r u p a C o u r t, a s w e ll a s th e D e c is io n s , w h ic h a re
m e n g a b u lk a n s e b a g ia n , m e n g a b u lk a n c o m m o n , in G e n e r a l C o u r t, a r e a ls o in th e
s e lu r u h n y a , a t a u m e n a m b a h ju m l a h P a ja k y a n g fo r m s o f g r a n tin g p a r tia lly , g r a n tin g a ll, o r
406
m a s i h h a r u s d ib a y a r . a d d in g t h e a m o u n t o f t h e ta x , w h ic h h a s to
b e p a id .
S e b a g a i k o n se k u e n si d a ri k e k h u s u s a n te rs e b u t d i
a ta s, d a la m U n d a n g -U n d a n g in i d ia tu r hukum A s t h e c o n s e q u e n c e s o f th e a b o v e s p e c ia ltie s ,
a ca ra te rs e n d ir i u n tu k m e n y e le n g g a ra k a n w ith in th is la w it is re g u la te d th e litig a tio n
P e n g a d i l a n P a ja k . p r o c e d u re s to c o n d u c t T a x C o u rt.
PA SA L D EM I PA SA L A R T IC L E B Y A R T IC L E
B A B I
CH A PTER 1
KETEN TU A N U M UM G E N E R A L P R O V IS IO N S
B a g ia n P e r ta m a
S e c tio n O n e
P e n g e rtia n
T erm s
P asal 1
A rtic le 1
D a la m U n d a n g -U n d a n g in i y a n g d im a k s u d F o r th e p r u p o s e o f th is la w , th e m e a n in g o f:
dengan:
1. T h e a u th o r iz e d o ffic ia ls a r e D ir e c to r
1. P e ja b a t yang b erw en an g a d a la h D ir e k tu r
J e n d e r a l P a ja k , D ir e k t u r J e n d e r a l B e a dan G e n e r a l o f T a x e s , D ir e c to r G e n e r a l o f
C u k a i, G u b e rn u r, B u p a ti/ W a lik o ta , a ta u E x c is e s a n d C u s to m s , G o v e r n o r s ,
R e g e n ts / M a y o r s , o r o ffic ia ls a s s ig n e d to
p e ja b a t y a n g d it u n ju k u n t u k m e la k s a n a k a n
p e ra tu ra n p e ru n d a n g -u n d a n g a n p e r e n a c t ta x la w s ;
p a ja k a n .
2. T h e ta x e s a re a ll k in d o f ta x e s c o lle c te d b y
2. P a ja k a d a la h sem u a je n is p a ja k yang
th e c e n tr a l g o v e r n m e n t, in c lu d in g e x c is e s
d ip u n g u t o le h P e m e r in ta h P u s a t, te r m a s u k
a n d c u s to m s , a n d ta x e s c o lle c te d b y tile
Bea M asu k dan C u k a i, dan p a ja k yang
lo c a l g o v e r n m e n t ;
d ip u n g u t o le h P e m e r in ta h D aerah ,
b erd asark an p e ra tu ra n p e ru n d an g -
u n d a n g a n y a n g b e rla k u .
3. P e r a t u r a n p e r u n d a n g - u n d a n g a n p e r p a ja k a n 3. T ile ta x la w s a re a ll k in d s o f la w s in ta x
a d a la h s e m u a p e r a tu r a n d i b id a n g m a tte r;
p e r p a ja k a n .
4. T h e d ic is io n is a p r in te d a s s e s s m e n t in ta x
4. K e p u tu s a n a d a la h s u a tu p e n e ta p a n te rtu lis
m a tte r is s u e d b y a u th o r iz e d o ffic ia s
d i b id a n g p e r p a ja k a n y a n g d ik e lu a r k a n o le h
p u r s u a n t to tile ta x la w s a n d in
p e ja b a t yang b erw en a n g b e rd asark an
Im p le m e n tin g tile L a w c o n c e r n in g T a x
p e ra tu ra n p e ru n d a n g -u n d a n g a n
C o lle c tio n w ith C o e rc e W a rr a n t;
p e r p a ja k a n d a n d a la m r a n g k a p e la k s a n a a n
U n d a n g -U n d a n g P e n a g ih a n P a ja k dengan
S u ra t P ak sa.
5. S e n g k e ta P a ja k a d a la h s e n g k e ta yang 5. T h e ta x d is p u te is a d is p u te in ta x m a tte r
tim b u l d a la m b id a n g p e r p a ja k a n a n ta ra b e tw e e n ta x p a y e r o r ta x b e a r e r w ith
407
W a jib P a ja k a t a u p e n a n g g u n g p a ja k d e n g a n a u th o r iz e d o ffic ia l a s a r e s u lt o f d e c is io n
p e ja b a t yang b erw en an g sebagai a k ib a t is s u a n c e th a t c a n b e lo d g e d to a p p e a l o r
d ik e lu a r k a n n y a k e p u tu sa n yang dapat a c c u s a tio n to th e T a x C o u r t p u r s u a n t to
d ia ju k a n b a n d in g a ta u g u g a ta n kepada th e L a w o n T a x C o lle c tio n w ith C o e rc e
P e n g a d ila n P a ja k b e rd a sa rk a n P e r a tu ra n W a rra n t;
p e r u n d a n g - u n d a n g a n p e r p a ja k a n , t e r m a s u k
g u g a ta n a ta s p e la k s a n a a n p e n a g ih a n
b erd asark an U n d a n g -U n d a n g P e n a g ih a n
P a ja k d e n g a n S u r a t P a k s a .
6. T h e a p p e a l is a la w e ffo r t th a t c a n b e d o n e
6. B a n d in g a d a la h u p a y a h u k u m yang dapat
b y ta x p a y e r o r ta x b e a r e r o n d e c is io n th a t
d ila k u k a n o le h W a jib P a ja k a ta u
c a n b e lo d g e d to a p p e a l, p u r s u a n t to th e
penanggu ng p a ja k te rh a d a p s u a tu
r e g u la tin g ta x la w s ;
k e p u tu sa n yang dapat d ia ju k a n b a n d in g ,
b erd asark an p e ra tu ra n p e ru n d a n g -
u n d a n g a n p e r p a ja k a n y a n g b e r la k u .
7. T h e a c c u s a tio n is a la w e ffo r t th a t c a n b e
7. G u g a ta n a d a la h u p a y a h u k u m y a n g d a p a t d o n e b y ta x p a y e r o r ta x b e a re r o n
d ila k u k a n o le h W a jib P a ja k a ta u im p le m e n ta tio n o f ta x c o lle c tio n o r o n
penanggung p a ja k te rh a d a p p e la k s a n a a n d e c is io n th a t c a n b e lo d g e d to a c c u s a tio n
p e n a g ih a n p a ja k a t a u te rh a d a p k e p u tu sa n p u r s u a n t to tile r e g u la tin g ta x la w s ;
y a n g d a p a t d ia ju k a n g u g a ta n b e rd a s a rk a n
p e r a t u r a n p e r u n d a n g - u n d a n g a n p e r p a ja k a n
y a n g b e rla k u .
t e r b a n d in g k e p a d a P e n g a d ila n P a ja k y a n g a p p e a le d n o tic e to th e T a x C o u r t
b e r is i ja w a b a n a ta s a la s a n b a n d in g yang s o n ta in in g a n s w e r s o n a p p e a l re a s o n s
d ia ju k a n o le h p e m o h o n b a n d in g . p ro p o se d b y accu ser;
9. S u r a t T a n g g a p a n a d a la h s u ra t d a r i te rg u g a t
9. T h e R e p ly N o tic e is a n o tic e f r o m a c c u s e d -
kepada P e n g a d ila n P a ja k yang b e r is i
p a r ty to th e T a x C o u r t c o n ta in in g a n s w e r s
ja w a b a n a ta s g u g a ta n y a n g d ia ju k a n o le h
o n a c c u s a tio n p r o p o s e d b y a c c u s e r ;
p e n g g u g a t.
1 1 . T a n g g a l d ik ir im a d a la h ta n g g a l s te m p e l p o s
1 1 . T h e s e n t-d a te is a s e a le d p o s t s e n d in g d a te ,
p e n g ir im a n , ta n g g a l fa k s im ile , a ta u d a la m
a fa c s im ile d a te , o r in c a s e d ir e c t filin g is a
hal d is a m p a ik a n secara la n g s u n g a d a la h
d a t e w h e n n o tic e , d e c is io n , o r d e c r e e is
ta n g g a l pada saat su ra t, k e p u tu sa n , a ta u
d ir e c tly file d ;
p u tu s a n d is a m p a ik a n s e c a r a la n g s u n g .
408
p u tu s a n d ite r im a s e c a r a la n g s u n g . d e c is io n , o r d e c r e e is d ir e c tly re c e iv e d ;
1 3 . T h e C h ie f, th e V ic e C h ie f, a n d th Ju d g e a r e
1 3 . K e tu a , W a k il K e tu a , dan H a k im a d a la h
C h ie f, V ic e C h ie f, a n d J u d g e o n th e T a x
K e tu a , W a k il K e tu a , dan H a k im pada
C o u rt;
P e n g a d i l a n P a ja k .
1 4 . H a k im Tunggal a d a la h H a k im yang 1 4 . T h e S in g le J u d g e is ju d g e a s s ig n e d b y
d it u n ju k o le h K e t u a u n t u k m e m e r ik s a d a n C h ie f to e x a m in e a n d to d e c id e ta x d is p u te
m e m u tu s S e n g k e ta Pajak dengan acara w ith fa st p ro ce ss;
ce p a t.
1 5 . H a k im A n g g o ta a d a la h H a k im d a la m s u a tu 1 5 . T h e M e m b e r J u d g e is a J u d g e in a C o u n c il
M a je lis yang d it u n ju k o le h K e tu a u n tu k a s s ig n e d b y th e C h ie f to b e a m e m b e r in
m e n ja d i a n g g o t a d a l a m m a je lis . C o u n c il;
16. H a k im K e tu a a d a la h H a k im A n g g o ta y a n g
1 6 . T h e C h ie f Ju d g e is a M e m b e r Ju d g e
d it u n ju k o le h K e tu a u n tu k m e m im p in
a s s ig n e d b y th e C h ie f to le a d a s e s s io n ;
s id a n g .
1 7 . S e k r e ta r is , W a k il S e k r e ta r is , d a n S e k r e ta r is 1 7 . T h e S e c r e ta r y , th e V ic e S e c r e ta r y , a n d th e
P e n g g a n ti a d a la h S e k re ta ris , W a k il D e p u ty S e c r e ta r y a r e S e c r e ta r y , V ic e
S e k k r e ta r is , d a n S e k r e ta r is P e n g g a n ti p a d a S e c r e ta r y , a n d D e p u ty S e c r e ta r y o n th e T a x
P e n g a d ila n P a ja k . C o u rt;
1 8 . P a n ite r a ,
P e n g g a n ti
W a k il
a d a la h
P a n ite r a , dan
S e k r e ta r is ,
P a n ite r a
W a k il
18. TheRecorder, theViceRecorder, andthe
D e p u ty R e c o r d e r a r e R e c o r d e r , V ic e
S e k re ta ris , dan S e k r e ta r is P e n g g a n ti
R e c o rd e r, a n d D e p u ty R e c o rd e r o n T a x
P e n g a d ila n P a ja k yang m e la k s a n a k a n
C o u rt;
fu n g s i k e p a n ite ra a n .
1 9 . M e n te r i a d a la h M e n te r i K e u a n g a n R e p u b lik 1 9 . T h e M in is te r is th e M in is te r o f F in a n c e o f
In d o n e s ia . th e R e p u b lic o f In d o n e s ia .
P e n je la s a n P a s a l 1 E lu c id a tio n o f A rtic le 1
C u k u p je l a s S u ffic ie n ly c le a r
S e c tio n T w o
B a g ia n K e d u a
K edudukan P o s itio n
P asal 2
A rtic le 2
m e n c a r i k e a d i l a n t e r h a d a p S e n g k e t a P a ja k .
409
Penjelasan Pasal 2 Elucidation of Article 2
Pasal 3 Article 3
D engan U n d a n g -U n d a n g in i d ib e n tu k B y th is la w , th e T a x C o o u r t is e s ta b lis h e d in
P e n g a d ila n P a ja k yang b e rk e d u d u k a n di th e C a p ita l o f S ta te .
Ib u k o ta N e g a ra .
Pasal 4 Article 4
(1 ) S id a n g P e n g a d ila n P a ja k d ila k u k a n di (1 ) T h e T a x C o u r t S e s s io n is d o n e in th e
te m p a t kedud ukannya dan a p a b ila d w e llin g -p la c e a n d if n e e d e d c a n b e d o n e
d ip a n d a n g p e r lu d a p a t d ila k u k a n d i te m p a t in th e o th e r p la c e ,
la in .
(2 ) T e m p a t s id a n g s e b a g a im a n a d im a k s u d p a d a <2 ) ^ P la c e o f s e s s io n a s r e fe r r e d to in v e r s e
a y a t (1 ) d ite ta p k a n o le h K e tu a . W is d e c id e d b y th e C h ie f
Penjelasan Pasal 4
Elucidation of article 4
Ayat (1)
Pada h a k ik a tn y a te m p a t s id a n g P e n g a d ila n Paragraph (1)
P a ja k d ila k u k a n d ite m p a t kedud ukannya. B a s ic a lly th e lo c a tio n o f th e tria l o f T a x C o u r t
N am un, dengan p e r tim b a n g a n u n tu k is c o n d u c te d on th e s ite of th e c o u rt.
m e m p e r la n c a r dan m e m p e rce p at penanganan H o w e v e r , d u e to th e c o n s id e r a tio n o f th e tim e
410
S e n g k e t a P a ja k , t e m p a t s id a n g d a p a t d ila k u k a n a n d to a c c e le r a te th e p r o c e s s o f s e ttle m e n t th e
d i t e m p a t la in . H a l in i s e s u a i d e n g a n p r in s ip T a x D is p u te , th e lo c a tio n o f th e tr ia l c a n b e
p e n y e le s a ia n p erk ara yang d ila k u k a n dengan c o n d u c te d o n o th e r p la c e . T h is in b a s e d on
s e d e r h a n a , c e p a t, d a n b ia y a r in g a n . th e p r in c ip le o f fa s t, c h e a p a n d s im p le p r o c e s s
o f s e ttle m e n t.
Ayat (2)
C u k u p je la s Paragraph (2)
S u ffic ie n tly c le a r
Pasal 5 Article 5
(1 ) P e m b in a a n te k n is p e r a d ila n bagi (1 ) T h e t e c h n ic a l ju d ic a t u r e g u id a n c e f o r t h e
P e n g a d ila n P a ja k d ila k u k a n o le h T a x C o u rt is d o n e b y th e S u p r e m e C o u rt.
M ahkam ah A gung.
(2 ) The o r g a n iz a tio n a l, a d m in is tr a tiv e , and
(2 ) P e m b in a a n o r g a n is a s i, a d m in is tr a s i, dan
fin a n c ia l g u id a n c e fo r th e Tax C o u rt is
k e u a n g a n b a g i P e n g a d ila n P a ja k d ila k u k a n
d o n e b y th e M in is tr y o f F in a n c e .
o le h D e p a r te m e n K e u a n g a n .
BAB H CHAPTER II
SUSUNAN PENGADILAN PAJAK COMPOSITION OF THE TAX COURT
Article 6
Pasal 6
Su su n an P e n g a d ila n P a ja k te r d ir i d ari The c o m p o s itio n of th e Tax C o u rt is
P im p in a n , H a k im A n g g o ta , S e k r e ta r is , dan C h a ir m a n , M em ber Ju d g e , S e c re ta ry , and
P a n ite ra . R eco rd er.
411
Pasal 7 Article 7
P im p in a n P e n g a d ila n P a ja k t e r d ir i d a r i s e o r a n g T h e C h a ir m a n o f th e T a x C o u r t c o n s is ts o f o n e
K e tu a d a n p a lin g b a n y a k 5 ( lim a ) o r a n g W a k il C h ie f a n d m a x im u m 5 (fiv e ) V ic e C h ie f.
K e tu a .
W a k il K e tu a d a p a t le b ih d a r i s a tu d id a s a r k a n V ic e C h a ir m a n c a n b e m o r e th a n o n e b a s e d o n
pada ju m la h S e n g k e ta P a ja k yang h a ru s th e u m b e r o f T h e T a x D is p u te s , w h ic h h a v e to
d is e le s a ik a n . A p a b ila ju m la h S e n g k e ta P a ja k b e s e ttle d . I f th e n u m b e r s o f T a x D is p u te s
s u d a h tid a k d a p a t d ita n g a n i o le h s e o r a n g W a k il c a n n o t b e h a n d le d b y o n e V ic e C h a irm a n , th a n
K e tu a , d ip e r lu k a n le b ih d a r i s a tu W a k il K e tu a . it is need ed to have m o re th a n one V ic e
D a la m h a l W a k il K e tu a le b ih d a r i s a tu , tu g a s C h a ir m a n . In case o f V ic e C h a ir m a n m o re
tia p -tia p W a k il K e tu a d a p a t d is e s u a ik a n d e n g a n th a n one, th e a s s ig n m e n t of th e each V ic e
je n is P a ja k , w ila y a h k a n to r p e r p a ja k a n , C h a ir m a n c a n b e a llo c a te d to th e ty p e o f ta x e s ,
d a n / a t a u ju m l a h S e n g k e t a P a ja k . ju r is d ic t io n o f ta x o f fic e , a n d / o r th e n u m b e r o f
T a x D is p u te s .
Pasal 8 Article 8
(1 ) H a k im d ia n g k a t o le h P r e s id e n d a r i d a fta r (1 ) T h e Ju d g e is a p p o in te d b y th e P r e s id e n t
n a m a c a lo n y a n g d iu s u lk a n o le h M e n te r i fr o m th e lis t o f c a n d id a te s p r o p o s e d b y th e
s e te la h m endapat p e r s e tu ju a n K e tu a m in is te r a fte r g e ttin g a p p r o v a l f r o m th e
M ahkam ah A gung. C h ie f o f th e S u p r e m e C o u rt.
(2 ) K e tu a dan W a k il K e tu a d ia n g k a t o le h
(2 ) T h e C h ie f a n d th e V ic e C h ie f a re
P r e s id e n d a r i p a r a H a k im y a n g d iu s u lk a n
a p p o in te d b y th e P r e s id e n t fr o m Ju d g e s
M e n te ri s e te la h m endapat p e r s e tu ju a n
p r o p o s e d b y th e M in is te r a fte r g e ttin g
K e tu a M a h k a m a h A g u n g .
a p p r o v a l fr o m th e C h ie f o f th e C u p r e m e
(3 ) K e tu a , W a k il K e tu a d a n H a k im d ia n g k a t C o u rt.
u n t u k m a s a ja b a t a n s e la m a 5 (lim a ) t a h u n
d a n d a p a t d i p e r p a n ja n g u n t u k 1 ( s a t u ) k a l i (3 ) T h e C h ie f, th e V ic e C h ie f a n d th e J u d g e s
m a s a ja b a t a n . a r e a p p o in te d fo r a p e r io d o f d u ty o f 5
(fiv e ) y e a r s , a n d a f t e r th a t c a n b e
(4 ) K e tu a , W a k il K e tu a , dan H a k im a d a la h
le n g t h e n e d f o r a n e p e r io d o f d u ty .
p e ja b a t n e g a r a y a n g m e la k s a n a k a n tu g a s
k e k u a s a a n k e h a k im a n d i b id a n g S e n g k e ta
(4 ) T h e C h ie f, th e V ic e C h ie f, a n d th e Ju d g e s
P a ja k .
a r e g o v e r n m e n t o ffic ia ls d o in g th e
ju d ic ia r y p o w e r ju s t ic e i n t h e f ie ld o f t a x
d is p u te .
412
Penjelasan Pasal 8 Elucidation of Article 8
C u k u p je la s S u ffic ie n tly c le a r
Pasal 9 Article 9
(1 ) U n tu k dapat d ia n g k a t m e n ja d i H a k im , (1 ) T o b e lia b le to b e a p p o in te d a s a J u d g e ,
s e tia p c a lo n h a r u s m e m e n u h i s y a r a t-s y a r a t e v e r y c a n d id a te m u s t m e e t th e s e
s e b a g a i b e r ik u t: c o n d itio n s :
a. w a r g a n e g a r a In d o n e s ia ;
a. c itiz e n o f In d o n e s ia ;
b. b eru m u r p a lin g re n d a h 45 ' b. a t le a s t 4 5 y e a r s o ld ;
(e m p a t p u lu h lim a ) ta h u n ; c. p io u s to th e G o d A lm ig h ty ;
d. lo y a l to P a n c a s ila a n d th e 1 9 4 5
c. b e rta k w a kepada Tuhan Y ang
C o n s titu tio n ;
M ah a E sa;
e. n e v e r in v o lv e d in a n a c tiv ity b e tr a y in g
d. s e tia kepada P a n c a s ila dan U ndang-
th e S ta te o f th e R e p u b lic o f In d o n e s ia ,
U n d an g D asar 1945;
b a s e d o n P a n c a s ila a n d th e 1 9 4 5
e. tid a k p ern ah te r lib a t d a la m k e g ia ta n C o n s titu tio n , o r in v o lv e d in a n ille g a l
yang m e n g k h ia n a ti N e g a r a K e sa tu a n o r g a n iz a tio n ;
R e p u b lik In d o n e s ia yang b e rd asark an f. h a v in g a n e x p e r tis e in ta x a tio n a n d
P a n c a s ila dan U n d a n g -U n d a n g D asar h o ld in g a la w -d e g r e o r a n o th e r d e g r e e ;
1 9 4 5 a ta u te r lib a t o r g a n is a s i te r la r a n g ; g. a u th o r iz e d , h o n e s t, fa ir , a n d g o o d -
behave;
f. m em punyai k e a h lia n di b id a n g
h. n e v e r p u n is h e d d u e to d o in g a c r im in a l
p e r p a ja k a n dan b e r ija z a h s a r ja n a
a c t;
h u k u m a t a u s a r ja n a la in ;
i. p h y s ic a lly a n d s p ir itu a lly h e a lth y .
g. b e r w ib a w a , ju ju r , a d il, d a n b e r k e la k u a n
tid a k te r c e la ; (2 ) I n e x a m in in g a n d d e c id in g a p a r tic u la r t a x
m e la k u k a n tin d a k p id a n a k e ja h a ta n ; c a n a p p o in t A d H o c -Ju d g e a s M e m b e r
dan Ju d g e .
i. s e h a t ja s m a n i d a n r o h a n i.
(3 ) T o b e lia b e l to b e a p p o in te d a s A d H o c -
S e n g k e ta P a ja k te rte n tu yang m e m e r lu k a n r e f e r r e d to in v e r s e (1 ) e x c lu d in g f ig u r e b
k e a h lia n kh u su s. K e tu a dapat m e n u n ju k a n d f.
H a k im A d H o c s e b a g a i H a k im A n g g o ta .
(4 ) T h e p r o h ib itio n a s r e fe r r e d to in th e
(3 ) U n t u k dapat d i t u n ju k s e b a g a i H a k im Ad
A r tic le 1 2 v e r s e (1 ) fig u r e f is n o t h e ld fo r
H oc, sese o ra n g h a ru s m em enuhi sy a ra t-
A d H o c - Ju d g e .
s y a r a t s e b a g a im a n a d im a k s u d p a d a a y a t (1 )
k e c u a li h u r u f b d a n h u r u f f.
(5 ) T h e p r o c e d u r e o f a p p o in tm e n t o f th e A d
(4 ) L a r a n g a n s e b a g a im a n a d im a k s u d d a la m H o c Ju d g e in th e T a x C o u r t a s r e fe r re d to
P a s a l 1 2 a y a t (1 ) h u r u f f tid a k b e r la k u b a g i in v e r s e (2 ) s h a ll b e s tip u la te d b y a
413
Hakim Ad Hoc. Minister Decree.
(5 ) T a t a c a r a p e n u n ju k a n H a k im A d H o c p a d a
P e n g a d ila n P a ja k s e b a g a im a n a d im a k s u d
pada ayat (2 ) d ia tu r dengan K e p u tu sa n
M e n te r i.
Pasal 10 Article 10
(1 ) S e b e lu m m em angku ja b a t a n n y a , K e tu a ,
(1 ) B e fo r e h o ld in g d u ty , th e C h ie f, th e V ic e
W a k il K e tu a , d a n H a k im h aru s b ersu m p a h
C h ie f, a n d th e Ju d g e s h a ll b e o lig e d to
a ta u b e r ja n ji m en u ru t agam anya a ta u
s w e a r o r p r o m is e p u r s u a n t to th e ir o w n
k e p ercay aan n y a, yang b erb u n y i sebagai
r e lig io n s o r b e lie fs , a s fo llo w s :
b e r ik u t:
" S a y a b e r s u m p a h / b e r ja n ji d e n g a n s u n g g u h - "I s e r io u s ly s w e a r / p r o m is e th a t I, fo r
sunggu h bahw a saya, u n tu k m em angku h o ld in g th is d u ty , d ir e c tly o r in d ir e c tly , b y
ja b a t a n saya in i, la n g s u n g a ta u tid a k nam e of o th e r m ean s, do not g iv e or
la n g s u n g , d e n g a n m e n g g u n a k a n n a m a a ta u p r o m is e s o m e th in g to w h o m e v e r "
c a r a a p a p u n ju g a , t id a k m e m b e r ik a n a t a u
m e n ja n ji k a n b aran g s e s u a tu kepada s ia p a " I s w e a r / p r o m is e th a t I, fo r d o in g o r n o t
p u n ju g a ." d o in g s o m e th in g in th is d u ty , w ill n e v e r
u n tu k m e la k u k a n a ta u tid a k m e la k u k a n w h o e v e r p r o m is e o r p r e s e n t"
s e s u a tu d a la m ja b a t a n in i, t id a k s e k a li-k a li
akan m e n e r im a la n g s u n g a ta u tid a k I s w e a r / p r o m is e th a t I w ill b e lo y a l to a n d
414
K e tu a / H a k im P e n g a d ila n P a ja k yang (3 ) T h e Ju d g e d e liv e r s s w e a r o r p r o m is e in
b e r b u d i b a ik d a n ju ju r d a la m m e n e g a k k a n f o n t o f th e C h ie f.
h u k u m d a n k e a d ila n ."
Pasal 11 Article 11
(1 ) P e m b in a a n dan p en g aw asan um um (1 ) T h e g e n e r a l g u id a n c e a n d s u p e r v is io n o f
te r h a d a p H a k im d ila k u k a n o le h M a h k a m a h ju d g e is d o n e b y t h e S u p r e m e C o u r t.
A gung.
(2 ) T h e C h ie f d o e s g u id a n c e a n d s u p e r v is io n
(2 ) K e tu a m e la k u k a n p e m b in a a n dan
o n d u ty p e rfo rm a n c e a n d b e h a v io r o f th e
p en g aw asan te rh a d a p p e la k s a n a a n tu g a s
V ic e , C h ie f, th e Ju d g e , and th e
dan p e r ila k u W a k il K e tu a , H a k im , dan
S e c re ta ry / R e c o rd e r.
S e k r e ta r is / P a n ite r a .
(3 ) P e m b in a a n dan p en g aw asan s e b a g a im a n a (3 ) T h e g u id a n c e a n d s u p e r v is io n a s r e fe r r e d
d im a k s u d p a d a a y a t (1 ) d a n a y a t (2 ) tid a k to in v e rse (1 ) and v erse (2 ) m u st not
b o le h m e n g u r a n g i k e b e b a s a n H a k im d a la m r e d u c e f r e e d o m o f ju d g e i n e x a m in in g a n d
m e m e r i k s a d a n m e m u t u s S e n g k e t a P a ja k . d e c id in g ta x d is p u te .
Pasal 12 Article 12
(1 ) H a k i m t i d a k b o l e h m e r a n g k a p m e n ja d i:
(1 ) T h e Ju d g e c a n n o t a ls o h o ld th e p o s itio n o f:
a. p e la k s a n a p u t u s a n P e n g a d ila n P a ja k ;
o le h n y a ; e x a m in e d or is b e in g e x a m in e d by
h im / h e r ;
c. p en aseh at h u k u m ;
c. a n a d v o c a te ;
d. k o n s u lt a n p a ja k ; d. a ta x c o n s u lta n t;
415
e. a k u n ta n p u b lik ; d a n / a ta u e. p u b lic A c c o u n ta n a n d / o r
f. a b u s in e s s m a n
f. p en gu sah a.
(2 ) E x c lu d in g p o s itio n a s r e fe r r e d to in v e r s e
(2 ) S e la in ja b a t a n s e b a g a im a n a d im a k s u d p a d a (1 ), o th e r p o s itio n th a t c a n n o t a ls o b e h e ld
ayat (1 ) ja b a ta n la in ’ y a n g tid a k b o le h b y ju d g e s h a ll b e f u r t h e r s t ip u la t e d b y a
d ir a n g k a p o le h H a k im d ia tu r le b ih la n ju t G o v e rn m e n t D ecree.
d e n g a n P e r a tu r a n P e m e rin ta h .
P e n je la s a n P a s a l 1 2 E lu c id a tio n o f A r tic le 1 2
C u k u p je la s S u ffic ie n tly c le a r
P asal 13 A rtic le 1 3
(1 ) K e tu a , W a k il K e tu a , dan H a k im (1 ) T h e C h ie f a n d V ic e C h ie f, a n d th e Ju d g e
ja b a ta n n y a o le h P r e s id e n a ta s u s u l M e n te r i b y th e P r e s id e n t b a s e d o n p r o p o s a l o f th e
a. p e r m in ta a n s e n d ir i;
a . s e lf-r e q u e s t;
b. s a k it ja s m a n i d a n r o h a n i t e r u s m e n e r u s ; b. c o n tin u o u s p h y s ic a l and s p ir itu a l
u n h e a lth y ;
c. te la h b eru m u r 65 (en a m p u lu h lim a )
c. a lr e a d y 6 5 (s ix ty f iv e ) y e a r s o ld ;
ta h u n ; a ta u
d. n o t g o o d in p e r fo r m in g o f d u ty .
d. t e r n y a t a t id a k c a k a p d a la m m e n ja la n k a n
tu g a s . (2 ) T h e C h ie f a n d V ic e C h ie f, a n d th e Ju d g e
s e te la h m endapat p e r s e t u ju a n K e tu a C h ie f o f th e S u p r e m e C o u r t d u e to te S ta te
d ib u t u h k a n o le h n e g a r a u n t u k m e n ja la n k a n
tu g a s n e g a r a la in n y a . (3 ) T h e C h ie f a n d V ic e C h ie f, a n d th e Ju d g e
p a s s in g aw ay are a u to m a tic a lly
(3 ) K e tu a , W a k il K e tu a , dan H a k im yang
r e s p e c tfu lly r e tir e d fr o m th e ir d u tie s b y a
m e n in g g a l d u n ia , d e n g a n s e n d ir in y a
P r e s id e n t D e c re e .
d ib e r h e n tik a n dengan h o rm at d ari
ja b a ta n n y a d e n g a n K e p u t u s a n P r e s id e n .
416
Penjelasan Pasal 13 Elucidation of Article 13
Pasal 14 Article 14
K e tu a , W a k il K e tu a , d a n H a k im d ib e r h e n tik a n
T h e C h ie f a n d V ic e C h ie f, a n d th e J u d g e a re
tid a k dengan h orm at d ari ja b a ta n n y a o le h
r e s p e c tfu lly r e tir e d fro m th e ir d u tie s b y th e
P r e s id e n a ta s u s u l M e n te r i, s e te la h m endapat
P r e s id e n t b a s e d on p r o p o s a l o f th e M in is te r
p e r s e t u ju a n K e tu a M ahkam ah A gung dengan
a fte r g e ttin g a p p r o v a l f r o m th e C h ie f o f th e
a la s a n :
S u p r e m e C o u r t w ith re a s o n s:
a. d ip id a n a k a r e n a b e r s a la h m e la k u k a n tin d a k a. p u n is h e d d u e to d o in g c r im in a l a c t;
p id a n a k e ja h a ta n ; b. d o in g a b a d b e h a v io r ;
c. c o n tin u o s ly n e g le c tin g o b lig a tio n s in
b. m e la k u k a n p e r b u a ta n te r c e la ;
p e r fo r m in g th e d u tie s ;
c. t e r u s m e n e r u s m e l a l a i k a n k e w a ji b a n d a l a m d. v i o l a t i n g d u t y 's s w e a r / p r o m i s e ;
m e n ja la n k a n t u g a s p e k e r ja a n n y a ; e. v io la tin g p r o h ib itio n as re fe rre t to in
A r tic le 12 .
d. m e l a n g g a r s u m p a h / ja n ji ja b a t a n ; a t a u
e. m e la n g g a r la r a n g a n s e b a g a im a n a d im a k s u d
d a la m P a s a l 12.
417
a d a la h sem u a tu g a s y a n g d ib e b a n k a n k e p a d a c o n c e r n e d w ith .
y a n g b e rs a n g k u ta n .
Pasal 15 Article 15
(2 ) M a je lis K e h o r m a t a n H a k im b e r t u g a s : (2 ) T h e Ju d g e H o n o r C o u n c il d o e s :
418
P e n je la s a n P a s a l 1 6 Elucidation of Article 16
C u k u p je la s S u ffic ie n tly c le a r
Pasal 17 Article 17
(1 ) K e tu a , W a k il K e tu a , dan H a k im s e b e lu m (1 ) T h e C h ie f, t h e V ic e C h ie f, a n d th e Ju d g e
d ib e r h e n tik a n tid a k dengan h o rm a t, b e fo r e u n -r e s p e c tfu lly re tir e d , are
d ib e r h e n tik a n s e m e n ta r a o le h P r e s id e n a ta s te m p o ra r y r e tir e d b y P r e s id e n t b a s e d on
u su l M e n te ri dengan p e r s e tu ju a n K e tu a p r o p o s a l o f th e M in is te r w ith a p p r o v a l o f
M ahkam ah A gung. th e C h ie f o f th e S u p r e m e C o u rt.
Pasal 18 Article 18
419
Pasal 19 Article 19
(1 ) A p a b ila d a la m p e m e r ik s a a n te r h a d a p K e tu a , (1 ) I f th e C h ie f, th e V ic e C h ie f. O r th e Ju d g e
W a k il K e tu a , a ta u H a k im yang te la h a s re fe rre d to in A r tic le 1 8 v e s e (1 ) it is
d ita n g k a p dan d ita h a n s e b a g a im a n a p ro v en th a t n o c r im in a l a c t is d o n e , th e
d im a k s u d d a la m P a s a l 1 8 a y a t (1 ) te r n y a ta C h ie f, th e V ic e C h ie f, or th e Ju d g e is
tid a k te rb u k ti m e la k u k a n tin d a k p id a n a , r e t u r n e d to th e ir d u tie s .
K e tu a , W a k il K e tu a , a ta u H a k im d im a k s u d
d ik e m b a lik a n k e ja b a t a n s e m u la . (2 ) I f p r o s e c u tio n o f th e C h ie f, th e V ic e C h ie f,
o r th e Ju d g e a s re fe rre d to in A r tic le 1 8
(2 ) A p a b ila tu n tu ta n p id a n a te rh a d a p K e tu a ,
v e r s e (2 ) is n o t p r o v e n b a s e d o n th e c o u r t
W a k il K e tu a , a ta u H a k im s e b a g a im a n a
d e c is io n h a v in g d e fin ite ly la w p o w e r, th e
d im a k s u d d a la m P asal 18 ayat (2 ) tid a k
C h ie f, th e V ic e C h ie f, or th e Ju d g e is
te rb u k ti b e rd a sa rk a n p u tu sa n p e n g a d ila n
r e t u r n e d to t h e ir d u tie s .
yang te la h m e m p e r o le h k e k u a ta n hukum
te ta p , K e tu a , W a k il K e tu a , a ta u H a k im
d im a k s u d d ik e m b a lik a n k e ja b a t a n s e m u la .
Pasal 20 Article 20
(1 ) K e tu a , W a k il K e tu a , a ta u H a k im dapat (1 ) T h e C h ie f, th e V ic e C h ie f, o r th e Ju d g e
d ita n g k a p d a n / a ta u d ita h a n hanya a ta s can o n ly be a rre ste d and/or
p e r in ta h Ja k sa A gung s e te la h m endapat ap p reh en d ed a fte r g e ttin g ap p rov al of
p e r s e t u ju a n P r e s id e n , k e c u a li d a la m h a l: th e P r e s id e n t, e x c lu d in g o n :
a. te rta n g k a p ta n g a n m e la k u k a n tin d a k a. ta k e n r e d -h a n d e d d o in g c r im in a l a c t;
p id a n a k e ja h a ta n ; a t a u or
b. d is a n g k a te la h m e la k u k a n tin d a k p id a n a b. su s p e c te d d o in g a c r im in a l act
k e ja h a ta n y a n g d ia n c a m d e n g a n p id a n a th re a te n e n d by d e a th p u s n is h m e n t,
m a ti, a ta u tin d a k p id a n a k e ja h a ta n o r a c r im in a l a c t o f th e s ta te s e c u r ity .
te rh a d a p k e a m a n a n n e g a ra .
(2 ) Im p e le n ta tio n o f a r r e s t o r a p p r e h e n s io n
(2 ) P e la k s a n a a n p e n a n g k a p a n a ta u p e n a h a n a n a s r e f e r r e d to v e r s e (1 ) a t a m a x im u m o f 2
s e b a g a im a n a d im a k s u d p a d a a y a t (1 ) p a lin g (tw o ) tim e s 2 4 (tw e n ty fo u r ) h o u r s m u s t
la m b a t d a la m w a k tu 2 (d u a ) k a li 2 4 (d u a be r e o ir te d to th e C h ie f of th e H ig h
p u lu h e m p a t) ja m h a r u s s u d a h d ila p o r k a n Ju s tic e C o u rt.
k e p a d a K e tu a M a h k a m a h A g u n g .
420
Pasal 21 Article 21
K e te n tu a n le b ih la n ju t m engenai ta ta ca ra M o r e d e ta ile d r u le s c o n c e r n in g p r o c e d u r e s o f
p e m b e r h e n tia n se m e n ta ra , p e m b e r h e n tia n te m p o r a r y r e tir e m e n t, r e s p e c tfu lly re tir e m e n t,
dengan h o rm a t, dan p e m b e r h e n tia n tid a k and u n -r e s p e c tfu lly r e tir e m e n t o f th e C h ie f,
d e n g a n h o r m a t K e tu a , W a k il K e tu a , a ta u H a k im th e V ic e C h ie f, o r th e J u d g e a n d h is / h e r rig h ts
se rta h a k -h a k n y a d ia tu r dengan P e r a tu ra n s h a ll b e s tip u la te d b y a G o v e r n m e n t D e c re e .
P e m e r in ta h .
P e n je la s a n P a s a l 2 1 E lu c id a tio n o f A rtic le 2 1
C u k u p je la s S u ffic ie n tly c le a r
B a g ia n K e lim a S e c tio n F iv e
P r o to c o l a n A llo w a n c e
P r o t o k o le r d a n T u n ja n g a n
P asal 22 A r tic le 2 2
(1 ) K e d u d u k a n p r o to k o le r K e tu a , W a k il K e tu a , (1 ) T h e p r o to c o l p o s itio n o f th e C h ie f, th e V ic e
dan H a k im d ia tu r dengan P e r a ta r a n C h ie f, a n d th e Ju d g e s h a ll b e s tip u la te d
P e m e r in ta h . b a y a G o v e rn m e n t D ecree.
(2 ) T u n ja n g a n dan k e te n tu a n la in n y a bagi
(2 ) T h e a llo w a n c e a n d th e o th e r r u le s f o r th e
K e tu a , W a k il K e tu a , H a k im , S e k r e ta r is ,
C h ie f, th e V ic e C h ie f, a n d th e Ju d g e , th e
W a k il S e k r e ta r is , d a n S e k r e ta r is P e n g g a n ti
S e c r e ta r y , th e V ic e S e c r e ta r y , th e D e p u ty
d ia tu r d e n g a n K e p u tu s a n M e n te r i.
S e c r e ta r y s h a ll b e s tip u la te d b y a M in is te r
D ecree.
P e n je la s a n P a s a l 2 2 E lu c id a tio n o f A rtic le 2 2
C u k u p je la s S u ffic ie n tly c le a r
B a g ia n K e e n a m S e c tio n S ix
S e k r e ta r is , W a k il S e k r e ta r is , d a n S e k re ta ris S e c re ta ry , V ic e S e c re ta ry , a n d D e p u ty
P e n g g a n ti S e c re ta ry
P asal 23 A r tic le 2 3
S e k r e ta r is m e m im p in s e k r e ta r ia t yang T h e S e c r e ta r y le a d s s e c r e ta r ia t h a v in g d u ty o n
m em punyai tu g a s p e la y a n a n di b id a n g s e r v ic e o f g e n e r a l a d m in is tr a tio n , a s s is te d b y
a d m in is tr a s i um um , d ib a n tu o le h seoran g o n e V ic e S e c r e ta r y .
W a k il S e k re ta ris .
421
Penjelasan Pasal 23 Elucidation of Article 23
Pasal 24 Article 24
S e b e lu m m e m a n g k u ja b a ta n , S e k r e ta r is / W a k il B e fo re h o ld in g d u ty , th e S e c r e ta r y / th e V ic e
S e k r e t a r i s / S e k r e t a r i s P e n g g a n t i w a ji b d i a m b i l S e c r e ta r y / th e D e p u ty S e c re ta ry s h a ll be
S a y a b e r s u m p a h / b e r ja n ji :
I s w e a r / p r o m is e ;
"b ah w a saya, u n tu k d ia n g k a t m e n ja d i
S e k r e ta r is / W a k il S e k r e ta r is / S e k r e ta r is "th a t I, to be s s ig n e d as S e c r ta r y / V ic e
P e n g g a n ti akan s e tia dan ta a t sep en u h n ya S e cre ta ry / D e p u ty S e c re ta ry , w ill fu lly be
k e p a d a P a n c a s ila , U n d a n g U n d a n g D a s a r 1 9 4 5 , lo y a l and obey P a n c a s ila , th e 1945
n e g a r a , d a n P e m e rin ta h "; C o n s titu tio n , th e S ta te , a n d th e G o v e r n m e n t" .
" b a h w a s a y a a k a n b e k e r ja d e n g a n ju ju r , t e r t ib ,
422
c e rm a t, dan b e rsem a n g a t u n tu k k e p e n tin g a n
n e g a ra ".
Pasal 25 Article 25
(1 ) S e k r e ta r is / W a k il S e k r e ta r is / S e k r e ta r is
(1 ) The S e c r e ta r y / th e V ic e S e c r e ta r y / th e
P e n g g a n ti, d a n pegaw ai S e k r e ta r ia t
D e p u ty S e c re ta ry and o ffic ia l of th e
P e n g a d ila n P a ja k a d a la h pegaw ai n e g e ri
S e c r e tr ia t of th e Tax C o u rt a re c iv il
s ip il d a la m lin g k u n g a n D e p a rte m e n
s e r v a n ts o f th e M in is te r o f F in a n c e .
K euangan.
(2 ) S e k r e t a r is / W a k il S e k r e ta r is / S e k r e ta r is (2 ) The S e c r e ta r y / th e V ic e S e c r e ta r y / th e
P e n g g a n ti dapat m era n g k a p tu g a s -tu g a s D e p u ty S e c re ta ry can be c o n c u r r e n tly
k e p a n ite r a a n . d o in g d u tie s o f re c o rd in g .
Pasal 26 Article 26
U n tu k dapat d ia n g k a t m e n ja d i S e k r e ta r is , T o b e a p p o in te d a s S e c r e ta r y , V ic e S e c r e ta r y ,
W a k il S e k r e ta r is , dan S e k r e ta r is P e n g g a n ti, a n d D e p u ty S e c r e ta r y , a c a n d id a te m u s t m e e t
seb a g a i b e r ik u t: a. a c itiz e n o f In d o n e s ia ;
b. p io u s to G o d A lm ig h ty ;
a. w a r g a n e g a r a In d o n e s ia ;
c. lo y a l to p a n c a s ila and th e 1945
b. b e rta k w a k e p a d a T u h a n Y a n g M a h a E sa ; C o n s titu tio n ;
d. p h y s ic a lly a n d s p ir itu a lly h e a lth y ; a n d
c. s e tia k e p a d a P a n c a s ila d a n U n d a n g U n d a n g
e. h o ld in g a la w -d e g r e e o r a n o th e r d e g r e e ,
D asar 1945;
a n d h a v in g k h o w le d g e o n ta x a tio n .
d. s e h a t ja s m a n i d a n r o h a n i; d a n
e. b e r ija z a h S a r ja n a H u k u m a ta u s a r ja n a la in
dan m em punyai p e n g e ta h u a n di b id a n g
p e r p a ja k a n .
423
Pasal 27 Article 27
K e d u d u k a n S e k r e ta r is , W a k il S e k r e ta r is , d a n The p o s itio n of th e S e c re ta ry , th e V ic e
S e k r e ta r is P e n g g a n ti d ia tu r d e n g a n K e p u tu s a n S e c r e ta r y , a n d th e D e p u ty S e c r e ta r y s h a ll b e
M e n te r i. s tip u la te d b y a M in is te r D e c re e .
P e n je la s a n P a s a l 2 7 E lu c id a tio n o f A r tic le 2 7
C u k u p je la s S u ffic ie n tly c le a r
P asal 28 A rtic le 2 8
d ite ta p k a n d e n g a n K e p u tu s a n P r e s id e n . s e c r e ta r ia t s h a ll be s s tip u la te d by a
P r e s id e n t D e c re e .
(2 ) T a t a K e r ja k e s e k r e t a r ia t a n P e n g a d ila n P a ja k
d ite ta p k a n d e n g a n K e p u tu s a n M e n te r i.
(2 ) T h e p r o c e d u r e o f t h e T a x C o u r t s e c r e t a r ia t
(3 ) T a ta T e r tib p e r s id a n g a n P e n g a d ila n P a ja k s h a ll b e s tip u la te d b y a M in is te r D e c re e .
d ite ta p k a n d e n g a n K e p u tu s a n K e tu a .
(3 ) T h e o r d e r o f t h e T a x C o r t s e s s io n s h a ll b e
s tip u la te d b y a C h ie f D e c is io n .
P e n je la s a n P a s a l 2 8 E lu c id a tio n o f A r tic le 2 8
C u k u p je la s S u ffic ie n tly c le a r
B a g i a n K e t u ju h S e c tio n S e v e n
P a n ite r a R eco rd er
P asal 29 A r tic le 2 9
(2 ) D a la m m e la k s a n a k a n tu g a sn y a , P a n ite r a (2 ) I n d o in g d u ty , th e T a x C o u r t R e c o r d e r is
P e n g a d ila n P a ja k d ib a n tu o le h seo ran g a s s is te d b y o n e V ic e R e c o r d e r a n d S e v e r a l
W a k il P a n ite r a d a n b e b e r a p a o r a n g P a n ite r a D e p u ty R e c o rd e r.
P e n g g a n ti.
(3 ) W it h th e e x c e p tio n o f a n o th e r d e c is io n o r
(3 ) K e c u a li d ite n tu k a n la in o le h a ta u p u rs u a n t to th e L a w , th e R e c o rd e r, th e
b erd asark an U n d a n g -U n d a n g , P a n ite ra , V ic e R e c o r d e r m a b d th e D e p u ty R e c o r d e r
W a k il P a n ite r a , dan P a n ite r a P e n g g a n ti c a n n o t b e c o n c u r r e n tly d o in g a s:
t i d a k b o l e h m e r a n g k a p m e n ja d i:
a. a n e x e c u to r o f T a x C o u r t d e c is io n ;
a. p e la k s a n a p u tu sa n P e n g a d ila n
b. a g u a rd ia n , a b e a re r, or an o ffic ia l
P a ja k ;
r e la tin g to ta x d is p u te w ill b e or is
b. w a li, pengam pu, a ta u p e ja b a t yang b e in g e x a m in e d b y h im / h e r ;
424
b e r k a it a n d e n g a n s u a t u S e n g k e t a P a ja k c. a n a d v o c a te ;
yang akan a ta u sed an g d ip e r ik s a
d. a ta x c o n s u lta n t;
o le h n y a ;
e. a p u b lic a c c o u n ta n t; a n d / o r
c. p en aseh at h u k u m ;
f. a b u s in e s s m a n .
d. k o n s u l t a n p a ja k ;
(4 ) T h e R e c o r d e r , th e V ic e R e c o r d e r , a n d th e
e. a k u n ta n p u b lik ; d a n / a ta u
D e p u ty R e c o r d e r a r e a p p o in te d fo r an d
f. p en gu sah a. r e tir e d fr o m th e ir d u tie s b y th e M in is te r ,
(5 ) P e m b in a a n te k n is P a n ite r a d ila k u k a n o le h
M ahkam ah A gung.
P e n je la s a n P a s a l 2 9 E lu c id a tio n o f A rtic le 2 9
A y a tl P a r a g r a p h (1 )
C u k u p je la s
S u ffic ie n tly c le a r
A yat 2
P a r a g r a p h (2 )
C u k u p je la s
S u ffic ie n tly c le a r
A yat 3
C u k u p je la s P a r a g r a p h (3 )
S u ffic ie n tly c le a r
A yat 4
K a re n a S e k r e ta r is , W a k il S e k r e tr a r is , dan
P a r a g r a p h (4 )
S e k r e ta r is P e n g g a n ti m e r a n g k a p tu g a s s e b a g a i
P a n ite r a , W a k il P a n ite r a , dan P a n ite r a D u e to th e S e c r e ta r y , V ic e S e c r e ta r y , a n d th e
P e n g g a n ti, p e n g a n g k a ta n dan p e m b e r h e n tia n S u b s titu te S e c r e ta r y s e r e c o n c u r r e n tly a s th e
S e k r e ta r is , W a k il S e k r e tr a r is , dan S e k r e ta r is C le r k o f th e C o u r t, V ic e C le r k o f th e C o u r t a n d
P e n g g a n ti s e k a lig u s m e r u p a k a n p e n g a n g k a ta n S u b s titu te C le r k o f th e C o u r t, th e a p p o in tm e n t
dan p e m b e r h e n tia n P a n ite r a , W a k il P a n ite ra , a n d d is m is s a l o f th e S e c r e ta r y , V ic e S e c r e ta r y ,
d a n P a n ite r a P e n g g a n ti. ang th e S u b s titu e S e c re ta ry is a ls o th e
a p p o in tm e n t a n d th e d is m is s a l o f th e C le s r k o f
A yat 5 th e C o u rt, V ic e C le r k of th e C o u rt and
C u k u p je l a s S u b s titu te C le r k o f th e C o u r t.
P a r a g r a p h (5 )
S u ffic ie n tly c le a r
425
Pasal 30 Article 30
S e b e lu m m em angku ja b a ta n n y a , P a n ite r a , B e fo re h o d in g d u ty , th e R e c o rd e r, th e V ic e
W a k il P a n ite r a , d a n P a n ite r a P e n g g a n ti h a ru s R eco rd er, an d th e D e p u ty R e c o r d e r s h a ll b e
b e r s u m p a h a t a u b e r ja n ji m e n u r u t a g a m a a t a u o b lig e d to s w e a r o r p r o m is e p u r s u a n t to th e ir
k e p e r c a y a a n n y a , y a n g b e r b u n y i s e b a g a i b e r ik u t r e lig io n s o r b e lie fs , a s fo llo w s :
" I s e r io u s ly s w e a r / p r o m is e t h a t I, f o r h o ld in g
"S ay a b e r s u m p a h / b e r ja n ji dengan su n g g u h -
th is d u ty , d ir e c tly or in d ir e c tly , b y u s in g
s u n g g u h b a h w a s a y a , u n tu k m e m a n g k u ja b a ta n
n a m e o r o th e r m e a n s , d o n o t g iv e o r p r o m is e
s a y a in i, la n g s u n g a t a u tid a k la n g s u n g , d e n g a n
s o m e th in g to w h o m e v e r "
m e n g g u n a k a n n a m a a t a u a p a p u n ju g a , t id a k
m e m b e r i k a n a t a u m e n ja n ji k a n b a r a n g s e s u a t u
" I s w e a r / p r o m is e th a t, fo r d o in g s o m e th in g in
k e p a d a s ia p a p u n ";
th is d u ty , w ill never d ir e c tly or in d ir e c tly
r e c e iv e f r o m w h o m e v e r p r o m is e o r p r e s e n t"
" S a y a b e r s u m p a h / b e r ja n ji b a h w a s a y a , u n t u k
m e la k u k a n a ta u tid a k m e la k u k a n s e s u a tu " I s w e a r / p r o m is e th a t I w ill b e lo y a l to a n d
426
B A B III C A P T E R III
K E K U A S A A N P E N G A D IL A N P A JA K PO W ER O F TH E TA X C O U RT
P a sa l 31 A rtic le 3 1
P e n je la s a n P a s a l 3 1 E lu c id a tio n o f A rtic le 31
A y a t (1 ) P a r a g r a p h (1 )
C u k u p je la s
S u ffic ie n tly c le a r
A y a t (2 )
P a r a g r a p h (2 )
S e n g k e ta p a ja k yang m e n ja d i o b je k
p e m e r ik s a a n a d a la h s e n g k e ta yang T a x D is p u t e i n w h ic h t o b e o b je c t o f t h e t r ia l is
d ik e m u k a k a n pem ohon b a n d in g d a la m th e d is p u te , w h ic h i s r a is e d y th e re q u e s t o f
p e rm o h o n a n b a n d in g a ta s appeal on D e c is io n / P r o v is io n , w h ic h is s u e d
P e ja b a t y a n g b erw en an g s e p a n ja n g p e ra tu ra n c o n c e r n e d w i t h i s r e g u l a t i n g a s i t is .
p e ru n d a n g -u n d a n g a n yang te r k a it yang
m e n g a tu r d e m ik ia n .
427
Ayat (3) Paragraph (3)
C u k u p je la s
S u ffic ie n tly c le a r
Pasal 32 Article 32
Pasal 33 Article 33
(2 ) U n tu k k e p e r lu a n p e m e r ik s a a n S e n g k e ta
(2 ) F o r e x a m in in g ta x d is p u te p u r p o s e , th e
P a ja k , P e n g a d ila n P a ja k d a p a t m e m a n g g il
Tax C o u rt can in v ite or ask d a ta or
a ta u m e m in ta d a ta a ta u k e te ra n g a n yang
e x p la n a tio n r e la tin g w ith ta x d is p u te fr o m
b e r k a it a n d e n g a n S e n g k e t a P a ja k d a r i p ih a k
th ir d p a r ty p u rsu an t to th e re g u la tin g
k e tig a s e s u a i d e n g a n p e ra tu r a n p e ru n d a n g -
la w s.
u n d a n g a n y a n g b e r la k u .
428
kewenangan/ kompetensi. authority/competence.
A y a t (2 ) P a r a g r a p h (2 )
B ia y a u n tu k m e n d a ta n g k a n p ih a k k e tig a T h e c o s t to c a ll t h e th ir d p a r ty is b e a r e d b y th e
d ita n g g u n g o le h p a r a p ih a k y a n g b e r s e n g k e ta p a r ty , w h ic h r e q u e s t to c a ll in th a t th ir d p a r ty ,
yang m e n g u s u lk a n d id a ta n g k a n n y a p ih a k
k e tig a te r s e b u t.
f BAB IV CHAPTER IV
Bagian Pertama Section One
Attorney at Law
Kuasa Hukum
Pasal 34 Article 34
b. m e m p u n y a i p e n g e ta h u a n y a n g lu a s d a n b. h a v in g k n o w le d g e and e x p e r tis e on
k e a h lia n te n ta n g p e ra tu ra n p e ru n d an g - ta x la w s ;
u n d a n g a n p e r p a ja k a n ; c. o th e r c o n d itio n s s tip u la te d by
M in is te r .
c. p e rs y a r a ta n la in yang d ite ta p k a n o le h
M e n te r i.
(3 ) I n c a s e a tto r n e y a t la w w h o a c c o m p a n ie s
(3 ) D a la m hal k u asa D okum yang o r r e p r e s e n t a p p e a l a p p lic a n t o r a c c u s e r is
m e n d a m p in g i a ta u m e w a k ili pem ohon r e tiv e u n til th e secon d g e n e r a tio n ,
b a n d in g a ta u penggugat a d a la h k e lu a r g a e m p lo y e e , or b e a re r, th e c o n d itio n s as
sed arah a ta u sem end a sam p ai dengan r e fe r r e d to in v e r s e (2 ) a r e n o t n e e d e d .
d e r a ja t kedua, p e g a w a i, a ta u pengam pu,
p e rs y a r a ta n s e b a g a im a n a d im a k s u d pada
a y a t ( 2 ) tid a k d ip e r lu k a n .
P e n je la s a n P a s a l 3 4 Elucidation of Article 34
C u k u p je la s S u ffic ie n tly c le a r
429
Bagian Kedua Section Two
Banding Appeal
Pasal 35 Article 35
d a la m b a h a s a In d o n e s ia k e p a d a P e n g a d ila n In d o n e s ia n la n g u a g e to th e T a x C o u rt.
P a ja k .
(2 ) A n appeal is p ro p o sed w ith in 3 (th re e )
(2 ) B a n d in g d ia ju k a n d a la m ja n g k a w a k tu 3
w e e k s fr o m th e r e c e iv e d -d a te o f a p p e a le d
(tig a ) b u la n s e ja k ta n g g a l d ite r im a
D e c is io n , e x c e p t s tip u la te d a n o th e r in th e
K e p u tu sa n y a n g d ib a n d in g , k e c u a li d ia tu r
ta x la w s .
la in d a la m p e r a ta r a n p e r u n d a n g -u n d a n g a n
p e r p a ja k a n .
(3 ) T h e p e r io d a s r e fe r r e d to in v e rs e (2 ) is
(3 ) J a n g k a w a k tu s e b a g a im a n a d im a k s u d p a d a u n tie d if th is p e r io d c a n n o t b e m e t d u e to
ayat (2 ) tid a k m e n g ik a t a p a b ila ja n g k a u n c o n tr o lla b le a p p e a l a p p lic a n t c o n d itio n .
w a k tu d im a k s u d tid a k dapat d ip e n u h i
k a r e n a k e a d a a n d i lu a r k e k u a s a a n p e m o h o n
B a n d in g .
b u la n d ih itu n g d a r i ta n g g a l K e p u tu s a n d ite r im a c o u n te d fr o m th e d a te in w h ic h th e D e c is io n is
s a m p a i d e n g a n ta n g g a l s u r a t b a n d in g d ik ir im r e c e iv e d to th e d a te o f th e n o tic e o n a p p e a l,
o le h p e m o h o n B a n d in g . w h ic h is s e n t b y th e p a r ty w h o re q u e s t th e
a p p e a l.
Contoh: K e p u tu sa n yang d ib a n d in g E x a m p le : T h e D e c is io n o f w h ic h is a p p e a le d
d ite r im a ta n g g a l 10 M ei 2002, m aka b a ta s o n is re c e iv e d o n 1 0 M a y 2 0 0 2 th e n th e d u e
te r a k h ir p e n g ir im a n su rat b a n d in g a d a la h d a te f o r s e n d in g th e N o tic e on A p p e a l is 9
ta n g g a l 9 A g u stu s 2 0 02. A u g u st 2002.
430
m e m p e r s ia p k a n B a n d in g b e se rta a la s a n - w ith th e re a s o n s.
a la s a n n y a .
I f it a p p a r e n tly th e te r m a s s ta te d c a n n o t b e
A p a b ila te r n y a ta ja n g k a w a k tu d im a k s u d tid a k
fu lfille d b y th e p a r ty w h o r e q u e s t th e a p p e a l
d ip e n u h i o le h pem ohon b a n d in g k aren a
keadaan di lu a r keku asaan n ya (force tnajeur), b a s e d o n th e c o n d itio n th a t is o u t o f h is o r h e r
o r t h e ir p o w e r ( fo r c e m a je u r ) , t h e n t h e t e r m a s
ja n g k a w a k tu d im a k s u d dapat
s ta te d c a n b e e v a lu a te d b a s e d o n J u d g e o r th e
d ip e r tim b a n g k a n o le h M a je lis a ta u H a k im
P a n e l Ju d g e c o n s id e r a tio n .
T u n g g a l.
P asal 36 A rtic le 3 6
(X ) T e r h a d a p 1 (sa tu ) K e p u tu s a n d ia ju k a n 1 (1 ) 1 (o n e) D e c is io n is p ro p o sed 1 (o n e )
(s a tu ) S u r a t B a n d in g . a p p e a l n o tic e .
(2 ) B a n d in g d ia ju k a n dengan d is e r ta i a la s a n -
(2 ) A n a p p e a l is p ro p o se a c c o m p a n ie d by
a la s a n y a n g je la s , d a n d ic a n t u m k a n t a n g g a l
c le a r re a s o n s , a n d m e n tio n e d th e d a te o f
d ite r im a s u r a t k e p u tu s a n y a n g d ib a n d in g .
r e c e iv in g a p p e a le d D e c is io n .
(3 ) P a d a S u rat B a n d in g d ila m p ir k a n s a lin a n
K e p u tu s a n y a n g d ib a n d in g . (3 ) A n appeal n o tic e is e n c lo s e d cop y of
a p p e a l D e c is io n .
(4 ) S e la in d ari p e rs y a r a ta n s e b a g a im a n a
d im a k s u d p a d a a y a t (1 ), a y a t (2 ), d a n a y a t
(4 ) E x c lu d in g c o n d itio n s as re fe rre d to in
(3 ) se rta P asal 35, d a la m hal B a n d in g
v erse (1 ), v e r s e (2 ), a n d v erse (3 ), a n d
d ia ju k a n te rh a d a p b esarn y a ju m la h P a ja k
a rtic le 3 5 , in a c a s e a p p e a l p r o p o s e d o n
yang te ru ta n g , B a n d in g hanya dapat
th e a m o u n t o f ta x c o lle c tio n , a p p e a l c a n
d ia ju k a n a p a b ila ju m la h yang te ru ta n g
o n ly b e p r o p o s e d if a m o u n t o f c o lle c tio n
d im a k s u d te la h d ib a y a r s e b e s a r 5 0 % (lim a
h a s b e e n p a id 5 0 % (fifty p e rc e n t).
p u lu h p e rs e n ).
P e n je la s a n P a s a l 3 6 E lu c id a tio n o f A r tic le 3 6
A y a t (1 ) P a r a g r a p h (1 )
C u k u p je la s S u ffic ie n tly c le a r
A y a t (2 ) P a r a g r a p h (2 )
C u k u p je la s S u ffic ie n tly c le a r
A y a t (3 ) P a r a g r a p h (3 )
D a la m p e n g e r tia n s a lin a n te rm a s u k fo to k o p i In th e m e a n in g of any c o p ie s in c lu d e s
a ta u le m b a r a n la in n y a . p h o to c o p y o r o th e r m e a n o f c o p y in g .
A y a t (4 ) P a r a g r a p h (4 )
C u k u p je la s S u ffic ie n tly c le a r
431
Pasal 37 Article 37
(1 ) B a n d in g d a p a t d ia ju k a n o le h W a jib P a ja k , (1 ) A n a p p e a l c a n b e p r o p o s e d b y T a x p a y e r ,
a h li w a r is n y a , seoran g p en g u ru s, a ta u jo in t h e ir s , m a n a g e m e n t, or a tto rn e y at
k u asa h u k u m n ya. la w .
(2 ) A p a b ila s e la m a p r o s e s B a n d in g , p e m o h o n
(2 ) I f d u r in g appeal p ro cess, an appeal
B a n d in g m e n in g g a l d u n ia , b a n d in g dapat
a p p lic a n t p asses aw ay, appeal can be
d ila n ju t k a n o le h a h li w a r is n y a , k u asa
c o n t in u e d b y jo in t h e ir s , a t t o r n e y a t la w o f
□okum d ari a h li w a r is n y a , a ta u
jo in t h e ir s , or b ea rer in case appeal
p e n g a m p u n y a d a la m h a l p e m o h o n B a n d in g
a p p lic a n t b a n k r u p t.
p a ilit.
Pasal 38 Article 38
s e b a g a im a n a d im a k s u d d a l a m P a s a l 3 5 a y a t (2 ). v e r s e e (2 ).
432
dimaksud. which is sent later.
Pasal 39 Article 39
P a ja k .
(2 ) A c a n c e lle d appeal as re fe rre d to in
(2 ) B a n d in g yang d ic a b u t s e b a g a im a n a
v e r s e (1 ) is w r itte n o f f f r o m d is p u te lis t
d im a k s u d p a d a a y a t (1 ) d ih a p u s d a r i d a fta r
by:
s e n g k e ta d e n g a n :
a. A C h ie f d e c is io n in c a s e s ta te m e n t
a. p e n e ta p a n K e tu a d a la m hal su rat n o tic e o f c a n c e lla tio n is p r o p o s e d
p e rn y a ta a n p e n c a b u ta n d ia ju k a n b e fo r e p e r fo r m in g s e s s io n ;
s e b e lu m D id in g d ila k s a n a k a n ; b. A D e c is io n of th e C o u n c il/ th e
S in g le J u d g e th r o u g h e x a m in a tio n
b. p u t u s a n M a je lis / H a k im T u n g g a l m e la lu i
in c a s e s ta te m e n t o f c a n c e lla tio n is
p e m e r ik s a a n d a la m h a l s u ra t p e rn y a ta a n
p r o p o s e d in s e s s io n w ith a p p r o v a l
p e n c a b u t a n d ia ju k a n d a la m D id in g a ta s
o f a p p e a le d p a r ty .
p e r s e t u ju a n t e r b a n d in g .
b a h a s a I n d o n e s i a k e p a d a P e n g a d i l a n P a ja k . In d o n e s ia la n g u a g e to th e T a x C o u r t.
(2 ) Ja n g k a w a k tu u n tu k m e n g a ju k a n G u g a ta n
(2 ) P e r io d fo r p r o p o s in g a c c u s a tio n on th e
te rh a d a p p e la k s a n a a n p e n a g ih a n P a ja k
e x e c u tio n o f ta x c o lle c tio n is 1 4 (fo r te e n )
a d a la h 14 ( e m p a t b e la s ) h a r i s e ja k t a n g g a l
d a y s f r o m th e d a te o f c o lle c tio n e x e c u tio n .
p e la k s a n a a n p e n a g ih a n .
(3 ) J a n g k a w a k tu u n t u k m e n g a ju k a n G u g a ta n (3 ) P e r io d of p r o p o s in g a c c u s a tio n on
te rh a d a p K e p u tu s a n s e la in G u g a ta n D e c is io n e x c lu d in g a c c u s a tio n a s r e fe r r e d
s e b a g a im a n a d im a k s u d p a d a a y a t (2 ) a d a la h to in v e r s e (2 ) is 3 0 (th ir ty ) d a y s f r o m d a te
30 ( t ig a p u lu h ) h a r i s e ja k t a n g g a l d it e r im a o f a c c u s e d D e c is io n is re c e iv e d .
K e p u tu s a n y a n g d ig u g a t.
(4 ) P e r io d a s r e f e r r e d to in v e r s e (2 ) a n d v e r s e
433
(4 ) J a n g k a w a k t u s e b a g a im a n a d im a k s u d p a d a (3 ) is n o t tie d i f th e p e r io d c a n n o t b e m e t
ayat (2 ) dan ayat (3 ) tid a k m e n g ik a t d u e u n c o n tr o lla b le c o n d itio n o f a c c u s e r .
a p a b ila ja n g k a w a k t u d im a k s u d t id a k d a p a t
d ip e n u h i k a r e n a k e a d a a n d i lu a r k e k u a s a a n (5 ) E x te n s io n o f p e r io d a s r e fe r r e d to in v e r s e
p e n g g u g a t. (4 ) is 1 4 (fo r te e n ) d ay s fro m th e end of
u n c o n tr o lla b le c o n d itio n o f a c c u s e r .
(5 ) P e r p a n ja n g a n ja n g k a w a k tu s e b a g a im a n a
d im a k s u d pada a y a t (4 ) a d a la h 14 (e m p a t
(6 ) O n one e x e c u tio n of c o lle c tio n or one
b e la s ) h ari te r h itu n g s e ja k b e r a k h ir n y a
D e c is io n c a n b e p r o p o s e d o n e a c c u s a tio n
k e a d a a n d i lu a r k e k u a s a a n p e n g g u g a t.
n o tic e .
(6 ) T e r h a d a p s a t u p e la k s a n a a n p e n a g ih a n a t a u
s a tu K e p u tu s a n d ia ju k a n s a tu Su rat
G u g a ta n .
P e n je la s a n P a s a l 4 0 E lu c id a tio n o f A r tic le 4 0
A y a t (1 ) P a r a g r a p h (1 )
C u k u p je la s S u ffic ie n tly c le a r
A y a t (2 ) P a r a g r a p h (2 )
C u k u p je la s S u ffic ie n tly c le a r
A y a t (3 ) P a r a g r a p h (3 )
C u k u p je la s S u ffic ie n tly c le a r
A y a t (4 ) P a r a g r a p h (4 )
D a la m hal b a ta s w a k tu tid a k dapat I f th e te r m a s s ta te d c a n n o t b e fu lfille d b y th e
d ip e n u h i o le h penggu gat k aren a keadaan di p a r ty w ho re q u e s t th e ap p eal b ased on th e
lu a r k e k u a s a a n y a {force majeur), m a k a ja n g k a c o n d itio n th a t in o u t o f h is or her o r th e ir
w a k tu d im a k s u d d a p a t d ip e r tim b a n g k a n u n tu k pow er (force majeur), th e n th e te rm a s s ta te d
d i p e r p a n ja n g o l e h M a je l i s a t a u H a k i m T u n g g a l . can be e x te n d e d b ased on th e Ju d g e o r th e
P a n e l Ju d g e s c o n s id e r a tio n .
P e r p a n ja n g a n ja n g k a w a k t u d im a k s u d a d a la h
s e la m a 14 (e m p a t b e la s ) h ari te rh itu n g s e ja k
T h e e x te n d e d te r m is 1 4 (fo u rte e n ) d a y s ; it is
b e r a k h ir n y a keadaan di lu a r keku asaan
c o u n te d f r o m th e d a y in w h ic h th e c o n d itio n
p e n g g u g a t.
b ecom es out of c o n tro l of th e p a r ty w ho
r e q u e s t th e a p p e a l.
A y a t (5 )
C u k u p je la s
P a r a g r a p h (5 )
S u ffic ie n tly c le a r
A y a t (6 )
C u k u p je la s
P a r a g r a p h (6 )
S u ffic ie n tly c le a r
434
Pasal 41 Article 41
(1 ) G u g a ta n dapat d ia ju k a n o le h p e n g g u g a t, (1 ) O n a c c u s a tio n c a n b e p r o p o s e d b y a c c u s e r ,
a h li w a r is n y a , s e o r a n g p e n g u r u s , a ta u k u a s a jo i n t h e ir s , m a n a g e m e n t, o r a tto r n e y a t la w
d o k u m e n y a n g d ig u g a t.
(2 ) I f d u r in g a c c u s a tio n p ro cess, accu ser
(2 ) A p a b ila s e la m a p r o s e s G u g a ta n , p e n g g u g a t
p a s s e s a w a y , a c c u s a tio n c a n b e c o n tin u e d
m e n in g g a l d u n ia , G u g a ta n dapat
b y jo in t h e ir s , a t t o r n e y a t la w o f jo in t h e ir s ,
d ila n ju t k a n o le h a h li w a r is n y a , k u asa
o r b e a re r in c a se a c c u s e r b a n k ru p t.
hukum d ari a h li w a r is n y a , a ta u
p e n g a m p u n y a d a la m h a l p e n g g u g a t p a ilit.
(3 ) I f d u r in g a c c u s a tio n p ro cess, accu ser
(3 ) A p a b ila s e la m a p r o s e s G u g a ta n , p e n g g u g a t d o in g m e rg e r, d is s o lu tio n ,
m e la k u k a n penggabungan, p e le b u r a n , d iv is io n / d e v e lo p m e n t of b u s in e s s , or
p e m e ca h a n / p e m e k a ra n usah a, a ta u liq u id a tio n , th e a p p lic a n t c a n b e c o n tin u e d
lik u id a s i, p erm o h o n an d im a k s u d dapat by p a r ty r e c e iv in g r e s p o n s ib ility due to
d ila n ju t k a n o le h p ih a k yang m e n e r im a th a t m e rg e r, d is s o lu tio n ,
p e r t a n g g u n g ja w a b a n k a r e n a p e n g g a b u n g a n , d iv is io n ,/ d e v e lo p m e n t of b u s in e s s , or
p e le b u r a n , p em e ca h a n / p e m e k a ra n u sah a, liq u id a tio n ,
a ta u lik u id a s i d im a k s u d .
Pasal 42 Article 42
(1 ) T e r h a d a p G u g a ta n s e b a g a im a n a d im a k s u d (1 ) O n a c c u s a tio n a s r e fe r r e d to in A r tic le 4 0
d a la m P a s a l 4 0 a y a t (1 ), d a p a t d ia ju k a n s u r a t v e r s e (1 ), it c a n b e p r o p o s e d a s ta te m e n t
P a ja k .
(2 ) A n c a n c e lle d a p p e a le d a s re fe rre d to in
(2 ) G u g a ta n yang d ic a b u t s e b a g a im a n a v e r s e (1 ) is w r it t e n o f f f r o m d is p u t e lis t b y :
d im a k s u d p a d a a y a t (1 ) d ih a p u s d a r i d a fta r
s e n g k e ta d e n g a n : a. C h ie f d ic is io n in c a s e s ta te m e n t n o tic e
of c a n c e lla tio n is p ro p o sed b e fo r
a. p e n e ta p a n K e tu a d a la m hal su rat
s e s s io n is d o n e ;
p e rn y a ta a n p e n c a b u ta n d ia ju k a n
s e b e l u m [ .T id in g ; b. D e c is io n of C o u n c il/ S in g le Ju d g e
th r o u g h e x a m in a tio n in c a s e s ta te m e n t
b. p u t u s a n M a je lis / H a k im T u n g g a l m e la lu i
n o tic e c a n c e lla tio n is p ro p o sed in
p e m e r ik s a a n d a la m h a l s u r a t p e rn y a ta a n
s e s s io n w ith ap p ro v al of a p p e a le d
p e n c a b u t a n d ia ju k a n s e t e la h E lid in g a t a s
p a r ty .
p e r s e tu ju a n te r g u g a t.
435
(3 ) G u g a ta n yang te la h d ic a b u t m e la lu i (3 ) A n appeal th a t a lr e a d y c a n c e Ue d by
p e n e ta p a n a ta u p u tu sa n s e b a g a im a n a d e c is io n a s r e f e r r e d to in v e r s e (2 ) c a n n o t
d im a k s u d p a d a a y a t (2 ) t id a k d a p a t d ia ju k a n b e p ro p o se d an y m o re,
k e m b a li.
A y a t (2 ) Paragraph (2)
A ta s g u g a ta n yang d is a m p a ik a n kepada O n th e L a w S u it, w h ic h is s u b m it to T a x C o u r t
P e n g a d ila n P a ja k dan b e lu m d ila k u k a n and has not been e x a m in e d or is b e in g
p e m e r ik s a a n a ta u sed an g d ila k u k a n e x a m in e d c a n b e re q u e s te d to b e w ith d ra w n .
p e m e r ik s a a n dapat d ia ju k a n p erm o h o n an
p e n c a b u ta n . Paragraph (3)
S u ffic ie n tly c le a r
Ayat (3)
C u k u p je l a s Paragraph (6)
S u ffic ie n tly c le a r
Pasal 43 Article 43
(1 ) G u g a t a n t id a k m e n u n d a a t a u m e n g h a la n g i (1 ) A n a c c u s a tio n d o e s n o t p o s tp o n e o r h in d e r
d ila k s a n a k a n n y a p e n a g ih a n P a ja k a ta u e x e c u tio n of ta x c o lle c tio n or ta x
k e w a ji b a n p e r p a ja k a n . o b lig a tio n .
(2 ) P e n g g u g a t d a p a t m e n g a ju k a n p e r m o h o n a n
(2 ) A n accu ser can p ro p o se a p p lic a tio n fo r
agar tin d a k la n ju t p e la k s a n a a n p e n a g ih a n
p o s tp o n in g e x e c u tio n o f ta x c o lle c tio n a s
P a ja k s e b a g a im a n a d im a k s u d p a d a a y a t (1 )
r e f e r r e d to in v e r s e (1 ) d u r in g e x a m in a tio n
d it u n d a s e la m a p e m e r ik s a a n S e n g k e t a P a ja k
o f ta x d is p u te u n til is s u in g d e c is io n T a x
sed an g b e r ja la n , sam p ai ada p u tu sa n
C o u rt.
P e n g a d i l a n P a ja k .
(4 ) P e r m o h o n a n penundaan s e b a g a im a n a (4 ) A n a p p lic a t io n o f p o s t p o n e a s r e f e r r e d to
d im a k s u d pada a y a t (2 ) d a p a t d ik a b u lk a n in v e rs e (2 ) c a n o n ly b e a c c e p te d in th e
p e la k s a n a a n p e n a g ih a n p a ja k y a n g d ig u g a t
itu d ila k s a n a k a n .
436
Penjelasan Pasal 43 Elucidation of Article 43
Pasal 44 Article 44
(1 ) T a x C o u r t a s k s A p p e a l S ta te m e n t N o tic e
(1 ) P e n g a d ila n P a ja k m e m in ta S u rat U r a ia n
or R e p ly N o tic e or A ppeal N o tic e or
B a n d in g a ta u S u rat T an g g ap an a ta s S u rat
A c c u s a tio n N o tic e s to a p p e a le d o r a c c u s e d
B a n d in g a ta u S u rat G u g a ta n kepada
p a r ty w ith in 1 4 (fo u rte e n ) d a y s fr o m th e o f
te r b a n d in g a ta u te rg u g a t d a la m ja n g k a
appeal N o tic e or A c c u s a tio n N o tic e is
w a k tu 14 ( e m p a t b e la s ) h a r i s e ja k ta n g g a l
re c e iv e d .
d ite r im a S u r a t B a n d in g a ta u S u r a t G u g a ta n .
(2 ) D a la m h a l p e m o h o n B a n d in g m e n g ir im k a n (2 ) In th e c a s e a p p e a l a p p lic a n t s e n d s fo llw in g
su ra t a ta u dokum en s u s u la n kepada n o tic e o r d o c u m e n t to th e T a x C o u rt as
P e n g a d ila n P a ja k s e b a g a im a n a d im a k s u d re fe rre d to in A r tic le 3 8 , a p e r io d of 14
d a la m P asal 38, ja n g k a w a k tu 14 (e m p a t (fo u rte e n ) days as re fe rre d to in v erse
b e la s ) h a r i s e b a g a im a n a d im a k s u d pada a c c o u n te d fro m th e d a te of fo llo w in g
a y a t (1 ) d ih it u n g s e ja k ta n g g a l d it e r im a s u r a t n o tic e o r d o c u m e n t is re c e iv e d .
a ta u d o k u m e n s u s u la n d im a k s u d .
437
Pasal 45 Article 45
S u r a t U r a ia n B a n d in g a ta u S u r a t T a n g g a p a n a n A p p e a l S ta te m e n t n o tic e o r a R e p ly
d a la m ja n g k a w a k tu : a. 3 (th re e ) m o n th s fr o m th e d a te o f
s u b m is s io n of A ppeal S ta te m e n t
a. 3 (tig a ) b id a n s e ja k ta n g g a l d ik ir im
N o tic e a p p lic a tio n ;
p e r m in ta a n S u r a t U r a ia n B a n d in g ; a ta u
b. 1 (o n e) m o n th fro m th e d a te of
b. l(s a tu ) b u la n s e ja k ta n g g a l d ik ir im s u b m is s io n of R e p ly N o tic e
p e r m in ta a n S u r a t T a n g g a p a n . a p p lic a tio n .
d im a k s u d p a d a a y a t (3 ) d ik ir im k a n k e p a d a v erse (3 ) is s u b m itte d to a p p e a le d or
d ite r im a S u r a t B a n ta h a n . r e c e iv e d .
(5 ) A p a b ila te r b a n d in g a ta u te rg u g a t, a ta u
(5 ) I f a n a p p e a le d o r a n a c c u s e d p r ty , o r a n
pem ohon B a n d in g a ta u penggugat tid a k
a p p e a le a p p lic a n t o r a n a c c u s e r d o e s n o t
m em enuhi k e te n tu a n s e b a g a im a n a
m e e t c o n d it io n s a s r e f e r r d t o i n v e r s e (1 )
d im a k s u d pada ayat (1 ) a ta u ayat (3 ),
o r v e r s e (3 ), t h e T a x C o u r t s t ill c o n t in u e
P e n g a d ila n P a ja k te ta p m e la n ju t k a n
e x a m in a tio n o f a p p e a l o r a c c u s a tio n .
p e m e r ik s a a n B a n d in g a ta u G u g a ta n .
P e n je la s a n P a s a l 4 5 E lu c id a tio n o f A rtic le 4 5
C u k u p je la s S u ffic ie n tly c le a r
P asal 46 A rtic le 4 6
438
d a la m p e r s id a n g a n guna m e m b e r ik a n e x p la n a tio n .
k e t e r a n g a n lis a n .
Elucidation of Article 45
Penjelasan Pasal 46
S u ffic ie n tly c le a r
C u k u p je la s
Article 47
Pasal 47
(1 ) K e t u a m e n u n ju k M a je lis y a n g t e r d ir i d a r i 3 (1 ) T h e C h ie f a p p o in ts th c o u n c il c o n s is tin g 3
u n tu k m e m e r ik s a dan m e m u tu s s e n g k e ta a n d d e c id e a t a x d is p u te .
p a ja k .
(2 ) I n c a s e e x a m in a tio n is p e r fo r m e d b y th e
(2 ) D a la m hal p e m e r ik s a a n d ila k u k a n o le h
C o u n c il, th e C h ie f a p p o in ts one of th e
M a je lis , K e tu a m e n u n ju k s a la h seoran g
Ju d g e a s re fe rre d to in v e rse (1 ) a s th e
H a k i m s e b a g a im a n a d im a k s u d p a d a a y a t (1 )
C h ie f Ju d g e le a d in g e x a m in a tio n of ta x
sebagai H a k im K e tu a yang m e m im p in
d is p u te .
p e m e r i k s a a n S e n g k e t a P a ja k .
(3 ) M a je lis a ta u H a k im Tunggal s e b a g a im a n a (3 ) C o u n c il o r S in g le Ju d g e a s r e fe r r e d to in
d im a k s u d p a d a a y a t (1 ) b e r s id a n g p a d a h a r i v e r s e (1 ) d o e s s e s s io n i n t h e d e c id e d d a y
yang d ite n tu k a n d a n m e m b e r ita h u k a n h a ri a n d a n n o u n c e s th a t s e s s io n d a y to d is p u te
s id a n g d im a k s u d kepada p ih a k yang p a r tie s .
b e rs e n g k e ta .
Pasal 48 Article 48
ja n g k a w a k t u 3 (tig a ) b u la n s e ja k t a n g g a l N o tic e is re c e iv e d .
d ite r im a S u r a t G u g a ta n .
439
Bagian Kelima Section Five
Pemeriksaan Dengan Acara Biasa Examination with Normal Process
Pasal 49 Article 49
M a je lis . th e C o u n c il.
Pasal 50 Article 50
(2 ) S e b e lu m p e m e r ik s a a n pokok s e n g k e ta
(2 ) B e fo re e x a m in a tio n o f m a in d is p u te is
d im u la i, M a je lis m e la k u k a n p e m e r ik s a a n
s ta rte d , C o u n c il does e x a m in a tio n of
m e n g e n a i k e le n g k a p a n d a n / a ta u k e je la s a n c o m p le tio n a n d / o r c le a r n e s s o f a p p e a l o r
B a n d in g a ta u G u g a ta n . a c c u s a tio n .
(3 ) A p a b ila B a n d in g a ta u G u g a ta n tid a k
le n g k a p d a n / a ta u tid a k je la s s e b a g a im a n a (3 ) I f a p p e a l o r a c c u s a tio n is n o c o m p le te d
m e ru p ak an p e rs y a r a ta n s e b a g a im a n a (2 ) a s lo n g a s n o t c o n c e r n in g c o n d itio n s
k e je la s a n d im a k s u d d a p a t d ib e r ik a n d a la m c o m p le tio n a n d / o r c le a r n e s s d e n o te d c a n
p e rs id a n g a n . b e s u b m itte d d u r in g s e s s io n .
440
Ayat (3) Paragraph (3)
Cukup jelas Sufficiently clear
P a sa l 51 A rtic le 51
(1 ) The C h ie f, th e M em ber Ju d g e , or th e
(1 ) H a k im K e tu a , H a k im A n g g o ta , a ta u
R e c o r d e r s h a ll b e o b lig e d to r e s ig n fr o m
P a n ite r a w a ji b m e n g u n d u rk a n d ir i d ari
a s e s s io n i f h a s r e la tiv e -r e la tio n s h ip u n til
s u a tu p e r s id a n g a n a p a b ila te r ik a t h u b u n g a n
he th ir d g e n e r a tio n , or h u s b a n d -w ife
k e lu a r g a sed arah a ta u sem en d a sam p ai
r e la tio n s h ip e v e n a lr e a d y d iv o r c e d w ith
d e r a ja t k e tig a , a ta u hubungan su am i is tr i
o n o f Ju d g e s o r R e c o rd e rs in th e sa m e
m e s k ip u n te la h b e rce ra i dengan s a la h
C o u n c il.
s e o r a n g H a k im a ta u P a n it e r a p a d a M a je lis
y a n g sam a.
(2 ) The C h ie f, th e M em ber Ju d g e , or th e
(2 ) H a k im K e tu a , H a k im A n g g o ta , a ta u R e c o r d e r s h a ll b e o b lig e d to r e s ig n fr o m
P a n ite r a w a ji b m e n g u n d u rk a n d ir i d ari a s e s s io n if h a s r e la tiv e -r e la tio n s h ip u n til
s u a tu p e r s id a n g a n a p a b ila te r ik a t h u b u n g a n he th ir d g e n e r a tio n , or h u s b a n d -w ife
k e lu a r g a sed arah a ta u sem end a sam p ai r e la tio n s h ip e v e n a lr e a d y d iv o r c e d w ith
d e r a ja t k e tig a , a ta u hubungan su am i is tri a p p e a l a p p lic a n t o r a c c u s e r , o r a tto rn e y
m e s k ip u n te la h b ercerai dengan pem ohon a t la w .
B a n d in g a ta u p e n g g u g a t a ta u k u a s a h u k u m .
(3 ) H a k im K e tu a , H a k im A n g g o ta , a ta u (3 ) The C h ie f, th e M em ber Ju d g e , or th e
tid a k m e n g u n d u rk a n d ir i sed an g k an a n d i f n o t r e s in g w h e n d is p u te is a lr e a d y
s e n g k e ta te la h d ip u tu s , p u tu s a n d im a k s u d d e c id e d , th a t d e c is io n is n o t v a lid and
k e m b a li d e n g a n su su n an M a je lis d a n / a t a u o f C o u n c il a n d / o r R e c o rd e r.
P a n ite r a y a n g b e rb e d a .
(4 ) I n c a s e r e la tiv e -r e la tio n s h ip , o r h u s b a n d -
(4 ) D a la m hal hubungan k e lu a r g a sed a ra h ,
w ife r e la tio n s h ip a s r e fe r r e d to in v e rs e
sem en d a, a ta u hubungan su am i is tr i
(1 ) and v erse (2 ) is know n b e fo r e a
s e b a g a im a n a d im a k s u d p a d a a y a t (1 ) d a n
p e r io d o f 1 (o n e ) y e a r a fte r d e c is io n o f
ayat (2 ) d ik e ta h u i s e b e lu m m e le w a ti
th e d is p u te a s r e f e r r e d to in v e r s e (3 ) h a s
ja n g k a w a k tu 1 (sa tu ) ta h u n s e te la h s e n g k e ta
e la p s e d , th e d is p u te com es to s e s s io n
d ip u tu s s e b a g a im a n a d im a k s u d pada
(3 ), s e n g k e t a d im a k s u d d is id a n g k a n k e m b a li
ayat
a g a in w ith in 3 (th re e ) m o n th s from th e
d a te o f th a t r e la tio n s h ip is k n o w n .
d a la m ja n g k a w a k tu 3 (tig a ) b u la n te r h itu n g
s e ja k d ik e t a h u in y a h u b u n g a n d im a k s u d .
P e n je la s a n P a s a l 5 1 E lu c id a tio n o f A r tic le 5 1
A y a t (1 ) P a r a g r a p h (1 )
C u k u p je la s S u ffic ie n tly c le a r
441
Ayat (2) Paragraph (2)
Cukup jelas Sufficiently clear
A y a t (3 ) P a r a g r a p h (3 )
C u k u p je la s S u ffic ie n tly c le a r
A y a t (4 ) P a r a g r a p h (4 )
J a n g k a w a k t u 3 (tig a ) b u la n d ip e r lu k a n u n tu k T h re e -m o n th te rm is need ed to g iv e th e
m e m b e r ik a n w a k tu y a n g m e m a d a i b a g i H a k im s u ffic ie n t tim e fo r H e a d o f th e Ju d g e , M e m b e r
K e tu a , H a k im A n g g o ta , a ta u P a n ite r a u n tu k o f th Ju d g e s, or th e C le r k o f th e C o r u t to
m e m b e la d ir i. d e fe n d th e m s e lv e s .
P asal 52 A r tic le 5 2
(1 ) H a k im K e tu a , H a k im A n g g o ta , P a n ite ra , (1 ) T h e C h ie f Jd g e , th e M e m b e r Ju d g e , th e
W a k il P a n ite r a , a ta u P a n ite r a P e n g g a n ti R eco rd er, th e V ic e -R e c o rd e r, or th e
w a ji b m e n g u n d u rk an d ir i d ari s u a tu D e p u ty -R e c o rd e r s h a ll be o b lig e d to
p e r s id a n g a n a p a b ila b e r k e p e n tin g a n re s ig n fro m a s e s s io n if h a s d ir e c t o r
la n g s u n g a ta u tid a k la n g s u n g a ta s s a tu in d ir e c t in te r e s t o n d is p u te d e n o te d .
s e n g k e t a y a n g d ita n g a n in y a .
(2 ) R e s ig n a s r e fe r r e d to in v e r s e (1 ) c a n b e
(2 ) P en g u n d u ran d ir i s e b a g a im a n a d im a k s u d
done b ase on req u est o f o n e p a r ty or
pada ayat (1 ) dapat d ila k u k a n a ta s
p a r tie s o f d is p u te .
p e r m in ta a n s a la h s a tu a ta u p ih a k -p ih a k
y a n g b e rs e n g k e ta .
(3 ) T h e C h ie f h a s a u th o r ity to d e c id e r e s ig n
(3 ) K e tu a b erw en a n g m e n e ta p k a n a s r e f e r r e d t o i n v e r s e (1 ) a n d v e r s e (2 ) i f
p e n g u n d u ran d ir i s e b a g a im a n a d im a k s u d th e r e is d o u b t o r d ir r e r e n t o p in io n .
pada ayat (1 ) a ta u ayat (2 ) a p a b ila ada
k e ra g u a n a ta u p e rb e d a a n p e n d a p a t. (4 ) T h e C h ie f J u d g e , t h e m e m b e r ju d g e , t h e
(4 ) H a k im K e tu a , H a k im A n g g o ta , P a n ite r a , R e co rd er, th e V ic e -R e c o r d e r , or th e
s e b a g a im a n a d im a k s u d p a d a a y a t (1 ) h a r u s (1 ) s h a ll b e o b lig e d to b e r e p la c e d , a n d if
s e n g k e ta d im a k s u d seg era d is id a n g k a n o f C o u n c il a n d R e c o r d e r , V ic e -R e c o r d e r ,
P e n g g a n ti y a n g b erb ed a, k e c u a li p u tu s a n 1 (o n e) y e a r.
d im a k s u d t e la h m e la m p a u i ja n g k a w a k tu 1
(sa tu ) ta h u n . (5 ) In case d ir e c t or in d ir e c t in te r e s t as
r e fe r r e d to in v e r s e (1 ) is k n o w n b e fo r e a
(5 ) D a la m h a l k e p e n tin g a n la n g s u n g a ta u tid a k
p e r io d of 1 (o n e) year a fte r d is p u te
la n g s u n g s e b a g a im a n a d im a k s u d p a d a a y a t
442
(X ) d ik e ta h u i s e b e lu m m e le w a ti ja n g k a d e c id e d has e la p s e d as re fe rre d to in
w a k tu 1 (sa tu ) ta h u n s e te la h s e n g k e ta v e r s e (4 ), t h a t d is p u te c o m e s to s e s s io n
d ip u tu s s e b a g a im a n a d im a k s u d p a d a a y a t a g a in w ith in 3 (th re e ) m o n th s fr o m th a t
(4 ), s e n g k e ta d im a k s u d d is id a n g k a n in te r e s t is k n o w n .
k e m b a li d a la m ja n g k a w a k t u 3 (tig a ) b u la n
te r h itu n g s e ja k d ik e ta h u in y a k e p e n tin g a n
d im a k s u d .
P e n je la s a n P a s a l 5 2 E lu c id a tio n o f A rtic le 5 2
A y a t (1 ) P a r a g r a p h (1 )
Y ang d im a k s u d dengan " k e p e n tin g a n W hat is m eant by " im m e d ia te in te r e s t" is
la n g s u n g " a d a la h a n ta ra la in b e r k a ita n d e n g a n a m o n g o th e r th in g s has th e c o n n e c tio n w ith
hubungan k e p e m ilik a n secara la n g s u n g , th e im m e d ia te o w n e r s h ip , fo r e x a m p le , th e
m is a ln y a seoran g H a k im m em punyai sah am Ju d g e h a s s h a re m o re th a n 2 5 % (tw e n ty fiv e
m e le b ih i 25 % (d u a p u lu h lim a p e rs e n ) d a r i p e rc e n t) fro m th com pany w h ic h re q u e st th
p eru sah aan yang m e n g a ju k a n b a n d in g a ta u a p p e a l o r t h e la w s u it.
g u g a ta n . W h a t is m e a n t b y " n o n - im m e d ia t e in t e r e s t " is
f o llo w i n g t h e e x a m p le a b o v e i f t h e s h a r e s is
Y a n g d im a k s u d " k e p e n tin g a n tid a k la n g s u n g "
w w n e d b y th e c h ild o r c h ild r e n o f t h e J u d g e to
a d a la h d e n g a n m e n g ik u ti c o n to h d i a ta s a p a b ila
th e b e c o n c e r n e d w ith .
sah am itu d im ilik i o le h anak d ari H a k im
d im a k s u d .
P a r a g r a p h (2 )
S u ffic ie n tly c le a r
A y a t (2 )
C u k u p je l a s
P a r a g r a p h (3 )
S u ffic ie n tly c le a r
A y a t (3 )
C u k u p je la s
P a r a g r a p h (4 )
If th e im m e d ia te in te r e s t or n o n -im m e d ia te
A y a t (4 )
in te r e s t is to b e d is c o v e r e d a fte r 1 (o n e ) y e a r
A p a b ila k e p e n tin g a n la n g s u n g a ta u
te r m , th e d ic is io n is c o n s id e r e d le g itim a te .
k e p e n tin g a n tid a k la n g s u n g d ik e ta h u i s e te la h
m e la m p a u i ja n g k a w a k tu 1 (sa tu ) ta h u n ,
P a r a g r a p h (5 )
p u tu s a n te ta p sah .
T h r e e -m o n th te r m is n e e d e to g iv e T a x C o u r t
s u ffic ie n t tim e to m a k e d e c is io n .
A y a t (5 )
J a n g k a w a k tu 3 (tig a ) b u la n d ip e r lu k a n u n tu k
m e m b e r ik a n w a k tu yang m em adai bagi
P e n g a d ila n P a ja k u n t u k m e n g a m b il p u tu s a n .
443
Pasal 53 Article 53
(1 ) H a k im K e tu a m e m a n g g il te r b a n d in g a ta u (1 ) C h ie f Ju d g e in v ite s a p p e a le d o r a c c u s e d
te rg u g a t dan dapat m e m a n g g il pem ohon p a r ty a n d c a n in v ite a p p ia l a p p lic a n t o r
B a n d in g a ta u penggu gat u n tu k a c c u s e r fo r g iv in g o r a l e x p a la n a tio n .
m e m b e r ik a n k e te r a n g a n lis a n .
d a la m p e r s id a n g a n s e b a g a im a n a d im a k s u d to in A r tic le 4 9 , C h ie f Ju d g e in fo rm s
k e p a d a p e m o h o n B a n d in g a ta u p e n g g u g a t.
Paragraph (2)
S u ffic ie n tly c le a r
Pasal 54 Article 54
(1 ) H a k im K e tu a m e n je la s k a n m a s a la h yang (1 ) C h ie f Ju d g e e x p la in s d is p u te d p r o b le m to
d is e n g k e ta k a n kepada p ih a k -p ih a k yang d is p u te d p a r tie s .
b e rs e n g k e ta .
(2 ) C o u n c il asks a p p e a le d o r accu sed p a r ty
(2 ) M a je lis m enanyakan kepada te r b a n d in g
a b o u t m a tte r n o te d b y a p p e a l a p p lic a n t o r
a ta u te rg u g a t m engenai h a l-h a l yang
a c c u s e r in A p p e a l N o tic e o r A c c u s a tio n
d ik e m u k a k a n pem ohon B a n d in g a ta u
N o tic e a n d in R p ly N o tic e .
p e n g g u g a t d a la m S u r a t B a n d in g a ta u S u r a t
G u g a ta n d a n d a la m S u r a t B a n ta h a n .
(3 ) I f C o u n c il fe e ls n e e d a n d in c a se a p p e a l
(3 ) A p a b ila M a je lis m em andang p e r lu dan a p p lic a n t or accu ser p r e s e n ts in th e
d a la m hal pem ohon B a n d in g a ta u s e s s io n , C h ie f Ju d g e can ask appeal
penggu gat h a d ir d a la m p e r s id a n g a n , a p p lic a n t or accu ser fo r g iv in g n eed ed
H a k im K e tu a dapat m e m in ta pem ohon
444
b a n d in g a ta u penggugat u n tu k explanation in solving tax dispute.
m e m b e r ik a n k e te ra n g a n yang d ip e r lu k a n
d a l a m p e n y e l e s a i a n S e n g k e t a P a ja k .
Pasal 55 Article 55
(1 ) A ta s p e r m in ta a n s a la h s a tu p ih a k yang (1 ) O n r e q u e s t o f o n e d is u te d p a r ty , o r d u e
b e rs e n g k e ta , a ta u k aren a ja b a ta n , H a k im to d u ty , C h ie f Ju d g e c a n in s tr u c t w itn e s s
K e tu a dapat m e m e r in ta h k a n s a k s i u n tu k to p resen t and h is / h e r e x p la n a tio n is
h a d ir dan d id e n g a r k e te r a n g a n n y a d a la m h e a r d in th e s e s s io n .
p e r s id a n g a n .
( 2 ) S a k s i y a n g d i p e r i n t a h k a n O le h H a k i m K e t u a (2 ) W itn e s s in s tr u c te d by C h ie f Ju d g e as
r e f e r r e f t o in v e r s e (1 ) s h a ll b e o b lig e d to
s e b a g a im a n a d im a k s u d p a d a a y a t ( 1 ) w a ji b
d a ta n g di p e r s id a n g a n dan tid a k c o m e in th e s e s s io n a n d n o t re p r e s e n te d .
d iw a k ilk a n .
(3 ) In case w itn e s s does not com e even
(3 ) D a la m hal sak si tid a k d a ta n g m e s k ip u n
a lr e a d y p o lite ly in v ite d a n C o u n c il c a n
te la h d ip a n g g il d e n g a n p a tu t d a n M a je lis
ta k e d e c is io n w ith o u t h e a r in g w itn e s s
dapat m e n g a m b il p u tu sa n ta n p a
e x p la n a tio n , C h ie f Ju d g e c o n tin u e s th e
m e n d e n g a r k e te ra n g a n s a k s i, H a k im K e tu a
s e s s io n .
m e la n ju t k a n p e r s id a n g a n .
445
Penjelasan Pasal 55 Elucidation of Article 55
C u k u p je la s S u ffic ie n tly c le a r
Pasal 56 Article 56
ta n g g a l la h ir , je n is k e la m in , n a m e , p ie c e o f b ir th , a g e o r d a te o f b ir th ,
te rb a n d in g / te rg u g a t. a p p e a le d / a c c u s e d p a r ty .
(3 ) S e b e lu m m em b eri k e te ra n g a n , sak si w a ji b
(3 ) B e fo r e fiv in g e x p la n a tio n , w itn e s s s h a ll
m en gu cap kan su m p ah a ta u ja n ji m en u ru t
be o b lig e d to d e liv e r s w e a r / p r o m is e
a g a m a a ta u k ep e rca y a a n n y a .
a c c o r d in g h is / h e r r e lig io n b e lie f.
446
Pasal 57 Article 57
(1 ) Y a n g tid a k b o le h d id e n g a r k e te ra n g a n n y a (1 ) W h o c a n n o t b e h e a r d h is / h e r e x p la n a tio n
s e b a g a i s a k s i s e b a g a im a n a d im a k s u d d a la m a s w itn e s s a s r e fe r re d to in A r tic le 5 5 a re :
P a s a l 5 5 a d a la h :
a. K e lu a r g a s e d a r a h a ta u s e m e n d a m e n u r u t a. R e la tiv e d ir e c t to p -d o w n o r b o tto m -u p
g a r is k e tu ru n a n lu r u s ke a ta s a ta u ke u n til th ir d le v e l f r o m o n e o f d is p u te d
b a w a h s a m p a i d e r a ja t k e t ig a d a r i s a la h p a r tie s .
s a tu p ih a k y a n g b e rs e n g k e ta ; b. H u s b a n d o r w ife o r a p p e a l a p p lic a n t o r
a c c u s e r e v e n a lr e a d y d iv o r c e d .
b. Is tr i a ta u s u a m i d a r i p e m o h o n B a n d in g
c. C h ild r e n u n d e r 1 7 (s e v e n te e n ) y e a rs ; o r
a ta u penggugat m e s k ip u n su d ah
d. O u t o f m in d p e rs o n .
b e r c e r a i;
c. A n a k y a n g b e lu m b e r u s ia 1 7 ( t u ju h b e la s ) (2 ) I f n e e d e d , C h ie f Ju d g e c a n a s k p a r tie s a s
ta h u n ; a ta u r e f e r r e d t o i n v e r s e (1 ) f ig u r e a , f ig u r e b ,
a n d fig u r e c to b e h e a r d th e ir e x p la n a tio n .
d. O r a n g s a k it in g a ta n .
(2 ) A p a b ila d ip a n d a n g p e r lu , H a k im K e tu a
dapat m e m in ta p ih a k s e b a g a im a n a
d im a k s u d pada a y a t (1 ) h u r u f a , h u r u f b ,
d a n h u r u f c u n tu k d id e n g a r k e te r a n g a n n y a .
P e n je la s a n P a s a l 5 7 E lu c id a tio n o f A rtic le 5 7
A y a t (1 ) P a r a g r a p h (1 )
C u k u p je l a s S u ffic ie n tly c le a r
A y a t (2 ) P a r a g r a p h (2 )
K e te r a n g a n te rs e b u t d ip e r lu k a n u n tu k The E x p la n a tio n is need ed to add th e
m e n a m b a h p e n g e ta h u a n d a n k e y a k in a n H a k im k n o w le d g e a n d th e c o n v ic tio n o f th e Ju d g e s ,
yang b e rs a n g k u ta n , dan p ih a k -p ih a k yang a n d th e p a r tie s f r o m w h ic h is th e e x p la n a tio n
d im in ta k e te ra n g a n n y a tid a k p e r lu d ia m b il is ta k e n d o e s n o t h a v e to ta k e a n o a th .
s u m p a h a t a u j a n ji .
P asal 58 A rtic le 5 8
P e n je la s a n P a s a l 5 8 E lu c id a tio n o f A rtic le 5 8
C u k u p je la s S u ffic ie n tly c le a r
447
Pasal 59 Article 59
Pasal 60 Article 60
d ito la k .
Pasal 61 Article 61
(2 ) S e b e lu m m e la k s a n a k a n tu g a s
m e n g a lih b a h a s a k a n yang d ip a h a m i o le h (2 ) B e f o r e d o in g d u ty of in te r p r e ta tio n
k e d a la m b a h a s a In d o n e s ia d a n s e b a lik n y a , In d o n e s ia n la n g u a g e , v ic e v e rsa, o n th a t
(3 ) O r a n g y a n g m e n ja d i s a k s i d a la m s e n g k e ta
(3 ) P e r s o n p e r f o r m in g w itn e s s in d is p u te c a n
t id a k b o le h d it u n ju k s e b a g a i a h li a lih b a h a s a
not be a p p o in te d a s e x p e r t-in te r p r e te r in
448
dalam sengketa dimaksud. the dispute.
P asal 62 Article 62
Pasal 63 Article 63
(1 ) S a k s i d ia m b il su m p ah a ta u ja n ji dan (1 ) O n w itn e s s is ta k e n s w e a r o r p r o m is e a n d
d id e n g a r k e te r a n g a n n y a d a la m p e r s id a n g a n h is / h e r e x p la n a tio n is h eard in s e s s io n
dengan d ih a d ir i o le h te r b a n d in g a ta u p r e s e n te d b y a p p e a le d o r a c c u s e d p a r ty .
te rg u g a t.
449
d ip a n g g il secara p a tu t, te ta p i tid a k dapat p o lite ly in v ite d , b u t c a n n o t c o m e w ith o u t
d a ta n g ta n p a a la s a n yang dapat ju s t ifie d r e a s o n , o n w it n e s s is ta k e n s w e a r
d ip e r t a n g g u n g ja w a b k a n , sak si d ia m b il or p r o m is e and h is / h e r e x p la n a tio n is
su m p ah a ta u ja n ji dan d id e n g a r h e a r d w ith o u t p r e s e n te d by a p p e a le d or
k e te ra n g a n n y a ta n p a d ih a d ir i o le h a c c u s e d p a r ty .
te r b a n d in g a ta u te rg u g a t.
(3 ) In case w itn e s s w ho w ill be h eard th e
(3 ) D a la m h al sak si y a n g a k a n d id e n g a r tid a k
e x p la n a tio n c a n n o t p r e s e n t in s e s s io n d u e
d a p a t h a d ir d i p e r s id a n g a n k a r e n a h a la n g a n
to ju s t ifie d r e a s o n a c c o r d in g la w , C o u n c il
y a n g d a p a t d ib e n a r k a n o le h h u k u m , M a je lis
c a n c o m e to w itn e s s re s id e n c e fo r ta k in g
d a p a t d a ta n g k e te m p a t tin g g a l s a k s i u n tu k
s w e a r o r p r o m is e a n d h e a r in g e x p la n a tio n
m e n g a m b il su m p ah a ta u ja n ji dan
o f w itn e s s w ith o u t p r e s e n te d b y a p p e a le d
m endengar k e te ra n g a n sak si d im a k s u d
o r a c c u s e d p a r ty .
ta n p a d ih a d ir i o le h te r b a n d in g a ta u
te rg u g a t.
P e n je la s a n P a s a l 6 3 E lu c id a tio n o f A r tic le 6 3
A y a t (1 ) P a r a g r a p h (1 )
C u k u p je la s S u ffic ie n tly c le a r
A y a t (2 ) P a r a g r a p h (2 )
C u k u p je la s S u ffic ie n tly c le a r
A y a t (3 ) P a r a g r a p h (3 )
Y a n g d im a k s u d d e n g a n " h a la n g a n y a n g d a p a t W h a t is m e a n t b y "a h in d r a n c e , w h ic h c a n b e r
d ib e n a r k a n o le h h u k u m " , m is a ln y a s a k s i y a n g p e r m itte d b y th e la w " is , s u c h a s , th e w itn e s s
s u d a h s a n g a t tu a , a ta u m e n d e r ita p e n y a k it y a n g is v ery o ld or s u ffe rs fro m illn e s s , w h ic h
tid a k d im u n g k in k a n n y a h a d ir d ip e r s id a n g a n . p r e v e n t s to b e p r e s e n te d a t t h e tr ia l.
H ead of th e Ju d g e s can a s s ig n one of th e
H a k im K e tu a d a p a t m e n u g a s k a n s a la h s e o r a n g
M em b ers o f Ju d g es to le a d th e ta k in g o a th
H a k im A n g g o ta u n tu k m e n g a m b il su m p ah
p r o c e s s io n .
a t a u j a n ji .
P asal 64 A rtic le 6 4
(2 ) H a r i p e r s id a n g a n b e r ik u tn y a d ib e r it a h u k a n (2 ) T h e fo llo w in g s s e s s io n d a y is a n n o u n c e d
k e p a d a te rb a n d in g a ta u te r g u g a t d a n d a p a t to a p p e a le d o r a c c u s e d p a r ty a n d c a n b e
a ta u p e n g g u g a t.
(3 ) I n c a s e a p p e a le d o r a c c u s e d p a r t y d o e s n o t
450
(3 ) D a la m h a l te r b a n d in g a ta u te r g u g a t tid a k p r e s e n t i n s e s s io n w it h o u t ju s t if ie d r e a s o n ,
h a d ir p a d a p e r s id a n g a n ta n p a a la s a n y a n g e v e n a lr e a d y p o lite ly in v ite d , s e s s io n c a n
d a p a t d ip e r t a n g g u n g ja w a b k a n , s e k a l ip u n ia be c o n tin u e d w ith o u t p re s e n te d by
te la h d ib e r i ta h u s e c a r a p a tu t, p e r s id a n g a n a p p e a le d o r a c c u s e d p a r ty .
dapat d ila n ju t k a n ta n p a d ih a d ir i o le h
te r b a n d in g a ta u te rg u g a t.
M a je lis a t a u H a k im T u n g g a l. C o u n c il o r S in g le Ju d g e .
Pasal 66 Article 66
a. S e n g k e t a P a ja k t e r te n tu ; a. P a r tic u la r ta x d is p u te ;
b. A c c u s a tio n th a t is n o t d e c id e d d u r in g a
b. G u g a ta n yang tid a k d ip u tu s d a la m
p e r io d a s r e fe r re d to in A r tic le 81 v e rs e
ja n g k a w a k tu s e b a g a im a n a d im a k s u d
(2);
d a l a m P a s a l 8 1 a y a t (2 ).
c. N o t m e t o n e c o n d itio n a s r e fe r r e d to in
c. tid a k d ip e n u h in y a s a la h s a tu k e te n tu a n A r tic le 84 v e rse (1 ) or w r itin g erro r
s e b a g a im a n a d im a k s u d d a la m P asal 84 a n d / o r a c c o u n tin g e r r o r , o n T a x C o tu t
ayat (1 ) a ta u k e sa la h a n tu lis d a n / a ta u D e c is io n ;
k e sa la h a n h itu n g , d a la m p u tu sa n d. D is p u te th a t a a c c o r d in g la w
P e n g a d i l a n P a ja k ; c o n s id e r a tio n is ot a u th o r ity of Tax
C o u rt.
d. s e n g k e ta yang b e rd a sa rk a n
p e r tim b a n g a n h u k u m b u k a n m e r u p a k a n
(2 ) P a r tic u la r ta x d is p u te as re fe rre d to in
w e w e n a n g P e n g a d i l a n P a ja k .
v erse (1 ) f ig u r e a is ta x d is p u te th a t its
a c c u s a tio n or appeal does not m eet
d im a k s u d pada ayat (1 ) h u ru f a a d a la h (1 ) a n d v e r s e (2 ), A r t ic le 3 6 v e r s e (1 ) a n d
451
S e n g k e ta P a ja k yang B a n d in g a ta u v e rse (4 ), A r t ic le 3 7 v e r s e (1 ), A r tic le 4 0
G u g a ta n n y a tid a k m em enuhi k e te n tu a n v e r s e (1 ) a n d / o r v e r s e (6 ).
s e b a g a im a n a d im a k s u d d a la m P a s a l 3 5 a y a t
(1 ) d a n a y a t (2 ), P a s a l 3 6 a y a t (1 ) d a n a y a t
(4 ), P asal 37 ayat (1 ), P asal 40 ayat (1 )
d a n / a t a u a y a t (6 ).
P e n je la s a n P a s a l 6 6 E lu c id a tio n o f A r tic le 6 6
A y a t (1 ) P a r a g r a p h (1 )
Y a n g d im a k s u d d e n g a n " s e n g k e ta y a n g b u k a n W h a t is m e a n t b y " t h e d is p u te t h a t is n o t in
m e ru p ak an w ew enang P e n g a d ila n P a ja k " th e a u th o r ity o f T a x C o u r t" a s it is m e a n t p a r t
s e b a g a im a n a d im a k s u d d a la m h u ru f c, c , s u c h a s , la w s u it f r o m th e th ir d p a r ty to th e
m is a ln y a g u g a ta n p ih a k k e tig a te rh a d a p im p le m e n ta tio n o f th e c o n fis c a tio n b a s e d on
p e la k s a n a a n s ita b erd asark an pengakuan hak th e o w n e r s h ip d e c la r a tio n o f th e c o n fis c a te d
m ilik a ta s b a r a n g y a n g d is ita . a sse t.
A y a t (2 ) P a r a g r a p h (2 )
C u k u p je la s S u ffic ie n tly c le a r
P asal 67 A r tic le 6 7
P e n je la s a n P a s a l 6 7 E lu c id a tio n o f A rtic le 6 7
C u k u p je la s S u ffic ie n tly c le a r
P asal 68 A r tic le 6 8
A ll r u le s o n e x a m in a tio n w ith n o r m a l p r o c e s s
Sem ua k e te n tu a n m engenai p e m e r ik s a a n
are a ls o v a lid fo r e x a m in a tio n w ith fa st
dengan acara b ia s a b e r la k u ju g a u n tu k
p ro cess.
p e m e r ik s a a n d e n g a n a c a r a c e p a t.
P e n je la s a n P a s a l 6 8 E lu c id a tio n o f A rtic le 6 8
452
c e p a t, y a itu k e te n tu a n m engenai pem bukaan litig a tio n , w h ic h is , th e p r o v is io n on th e
s id a n g , p en g u n d u ran d ir i dan p e n g g a n tia n o p e n in g o f tria l, re s ig n a tio n a n d re p la c e m e n t
H a k im A n g g o ta d a n P a n ite r a , k e te n tu a n y a n g o f th e M e m b ers o f Ju d g e s a n d th e C le r k o f
b e r k a ita n dengan s a k s i, k e r a h a s ia a n dan a h li C o u rt, p r o v is io n c o n c e r n in g w itn e s s ,
a lih b a h a s a s e b a g a im a n a d im a k s u d d a la m P a s a l c o n fid e n tia lity a n d la n g u a g e in te r p r e te r a s it is
50, P asal 51, P asal 52, P asal 53, P asal 54, P asal s tip u la te d in A r tic le 5 0 , A r tic le 5 1 , A r tic le 5 2 ,
55, P asal 56, P asal 57, P asal 58, P asal 59, P asal A r tic le 5 3 , A r tic le 5 4 , A r tic le 5 5 , A r tic le 56,
60 , P a sa l 61 , P a sa l 62 , P a sa l 63, d a n P a sa l 64. A r tic le 5 7 , A r tic le 5 8 , A r tic le 5 9 , A r tic le 60,
A r tic le 6 1 , A r tic le 6 2 , A r tic le 6 3 , a n d A r tic le 6 4 .
Pasal 69 Article 69
(1 ) A la t b u k ti d a p a t b e ru p a : (1 ) E v id e n c e to o ls c a n b e :
a. s u r a t a ta u tu lis a n ;
a. N o tic e o r h a n d w r itin g ;
b. k e te r a n g a n a h li;
b. E x p e r t e x p la n a tio n ;
c. k e te r a n g a n p a r a s a k s i; c. W itn e s s e x p la n a tio n ;
d. P a r tie s te s tim o n y ; a n d / o r
d. p e n g a k u a n p a r a p ih a k ; d a n / a ta u
e. Ju d g e k n o w le d g e .
e. p e n g e ta h u a n H a k im
(2 ) P u b lic ly re c o g n iz e d c o n d itio n s n o n e e d to
(2 ) K e a d a a n yang te la h d ik e ta h u i o le h um um
b e p ro v en .
t id a k p e r lu d ib u k tik a n .
453
identification.
Pasal 70 Article 70
d a la m n y a ;
b. U n d erh an d ed d o c u m e n t, th a t is n o tic e
b. a k ta di baw ah ta n g a n y a itu su ra t yang
m a d e a n d s ig n e d b y r e la te d p a r tie s w ith
d ib u a t d a n d ita n d a ta n g a n i o le h p ih a k -p ih a k
in te n tio n to be u sed as e v id e n c e to o l o n
y a n g b e rs a n g k u ta n dengan m aksu d u n tu k
c a s e o r la w c a s e m e n t io n e d in s id e .
d ip e r g u n a k a n sebagai a la t b u k ti te n ta n g
p e r is tiw a a ta u p e r is tiw a hukum yang
c. D e c id io n n o tic e o r d e c r e e n o tic e is s u e d b y
te r c a n tu m d i d a la m n y a ;
a u th o r iz e d o ffic ia l.
c. s u ra t k e p u tu sa n a ta u s u ra t k e te ta p a n y a n g
d it e r b it k a n o le h P e ja b a t y a n g b e r w e n a n g ; d. O th e r n o tic e s o r h a n d w r itin g n o t in c lu d e d
in fig u r e a , fig u r e b , a n d fig u r e c th a t h a v e
d. s u ra t-s u ra t la in a ta u tu lis a n yang tid a k
r e la tio n w ith a p p e a l o r a c c u s a tio n .
te rm a s u k h u ru f a , h u ru f b , d a n h u r u f c y a n g
ada k a ita n n y a dengan b a n d in g a ta u
g u g a ta n .
Pasal 71 Article 71
(2 ) S e o r a n g y a n g tid a k b o le h d id e n g a r s e b a g a i
s a k s i s e b a g a im a n a d im a k s u d d a la m P a s a l 5 7 (2 ) A p e r s o n w h o c a n n o t b e h e a r d a s w itn e s s
a y a t (1 ) tid a k b o le h m e m b e r ik a n k e te r a n g a n a s r e fe r r e d to in A r tic le 5 7 v e r s e (1 ) c a n n o t
a h li. g iv e e x p e r t e x p la n a tio n
454
P e n je la s a n P a s a l 7 1 E lu c id a tio n o f A rtic le 7 1
C u k u p je la s S u ffic ie n tly c le a r
P asal 72 A rtic le 7 2
(1 ) A ta s p e r m in ta a n kedua b e la h p ih a k a ta u (1 ) B a s e d o n r e q u e s t o f b o th p a r tie s o r o n e
s a la h s a tu p ih a k a ta u k aren a ja b a ta n n y a , p a r ty o r d u e to th e d u ty , C h ie f Ju d g e o r
H a k im K e tu a a ta u H a k im Tunggal dapat S in g le Ju d g e can a p p in t one or sev eral
m e n u n ju k s e o r a n g a t a u b e b e r a p a o r a n g a h li. e x p e r t (s).
(2 ) S e o r a n g a h li d a la m p e r s id a n g a n h a ru s
(2 ) A n e x p e r t in s e s s io n s h a ll b e o b lig e d to
m e m b e ri k e te ra n g a n b a ik te r tu lis m aupun
g iv e e x p la n a tio n in p r in t or o r a lly ,
lis a n , y a n g d ik u a tk a n d e n g a n s u m p a h a ta u
s tre n g th e n e d by sw ear or p r o m is e
ja n ji m engenai hal seb e n a rn y a m en u ru t
c o n c e r n in g r e a l m a tte r p u r s u a n t t h o s / h e r
p e n g a la m a n d a n p e n g e ta h u a n n y a .
e x p e r ie n c e a n d k n o w le d g e .
P e n je la s a n P a s a l 7 2 E lu c id a tio n o f A rtic le 71
C u k u p je la s S u ffic ie n tly c le a r
P asal 73 A rtic le 7 3
K e te r a n g a n s a k s i d ia n g g a p s e b a g a i a la t b u k ti W itn e s s e x p la n a tio n c a n b e tr e a te d a s e v id e n c e
a p a b ila k e te r a n g a n itu b e r k e n a a n d e n g a n h a l to o l if th a t e x p a la n a tio n is r e la te d w ith
y a n g d ia la m i, d ilih a t, a ta u d id e n g a r s e n d ir i o le h e x p e r ie n c e d , lo o k e d , or h eard m a tte r by
s a k s i. h im s e lf/ h e r s e lf.
P e n je la s a n P a s a l 7 3 E lu c id a tio n o f A rtic le 7 3
C u k u p je la s S u ffic ie n tly c le a r
P asal 74 A rtic le 7 4
P e n je la s a n P a s a l 7 4 E lu c id a tio n o f A r tic le 7 4
C u k u p je la s S u ffic ie n tly c le a r
455
Pasal 75 Article 75
P asal 76 A r tic le 7 6
H a k im m e n e n tu k a n a p a y a n g h a r u s d ib u k tik a n , Ju d g e d e c id e s w h a t m u s t b e p r o v e n , e v id e n c e
beban p e m b u k tia n b e se rta p e n ila ia n and e v id e n c e e v a lu a tio n and fo r e v id e n c e
p e m b u k tia n dan u n tu k sahnya p e m b u k tia n v a lid ity n e e d e d a t le a s t 2 (tw o ) e v id e n c e to o ls
d ip e r lu k a n p a lin g s e d ik it 2 (d u a ) a la t b u k ti a s r e f e r r e d t o i n A r t i c l e 6 9 v e r s e (1 )
s e b a g a im a n a d im a k s u d d a la m P a s a l 6 9 a y a t (1 ).
P e n je la s a n P a s a l 7 6 E lu c id a tio n o f A r tic le 7 6
h a d ir d a la m s id a n g , k a r e n a itu fa k ta a ta u h a l- in s titu te th e la w s u it to g e t r e s p o n d .
h al b aru yang d ik e m u k a k a n te r b a n d in g a ta u
te r g u g a t h a r u s d ib e r ita h u k a n k e p a d a p e m o h o n
b a n d in g a ta u penggu gat u n tu k d ib e r ik a n
ja w a b a n .
456
Bagian Kedelapan Section Eight
Putusan Decision
Pasal 77 Article 77
Pasal 78 Article 78
P u t u s a n P e n g a d ila n P a ja k d ia m b il b e r d a s a r k a n T a x C o u r t D ic is io n is ta k e n b a s e d o n e v id e n c e
h a s il p e n ila ia n p e m b u k tia n , dan b erd asark an e v a lu a tio n r e s u lt, and b ased on re la te d ta x
p e ra tu ra n p e ru n d a n g -u n d a n g a n p e r p a ja k a n ' a w s ' an<^ ^ a s e d o n J u<* g e B e l i e f ,
457
Pasal 79 Article 79
Pasal 80 Article 80
(1 ) P u t u s a n P e n g a d ila n P a ja k d a p a t b e r u p a : (1 ) T a x C o u r t D e c is io n c a n b e :
a. m e n o la k ;
a. R e je c t in g ;
b. m e n g a b u lk a n s e b a g ia n a ta u s e lu ru h n y a ; b. A c c e p tin g w h o lly o r p a r tia lly ;
c. A d d in g ta x m u s t b e p a id ;
c. m e n a m b a h P a ja k y a n g h a r u s d ib a y a r ;
d. C a n n o t b e a c c e p te d ;
d. tid a k d a p a t d ite rim a ;
e. C o r r e c tin g w r itin g erro r and/or
e. m e m b e tu lk a n k e sa la h a n tu lis d a n / a ta u a c c o u n tin g e r r o r ; a n d / o r
k e s a la h a n h itu n g ; d a n / a ta u f. C a n c e lin g .
458
f. m e m b a ta lk a n . (2 ) O n d e c is io n a s r e fe r r e d to in v e r s e (1 ) c a n
not be p ro p o sed a c c u s a tio n , a p p e a l, or
(2 ) T e r h a d a p p u tu sa n s e b a g a im a n a d im a k s u d
c a s s a tio n .
pada ayat (1 ) tid a k dapat la g i d ia ju k a n
G u g a ta n , B a n d in g , a ta u k a s a s i.
Pasal 81 Article 81
a ta s g u g a ta n d ia m b il d a la m ja n g k a w a k tu 6 p r o c e s s a c c u s a t io n is t a k e n w i t h i n 6 (s ix )
m o n th fro m a c c u s a tio n n o tic e is
(e n a m ) b u la n s e ja k s u r a t g u g a t a n d ite r im a .
o b ta in e d .
(3 ) D a la m h a l-h a l k h u su s, ja n g k a w a k tu
s e b a g a im a n a d im a k s u d p ia d a ayat (1 )
(3 ) In s p e c ific , a p e r io d as re fe rre d to in
d i p e r p a n ja n g p a l i n g l a m a 3 ( t ig a ) b u la n .
v e r s e (1 ) le n g t h e n e d m a x im u m 3 (th r e e )
(4 ) D a la m h a l-h a l k h u su s, ja n g k a w a k tu m o n th .
s e b a g a im a n a d im a k s u d pada ayat (2 )
d i p e r p a n ja n g p a l i n g l a m a 3 ( t ig a ) b u la n . (4 ) In s p e c ific c a s e s , a p e r io d a s r e f e r r e d to
in v erse (2 ) is le n g th e n e d m a x im u m 3
(5 ) D a la m hal G u g a ta n yang d ia ju k a n s e la in
■ (th re e ) m o n th .
a ta s k e p u tu sa n p e la k s a n a a n p e n a g ih a n
P a ja k , tid a k d ip u tu s d a la m ja n g k a w a k tu
(5 ) In case a c c u s a tio n p ro p o sed e x c lu d in g
s e b a g a im a n a d im a k s u d pada ayat (2 ),
o n d e c is io n o n t a x c o lle c t io n e x e c u t io n is
P e n g a d i l a n P a ja k w a ji b m e n g a m b i l p u t u s a n
n o t d e c id e d in a p e r io d a s r e fe r r e d to in
m e la lu i p e m e r ik s a a n dengan acara cep at
v e r s e (2 ), T a x C o u r t s h a ll b e o b lig e d to
d a la m ja n g k a w a k tu 1 (sa tu ) b u la n - s e ja k
m a k e d e c is io n th r o u g h e x a m in a tio n w ith
459
ja n g k a w a k tu 6 (e n a m ) b u la n d im a k s u d fa s t p r o c e s s w ith in 1 (o n e ) m o n th fr o m
d ila m p a u i. th e p e r io d o f 6 (s ix ) m o n t h s d e n o te d h a s
e la p s e d .
P e n je la s a n P a s a l 8 1 E lu c id a tio n o f A rtic le 81
A y a t (1 ) P a r a g r a p h (1 )
P e n g h itu n g a n ja n g k a w a k tu 12 (d u a b e la s ) T h e c o u n tin g 1 2 (tw e lv e ) m o n th s p e r io d in th e
b u la n d a la m p e n g a m b ila n p u tu sa n dapat m a k in g o f th e D e c is io n c a n b e e x a m p le a s:
d ib e r ik a n c o n to h s e b a g a i b e rik u t: N o tic e o n A p p e a l is re c e iv e d o n A p r il, 5 2 0 0 2 ;
b a n d in g d ite r im a ta n g g a l 5 A p r il 2 0 0 2 , p u tu s a n th e D e c is io n h a s to b e m a d e a t th e la te s t o n
h aru s d ia m b il s e la m b a t-la m b a tn y a ta n g g a l 4 A p r il, 4 2 0 0 3
A p r il 2 0 0 3 .
P a r a g r a p h (2 )
A y a t (2 ) S u ffic ie n tly c le a r
C u k u p je l a s
P a r a g r a p h (3 )
A y a t (3 ) W h a t is m e a n t b y " i n c e r ta in th in g s " a m o n g
Y ang d im a k s u d dengan "d a la m h a l-h a l o th e r th in g s th e c o m p lic a tio n o f th e d is p u te ,
k h u su s" a n ta ra la in p e m b u k tia n s e n g k e ta w h ic h is d iffic u lt to be p ro v en , su m m on s
r u m it, p e m a n g g ila n s a k s i m e m e r lu k a n w a k tu w it n e s s th a t ta k e s t h e tim e .
y a n g c u k u p la m a .
P a r a g r a p h (4 )
A y a t (4 ) S u ffic ie n tly c le a r
C u k u p je la s
P a r a g r a p h (5 )
A y a t (5 ) S u ffic ie n tly c le a r
C u k u p je la s
P asal 82 A r tic le 8 2
460
(2 ) P u tu s a n / p e n e ta p a n dengan acara cep at m is ta k e s a s r e fe r r e d to in A r tic le 6 6 v e r s e
te r h a d a p k e k e lir u a n s e b a g a im a n a d im a k s u d (1 ) fig u r e c a s c o r r e c tio n o f w r itin g e rr o r
d a la m P asal 66 ayat (1 ) h u ru f c b e ru p a a n d / o r c a lc u la tin g e r r o r , is ta k e n w ith in 3 0
m e m b e tu lk a n k e sa la h a n tu lis d a n / a ta u (th ir ty ) d a y s f r o m th a t m is ta k e s is k n o w n
k e sa la h a n h itu n g , d ia m b il d a la m ja n g k a or fro m a p p lic a n tio n of one p a r ty is
w a k t u 3 0 ( t ig a p u lu h ) h a r i s e ja k k e k e lir u a n a c c e p te d .
d im a k s u d d ik e t a h u i a t a u s e ja k p e r m o h o n a n
(3 ) D e c is io n w it h f a s t p r o c e s s o n d is p u t e t h a t
s a la h s a tu p ih a k d ite rim a ,
p u rsu an t to la w c o n s id e r a tio n is not
(3 ) P u tu s a n dengan a ca ra cep at te rh a d a p a u th o r ity of Tax C o u rt as re fe rre d to in
s e n g k e ta yang d id a s a r k a n p e r tim b a n g a n A r tic le 6 6 v e r s e (1 ) fig u r e d , a s c a n n o t b e
hukum bukan m eru p ak an w ew enang a c c e p te d , is ta k e n w ith in 3 0 (th ir ty ) d a y s
P e n g a d ila n P a ja k s e b a g a im a n a d im a k s u d f r o m a p p e a l n o tic e o r a c c u s a tio n n o tic e is
d a la m P a s a l 6 6 a y a t (1 ) h u r u f d , b e r u p a tid a k r e c e iv e d .
d a p a t d it e r im a , d ia m b il d a la m ja n g k a w a k tu
(4 ) I n c a s e T a x C o r u t d ic is io n is ta k e n o n ta x
3 0 ( t ig a p u lu h ) h a r i s e ja k S u r a t B a n d in g a t a u
d is p u te a s r e f e r r e d to in v e r s e (3 ), a p p e a l
S u r a t G u g a ta n d ite r im a .
a p p lic a n t or accu ser can p ro p o se
(4 ) D a la m h a l p u t u s a n P e n g a d ila n P a ja k a c c u s a tio n to a u th o r iz e d c o u rt.
d ia m b il t e r h a d a p s e n g k e t a p a ja k
s e b a g a im a n a d im a k s u d p a d a a y a t (3 ),
p e m o h o n b a n d in g a ta u p e n g g u g a t d a p a t
m e n g a ju k a n G u g a t a n k e p a d a p e r a d ila n
y a n g b e rw en a n g .
Pasal 83 Article 83
d a la m s id a n g te r b u k a u n tu k u m u m . s e s s io n o p e n f o r p u b lic .
(2 ) T id a k d ip e n u h in y a k e te n tu a n s e b a g a im a n a
(2 ) N o t m e t o n c o n d itio n s a s r e fe r r e d to in
d im a k s u d p a d a a y a t (1 ), p u tu s a n P e n g a d ila n
v e r s e (1 ), T a x C o u r t d e c is io n is n o t v a lid
P a ja k tid a k sah dan tid a k m em punyai
a n d h a s n o la w p o w e r a n d b e c a u s e o f it
k e k u a ta n hukum dan k aren a itu p u tu sa n
th a t d e c is io n m u st be read a g a in in
d im a k s u d h a r u s d iu c a p k a n k e m b a li d a la m
s e s s io n .
s id a n g te r b u k a u n tu k u m u m .
461
Pasal 84 Article 84
(1 ) P u t u s a n P e n g a d ila n P a ja k h a r u s m e m u a t : (1 ) T a x C o u r t D e c is io n m u s t c o n ta in :
c. nam a ja b a t a n dan a la m a t te r b a n d in g c. N a m e o f d u ty a n d a d d r e s s o f a p p e a l o r
a ta u te rg u g a t; a c c u s e d p a r ty ;
d. D a y , d a te o f a p p e a l o r a c c u s a tio n is
d. h a r i, ta n g g a l d ite r im a n y a b a n d in g a ta u
re c e iv e d ;
g u g a ta n ;
e. C le a r su m m ary of appeal or
e. r in g k a s a n B a n d in g a ta u G u g a ta n , dan a c c u s a tio n , and su m m ary of A p p eal
r in g k a s a n S u rat U r a ia n B a n d in g a ta u S ta te m e n t a n d N o tic e o r R e p ly N o tic e ,
S u r a t T a n g g a p a n , a ta u S u r a t B a n ta h a n , o r F r a c tio u s N o tic e ;
y a n g je la s ; f. C o n s id e r a tio n a n d e v a lu a tio n o f e v e r y
p ro p o sed e v id e n c e and m a tte r
f. p e r tim b a n g a n d a n p e n ila ia n s e tia p b u k ti
h a p p e n e d i n s e s s io n d u r in g d is p u te is
yang d ia ju k a n dan hal yang t e r ja d i
e x a m in e d ;
d a la m p e r s id a n g a n s e la m a s e n g k e ta itu
g. M a in d is p u te ;
d ip e rik s a ;
h. L a w r e a s o n th a t b e b a s is o f d e c is io n ;
g. p o k o k s e n g k e ta ; i. D e c is io n s ta te m e n t o f d is p u te ;
j. D a y , d e c is io n d a te , n a m e o f J u d g e w h o
h. a la s a n hukum yang m e n ja d i d asar
p u tu sa n ; d e c id e s , nam e of R eco rd er, and
e x p la n a tio n c o n c e r n in g p resen ce or
i. a m a r p u tu sa n te n ta n g s e n g k e ta ; d a n
a b s e n c e o f p a r tie s .
j. h a r i, ta n g g a l p u tu sa n , nam a H a k im
yang m e m u tu s , nam a P a n ite r a , dan (2 ) N o t m e t o f o n e o f c o n d it io n a s r e f e r r e d to
k e te ra n g a n te n ta n g h a d ir a ta u tid a k i n v e r s e (1 ) c a u s e s t h a t d e c is io n i s n o t v a lid
h a d ir n y a p a r a p ih a k . a n d C h ie f in s tr u c ts th a t d is p u te c o m e s to
s e s s io n a g a in w ith fa s t p r o c e s s, e x c e p t th a t
(2 ) T id a k d ip e n u h in y a s a la h s a tu k e te n tu a n
d e c is io n h a s a lr e a d y e la p s e d a p e r io d o f 1
s e b a g a im a n a d im a k s u d pada ayat (1 )
(o n e) y e a r.
m e n y e b a b k a n p u tu s a n d im a k s u d tid a k s a h
dan K e tu a m e m e r in ta h k a n s e n g k e ta
(3 ) S u m m a r ie s a s r e f e r r e d to in v e r s e (1 ) f ig u r e
d im a k s u d seg era d is id a n g k a n k e m b a li
e a r e n o t n e e d e d in c a s e T a x C o u r t d e c is io n
dengan acara c e p a t, k e c u a li p u tu sa n
is ta k e n on ta x d is p u te a s re fe rre d to in
d im a k s u d te la h m e la m p a u i ja n g k a w a k tu 1
A r tic le 6 6 v e r s e (1 ) fig u r e c , fig u r e d , a n d
(sa tu ) ta h u n .
A r t ic le 6 6 v e r s e (2 ).
(3 ) R in g k a s a n s e b a g a im a n a d im a k s u d pada
a y a t (1 ) h u r u f e tid a k d ip e r lu k a n d a la m h a l (4 ) T a x C o u rt d e c is io n m u st be s ig n e d by
p u t u s a n P e n g a d ila n P a ja k d ia m b il t e r h a d a p Ju d g e w h o d e c id e s a n d R e c o rd e r .
462
s e n g k e ta p a ja k s e b a g a im a n a d im a k s u d
d a la m P a s a l 66 a y a t (1 ) h u r u f c , h u r u f d , d a n (5 ) I f C h ie f Ju d g e o r S in g le J u d g e w h o s e s s io n s
P a s a l 6 6 a y a t (2 ). h a s o b s ta c le to s ig h , d e c is io n is s ig n e d b y
C h ie f b y s ta tin g r e a s o n o f o b s ta c le o f C h ie f
(4 ) P u tu s a n P e n g a d ila n P a ja k h a ru s
Ju d g e o r S in g le Ju d g e .
d ita n d a ta n g a n i o le h H a k im y a n g m e m u tu s
d a n P a n ite r a .
(6 ) I f M em ber Ju d g e has o b s ta c le to s ig n ,
(5 ) A p a b ila H a k im K e tu a a ta u H a k im T u n g g a l d ic is io n is s ig n e b y C h ie f Ju d g e b y s ta tin g
yang m e n y id a n g k a n b e r h a la n g a n r e a s o n o f o b s ta c le o f M e m b e r Ju d g e .
m e n a n d a ta n g a n i, p u tu sa n d ita n d a ta n g a n i
o le h K e tu a dengan m e n y a ta k a n a la s a n
b e r h a la n g a n n y a H a k im K e tu a a ta u H a k im
T u n g g a l.
(6 ) A p a b ila H a k im A n g g o ta b e r h a la n g a n
m e n a n d a ta n g a n i, p u tu sa n d ita n d a ta n g a n i
o le h H a k im K e tu a dengan m e n y a ta k a n
a la s a n b e rh a la n g a n n y a H a k im A n g g o ta
d im a k s u d .
P e n je la s a n P a s a l 8 4 E lu c id a tio n o f A rtic le 8 4
A y a t (1 ) P a r a g r a p h (1 )
Y ang d im a k s u d dengan id e n tita s la in n y a , W hat is m eant by "o th e r id e n tific a tio n "
A y a t (2 )
C u k u p je la s P a r a g r a p h (2 )
S u ffic ie n tly c le a r
A y a t (3 )
C u k u p je la s P a r a g r a p h (3 )
S u ffic ie n tly c le a r
A y a t {4 )
C u k u p je la s P a r a g r a p h (4 )
S u ffic ie n tly c le a r
A y a t (5 )
C u k u p je la s P a r a g r a p h (5 )
S u ffic ie n tly c le a r
A y a t (6 )
C u k u p je l a s P a r a g r a p h (6 )
S u ffic ie n tly c le a r
463
Pasal 85 Article 85
m e m b u a t B e rita A c a r a S id a n g y a n g m e m u a t m ake S e s s io n M in u te s c o n ta in in g a ll
s e g a la s e s u a tu yang t e r ja d i d a la m m a te r h a p p e n e d in s e s s io n .
p e r s id a n g a n .
(2 ) S e s s io n M in u te s is s ig n e d b y C h ie f Ju d g e
(2 ) B e r ita A cara S id a n g d ita n d a ta n g a n i o le h
o r S in g le Ju d g e a n d R e c o r d e r a n d if o n e
H a k im K e tu a a ta u H a k im Tunggal dan
of th e m has o b s ta c le , th e reaso n of
P a n ite r a dan a p a b ila s a la h seoran g d ari
o b s ta c le is s ta te d in S e s s io n M in u te s .
m e r e k a b e r h a la n g a n , a la s a n b e r h a la n g a n n y a
itu d in y a ta k a n d a la m B e r ita A c a r a S id a n g .
(3 ) If C h ie f Ju d g e or S in g le Ju d g e and
(3 ) A p a b ila H a k im K e tu a a ta u H a k im T u n g g a l R e c o r d e r h a v e o b s ta c le to s ig n , S e s s io n
d a n P a n ite r a b e r h a la n g a n m e n a n d a ta n g a n i, M in u te s is s ig n e d b y C h ie f to g e th e r w ith
B e rita A cara S id a n g d ita n d a ta n g a n i o le h o n e o f R e c o r d e r s b y s ta tin g th e r e a s o n o f
K e tu a b e rsa m a s a la h seoran g P a n ite r a o b s ta c le o f C h ie f Ju d g e o r S in g le Ju d g e
d e n g a n m e n y a ta k a n a la s a n b e r h a la n g a n n y a a n d R eco rd er.
H a k im K e tu a a ta u H a k im Tunggal dan
P a n ite r a .
Pasal 86 Article 86
464
p a ja k u n tu k dapat m e m p e r o le h k e le b ih a n
d im a k s u d .
Pasal 87 Article 87
m e n g a b u lk a n s e b a g ia n a ta u s e lu r u h b a n d in g , a p p e a l, ta x o v e r p a y m e n t is r e tu r n e d a d d e d b y
(d u a p e rs e n ) s e b u la n u n tu k p a lin g la m a 2 4 (d u a to r e g u la tin g ta x la w s .
p u lu h e m p a t) b u la n , sesu ai k e te n tu a n
p e ra tu ra n p e ru n d a n g -u n d a n g a n p e r p a ja k a n
y a n g b e r la k u .
Pasal 88 Article 88
(1 ) S a lin a n p u tu sa n a ta u s a lin a n p e n e ta p a n (1 ) C o p y o f D e c is io n o r a c o p y o f D e c r e e o f
P e n g a d ila n P a ja k d ik ir im kepada p ara T a x C o u r t is s e n t to p a r tie s b y le tte r b y
p ih a k d e n g a n s u r a t o le h S e k r e ta r is d a la m S e c re ta ry w ith in 30 (th ir ty ) d a y s fr o m
ja n g k a w a k tu 30 (tig a p u lu h ) h ari s e ja k th e dae o f th e Tax C o u rt D e c is io n is
ta n g g a l p u tu s a n P e n g a d ila n P a ja k re a d , o r w ith in 7 (se v e n ) d a y s fr o m th e
d iu c a p k a n , a ta u d a la m ja n g k a w a k tu 7 d a te o f in te r r u p te d d e c is io n is r e a d .
( t u ju h ) h ari s e ja k ta n g g a l p u tu sa n s e la
d iu c a p k a n . (2 ) The Tax C o u rt D e c is io n m u st be
d ila k s a n a k a n o le h P e ja b a t y a n g b e r w e n a n g ( t h ir t y ) d a y s f r o m t h e d a t e o f d ic is io n is
d a la m ja n g k a w a k tu 30 (tig a p u lu h ) h ari o b ta in e d .
t e r h it u n g s e ja k t a n g g a l d it e r im a p u t u s a n .
(3 ) A n o ffic ia l w h o d o e s n o t e x e c u te th e T a x
(3 ) P e ja b a t y a n g tid a k m e la k s a n a k a n p u tu sa n
C o u r t D e c is io n r e fe r r e d to in v e r s e (2 ) is
P e n g a d ila n P a ja k d a la m ja n g k a w a k tu
lia b le to p e n a lty a s r e g u la tin g p e r s o n a l
s e b a g a im a n a d im a k s u d pada ayat (2 )
n o tic e .
d ik e n a k a n s a n k s i s e s u a i d e n g a n k e te n tu a n
k e p e g a w a ia n y a n g b e rla k u .
465
Bagian Kesepuluh Section Ten
Pemeriksaan Peninjauan Kembali Examination of Re-examination
Pasal 89 Article 89
Pasal 90 Article 90
H u k u m a c a r a y a n g b e r la k u p a d a p e m e r ik s a a n T h e p r o c e d u r e la w r e g u la tin g in e x a m in a tio n
p e n in ja u a n k e m b a li a d a la h hukum acara of re -e c a m in a tio n is a p ro ced u re la w of
p e m e r ik s a a n p e n in ja u a n k e m b a li s e b a g a im a n a e x a m in a tio n o f r e -e x a m in a tio n r e fe r r e d to in
d im a k s u d d a la m U n d a n g -U n d a n g N om or 14 th e la w N u m b e r 1 4 y e a r 1 9 8 5 c o n c e r n in g th e
T a h u n 1 9 8 5 te n ta n g M a h k a m a h A g u n g , k e c u a li Su p rem e C o u rt, excep t s p e c ific a lly in th is
yang d ia tu r secara k h u su s d a la m U ndang- Law .
u n d a n g in i.
Pasal 91 Article 91
466
a. A p a b ila . p u tu sa n P e n g a d ila n P a ja k o r ta c tic s o f o p p o s ite p a r ty k n o w n a fte r
d id a s a r k a n pada s u a tu kebohongan a ta u c a s e d e c id e d o r b a s e d o n e v id e n c e th a t
tip u m u s lih a t p ih a k la w a n y a n g d ik e ta h u i s tip u la te d a s f a ls e b y ju d g e o f c r im in a l;
s e te la h p e r k a r a n y a d ip u tu s a ta u d id a s a r k a n
pada b u k ti-b u k ti yang k e m u d ia n o le h b. If th e re is new im p o r ta n t in p r in t
h a k im p id a n a d in y a ta k a n p a ls u ; e v id e n c e , and has d e r e m in in g
c h a r a c te r is tic s , if k n o w n in th e s e s s io n
b. A p a b ila te r d a p a t b u k ti te r tu lis b aru yang
p e r io d of th e Tax C o u rt w ill r e s u lt
p e n tin g dan b e r s ifa t m e n e n tu k a n , yang
a n o th e r d e c is io n ;
a p a b ila d ik e ta h u i p a d a ta h a p p e r s id a n g a n
di P e n g a d ila n P a ja k akan m e n g h a s ilk a n
c. I f a lr e a d y a c c e p te d , it is a m a tte r n o t
p u tu sa n y a n g b e rb e d a ;
accu sed o r m o re th a n acu sed , excep t
c. A p a b ila te la h d ik a b u lk a n s u a tu hal yang d e c id e d p u r s u a n t to A r tic le 8 0 v e r s e (1 )
tid a k d itu n tu t a ta u le b ih d ari pada yang fig u r e b a n d fig u r e c;
d itu n tu t, k e c u a li y a n g d ip u tu s b e r d a s a r k a n
P a s a l 8 0 a y a t (1 ) h u r u f b d a n c; d. I f c o n c e r n in g o n e p a r t o f a c c u s a tio n is
tu n tu ta n b e lu m d ip u tu s ta n p a o f c a u s tio n .
d ip e r tim b a n g k a n s e b a b -s e b a b n y a ; a ta u
e. I f th e r e is a d ic is io n th a t c le a r ly v io la te s
e. A p a b ila te r d a p a t s u a tu p u tu s a n y a n g n y a ta -
t h e r e g u la tin g la w s .
n y a ta tid a k sesu ai dengan k e te n tu a n
p e ra tu ra n p e ru n d a n g -u n d a n g a n yang
b e rla k u .
Pasal 92 Article 92
b e r d a s a r k a n a la s a n s e b a g a im a n a d im a k s u d r e a s o n s r e fe r re d to in A r tic le 9 1 fig u r e a ,
te rh itu n g s e ja k d ik e ta h u in y a kebohongan f r o m T a x C o u r t d e c is io n h a s p e r m a n e n t
a ta u tip u m u s lih a t a ta u s e ja k p u tu sa n la w p o w e r.
H a k im p e n g a d ila n p id a n a m e m p e r o le h
k e k u a t a n h u k u m te ta p . (2 ) R e -e x a m in a tio n a p p lic a tio n p u r s u a n t to
re a s o n s r e fe r r e d to in A r tic le 9 1 fig u r e b
(2 ) P e n g a ju a n p e r m o h o n a n p e n in ja u a n k e m b a li
is done w ith in m a x im u m 3 (th re e )
b e r d a s a r k a n a la s a n s e b a g a im a n a d im a k s u d
m o n th s f r o m fin d in g n e w e v id e n c e th a t
d a la m P asal 91 h u ru f b d ila k u k a n d a la m
day nd d a te of fin d in g m u st be
ja n g k a w a k tu p a lin g la m b a t 3 (tig a ) b u la n
s ta te d u n d e r sw ear and le g a liz e d by
t e r h it u n g s e ja k d it e m u k a n s u r a t - s u r a t b u k t i
a u th o r iz e d o ffic ia l.
y a n g h a r i d a n ta n g g a l d ite m u k a n n y a h a r u s
467
d in y a ta k a n d i b a w a h s u m p a h d a n d is a h k a n (3 ) R e -e x a m in a tio n a p p lic a tio n p u r s u a n t to
o le h p e ja b a t y a n g b e r w e n a n g . r e a s o n r e fe r r e d to in A r tic le 9 1 fig u r e c,
fig u r e d, and fig u r e e is done w ith in
(3 ) P e n g a ju a n p e r m o h o n a n p e n in ja u a n k e m b a li
m a x im u m 3 (th re e ) m o n th f r o m d e c is io n
b e r d a s a r k a n a la s a n s e b a g a im a n a d im a k s u d
is s e n t.
d a la m P a s a l 9 1 h u r u f c , h u r u f d , d a n h u r u f e
d ila k u k a n d a la m ja n g k a w a k tu p a lin g
la m b a t 3 (tig a ) b u la n s e ja k p u t u s a n d ik ir im .
Pasal 93 Article 93
a. d a la m ja n g k a w a k tu 6 (e n a m ) b u la n
s e ja k p e rm o h o n a n p e n in ja u a n k e m b a li a. w ith in 6 (s ix ) m o n th , fro m re
m e n g a m b il p u tu sa n , d a la m hal Su p rem e C o u rt a lr e a d y ta k e s
P e n g a d ila n P a ja k m e n g a m b il p u tu sa n d e c is io n , in c a s e th e T a x C o u r t ta k e s
m e la lu i p e m e r ik s a a n a c a r a b ia s a ; d e c is io n th ro u g h e x a m in a tio n w ith
n o rm a l p ro cess.
b. d a la m ja n g k a w a k t u 1 ( s a tu ) b u la n s e ja k
b. W ith in 1 (o n e) m o n th fro m re
p e rm o h o n a n p e n in ja u a n k e m b a li
e x a m in a tio n a p p lic a tio n re c e iv e d , th e
d ite r im a o le h M a h k a m a h A g u n g te la h
S u p r e m e C o u r t a lr e a d y ta k e s in c a s e
m e n g a m b il p u tu sa n , d a la m hal
th e T a x C o u r t ta k e s d e c is io n th r o u g h
P e n g a d ila n P a ja k m e n g a m b il p u tu sa n
e x a m in a tio n w ith fa s t p ro ce s s.
m e la lu i p e m e r ik s a a n a c a r a c e p a t.
468
BA B V CH A PTER V
T R A N S IT IO N R U L E S
K E T E N T U A N P E R A L IH A N
P asal 94 A r tic le 9 4
P a d a s a a t U n d a n g -u n d a n g in i m u la i b e rla k u : W h e n th i la w c o m e s in to e ffe c t:
(1 ) The Tax D is p u te S e ttle m e n t A gency
(1 ) B a d a n P e n y e le s a ia n S e n g k e ta P a ja k yang
e s ta b lis h e d p u rs u a n t to L a w N u m ber 17
te la h d ib e n tu k b erd a sa rk a n U ndang-
Y e a r 1 9 9 7 , b e c o m e s th e T a x C o u rt b a se d
U ndang N om or 17 Tahun 1997, m e n ja d i
o n th is la w .
P e n g a d ila n P a ja k b erd asark an U ndang-
u n d a n g in i.
(2 ) T h e T a x C o u r t p u r s u a n t to th is L a w is a
(2 ) P e n g a d ila n P a ja k b erd asark an U ndang- c o n tin u a tio n of th e Tax D is p u te
U ndang in i a d a la h k e la n ju t a n d ari B ad an S e ttle m e n t A g e n c y a s re fe rre d to in th e
P e n y e le s a ia n S e n g k e ta P a ja k s e b a g a im a n a fig u r e 1.
d im a k s u d p a d a a n g k a 1.
(3 ) P u r s u a n t to th e r u le a s r e fe r re d to in th e
(3 ) B e r d a s a r k a n k e te n tu a n s e b a g a im a n a
fig u r e 2 , th e C h ie f, th e V ic e C h ie f, a n d th e
d im a k s u d pada angka 2, K e tu a , W a k il
M e m b ers o f th e T a x D is p u te S e ttle m e n t
K e tu a , dan A n g g o ta Badan P e n y e le s a ia n
A g e n c y b e c o m e t h e C h ie f, th e V ic e C h ie f,
S e n g k e ta P a ja k , m e n ja d i K e tu a , W a k il
a n d th e M e m b e r s o f th e T a x C o u rt.
K e t u a , d a n H a k i m p a d a P e n g a d i l a n P a ja k .
(4 ) S e k r e ta r is S id a n g p a d a B a d a n P e n y e le s a ia n (4 ) T h e S c r e ta r y o f S e s s io n o n th e T a x D is p u te
S e n g k e ta P a ja k m e n ja d i P a n ite r a pada S e ttle m e n t A g e n c y b e c o m e s R e c o r d e r in
P e n g a d i l a n P a ja k . th e T a x c o u rt.
(5 ) K e tu a , W a k il K e tu a , dan A n g g o ta pada
Badan P e n y e le s a ia n S e n g k e ta P a ja k dapat (5 ) T h e C h ie f, tile V ic e C h ie fs , and th e
ja b a ta n n y a . A g e n c y c a n f in is h th e ir d u tie s u n til d u e
d a te o f th e ir d u tie s .
(6 ) D a la m w a k tu p a lin g la m a 2 (d u a ) ta h u n
s e te la h b e r la k u n y a U n d a n g -u n d a n g in i
(6 ) W ith in m a x im u m 2 (tw o ) y e a r s a f t e r th is
su su n an o r g a n is a s i, tu g a s , dan
Law re g u la te d , th e c o m p o s itio n of
w ew enangnya d is e s u a ik a n dengan
o r g a n iz a tio n , th e d u tie s a n d th e a u th o r ity
U n d a n g - u n d a n g in i.
m u s b e r e c o n c ile d to th is L a w .
P e n je la s a n P a s a l 9 4 E lu c id a tio n o f A rtic le 9 4
A ngka 1 N u m b e r (1 )
S u ffic ie n tly c le a r
C u k u p Je la s
N u m b e r (2 )
A ngka 2 S u ffic ie n tly c le a r
C u k u p Je la s
469
N u m b e r (3 )
A ngka 3
S u ffic ie n tly c le a r
C u k u p je la s
N u m b e r (4 )
A ngka 4
S u ffic ie n tly c le a r
C u k u p je la s
A ngka 5 N u m b e r (5 )
H ead of Ju d g e , V ic e H ead of Ju d g e s and
K e tu a , W a k il K e tu a , d a n H a k im h a r u s d ip ilih
J u d g e s h a v e to b e a p p o in te d o n c e a g a in .
k e m b a li.
A ngka 6 N u m b e r (6 )
S u ffic ie n tly c le a r
C u k u p je la s
P asal 95 A rtic le 95
(1 ) B a n d in g a ta u G u g a ta n yang d ia ju k a n (1 ) A p e a ls o r a c c u s a tio n s p r o p o s e d to th e T a x
k e p a d a B a d a n P e n y e le s a ia n S e n g k e t a P a ja k D is p u te S e ttle m e n t A g e n c y a n d h a v e n o t
d a n b e lu m d ip u tu s , d a la m h a l: y e t d e c id e d , in c a se :
a. te n g g a n g w a k tu p e n g a ju a n
B a n d in g / G u g a ta n n y a te la h b e r a k h ir a. A p e r io d of appeal or a c c u s a tio n
s e b e lu m b e r la k u n y a U n d a n g - u n d a n g in i, a p p lic a tio n a lr e a d y c o m e s to d u e d a te
P a ja k b e rd a sa rk a n U n d a n g -U n d a n g e x a m in e d and d e c id e d by th e Tax
N om or 17 T ah u n 1997; C o u r t p u r s u a n t to th e L a w N u m b e r 1 7
Y ear 1997;
b. te n g g a n g w a k tu p e n g a ju a n
b. A p e r io d of appeal or a c c u s a tio n
B a n d in g / G u g a ta n n y a b e lu m b e r a k h ir
a p p lic a tio n do not yet com e to due
pada saat m u la i b e r la k u n y a U ndang-
d a te w h e n th is L a w r e g u la te d , s h a ll b e
undang in i, d ip e r ik s a dan d ip u tu s
e x a m in e d a n d d e c id e d p u r s u a n t to th is
b e r d a s a r k a n U n d a n g -u n d a n g in i;
Law .
(2 ) P e r k a r a S e n g k e ta P a ja k yang d ip e r ik s a
s e b a g a im a n a d im a k s u d p a d a a y a t (1 ) h u r u f (2 ) E x a m in e d d is p u te ta x c a s e r e fe r r e d to in
a dapat d ia ju k a n p e n in ja u a n k e m b a li v erse (1 ) fig u r e a can be p ro p o sed re
b e r d a s a r k a n U n d a n g - u n d a n g in i. e x a m in a tio n p u r s u a n t to th is L a w .
470
Penjelasan Pasal 95 Elucidation of Article 95
C u k u p je la s S u ffic ie n tly c le a r
BAB VI CHAPTER VI
KETENTUAN PENUTUP CLOSING RULES
Pasal 96 Article 96
B a d a n P e n y e le s a ia n S e n g k e t a P a ja k ( L e m b a r a n D is p u te S e ttle m e n t A g e n c y (S ta te G a z e tte o f
N e g a r a R e p u b lik In d o n e s ia T a h u n 1 9 9 7 N o m o r th e R e p u b lic o f In d o n e s ia Y e a r 1 9 9 7 N u m b e r
Pasal 97 Article 97
U n d a n g -U n d a n g in i d in a m a k a n U ndang- T h is la w is n a m e d th e L a w c o n c e r n in g th e T a x
U n d a n g P e n g a d i l a n P a ja k . C o u rt.
Pasal 98 Article 98
U n d a n g -U n d a n g in i m u la i b e r la k u pada T h is L a w s h a ll c o m e in to e ffe c t o n th e d a te o f
ta n g g a l d iu n d a n g k a n . p r o m u lg a tio n .
471
D is a h k a n d i Ja k a rta R a tifie d in Ja k a r ta o n A p r il 1 2 ,2 0 0 2
p a d a ta n g g a l 1 2 A p r il 2 0 0 2 P R E S ID E N T O F TH E R E P U B L IC
P R E S ID E N R E P U B L IK IN D O N E S IA IN D O N E S IA
(S ig n e d )
M EG A W A TI SO EK A RN O PU TRI M EG A W A TI SO EK A RN O PU TRI
P r o m u lg a te d in Ja k a r ta o n A p r il 2 2 ,2 0 0 2
D iu n d a n g k a n d i Ja k a rta STA TE, SEC R ETA R Y O F TH E R E P U B L IC
p a d a ta n g g a l 1 2 A p r il 2 0 0 2 IN D O N E S IA
S E K R E T A R IS N EG A RA R E P U B L IK
IN D O N E S IA ,
(S ig n e d )
BA M BA N G K ESO W O BA M BA N G K ESO W O
L e m b a ra n N e g a ra R e p u b lik In d o n e s ia T a h u n S ta te G a z e tte O f T h e R e p u b lic O f In d o n e s ia
2002 N om or 27 Y ear 2002 N u m ber 27
RUUBPPHorizon (edit)
47 2
KETUA MAHKAMAH AGUNG
REPU BLIK INDONESIA
473
3. Pasal 79 Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1985
tentang Mahkamah Agung;
t. Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2002 tentang
Pengadilan Pajak;
M emperhatikan: Keputusan Ketua Mahkamah Agung Republik Indonesia
Nom or: KMA/79/SK/1X/2002 tanggal 20 September 2002
tentang Administrasi Perkara Peninjauan Kembali Putusan
Pengadilan Pajak;
MEMUTUSKAN:
BAB 1
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
474
BAB II
TATA CARA PENGAJUAN PERMOHONAN
PENINJAUAN KEMBALI
PUTUSAN PENGADILAN PAJAK
Pasal 2
(1) Permohonan Peninjauan Kembali putusan
Pengadilan Pajak diajukan kepada Mahkamah
Agung melalui Pengadilan Pajak;
(2) Dalam hal di tempat tinggal atau di tempat
kedudukan pemohon Peninjauan Kembali tidak
terdapat Pengadilan Pajak, maka permohonan dapat
diajukan kepada Pengadilan Tata Usaha Negara
tempat tinggal atau tempat kedudukan pemohon;
(3) Dalam hal di tempat tinggal atau di tempat
kedudukan pemohon Peninjauan Kembali tidak
terdapat Pengadilan Tata Usaha Negara,
permohonan dapat diajukan kepada Pengadilan
Negeri tempat tinggal atau tempat kedudukan
pemohon;
(4) Permohonan sebagaimana dimaksud dalam ayat (2)
dan ayat (3) oleh Panitera Pengadilan yang
bersangkutan diteruskan kepada Pengadilan Pajak
dalam jangka waktu 7 (tujuh) hari sejak akta
permohonan Peninjauan Kembali ditandatangani;
Pasal 3
Permohonan Peninjauan Kembali diajukan secara tertulis
oleh pemohon, ahli waris, atau kuasa hukum yang
ditunjuk secara khuous untuk itu dengan menyebutkan
alasan-alasan dan dilampiri bukti-bukti;
Pasal 4
(1) Permohonan Peninjauan Kembali dapat diterima,
apabila panjar biaya perkara yang ditentukan dalam
Surat Kuasa Untuk Membayar (SKUM) telah
dibayar lunas;
(2) Panitera Pengadilan sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 2 wajib membubuhkan cap, tanggal dan hari
47 5
diterimanya permohonan Peninjauan Kembali di atas
surat permohonan Peninjauan Kembali;
(3) Besarnya biaya perkara Peninjauan Kembali putusan
Pengadilan Pajak ditetapkan Ketua Mahkamah
Agung;
Pasal 5
(1) Apabila panjar biaya Peninjauan Kembali telah
dibayar lunas, Panitera Pengadilan wajib membuat
akta permohonan Peninjauan Kembali dan mencatat
permohonan tersebut ke dalam register induk perkara
dan register permohonan Peninjauan Kembali khusus
untuk itu;
(2) Dalam hal permohonan Peninjauan Kembali
diajukan melalui Panitera Pengadilan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 2, Panitera wajib membuat
akta permohonan Peninjauan Kembali dan mencatat
permohonan tersebut dalam register khusus;
(3) Panjar biaya perkara dan akta permohonan
Peninjauan Kembali tersebut dalam waktu 3 (tiga)
hari wajib dikirim ke Pengadilan Pajak;
Pasal 6
Pasal 8
Dalam hal permohonan Peninjauan Kembali diajukan
dengan alasan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 91
huruf a, huruf b dan huruf c Undang-Undang Nomor 14
Tahun 2002 tentang Pengadilan Pajak, jawaban pihak
lawan diajukan dalam jangka waktu 30 (tiga puluh) hari
sejak tanggal cap pos pengiriman atau dalam hal diterima
secara langsung adalah pada saat salinan permohonan
diterima;
Pasal 9
Pasal 10
Pasal 11
Selambat-lambatnya 14 (empat belas) hari sejak diterima
nya jawaban dari pihak lawan, Panitera wajib
mengirimkan salinan jawaban dari pihak lawan kepada
pemohon Peninjauan Kembali untuk diketahui;
Pasal 12
Berkas perkara permohonan Peninjauan Kembali oleh
Panitera dikirim kepada Mahkamah Agung selambat-
477
lambatnya 30 (tiga puluh) hari sejak jawaban diterima
pihak lawan;
Pasal 13
Pasal 14
Berkas permohonan Peninjauan Kembali disampaikan
kepada Direktur Tata Usaha Negara Mahkamah Agung
dalam keadaan telah dijahit/dijilid/disusun dengan baik
dalam bentuk dan urutan seperti yang ditemukan dalam
bundel A dan bundel B;
a. Bundel A merupakan himpunan surat-surat yang
diawali dengan Surat Banding atau Gugatan dan
semua kegiatan/proses penyidangan/pemeriksaan
sengketa yang disimpan di Pengadilan Pajak, antara
lain terdiri d ari;
1. Surat Banding/Gugatan;
2. Surat Uraian Banding/Surat Tanggapan;
3. Surat Bantahan;
4. Surat Penetapan Penunjukan Majelis/Hakim;
5. Rencana Umum Sidang;
6. Surat Pemberitahuan, Surat Panggilan, Surat
Undangan;
7. Berita Acara Sidang;
8 . Surat Kuasa dari kedua belah pihak G'ika
memakai kuasa);
9. Lampiran-lampiran surat yang diajukan oleh
kedua belah pihak;
10. Surat-surat bukti permohonan banding/penggugat
dan terbanding/tergugat;
11. Salinan resmi Putusan Pengadilan Pajak;
12. Surat-surat lain yang mungkin ada;
b. Bundel B (disimpan di Mahkamah Agung) merupakan
himpunan surat-surat sengketa, yang antara lain terdiri
d ari:
1. Salinan resmi Putusan Pengadilan Pajak;
2. Bukti pengiriman salinan resmi Putusan
Pengadilan Pajak kepada para pihak;
3. Akta permohonan Peninjauan Kembali;
4. Bukti pengiriman biaya Peninjauan Kembali;
5. Surat permohonan Peninjauan Kembali yang
berisi alasan dan atau dilampiri dengan bukti-
bukti;
6. Tanda terima permohonan Peninjauan Kembali;
7. Surat Kuasa Khusus dalam hal permohonan
Peninjauan Kembali diajukan bukan oleh yang
bersangkutan atau ahli warisnya dan harus
memenuhi syarat sebagaimana diatur dalam Pasal
34 Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2002
tentang Pengadilan Pajak;
8. Surat pemberitahuan dan penyerahan salinan
permohonan Peninjauan Kembali kepada pihak
lawan;
9. Jawaban Surat permohonan Peninjauan Kembali
dari pihak k’wan;
10. Surat-surat lainnya yang mungkin ada.
Pasal 15
Direktur Tata Usaha Negara Mahkamah Agung yang
menerima berkas permohonan Peninjauan Kembali
mencatat dalam buku register tersendiri dengan kode (No.
.... /B/PK/PJK/..... ) untuk acara biasa dan (No...... /C/PK/
PJK/ ..... ) untuk acara cepat setelah berkas dianggap
lengkap;
Pasal 16
Dalam hal Direktur Tata Usaha Negara beranggapan
berkas belum lengkap, berkas dikembalikan ke
Pengadilan Pajak untuk dilengkapi;
Pasal 17
Berkas permohonan Peninjauan Kembali yang telah
lengkap diajukan kepada Ketua Mahkamah Agung untuk
ditetapkan Majelis Hakim Agung yang akan memeriksa
perkara permohonan Peninjauan Kembali dimaksud;
479
Pasal 18
(1) Dalam hal Mahkamah Agung memeriksa perkara
permohonan Peninjauan Kembali terhadap putusan
Pengadilan Pajak sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 93 ayat (1) huruf a Undang-Undang Nomor 14
Tahun 2002 tentang Pengadilan Pajak, Mahkamah
Agung berwenang memerintahkan Pengadilan Pajak
mengadakan pemeriksaan tambahan atau meminta
segala keterangan dan pertimbangan dari Pengadilan
Pajak tersebut;
(2) Dalam hal Mahkamah Agung memeriksa
permohonan Peninjauan Kembali putusan
Pengadilan Pajak sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 93 ayat (1) huruf b Undang-Undang Nomor 14
Tahun 2002 tentang Pengadilan Pajak, dan
Mahkamah Agung berpendapat harus dilanjutkan ke
pemeriksaan materi, maka dengan Putusan Sela,
Mahkamah Agung memerintahkan Pengadilan Pajak
untuk melakukan pemeriksaan materi sengketa dan
putusan atas sengketa tersebut beserta berkas
perkaranya dikirimkan kembali ke Mahkamah
Agung;
(3) Jangka waktu 6 (enam) bulan sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 93 ayat (1) huruf a Undang-Undang
Nomor 14 Tahun 2002 tentang Pengadilan Pajak
dihitung sejak diterimanya oleh Mahkamah Agung
hasil pemeriksaan tambahan dan atau pertimbangan
sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) atau keterang
an tambahan sebagaimana dimaksud dalam ayat (2);
BAB II
KETENTUAN LAIN
Pasal 19
(1) Mahkamah Agung mengirimkan sal inan putusan atas
permohonan Peninjauan Kembali beserta berkfs
perkaranya kepada Pengadilan Pajak dalam jangka
waktu 30 (tiga puluh) hari;
(2) Panitera Pengadilan Pajak menyampaikan salinan
Putusan tersebut kepada Pemohon dan pihak lawan,
480
selambat-lambatnya dalam jangka waktu 30 (tiga
puluh) hari dan wajib mengirimkan bukti pengiriman
pemberitahuan putusan dimaksud kepada Mahkamah
Agung dalam jangka waktu 30 (tiga puluh) hari;
Pasal 20
Hal-hal yang belum diatur dalam Peraturan Mahkamah
Agung ini akan diatur lebih lanjut oleh Ketua Mahkamah
Agung;
BAB IV
KETENTUAN PERALIHAN
Pasal 21
Terhadap pengajuan permohonan Peninjauan Kembali
yang sudah diterima oleh Panitera Pajak sebelum
berlakunya Peraturan Mahkamah Agung ini, maka
penyelesaian administrasi disesuaikan dengan ketentuan
Peraturan Mahkamah Agung ini.
BAB V
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 22
Peraturan Mahkamah Agung ini mulai berlaku pada
tangga! ditetapkan.
Ditetapkan di : Jakarta
Pada tanggal : 23 Oktober 2002
481
482
KAID AH H UKU M S E N G K E T A PAJAK
__________________ 1, P U T U S A N N om or 688/B/PK/PJK/2015__________________
KAIDAH H U K U M
Kaidah hukum yang terbangun dalam mem eriksa dan mengadili serta memutus perkara a
quo yaitu perbedaan penjualan ekspor atas Crude Palm Oil (CPO)/Palm Kernel (PK) yang
telah dilaporkan oleh Pemohon Banding adalah sam a dengan jumlah yang telah laporkan
dalam Surat Pemberitahuan M asa Pajak Pertambahan Nilai. Sedangkan koreksi
Terbanding tejadi selisih perbedaan antara perhitungan arus barang dan arus uang yang
diperlakukan sebagai Koreksi Penjualan Lokal. Olehkarenanya dalam m engedepankan
asas dom inus in litis, maka Majelis Hakim diwajibkan menguji Hasil Pem eriksaan Pajak,
sehingga simpulan koreksi Terbanding diharuskan menyajikan Laporan Hasil Pem eriksaan
yang mengemukan pada fakta-fakta dan bukti-bukti yang bertentangan dengan peraturan
perundang-undangan di bidang perpajakan, sehingga Pemohon Banding (Wajib Pajak) akan
dapat menumbuhkembangkan kepatuhan dan kesadaran akan pemenuhan kewajiban
perpajakan
1. b a h w a T e rb a n d in g m e la ku ka n k o re k si p e njuala n e k s p o r a ta s C ru d e P a lm Oil
T e rb a n d in g . S e d a n g k a n P e m o h o n B a n d in g a d a la h P e ru s a h a a n P e rk e b u n a n
(T B S ), C ru d e P a lm O il d a n P a lm K e rn e l P e m o h o n B a n d in g perlu m ela ku ka n
483
p e m b e lian ba han/m aterial, a d ap u n b a h a n -b a h a n yang d im a k su d ad a la h
dan lain-lain;
3. B a h w a T e rb a n d u n g m enyitir p e n d a p a t L o g e m a n n d a la m B u ku P e n g a n ta r
diu b a h te rak h ir d e n g a n U n d a n g -U n d a n g N o m o r 16 T a h u n 2 0 0 9 m e ru p a ka n
hukum form al atau hukum a c a ra (form ele recht, ad je ctive law) yan g m eng atur
484
m en g ika t fis k u s d a la m m e la k s a n a k a n tu g a sn y a nam un M a je lis H akim telah
te p at d a n b e n a r d e n g a n pertim bangan:
p e m b e lia n s e b e s a r R p 10 9.6 9 5 .9 8 2 .7 2 0 ,0 0 d a n b ia y a p e n yu su ta n s e b e s a r
K e m b a li dih u b u n g ka n d e n g a n K o n tra M e m o ri T e rm o h o n P e n in ja u a n K e m b a li
s e m u a bukti-bukti p e n g e lu a ra n y an g d id ukung d e n g a n L a p o ra n K e u a n g a n
485
pe ru n d a n g -u n d a n g a n yan g b e rlaku s e b a g a im a n a diatur d a la m P e n je la sa n
P a s a l 29 a y a t (2) A lin e a 3 U U K U P ;
2. P U T U S A N N om or 639/B/PK/PJK/2015
KAIDAH HUKUM
Dalam m engedepankan politik hukum s e lf assessm ent sebagai salah satu kebijakan
pemungutan kepabeanan Indonesia (vide Pasal 30 UU Kepabeanan), maka rentang waktu
antara Pemeritahuan Ekspor terhadap barang ekspor yang diberitahukan dengan P E B No.
001073 tanggal 26 November 2010 dengan pemberitahuan perkiraan ekspor pada tanggal 3
D esem ber 2010 yang telah mendapatkan persetujuan ekspor (B C F 3.03), dimana atas bea
keluar yang terhutang telah dilunasi pada tanggal 26 November 2011 melalui Bank Mandiri
dengan menggunakan Surat Setoran Pabean, Cukai dan Pajak (S S P C P ) pada saat PEB,
maka tagihan kekurangan Bea Keluar merupakan tindak hukum yang kurang terukur dan
kurang mencerminkan asas-asas umum pemerintahan yang baik (AU PB) khususnya asas
kepastian hukum dan permainan yang layak (fair play)
2 0 0 6 jo Pe ra tu ra n P e m e rin ta h N o m o r 55 T a h u n 2 0 0 8 jo P e ra tu ra n M enteri
K e u a n g a n N o m o r 2 2 3 / P M K .0 1 1/2008 a ta s e k s p o r C P O d ik e n a k a n B e a
T a n g g a l P e rk ira a n E k s p o r tan g g a l 30 N o v e m b e r 2 0 10 . P e m o h o n B a n d in g
712.607.490;
486
atas Barang yang D iekspor oleh P T Banyu B ening U tam a dengan rincian
p e rhitun gan s e b a g a i berikut:
a . K e p u tu sa n T e rb a n d in g n o m o r K E P - 1 6 5 / W B C .03/2011 te rse b u t P e m o h o n
b. S e h in g g g a P o k o k S e n g k e ta a d a la h K e p u tu s a n T e rb a n d in g no m o r K E P -
16 5/W B C .0 3 /2 0 1 1 , a ta s e k s p o r C P O y a n g d i lak u k an o le h P e m o h o n B a n d in g
d ik o re k si te rd a p a t k ek u ran g b a y a r b e a k e lu a r s e b e s a r R p 50 9.089.000;
c. D itinjauan d a ri K e te n tu a n F o rm a l B an d in g , m a k a m erujuk p a d a P a s a l 2 7 U U
K U P d a n P a s a l 3 5 d a n P a s a l 36 U U P e n g a d ila n P a ja k, d e n g a n ini P e m o h o n
B a n d in g in fo rm asika n s e b a g a i berikut:
P e n g a w a s a n d a n P e la y a n a n B e a d a n C u k a i T ip e A 3 T e m b ila h a n p a d a
S u ra t S e to ra n P a b e a n , C u k a i dan P a ja k ( S S P C P ) ;
K E P -1 6 5 /W B C .0 3 /2 0 1 1 tang ga l 2 6 A g u s tu s 2011 y an g P e m o h o n B a n d in g
P E B n o m o r 001073.;
3. P e m o h o n B a n d in g te lah m e m b a y a r se ju m la h R p 5 0 9 .0 8 9 .0 0 0 p a d a tan g g a l
21 O k to b e r 2011;
Je n d e ra l B e a dan C u k a i d a n a la s a n b e se rta p e n je la sa n b a n d in g P e m o h o n
B a n d in g a ta s pe n e ta p a n tersebut:
487
5. B a h w a d a la m k e p u tu sa n N o m o r K E P - 1 6 5 / W B C .03/2011 te rse b u t T erb a n d in g
d e n g a n a la s a n se b a g a i berikut:
c. B a h w a b e rd a sa rk a n P a s a l 7 a y a t (5) P e ra tu ra n M enteri K e u a n g a n N o m o r
E k s p o r y a n g dibetulkan;
e. B a h w a b e rd a sa rk a n K e p u tu sa n M enteri K e u a n g a n N o. 6 7 /P M K .0 1 1 /2008
la m p ira n n ya tersebut;
488
d ie k sp o r p a d a ta n g g a l 3 D e se m b e r 2 0 10 , ditetap kan T a rif B e a K e lu a r 15,00%
h. D e n g a n d e m ikia n a ta s P E B N o. 0 0 1 0 7 3 te rd a p a t k ek u ran g b a y a r B e a K e lu a r
s e b e s a r R p 50 9.089.000;
d e n g a n a la s a n s e b a g a i berikut:
2010 ;
2. D o k u m e n p a b e a n b e ru p a P E B no. 0 0 1 0 7 3 P e m o h o n B a n d in g sa m p a ik a n ke
K a n to r P e la y a n a n B e a & C u k a i p a d a tan g g a l 2 6 N o v e m b e r 2 0 1 0 d a n s e s u a i
p e n g a n g k u t y a n g a k a n m enuju k e lu a r d a e ra h pabean;
489
tan g g a l 30 Novem ber 2010. se h in g g a Pem ohon B a n d in g tid a k da pa t
k e b e ra n g k a ta n k a p a l tersebut;
7. B e rd a sa rk a n P a s a l 3 2 a y a t 7 P e ra tu ra n P E R -4 0 jo P a s i 8 a y a t 2 P M K 214,
b e rm a sa lah ;
P e m o h o n B a n d in g b a y a r a d a la h benar;
B e rd a sa rk a n p e n je la sa n P e m o h o n B a n d in g te rse b u t di atas, m ak a P e m o h o n
P e n e ta p a n K e m b a li B e a Keluar;
B a ra n g y a n g D ie k s p o r o le h P e m o h o n B an d in g
490
8. La m p ira n
p e n d u ku n g s e b a g a i berikut:
2010 ;
3. S a lin a n S u ra t S e to ra n P a b e a n , C u k a i d a n P a ja k s e b e s a r R p 712.607.490;
4. S a lin a n S u ra t S e to ra n P a b e a n , C u k a i d a n P a ja k s e b e s a r R p 50 9.089.000;
y a n g T e rh o rm a t d a n b e rh a ra p b a h w a u raian y a n g P e m o h o n B a n d in g sa m p a ik a n
M e n y a ta k a n m e n g a b u lka n se lu ru h n y a p e rm o h o n a n b a n d in g P e m o h o n B a n d in g
P e rh itu n g a n B e a K e lu a r a ta s B a ra n g Y a n g D ie k s p o r o le h P T . B an y u B e n in g U tam a,
O K M Ja m il N o. 1 S im p a n g T ig a B u k it R a y a P e k a n b a ru , d a n m e n e ta p ka n tarif b e a
491
pe ran taraa n k u a s a n y a b e rd a sa rk a n S u ra t K u a s a K h u s u s N o m o r S K U -1 6 0 /B C /2 0 1 3
Ju n i 2013;
U n d a n g N o m o r 5 T a h u n 2 0 0 4 dan pe ru b a h a n ked u a d e n g an U n d a n g -U n d a n g
d a p a t diterim a;
A L A S A N P EN IN JAU A N KEM BA LI
M e n im b an g , b a h w a P e m o h o n P e n in ja u a n K e m b a li te lah m en g aju ka n a la sa n
P e n in ja u a n K e m b a li yan g p a d a po k o k n y a s e b a g a i berikut:
1. KEBERATAN PERTAM A
B a h w a P e m o h o n P e n in ja u a n K e m b a li m e n o la k d e n g a n te g a s pertim bangan
• b a h w a P e m o h o n B a n d in g tid a k m e n y a m p a ik a n p e rm o h o n a n p em betulan
492
16 P eraturan M enteri Keuangan N om or: 145/P M K .04/2007 sebagaim ana ....
p elayanan;
a d a peraturan y a n g m e n g a tu r........ ;
m en g atu r B a ra n g E k s p o r y a n g d ik e n a k a n B e a K e lu a r a ta s e sk p o r barang
P e m o h o n B anding;
c u ra n g b o le h m en g aju ka n P E B d e n g a n m en g g u n a ka n p ro se d u r e k s p o r
• b a h w a se h a ru s n y a T e rb a n d in g tid a k m e la ya n i e k s p o r ba ra ng cu ra h yang
m en g g u n a ka n P E B m e k a n ism e b ia s a se b a g a im a n a d im a k s u d d a lam P a s a l
4 0 /B C /2 0 0 8 , tetapi s e c a ra k o n siste n p e la y a n a n e k s p o r ba ra ng cu ra h h a ru s
m en g g u n a ka n P E B b a ra n g cu ra h yan g s e c a ra k h u su s su d a h d ia tu r d a la m
C u k a i a quo;
m em u n g u t P e n e rim a a n N e g a ra b e ru p a B e a K e lu a r a ta s b a ra n g cu ra h C P O ;
493
hukum yang d ila ku ka n o le h T e rb a n d in g d a la m m em be rika n p e la ya n a n
B an d in g .
• b a h w a T erb a n d in g d a la m pe n e ta p a n kem b a li S P K P B K te rh a d ap e k s p o r
s e s u a i d e n g a n p ro se d u r e k s p o r b a ra n g cu ra h y a n g s e c a ra k h u su s su d ah
d ia t u r ......... ;
p ro se d u r e k s p o r ba ra ng cu ra h y a n g s e c a ra k h u su s su d a h d ia t u r ........;
e k s p o r y a n g d ik e n a k a n B e a K e lu a r a q u oo s e c a ra b e n a r d a n konsisten.
hukum ;
d e n g a n a la s a n se b a g a i berikut:
te rse b u t di atas.
e k s p o r s e b a g a im a n a d im a k su d p a d a a y a t (2), d a p a t d is a m p a ik a n se b e lu m
494
cu ra h a ta s p e m b e ritah u an p a b e a n e k s p o rn y a d a p a t d is a m p a ik a n se b e lu m
k e b e ra n g k a ta n sa ra n a peng angkut.
m e k a n ism e bia sa .
m en g g u n a ka n m e k a n ism e b ia s a se b a g a im a n a d im a k su d d a la m P a s a l 2
d a n P a s a l 8 P M K 214/2008.
se la in d i k a w a sa n p a b e a n , h a n y a d a p a t d ila k u ka n d a la m hal T a n g g a l
P e rk ira a n E k s p o r y a n g d ib e tu lk a n ”.
495
p e m b e tu lan untuk B a ra n g E k s p o r se b a g a im a n a d im a k su d d a lam P a s a l 7
P E B tid a k d ib ata lka n dan tid a k dia juka n P E B baru d e n g a n p e ng hitun gan bea
k e lu a r yan g se h a ru sn y a .
496
m e m b a y a r B e a K e lu a r nam un tetap d ila y a n i e k s p o rta s in y a ole h P e ja b a t B e a
K e m b a li (in c a s u D irektur J e n d e ra l B e a d a n C u k a i) a k a n m en g g u n a ka n
m e k a n ism e pe n e ta p a n k e m b a li s e b a g a im a n a d ia tu r d a la m P a s a l 12 A y a t (1)
m e n e ra p k a n P e ra tu ra n P e ru n d a n g -u n d a n g a n d ib id a n g Kepabeanan
y a n g D ie k s p o r o le h P T . B a n y u B e n in g U ta m a se b a g a im a n a diatur d a la m U U
2. KEBERATAN KEDUA
B a h w a P e m o h o n P e n in ja u a n K e m b a li m e n o la k d e n g a n te g a s pe rtim ba nga n
T a h u n 2 0 0 8 ...........;
m e la m p a u i T a n g g a l P e rk ira a n E k s p o r” se b a g a im a n a d ia tu r d a la m P a s a l 8
P e ra tu ra n M e n te ri K e u a n g a n N o. 21 4 /P M K .0 4 /2 0 0 8 ;
497
d e n g a n a la s a n s e b a g a i berikut:
b. B a h w a b e rd a sa rk a n P a s a l 14 d a n P a s a l 18 P P 55/2008:
o le h D irektur Je n d e ra l, d a n p e rm o h o n a n p e ru b ah an a ta s k e s a la h a n
Pe ra tu ra n M e n te ri”.
M e n te ri”.
m e n g e n a i p e n g e n a a n b e a k e lu a r te rh a d ap ba ra ng e k s p o r s e b a g a im a n a
U n d a n g -U n d a n g N o m o r 17 T a h u n 2 0 0 6 tentang P e ru b a h a n a ta s U n d a n g -
498
P e ra tu ra n P e m e rin ta h tentang P e n g e n a a n B e a K e lu a r T e rh a d a p B a ra n g
U U 17/2006.
se b a g a im a n a d ia m a n a tk a n o le h peraturan p e ru n d a n g -u n d a n g a n (in c a s u P P
55/2008).
g. B a h w a b e rd a sa rk a n P a s a l 31 U U 14/2002:
w e w e n a n g m e m e rik sa d a n m em u tu s S e n g k e ta P a ja k ”.
m e m e rik sa d a n m e m u tu s s e n g k e ta a ta s ke p u tu sa n k eb eratan, k e cu a li
dan m em u tu s s e n g k e ta a ta s p e la k s a n a a n p e n a g ih a n P a ja k atau
peraturan d ib aw a h u n d a n g -u n d a n g te rh a d a p u n d an g -u n d an g ad a la h
k e w e n a n g a n M a h k a m a h A gu n g .
3. K E B E R A T A N K E T IG A
499
B a h w a P e m o h o n P e n in ja u a n K e m b a li m e n o la k d e n g a n te g a s p e rtim bangan
p e m b a ta lan P E B ;
e k s p o r ....... ;
se h in g g a P e n e ta p a n T e rb a n d in g N om or: K E P -1 6 5 /W B C .0 3 /2 0 1 1 tan g g a l 26
500
K a n to r P a b e a n P e m u a ta n , tid a k s e s u a i d e n g a n P a s a l 14 a y a t (2) Pe ra tu ra n
• b a h w a b e rd a sa rk a n a la s a n -a la s a n T erb a n d in g , T a n g g a l R e a lis a s i E k s p o r
se h in g g a pe n e ta p a n T e rb a n d in g c a c a t hukum ;
d e n g a n a la s a n s e b a g a i berikut:
S u ra t P e n e ta p a n Pe rh itu n g a n B e a K e lu a r ( S P P B K ) a d a la h k a re n a p a d a sa a t
N o v e m b e r 2010.
te lah m enjunjung p rinsip k ea d ila n bagi e ksp o rtir k aren a titik ini m eru pa ka n
k a re n a b e a k e lu a r te lah d ib a y a rk a n p a d a s a a t p e n g aju an P E B se m e n ta ra
501
d. B a h w a s e s u a i ketentuan P a s a l 6 P P 55/2008 jo. P a s a l 5 P M K 214/2008,
did aftarkan ke K a n to r P a b e a n .
e. B a h w a d a p a t P e m o h o n P e n in ja u a n K e m b a l sa m p a ik a n , s e s u a i p e n jela sa n
K e m b a li) m e n g g u n a ka n k e w e n a n g a n n y a se b a g a im a n a diatur d a la m P a s a l
502
i. B a h w a s e s u a i ketentuan P a s a l 6 P P 55/2008 jo. P a s a l 5 P M K 214/2008,
U S D R p . 8 .9 6 0 ,0 0 ) s e s u a i K M K 2 2 58 /K M .4/20 10.
j. B a h w a p e n a g ih a n m elalui m e k a n ism e p e n e ta p a n k e m b a li a ta s P E B y an g
a n ta ra e k sp o rtir d e n g a n p e ru sa h a a n p e n g a n g k u ta n y an g d ia tu r d a lam
konsekuen si lo g is a ta s k e tid ak p a tu h an T e rm o h o n P e n in ja u a n K e m b a li
d a la m m em atuhi ketentuan di b id a n g e k s p o r k a re n a T e rm o h o n P e n in ja u a n
K e m b a li m en g h in d a ri a d a n y a k e n a ik a n tarif B e a K e lu a r d a n H a rg a E k s p o r
2010 .
l. Bahw a pertim b a n g a n hukum M a je lis H akim P e n g a d ila n P a ja k y an g
m e n y a ta k a n “b a h w a M a je lis b e rp e n d a p a t b a h w a a n ta ra T e rb a n d in g se n d iri
K e lu a r y a n g d a p a t m e ru g ik an P e m o h o n B a n d in g y a n g se h a ru s n y a untuk
503
m em b e rik a n ke p a stia n hukum d a n p e la ya n a n , hal te rse b u t tid a k terjadi”
d e n g a n ta n g g a l p e rkiraa n e k s p o r 30 N o v e m b e r 2 0 10 , n a m un m e n g in g a t
m e n e ra p k a n Pe ra tu ra n P e ru n d a n g -u n d a n g a n dib id a n g Kepabeanan
P e rh itu n g an B e a K e lu a r a ta s B a ra n g y a n g D ie k s p o r o le h P T . B an y u B e n in g
b e rd a s a rk a n p eraturan p e ru n d a n g -u n d a n g a n y a n g m en g atu r B a ra n g E k s p o r
504
te rse b u t te lah te rb a n tah k an d e n g a n p e n je la sa n d a n uraian y a n g P e m o h o n
5. B e rd a sa rk a n hal tersebut, P e m o h o n P e n in ja u a n k e m b a li sa m p a ik a n p e n je la sa n
6. B a h w a T e rm o h o n P e n in ja u a n K e m b a li m ela k u k a n p e m b e ritah u an e k s p o r ba ra ng
b e rd a s a rk a n P E B N om or: 0 0 1 0 7 3 tan g g a l 2 6 N o v e m b e r 2 0 1 0 d e n g a n je n is
b a ra n g C ru d e P a lm O il s e b a n y a k 9 0 0 ,0 0 M T d e n g a n B e a K e lu a r T a rif 10%
H a rg a E k s p o r U S D 8 8 3 .0 0 /M T K u rs 1 U S D = R p. 8.9 6 7 ,0 0 d e n g a n tang ga l
2 0 1 0 p e m u ata n b a ra n g e k s p o r k e a ta s s a ra n a p e n g a n g k u t s e le s a i p a d a tanggal
D e s e m b e r 2010.
p e m b a ta la n P E B a d a la h m utlak, d a n T e rm o h o n P e n in ja u a n K e m b a li w ajib
s e b a g a im a n a d ia tu r d a la m P a s a l 12 P P 55 /2 00 8 jo. P a s a l 14 P M K 21 4/20 08
negara.
9. B a h w a p a d a tan g g a l 30 N o v e m b e r 2 0 1 0 te lah d ik e lu a rk a n K M K 22 58 /K M .4 /2 0 1 0
y a n g m e n e ta p ka n H a rg a E k s p o r untuk p e n g h itu n g an B e a K e lu a r te rh a d ap
B e a K e lu a r d a n H a rg a E k s p o r s e b a g a im a n a d im a k s u d d a la m P a s a l 4 yan g
505
H arg a E k s p o r y a n g b erlaku a d a la h T a rif B e a K e lu a r d a n H arg a E k s p o r p a d a
K e m b ali.
tan g g a l 01 D e s e m b e r 2 0 1 0 s.d. 31 D e se m b e r 2 0 1 0 ( P E B B a ru y a n g se h a ru s n y a
N o v e m b e r 2 0 1 0 b erupa C ru d e P a lm O il s e b a n y a k 9 0 0 ,0 0 T o n d e n g a n T a rif B e a
p a d a tang ga l 03 D e s e m b e r 2010.
y a n g d ia tu r dalam :
- P P 55/2008;
- P M K 214/2008;
- P M K 67/2010;
- P E R M E N D A G 4 6 /M -D A G / P E R /1 1/2010; dan
m a k a pe n e ta p a n k e m b a li P e m o h o n P e n in ja u a n K e m b a li y a n g m en e tap ka n
506
K e lu a r y a n g h a ru s d ilu n a si o le h T e rm o h o n P e n in ja u a n K e m b a li s e b e s a r Rp.
peru n d a n g -u n d a n g a n .
m e n g e d e p a n k a n p e la ya n a n . L a in h a ln ya d ib id a n g im p o r d im a n a U U 17/2006
s e m e n ta ra d ib id a n g e k s p o r lebih dite k a n k a n a d a la h s is i p e la y a n a n n y a se h in g g a
pe rtim ba n ga n hal te rse b u t tetap tid a k m en g h ila n g ka n kew a jib an e ksp o rtir dalam
m e m b a y a r B e a K e lu a r s e s u a i d e n g a n y a n g s e h a ru s n y a d ib a y a r y a n g aka n
K e m b a li s e b e s a r R p. 5 0 9 .0 8 9 .0 0 0 ,0 0 te lah b e n a r d a n s e s u a i d e n g a n ketentuan
c e rm a t s e b a g a im a n a y a n g d iw a jib ka n o le h p eraturan p e ru n d a n g -u n d a n g a n
s a n g a t b e rd a s a r hukum d a n s e s u a i d e n g a n k etentuan p e ru n d a n g -u n d a n g a n
507
p u tu san P e n g a d ila n P a ja k N om or. Put. 43 8 2 2 /P P /M .IX /1 9 /2 0 1 2 tan g g a l 07
M a re t 2013.
u n d a n g te rh a d a p u n d a n g -u n d an g a d a la h k e w e n a n g a n M a h k a m a h A gung .
C u k a i, m a k a D irektur Je n d e ra l B e a d a n C u k a i (in c a s u P e m o h o n P e n in ja u a n
K e m b a li) m en g g u n a ka n k e w e n a n g a n n ya se b a g a im a n a diatur d a la m P a s a l
508
tarif B e a K e lu a r d a n H a rg a E k s p o r s e s u a i ketentuan y an g berlaku p a d a sa a t
(K u rs 1 U S D R p . 8.960,00).
k o n se k u e n si lo g is a ta s ketid akp a tu h an T e rm o h o n P e n in ja u a n K e m b a li
K e m b a li m en g h in d a ri a d a n y a k e n a ik a n tarif B e a K e lu a r d a n H arg a E k s p o r
2010.
g. B e rd a sa rk a n ketentuan P a s a l 5 P M K 21 4/20 08 d a n K M K 22 5 8 /K M .4 /2 0 1 0,
m a k a te rh a d a p E k s p o r B a ra n g b e ru p a C ru d e P a lm O il yan g P e m b e rita h u a n
s e b e s a r 15% d e n g a n H a rg a E k s p o r s e b e s a r U S D 1,010.00/M T.
h. B a h w a te rh a d a p ba ra ng e k s p o r m ilik T e rm o h o n P e n in ja u a n K e m b a li yan g
b e ru p a C ru d e P a lm O il s e b a n y a k 9 0 0 ,0 0 M T d e n g a n T a rif B e a K e lu a r 10%
p e m b a ya ra n B e a K e lu a r y an g h a ru s d ilu n a si o le h T e rm o h o n P e n in ja u a n
D e s e m b e r 2010).
pe n e ta p a n kem b a li B e a K e lu a r oleh P e m o h o n P e n in ja u a n K e m b a li te rh a d ap
509
d ib ata lka n d a n diajukan P E B baru o le h T e rm o h o n P e n in ja u a n K e m b a li) a.n.
E k s p o r U S D 1,010.00/M T, se h in g g a te rd a p a t k e k u ran g an p e m b a ya ra n B e a
p eraturan peru n d a n g -u n d a n g a n .
PERTIMBANGAN HUKUM
M e n im b a n g , b a h w a te rh a d a p a la s a n -a la s a n pen in jau a n kem b a li tersebut,
M a h k a m a h A g u n g berpendapat:
B a h w a a la s a n -a la s a n p e rm o h o n a n P e m o h o n P e n in ja u a n K e m b a li tida k
P e rm o h o n a n b a n d in g P e m o h o n B a n d in g te rh a d a p K e p u tu s a n T e rb a n d in g N o m o r
Pe rh itu n g a n B e a K e lu a r a ta s ba ra ng y a n g D ie k s p o r a ta s n a m a P e m o h o n B a n d in g
se h in g g a B e a K e lu a r dan P a ja k D a la m R a n g k a E k s p o r y a n g m a sih h a ru s d ib a y a r
P e la y a n a n E k s p o r (N P E /B C F .3 0 3 ) tan g g a l 2 6 N o v e m b e r 2 0 1 0 se m u la d e n g an
510
fakta dan bukti-bukti yan g te ru n g ka p d a la m p e rsid a n g a n d a n pertim b a n g a n
b e rlak u se b a g a im a n a d ia tu r P a s a l 2, P a s a l 2 A ju n c to P a s a l 3 0 U U K e p a b e a n a n ;
s e b a g a im a n a diatur d a la m P a s a l 91 huruf e U n d a n g -u n d a n g N o m o r 14 T ah u n
b e ra la s a n se h in g g a h a ru s ditolak;
M e m p e rh a tik a n p a sa l-p a sa l d a ri U n d a n g -U n d a n g N o m o r 4 8 T a h u n 20 0 9
M a h k a m a h A g u n g se b a g a im a n a y a n g te la h diu b ah d e n g a n U n d a n g -U n d a n g N o m o r
5 T a h u n 2 0 0 4 d a n p e ru b a h a n ke d u a d e n g a n U n d a n g -U n d a n g N o m o r 3 T a h u n 2009,
U n d a n g -U n d a n g N o m o r 14 T a h u n 2 0 0 2 se rta p eraturan p e ru n d a n g -u n d a n g a n y an g
terkait
511
512
PROSES BANDING DENGAN ACARA BIASA
Pemohon Banding
U ra ia n B a n d in g Ps. 47 (1)
Ps. 45 (2) ■ 4 hari
PUTUSAN
PROSES GUGATAN DENGAN ACARA BIASA
514 Ps. 40
Ps. 47
M ajelis
Mulai bersidang 6
Ps. 48 bulan sejak tanggal
permohonan diterima
P u tu s a n d a i a m j a n g k a w a k tu
Ps. 80(1)
12 bin s e ja k p e r m o h o n a n
Ps. 88 (1)
PROSES BANDING DENGAN ACARA CEPAT
Ps 66 (1) b
Ps 66(1) c
Ps. 88(1)
PROSES GUGATAN DENGAN ACARA CEPAT
A n g g o t a T u n gg al
0 -
D A FTA R PUSTAKA
A . BU KU
517
Chambliss, Wiliam J and Seidman, Robert B., 1977, Law; Order
and Power, (Reading, Mars, Addision-Wesly).
Djajadiningrat, Sindian., 1953, Hukum Pajak Dan Keadilan,
Eresco, Bandung.
Doernberg, L., Richard., 1993, International Taxation in A
Nutshell, Second Edition, West Publishing.
Dye, Thomas R, 1978, Understanding Pubic Policy, Third
edition, Prentice Hall Inc, Englewood Cliff.
Gruber, Elton 1995, Modern Portfolio Theory And Investment
Analysis, Adison Wisley, New York.
Henry, Aaron, J., 1975, Who Pays The Property Tax: New Value,
The Brooking Institutes, Washington D.C.
J, E Meade., 1978, The Structure and Reform Direct Taxation,
London, Institute For Fiscal Studies.
Knechtle, Arnold A., 1987, Basic Problem in International
Fiscal Law, Kluwer, Deventer.
Morgan, T. Patricia., 1990, Tax Procedure and Tax Fraud in a
Nutshell, West Publishing.
OECD, 2009, Transfer Pricing Guidelines For Multinational
Enterprices And Tax Administration.
Raad Van Kees, Materials Internasional & E U Tax Law, Volume
1,2, ITC- Leiden 2013-2014
W.P.Prins, “Het Belastingrecht voor lndonesie”
Ypenburg, N., and Zwemmer, J.W., 1978, Invodering van
Belastingen, Fiscal Studie Serie No. 2, Fed Deventer.
518