Anda di halaman 1dari 51

Kementerian Keuangan

Republik Indonesia

SOSIALISASI
UNDANG-UNDANG
HARMONISASI
PERATURAN
PERPAJAKAN

SRI MULYANI INDRAWATI


Menteri Keuangan Republik Indonesia
Bali, 19 November 2021
OUTLINE

1 Overview UU HPP

2 Asas, Tujuan, dan Ruang Lingkup

3 Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan


4 Pajak Penghasilan
5 Pajak Pertambahan Nilai
6 Program Pengungkapan Sukarela
7 Pajak Karbon
8 Cukai 2
BERBAGAI NEGARA MENGALAMI TREN PERTUMBUHAN EKONOMI YANG
MELAMBAT DI Q3, SEMENTARA INFLASI CENDERUNG MENINGKAT
Pertumbuhan Ekonomi Negara G-20 & ASEAN (% yoy)
Q1-21 Q2-21 Q3-21

Laju pertumbuhan ekonomi


terlihat melambat di berbagai
23.6

19.6

18.8
18.3

17.0
negara pada Q3, a.l. didorong

16.1
15.2

12.2
12.0

9.8
7.9

7.6

7.6
high base di Q2, outbreak
7.1

7.1
6.8

6.6
6.6

6.5

6.0
4.9

4.9

4.7
4.6

4.0

3.9

3.5

3.3

2.5
1.9

1.9
1.5

1.5

1.4
0.5
varian Delta, serta dampak

-0.3

-0.5
-0.7

-0.7

-1.3
-2.6

-2.6
-3.1
-3.6
-3.9

-4.5
-5.8

-6.2
PHP SAU UK SG P CH N US MEX KOR ITA INA FR A GER JPN THA MY VIE
disrupsi supply chain.

Inflasi dalam tren naik di


Inflasi* (% yoy) berbagai negara karena faktor
Mar-21 Jun-21 Oct-21*
gap supply demand serta

52.1
6.2

6.2

50.2
6.0
5.9
5.4

disrupsi supply yang persisten.


4.9

4.7
4.6

4.5
4.5

42.6
4.1

3.4
3.2
3.1

Turkey dan Argentina mencatat

2.9
2.6

2.6
2.5

2.5

2.4
2.4

2.4

2.4
2.3

2.2

1.8
1.7

1.7
1.7
1.5

1.5

1.5
1.4

1.3
1.3

1.3

1.3

1.2
1.1

1.1
0.8
0.7

inflasi yang sangat tinggi.


0.6

0.4

0.2

19.6
17.5
16.2
-0.1
-0.4

-0.5
Inflasi tinggi di Turki dan
PHP SAU UK SG P CH N US MEX KOR ITA INA FR A GER JPN THA MY VIE Argentina diikuti depresiasi
ARG TUR
yang sangat tajam. Nilai tukar
Pergerakan nilai tukar negara s.d 16 November 2021 (nilai positif = depresiasi) Indonesia relatif stabil.
39.4%

16.7%
9.7%
4.7% 4.2%
7.4% 9.0%
3.2%
Sumber: Bloomberg
1.9% 1.1%
* Inflasi Meksiko, Rusia, Arab Saudi angka
0.0% -1.0% -1.2%
-4.8%
-5.4% -1.8%
Sept
PH P SAU UK SG P CH N US MEX KOR EUR INA JPN THA MY VIE ARG TUR

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA 3


POSISI FISKAL INDONESIA SALAH SATU PALING SEHAT DI
ANTARA NEGARA EM & G20
Perbandingan defisit fiskal (% of GDP) 2019 2020 2021f
G20 EM AVG ARG BRA CH N IND INDO MAS MEX PHP RUS SAU THA TUR VIE ZAF

1.9
Dukungan fiskal
negara-negara EM di

-0.6

-0.8
-1.7
-2.2
-2.2

-2.3

-3.1
tahun 2021 masih

-3.3

-3.9
-4.0
-4.2
-4.4

-4.5
-4.5

-4.7

-4.7

-4.8
-4.9
-5.2

-5.3
-5.4

-5.6
-5.7
-5.9

-5.9
cukup akomodatif.

-6.1
-6.2

-6.3

-6.9
-7.0

-7.4
-7.5

-7.6
-5.2 – 5.5

-8.4
-8.6

Defisit fiskal Indonesia


-10.3

-10.8
-11.2

-11.3

-11.3
terhitung moderat
-12.8
-13.4

dibanding negara-
negara lain.

Perbandingan tingkat utang publik (% of GDP)


102.8

Tingkat utang
98.9

90.6
90.6

89.6
88.7

87.7

Indonesia masih
74.1

70.7

69.4
menjadi salah satu
68.9

68.8
67.4
66.3
66.1
65.3

61.0
59.8

59.1

58.0
57.1

57.1

56.3
55.8

53.3

51.7
yang paling rendah di

49.6

47.9
46.3
43.6
41.4

41.0

39.8
37.8
37.0
36.6

antara EM dan rata-

32.7
32.5
30.6

29.7
22.8
19.3
17.9
rata G-20

13.8
G20 EM AVG ARG BRA CH N IND INDO MAS MEX PHP RUS SAU THA TUR VIE ZAF

Sumber: IMF Database & Kemenkeu RI KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA 4


5

1 OVERVIEW
UU HARMONISASI PERATURAN
PERPAJAKAN
PENCAPAIAN TARGET INDONESIA 2045 MAJU MEMERLUKAN PENGUATAN REFORMASI STRUKTURAL
Reformasi Struktural Diperlukan Untuk Penguatan Fondasi Ekonomi dengan Memanfaatkan Faktor Demografi

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA 6


BONUS DEMOGRAFI MENJADI MOMENTUM REFORMASI UNTUK PENGUATAN
FONDASI DAN DAYA SAING
Dibutuhkan Reformasi Struktural Yang Didukung Dengan Reformasi Fiskal

Meningkatkan REFORMASI FISKAL Melanjutkan akselerasi


kualitas pendidikan, Reformasi perpajakan, pembangunan
kesehatan, dan peningkatan kualitas infrastruktur melalui
Sumber Daya perlinsos yang efektif belanja (spending better) & infrastruktur digital dan Pembangunan
Manusia untuk mendorong pembiayaan inovatif efisiensi logistic, serta Infrastruktur
(Human kualitas SDM konektivitas (Physical
Capital) capital)

Reformasi Sektor Reformasi


Riil Omnibus Law Sektor Keuangan
Penyederhanaan Transformasi
Cipta Kerja Deregulasi
Birokrasi Ekonomi

▪ Mendorong Penciptaan • Peningkatan • Pengadaan tanah


Lapangan Kerja ekosistem investasi • Kawasan ekonomi Pasar keuangan yang mendalam – Depth •
▪ Memudahkan • Perizinan berusaha • Investasi pemerintah Sektor keuangan yang dapat diakses secara luas – Access •
Pembukaan Usaha Baru • Ketenagakerjaan pusat & percepatan PSN Sistem keuangan yang efisien, kuat dan stabil – Efficiency •
▪ Mendukung • Dukungan UMKM • Administrasi
Pemberantasan Korupsi • Kemudahan berusaha Pemerintahan 7
7
• Riset & inovasi • Pengenaan Sanksi
DITENGAH UPAYA MEWUJUDKAN INDONESIA MAJU, PANDEMI COVID-19 MENGGUNCANG
PEREKONOMIAN DAN MENIMBULKAN TEKANAN FISKAL YANG SIGNIFIKAN

Terjadi opportunity loss, karena pertumbuhan ekonomi Ketahanan Fiskal mengalami


terkontraksi -2,07% jauh dibawah ekspektasi 5,3% (2020) tekanan yang cukup dalam

Penerimaan perpajakan melemah: hanya


1 mencapai 8,33% PDB dibawah kondisi normal
TERJADI OPPORTUNITY LOSS
10,2% PDB (rata-rata 2015-2919)
KARENA PERTUMBUHAN
EKONOMI TUMBUH JAUH
DIBAWAH EKSPEKTASI Defisit meningkat signifikan: mencapai 6,14%
Pertumbuan ekonomi -2,07% 2 PDB dibawah kondisi normal 2,3% PDB (rata-rata
2015-2919)
VS
APBN 5,3% (2020)
Rasio utang meningkat tajam: mencapai 39,4%
3 PDB dibawah kondisi normal 29,04% PDB (rata-
rata 2015-2919)

APBN TELAH BEKERJA KERAS MENAHAN AGAR


TERHINDAR DARI PEMBURUKAN YANG TERLALU DALAM 8
MOMENTUM PEMULIHAN EKONOMI TETAP TERJAGA, MESKIPUN TERTAHAN
VARIAN DELTA COVID-19
Pada Triwulan III-2021, Kinerja Perekonomian Nasional Mampu Tumbuh Positif Sebesar 3,51%

Pertumbuhan Ekonomi Triwulanan 7.07 • Penerapan PPKM ketat di permulaan Triwulan III berdampak pada perlambatan
(dalam %, YoY) konsumsi masyarakat serta tertahannya aktivitas investasi sektor swasta.
• Meskipun demikian, momentum pemulihan masih relatif terjaga ditopang oleh
2.97 3.51
pertumbuhan positif semua komponen pengeluaran, khususnya ekspor yang
tumbuh tinggi.

-0.71 • Dari sisi lapangan usaha, kontributor utama seperti industri pengolahan,
pertanian, perdagangan dan konstruksi juga mencatatkan pertumbuhan positif.
-2.19
-3.49 • Ke depan, tren pemulihan akan terus berlanjut dengan kinerja pertumbuhan
yang diproyeksikan tumbuh menguat di triwulan IV seiring kondisi pandemi
-5.32
yang terkendali.
• Kewaspadaan tetap harus dijaga. Peran serta masyarakat dalam disiplin
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 protokol kesehatan dan program vaksinasi sangat krusial agar Indonesia
2020 2021 terbebas dari pandemi serta laju pemulihan ekonomi semakin kuat dan
berkelanjutan.
Sumber: BPS

Konsumsi Rumah Tangga Investasi Konsumsi Pemerintah Ekspor Impor


7.5 9.8 32.0 29.2 31.7 30.1
6.0 8.0
2.8 3.7
1.0 1.7 3.8
1.8 2.6 7.1 5.4
-0.2 0.7 0.4
-2.2 -3.6
-7.2
-4.0 -3.6 -12.0 -11.7 -13.5
-5.5 -6.5 -6.2 -18.3
-23.0
-8.6 (6.9)
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3
2020 2021 2020 2021 2020 2021 2020 2021
2020 2021 9
NAMUN DINAMIKA GLOBAL PERLU DIANTISIPASI DAN DIMITIGASI
Recovery Perekonomian Global Masih Dibayangi Uncertainty

PEREKONOMIAN PEREKONOMIAN PEREKONOMIAN FLUKTUASI HARGA KOMODITAS,


AS EROPA TIONGKOK SUPPLY DISRUPTION, STAGFLASI

Kenaikan Harga Komoditas Energi


Tapering & kenaikan suku
Tapering oleh ECB dan BOE Risiko Gagal Bayar Evergrande (akibat krisis energi Tiongkok dan winter)
bunga FFR
Kelangkaan Input, Kenaikan Upah & Biaya
Dampak Brexit pada labor Shipping
Perlambatan Tiongkok di
Debt limit/ceiling shortages dan gangguan
supply 10 Jangka Menengah Naiknya Producer Price & Risiko Stagflasi

POTE NSI TRANSMISI DAMPAK


Peningkatan volatilitas pasar keuangan Perlambatan pertumbuhan global Potensi inflasi impor
• Risiko penurunan arus modal • Terganggunya supply chain di dalam negeri, • Kenaikan harga komoditas energi dan pangan
• Peningkatan minat pada safe haven asset berdampak pada sektor manufaktur berpotensi mendorong inflasi dan subsidi
• Penguatan Dollar AS • Perlambatan pertumbuhan global, khususnya • Naiknya biaya input (terutama yang masih
• Depresiasi mata uang EM termasuk Rupiah AS & Tiongkok, harus diimpor)
• Kenaikan imbal hasil termasuk SBN • Penurunan permintaan terhadap barang • Kenaikan producer price → kenaikan biaya
• Penurunan saham ekspor mitra dagang kedua negara impor

Beberapa risiko lain yang juga harus terus diwaspadai:


perkembangan pandemi Covid-19, Geopolitik dan Climate Change
MENDORONG SISTEM PERPAJAKAN ADIL, SEHAT, EFEKTIF, DAN AKUNTABEL

Pajak tidak menciptakan distorsi yang


berlebihan dalam perekonomian

Netral

Mampu beradaptasi dengan Efisiensi Biaya untuk patuh pajak


Fleksibilitas
perubahan struktur, teknologi (compliance cost) dan
dan aktivitas dunia usaha memungut pajak seminimal
Sistem mungkin
Perpajakan

Sistem perpajakan harus Efektif Penerimaan perpajakan harus


efekstif sebagai instrumen dan Adil Stabilitas memadai, terjaga, dan terus
kebijakan dan mampu berkelanjutan
Kepastian dan
menciptakan keadilan
Kesederhanaan

Administrasi perpajakan yang mudah, 11


simple dan menjamin kepastian hukum
SISTEMATIKA UU HARMONISASI PERPAJAKAN

BAB I BAB II BAB III BAB IV


ASAS, TUJUAN DAN KETENTUAN UMUM PAJAK PAJAK
RUANG LINGKUP DAN TATA CARA PENGHASILAN PERTAMBAHAN NILAI
(Pasal 1) PERPAJAKAN (Pasal 3) (Pasal 4)
(Pasal 2)

BAB V BAB VI BAB BAB


VIII VIII BAB IX
PROGRAM PAJAK
CUKAI PERATURAN PENUTUP
PENGUNGKAPAN KARBON
(Pasal 14) PERALIHAN (Pasal 16-19)
SUKARELA (Pasal 13)
(Pasal 5 -12) (Pasal 15)

12
2
ASAS, TUJUAN, DAN RUANG LINGKUP

13
ASAS DAN TUJUAN

Pertumbuhan
Asas Keadilan Meningkatkan pertumbuhan dan mendukung
percepatan pemulihan perekonomian

Asas Kesederhanaan Penerimaan Negara


Mengoptimalkan penerimaan negara

Asas Efisiensi Berkeadilan


Mewujudkan sistem perpajakan yang berkeadilan dan
berkepastian hukum
Asas Kepastian Hukum
Perluasan Basis Pajak
Melaksanakan reformasi administrasi, kebijakan perpajakan
Asas Kemanfaatan yang konsolidatif, dan perluasan basis pajak

Asas Kepentingan Nasional


Kepatuhan Sukarela
Meningkatkan kepatuhan sukarela Wajib Pajak

14
KLASTER PERUBAHAN

UU KUP
Pajak Karbon
Berlaku mulai tanggal
UU PPh diundangkan Berlaku mulai 1 April 2022

Berlaku tahun pajak 2022

UU PPN
UU Cukai
Program Pengungkapan
Berlaku mulai 1 April 2022 Sukarela Berlaku mulai tanggal
diundangkan
1 Januari s.d. 30 Juni 2022
15
3
KETENTUAN UMUM DAN TATA CARA
PERPAJAKAN

16
KETENTUAN UMUM PERPAJAKAN

1 2 3 4 5
Penegakan Hukum Pidana
Penggunaan NIK sebagai Besaran sanksi pada saat
Pajak Internasional Kuasa Wajib Pajak Pajak dengan
NPWP Pribadi pemeriksaan dan sanksi
mengedepankan Pemulihan
dalam upaya hukum
Kerugian Pendapatan
Negara

17
PENGGUNAAN NIK SEBAGAI NPWP PRIBADI

Demi kesederhanaan administrasi dan kepentingan nasional,


“Penggunaan NIK dilakukan integrasi basis data kependudukan dengan sistem
administrasi perpajakan sehingga mempermudah WP Orang
sebagai NPWP Pribadi melaksanakan pemenuhan hak dan kewajiban perpajakan.

tidak serta merta


menyebabkan Penggunaan NIK sebagai NPWP tidak serta merta
menyebabkan orang pribadi membayar pajak. Pembayaran
orang pribadi pajak dilakukan apabila penghasilan dalam setahun di atas batasan
PTKP atau apabila orang pribadi merupakan pengusaha yang
membayar pajak” menggunakan PP 23 (pembayaran pajak dilakukan jika peredaran
bruto di atas Rp500 Juta setahun.

18
BESARAN SANKSI

“Penurunan sanksi untuk Keadilan & Kepastian Hukum,


selaras dengan UU Ciptaker”

A. Sanksi pemeriksaan dan WP tidak menyampaikan SPT / membuat B. Sanksi setelah upaya hukum namun keputusan keberatan/
pembukuan pengadilan menguatkan ketetapan DJP

KUP
Uraian UU HPP Uraian KUP Lama UU HPP
Lama
Sanksi bunga per bulan sebesar suku bunga
PPh kurang dibayar 50% acuan ditambah uplift factor 20% (maksimal 24 Keberatan 50% 30%
bulan)
Sanksi bunga per bulan sebesar suku bunga
PPh kurang dipotong 100% acuan ditambah uplift factor 20% (maksimal 24 Banding 100% 60%
bulan)

PPh dipotong tetapi tidak Peninjauan Kembali 100% 60%


100% 75%
disetor

PPN & PPnBM kurang


100% 75%
dibayar

19
PAJAK INTERNASIONAL

Pemberian Bantuan
Pemberian Bantuan
Penagihan Pajak kepada
Penagihan
Negara / Yurisdiksi Mitra
Asistensi
Penagihan Pajak
Permintaan Bantuan
Global Permintaan
Bantuan Penagihan
Penagihan Pajak kepada
Negara / Yurisdiksi Mitra

Jika pelaksanaan prosedur persetujuan bersama belum


menghasilkan persetujuan bersama sampai dengan Putusan
Mutual Banding atau Putusan Peninjauan Kembali diucapkan,
Direktur Jenderal Pajak tetap melanjutkan perundingan,
Agreement dalam hal materi sengketa yang diputus dalam Putusan
Procedure (MAP) Banding atau Putusan Peninjauan Kembali bukan
merupakan materi yang diajukan prosedur persetujuan
bersama.
Pemerintah berwenang untuk membentuk dan/atau melaksanakan
Konsensus perjanjian dan/atau kesepakatan di bidang perpajakan dengan
pemerintah negara mitra atau yurisdiksi mitra secara bilateral
Pemajakan maupun multilateral dalam rangka:
A. penghindaran pajak berganda dan pencegahan pengelakan
Global pajak;
B. pencegahan penggerusan basis pemajakan dan pergeseran laba;
C. pertukaran informasi perpajakan;
D. bantuan penagihan pajak; dan
E. kerjasama perpajakan lainnya
20
KUASA WAJIB PAJAK

Untuk keadilan dan kepastian hukum,


Kuasa Wajib Pajak dapat dilakukan oleh
siapapun, sepanjang memenuhi persyaratan
kompetensi menguasai bidang perpajakan.
Pengecualian syarat diberikan jika kuasa
yang ditunjuk merupakan suami, istri, atau
keluarga sedarah / semenda 2 (dua) derajat.

21
PENEGAKAN HUKUM PIDANA PAJAK
Dengan Mengedepankan Pemulihan Kerugian Pendapatan Negara

Menambah wewenang Penyidik Pajak untuk melakukan


pemblokiran dan/atau penyitaan aset sebagai jaminan
pemulihan kerugian pada pendapatan negara.

Hingga tahap persidangan, WP diberikan


kesempatan untuk mengembalikan kerugian pada
pendapatan negara dengan membayar pokok
pajak dan sanksi, sebagai pertimbangan untuk
dituntut tanpa penjatuhan pidana penjara (ultimum
remedium)

22
PENEGAKAN HUKUM PIDANA PAJAK

Demi keadilan dan kepastian hukum, hingga tahap


persidangan, Wajib Pajak diberikan kesempatan untuk
mengembalikan kerugian pada pendapatan negara dengan
membayar pokok pajak dan sanksi, sebagai pertimbangan untuk
dituntut tanpa penjatuhan pidana penjara.

Perbuatan UU KUP UU HPP

Membayar pokok pajak +


Penegakan Hukum Pidana pajak
sanksi 1x pajak kurang
kealpaan
Pidana Pajak dibayar
Perubahan
dengan sanksi yang Membayar pokok Membayar pokok pajak +
Pidana pajak
mengedepankan harus dibayar: kesengajaan pajak + sanksi 3x pajak sanksi 3x pajak kurang
dibayar
Pemulihan Kerugian kurang dibayar
Pidana pajak
Pendapatan Negara Membayar pokok pajak +
pembuatan faktur
sanksi 4x pajak kurang
pajak / bukti
dibayar
potong PPh fiktif

23
4
PAJAK PENGHASILAN

24
PAJAK PENGHASILAN

Tarif PPh OP Tarif PPh Badan


Perubahan tarif dan Tarif dan Penyederhanaan Tarif Tarif PPh Badan
bracket PPh Pajak Penghasilan
bracket Pajak Penghasilan Badan ditetapkan menjadi 22%,
Orang Pribadi
Orang Pribadi, agar lebih yang berlaku untuk tahun
mencerminkan keadilan pajak 2022 dan seterusnya

Batas Pajak atas Natura


Peredaran Bruto Pemberi kerja dapat
Batas peredaran bruto Pemberian natura
Bagi OP Pengusaha yang tidak dikenai pajak bagi kepada pegawai dapat membiayakan natura yang
WP OP dibiayakan oleh diberikan kepada pegawai
menghitung PPh dengan tarif final
pemberi kerja
0,5% (PP 23/2018) dan memiliki dan merupakan penghasilan
peredaran bruto Rp 500 juta bagi pegawai
setahun tidak dikenai PPh

25
PENGENAAN PAJAK ATAS NATURA

Pemberian natura kepada pegawai dapat


dibiayakan oleh Pemberi Kerja dan
merupakan penghasilan bagi pegawai.
“Perlengkapan kerja
Natura tertentu bukan merupakan penghasilan bagi seperti laptop dan
penerima, yaitu: ponsel tidak menjadi
A. Penyediaan makan/minum bagi seluruh pegawai, objek pajak penghasilan
bagi karyawan dan
B. Natura di daerah tertentu,
merupakan biaya bagi
C. Natura karena keharusan pekerjaan,
perusahaan”
contoh: alat keselamatan kerja atau seragam,
D. Natura yang berasal dari APBN/APBD,
E. Natura dengan jenis dan Batasan Tertentu.

26
TARIF PPh ORANG PRIBADI

“Perubahan lapisan tarif agar lebih mencerminkan Keadilan”

PTKP TIDAK BERUBAH

Penghitungan pajak penghasilan orang pribadi diterapkan atas penghasilan yang jumlahnya melebihi batas Penghasilan
Tidak Kena Pajak (PTKP). Dalam UU HPP, besaran PTKP tidak berubah yaitu bagi orang pribadi lajang sebesar Rp4,5 juta per
bulan atau Rp54 Juta per tahun. Tambahan sebesar Rp4,5 juta diberikan untuk Wajib Pajak yang kawin dan masih ditambah
Rp4,5 juta untuk setiap tanggungan maksimal 3 orang.

27
ILUSTRASI PENGHITUNGAN PPh OP
Penghasilan /
5 Juta 9 Juta 10 Juta 15 Juta
Bulan
Penghasilan /
60 Juta 108 Juta 120 Juta 180 Juta
Tahun

PTKP (TK/0) 54 Juta 54 Juta 54 Juta 54 Juta

Penghasilan Kena
Pajak (PKP) 6 Juta 54 Juta 66 Juta 126 Juta

UU Saat Ini UU HPP UU Saat Ini UU HPP UU Saat Ini UU HPP UU Saat Ini UU HPP

5% x 6 Juta = 5% x 6 Juta = 5% x 50 Juta = 5% x 54 Juta = 5% x 50 Juta = 5% x 60 Juta = 3 5% x 50 Juta = 5% x 60 Juta = 3


Penghitungan PPh 300 ribu 300 ribu 2,5 Juta 2,7 Juta 2,5 Juta Juta 2,5 Juta Juta
Terutang

15% x 6 Juta = 15% x 16 Juta = 15% x 6 Juta = 15% x 76 Juta = 15% x 66 Juta =
- - -
600 ribu 2,4 Juta 900 ribu 11,4 Juta 9,9 Juta

Total PPh Terutang 300 ribu 300 ribu 3,1 Juta 2,7 Juta 4,9 Juta 3,9 Juta 13,9 Juta 12,9 Juta

• Asumsi penghitungan PPh untuk status WP OP lajang (TK/0),


• Perubahan tarif ini tidak menambah beban Pajak Penghasilan bagi Orang Pribadi yang berpenghasilan s.d. Rp5 Miliar setahun.

28
TARIF PPh BADAN

“Tarif 22% relatif setara dengan negara lain”


UU PPh (Perppu 1/2020 jo. UU 2/2020) UU Harmonisasi Peraturan Perpajakan

Tahun Pajak Tarif Tahun Pajak Tarif

Tahun 2020 dan 2021 22% - -

Tahun 2022 20% Tahun 2022 dst. 22%

29
BATAS PEREDARAN BRUTO

“Penetapan Batasan Tidak dikenai Pajak Penghasilan bagi Orang Pribadi Pengusaha yang
menghitung PPh dengan tarif final 0,5% berdasarkan PP-23/2018 dan

Omzet sebagai bentuk memiliki peredaran bruto sampai Rp500 Juta setahun.

keberpihakan Pemerintah Peredaran


Peredaran
Usaha
Peredaran
Bruto Tidak
Peredaran
Usaha Kena
PPh Final
Terutang
PPh Final
Terutang
Bulan Usaha (juta
kepada masyarakat dan Rp)
Kumulatif
(juta Rp)
Kena Pajak
(juta Rp)
Pajak (juta
Rp)
Setelah UU
HPP (Rp)
Sebelum UU
HPP (Rp)

usaha kecil” Jan 100 Juta 100 Juta 0 0 500 ribu


Feb 100 Juta 200 Juta 0 0 500 ribu
Mar 100 Juta 300 Juta 0 0 500 ribu
Ilustrasi penghitungan pajak Tuan A
Apr 100 Juta 400 Juta 0 0 500 ribu
pengusaha tempat kopi kekinian Mei 100 Juta 500 Juta 0 0 500 ribu
pada Tahun Pajak 2022. Jun 100 Juta 600 Juta 100 Juta 500 ribu 500 ribu
500 Juta
Jul 100 Juta 700 Juta 100 Juta 500 ribu 500 ribu
Agu 100 Juta 800 Juta 100 Juta 500 ribu 500 ribu
Dengan berlakunya UU HPP maka Sep 100 Juta 900 Juta 100 Juta 500 ribu 500 ribu
beban pajak yang harus dibayar Tuan A Okt 100 Juta 1 Milyar 100 Juta 500 ribu 500 ribu
menjadi berkurang Rp2,5 Juta. Nov 100 Juta 1,1 Milyar 100 Juta 500 ribu 500 ribu
Des 100 Juta 1,2 Milyar 100 Juta 500 ribu 500 ribu
Jumlah 1,2 Milyar 700 Juta 3,5 Juta 6 Juta

30
5
PAJAK PERTAMBAHAN NILAI

31
www.pajak.go.id
PAJAK PERTAMBAHAN NILAI

Objek PPN
Pengecualian Objek PPN

Fasilitas PPN Tarif PPN


Pengurangan atas Tarif Umum dan Tarif
pengecualian dan fasilitas Khusus PPN
PPN

32
TIMELINE PEMBERLAKUAN

10% 11% 12%

sampai dengan mulai berlaku paling lambat


Maret 2022 1 April 2022 1 Januari 2025

33
PENGECUALIAN OBJEK DAN FASILITAS PPN

“Barang kebutuhan pokok, jasa kesehatan,


jasa pendidikan, jasa pelayanan sosial, dan
beberapa jenis jasa lainnya, diberikan
fasilitas pembebasan PPN”

A. Barang kebutuhan pokok, jasa kesehatan, jasa pendidikan, jasa pelayanan sosial, dan beberapa jenis
jasa lainnya, diberikan fasilitas pembebasan PPN, sehingga masyarakat berpenghasilan menengah dan
kecil tetap tidak perlu membayar PPN atas konsumsi kebutuhan pokok, jasa pendidikan, jasa kesehatan,
dan layanan sosial.

B. Pengurangan atas pengecualian dan fasilitas PPN agar lebih mencerminkan keadilan dan tepat sasaran,
serta dengan tetap menjaga kepentingan masyarakat dan dunia usaha.

C. Pengaturan ini dimaksudkan bahwa perluasan basis PPN dilakukan dengan tetap mempertimbangkan
asas keadilan, asas kemanfaatan khususnya dalam memajukan kesejahteraan umum dan asas
kepentingan nasional, sehingga optimalisasi penerimaan negara diselenggarakan dengan tetap
mewujudkan sistem perpajakan yang berkeadilan dan berkepastian hukum.

34
TARIF UMUM PPN

UU PPN

10%
Tarif yang saat ini Berlaku sampai dengan
berlaku hingga bulan Maret 2022
Maret 2022.

UU HPP
Tarif ini mulai berlaku
sejak tanggal 1 April
2022
Berlaku mulai 1 April 2022
11%
UU HPP
Tarif ini paling lambat
diberlakukan tanggal
12% Paling lambat diberlakukan 1
Januari 2025

1 Januari 2025

35
TARIF KHUSUS

Tarif PPN 'final'

Untuk kemudahan dalam


PPN 'final'
pemungutan PPN, atas jenis
barang/jasa tertentu atau 1%
sektor usaha tertentu
diterapkan tarif PPN 'final',
misalnya 1%, 2% atau 3% dari 2%
peredaran usaha, yang diatur
dengan PMK.
3%

36
6
PROGRAM
PENGUNGKAPAN
SUKARELA

37
PROGRAM PENGUNGKAPAN SUKARELA

“Pemberian kesempatan kepada Wajib Pajak untuk melaporkan atau


mengungkapkan kewajiban perpajakan yang belum dipenuhi secara sukarela”

Pemberian kesempatan kepada Wajib Pajak untuk melaporkan atau mengungkapkan


kewajiban perpajakan yang belum dipenuhi secara sukarela melalui:
1. Pembayaran Pajak Penghasilan berdasarkan pengungkapan harta yang tidak atau
belum sepenuhnya dilaporkan oleh peserta program Pengampunan Pajak; dan
2. Pembayaran Pajak Penghasilan berdasarkan pengungkapan harta yang belum
dilaporkan dalam SPT Tahunan Pajak Penghasilan orang pribadi Tahun Pajak 2020.

Program dilaksanakan selama 6 bulan

(1 Januari 2022 –
30 Juni 2022)
38
PROGRAM PENGUNGKAPAN SUKARELA

39
PROGRAM PENGUNGKAPAN SUKARELA

40
PROGRAM PENGUNGKAPAN SUKARELA
Fasilitas

KEBIJAKAN I
a. Wajib Pajak yang telah memperoleh surat keterangan tidak dikenai sanksi administratif sebesar 200% [Sanksi
Pasal 18 ayat (3) Undang-Undang 11 Tahun 2016 tentang Pengampunan Pajak].
b. Data dan informasi yang bersumber dari surat pemberitahuan pengungkapan harta dan lampirannya yang
diadministrasikan oleh Kementerian Keuangan atau pihak lain yang berkaitan dengan pelaksanaan Undang-Undang
ini tidak dapat dijadikan sebagai dasar penyelidikan, penyidikan, dan/atau penuntutan pidana terhadap Wajib
Pajak.

KEBIJAKAN II
a. tidak diterbitkan ketetapan pajak atas kewajiban perpajakan untuk Tahun Pajak 2016 -2020, kecuali ditemukan data
dan/atau informasi lain mengenai harta yang belum atau kurang diungkapkan dalam surat pemberitahuan
pengungkapan harta.
b. kewajiban perpajakan sebagaimana dimaksud dalam huruf a meliputi PPh orang pribadi, PPh atas pemotongan
dan/atau pemungutan, dan PPN, kecuali atas pajak yang sudah dipotong /dipungut tetapi tidak disetorkan.
c. Data dan informasi yang bersumber dari surat pemberitahuan pengungkapan harta dan lampirannya yang
diadministrasikan oleh Kementerian Keuangan atau pihak lain yang berkaitan dengan pelaksanaan Undang-Undang
ini tidak dapat dijadikan sebagai dasar penyelidikan, penyidikan, dan/atau penuntutan pidana terhadap Wajib
Pajak.

41
PROGRAM PENGUNGKAPAN SUKARELA
Sanksi Kurang Ungkap Harta Pada Kebijakan I

Bagi peserta TA (OP atau Badan) yang sampai dengan Program Pengungkapan Sukarela berakhir (30 Juni 2022) masih
terdapat harta belum dilaporkan dalam Surat Pernyataan Harta (SPH) pada saat mengikuti TA 2016

DJP Menemukan Harta


Lainnya (s.d 2015)
1. Dikenai PPh Final dari Harta Bersih Tambahan
dengan tarif :
HARTA BARU
a. 25% (Badan);
(KURANG /
b. 30% (OP);
BELUM) c. 12,5% (WP Tertentu)
DIUNGKAP
2. Aset yang kurang diungkap dikenai sanksi 200%
[Pasal 18 ayat (3) UU TA].

(Tarif PP-36/2017 x Harta Baru) +


Sanksi UU TA
42
KEMENTERIAN KEUANG AN REPUBLIK INDONESIA
PROGRAM PENGUNGKAPAN SUKARELA
Sanksi Kurang Ungkap Harta Pada Kebijakan I

Bagi orang pribadi peserta Program Pengungkapan Sukarela Kebijakan II yang Masih Terdapat Harta 2016-2020
Yang Tidak Diungkap Wajib Pajak dalam Surat Pemberitahuan Pengungkapan Harta (SPPH)

DJP Menemukan Harta Lainnya


(2016-2020)
1. Dikenai PPh Final dari Harta Bersih Tambahan dengan
HARTA BARU tarif 30%
(KURANG / [Pasal 11 ayat (2) UU HPP].
BELUM) 2. Aset yang kurang diungkap dikenai sanksi bunga per
DIUNGKAP bulan ditambah uplift factor 15%
[sanksi Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar (SKPKB)
Pasal 13 ayat (2) UU KUP].

(30% x Harta Baru) + Sanksi KUP


43
7
PAJAK KARBON

44
PAJAK KARBON

Perlu pengendalian peningkatan emisi gas rumah kaca di atmosfer


yang menyebabkan kenaikan suhu permukaan bumi sehingga akan
menurunkan risiko perubahan iklim dan bencana di Indonesia.

Komitmen Pemerintah Indonesia untuk mengurangi emisi Gas Rumah


Kaca (GRK) sebanyak 29% (dengan usaha sendiri) pada tahun 2030 sesuai
dengan konvensi perubahan iklim yang sudah disepakati.

LATAR
BELAKANG Mitigasi perubahan iklim di Indonesia membutuhkan pembiayaan

Mengubah perilaku pelaku aktivitas ekonomi yang berpotensi


menghasilkan emisi Gas Rumah Kaca (GRK)

45
PAJAK KARBON

Pengaturan Pajak Karbon akan dilakukan secara bertahap sesuai dengan


roadmap yang akan memperhatikan perkembangan pasar karbon,
dalam pencapaian target NDC, kesiapan sektor dan kondisi ekonomi.

UU HPP Penerapan pajak karbon akan mengedepankan prinsip keadilan (just)


dan keterjangkauan (affordable) dengan memperhatikan iklim
berusaha dan masyarakat kecil.

Tarif pajak karbon ditetapkan lebih tinggi atau sama dengan harga
karbon di pasar karbon dengan minimal tarif Rp30,00 per kilogram
karbon dioksida ekuivalen (CO2e).

Implementasi pertama kali 1 April 2022 pada sektor PLTU Batubara


dengan skema cap and tax yang searah dengan implementasi pasar
karbon yang sudah mulai berjalan di sektor PLTU Batubara.

46
PETA JALAN PAJAK KARBON

47
8
CUKAI

48
CUKAI

Penambahan / Pengurangan
Penguatan Mekanisme
BKC
Penetapan BKC
Pertimbangan Pemerintah dalam hal ini adalah:
Penambahan / pengurangan jenis Barang • Kondisi aktual dalam menghadapi pandemi
Kena Cukai disampaikan oleh Pemerintah COVID-19,
kepada DPR RI untuk dibahas dan • Langkah penanganan dan pemulihan
disepakati dalam penyusunan RAPBN. ekonomi,
• Kebijakan di bidang kesehatan, lingkungan
dan kebijakan lainnya secara berkelanjutan.

Ultimum Remedium Besaran Sanksi


Menerapkan prinsip pemberlakuan sanksi Penyesuaian besaran sanksi administratif
pidana sebagai upaya terakhir dalam ultimum remedium terhadap pelanggaran
pelanggaran pidana di bidang cukai atas pidana di bidang cukai adalah sebagai berikut:
pelanggaran perizinan, pengeluaran Barang
Kena Cukai, Barang Kena Cukai tidak
dikemas, Barang Kena Cukai yang berasal
dari tindak pidana, dan jual beli pita cukai.

49
BESARAN SANKSI

Pemulihan Kerugian
UU Cukai UU HPP
Pendapatan Negara

Membayar pokok Cukai +


Saat Penelitian Belum diatur
sanksi 3x Cukai kurang dibayar

Membayar pokok Cukai + sanksi 4x Membayar pokok Cukai +


Saat Penyidikan
Cukai kurang dibayar sanksi 4x Cukai kurang dibayar

50
TERIMA KASIH

www.pajak.go.id

Anda mungkin juga menyukai