Anda di halaman 1dari 421

DIREKTORAT JENDERAL PAJAK

KEMENTERIAN KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA

E-BOOK
PAJAK
Kanwil DJP Jakarta Pusat
Kata Pengantar

Kawan Pajak DEJA(P)U

Kami mengucapkan terima kasih dan apresiasi yang setinggi-tingginya kepada Kawan
Pajak DEJA(P)U yang telah mengikuti kegiatan ini dan besar harapan kami semua
edukasi perpajakan dan BDS yang sudah kami sampaikan dapat bermanfaat bagi
Kawan Pajak DEJA(P)U dalam kontribusinya kepada negara dalam mendukung
peningkatan kesejahteraan masyarakat melalui peningkatan kepatuhan perpajakan.

Kawan Pajak DEJA(P)U

Sebagai bahan edukasi perpajakan yang dapat dipelajari setiap saat oleh Kawan Pajak,
Kami telah membuat e-book yang berisi materi selama kegiatan Deja(p)u Tax Expo 2021
Kanwil DJP Jakarta Pusat. Semoga dengan adanya e-book ini dapat memberi manfaat
kepada Kawan Pajak.

Akhir kata, dengan mengucap syukur Alhamdulillah, Kegiatan DEJA(P)U TAX EXPO 2021
KANTOR WILAYAH DJP JAKARTA PUSAT, Saya nyatakan diakhiri dan mohon maaf jika
selama berjalannya kegiatan ini, ada hal yang kurang berkenan.

DEJA(P)U HEBAT

Pajak Kuat, Indonesia Maju

Jakarta, Oktober 2021


Kepala Kantor Wilayah DJP Jakarta Pusat

Yunirwansyah

Deja(p)u Tax Expo 2021 Kantor Wilayah DJP Jakarta Pusat


Daftar isi
1. Mengupas tentang apa itu NPWP dan SPT
2. Subjek dan ObjekPajak
3. Bendahara Mahir Pajak
4. Pengusaha Kena Pajak (PKP): Konsekuensi dan Strategi
5. PPh Pasal 21 Pengertian dan Cara Perhitungan
6. PPh Pasal 23 Cara membedakan dengan PPh Pasal 23
7. E-Bupot Bukti Potong Jaman Now
8. PPh Final: PPh Pasal 4 ayat 2
9. Hak dan Kewajiban Perpajakan Orang Pribadi
10. SPT PPh Tahunan Orang Pribadi untuk Karyawan
11. Kenali Pajak UMKM PP 23 Tahun 2018
12. Insentif PPh Orang Pribadi UMKM
13. Salah Setor Pajak? Tenang bisa Pemindahbukuan
14. Koreksi Fiskal Konsep dan Penerapannya
15. LAPOR SPT Tahunan Lebih Mudah dengan E-Form
16. PP 23 Tahun 2018 Bayar Pajak Mudah Hilangkan Galau Pelaku Usaha
17. Insentif Pajak Now PMK 102 dan 103 Tahun 2021
18. Mudah Buat Faktu dan Lapor PPN
19. Insentif PPN terkait Covid-19
20. Kewajiban PPN Pengusaha Kena Pajak
21. Instansi Bijak Taat Pajak
22. Aspek Perpajakan Profesi Dokter
23. Aspek Perpajakan Profesi Pengacara
24. Kewajiban Pajak Bendahara Pemerintah

Deja(p)u Tax Expo 2021 Kantor Wilayah DJP Jakarta Pusat


1 Oktober

2021
Mengupas tentang apa itu
NPWP dan SPT

DEJA(P)U
TAX EXPO
Kanwil DJP Jakarta Pusat
MENGUPAS TENTANG
APA ITU NPWP DAN
SPT MASA/TAHUNAN
01 Oktober 2021
www.pajak.go.id

PERAN PENERIMAAN PAJAK DALAM 2

PEMBANGUNAN BANGSA
APBN 2021 Pendapatan Negara
sebesar Rp 1.743,6 T
17,2%

82,8% Penerimaan
Pajak
Perpajakan sebesar
Bukan Pajak Rp1.444,5 T

www.pajak.go.id
PERAN PENERIMAAN PAJAK DALAM PEMBANGUNAN BANGSA
3

Pendapatan Pendapatan
Pemerintah
Pusat/Daerah

Pajak Pajak
Pengeluaran
Tahunan

Kehidupan kita

Layanan Publik Modal Sosial

Setiap Warga Usaha Mikro, Kecil,


negara Menengah, dan Besar
www.pajak.go.id

APA ITU PAJAK? 4

” Pajak adalah kontribusi wajib


kepada negara yang terutang oleh
orang pribadi atau badan yang
bersifat memaksa berdasarkan
Undang-Undang, dengan tidak
mendapatkan imbalan secara
langsung dan digunakan untuk
keperluan negara bagi sebesar-
besarnya kemakmuran rakyat”.

www.pajak.go.id
WAJIB PAJAK 5

Orang Pribadi (OP)

Pemungut /
Pemotong Pajak
Tertentu

Badan

Wajib Pajak adalah Orang Pribadi atau Badan yang menurut ketentuan peraturan
perundang-undangan perpajakan ditentukan untuk melakukan kewajiban perpajakan,
termasuk pemungut pajak atau pemotong pajak tertentu.
www.pajak.go.id

KEWAJIBAN PERPAJAKAN 6

Mendaftarkan Menghitung Membayar Melaporkan


diri untuk pajak yang harus Pajak yang seharusnya dibayar seluruh kegiatan
memperoleh dibayar sesuai dengan mekanisme membayar usaha dalam Surat
NPWP jika telah dengan kegiatan sendiri ke Kas Negara (melalui Pemberitahuan
memenuhi syarat Kantor Pos atau Bank Persepsi), (SPT) Masa dan
usaha wajib
objektif dan dan Pemotongan/ Pemungutan Tahunan sesuai
pajak Pajak oleh pihak lain
subjektif kondisi sebenarnya

www.pajak.go.id
APA ITU NPWP ?? 7

www.pajak.go.id

DEFINISI 8

Nomor Pokok Wajib Pajak adalah


nomor yang diberikan kepada
Wajib Pajak sebagai sarana
dalam administrasi perpajakan
yang dipergunakan sebagai tanda
pengenal diri atau identitas
Wajib Pajak dalam melaksanakan
hak dan kewajiban perpajakannya

www.pajak.go.id
FUNGSI NPWP 9

Sebagai sarana Sebagai


dalam administrasi identitas WP
perpajakan

Menjaga ketertiban dalam Menjadi persyaratan


pembayaran pajak dan dalam pelayanan umum,
pengawasan administrasi misalnya paspor, kredit
perpajakan bank, dan lelang

www.pajak.go.id

KEWAJIBAN MENDAFTARKAN DIRI 10

Setiap Wajib Pajak yang telah memenuhi persyaratan


subjektif dan objektif sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan perpajakan wajib
mendaftarkan diri pada kantor Direktorat Jenderal Pajak
yang wilayah kerjanya meliputi tempat tinggal atau
tempat kedudukan Wajib Pajak dan kepadanya diberikan
Nomor Pokok Wajib Pajak

Kewajiban mendaftarkan diri sebagaimana dimaksud pada


ayat (1) berlaku pula terhadap wanita kawin yang dikenai
pajak secara terpisah karena hidup terpisah berdasarkan
keputusan hakim atau dikehendaki secara tertulis
berdasarkan perjanjian pemisahan penghasilan dan
harta.
www.pajak.go.id
SIAPA YANG WAJIB MENDAFTAR? 11

Wajib Pajak yang telah memenuhi persyaratan subjektif


dan objektif meliputi :
a. Wajib Pajak orang pribadi;
b. Wajib Pajak Warisan Belum Terbagi;
c. Wajib Pajak Badan; dan
d. Instansi Pemerintah yang ditunjuk sebagai
pemotong dan/atau pemungut pajak sesuai
ketentuan peraturan perundang-undangan
perpajakan.

www.pajak.go.id

JANGKA WAKTU PENDAFTARAN 12

Wajib Pajak orang pribadi yang menjalankan


usaha atau melakukan pekerjaan bebas dan
Wajib Pajak badan wajib mendaftarkan diri untuk
memperoleh NPWP paling lambat 1 (satu) bulan
setelah Saat Usaha Mulai Dijalankan.
Jika jumlah penghasilan Wajib Pajak orang pribadi
yang tidak menjalankan usaha atau tidak
melakukan pekerjaan bebas sampai dengan suatu
bulan yang disetahunkan telah melebihi
Penghasilan Tidak Kena Pajak, Wajib Pajak tersebut
wajib mendaftarkan diri untuk memperoleh NPWP
paling lama pada akhir bulan berikutnya.
www.pajak.go.id
TEMPAT PENDAFTARAN 13

1. Pendaftaran diri untuk memperoleh NPWP bagi Wajib Pajak dilakukan pada : :

a. Kantor Pelayanan Pajak atau Kantor Pelayanan, Penyuluhan, dan Konsultasi Perpajakan
yang wilayah kerjanya meliputi tempat tinggal atau tempat kedudukan Wajib Pajak;
b. Kantor Pelayanan Pajak tertentu sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan di bidang perpajakan; atau
c. tempat lain yang ditunjuk oleh Direktur Jenderal Pajak.

2. Bagi Wajib Pajak orang pribadi pengusaha tertentu selain mendaftarkan diri
ke Kantor Pelayanan Pajak atau tempat lain sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) juga mendaftarkan diri ke Kantor Pelayanan Pajak yang wilayah
kerjanya meliputi tempat-tempat kegiatan usaha Wajib Pajak.

3. Dalam hal tempat tinggal atau tempat kedudukan, dan/atau tempat kegiatan
usaha Wajib Pajak berada dalam 2 (dua) atau lebih wilayah kerja Kantor
Pelayanan Pajak, Direktur Jenderal Pajak dapat menetapkan Kantor
Pelayanan Pajak tempat Wajib Pajak terdaftar.
www.pajak.go.id

TATA CARA PENDAFTARAN 14

Pendaftaran Wajib Pajak dilakukan dengan


mengajukan permohonan secara
elektronik atau tertulis, dan dilampiri
dengan dokumen yang disyaratkan.

Pendaftaran Wajib Pajak secara


elektronik dapat dilakukan dengan
mengakses :

https://ereg.pajak.go.id
www.pajak.go.id
JANGKA WAKTU PENYELESAIAN 15

Berdasarkan permohonan Wajib


Pajak, Kepala Kantor Pelayanan
Pajak melakukan penerbitan
NPWP paling lambat :

1 (satu) hari kerja


terhitung sejak permohonan
diterima secara lengkap

www.pajak.go.id

PENERBITAN NPWP SECARA JABATAN 16

Dalam hal Wajib Pajak tidak melaksanakan kewajiban


untuk mendaftarkan diri, Kepala KPP dapat
memberikan NPWP secara jabatan berdasarkan hasil
Pemeriksaan atau hasil penelitian administrasi, dan
menyampaikan Kartu NPWP, SKT, dan EFIN kepada
Wajib Pajak.

Tanggal terdaftar yang tercantum dalam Kartu NPWP


dan SKT yang diterbitkan secara jabatan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) yakni sesuai dengan tanggal
penerbitan Kartu NPWP dan SKT

www.pajak.go.id
NPWP JABATAN 17

Kewajiban perpajakan bagi Wajib Pajak yang


diterbitkan Nomor Pokok Wajib Pajak dan/atau
yang dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak
secara jabatan dimulai sejak saat Wajib Pajak
memenuhi persyaratan subjektif dan objektif
sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan perpajakan, paling
lama 5 (lima) tahun sebelum diterbitkannya
Nomor Pokok Wajib Pajak dan/atau
dikukuhkannya sebagai Pengusaha Kena Pajak.

www.pajak.go.id

PENGHAPUSAN NPWP 18

Direktur Jenderal Pajak karena jabatan atau atas


permohonan Wajib Pajak, dapat
melakukan penghapusan Nomor Pokok
Wajib Pajak dan/atau pencabutan pengukuhan
Pengusaha Kena Pajak.

Penghapusan Nomor Pokok Wajib Pajak


dan/atau pencabutan pengukuhan Pengusaha
Kena Pajak sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dilakukan berdasarkan Pemeriksaan atau
Verifikasi.

www.pajak.go.id
PENGHAPUSAN NPWP 19

Penghapusan NPWP dilakukan dalam hal :


a. diajukan permohonan penghapusan NPWP oleh :
1. Wajib Pajak dan/atau ahli warisnya karena Wajib Pajak sudah tidak
memenuhi persyaratan subjektif dan/atau objektif sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan;
2. Wajib Pajak badan dalam rangka likuidasi atau pembubaran karena
penghentian atau penggabungan usaha;
3. Wanita yang sebelumnya telah memiliki NPWP dan menikah tanpa
membuat perjanjian pemisahan harta dan penghasilan; atau
4. Wajib Pajak bentuk usaha tetap yang menghentikan kegiatan
usahanya di Indonesia.
b. dianggap perlu oleh Direktur Jenderal Pajak untuk menghapuskan NPWP dari
Wajib Pajak yang sudah tidak memenuhi persyaratan subjektif dan/atau objektif
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang perpajakan.
www.pajak.go.id

PENGHAPUSAN NPWP 20

Penghapusan NPWP sebagaimana dimaksud pada


ayat (1) dilakukan melalui verifikasi atau
pemeriksaan.
Penghapusan NPWP sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) dilakukan dalam hal utang pajak telah
dilunasi atau hak untuk melakukan penagihan telah
daluwarsa.
Penghapusan NPWP bagi Wajib Pajak wanita
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a angka
3) dapat dilakukan dalam hal suami dari wanita
tersebut telah terdaftar sebagai Wajib Pajak.
www.pajak.go.id
PENGHAPUSAN NPWP 21

Direktur Jenderal Pajak setelah melakukan pemeriksaan


atau verifikasi harus memberikan keputusan atas
permohonan penghapusan NPWP dalam jangka waktu :

6 Bulan 12 Bulan
WP OP WP BADAN
sejak tanggal permohonan Wajib Pajak diterima secara lengkap.

www.pajak.go.id

APA ITU SPT ?? 22

www.pajak.go.id
DEFINISI 23

Surat Pemberitahuan adalah surat


yang oleh Wajib Pajak digunakan
untuk melaporkan penghitungan
dan/atau pembayaran pajak,
objek pajak dan/atau bukan
objek pajak, dan/atau harta dan
kewajiban sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-
undangan perpajakan.

www.pajak.go.id

FUNGSI SPT 24

1. Bagi Wajib Pajak, SPT berfungsi untuk


melaporkan dan mempertanggungjawabkan
perhitungan jumlah pajak yang sebenarnya
terutang dan untuk melaporkan tentang :
a. pembayaran atau pelunasan pajak yang telah
dilaksanakan sendiri dan/atau melalui
pemotongan atau pemungutan pihak lain dalam
1 (satu) Tahun Pajak atau Bagian Tahun Pajak;
b. penghasilan yang merupakan objek pajak
dan/atau bukan objek pajak;
c. harta dan kewajiban;
d. penyetoran dari pemotong atau pemungut
pajak orang pribadi atau badan lain dalam 1
(satu) masa pajak.

www.pajak.go.id
FUNGSI SPT 25

2. Bagi Pengusaha Kena Pajak (PKP), SPT


berfungsi untuk mempertanggungjawabkan
perhitungan jumlah PPN dan PPnBM yang
sebenarnya terutang dan untuk melaporkan
tentang:
a. pengkreditan Pajak Masukan terhadap Pajak Keluaran;
b. pembayaran atau pelunasan pajak yang telah
dilaksanakan sendiri oleh Pengusaha Kena Pajak dan/atau
melalui pihak lain dalam satu masa pajak.

3. Bagi pemotong atau pemungut pajak, sebagai sarana


untuk melaporkan dan mempertanggungjawabkan
pajak yang dipotong atau dipungut dan
disetorkannya kepada Negara dan pihak yang
dipotong.
www.pajak.go.id

JENIS SPT 26

Surat Pemberitahuan adalah surat yang oleh Wajib


Pajak digunakan untuk melaporkan penghitungan
dan/atau pembayaran pajak, objek pajak dan/atau
bukan objek pajak, dan/atau harta dan kewajiban

untuk suatu Tahun


untuk suatu Masa
Pajak atau Bagian
Pajak
Tahun Pajak

SPT MASA SPT TAHUNAN


www.pajak.go.id
JENIS SPT 27

SPT MASA SPT TAHUNAN


a. PPh Pasal 21/26; a. SPT Tahunan PPh untuk
b. PPh Pasal 22; satu Tahun Pajak;
c. PPh Pasal 23/26; b. SPT Tahunan PPh untuk
Bagian Tahun Pajak.
d. PPh Pasal 25;
e. PPh Pasal 4 ayat (2);
f. PPh Pasal 15;
g. PPN;
h. PPN bagi Pemungut;
i. PPN bagi PKP Pedagang
Eceran yang menggunakan
nilai lain sebagai DPP; dan
j. PPnBM.
www.pajak.go.id

JENIS FORMULIR SPT TAHUNAN 28

Wajib Pajak Badan


a. Formulir 1771
b. Formulir 1771Y
c. Formulir 1771$Y
Wajib Pajak OP
a. Formulir 1770
b. Formulir 1770S
c. Formulir 1770SS
d. Formulir 1770Y

www.pajak.go.id
JENIS FORMULIR SPT TAHUNAN OP 29

1. Formulir 1770
Formulir ini diperuntukkan bagi wajib pajak yang memiliki
penghasilan dari usaha atau pekerjaan bebas, penghasilan dari
satu atau lebih pemberi kerja, penghasilan yang dikenakan PPh
final, atau penghasilan dalam negeri maupun luar negeri lainnya.
2. Formulir 1770S
Formulir ini untuk wajib pajak orang pribadi yang
berstatus sebagai karyawan dengan jumlah penghasilan
bruto lebih dari Rp.60 juta dan atau bekerja di dua atau
lebih perusahaan dalam kurun waktu satu tahun.
3. Formulir 1770SS
Formulir ini untuk wajib pajak orang pribadi yang
berstatus sebagai karyawan dengan jumlah penghasilan
bruto tidak lebih dari Rp.60 juta dan hanya bekerja pada
satu perusahaan atau instansi dalam kurun waktu satu
tahun. www.pajak.go.id

CARA PENGISIAN SPT 30

Menggunakan
Bahasa Menggunakan
Indonesia Huruf Latin

Menggunakan satuan mata


Menggunakan uang Rupiah kecuali
Angka Arab menyelenggarakan
pembukuan dalam mata
uang dan Bahasa lain seizin
Menteri Keuangan

www.pajak.go.id
KETENTUAN PENGISIAN SPT 31

1. SPT diisi dengan Benar


Yaitu benar dalam perhitungan, penerapan ketentuan
peraturan perundangan, penulisan, dan sesuai dengan
keadaan sebenarnya
2. SPT diisi dengan Lengkap
a. Yaitu memuat semua unsur yang berkaitan dengan objek
pajak dan unsur lain yang harus dilaporkan.
b. WP yang wajib melaksanakan pembukuan harus
melengkapi SPT dengan laporan keuangan.
3. SPT diisi dengan Jelas
Yaitu dapat melaporkan asal usul atau sumber dari objek pajak
dan unsur lain yang harus dilaporkan.
4. SPT Ditandatangani
a. Oleh pengurus, direksi, atau kuasa khusus untuk WP Badan
b. Oleh WP atau kuasa khusus untuk WP OP.

www.pajak.go.id

CARA PELAPORAN SPT 32

Disampaikan secara langsung ke :


1. TPT tempat Wajib Pajak Terdaftar; atau
2. Tempat lain berupa Layanan Pajak di
Luar Kantor yang disediakan KPP atau
KP2KP tempat Wajib Pajak terdaftar.

Selain disampaikan langsung


penyampaian SPT bisa melalui pos
dengan bukti pengiriman surat dan
jasa ekspedisi atau jasa kurir
dengan bukti pengiriman surat.

www.pajak.go.id
CARA PELAPORAN SPT 33

Penyampaian SPT Tahunan dalam


Bentuk Elektronik
1. e-Filing, upload file csv dari aplikasi e-
SPT atau isi form di website.
2. e-Form, mengisi file yang diunduh dari
laman djponline lalu diunggah kembali.

www.pajak.go.id

SPT DIANGGAP TIDAK DISAMPAIKAN 34


SPT dianggap tidak disampaikan apabila:
a. SPT tidak ditandatangani (dalam hal SPT disampaikan
langsung atau dikirimkan via pos/jasa kurir);
b.SPT tidak sepenuhnya dilampiri keterangan dan/atau
dokumen yang dipersyaratkan;
c. SPT yang menyatakan lebih bayar disampaikan setelah 3
(tiga) tahun sesudah berakhirnya Masa Pajak, bagian
Tahun Pajak atau Tahun Pajak, dan Wajib Pajak telah
ditegur secara tertulis; atau
d.SPT disampaikan setelah Direktur Jenderal Pajak
melakukan pemeriksaan, melakukan pemeriksaan
bukti permulaan secara terbuka, atau menerbitkan
surat ketetapan pajak.
Dalam hal SPT dianggap tidak disampaikan, Direktur
Jenderal Pajak harus memberitahukan secara tertulis
kepada Wajib Pajak.
www.pajak.go.id
BATAS AKHIR PELAPORAN 35

Batas waktu pelaporan Surat Pemberitahuan


(SPT) Tahunan
SPT Tahunan Wajib Pajak Orang
Paling lama 3 Bulan setelah akhir
Pribadi, (termasuk Wajib Pajak
Tahun Pajak (31 Maret)
Warisan Belum Terbagi)

Paling lama 4 Bulan setelah akhir


SPT Tahunan Wajib Pajak Badan
Tahun Pajak (30 April)

Tahun Pajak adalah jangka waktu 1 (satu) tahun


kalender kecuali bila Wajib Pajak menggunakan
tahun buku yang tidak sama dengan tahun kalender.

www.pajak.go.id

BATAS AKHIR PELAPORAN 36

Batas waktu pelaporan Surat Pemberitahuan


(SPT) Masa
Paling lama 20 (dua puluh) hari
PPh Pasal 4 ayat (2)
setelah Masa Pajak berakhir

Paling lama 20 (dua puluh) hari


PPh Pasal 15
setelah Masa Pajak berakhir

Paling lama 20 (dua puluh) hari


PPh Pasal 21/26
setelah Masa Pajak berakhir

Paling lama 20 (dua puluh) hari


PPh Pasal 23/26
setelah Masa Pajak berakhir

Paling lama 20 (dua puluh) hari


PPh Pasal 25
setelah Masa Pajak berakhir

www.pajak.go.id
BATAS AKHIR PELAPORAN 37

Batas waktu pelaporan Surat Pemberitahuan


(SPT) Masa
Paling lama akhir bulan berikutnya
PPN & PPnBM
setelah Masa Pajak berakhir

Paling lama 20 (dua puluh) hari


PPh Pasal 22
setelah Masa Pajak berakhir

PPh Pasal 22, PPN atau PPN dan


Hari kerja terakhir minggu
PPnBM yg dipungut oleh Direktorat
berikutnya
Jenderal Bea dan Cukai

PPh Pasal 22 yg dipungut oleh Paling lama 20 (dua puluh) hari


Instansi Pemerintah setelah Masa Pajak berakhir

www.pajak.go.id

PERPANJANGAN WAKTU PELAPORAN 38

Wajib pajak dapat memperpanjang jangka waktu


penyampaian SPT Tahunan Pajak Penghasilan untuk
paling lama dua bulan dengan cara menyampaikan
pemberitahuan secara tertulis atau dengan cara lain
kepada Direktur Jenderal Pajak yang ketentuannya
diatur dengan atau berdasarkan Peraturan Menteri
Keuangan

Bila perpanjangan SPT Tahunan disetujui, maka wajib


pajak memiliki waktu dua bulan lebih lama untuk
menyampaikan SPT Tahunannya dengan benar,
lengkap, dan jelas.

www.pajak.go.id
PERPANJANGAN WAKTU PELAPORAN 39
Wajib Pajak Badan atau Wajib Pajak Orang Pribadi yang
melakukan kegiatan usaha atau pekerjaan bebas yang
mengajukan Pemberitahuan Perpanjangan SPT Tahunan
wajib menyebutkan alasan perpanjangan dan
melakukan penghitungan sementara pajak terutang
dalam satu Tahun Pajak.
Syarat permohonan perpanjangan waktu penyampaian
SPT Tahunan :
1. Diajukan secara tertulis kepada Kepala KPP.
2. Diajukan sebelum batas waktu penyampaian SPT berakhir.
3. Menyampaikan perhitungan sementara pajak terutang dan
laporan keuangan sementara.
4. Melampirkan bukti pelunasan kekurangan penyetoran
5. Pemberitahuan perpanjangan SPT Tahunan wajib
ditandatangani oleh wajib pajak atau Kuasa Wajib Pajak
www.pajak.go.id

SANKSI KETERLAMBATAN 40

Apabila Surat Pemberitahuan (SPT) tidak


disampaikan dalam jangka waktu pelaporan
atau batas waktu perpanjangan penyampaian
SPT, dikenai sanksi administrasi berupa denda
sebesar :
1. Rp 500.000,00 (lima ratus ribu rupiah) untuk SPT
Masa Pajak Pertambahan Nilai
2. Rp 100.000,00 (seratus ribu rupiah) untuk SPT Masa
lainnya
3. Rp 1.000.000,00 (satu juta rupiah) untuk SPT
Tahunan Pajak Penghasilan Wajib Pajak badan
4. Rp 100.000,00 (seratus ribu rupiah) untuk SPT
Tahunan Pajak Penghasilan Wajib Pajak orang pribadi

www.pajak.go.id
PEMBETULAN SPT 41
1 Wajib Pajak dengan kemauan sendiri dapat membetulkan Surat
Pemberitahuan yang telah disampaikan dengan menyampaikan
pernyataan tertulis dengan syarat Direktur Jenderal Pajak belum
melakukan tindakan pemeriksaan.
2 Dalam hal pembetulan Surat Pemberitahuan sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) menyatakan rugi atau lebih bayar, pembetulan Surat
Pemberitahuan harus disampaikan paling lama 2 (dua) tahun
sebelum daluwarsa penetapan.
3 Dalam hal Wajib Pajak membetulkan sendiri Surat Pemberitahuan
Tahunan yang mengakibatkan utang pajak menjadi lebih besar,
kepadanya dikenai sanksi administrasi berupa bunga sebesar
tarif bunga per bulan yang ditetapkan oleh Menteri Keuangan
atas jumlah pajak yang kurang dibayar, dihitung sejak saat
penyampaian Surat Pemberitahuan berakhir sampai dengan tanggal
pembayaran, dan dikenakan paling lama 24 (dua puluh empat)
bulan, serta bagian dari bulan dihitung penuh 1 (satu) bulan.
www.pajak.go.id

PEMBETULAN SPT 42
4 Dalam hal Wajib Pajak membetulkan sendiri Surat Pemberitahuan
Masa yang mengakibatkan utang pajak menjadi lebih besar,
kepadanya dikenai sanksi administrasi berupa bunga sebesar
tarif bunga per bulan yang ditetapkan oleh Menteri Keuangan
atas jumlah pajak yang kurang dibayar, dihitung sejak jatuh tempo
pembayaran sampai dengan tanggal pembayaran, dan dikenakan
paling lama 24 (dua puluh empat) bulan, serta bagian dari bulan
dihitung penuh 1 (satu) bulan.
5 Tarif bunga per bulan yang ditetapkan oleh Menteri Keuangan
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dan ayat (2a) dihitung
berdasarkan suku bunga acuan ditambah 5% (lima persen) dan
dibagi 12 (dua belas) yang berlaku pada tanggal dimulainya
penghitungan sanksi.

www.pajak.go.id
PENGUNGKAPAN KETIDAKBENARAN DENGAN 43
LAPORAN TERSENDIRI
1 Walaupun Direktur Jenderal Pajak telah melakukan pemeriksaan,
dengan syarat Direktur Jenderal Pajak belum menerbitkan surat
ketetapan pajak, Wajib Pajak dengan kesadaran sendiri dapat
mengungkapkan dalam laporan tersendiri tentang
ketidakbenaran pengisian Surat Pemberitahuan yang telah
disampaikan sesuai dengan keadaan yang sebenarnya, yang dapat
mengakibatkan:
a. Pajak-pajak yang masih harus dibayar menjadi lebih besar atau lebih kecil;
b. Rugi berdasarkan ketentuan perpajakan menjadi lebih kecil atau lebih besar;
c. Jumlah harta menjadi lebih besar atau lebih kecil; atau
d. Jumlah modal menjadi lebih besar atau lebih kecil

Pemeriksaan tetap dilanjutkan

www.pajak.go.id

PENGUNGKAPAN KETIDAKBENARAN DENGAN 44


LAPORAN TERSENDIRI
2 Pajak yang kurang dibayar yang timbul sebagai akibat dari
pengungkapan ketidakbenaran pengisian Surat Pemberitahuan
harus dilunasi oleh Wajib Pajak sebelum laporan tersendiri
disampaikan beserta sanksi administrasi berupa bunga sebesar
tarif bunga per bulan yang ditetapkan oleh Menteri Keuangan dari
pajak yang kurang dibayar, yang dihitung sejak:
a. batas waktu penyampaian Surat Pemberitahuan Tahunan berakhir sampai
dengan tanggal pembayaran, untuk pengungkapan ketidakbenaran
pengisian Surat Pemberitahuan Tahunan; atau
b.jatuh tempo pembayaran berakhir sampai dengan tanggal pembayaran,
untuk pengungkapan ketidakbenaran pengisian Surat Pemberitahuan
Masa
dikenakan paling lama 24 (dua puluh empat) bulan, serta bagian
dari bulan dihitung penuh 1 (satu) bulan
www.pajak.go.id
PENGUNGKAPAN KETIDAKBENARAN DENGAN 45
LAPORAN TERSENDIRI

3 Tarif bunga per bulan yang ditetapkan


oleh Menteri Keuangan sebagaimana
dimaksud pada ayat (5) dihitung
berdasarkan suku bunga acuan
ditambah 10% (sepuluh persen) dan
dibagi 12 (dua belas) yang berlaku pada
tanggal dimulainya penghitungan sanksi.

www.pajak.go.id

PENGUNGKAPAN KETIDAKBENARAN SPT 46


1 Walaupun telah dilakukan tindakan pemeriksaan bukti permulaan,
Wajib Pajak dengan kemauan sendiri dapat mengungkapkan
dengan pernyataan tertulis mengenai ketidakbenaran
perbuatannya, yaitu sebagai berikut:
a. tidak menyampaikan Surat Pemberitahuan; atau
b.menyampaikan Surat Pemberitahuan yang isinya tidak benar atau tidak
lengkap, atau melampirkan keterangan yang isinya tidak benar
sepanjang mulainya penyidikan belum diberitahukan kepada Penuntut
Umum melalui penyidik pejabat Polisi Negara Republik Indonesia.

2 Pengungkapan ketidakbenaran disertai pelunasan kekurangan


pembayaran jumlah pajak yang sebenarnya terutang beserta
sanksi administrasi berupa denda sebesar 100% (seratus persen)
dari jumlah pajak yang kurang dibayar.

www.pajak.go.id
PEMBETULAN SPT AKIBAT SURAT KEPUTUSAN 47
KEBARATAN ATAU PUTUSAN BANDING
Wajib Pajak dapat membetulkan SPT Tahunan yang telah
disampaikan, dalam hal Wajib Pajak menerima surat
ketetapan pajak, Surat Keputusan Keberatan, Surat
Keputusan Pembetulan, Putusan Banding, atau Putusan
Peninjauan Kembali Tahun Pajak sebelumnya atau beberapa
Tahun Pajak sebelumnya, yang menyatakan rugi fiskal yang
berbeda dengan rugi fiskal yang telah dikompensasikan
dalam SPT Tahunan yang akan dibetulkan tersebut, dalam
jangka waktu 3 (tiga) bulan setelah menerima surat
ketetapan pajak, Surat Keputusan Keberatan, Surat
Keputusan Pembetulan, Putusan Banding, atau Putusan
Peninjauan Kembali dengan syarat Direktur Jenderal
Pajak belum melakukan tindakan pemeriksaan.

www.pajak.go.id

Telepon 1500200
Ponsel (021) 1500200
Faksimile (021) 5251245

pengaduan@pajak.go.id pengaduan.pajak.go.id

Saluran Pengaduan Pelayanan Perpajakan


Direktorat Jenderal Pajak

@kring_pajak pajak.go.id

Surat yang ditujukan atau datang langsung ke alamat: Direktorat


Penyuluhan, Pelayanan dan Hubungan Masyarakat, Gedung Mar’ie
Muhammad Lantai 16, Kantor Pusat Direktorat Jenderal Pajak, Jalan
Jenderal Gatot Subroto, Kavling 40-42, Jakarta
www.pajak.go.id

www.pajak.go.id
1 Oktober

2021
Subjek dan ObjekPajak

DEJA(P)U
TAX EXPO
Kanwil DJP Jakarta Pusat
SUBJEK DAN OBJEK PAJAK

SUBJEK DAN OBJEK PAJAK


• Pengertian Pajak
• Pajak Pusat dan Pajak Daerah
• Pajak Penghasilan
• Pajak Pertambahan Nilai
• Bea Meterai
• Pajak Bumi dan Bangunan
PENGERTIAN
Pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau
badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak
mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan negara
bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.

UU Nomor 6 Tahun 1983 sebagaimana telah bberapa kali diubah terakhir dengan
UU Nomor 16 Tahun 2009 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan
PAJAK PENGHASILAN
UU Nomor 7 Tahun 1983 stbdtd. UU Nomor 36 Tahun 2008

PPh merupakan pajak atas penghasilan yang diperoleh WP dalam nama dan bentuk apapun.

OBJEK PAJAK : PENGHASILAN


• Tambahan kemampuan ekonomis
• Dari dalam negeri maupun luar negeri
• untuk konsumsi
• Untuk menambah kekayaan

SUBJEK
Dalam Negeri
• Orang pribadi yang bertempat tinggal di Indonesia
• Orang pribadi yang berada di Indonesia lebih dari 183 hari dalam jangka waktu 12 bulan,
atau orang pribadi yang dalam suatu tahun pajak berada di Indonesia dan mempunyai niat
untuk bertempat tinggal di Indonesia
• Badan yang didirikan atau bertempat kedudukan di Indonesia
• Warisan yang belum terbagi

Luar Negeri
• Orang pribadi yang tidak bertempat tinggal di Indonesia atau berada di Indonesia tidak
lebih dari 183 hari dalam jangka waktu 12 bulan, yang menjalankan usaha atau melakukan
kegiatan melalui bentuk usaha tetap di Indonesia
• Badan yang tidak didirikan dan tidak bertempat kedudukan di Indonesia, yang menjalankan
usaha atau melakukan kegiatan melalui bentuk usaha tetap di Indonesia
• Badan yang tidak didirikan dan tidak bertempat di Indonesia, yang memperoleh
penghasilan dari Indonesia bukan dari menjalankan usaha atau melakukan kegiatan melalui
bentuk usaha tetap di Indonesia.
TIDAK TERMASUK SUBJEK
• Pejabat perwakilan diplomatik dan konsulat atau pejabat lain dari negara asing dan
orang-orang yang diperbantukan kepada mereka yang bekerja dan bertempat tinggal
bersama-sama mereka
• Badan perwakilan negara asing
• Organisasi internasional dan pejabat perwakilan organisasi internasional

OBJEK PPh
• Penggantian atau imbalan berkenaan dengan pekerjaan atau jasa yang diterima atau
diperoleh
• Hadiah dari undian atau pekerjaan atau kegiatan dan penghargaan
• Laba usaha
• Keuntungan karena penjualan atau karena pengalihan harta seperti keuntungan karena
pengalihan harta kepada perseroan, persekutuan, dan badan lainnya sebagai pengganti
saham atau penyertaan modal
• Keuntungan yang diperoleh perseroan, persekutuan, dan badan lainnya karena pengalihan
harta kepada pemegang saham, sekutu atau anggota
• Keuntungan karena likuidasi, penggabungan, peleburan, pemekaran, pemecahan atau
pengambilalihan usaha
• Keuntungan karena pengalihan harta berupa hibah, bantuan atau sumbangan, kecuali
yang diberikan kepada keluarga sedarah dalam garis keturunan lurus satu derajat, dan
badan keagamaan atau badan pendidikan atau badan sosial atau pengusaha kecil
termasuk koperasi yang ditetapkan oleh Menteri Keuangan, sepanjang tidak ada
hubungan dengan usaha, pekerjaan, kepemilikan atau penguasaan antara pihak-pihak
yang bersangkutan
• Penerimaan kembali pembayaran pajak yang telah dibebankan sebagai biaya
OBJEK PPh
• Bunga termasuk premium, diskonto, dan imbalan karena jaminan pengembalian
utang
• Deviden
• Royalti
• Sewa dan penghasilan lain sehubungan dengan penggunaan harta
• Penerimaan atau perolehan pembayaran berkala
• Keuntungan karena pembebasan utang
• Keuntungan karena selisih kurs mata uang asing
• Selisih lebih karena penilaian kembali aktiva
• Premi asuransi
• Iuran yang diterima atau diperoleh perkumpulan dari anggotanya yang terdiri dari
WP yang menjalankan usaha atau pekerjaan bebas
• Tambahan kekayaan neto yang berasal dari penghasilan yang belum dikenakan
pajak
• Penghasilan dari transaksi saham dan sekuritas lainnya di bursa efek
• Penghasilan dari pengalihan harta berupa tanah dan atau bangunan

TIDAK TERMASUK OBJEK PAJAK


• Bantuan atau sumbangan
• Harta hibahan yang diterima oleh keluarga sedarah dalam garis keterunan lurus satu derajat
• Warisan
• Harta termasuk setoran tunai yang diterima oleh badan sebagai pengganti saham atau
sebagai pengganti penyetaraan modal
• Penggantian atau imbalan sehubungan dengan pekerjaan atau jasa yang diterima dalam
bentuk natura
• Beasiswa yang memenuhi persyaratan tertentu dan ketentuannya berdasar pada Peraturan
Menteri Keuangan.
• Pembayaran dari perusahaan asuransi kepada orang pribadi
• Dividen yang diterima Perseroan Terbatas sebagai Wajib Pajak dalam negeri
• Iuran yang diperoleh dari dana pensiun yang pendiriannya telah disahkan oleh Menteri
Keuangan.
• Penghasilan yang ditanamkan dari modal yang ditanamkan oleh dana pensiun.
PAJAK PERTAMBAHAN NILAI
UU Nomor 8 Tahun 1983 stbdtd. UU Nomor 16 Tahun 2009

PPN adalah pajak atas konsumsi barang dan jasa di Daerah Pabean yang dikenakan secara bertingkat di setiap
jalur produksi dan distribusi.

SUBJEK OBJEK
• Pengusaha • Penyerahan Barang Kena Pajak (BKP) di dalam daerah
• Pengusaha Kena Pajak pabean yang dilakukan pengusaha
• Pembeli • Impor BKP
• Penerima Jasa • Penyerahan Jasa Kena Pajak (JKP) di dalam daerah pabean
yang dilakukan oleh pengusaha
• Pemanfaatan BKP Tidak Berwujud dari luar
daerah pabean di dalam daerah pabean
• Ekspor BKP dan JKP

BEA METERAI
UU Nomor 10 Tahun 2020 tentang Bea Meterai

Bea Meterai adalah Pajak atas Dokumen

OBJEK (Pasal 3)
• Dokumen yang dibuat sebagai alat untuk menerangkan mengenai suatu kejadian yang bersifat
perdata
Meliputi surat perjanjian, keterangan, pernyataan, dll, akta notaris, akta PPAT, surat berharga,
dokumen transaksi, dokumen lelang, dan dokumen yang menyatakan jumlah dengan nilai nominal
lebih dari Rp5 juta
• Dokumen yang digunakan sebagai alat bukti di pengadilan
PAJAK BUMI DAN BANGUNAN
UU Nomor 12 Tahun 1985 stbdtd. UU Nomor 12 Tahun 1994

PBB adalah pajak atas bumi dan bangunan

OBJEK PAJAK
• Bumi
meliputi tanah dan perairan pedalaman, serta laut dan tubuh bumi yang ada di bawahnya.
• Bangunan
konstruksi teknik yang ditanam/dilekatkan secara tetap pada tanah dan/atau perairan.
Termasuk jalan lingkungan yang terletak dalam suatu kompleks bangunan seperti hotel,
pabrik, dan emplasemennya, dan lain-lain yang merupakan satu kesatuan dengan kompleks
bangunan tersebut.
• Objek pajak dari PBB P3 adalah perkebunan, perhutanan, pertambangan,
dan sektor lainnya yang meliputi perikanan tangkap, budidaya ikan, jaringan pipa, kabel
telekomunikasi, kabel listrik, dan jalan tol.
4 Oktober

2021
Bendahara Mahir Pajak

DEJA(P)U
TAX EXPO
Kanwil DJP Jakarta Pusat
BENDAHARA MAHIR PAJAK

Jakarta, 4 Oktober 2021

www.pajak.go.id

Pasal 1 Angka 1 UU KUP

“ Wajib Pajak adalah orang pribadi atau badan,


meliputi pembayar pajak, pemotong pajak, dan
pemungut pajak, yang mempunyai hak dan
kewajiban perpajakan sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan perpajakan

www.pajak.go.id
Pasal 1 Angka 18
UU Perbendaharaan Negara

“ Bendahara Pengeluaran adalah orang yang ditunjuk


untuk menerima, menyimpan, membayarkan,
menatausahakan, dan mempertanggungjawabkan
uang untuk keperluan belanja negara/daerah dalam
rangka pelaksanaan APBN/APBD pada kantor/satuan
kerja kementerian negara/lembaga/pemerintah daerah

www.pajak.go.id

Pasal 1 angka 9 PMK No. 231/PMK.03/2019


“Instansi Pemerintah adalah instansi pemerintah pusat, instansi pemerintah daerah, dan
instansi pemerintah desa, yang melaksanakan kegiatan pemerintahan serta memiliki
kewenangan dan tanggung jawab penggunaan anggaran.”

INSTANSI PEMERINTAH

INSTANSI PEMERINTAH INSTANSI PEMERINTAH INSTANSI PEMERINTAH


PUSAT DAERAH DESA

yang wajib menyelenggarakan akuntansi dan menyusun


laporan keuangan sesuai standar akuntansipemerintahan

www.pajak.go.id
Pasal 1 Angka 6 UU KUP

“ Nomor Pokok Wajib Pajak adalah nomor yang


diberikan kepada Wajib Pajak sebagai sarana dalam
administrasi perpajakan yang dipergunakan
sebagai tanda pengenal diri atau identitas Wajib
Pajak dalam melaksanakan hak dan kewajiban
perpajakannya

www.pajak.go.id

Pasal 2 Ayat (1) UU KUP

Setiap Wajib Pajak yang telah memenuhi persyaratan


subjektif dan objektif sesuai dengan ketentuan

peraturan perundang-undangan perpajakan wajib
mendaftarkan diri pada kantor Direktorat Jenderal
Pajak yang wilayah kerjanya meliputi tempat tinggal
atau tempat kedudukan Wajib Pajak dan kepadanya
diberikan Nomor Pokok Wajib Pajak

www.pajak.go.id
Wajib mendaftarkan diri pada KPP atau KP2KP yang
INSTANSI PEMERINTAH wilayah kerjanya meliputi tempat kedudukan Instansi
Pemerintah menurut keadaan yang sebenarnya.

dilakukan oleh
dilakukan oleh:

kepala Instansi Pemerintah Pusat, KPA, atau pejabat


yang melaksanakan fungsi tata usaha keuangan
Pusat

kepala Instansi Pemerintah Daerah atau pejabat yang


melaksanakan fungsi tata usaha keuangan
Daerah

kepala desa atau perangkat desa yang melaksanakan


pengelolaan keuangan desa berdasarkan keputusan
kepala desa

Diberikan NPWP di tempat NPWP digunakan oleh


kedudukan dan tidak PA/KPA, PPSPM, Bendahara,
terdapat NPWP cabang atau Kaur Keuangan

www.pajak.go.id

BELUM MEMILIKI Segera daftarkan Bendahara Satker/Instansi


NPWP? anda pada Kantor Pelayanan Pajak terdekat

www.pajak.go.id
Jangan lupa melakukan update data, SUDAH MEMILIKI

NPWP
terutama bila terjadi perubahan pegawai
yang menjabat sebagai bendahara!
www.pajak.go.id

Pasal 3 Ayat (3c) UU KUP

Batas waktu dan tata cara pelaporan atas pemotongan


dan pemungutan pajak yang dilakukan oleh

bendahara pemerintah dan badan tertentu diatur
dengan atau berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan

www.pajak.go.id
JENIS PAJAK YANG
DIPOTONG/DIPUNGUT
Pemotongan atas penghasilan yg dibayarkan kepada orang pribadi
PPh Pasal 21 sehubungan dengan pekerjaan, jabatan, jasa, dan kegiatan

Pemungutan atas penghasilan yg dibayarkan sehubungan dengan pembelian


PPh Pasal 22 barang

Pemotongan atas penghasilan yg dibayarkan berupa hadiah, bunga, dividen,


PPh Pasal 23 sewa, royalti, dan jasa-jasa lainnya selain Objek PPh Pasal 21

Pemotongan atas penghasilan yang dibayarkan sehubungan jasa tertentu dan


PPh Pasal 4 (2) sumber tertentu (jasa konstruksi, sewa tanah/bangunan, pengalihan hak atas
tanah/bangunan, hadiah undian, dan lainnya)

Pemungutan atas pajak konsumsi yang dibayar sendiri sehubungan


PPN penyerahan Barang Kena Pajak dan/atau Jasa Kena Pajak

www.pajak.go.id

21
PAJAK PENGHASILAN

PASAL
Penghasilan tetap dan teratur setiap bulan yang diterima oleh Pegawai,
OBJEK seperti gaji dan tunjangan

Penghasilan tidak tetap dan tidak teratur yang diterima oleh Pegawai,
Bukan Pegawai, dan Peserta Kegiatan, seperti: honor kegiatan, honor
narasumber, dan sebagainya

Tarif Pasal 17 UU PPh x Dasar


TARIF
Pengenaan PPh (untuk PPh tidak bersifat final)

Tarif Final x Jumlah Bruto


(untuk PPh bersifat final)

www.pajak.go.id
21
PAJAK PENGHASILAN

PASAL
LAPISAN PENGHASILAN KENA PAJAK TARIF

Sampai dengan Rp50.000.000 5%


Di atas Rp50.000.000 sampai dengan Rp250.000.000 15%
Di atas Rp250.000.000 sampai dengan Rp500.000.000 25%
Di atas Rp500.000.000 30%
TARIF PASAL 17 UU PAJAK PENGHASILAN
www.pajak.go.id

21
PAJAK PENGHASILAN

PASAL
STATUS PTKP PTKP TAHUNAN PTKP BULANAN
TK/0 54.000.000 4.500.000
TK/1 58.500.000 4.875.000
TK/2 63.000.000 5.250.000
TK/3 67.500.000 5.625.000
K/0 58.500.000 4.875.000
K/1 63.000.000 5.250.000
K/2 67.500.000 5.625.000
K/3 72.000.000 6.000.000

PENGHASILAN TIDAK KENA PAJAK (PTKP)


www.pajak.go.id
21
PAJAK PENGHASILAN

PASAL
TARIF
PENERIMA PENGHASILAN
FINAL
PNS Golongan I dan II,
Anggota TNI/POLRI Golongan Pangkat Tamtama dan
Bintara, dan Pensiunannya
0%
PNS Golongan III,
Anggota TNI/POLRI Golongan Pangkat Perwira Pertama,
dan Pensiunannya
5%
Pejabat Negara, PNS Golongan IV,
Anggota TNI/POLRI Golongan Pangkat Perwira Menengah
dan Perwira Tinggi, dan Pensiunannya
15%
TARIF FINAL PENGHASILAN ATAS HONORARIUM YANG BERSUMBER DARI APBN/APBD

www.pajak.go.id

21
PAJAK PENGHASILAN

PASAL

Sebagai bukti pemotongan pajak Sebagai bukti pemotongan pajak


atas gaji dan tunjangan yang atas honorarium yang
diterima oleh pegawai secara bersumber dari APBN/APBD
tetap dan teratur setiap bulan
selama satu tahun www.pajak.go.id
HAK dan KEWAJIBAN
PEMOTONG/PEMUNGUT dan
PENERIMA PENGHASILAN

INSTANSI PEMERINTAH
- Memotong PPh Pasal 21
- Menyetor PPh Pasal 21 ke kas negara
- Membuat bukti potong PPh Pasal 21 dan
memberikan kepada penerima penghasilan
- Melaporkan SPT Masa

PENERIMA PENGHASILAN

- Mendapatkan bukti potong PPh Pasal 21


- Melaporkannya pada SPT Tahunan

www.pajak.go.id

22
PAJAK PENGHASILAN

PASAL
pembelian barang, seperti: komputer, mebel, mobil dinas, ATK, dan barang
OBJEK lainnya oleh Pemerintah kepada Wajib Pajak rekanan penjual barang

TARIF 1,5% x Harga Beli (tidak termasuk PPN)


pembelian barang dengan nilai pembelian paling banyak Rp2.000.000,00
KECUALI (dua juta rupiah) dengan tidak dipecah-pecah dalam beberapa faktur

pembelian bahan bakar minyak, listrik, gas, pelumas, air minum/PDAM


dan benda-benda pos

pembayaran untuk pembelian barang sehubungan dengan penggunaan


dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS)

www.pajak.go.id
HAK dan KEWAJIBAN
PEMOTONG/PEMUNGUT dan
REKANAN/PENYEDIA BARANG

INSTANSI PEMERINTAH
- Memungut PPh Pasal 22
- Menyetor PPh Pasal 22 ke kas negara
- Memberikan bukti pemungutan PPh Pasal
22 kepada rekanan/penyedia barang
- Melaporkan SPT Masa

REKANAN/PENYEDIA BARANG

- Menyampaikan tagihan (faktur pajak, dll)


- Mendapatkan bukti pemungutan PPh Pasal 22
- Melaporkannya pada SPT Tahunan

www.pajak.go.id

23
PAJAK PENGHASILAN

PASAL
Penghasilan yang dibayarkan kepada pihak lain/rekanan berupa sewa dan
OBJEK penghasilan lain sehubungan dengan penggunaan harta (selain
tanah/bangunan), seperti sewa kendaraan atau sewa sound system

Penghasilan yang dibayarkan kepada pihak lain/rekanan berupa imbalan


sehubungan dengan jasa teknik, jasa manajemen, jasa konsultan, dan jasa
lain (seperti: jasa perbaikan, jasa kebersihan, jasa katering, dan
sebagainya)

TARIF 2% X Jumlah Bruto (tidak termasuk PPN)

www.pajak.go.id
23
BUKTI POTONG PPH

PASAL
Sebagai bukti
pemotongan pajak atas
penghasilan yang
dibayarkan kepada
pihak lain/rekanan
berupa sewa atau
imbalan sehubungan
dengan jasa

www.pajak.go.id

HAK dan KEWAJIBAN


PEMOTONG/PEMUNGUT dan
REKANAN/PENYEDIA JASA

INSTANSI PEMERINTAH

- Memotong PPh Pasal 23


- Menyetor PPh Pasal 23 ke kas negara
- Memberikan bukti potong PPh Pasal 23 dan
memberikan kepada rekanan/penyedia jasa
- Melaporkan SPT Masa

REKANAN/PENYEDIA BARANG

- Menyampaikan tagihan (faktur pajak, dll)


- Mendapatkan bukti potong PPh Pasal 23
- Melaporkannya pada SPT Tahunan

www.pajak.go.id
4(2)
PAJAK PENGHASILAN

PASAL
sewa tanah dan/atau bangunan berupa tanah, rumah, rumah susun,
apartemen, kondominium, gedung perkantoran, pertokoan, gedung
OBJEK pertemuan termasuk bagiannya, rumah kantor, toko, rumah toko, gudang,
bangunan industri

TARIF 10% x Jumlah Bruto (Nilai Persewaan)

PERSEWAAN TANAH DAN/ATAU BANGUNAN


www.pajak.go.id

4(2)
PAJAK PENGHASILAN

PASAL
penghasilan dari pengalihan hak atas tanah dan/atau bangunan
OBJEK meliputi penjualan, tukar-menukar, perjanjian pemindahan hak, pelepasan
hak, penyerahan hak, lelang, hibah, waris, atau cara lain yang disepakati

perjanjian pengikatan jual beli atas tanah dan/atau bangunan beserta


perubahannya

TARIF 2,5% x Jumlah Bruto (Jumlah Pengalihan)


0% atas pengadaan tanah bagi pembangunan untuk kepentingan umum

PENGALIHAN HAK ATAS TANAH DAN/ATAU BANGUNAN


www.pajak.go.id
4(2)
PAJAK PENGHASILAN

PASAL
OBJEK penghasilan dari pelaksanaan konstruksi (kontraktor)

TARIF 2% x Nilai Kontrak (tidak termasuk PPN)


Rekanan memiliki kualifikasi usaha kecil

3% x Nilai Kontrak (tidak termasuk PPN)


Rekanan memiliki kualifikasi usaha menengah/besar

4% x Nilai Kontrak (tidak termasuk PPN)


Rekanan tidak memiliki kualifikasi usaha

JASA PELAKSANA KONSTRUKSI


www.pajak.go.id

4(2)
PAJAK PENGHASILAN

PASAL
OBJEK penghasilan dari perencanaan/pengawasan konstruksi (konsultan)

TARIF 4% x Nilai Kontrak (tidak termasuk PPN)


Rekanan memiliki kualifikasi usaha

6% x Nilai Kontrak (tidak termasuk PPN)


Rekanan tidak memiliki kualifikasi usaha

JASA PERENCANA/PENGAWAS KONSTRUKSI


www.pajak.go.id
4(2)
BUKTI POTONG PPH

PASAL

Sebagai bukti pemotongan pajak Sebagai bukti pemotongan pajak


atas penghasilan rekanan dari atas penghasilan rekanan dari
persewaan tanah dan/atau usaha jasa konstruksi
bangunan
www.pajak.go.id

HAK dan KEWAJIBAN


PEMOTONG/PEMUNGUT dan
REKANAN/PENYEDIA JASA

INSTANSI PEMERINTAH

- Memotong PPh Pasal 4 ayat (2)


- Menyetor PPh Pasal 4 ayat (2) ke kas negara
- Memberikan bukti potong PPh Pasal 4 ayat (2) dan
memberikan kepada rekanan/penyedia jasa
- Melaporkan SPT Masa

REKANAN/PENYEDIA BARANG

- Menyampaikan tagihan (faktur pajak, dll)


- Mendapatkan bukti potong PPh Pasal 4 ayat (2)
- Melaporkannya pada SPT Tahunan

www.pajak.go.id
PAJAK PERTAMBAHAN NILAI
PPN
penyerahan Barang Kena Pajak atau Jasa Kena Pajak oleh rekanan
OBJEK (Pengusaha Kena Pajak)

TARIF 10% x Dasar Pengenaan Pajak


pembayaran yang jumlahnya paling banyak Rp2.000.000,00 (dua juta
KECUALI rupiah) dan tidak merupakan pembayaran yang terpecah-pecah

pembayaran untuk pembebasan tanah, kecuali pembayaran atas


penyerahan tanah oleh real estate atau industrial estate

pembayaran atas penyerahan BKP dan/atau JKP yang mendapat fasilitas


PPN tidak dipungut dan/atau dibebaskan dari pengenaan PPN

pembayaran atas penyerahan BBM dan Bukan BBM oleh Pertamina,


rekening telepon, jasa angkutan udara oleh perusahaan penerbangan
www.pajak.go.id

PAJAK PERTAMBAHAN NILAI


PPN
Pengusaha Kena Pajak
rekanan bendahara WAJIB
membuat Faktur Pajak

Kode Transaksi pada


nomor seri Faktur Pajak
adalah 02
Untuk memastikan e-Faktur
valid dilakukan dengan cara
memindai QR Code
menggunakan aplikasi QR
Scanner pada smartphone anda

www.pajak.go.id
HAK dan KEWAJIBAN
PEMOTONG/PEMUNGUT dan
REKANAN/PENYEDIA BARANG/JASA

INSTANSI PEMERINTAH

- Memungut PPN
- Menyetor PPN ke kas negara
- Memberikan bukti pemungutan PPN kepada
rekanan/penyedia barang/jasa
- Melaporkan SPT Masa PPN PUT

REKANAN/PENYEDIA BARANG

- Menyampaikan tagihan (faktur pajak, dll)


- Mendapatkan bukti pemungutan PPN
- Melaporkannya pada SPT Masa PPN

www.pajak.go.id

Alur Pemikiran Pemotongan/Pemungutan

Belanja dari
APBN/APBD

Ada PPh dan PPN

Setor ke kas
negara

Laporkan ke KPP
www.pajak.go.id
3 LANGKAH
PENYETORAN PAJAK

1. Mengisi Surat Setoran Pajak (SSP)

2. Membuat kode Billing berdasarkan data SSP

3. Menyetorkan pajak ke bank persepsi/pos persepsi

www.pajak.go.id

KODE AKUN PAJAK –


KODE JENIS SETORAN KETERANGAN
411121 - 100 Pemotongan PPh Pasal 21 Non Final

Pemotongan PPh Pasal 21 Final atas honorarium/imbalan lain yg


411121 - 402 diterima Pejabat Negara, PNS, TNI/POLRI, dan pensiunannya

Pemungutan PPh Pasal 22 oleh Bendaharawan APBN*


411122 - 910 (SSP atas nama Rekanan dan ditandatangani oleh Bendahara)

Pemungutan PPh Pasal 22 oleh Bendaharawan APBD*


411122 - 920 (SSP atas nama Rekanan dan ditandatangani oleh Bendahara)

Pemungutan PPh Pasal 22 oleh Bendaharawan Dana Desa*


411122 - 930 (SSP atas nama Rekanan dan ditandatangani oleh Bendahara)

www.pajak.go.id
KODE AKUN PAJAK –
KODE JENIS SETORAN KETERANGAN
411124 - 100 Pemotongan PPh Pasal 23 atas sewa

411124 - 104 Pemotongan PPh Pasal 23 atas jasa

Pemotongan PPh Final Pasal 4(2) atas pengalihan hak atas tanah /
411128 - 402 bangunan

411128 - 403 Pemotongan PPh Final Pasal 4(2) atas sewa tanah / bangunan

411128 - 409 Pemotongan PPh Final Pasal 4(2) atas jasa konstruksi

www.pajak.go.id

KODE AKUN PAJAK –


KODE JENIS SETORAN KETERANGAN
Pemungutan PPN oleh Bendaharawan APBN*
411211 – 910 (SSP atas nama Rekanan dan ditandatangani oleh Bendahara)

Pemungutan PPN oleh Bendaharawan APBD*


411211 - 920 (SSP atas nama Rekanan dan ditandatangani oleh Bendahara)

Pemungutan PPN oleh Bendaharawan Dana Desa*


411211 - 930 (SSP atas nama Rekanan dan ditandatangani oleh Bendahara)

Pemotongan PPh Final berdasarkan PP Nomor 23 Tahun 2018


411128 - 423 (SSP atas nama Rekanan dan ditandatangani oleh Bendahara)

*) Mengacu pada jabatan bendaharawan pada tingkat administrasi pemerintahan, dan TIDAK
didasarkan pada sumber dana pengelolaan keuangan

www.pajak.go.id
Pastikan kode Bayar

BILLING BILLING
telah dibuat (setor pajak)
PEMBAYARAN BILLING PAJAK DILAKUKAN KE REKENING KAS NEGARA
DENGAN ATM, INTERNET BANKING, EDC, MOBILE BANKING, ATAU
PADA LOKET BANK/POS PERSEPSI

www.pajak.go.id

DAFTAR/UPDATE
DATA

POTONG/PUNGUT
PAJAK

SETOR KE KAS
NEGARA

LAPOR SPT MASA

www.pajak.go.id
Informasi Lebih Lanjut…

KPP Pratama / KP2KP

Buku Bendahara Mahir Pajak

Call Center (021) 1500200


Pada Jam dan Hari Kerja

www.pajak.go.id

www.pajak.go.id
www.pajak.go.id
4 Oktober

2021
Pengusaha Kena Pajak (PKP)
Konsekuensi dan Strategi

DEJA(P)U
TAX EXPO
Kanwil DJP Jakarta Pusat
PJ.091/PPN/S/001/2017-00

KEWAJIBAN PAJAK PERTAMBAHAN NILAI


PENGUSAHA KENA PAJAK

KANTOR PELAYANAN PAJAK


PRATAMA JAKARTA MENTENG DUA

www.pajak.go.id
www.pajak.go.id

“ Pajak Pertambahan Nilai (PPN) adalah


pajak atas konsumsi barang
dan jasa di Daerah Pabean
yang dikenakan secara bertingkat di
setiap jalur produksi dan distribusi.
TARIF PPN

Khusus atas ekspor BKP/JKP tarif PPN adalah 0%

DASAR PENGENAAN PPN

PPN = DPP x 10%


“DPP (Dasar Pengenaan Pajak) adalah jumlah Harga Jual, Penggantian, Nilai
Impor, Nilai Ekspor, atau nilai lain yang dipakai sebagai dasar untuk
menghitung pajak yang terutang.”
MEKANISME PPN

PPN dikenakan atas penyerahan BKP/JKP di dalam


Daerah Pabean oleh Pengusaha
Pasal 4 ayat (1) UU PPN

BARANG MENTAH BARANG JADI

FAKTUR PAJAK FAKTUR PAJAK

Harga Jual 1000 Harga Jual 1500


PPN (PK) 100 + PPN (PK) 150 +
Total 1100 Total 1650

SUPPLIER PRODUSEN KONSUMEN

PK 100 PK 150 TOTAL 150


PM 0 PM (100)
KB 100 KB 50

KARAKTERISTIK PPN

PAJAK ATAS
PAJAK TIDAK
PAJAK OBYEKTIF KONSUMSI
LANGSUNG
DALAM NEGERI

TIDAK DIKENAKAN
BERTAHAP
MENIMBULKAN
(MULTISTAGE)
EFEK PAJAK DENGAN METODE
BERGANDA PK - PM
BARANG/JASA KENA PAJAK
PENGERTIAN

Barang Kena Pajak (BKP) adalah barang yang dikenai pajak berdasarkan UU PPN.
Jasa Kena Pajak (JKP) adalah jasa yang dikenai pajak berdasarkan UU PPN.

Non
BKP/JKP
BKP/JKP

BKP/JKP
Mendapat
Fasilitas PPN

NON BKP/JKP

Non BKP Non JKP

❑ Barang hasil pertambangan / ❑ Pelayanan kesehatan medis


pengeboran yang diambil langsung ❑ Pelayanan sosial
dari sumbernya. ❑ Jasa keuangan
❑ Jasa keagamaan
❑ Jasa pendidikan
❑ Barang kebutuhan pokok yang
❑ Jasa kesenian dan Hiburan
sangat dibutuhkan rakyat. ❑ Penyiaran yang tidak bersifat iklan
❑ Angkutan umum
❑ Uang, emas batangan, dan surat ❑ Tenaga kerja
berharga. ❑ Perhotelan
❑ Jasa yang disediakan pemerintah
❑ Makanan dan minuman yang ❑ Jasa penyediaan tempat parkir
disajikan di hotel, restoran, warung. ❑ Telepon umum dengan uang logam
❑ Pengiriman uang dengan wesel pos
❑ Jasa boga atau katering
FASILITAS PPN

FASILITAS PM tidak

PPN
PM dapat Tidak
Dibebaskan dapat
dikreditkan Dipungut
dikreditkan

BKP JKP
❑ Alat angkut tertentu (pesawat, kapal, kereta) ❑ Jasa persewaan, perawatan dan reparasi,
(PP 69 Tahun 2015, PMK-193/PMK.03/2015) kepelabuhanan alat angkut tertentu (pesawat,
❑ Anode slime (sampingan emas batangan) kapal, kereta)
(PP 106 Tahun 2015) (PMK-193/PMK.03/2015)
❑ BKP yang diperoleh dari proyek pemerintah
yang dibiayai dengan hibah/pinjaman LN ❑ JKP yang diperoleh dari proyek pemerintah
(PP 42 Tahun 1995 sdtd. PP 25 Tahun 2001) yang dibiayai dengan hibah/pinjaman LN
❑ BKP atas pemasukan kedalam TPB, KEK, (PP 42 Tahun 1995 sdtd. PP 25 Tahun 2001)
KITE
(PP 32 Tahun 2009 sdtd. PP 85 Tahun 2015)

FASILITAS PPN

FASILITAS PM tidak
PM dapat Tidak
dikreditkan Dipungut PPN Dibebaskan dapat
dikreditkan

BKP JKP
BKP tertentu:
BKP atas ❑ Senjata, amunisi, alat angkut darat, kendaraan lapis baja dan ❑ Jasa Kebandarudaraan tertentu
impor/penyerahan patroli oleh TNI/POLRI (PP 28 Tahun 2009)
kepada perwakilan ❑ Vaksin oleh Program Imunisasi Nasional
Negara asing/ ❑ Buku pelajaran umum, kitab suci dan buku pelajaran agama ❑ Jasa persewaan rumah sederhana,
badan internasional ❑ Rumah sederhana rusun sederhana
PP 47 Tahun 2013 PP 38 Tahun 2003 (PP 38 Tahun 2003)
BKP strategis: ❑ Jasa yang diterima kontraktor untuk
❑ Mesin pabrik
❑ Barang hasil kelautan dan perikanan, Jangat dan kulit mentah,
pembangunan tempat ibadah
Air bersih (bukan Ternak, bibit/benih, Pakan ternak, Pakan ikan, bahan untuk (PP 38 Tahun 2003)
dalam kemasan) pakan, Barang hasil pertanian
❑ Bahan baku kerajinan perak (butiran/batangan)
❑ Data batas dan foto wilayah yang
❑ Rumah susun sederhana diterima Kemenhan dan TNI
❑ Listrik (kecuali rumah dengan daya di atas 6.600 VA)
(PP 38 Tahun 2003)
PP 40 Tahun 2015 PP 81 Tahun 2015
PENGUKUHAN PENGUSAHA KENA PAJAK
KEWAJIBAN PENGUKUHAN

Pendaftaran NPWP Pengukuhan PKP

OMZET
WAJIB PKP
Memenuhi subjektif & ≥ 4,8 M
objektif

NPWP
Mendaftarkan diri untuk Tidak Wajib
memperoleh NPWP
OMZET PKP
< 4,8 M
WAJIB Pengusaha Memilih PKP
PAJAK kecil

Wajib Pajak sebagai Pengusaha yang melakukan Pengusaha yang telah dikukuhkan sebagai
penyerahan yang dikenai PPN WAJIB dikukuhkan Pengusaha Kena Pajak (PKP) WAJIB memungut,
menjadi Pengusaha Kena Pajak (PKP), kecuali menyetor, dan melaporkan PPN atau PPN dan
pengusaha kecil, yaitu yang melakukan PPnBM yang terutang atas penyerahan BKP
penyerahan BKP dengan peredaran bruto tidak dan/atau JKP yang dilakukannya.
lebih dari 4,8 M.
Pasal 15 PER-20/PJ/2013 sdtd. PER-38/PJ/2013 PMK-68/PMK.03/2010 sdtd. PMK-197/PMK.03/2013

PENGUKUHAN PENGUSAHA KENA PAJAK


TATA CARA PENGUKUHAN PKP

Elektronik Manual
Pendaftaran melalui aplikasi Mengisi formulir dan mengirim ke KPP
e-registration beserta dokumen yang disyaratkan

Mengirimkan dokumen
yang disyaratkan ke
KPP Dapat disampaikan
langsung, pos, kurir
Dalam 14 hari tidak
dikirim dianggap batal.
Menerbitkan Bukti
Menerbitkan Bukti Penerimaan Surat
Penerimaan Surat
Wajib secara elektronik Wajib
Pajak Pajak
Memberi Memberi
keputusan dalam keputusan dalam
5 hari kerja PER-20/PJ/2013 sdtd. PER-38/PJ/2013
5 hari kerja
PENGUKUHAN PENGUSAHA KENA PAJAK
DOKUMEN YANG DISYARATKAN

Orang Pribadi
❑ Fotokopi KTP
❑ Fotokopi izin usaha
❑ Surat Keterangan Tempat
Kegiatan Usaha dari Lurah/Kades

PER-20/PJ/2013 sdtd. PER-38/PJ/2013

PENGUKUHAN PENGUSAHA KENA PAJAK


DOKUMEN YANG DISYARATKAN

Badan
❑ Fotokopi Akta Pendirian
❑ Fotokopi NPWP Pengurus
❑ Fotokopi izin usaha
❑ Surat Keterangan Tempat
Kegiatan Usaha dari Lurah/Kades

PER-20/PJ/2013 sdtd. PER-38/PJ/2013


PENGUKUHAN PENGUSAHA KENA PAJAK
DOKUMEN YANG DISYARATKAN

Badan KSO (JO)


❑ Fotokopi Akta Pendirian/
Perjanjian Kerjasama Operasi
(KSO/Joint Operation)
❑ Fotokopi NPWP masing-masing
anggota KSO
❑ Fotokopi NPWP Pengurus salah
satu perusahaan anggota KSO
❑ Fotokopi izin usaha
❑ Surat Keterangan Tempat
Kegiatan Usaha dari Lurah/Kades

PER-20/PJ/2013 sdtd. PER-38/PJ/2013

FAKTUR PAJAK

Setiap penyerahan atau pembayaran Faktur Pajak dibuat secara elektronik


BKP/JKP (mana yang lebih dulu) (e-Faktur) melalui aplikasi yang
dibuat Faktur Pajak disediakan DJP
PMK-151/PMK.03/2013

Menyerahkan BKP dan


membuat Faktur Pajak Faktur Pajak paling sedikit memuat:
1. nama, alamat, dan NPWP PKP
2. nama, alamat, dan NPWP Pembeli
Membayar BKP/JKP +
3. Nama dan jumlah barang
PPN 10% 4. Harga jual dan potongan harga
5. PPN dan PPnBM yang dipungut
PKP Pembeli 6. Kode, nomor, tanggal Faktur Pajak
7. Nama dan tanda tangan yang berhak
PER-16/PJ/2014
FAKTUR PAJAK

Penomoran nomor seri


Faktur Pajak WAJIB
menggunakan e-NoFa

Untuk memastikan e-Faktur


valid dilakukan dengan cara
memindai QR Code menggunakan
aplikasi QR Scanner pada
smartphone anda

SPT MASA PPN

SPT Masa PPN 1111 dibuat dalam


SPT PPN merupakan laporan atas: bentuk:
❑ Pajak keluaran (PK) atas penyerahan
❑ Pajak Masukan (PM) atas pembelian
Hard Copy
(WP OP dengan penyerahan max 25 Faktur Pajak/masa
dan max 400 juta/masa)
yang dilakukan PKP dalam satu masa pajak. atau
Elektronik (e-SPT)
PER-29/PJ/2015

Dilaporkan maksimal tanggal


SPT PPN wajib dilaporkan oleh PKP terakhir bulan berikutnya
PPN Terutang pada SPT disetor ke Kas Negara
setiap masa pajak sebelum SPT dilaporkan
PMK-243/PMK.03/2014

CONTOH TIMELINE
1 Aug 31 Aug 30 Sep

Masa penyerahan Masa penyetoran


BKP/JKP dan pelaporan
SPT MASA PPN

SPT Masa PPN


Elektronik juga
bisa dibuat melalui
aplikasi
e-Faktur

Untuk dilaporkan ke KPP


Untuk kepentingan atau melalui e-Filing pada
pencetakan https://djponline.pajak.go.id

DOKUMEN TERTENTU YANG KEDUDUKANNYA


DIPERSAMAKAN DENGAN FAKTUR PAJAK

PER-16/PJ/2021
Faktur Pajak

• Faktur pajak merupakan bukti


pungutan pajak yang dibuat oleh
Pengusaha Kena Pajak yang
melakukan penyerahan Barang
Kena Pajak atau Jasa Kena Pajak
(Pasal 1 Nomor 23 Undang-undang
PPN).

Kondisi Faktur Pajak Tidak Perlu Disiapkan


• Faktur penjualan yang digunakan oleh
pengusaha telah dikenal oleh masyarakat luas,
seperti kuitansi pembayaran telepon dan tiket
pesawat udara
• Pihak pembuat faktur pajak berada diluar daerah
pabean, maka SSP dapat digunakan sebagai
faktur pajak
• Terdapat dokumen tertentu yang digunakan
dalam hal impor atau ekspor barang kena pajak
berwujud
JAKARTA, 22 SEPTEMBER 2021
www.pajak.go.id
Apa saja dokumen tertentu yang
kedudukannya dipersamakan
dengan faktur pajak??

www.pajak.go.id

❑Surat Perintah Penyerahan Barang (SPPB) yang dibuat/dikeluarkan


oleh BULOG/DOLOG untuk penyaluran tepung terigu;
❑Bukti tagihan atas penyerahan jasa telekomunikasi oleh perusahaan
telekomunikasi;
❑Bukti Penerimaan pembayaran (setruk) yang dibuat oleh
penyelenggara Distribusi atas penjualan pulsa dan/atau penerimaan
komisi/fee terkait dengan distribusi token dan/atau voucher
❑Bukti tagihan atas penyerahan listrik oleh perusahaan listrik;
❑ Bukti tagihan atas penyerahan BKP dan/atau JKP oleh perusahaan
air minum;

www.pajak.go.id
❑Tiket, tagihan surat muatan udara (airway bill) atau delivery bill yang
dibuat/dikeluarkan untuk penyerahan jasa angkutan udara dalam
negeri;
❑Nota penjualan jasa yang dibuat/dikeluarkan untuk penyerahan jasa
ke Pelabuhan;
❑Bukti tagihan (trading confirmation) atas penyerahan JKP oleh
perantara efek;
❑Bukti tagihan atas penyerahan JKP oleh perbankan;
❑Dokumen yang digunakan untuk pemesanan pita cukai hasil
tembakau (dokumen CK-1)

www.pajak.go.id

❑SSP untuk pembayaran PPN atas penyerahan BKP melalui juru lelang
disertai dengan kutipan risalah lelang, yang merupakan satu kesatuan
yang tidak terpisahkan dengan SSP tersebut;
❑Pemberitahuan Ekspor Barang yang mencantumkan identitas pemilik
barang berupa nama, alamat dan NPWP, yang dilampiri nota
pelayanan ekspor, invoice dan bill of lading atau airway bill yang
merupakan satu kesatuan yang tidak terpisahkan dengan
pemberitahuan ekspor barang tersebuit, untuk ekspor BKP;
❑Pemberitahuan ekspor JKP/BKP Tidak Berwujud dan dilampiri
dengan invoice yang merupakan satu kesatuan yang tidak terpisahkan
dengan pemberitahuan Ekspor JKP/BKP Tidak Berwujud, untuk
ekspor JKP/BKP Tidak Berwujud;

www.pajak.go.id
❑Pemberitahuan Impor Barang (PIB) mencantumkan identitas pemilik
barang berupa nama, alamat, dan NPWP, yang dilampiri dengan SSP,
SSPCP, dan/atau bukti pungutan pajak oleh Direktorat Jenderal Bea
dan Cukai yang mencantumkan identitas pemilik barang berupa
nama, alamat, dan NPWP, yang merupakan satu kesatuan yang tidak
terpisahkan dengan PIB tersebut, untuk impor BKP;
❑PIB yang mencantumkan identitas pemilik barang berupa nama,
alamat, dan NPWP, yang dilampiri dengan SSP dan surat penetapan
tarif dan/atau nilai pabean, surat penetapan pabean, atau surat
penetapan kembali tarif dan/atau nilai pabean yang mencantumkan
identitas pemilik barang berupa nama, alamat, dan NPWP, yang
merupakan satu kesatuan yang tidak terpisahkan dari PIB tersebut,
untuk impor BKP dalam hal terdapat penetapan kekurangan nilai PPN
Impor oleh Direktorat Jenderal Bea dan Cukai.

www.pajak.go.id

❑Surat penetapan pembayaran Bea Masuk, Cukai, dan/atau Pajak atas


barang kiriman yang mencantumkan identitas pemilik barang berupa
nama, alamat, dan NPWP, yang dilampiri dengan SSP, SSPCP, dan/atau
bukti pungutan pajak oleh Direktorat Jenderal Bea dan Cukai.

❑SSP untuk pembayaran PPN atas pemanfaatan BKP Tidak Berwujud


atau JKP dari luar Daerah Pabean di dalam Daerah Pabean, dengan
melampirkan tagihan dan rincian berupa jenis dan nilai BKP Tidak
Berwujud atau JKP serta nama dan alamat penyedia BKP Tidak
Berwujud atau JKP.

www.pajak.go.id
❑Bukti pungut PPN atas pemanfaatan BKP Tidak Berwujud dan/atau
JKP dari luar Daerah Pabean di dalam Daerah Pabean melalui
Perdagangan Melalui Sistem Elektronik (PMSE) yang mencantumkan
nama dan NPWP atau Nomor Induk Kependudukan (NIK) pembeli,
atau alamat posel (email) pembeli yang terdaftar pada administrasi
Direktorat Jenderal Pajak, atau yang dilampiri dengan dokumen yang
membuktikan bahwa akun pembeli pada sistem elektronik pemungut
PPN PMSE memuat nama dan NPWP pembeli, atau alamat posel
(email) pembeli yang terdaftar pada administrasi Direktorat Jenderal
Pajak.
❑Dokumen pengeluaran barang dari Kawasan Berikat yang merupakan
penyerahan BKP dan/atau JKP oleh Pengusaha Kena Pajak.

www.pajak.go.id

❑SSP untuk pembayaran PPN atas pengeluaran BKP milik Subjek Pajak
Luar Negeri dari Kawasan Berikat ke Tempat Lain Dalam Daerah
Pabean yang dilampiri dengan pemberitahuan pabean untuk
pengeluaran BKP.
❑SSP untuk pembayaran PPN atas pengeluaran dan/atau penyerahan
BKP dan/atau JKP dari Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan
Bebas ke Tempat Lain Dalam Daerah Pabean yang dilampiri dengan:
• pemberitahuan pabean untuk pengeluaran BKP;
• invoice atau kontrak, untuk penyerahan BKP yang dilakukan tanpa melalui
mekanisme pengeluaran BKP; atau
• invoice atau kontrak, untuk penyerahan JKP dan/atau BKP Tidak Berwujud.

www.pajak.go.id
❑Pemberitahuan Pabean Kawasan Ekonomi Khusus (PPKEK) yang
mencantumkan identitas pemilik barang berupa nama, alamat, dan NPWP,
yang dilampiri dengan SSP, SSPCP, dan/atau bukti pungutan pajak oleh
Direktorat Jenderal Bea dan Cukai yang mencantumkan identitas pemilik
barang berupa nama, alamat, dan NPWP, yang merupakan satu kesatuan
yang tidak terpisahkan dengan PPKEK tersebut, untuk impor BKP ke Kawasan
Ekonomi Khusus (KEK).

❑SSP atas pelunasan PPN terkait dengan penyerahan BKP dan/atau JKP oleh
Pelaku Usaha di KEK kepada pembeli dan/atau penerima jasa yang
berkedudukan di Tempat Lain Dalam Daerah Pabean yang pada saat impor,
pemanfaatan, atau perolehannya tidak dipungut PPN yang dilampiri dengan:
• pemberitahuan pabean untuk pengeluaran BKP;
• invoice atau kontrak, untuk penyerahan BKP yang dilakukan tanpa melalui
mekanisme pengeluaran BKP; atau
• invoice atau kontrak, untuk penyerahan JKP dan/atau BKP Tidak Berwujud.

www.pajak.go.id

❑SSP atas pelunasan PPN terkait dengan pengeluaran barang yang bukan
merupakan penyerahan BKP oleh Pelaku Usaha di KEK kepada pembeli dan/atau
penerima jasa yang berkedudukan di Tempat Lain Dalam Daerah Pabean yang
pada saat impor, pemanfaatan, atau perolehannya tidak dipungut PPN yang
dilampiri dengan Pemberitahuan Pabean untuk pengeluaran BKP.

❑Surat ketetapan pajak untuk menagih Pajak Masukan atas perolehan BKP
dan/atau JKP, impor BKP, serta pemanfaatan BKP Tidak Berwujud dan/atau
pemanfaatan JKP dari luar Daerah Pabean di dalam Daerah Pabean yang
dilampiri dengan seluruh SSP atas pelunasan jumlah PPN yang masih harus
dibayar berupa:
• bukti penerimaan negara sebagaimana diatur dalam Peraturan Menteri Keuangan mengenai
sistem penerimaan negara secara elektronik;
• bukti pemindahbukuan yang telah ditandatangani oleh pejabat yang berwenang
sebagaimana diatur dalam Peraturan Menteri Keuangan mengenai tata cara pembayaran dan
penyetoran pajak; dan/atau
• Surat Perintah Pencairan Dana (SP2D) atau bukti penerimaan negara sebagai bukti
kompensasi atas Utang Pajak sebagaimana diatur dalam Peraturan Menteri Keuangan
mengenai tata cara penghitungan dan pengembalian kelebihan pembayaran pajak.

www.pajak.go.id
▪ Dokumen-dokumen tersebut paling sedikit
harus memuat:

a. nama, alamat, dan NPWP yang melakukan


penyerahan dalam hal penyerahan;
b. nama, alamt, dan NPWP pemilik barang dan
eksportir, dalam hal ekspor;
c. Jenis BKP dan/atau JKP
d. Dasar pengenaan pajak
e. jumlah PPN yang dipungut kecuali dalam hal
ekspor

KPP PRATAMA /
MASIH BINGUNG?
Call Center
KP2KP (021) 1500200

untuk informasi lebih lanjut…


*) pada jam dan hari kerja

TIDAK DIPUNGUT BIAYA


“MARI MENINGKATKAN
KONSUMSI
DALAM NEGERI
SERTA MELAKSANAKAN
KEWAJIBAN PAJAK
PERTAMBAHAN
NILAI AGAR
PEREKONOMIAN DI
INDONESIA JUGA IKUT
MENINGKAT
#PajakKitaUntukKita
NAMA PENYULUH NO. WA WILAYAH / KELURAHAN

MUH. ARDANI 0812201286030 CIKINI

MEGA IMEE ROSE MANIK 08126314827 CIKINI

YENI SET IYOWAT I 081226350295 PEGANGSAAN

MUHAMMAD MUSTAKIM 085772462895 PEGANGSAAN

ESHA CHAIRANI PUT RI 082386035674 MENTENG

RENY HAERANY 0895325364422 MENTENG


5 Oktober

2021
PPh Pasal 21
Pengertian dan Cara Perhitungan

DEJA(P)U
TAX EXPO
Kanwil DJP Jakarta Pusat
PAJAK PENGHASILAN
PASAL 21

05 Oktober 2021
www.pajak.go.id

PPh Pasal 21? 2

” Pajak atas penghasilan berupa


gaji, upah, honorarium, tunjangan
dan pembayaran lain dengan
nama dan dalam bentuk apa pun
sehubungan dengan pekerjaan
atau jabatan, jasa, dan kegiatan
yang dilakukan oleh orang pribadi
subyek pajak dalam negeri ”.

www.pajak.go.id
PEMOTONG PPh PASAL 21 3

PEMBERI orang pribadi dan badan


KERJA cabang, perwakilan atau unit
pembayaran gaji

BENDAHARA ATAU PEMEGANG


KAS PEMERINTAH

DANA PENSIUN, BADAN PENYELENGGARA


JAMINAN SOSIAL TENAGA KERJA, DLL

ORANG PRIBADI YANG MELAKUKAN


KEGIATAN USAHA

PENYELENGGARA KEGIATAN
www.pajak.go.id

PENERIMA PENGHASILAN 4

PESERTA
KEGIATAN
BUKAN
PEGAWAI MANTAN
PEGAWAI

PENERIMA UANG PESANGON,


PENSIUN ATAU UANG MANFAAT ANGGOTA DEWAN
PENSIUN, THT, JHT, TERMASUK AHLI KOMISARIS/PENGAWAS YANG TIDAK
WARISNYA MERANGKAP SEBAGAI PEGAWAI

PEGAWAI

www.pajak.go.id
PENGHASILAN YG DIKENAKAN 5

PPh PASAL 21
✓penghasilan pegawai tetap baik teratur maupun tidak teratur;
✓penghasilan penerima pensiun secara teratur;
✓uang pesangon, pensiun, tunjangan hari tua, atau jaminan hari tua yang
dibayarkan sekaligus, yang pembayarannya melewati jangka waktu 2 tahun;
✓penghasilan pegawai tidak tetap atau tenaga kerja lepas;
✓imbalan kepada bukan pegawai;
✓imbalan kepada peserta kegiatan;
✓imbalan kepada dewan komisaris/pengawas yang bukan merupakan pegawai
tetap pada perusahaan yang sama;
✓imbalan kepada mantan pegawai;
✓penarikan dana pensiun oleh pegawai.
www.pajak.go.id

Nilai Uang Sebagai Dasar Penentuan


besarnya penghasilan

Uang rupiah Uang asing Natura/kenikmatan

sesuai dengan yang Kurs Menteri


Harga Pasar
diterima/diperoleh Keuangan

www.pajak.go.id
PENGHASILAN YANG TIDAK DIKENAKAN 8

PPh PASAL 21
• Pembayaran manfaat atau • Natura/kenikmatan dari Wajib
santunan asuransi kesehatan, Pajak atau Pemerintah
kecelakaan, jiwa, dwiguna, dan
beasiswa
• Zakat/sumbangan wajib
keagamaan dari
badan/lembaga yang
dibentuk/disahkan pemerintah
• Iuran pensiun kepada dana
• Beasiswa sebagaimana
pensiun yang telah disahkan
dimaksud dalam Pasal 4 ayat
Menkeu, iuran THT/JHT yang
(3) huruf l UU PPh
dibayar pemberi kerja
www.pajak.go.id

PENGHITUNGAN PPh PASAL 21 8

PENGHASILAN NETO =

PENGHASILAN BRUTO – BIAYA 3M

PENGHASILAN KENA PAJAK =

PENGHASILAN NETO – PTKP

www.pajak.go.id
BAGI PEGAWAI TETAP 9

Penghasilan Neto =

PENGHASILAN BRUTO – BIAYA 3M

Gaji, Tunjangan, 1. Biaya jabatan, 5%


Premi Asuransi
Dibayar Pemberi
[ dikurangi ] dari pengh. Bruto
maks. Rp6.000.000 per
Kerja tahun atau Rp500.000
per bulan
2. Iuran pensiun,
THT/JHT yang dibayar
sendiri
www.pajak.go.id

PENGHASILAN TIDAK KENA PAJAK 10

Rp54.000.000,00 Untuk diri Wajib Pajak

Rp4.500.000,00 Tambahan utk WP Kawin

Tambahan untuk setiap


anggota keluarga sedarah
semenda dalam garis
Rp4.500.000,00
keturunan lurus serta anak
angkat yg menjadi tanggungan
sepenuhnya maksimal 3 orang

penerapan PTKP ditentukan oleh keadaan pada awal


tahun kalender atau awal bulan dari bagian tahun
kalender
www.pajak.go.id
TABEL STATUS PTKP 11

STATUS PTKP PTKP TAHUNAN PTKP BULANAN

TK/0 54.000.000 4.500.000

TK/1 58.500.000 4.875.000

TK/2 63.000.000 5.250.000

TK/3 67.500.000 5.625.000

K/0 58.500.000 4.875.000

K/1 63.000.000 5.250.000

K/2 67.500.000 5.625.000

K/3 72.000.000 6.000.000

www.pajak.go.id

12

PENGHASILAN KENA PAJAK =

PENGHASILAN NETO – PTKP

www.pajak.go.id
13

PPh =

PENGHASILAN TARIF
KENA PAJAK X Pasal 17 ayat (1)
huruf a UU PPh

www.pajak.go.id

TARIF 14

Sampai dengan Rp 50 juta


5%

Diatas Rp 50 juta s.d. Rp 250 juta


15%

25%
Diatas Rp 250 juta s.d. Rp 500 juta

Di atas Rp 500 juta 30%

www.pajak.go.id
BAGI PENSIUNAN 15

Penghasilan Neto =

UANG PENSIUN – BIAYA 3M

Uang Pensiun Biaya Pensiun, 5% dari


Berkala [ dikurangi ] pengh. Bruto maks.
Rp2.400.000 per tahun
atau Rp200.000
perbulan

*Lanjut penghitungan seperti bagi pegawai tetap

www.pajak.go.id

PENGHITUNGAN PPh PASAL 21 16

TETAP PH.NETO-PTKP

TIDAK TETAP

BULANAN PH.BRUTO-PTKP

HARIAN PH.BRUTO-450ribu
PH.BRUTO(4,5jt
s.d. 10,2jt)-PTKP
HARIAN
PH.BRUTO(>10jt)-
PTKP
www.pajak.go.id
PENGHITUNGAN PPh PASAL 21 17

BERKESINAMBUNGAN PH.BRUTO-PTKP
BULANAN
(KUMULATIF)

TIDAK 50% X PH.BRUTO


BERKESINAMBUNGAN

KOMISARIS, MANTAN PH.BRUTO


PEGAWAI

www.pajak.go.id

PEMOTONG PPh PASAL 21 18

PENSIUNAN

SEKALIGUS PP 68 TAHUN 2009

BERKALA PH.NETO-PTKP

PESERTA KEGIATAN PH. BRUTO

www.pajak.go.id
PENERIMA PENGHASILAN TIDAK BER NPWP 19

PPh Pasal 21 sebesar 120%


lebih tinggi daripada PPh
Pasal 21 yang seharusnya
(20% lebih tinggi)

Setelah pemotongan sebelum pemotongan


PPh Pasal 21 bulan Ber-NPWP PPh Pasal 21 bulan
Desember Desember

Diperhitungkan oleh
merupakan kredit
pemotong dengan
pajak dalam SPT
PPh Pasal 21 bulan-
Tahunan PPh
bulan selanjutnya

Tidak berlaku untuk PPh Pasal 21 yang bersifat final

www.pajak.go.id

SAAT TERUTANG PPh PASAL 21 20

Saat terutang
PPh Pasal 21/26

Penerima penghasilan Pemotong

Saat dilakukannya akhir bulan dilakukannya


pembayaran pembayaran
atau atau
saat terutangnya akhir bulan terutangnya
penghasilan penghasilan

www.pajak.go.id
CONTOH PENGHITUNGAN PPh PASAL 21 21

Andi Gumilang pada tahun 2016 bekerja di PT


Aman Bahagia dengan gaji sebulan Rp 8.000.000,00
dan membayar iuran pensiun sebesar Rp.
200.000,00. Andi Gumilang menikah tetapi belum
mempunyai anak. Pada bulan Juli 2016 menerima
kenaikan gaji, menjadi Rp 10.000.000,00 sebulan
dan berlaku surut sejak 1 Januari 2016. Dengan
adanya kenaikan gaji yang berlaku surut tersebut,
Andi Gumilang menerima rapel sejumlah Rp
12.000.000,00 (kekurangan gaji untuk masa Januari
s.d. Mei 2016). Pada bulan Oktober 2016 menerima
bonus tahunan sebesar Rp 20.000.000,00.

www.pajak.go.id

CONTOH PENGHITUNGAN PPh PASAL 21 22


A. Penghitungan PPh Pasal 21 atas Penghasilan Pegawai Tetap - Gaji Bulanan
Gaji sebulan Rp 8,000,000
Pengurangan :
Biaya Jabatan (5% xRp 8.000.000) Rp 400,000
Iuran Pensiun Rp 200,000 Rp 600,000
Penghasilan Neto sebulan Rp 7,400,000
Penghasilan Neto setahun (12 x Rp 7.400.000,00 ) Rp 88,800,000
PTKP setahun :
- untuk diri sendiri Rp 54,000,000
- tambahan WP kawin Rp 4,500,000 Rp 58,500,000
Penghasilan Kena Pajak setahun Rp 30,300,000
PPh Pasal 21 terutang :
5% x Rp 30.300.000,00 = Rp 1,515,000

PPh Pasal 21 sebulan


Rp 1.515.000,00 : 12 = Rp 126,250
www.pajak.go.id
CONTOH PENGHITUNGAN PPh PASAL 21 23
B. Penghitungan PPh Pasal 21 atas Pembayaran Uang Rapel
Gaji sebulan Rp 10,000,000
Pengurangan :
Biaya Jabatan (5% xRp 10.000.000) = Rp 500,000
Iuran Pensiun = Rp 200,000 Rp 700,000
Penghasilan Neto sebulan Rp 9,300,000
Penghasilan Neto setahun ( 12 x Rp 9.300.000,00 ) Rp 111,600,000
PTKP setahun :
- untuk diri sendiri Rp 54,000,000
- tambahan WP kawin Rp 4,500,000 Rp 58,500,000
Penghasilan Kena Pajak setahun Rp 53,100,000
PPh Pasal 21 setahun :
5% x Rp 50.000.000,00 = Rp 2,500,000
15% x Rp 3.100.000,00 = Rp 465,000
Rp 2,965,000
PPh Pasal 21 sebulan
Rp 2.965.000,00 : 12 Rp 247,083
PPh Pasal 21 Januari s.d Juni 2016 seharusnya adalah :
6 x Rp 247.083,00 Rp 1,482,500
PPh Pasal 21 yang sudah dipotong Januari s.d Juni 2016
6 x Rp 126.250,00 (dari perhitungan contoh A) Rp 757,500
PPh Pasal 21 untuk uang rapel Rp 725,000
www.pajak.go.id

CONTOH PENGHITUNGAN PPh PASAL 21 24


C. Penghitungan PPh Pasal 21 atas Pembayaran Bonus
Gaji setahun (12 x Rp 10.000.000,00) Rp 120,000,000
Bonus Rp 20,000,000
Penghasilan bruto setahun Rp 140,000,000
Pengurangan :
Biaya Jabatan (5% xRp 140.000.000,00) = Rp 7.000.000,00
*Biaya Jabatan dlm setahun maksimal Rp 6.000.000,00 Rp 6,000,000
Iuran Pensiun (12 x Rp 200.000,00) Rp 2,400,000 Rp 8,400,000
Penghasilan Neto setahun Gaji + Bonus Rp 131,600,000
PTKP setahun :
- untuk diri sendiri Rp 54,000,000
- tambahan WP kawin Rp 4,500,000 Rp 58,500,000
Penghasilan Kena Pajak setahun Rp 73,100,000
PPh Pasal 21 setahun atas Gaji + Bonus :
5% x Rp 50.000.000,00 = Rp 2,500,000
15% x Rp 23.100.000,00 = Rp 3,465,000
5,965,000
*PPh Pasal 21 setahun dibulatkan Rp 5,965,000
PPh Pasal 21 atas Gaji (dari contoh B) Rp 2,965,000
PPh Pasal 21 atas Bonus Rp 3,000,000
www.pajak.go.id
KEWAJIBAN PEMOTONG 25

• Wajib mendaftarkan diri ke KPP


• Wajib menghitung, memotong, menyetorkan dan
melaporkan PPh Pasal 21 dan Pasal 26 yang terutang untuk
setiap bulan kalender.
• PPh Pasal 21/26 yang dipotong wajib disetor ke Kantor Pos
atau Bank paling lama 10 hari setelah Masa Pajak berakhir*).
• Pemotong Pajak wajib lapor (kecuali nihil masa pajak Januari
s.d November), paling lama 20 hari setelah Masa Pajak
berakhir*).
• Wajib membuat Catatan atau Kertas Kerja Perhitungan PPh Ps.
21/26 untuk setiap Masa Pajak
• Wajib menyimpan Catatan atau Kertas Kerja sesuai ketentuan
• Wajib membuat Bukti Potong dan memberikannya kepada
penerima penghasilan
*) Dalam hal jatuh tempo pada hari libur termasuk hari Sabtu atau
hari libur nasional, penyetoran dan pelaporan dapat dilakukan pada
hari kerja berikutnya
www.pajak.go.id

BUKTI PEMOTONGAN PPh PASAL 21 26

• Untuk pegawai tetap/penerima pensiun berkala:


✓ dibuat sekali setahun (Form 1721 A1)
✓ diberikan paling lama 1 bulan setelah akhir tahun atau
pegawai berhenti
• Untuk selain pegawai tetap/penerima pensiun berkala:
✓ Dibuat setiap kali ada pemotongan
✓ Jika dalam satu bulan > 1 kali pembayaran maka bukti
potong dapat dibuat sekali dalam satu bulan
• Bukti Potong PPh Pasal 21 tidak wajib dilampirkan dalam
SPT Masa PPh Pasal 21

www.pajak.go.id
27

Bentuk
Bukti Potong
PPh Pasal 21
(Formulir 1721 – A1)

www.pajak.go.id

28

Bentuk
Bukti Potong PPh
Pasal 21 Lainnya
(Tidak Final)

www.pajak.go.id
29

Bentuk
Bukti Potong PPh
Pasal 21 Lainnya
(Final)

www.pajak.go.id

KEWAJIBAN PENERIMA PENGHASILAN 30

• Wajib mendaftarkan diri ke KPP


• Wajib menghitung, menyetor, dan melaporkan Pajak
Penghasilan yang terutang selama satu tahun pajak
• Pegawai, Penerima Pensiun Berkala, dan Bukan Pegawai
tertentu wajib membuat surat pernyataan yang berisi jumlah
tanggungan keluarga pada awal tahun kalender atau pada saat
menjadi Subjek Pajak dalam negeri
• Wajib menyerahkan surat pernyataan tanggungan keluarga
kpd Pemotong Pajak pada saat mulai bekerja atau mulai
pensiun
• Wajib membuat surat pernyataan baru dalam hal terjadi
perubahan tanggungan keluarga paling lambat sebelum mulai
tahun kalender berikutnya

www.pajak.go.id
KEWAJIBAN PENERIMA PENGHASILAN 31

• Penyetoran PPh Kurang Bayar dilakukan paling lama sebelum


SPT Tahunan disampaikan
✓ dilakukan dengan sistem pembayaran pajak secara elektronik
(Billing System)
✓ Billing System: metode pembayaran elektronik (melalui Teller
Bank/Pos, ATM, atau internet banking) dengan menggunakan
Kode Billing
• Pelaporan SPT Tahunan PPh WP OP dilakukan paling lama 3
bulan setelah akhir tahun pajak
✓ dapat dilakukan secara e-Filing melalui internet pada website
DJP, djponline.pajak.go.id,
✓ bagi yang belum pernah melaporkan secara e-Filing, agar terlebih
dahulu mengajukan permohonan e-FIN dan membuat akun e-
Filing

www.pajak.go.id

32

SANKSI ADMINISTRASI ATAS


KETERLAMBATAN
PEMBAYARAN/PEYETORAN DAN
PELAPORAN PAJAK

www.pajak.go.id
33

KETERLAMBATAN atau
TIDAK MENYAMPAIKAN SPT

SPT MASA SPT SPT MASA SPT


SELAIN TAHUNAN PPN TAHUNAN
PPN OP BADAN

DENDA DENDA DENDA


Rp 100.000 Rp 500.000 Rp 1.000.000

www.pajak.go.id

Telepon 1500200
Ponsel (021) 1500200
Faksimile (021) 5251245

pengaduan@pajak.go.id pengaduan.pajak.go.id

Saluran Pengaduan Pelayanan Perpajakan


Direktorat Jenderal Pajak

@kring_pajak pajak.go.id

Surat yang ditujukan atau datang langsung ke alamat: Direktorat


Penyuluhan, Pelayanan dan Hubungan Masyarakat, Gedung Mar’ie
Muhammad Lantai 16, Kantor Pusat Direktorat Jenderal Pajak, Jalan
Jenderal Gatot Subroto, Kavling 40-42, Jakarta
www.pajak.go.id

www.pajak.go.id
5 Oktober

2021
PPh Pasal 23
Cara membedakan dengan
PPh Pasal 23

DEJA(P)U
TAX EXPO
Kanwil DJP Jakarta Pusat
PPh Pasal 23
dan Cara Membedakannya
dengan PPh Pasal 21

JAKARTA, 5 OKTOBER 2021

KEWAJIBAN PERPAJAKAN
DAFTAR

HITUNG

POTONG/PUNGUT

SETOR

LAPOR
JENIS PAJAK YANG
DIPOTONG/DIPUNGUT

Pemotongan atas penghasilan yg dibayarkan kepada orang pribadi


PPh Pasal 21
sehubungan dengan pekerjaan, jabatan, jasa, dan kegiatan

Pemungutan atas penghasilan yg dibayarkan sehubungan dengan


PPh Pasal 22
pembelian barang

Pemotongan atas penghasilan yg dibayarkan berupa hadiah, bunga,


PPh Pasal 23
dividen, sewa, royalti, dan jasa-jasa lainnya selain Objek PPh Pasal 21

Pemotongan atas penghasilan yang dibayarkan sehubungan jasa


PPh Pasal 4(2) tertentu dan sumber tertentu (jasa konstruksi, sewa tanah/bangunan,
pengalihan hak atas tanah/bangunan, hadiah undian, dan lainnya)

JENIS PAJAK YANG


DIPOTONG/DIPUNGUT

Pemungutan atas pajak konsumsi yang dibayar sendiri sehubungan


PPN
penyerahan Barang Kena Pajak dan/atau Jasa Kena Pajak

Pembayaran atas pemanfaatan dokumen-dokumen tertentu (kuitansi,


Bea Meterai
kontrak)
Pengertian
PPh PASAL 23
PPh pasal 23 adalah
Pemotongan pajak atas
penghasilan yg dibayarkan
berupa dividen, bunga, royalti
dan hadiah, penghargaan,
bonus, dan sejenisnya serta
sewa, dan jasa-
jasa lainnya selain yang telah
dipotong PPh Pasal 21.

KEWAJIBAN PEMOTONGAN
PPH Pasal 23

Pemotong
Badan pemerintah, subjek pajak badan dalam negeri, penyelenggara
kegiatan, bentuk usaha tetap, atau perwakilan perusahaan luar
negeri lainnya.

Wajib Pajak orang pribadi dalam negeri yang ditunjuk sebagai


pemotong PPh 23 (Harus ada Surat Keputusan Penunjukan yang
diterbitkan oleh Kepala KPP)
OBJEK PAJAK DAN TARIF PAJAK

1. Dividen
• Dividen merupakan bagian laba yang diperoleh pemegang
saham atau pemegang polis asuransi atau pembagian sisa hasil
usaha koperasi yang diperoleh anggota koperasi.
• Dalam praktek sering dijumpai pembagian atau
pembayaran dividen secara terselubung, misalnya dalam hal
pemegang saham yang telah menyetor penuh modalnya dan
memberikan pinjaman kepada perseroan dengan imbalan bunga
yang melebihi kewajaran. Apabila terjadi hal yang demikian maka
selisih lebih antara bunga yang dibayarkan dan tingkat bunga
yang berlaku di pasar, diperlakukan sebagai dividen. Bagian
bunga yang diperlakukan sebagai dividen tersebut tidak
boleh dibebankan sebagai biaya oleh perseroan yang
bersangkutan.
Dividen
TARIF
15% dari Penghasilan Bruto dan bersifat tidak final
Dalam hal WP yang menerima atau memperoleh penghasilan
yang merupakan objek PPh Pasal 23 tidak memiliki NPWP,
besarnya tarif pemotongan adalah lebih tinggi 100% daripada
tarif yang seharusnya (Pasal 23 ayat 1a UU Nomor 36 TAHUN
2008)
MAP DAN KJS (lampiran per-38/PJ/2009)
MAP: 411124
KJS: 101

DIVIDEN YANG TIDAK DIPOTONG


PPH PASAL 23
Pasal 23 ayat (4) No.36 TAHUN 2008
1. dividen atau bagian laba yang diterima atau diperoleh PT
sebagai WPDN, koperasi, BUMN, atau BUMD, dari
penyertaan modal pada badan usaha yang didirikan dan
bertempat kedudukan di Indonesia dengan syarat tertentu.
2. bagian laba yang diterima atau diperoleh anggota dari
perseroan komanditer yang modalnya tidak terbagi atas
saham-saham, persekutuan, perkumpulan, firma, dan
kongsi, termasuk pemegang unit penyertaan Kontrak
Investasi Kolektif (KIK), (karena bukan merupakan objek
pajak sesuai Pasal 4 ayat (3) huruf i UU 36 TAHUN 2008);
3. Dividen yang diterima oleh Orang Pribadi (karena
merupakan objek PPh Pasal 4 ayat (2) final)
4. Sisa hasil usaha koperasi yang dibayarkan oleh koperasi
kepada anggotanya (karena dikecualikan dari pemotongan
PPh Pasal 23 sesuai Pasal 23 ayat (4) huruf f UU 36
TAHUN 2008)
2. Bunga
OBJEK DAN TARIF
Objek PPh Pasal 23 adalah bunga dan imbalan lainnya
termasuk premium maupun diskonto yang merupakan bunga
antar pinjaman yang diterima atau diperoleh oleh WP OP DN
maupun WP Badan DN dari pihak pembayar bunga yang
merupakan pemotong PPh Pasal 23.
Dalam pengertian bunga termasuk pula premium, diskonto dan
imbalan sehubungan dengan jaminan pengembalian utang.
1.Premium terjadi apabila misalnya surat obligasi dijual
di atas nilai nominalnya. Premium merupakan
penghasilan bagi yang menerbitkan obligasi.
2.Diskonto terjadi apabila surat obligasi dibeli di bawah
nilai nominalnya. Diskonto merupakan penghasilan
bagi yang membeli obligasi.

Bunga
TARIF
15% dari Penghasilan Bruto dan bersifat tidak final
Dalam hal WP yang menerima atau memperoleh penghasilan
yang merupakan objek PPh Pasal 23 tidak memiliki NPWP,
besarnya tarif pemotongan adalah lebih tinggi 100% daripada
tarif yang seharusnya (Pasal 23 ayat 1a UU Nomor 36 TAHUN
2008)
MAP DAN KJS (lampiran per-38/PJ/2009)
MAP: 411124
KJS: 102
BUNGA YANG TIDAK DIPOTONG
PPh PASAL 23
1.Jika penghasilan dibayar/terutang kepada Bank (karena
dikecualikan dari pemotongan PPh Pasal 23 sesuai Pasal 23 ayat
(4) huruf a UU Nomor 36 TAHUN 2008)
2.Jika penghasilan dibayar/ terutang kepada badan usaha atas jasa
keuangan yang berfungsi sebagai penyalur pinjaman dan/atau
pembiayaan yang diatur dengan Peraturan Menteri Keuangan
(PMK-251/PMK.03/2008). (karena dikecualikan dari pemotongan
PPh Pasal 23 sesuai Pasal 23 ayat (4) huruf h UU Nomor 36
TAHUN 2008)
3.Bunga Deposito, Tabungan (yang didapatkan dari Bank), dan
Diskonto SBI (karena termasuk pemotongan PPh Pasal 4(2))
4.Bunga Obligasi (karena termasuk pemotongan PPh Pasal 4(2))
5.Bunga simpanan yang dibayarkan Koperasi kepada anggota
koperasi Orang Pribadi (WP OP) (karena termasuk pemotongan
PPh Pasal 4(2))

3. Royalti
Penjelasan Pasal 4(1) Huruf H UU 36 TAHUN 2008
Royalti adalah Suatu jumlah yang dibayarkan atau terutang
dengan cara atau perhitungan apa pun, baik dilakukan secara
berkala maupun tidak, sebagai imbalan atas:
1. Penggunaan atau hak menggunakan hak cipta di bidang
kesusastraan, kesenian atau karya ilmiah, paten, desain atau
model, rencana, formula atau proses rahasia, merek dagang,
atau bentuk hak kekayaan intelektual/industrial atau hak serupa
lainnya;
2. Penggunaan atau hak menggunakan peralatan/perlengkapan
industrial, komersial, atau ilmiah;
3. Pemberian pengetahuan atau informasi di bidang ilmiah,
teknikal, industrial, atau komersial;
Royalti
4. Pemberian bantuan tambahan atau pelengkap sehubungan
dengan penggunaan atau hak menggunakan hak-hak tersebut
pada angka 1, penggunaan atau hak menggunakan
peralatan/perlengkapan tersebut pada angka 2, atau pemberian
pengetahuan atau informasi tersebut pada angka 3, berupa:
• penerimaan atau hak menerima rekaman gambar atau
rekaman suara atau keduanya, yang disalurkan kepada
masyarakat melalui satelit, kabel, serat optik, atau
teknologi yang serupa;
• penggunaan atau hak menggunakan rekaman gambar
atau rekaman suara atau keduanya, untuk siaran televisi
atau radio yang disiarkan/dipancarkan melalui satelit,
kabel, serat optik, atau teknologi yang serupa;
• penggunaan atau hak menggunakan sebagian atau
seluruh spektrum radio komunikasi;
5. Penggunaan atau hak menggunakan film gambar hidup
(motion picture films), film atau pita video untuk siaran televisi,
atau pita suara untuk siaran radio; dan
6. Pelepasan seluruhnya atau sebagian hak yang berkenaan
dengan penggunaan atau pemberian hak kekayaan
intelektual/industrial atau hak-hak lainnya sebagaimana tersebut
di atas.

Royalti
TARIF
15% dari Penghasilan Bruto dan bersifat tidak final
Dalam hal WP yang menerima atau memperoleh penghasilan
yang merupakan objek PPh Pasal 23 tidak memiliki NPWP,
besarnya tarif pemotongan adalah lebih tinggi 100% daripada
tarif yang seharusnya (Pasal 23 ayat 1a UU Nomor 36 TAHUN
2008)
MAP DAN KJS (lampiran per-38/PJ/2009)
MAP: 411124
KJS: 103
4. Hadiah
Atas hadiah atau penghargaan perlombaan,
penghargaan, dan hadiah sehubungan dengan
pekerjaan, jasa, dan kegiatan lainnya dikenakan
PPh dengan ketentuan sebagai berikut :
Dalam hal penerima penghasilan adalah Wajib
Pajak badan termasuk BUT, dikenakan PPh
Pasal 23.

Hadiah
TARIF
15% dari Penghasilan Bruto dan bersifat tidak final
Dalam hal WP yang menerima atau memperoleh penghasilan
yang merupakan objek PPh Pasal 23 tidak memiliki NPWP,
besarnya tarif pemotongan adalah lebih tinggi 100% daripada
tarif yang seharusnya (Pasal 23 ayat 1a UU Nomor 36 TAHUN
2008)
MAP DAN KJS (lampiran per-38/PJ/2009)
MAP: 411124
KJS: 100
HADIAH YANG TIDAK DIPOTONG
OLEH PEMOTONG PPh
• Pemotongan Pajak Penghasilan sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 3 PER-11/PJ/2015 tidak berlaku untuk :
• hadiah langsung dalam penjualan barang atau jasa sepanjang
diberikan kepada semua pembeli atau konsumen akhir tanpa
diundi, dan
• hadiah tersebut diterima langsung oleh konsumen akhir pada saat
pembelian barang atau jasa.

5. SEWA
SEWA YANG DIPOTONG PPH PASAL 23
Sewa dan penghasilan lain sehubungan dengan penggunaan
harta, kecuali sewa dan penghasilan lain sehubungan dengan
penggunaan harta yang telah dikenai Pajak Penghasilan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (2) (Sewa dan
penghasilan lain sehubungan dengan penggunaan harta,
kecuali sewa tanah dan/atau bangunan) (Pasal 23 ayat (1)
huruf c angka 1 UU Nomor 36 TAHUN 2008)
Sewa dan penghasilan lain sehubungan dengan
penggunaan harta adalah penghasilan yang diterima atau
diperoleh sehubungan dengan kesepakatan untuk
memberikan hak menggunakan harta selama jangka waktu
tertentu baik dengan perjanjian tertulis maupun tidak tertulis
sehingga harta tersebut hanya dapat digunakan oleh
penerima hak selama jangka waktu yang telah
disepakati (SE-35/PJ/2010)
SEWA
TARIF
2% dari Jumlah Bruto dan bersifat tidak final
Dalam hal WP yang menerima atau memperoleh penghasilan
yang merupakan objek PPh Pasal 23 tidak memiliki NPWP,
besarnya tarif pemotongan adalah lebih tinggi 100% daripada
tarif yang seharusnya (Pasal 23 ayat 1a UU Nomor 36 TAHUN
2008)
MAP DAN KJS (lampiran per-38/PJ/2009)
MAP: 411124
KJS: 100

JASA
JASA YANG DIPOTONG PPH PASAL 23
Imbalan sehubungan dengan jasa teknik, jasa manajemen, jasa
konstruksi, jasa konsultan, dan jasa lain selain jasa yang telah
dipotong Pajak Penghasilan sebagaimana dimaksud dalam Pasal
21 UU PPh.
Jasa Teknik
Jasa teknik merupakan pemberian jasa dalam bentuk pemberian
informasi yang berkenaan dengan pengalaman dalam bidang
industri, perdagangan dan ilmu pengetahuan yang dapat meliputi :
• pemberian informasi dalam pelaksanaan suatu proyek
tertentu, seperti pemetaan dan/atau pencarian dengan
bantuan gelombang seismik;
• pemberian informasi dalam pembuatan suatu jenis produk
tertentu, seperti pemberian informasi dalam bentuk gambar-
gambar, petunjuk produksi, perhitungan-perhitungan dan
sebagainya; atau
• pemberian informasi yang berkaitan dengan pengalaman di
bidang manajemen, seperti pemberian informasi melalui
pelatihan atau seminar dengan peserta dan materi yang telah
ditentukan oleh pengguna jasa. (SE-35/PJ/2010)

Jasa Manajemen dan Jasa Konsultan


• Jasa manajemen merupakan pemberian jasa dengan ikut serta
secara langsung dalam pelaksanaan atau pengelolaan
manajemen. (SE-35/PJ/2010)
• Jasa konsultan merupakan pemberian advice (petunjuk,
pertimbangan, atau nasihat) profesional dalam suatu bidang
usaha, kegiatan, atau pekerjaan yang dilakukan oleh tenaga ahli
atau perkumpulan tenaga ahli, yang tidak disertai dengan
keterlibatan langsung para tenaga ahli tersebut dalam
pelaksanaannya. (SE-35/PJ/2010)
JENIS JASA LAIN
Pasal 1 ayat (6) PMK-141/PMK.03/2015
Jenis jasa lain yang dipotong PPh Pasal 23 antara lain :
• Jasa penilai (appraisal);
• Jasa akuntansi, pembukuan, dan atestasi laporan keuangan;
• Jasa hukum;
• Jasa arsitektur;
• Jasa penyedia tenaga kerja dan/atau tenaga ahli (outsourcing
services);
• Jasa perancang (design);
• Jasa perantara dan/atau keagenan;
• Jasa pengisian suara (dubbing) dan/atau sulih suara;
• Jasa pembuatan saranan promosi film, iklan,
poster, photo, slide, klise, banner, pamphlet, baliho dan
folder;

JENIS JASA LAIN


• Jasa sehubungan dengan software atau hardware atau sistem
komputer, termasuk perawatan, pemeliharaan dan perbaikan;
• Jasa instalasi/pemasangan mesin, peralatan, listrik, telepon, air,
gas, AC, dan/atau TV kabel, selain yang dilakukan oleh Wajib
Pajak yang ruang lingkupnya di bidang konstruksi dan mempunyai
izin dan/atau sertifikasi sebagai pengusaha konstruksi;
• Jasa perawatan/perbaikan/pemeliharaan mesin, peralatan, listrik,
telepon, air, gas, AC, TV kabel, dan/atau bangunan, selain yang
dilakukan oleh Wajib Pajak yang ruang lingkupnya di bidang
konstruksi dan inempunyai izin dan/atau sertifikasi sebagai
pengusaha konstruksi;
• Jasa perawatan kendaraan dan/atau alat transportasi darat, laut
dan udara;
JENIS JASA LAIN
• Jasa penyelenggara kegiatan atau event organizer
• Jasa penyediaan tempat. dan/atau waktu dalam media masa,
media luar ruang atau media lain untuk penyampaian informasi,
dan/atau jasa periklanan;
• Jasa pembasmian hama;
• Jasa kebersihan atau cleaning service;
• Jasa katering atau tata boga;
• Jasa freight forwarding;
• Jasa logistik;

JENIS JASA LAIN


• Jasa pengelolaan parkir;
• Jasa dekorasi;
• Jasa pencetakan/penerbitan;
• Jasa penerjemahan;
• Jasa pengangkutan/ekspedisi kecuali yang telah diatur
dalam Pasal 15 Undang-Undang Pajak Penghasilan;
• Jasa selain jasa-jasa tersebut di atas yang pembayarannya
dibebankan pada Anggaran Pendapatan dan Belanja
Negara atau Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah
JENIS JASA LAIN
Pengecualian :
• Pasal 21 ayat (1) UU PPh Pemotongan pajak atas penghasilan
sehubungan dengan pekerjaan, jasa, atau kegiatan dengan nama
dan dalam bentuk apa pun yang diterima atau diperoleh Wajib
Pajak orang pribadi dalam negeri.
• Imbalan sehubungan dengan jasa lain yang telah dikenai PPh
yang bersifat final berdasarkan peraturan perundang-undangan
tersendiri. (Pasal 1 ayat (2) PMK-141/PMK.03/2015)

JASA
TARIF
2% dari Jumlah Bruto dan bersifat tidak final
Dalam hal WP yang menerima atau memperoleh penghasilan
yang merupakan objek PPh Pasal 23 tidak memiliki NPWP,
besarnya tarif pemotongan adalah lebih tinggi 100% daripada
tarif yang seharusnya (Pasal 23 ayat 1a UU Nomor 36 TAHUN
2008)
MAP DAN KJS (lampiran per-38/PJ/2009)
MAP: 411124
KJS: 104
TEMPAT PEMOTONGAN
PPh PASAL 23
Sesuai SE-12/PJ.4/1996
1.Atas transaksi-transaksi yang merupakan objek pemotongan PPh
Pasal 23 yang pembayarannya dilakukan oleh kantor pusat, maka
PPh Pasal 23 dipotong, disetor, dan dilaporkan oleh kantor pusat.
2.Atas transaksi-transaksi yang merupakan objek pemotongan PPh
Pasal 23 yang pembayarannya dilakukan oleh kantor cabang,
misalnya pembayaran sewa mesin oleh kantor cabang, PPh Pasal
23 dipotong, disetor, dan dilaporkan oleh kantor cabang yang
bersangkutan.

23
BUKTI POTONG PPh

PASAL

Sebagai bukti
pemotongan pajak atas
penghasilan yang
dibayarkan kepada
pihak lain/rekanan
SURAT KETERANGAN

Bendahara Pemerintah
melakukan pemotongan
Wajib Pajak TIDAK
atau pemungutan PPh
melakukan
Final sebesar
pemotongan 0,5% atau
pemungutan PPh
apabila TELAH menerima
fotokopi Surat Keterangan
Pasal
untuk setiap 23
transaksi
apabila TELAH menerima
penjualan atau penyerahan
fotokopi
jasa yang Surat Keterangan
merupakan objek
dari lawan transaksi
pemotongan atau
pemungutan PPh

SURAT KETERANGAN

Wajib Pajakmelakukan
pemotongan atau
pemungutan PPh Final
sebesar 0,5%
apabila TELAH menerima
fotokopi Surat Keterangan
dari lawan transaksi untuk
setiap transaksi penjualan
atau penyerahan jasa yang
merupakan objek
pemotongan atau
pemungutan PPh
djponline.pajak.go.id

Pastikan kode Bayar

BILLING
MAU SETOR BILLING
PAJAK?
telah dibuat (setor pajak)
PEMBAYARAN BILLING PAJAK DILAKUKAN KE REKENING KAS NEGARA
ATM, INTERNET BANKING, EDC, MOBILE
DENGAN
BANKING, ATAU PADA LOKET BANK/POS PERSEPSI

KODE AKUN PAJAK –


KODE JENIS SETORAN KETERANGAN

411124 - 100 Pemotongan PPh Pasal 23 atas Sewa, Hadiah

411124 - 101 Pemotongan PPh Pasal 23 atas Deviden

411124 - 102 Pemotongan PPh Pasal 23 atas Bunga

411124 - 103 Pemotongan PPh Final Pasal 23 atas Royalti

411124 - 104 Pemotongan PPh Pasal 23 atas Jasa


Segera setorkan ke kas negara,
paling lambat tanggal 10 bulan berikutnya

“Lebih baik
menyetorkan
pajak sebelum
jatuh tempo
daripada
terkena sanksi
administrasi
terlambat setor
berupa bunga”

PELAPORAN SPT MASA


1. Mengisi kolom identitas dengan lengkap dan benar

Mengisi masa pajak sesuai dengan bulan pemotongan/


2.
pemungutan pajak dilakukan

Mengisi jumlah dasar pengenaan pajak dan pajak yang


3.
telah dipotong/dipungut

Melampirkan NTPN atau SSP lembar ke-3 bukti pajak


4.
telah disetorkan ke kas negara
Menandatangani SPT Masa secara lengkap dengan nama
5.
jelas, jabatan, dan cap instansi/kantor/perusahaan

POIN PENTING
PENGISIAN SPT MASA

23
SPT MASA PPh

PASAL
SPT Masa terdiri dari
1 halaman induk
+ lampiran
Batas pelaporan
tanggal 20 bulan
berikutnya
PELAPORAN PPh PASAL 23

o Khusus Wajib Pajak Badan o Khusus Wajib Pajak


selain Instansi Pemerintah Instansi Pemerintah
o Berbasis web (tidak o Berbasis web (tidak
membutuhkan installer) membutuhkan installer)
o Satu aplikasi khusus jenis o Satu aplikasi untuk 6 jenis
pelaporan PPh Pasal 23 pajak (PPh 21/26, PPh 22,
o Data tersimpan di server PPh 23/26, PPh 4 ayat (2),
DJP PPh 15, PPN/PPnBM
o Real time o Data tersimpan di server
DJP
o Real time

PPh PASAL 23

PPh PASAL 21
PPh Pasal 23
Pemotongan pajak atas penghasilan tersebut di bawah ini dengan nama dan dalam
bentuk apa pun yang dibayarkan, disediakan untuk dibayarkan, atau telah jatuh tempo
pembayarannya kepada Wajib Pajak dalam negeri atau BUT

• sewa dan penghasilan


• dividen lain sehubungan dengan
• bunga penggunaan harta
15% • royalti 2% kecuali yang sudah dipotong PPh Ps. 4 (2)
• hadiah,
penghargaan, • imbalan sehubungan
bonus dengan jasa
kecuali yang sudah dipotong PPh Ps. 21,
PPh Ps. 4 (2)

PPh Pasal 23 yang telah dipotong disetorkan paling lambat tanggal 10 bulan berikutnya
setelah masa pajak berakhir dan dilaporkan paling lambat tanggal 20 bulan berikutnya setelah
masa pajak berakhir

PPh Pasal 21
Pemotongan pajak atas penghasilan sehubungan dengan pekerjaan, jasa,
atau kegiatan dengan nama dan dalam bentuk apa pun yang diterima atau
diperoleh Wajib Pajak orang pribadi dalam negeri

gaji, upah, honorarium, tunjangan, dan pembayaran lain sebagai


imbalan sehubungan dengan pekerjaan yang dilakukan oleh
pegawai atau bukan pegawai

honorarium atau pembayaran lain sebagai imbalan sehubungan


dengan jasa termasuk jasa tenaga ahli yang melakukan pekerjaan
bebas;

pembayaran sehubungan dengan pelaksanaan suatu kegiatan

PPh Pasal 21 yang telah dipotong disetorkan paling lambat tanggal 10 bulan berikutnya
setelah masa pajak berakhir dan dilaporkan paling lambat tanggal 20 bulan berikutnya setelah
masa pajak berakhir
Informasi lebih lanjut…

KPP Pratama / KP2KP


terdekat :
Account Representative
Fungsional Penyuluh Pajak

Call Center (021) 1500200


Pada Jam dan Hari Kerja
Telepon 1500200
Ponsel (021) 1500200
Faksimile (021) 5251245

pengaduan@pajak.go.id pengaduan.pajak.go.id

Saluran Pengaduan Pelayanan Perpajakan


Direktorat Jenderal Pajak

@kring_pajak pajak.go.id

Surat yang ditujukan atau datang langsung ke alamat: Direktorat


Penyuluhan, Pelayanan dan Hubungan Masyarakat, Gedung Mar’ie
Muhammad Lantai 16, Kantor Pusat Direktorat Jenderal Pajak, Jalan
Jenderal Gatot Subroto, Kavling 40-42, Jakarta

MARI BERSAMA-SAMA MENGAMANKAN


PENERIMAAN NEGARA
AGAR DAPAT MEMBERI
MANFAAT BAGI NEGARA DAN
MASYARAKAT INDONESIA

#PajakKitaUntukKita
6 Oktober

2021
E-Bupot
Bukti Potong Jaman Now

DEJA(P)U
TAX EXPO
Kanwil DJP Jakarta Pusat
MUDAH BUAT BUKTI POTONG
PAJAK PENGHASILAN 23/26

KPP PRATAMA JAKARTA SENEN

Jakarta, 06 Oktober 2021

LATAR BELAKANG

Memberikan kemudahan bagi WP untuk membuat dan


melaporkan SPT Masa PPh Pasal 23 dan/atau Pasal 26;

Memberikan kepastian hukum terkait status dan keandalan


Bukti Pemotongan;

Meningkatkan pelayanan kepada Wajib Pajak Pemotong PPh


Pasal 23 dan/atau Pasal 26.
DASAR HUKUM
Undang-Undang KUP dan PPh

PP Nomor 74 Tahun 2011

PMK-242/2014

PMK-243/2014

PMK-12/2017

KEP- 269/PJ/2020

KEP- 368/PJ/2020

TERBARU

KEP-269/PJ/2020
PENGUSAHA KENA PAJAK WAJIB MENGGUNAKAN E-BUPOT
PER 1 AGUSTUS 2020
Dengan Kriteria sebagai berikut :

Seluruh Pengusaha Kena Pajak yang terdaftar di KPP Pratama Seluruh Indonesia

Memiliki pemotongan PPh Pasal 23/26 lebih dari 20 Bukti Pemotongan dalam satu masa
pajak

Menerbitkan Bukti Pemotongan dengan jumlah penghasilan bruto lebih dari Rp 100 juta
dalam satu bukti potong

Sudah Pernah menyampaikan SPT Masa Elektronik


TERBARU

KEP-368/PJ/2020

PENGUSAHA KENA PAJAK WAJIB MENGGUNAKAN E-BUPOT


PER MASA PAJAK SEPTEMBER 2020
Dengan Kriteria sebagai berikut :

Memenuhi syarat menggunakan SPT Masa PPh Pasal 23 dan/atau Pasal 26 dalam bentuk
dokumen elektronik

Terhadap Wajib Pajak yang :


Telah terdaftar sebelum 1 September namun tidak memenuhi ketentuan, atau
Baru terdaftar sejak 1 September 2020
Keharusan membuat bukti potong berlaku sejak Wajib Pajak memenuhi syarat berdasarkan
PER-04/PJ/2017

DEFINISI

BUKTI PEMOTONGAN

“ Bukti Pemotongan PPh Pasal 23/26, selanjutnya disebut


Bukti Pemotongan adalah formulir atau dokumen lain
yang dipersamakan yang digunakan oleh Pemotong PPh
Pasal 23/26 sebagai bukti pemotongan dan


pertanggungjawaban atas pemotongan PPh Pasal
23/26 yang dilakukan.
DEFINISI

BUKTI PEMOTONGAN

✓ BUKTI PEMOTONGAN PEMBETULAN


Bukti Pemotongan yang dibuat untuk membetulkan kekeliruan dalam
pengisian Bukti Pemotongan yang telah dibuat sebelumnya.

✓ BUKTI PEMOTONGAN PEMBETULAN


Bukti Pemotongan yang dibuat untuk membatalkan Bukti Pemotongan
yang telah dibuat sebelumnya karena adanya pembatalan transaksi.

DEFINISI

APLIKASI E-BUPOT

“ Aplikasi Bukti Pemotongan PPh Pasal 23/26 Elektronik yang selanjutnya disebut
Aplikasi e-Bupot 23/26 adalah perangkat lunak yang disediakan di laman
milik Direktorat Jenderal Pajak atau saluran tertentu yang ditetapkan oleh
Direktur Jenderal Pajak yang dapat digunakan untuk membuat Bukti


Pemotongan, membuat dan melaporkan SPT Masa PPh Pasal 23/26 dalam
bentuk dokumen elektronik.
DEFINISI

APLIKASI E-BUPOT

✓ TANDA TANGAN ELEKTRONIK


tanda tangan yang terdiri atas informasi elektronik yang dilekatkan,
terasosiasi atau terkait dengan informasi elektronik lainnya yang
digunakan sebagai alat verifikasi dan autentikasi.

✓ SERTIFIKAT ELEKTRONIK
Digital Certificate adalah sertifikat yang bersifat elektronik yang
memuat Tanda Tangan Elektronik dan identitas yang menunjukan
status subyek hukum para pihak dalam transaksi elektronik yang
dikeluarkan oleh DJP atau penyelenggara sertifikasi elektronik.

KEWAJIBAN
PEMOTONG PPH
PASAL 23/26

01
Membuat dan memberikan Bukti Pemotongan kepada penerima
penghasilan yang dipotong pajak untuk setiap transaksi;

Setiap Pemotong wajib mengisi, menandatangani dan menyampaikan


02 SPT ke KPP tempat Wajib Pajak terdaftar atau tempat lain yang ditentukan
Direktur Jenderal Pajak;
Pemotong tidak wajib menyampaikan SPT Masa PPh Pasal 23/26
03 jika tidak ada transaksi pemotongan PPh Pasal 23/26 (NIHIL) kecuali
terdapat: Surat Keterangan Bebas (SKB); dan/atau Surat Keterangan
Domisili (SKD); dan/atau Ditanggung Pemerintah (DTP).
BENTUK SPT MASA DAN BUKTI PEMOTONGAN PPH PASAL 23/26

SPT Masa terdiri dari:


1. Induk;
2. Daftar Bukti Pemotongan; dan
3. Daftar SSP, BPN dan/atau Bukti Pbk;

Bukti Pemotongan terdiri dari:


1. Bukti Pemotongan PPh Pasal 23; dan
2. Bukti Pemotongan PPh Pasal 26.

SPT Masa dan Bukti Pemotongan berbentuk:


1. Formulir kertas (hardcopy); atau
2. Dokumen elektronik.

KETENTUAN PENERBITAN BUKTI PEMOTONGAN PPH PASAL 23

1
Wajib Pajak,
untuk… Kode Objek Pajak, dan

1
Masa Pajak
BUKTI
PEMOTONGAN
Pemotong Pajak dapat membuat 1 (satu)
Bukti Pemotongan untuk menggabungkan
dua atau lebih transaksi sepanjang
memenuhi ketentuan di atas
SPT MASA PPH PASAL 23/26 (FORMULIR KERTAS)

Bagi yang memenuhi kriteria Lampiran:


sebagai berikut:
1. Bukti Pemotongan;
2. SSP atau BPN;
✓ melakukan pemotongan PPh Pasal 23
dan/atau Pasal 26 TIDAK lebih dari 20
3.
4.
Bukti Pbk;
Surat Kuasa Khusus bermeterai cukup;
Bukti Pemotongan dalam 1 (satu) Masa 5. Fotokopi Surat Keterangan Bebas yang telah
Pajak; dan dilegalisasi;
6. Fotokopi Surat Keterangan Domisili; dan
✓ menerbitkan Bukti Pemotongan dengan
jumlah penghasilan bruto TIDAK lebih
7. Fotokopi SPT Masa PPh Pasal 23 dan/atau
Pasal 26 yang dibetulkan, termasuk
dari Rp100.000.000,00 dalam satu Bukti lampiran dan Bukti Penerimaan Surat.
Pemotongan.

SPT MASA PPH PASAL 23/26 ELEKTRONIK

HARUS bagi Wajib Pajak yang memenuhi kriteria sebagai


berikut:

melakukan pemotongan PPh Pasal 23 dan/atau Pasal 26 Lampiran:


✓ lebih dari 20 Bukti Pemotongan dalam 1 (satu) Masa
Pajak;

menerbitkan Bukti Pemotongan dengan jumlah


✓ penghasilan bruto lebih dari Rp100.000.000,00 dalam
satu Bukti Pemotongan;
file hasil pemindaian
(scan) Surat
Keterangan Domisili
dalam bentuk Portable

✓ Sudah pernah menyampaikan SPT Masa elektronik


Document Format; dan
SYARAT UNTUK MENGGUNAKAN APLIKASI E-BUPOT
1 EFIN

KPP mengirim EFIN ke WP

KPP WP datang ke langsung ke KPP


EFIN
2 WAJIB PAJAK
untuk meminta aktivasi EFIN Gunakan EFIN untuk
mendaftarkan akun DJP
Proses aktivasi EFIN adalah 1 hari kerja Online pada website
djponline.pajak.go.id
Jika sudah memiliki EFIN
& terdaftar di DJP Online

DJPOnline

Login ke DJP Online pada Anda dapat menggunakan


website djponline.pajak.go.id Aplikasi e-Bupot
dengan menggunakan akun pada DJP Online setelah memiliki
yang telah Anda daftarkan
Sertifikat Elektronik

SKEMA PENGGUNAAN APLIKASI E-BUPOT

2 DC

KPP memberikan DC ke WP

KPP WP datang ke langsung ke DC 1 WAJIB PAJAK


KPP untuk meminta
pembuatan Digital Certificate

Jika sudah memiliki


Digital Certificate (DC)
1. Membuat Bukti Pemotongan PPh 23/26
2. Membuat SPT Masa PPh 23/26
3. Menyampaikan SPT Masa PPh 23/26
DJPOnline
melalui DJPOnline pada channel e-Bupot

Masuk ke website Submit SPT Masa PPh 23/26


djponline.pajak.go.id di SPT
dan mendapatkan
menu e-Bupot PPh 23/26 Tanda Terima SPT
Bukti Penerimaan Elektronik (BPE)
KETENTUAN TAMBAHAN

Pengguna baru e-bupot di DJPONLINE, terlebih dahulu


01 melakukan proses “Aktivasi Fitur Layanan” E-Bupot pada
Menu “Profil”

Pemotong pajak yang sudah pernah menyampaikan SPT Masa


PPh Pasal 23 dan/atau Pasal 26 dalam bentuk dokumen
02 elektronik harus menyampaikan SPT Masa PPh Pasal 23 dan/atau
Pasal 26 untuk Masa Pajak berikutnya dalam bentuk dokumen
elektronik sesuai Pasal 8 PER-04/PJ/2017

TATA CARA PENERBITAN


BUKTI PEMOTONGAN PPH PASAL 23/26

Standarisasi penomoran Bukti Pemotongan


01 (Nomor Bukti Pemotongan terdiri dari 10 digit)

✓ Nomor Urut diberikan secara


berurutan
✓ Penomoran atas formulir kertas
terpisah dengan dokumen elektronik
✓ Nomor Urut Bukti Pemotongan pada
Aplikasi e-Bupot 23/26 di-generate
Kode Bukti Pemotongan diatur sebagai berikut: oleh sistem
✓ Nomor tidak berubah apabila terjadi
3.1 untuk Bukti Pemotongan PPh Pasal 23 kertas (hardcopy) pembetulan/pembatalan
3.2 untuk Bukti Pemotongan PPh Pasal 26 kertas (hard copy) ✓ Nomor tidak tersentralisasi (Nomor
3.3 untuk Bukti Pemotongan PPh Pasal 23 elektronik dibuat untuk masing-masing
3.4 untuk Bukti Pemotongan PPh Pasal 26 elektronik Pemotong Pajak)
TATA CARA PENERBITAN
BUKTI PEMOTONGAN PPH PASAL 23/26
Mencantumkan NPWP atau NIK (jika tidak memiliki
02 NPWP)
Mencantumkan nomor dan tanggal Surat Keterangan
03 Bebas

Mencantumkan tanggal pengesahan Surat Keterangan


04 Domisili
Menandatangani Bukti Pemotongan
05 (dalam hal menggunakan Aplikasi e-Bupot 23/26 berupa Tanda Tangan Elektronik yang melekat
pada Sertifikat Digital)

Satu Bukti Pemotongan untuk satu Wajib Pajak, satu kode objek
06 pajak, dan satu Masa Pajak

BENTUK DAN ISI FORMULIR SPT

FORMULIR INDUK SPT


BENTUK DAN ISI FORMULIR SPT

FORMULIR INDUK SPT

BENTUK DAN ISI FORMULIR SPT

FORMULIR
DAFTAR BUKTI PEMOTONGAN
PPh PASAL 23 DAN/ATAU PASAL 26
BENTUK DAN ISI FORMULIR SPT

FORMULIR
DAFTAR BUKTI PEMOTONGAN
PPh PASAL 23 DAN/ATAU PASAL 26

BENTUK DAN ISI FORMULIR SPT

FORMULIR DAFTAR SURAT SETORAN PAJAK, BUKTI


PENERIMAAN NEGARA DAN/ATAU BUKTI
PEMINDAHBUKUAN
UNTUK PENYETORAN PPh PASAL 23 DAN/ATAU PASAL 26
BENTUK DAN ISI FORMULIR SPT

FORMULIR BUKTI PEMOTONGAN PPh PASAL 23

BENTUK DAN ISI FORMULIR SPT

FORMULIR BUKTI PEMOTONGAN PPh PASAL 26


PENYEBAB PEMBETULAN SPT

Kesalahan Pengisian Bukti Pemotongan


• Pemotong Pajak melakukan pembetulan Bukti Pemotongan
• Melampirkan Bukti Pemotongan Pembetulan dalam SPT Pembetulannya

Pembatalan transaksi
• Pemotong Pajak melakukan pembatalan Bukti Pemotongan
• Melampirkan Bukti Pemotongan Pembatalan dalam SPT Pembetulannya

Transaksi yang belum dilaporkan


• Pemotong Pajak membuat Bukti Pemotongan yang belum dibuat
• Pemotong Pajak menambahkan Bukti Pemotongan yang belum dilaporkan
• Melampirkan Bukti Pemotongan yang baru ke dalam SPT Pembetulannya

KETENTUAN PEMBETULAN BUKTI PEMOTONGAN

01 Pembetulan dapat dilakukan atas setiap bagian pada Bukti Pemotongan, kecuali untuk
nomor Bukti Pemotongan.

02 Nomor yang dicantumkan dalam Bukti Pemotongan pembetulan adalah sama dengan
nomor pada Bukti Pemotongan sebelum dibetulkan.

03
Pemotong Pajak harus mengisi tanggal sesuai tanggal diterbitkannya Bukti
Pemotongan pembetulan.

04 Pemotong Pajak harus melampirkan Bukti Pemotongan yang dibetulkan dengan Bukti
Pemotongan pembetulan untuk selanjutnya dilampirkan dalam SPT pembetulan
KETENTUAN PEMBATALAN BUKTI PEMOTONGAN

01 Pembatalan Bukti Pemotongan dapat dilakukan dalam hal transaksi yang terutang
PPh Pasal 23 dan/atau Pasal 26 ternyata dibatalkan.

02 Nomor yang dicantumkan dalam Bukti Pemotongan pembatalan adalah sama dengan
nomor pada Bukti Pemotongan sebelum dibatalkan

Pemotong Pajak harus mengisi kolom “Jumlah Penghasilan Bruto” dan kolom “PPh
03 yang Dipotong” dengan nilai NOL (“0”). Selain kedua kolom tersebut, kolom diisi dengan
data sebagaimana terdapat pada Bukti Pemotongan yang dibatalkan.

Pemotong Pajak harus mengisi tanggal sesuai tanggal diterbitkannya Bukti


04 Pemotongan pembatalan.

Pemotong Pajak harus melampirkan Bukti Pemotongan yang dibatalkan dengan


05 Bukti Pemotongan pembatalan untuk dilampirkan dalam SPT pembetulan, apabila SPT
pembetulan tersebut dilakukan dengan menggunakan dokumen kertas (hard copy)

KETENTUAN PENAMBAHAN BUKTI PEMOTONGAN


Penambahan Bukti Pemotongan dapat dilakukan jika ada transaksi yang seharusnya dipotong
01 PPh Pasal 23 dan/atau Pasal 26 tetapi belum dilakukan pemotongan atau penerbitan Bukti
Pemotongan.
Nomor Urut yang dicantumkan dalam Bukti Pemotongan tambahan adalah lanjutan dari Nomor
02 Urut Bukti Pemotongan yang telah diterbitkan.
Dalam hal penambahan Bukti Pemotongan tersebut terjadi di tahun-tahun berikutnya, maka
03 Nomor Urut yang dicantumkan adalah lanjutan dari Nomor Urut Bukti Pemotongan yang
terakhir diterbitkan di tahun terjadinya transaksi.
Masa Pajak yang dicantumkan dalam Bukti Pemotongan tambahan adalah Masa Pajak terjadinya
04 transaksi yang terutang PPh Pasal 23 dan/atau Pasal 26 tersebut.

tanggal yang dicantumkan pada Bukti Pemotongan tambahan adalah tanggal diterbitkannya
05 Bukti Pemotongan tambahan.

06 Pemotong Pajak membetulkan SPT Masa PPh Pasal 23/26 yg telah dilaporkan.
AKIBAT PEMBETULAN BUKTI PEMOTONGAN

SCENARIO ACTION

Jumlah PPh yang dipotong pemotong tidak perlu melakukan


pada BP Pembetulan = BP penyetoran/pihak yang dipotong tidak dapat
yang dibetulkan mengajukan permohonan pengembalian
PMK-187

Jumlah PPh yang dipotong


pemotong melakukan penyetoran atas
pada BP Pembetulan > BP
kekurangan PPh yang dipotong
yang dibetulkan

Jumlah PPh yang dipotong


Pihak yang dipotong mengajukan
pada BP Pembetulan < BP
permohonan pengembalian kelebihan atas
yang dibetulkan
pembayaran pajak yang lebih besar dari pajak
yang terutang

AKIBAT PEMBETULAN BUKTI PEMOTONGAN

Tidak ada
kelebihan/kekurangan
pemotongan

Jumlah PPh yang dipotong pada Pemotong melakukan


BP Pembetulan dibandingkan Terdapat kekurangan penyetoran atas
dengan BP yang dibetulkan Pemotongan kekurangan pemotongan
sebelum menyampaikan SPT

Pihak yang dipotong


Terdapat kelebihan mengajukan permohonan
pemotongan PMK-187/PMK.03/2015
PEMBETULAN DAN PEMBATALAN BUPOT
Pemotong salah mengisi data di Bupot

PER-53/PJ/2009 PER-04/PJ/2017

Tidak ada aturan Pemotong tidak perlu melakukan


untuk pembetulan penyetoran/pihak yang dipotong tidak dapat
Bupot. mengajukan permohonan pengembalian PMK-187

Jumlah PPh yang Pemotong melakukan penyetoran atas


dipotong pada BP
kekurangan PPh yang dipotong
Pembetulan > BP yang
dibetulkan

Jumlah PPh yang


dipotong pada BP Pihak yang dipotong mengajukan permohonan
Pembetulan < BP yang pengembalian kelebihan atas pembayaran pajak
dibetulkan yang lebih besar dari pajak yang terutang

PEMBETULAN DAN PEMBATALAN BUPOT


Pemotong membatalkan transaksi

PER-53/PJ/2009 PER-04/PJ/2017

Tidak ada aturan untuk pembetulan Mengatur mekanisme pembatalan Bupot.


Bupot.

Jika ada pembatalan transaksi, maka Alasan: menjaga realibilitas (updating) data Bupot,
Pemotong dapat minta restitusi sesuai edukasi bagi Pemotong, lebih simple, dan secara praktis
PMK-187/PMK.03/2015. sudah dijalankan di KPP.

Sama halnya dengan pembetulan Bupot,


pada prakteknya, Pemotong membuat
Pembatalan Bupot dibanding
meminta restitusi sesuai PMK-
187/PMK.03/2015.
PROGRESS IMPLEMENTASI E-BUPOT 23/26
REALISASI
❑ IMPLEMENTASI TAHAP III 1.745 WP
❑ IMPLEMENTASI TAHAP IV SELURUH PKP DI LINGKUNGAN KANWIL DJP WP BESAR, KANWIL DJP
JAKARTA KHUSUS, KPP MADYA SE-JAKARTA (Perkiraan 8.146 WP)
❑ IMPLEMENTASI TAHAP V SELURUH PKP TERDAFTAR DI KPP MADYA NASIONAL (Perkiraan 21.769
WP)
REALISASI
❑ PER-04/PJ/2017
❑ PILOTING TAHAP I 15 WP
2020
2019
2018
IMPLEMENTASI NASIONAL
2017
❑ TAHAP VI SELURUH WP PKP KPP PRTAMA SE-INDONESIA
KEP-269/PJ/2020 MULAI MASA AGUSTUS 2020

❑ TAHAP VII SELURUH WP NON PKP SELURUH INDONESIA


REALISASI RENCANA MULAI MASA SEPTEMBER 2020
❑ IMPLEMENTASI TAHAP II 153 WP

WAJIB DIPERHATIKAN BAGI USER E-BUPOT 23/26

1 3
Memiliki Digital Certificate dan Mempersiapkan semua transaksi
terdaftar di DJPOnline (jika PPh 23/26 dengan identitas
belum, bisa mendaftarkan diri ke NIK/NPWP bagi WPDN
KPP WP Terdaftar)

2 4
Ketika SPT Masa PPh Unifikasi
Kolom isian
diberlakukan, WP juga sudah
nomor SKB divalidasi by system.
siap untuk membuat Bukti
Perlu diperhatikan bagi SKB yang
Pemotongan PPh dengan
masih diproses manual di KPP
identitas NIK/NPWP bagi
→ tidak dapat divalidasi
WPDN
6 Oktober

2021
PPh Final
PPh Pasal 4 ayat 2

DEJA(P)U
TAX EXPO
Kanwil DJP Jakarta Pusat
KENAL LEBIH DEKAT

JAKARTA, 12 OKTOBER 2021


www.pajak.go.id

✓ Penghasilan Pengalihan Hak


✓ Bunga Deposito, Tabungan/Jasa Atas Tanah Dan Bangunan
Giro, dan SBI
✓ Penghasilan Persewaan Tanah
✓ Bunga Obligasi dan Bangunan
✓ Bunga Simpanan Koperasi bagi ✓ Penghasilan Usaha Jasa
Orang Pribadi Konstruksi
✓ Hadiah Undian ✓ Diskonto SPN
✓ Penghasilan Transaksi Saham ✓ Dividen yang diterima WPOP
dan sekuritas lain di Bursa Efek Dalam Negeri
✓ Penghasilan dari Usaha yang ✓ penghasilan perusahaan modal
Diterima atau Diperoleh Wajib ventura dari transaksi
Pajak yang Memiliki Peredaran penjualan saham atau
Bruto Tertentu pengalihan penyertaan modal
pada perusahaan pasangan
usahanya

www.pajak.go.id
Bunga Deposito, Tabungan/Jasa Giro,
1 dan Diskonto SBI
3

Deposito : Deposito Berjangka,


sertifikat Deposito, dan deposit on call Dalam rupiah atau valas
PENGERTIAN yang ditempatkan pada atau yang ditempatkan pada
diterbitkan oleh bank bank atau ditempatkan
di LN melaui bank di
Indonesia atau cabang
Tabungan : termasuk giro di LN

Bunga : termasuk bunga dari


tabungan dan/atau deposito dari LN
atau cabang LN di Indonesia
PEMOTONG :
1. Bank dan BI
TARIF : 20% x jumlah bruto bagi WP 2. Dana pensiun yang telah
DN atau disahkan Menkeu
TARIF P3B x jumlah bruto bagi WP LN
PP Nomor 131 Tahun 2000 jo KMK Nomor 51/KMK.04/2001 jo KEP-286/PJ/2002
www.pajak.go.id

4
DIKECUALIKAN dari Pengenaan PPh Final

1 Bunga Deposito, tabungan, diskonto SBI yang nilai


pokok nominal tidak melebihi Rp 7.500.000

2 Bunga dan Diskonto yg diterima oleh Bank

Bunga deposito, tabungan, diskonto


3 SBI yg diterima Dana Pensiun
Melalui SKB

Bunga tabungan dalam rangka kepemilikan


RSS, KSB untuk RSS/Rusun Sederhana utk
dihuni sendiri
SPDN yg seluruh penghasilannya termasuk
5 bunga dan diskonto dalam 1 th tidak
melebihi PTKP

www.pajak.go.id
2 PENGHASILAN TRANSAKSI 5
SAHAM BURSA EFEK

www.pajak.go.id

➢ 0,1 % x Jumlah Bruto Nilai Transaksi Penjualan


atas penghasilan dari penjulan Saham Pendiri atau saham
TARIF Bukan Pendiri
➢ Tambahan 0,5% x Nilai Saham Perusahaan bagi
Pemilik Saham Pendiri (pada saat IPO)

Nilai Saham Perusahaan adalah :


▪ Nilai Saham perusahaan pada saat penutupan bursa (30-12-
1996)
▪ Nilai Saham pada saat IPO (setelah 1 Januari 1997)
▪ Tambahan 0,5% tidak berlaku bagi saham yang dimiliki oleh
Modal Ventura selaku pendiri dan badan pasangan usaha

PP Nomor 41 Tahun 1994 sebagaimana telah diubah dengan PP Nomor14


Tahun1997, KMK-282/KMK.04/1997
www.pajak.go.id
PENGERTIAN 7
PENDIRI
1. Orang atau badan yang namanya tercatat dalam Daftar Pemegang Saham PT
2. Tercantum dalam AD PT
3. OP atau Badan yang menerima pengalihan saham dari pendiri (Warisan,
hibah, atau cara lain)

1. Saham yg diperoleh Pendiri dari PENGERTIAN


Kapitalisasi Agio setelah IPO SAHAM
2. Saham dari pemecahan Saham Pendiri PENDIRI

1. Wajib memungut pajak setiap transaksi penjualan saham


KEWAJIBAN 2. Wajib setor setiap bulan dengan menggunakan SSP paling
PEMUNGUT lambat tanggal 20 setiap bulan atas transaksi bulan
PAJAK sebelumnya
3. Wajib lapor paling lambat tanggal 25 bulan setor

www.pajak.go.id

Tidak termasuk
8
dalam pengertian
Saham Pendiri 1. Saham yang diperoleh pendiri yang
berasal dari pembagian dividen
dalam bentuk saham

2. Saham yang diperoleh pendiri setelah


penawaran umum perdana (IPO) yang
berasal dari pelaksanaan hak pemesanan
efek terlebih dahulu (right issue, warrant,
obligasi konversi, dan efek konversi
lainnya)

3. Saham yang diperoleh pendiri


perusahaan reksa dana

www.pajak.go.id
9

• Apabila saham pendiri telah diperdagangkan di bursa sebelum


tgl 29 Mei 1994 (PP Nomor 41 Tahun 1994), PPh harus sudah
disetor paling lambat 6 bulan sejak PP.
• Apabila pada saat PP saham perusahaan belum diperdagangkan
di bursa, pemilik saham pendiri harus meyetor tambahan PPh
paling lambat satu bulan setelah IPO
• Apabila pemilik saham pendiri memilih tidak menggunakan
kemudahan tsb diatas, maka akan dikenakan PPh sesuai tarif umum

www.pajak.go.id

3 Bunga Obligasi 10

Imbalan yang diterima dan/atau diperoleh


pemegang obligasi dalam bentuk bunga dan
/ atau diskonto
Tidak dikenai pemotongan PPh final
untuk :

1. WP Dana Pensiun yang telah


disahkan Menkeu
2. WP bank yang didirikan di
Indonesia atau cabang bank
luar negeri di Indonesia.

PP Nomor 16 Tahun 2009 sebagaimana telah diubah dengan PP Nomor


100 Tahun 2013
www.pajak.go.id
11

Objek Pajak Yang Dipotong Tarif dari


Bunga Obligasi dg Kupon • Pembeli WPDN / BUT 15% Bunga Bruto sesuai
(Interest Bearing Bond) • Pembeli WPLN 20%/ holding period
P3B
Diskonto Obligasi dengan • Pembeli WPDN / BUT 15% Selisih lebih hg jual/hg
Kupon • Pembeli WPLN 20%/ nominal diatas hg
P3B perolehan (tidak termasuk
acrued interest)
Diskonto Obligasi Tanpa • Pembeli WPDN / BUT 15% Selisih lebih hg jual/hg
Bunga (Zero Coupon Bond) • Pembeli WPLN 20%/ nominal diatas hg
P3B perolehan
Bunga/Diskonto yg WP Reksadana terdaftar 5% 2014 s.d. 2020
diterima oleh WP 10% 2021 dst
Reksadana terdaftar pada
Otoritas Jasa Keuangan

www.pajak.go.id

12

0bjek PPh Pemotong Saat


Pemotongan

Bunga Obligasi yang diterima atau Emiten atau kustodian Saat jatuh
diperoleh pemegang obligasi selaku agen pembayaran Tempo bunga

Diskonto Obligasi yang diterima Emiten atau kustodian Saat jatuh


atau diperoleh pemegang Obligasi selaku agen pembayaran tempo
obligasi

Bunga dan/atau diskonto yang Perush. Efek – dealer – bank transaksi


diterima penjual obligasi selaku pedagang perantara
atau pembeli

www.pajak.go.id
4 Bunga Simpanan Dibayar Kepada OP selaku 13
Anggota Koperasi
(Tidak termasuk bunga simpanan yang
berasal dari SHU)

Tarif
0% Bunga simpanan sampai
dengan Rp 240.000, per
bulan
10% Jumlah bruto bunga
simpanan lebih dari Rp
240.000 per bulan

Terutang pada saat pembayaran

PP Nomor15 Tahun 2009 berlaku sejak 1 Januari 2009


www.pajak.go.id

5 Hadiah Undian 14

Hadiah dengan cara diundi


Tarif:

25% x Jumlah Bruto


Hadiah undian

PP Tahun132 Tahun 2000 berlaku 1 Januari 2001

www.pajak.go.id
6 Pengalihan Hak atas Tanah dan/atau 15
Bangunan Dengan pihak
Selain Pemerintah
Dengan Pemerintah
guna Pelaksanaan
PENJUALAN, TUKAR Pembangunan
MENUKAR TERMASUK untuk Kepentingan
RUISLAG, PERJANJIAN Umum yang tidak
PEMINDAHAN HAK, memerlukan
PELEPASAN HAK, persyaratan Khusus
PENYERAHAN HAK, LELANG,
HIBAH, ATAU CARA LAIN
YANG DISEPAKATI Dengan Pemerintah guna
Pelaksanaan Pembangunan
untuk Kepentingan Umum
yang memerlukan
persyaratan Khusus
PP Nomor 48 Tahun 1994 s.t.d.t.d PP Nomor 71 Tahun 2008
www.pajak.go.id

Pengalihan hak ...


16

5% X Bruto NILAI PENGALIHAN hak atas


tanah dan/atau bangunan

TARIF
X Bruto NILAI PENGALIHAN hak RS dan
Rusun Sederhana yg dilakukan oleh WP yg
1% usaha pokoknya mengadakan pengalihan hak
atas tanah dan/atau bangunan

NILAI PENGALIHAN adalah nilai tertinggi berdasarkan Akta atau


NJOP, kecuali :
- Kepada Pemerintah : Nilai berdasarkan keputusan pejabat
- Lelang : nilai menurut Risalah Lelang

www.pajak.go.id
Pengalihan hak ...
17

1. OP yg berpenghasilan di bawah PTKP dan nilai pengalihan kurang dari Rp


60.000.000
2. OP atau Badan atas pengalihan kepada Pemerintah dengan ganti rugi dan untuk
kepentingan umum yang memerlukan persyaratan khusus
3. OP yg melakukan hibah kepada keluarga sedarah dalam garis keturunan lurus satu
derajat /badan keagamaan/badan pendidikan/ badan sosial/ pengusaha kecil
termasuk koperasi sepanjang tidak ada hubungan usaha, pekerjaan, kepemilikan, atau
penguasaan.
4. Badan yg melakukan hibah kepada Badan keagamaan/ Badan Pendidikan/ badan
sosial/ pengusaha kecil termasuk koperasi sepanjang tidak ada hubungan usaha,
pekerjaan, kepemilikan, atau penguasaan.
5. Pengalihan karena warisan

www.pajak.go.id

7 Persewaan Tanah dan/atau Bangunan 18

PPh atas Penghasilan OP atau Badan dari persewaan tanah dan /


atau bangunan berupa tanah, rumah, rumah susun, apartemen,
kondominium, gedung perkantoran, rumah kantor, toko, rumah
toko, gedung, dan industri.

10 % X Jml Bruto Nilai Persewaan Tanah dan/atau


tarif Bangunan

Jumlah Bruto Nilai Persewaan adalah semua jumlah yang


dibayarkan atau terutang oleh penyewa dengan nama dan dalam
bentuk apapun juga yang berkaitan dengan tanah dan/atau
bangunan yang disewa termasuk biaya perawatan, biaya
pemeliharaan, biaya keamanan, biaya fasilitas lainnya dan "service
charge" baik yang perjanjiannya dibuat secara terpisah maupun yang
disatukan
PP Nomor 29 Tahun 1996 s.t.d.t.d PP Nomor 5 Tahun 2002, KMK-
120/KMK.03/2002, KEP-227/PJ/2002
www.pajak.go.id
Persewaan Tanah ...
19

Badan Pemerintah, SPDN,


Bukan OP Penyelenggara Kegiatan, BUT,
KSO, Perwakilan Perusahaan LN

PEMOTONG
a. Akuntan, arsitek, dokter, notaris,
PPAT – kecuali Camat, pengacara,
dan konsultan yang melakukan
pekerjaan bebas
OP b.OP yg menjalankan usaha dengan
pembukuan dan telah terdaftar
sebagai WP, yang ditunjuk oleh KPP

www.pajak.go.id

Persewaan Tanah ...


20
PEMBAYAR PAJAK

PENERIMA PENGHASILAN
PENYEWA dengan menggunakan SSP paling
Dalam hal penyewa lambat tanggal 15 bulan berikutnya
adalah wajib potong PPh Dalam hal penyewa bukan Pemotong
PPh

Dalam pembukuan WP yang menyewakan wajib dipisahkan


antara penghasilan dan biaya yang berhubungan dengan
persewaan tanah dan atau bangunan dengan penghasilan dan
biaya lainnya yang dikenai dengan tarif umum.

www.pajak.go.id
8 Usaha Jasa Konstruksi 21

Layanan jasa konsultasi perencanaan pekerjaan konstruksi, layanan jasa pelaksanaan


pekerjaan konstruksi, layanan jasa konsultasi pengawasan pekerjaan konstruksi

Tarif Bentuk jasa Kualifikasi Sertifikasi


Pengusaha
2% Pelaksanaan Konstruksi Usaha Kecil bersertifikat
3% Pelaksanaan Konstruksi Usaha Menengah atau bersertifikat
Usaha Besar
4% Pelaksanaan Konstruksi - Tidak bersertifikat
4% Perencanaan/Pengawasan - bersertifikat
Konstruksi
6% Perencanaan/Pengawasan - Tidak bersertifikat
Konstruksi
Apabila penyedia jasa adalah BUT, maka laba setelah dikenakan PPh final
dikenakan lagi PPh Pasal 26 (4) sesuai ketentuan yang berlaku

PP Nomor 51 Tahun 2008 s.t.d.t.d PP Nomor 40 Tahun 2009


www.pajak.go.id

9 Diskonto SPN 22

• Surat Perbendaharaan Negara adalah surat utang Negara yang berjangka waktu
paling lama 12 bulan dengan pembayaran bunga secara diskonto
• Surat Utang Negara adalah surat berharga yang berupa surat pengakuan utang
baik dalam mata uang rupiah maupun valuta asing yang dijamin pembayaran
bunga dan pokoknya oleh Negara Republik Indonesia sesuai dengan masa
berlakunya, yang terdiri atas Surat Perbendaharaan Negara dan Obligasi Negara.
• Pasar Perdana adalah kegiatan penawaran dan penjualan Surat Utang Negara
untuk pertama kali.
• Pasar Sekunder adalah kegiatan perdagangan Surat Utang Negara yang telah
dijual di Pasar Perdana.

Diskonto SPN adalah :


❑ selisih lebih antara nilai nominal pada saat jatuh tempo dengan harga
perolehan di Pasar Perdana atau di Pasar Sekunder atau
❑ selisih antara harga jual di Pasar Sekunder dengan harga perolehan di Pasar
Perdana atau di Pasar Sekunder, tidak termasuk PPh yang dipotong.
www.pajak.go.id
Diskonto SPN
23
20 X Diskonto SPN bagi WPDN
% dan BUT

PEMOTONG :
1. Emiten atau Kustodian
TARIF 2. Broker, Bank selaku dealer
3. Broker, bank, dana pensiun,
reksadana, selaku pembeli

20% X Diskonto SPN bagi


/P3B WPLN

www.pajak.go.id

• Penjual SPN wajib untuk memberitahukan kepada pemotong pajak mengenai harga perolehan 24
SPN dan tanggal perolehan yang sebenarnya untuk keperluan penghitungan diskonto yang
menjadi dasar pemotongan PPh. Pemberitahuan ini dilakukan dengan menyerahkan lembar ke-4
Bukti Pemotongan PPh Pasal 4 ayat (2) dari pembelian SPN sebelumnya atau menyerahkan
fotokopi bukti pembelian di pasar perdana yang sah dalam hal SPN diperoleh di pasar perdana.
Kewajiban di atas juga berlaku bagi penjual SPN yang dikecualikan dari pemotongan PPh.
• Dalam hal penjualan SPN secara langsung tanpa melalui pedagang perantara dan dilakukan
kepada pihak selain pemotong pajak di atas, pihak yang melakukan pencatatan perubahan hak
kepemilikan SPN (sub registry) wajib memotong PPh Final yang terutang sebelum mutasi hak
kepemilikan dapat dilakukan.
• Pemotongan PPh dilakukan pada tanggal transaksi saat penjualan SPN di Pasar Sekunder atau
pada tanggal saat jatuh tempo SPN.

Bukan Objek Pemotongan :


Diskonto SPN yang diterima atau diperoleh WP :
a. Bank yang didirikan di Indonesia atau cabang bank di luar negeri
b. Dana pensiun
c. Reksadana, selama 5 tahun pertama sejak pendirian/pemberian izin usaha
www.pajak.go.id
10 Dividen yang diterima oleh WP OP Dalam 25
Negeri
TARIF 10% x Jumlah Dividen
PEMOTONG PAJAK

Pihak yang membayar atau pihak


lain yang ditunjuk selaku pembayar

• dinvestasikan di wilayah Negara Kesatuan Republik


Indonesia dalam jangka waktu tertentu
kecuali • menyampaikan laporan investasi secara berkala paling
lambat pada akhir bulan ketiga

TIDAK DIPOTONG
PP Nomor19 Tahun 2009 berlaku sejak 1 Januari 2009, PMK-18/PMK.03/2021
www.pajak.go.id

Penghasilan dari Usaha yang Diterima atau Diperoleh


11 Wajib Pajak yang Memiliki Peredaran Bruto Tertentu 26

Subjek Pajak KECUALI


❑ Orang pribadi : 1. WP yang memilih untuk dikenai
Jangka waktu 7 tahun Ketentuan Umum PPh
❑ Badan, berbentuk: 2. WP Badan yang memperoleh fasilitas
PT, dengan jangka waktu 3 tahun PPh Pasal 31A UU PPh atau PP 94
CV, Firma, & Koperasi, dengan Tahun 2010
jangka waktu 4 tahun 3. BUT
4. CV atau Firma yang:
Jangka waktu dihitung, sejak: • dibentuk oleh beberapa WP OP yang memiliki
WP Lama : Tahun Pajak PP berlaku keahlian khusus; dan
WP Baru : Tahun Pajak terdaftar • menyerahkan jasa sejenis dengan jasa sehubungan
dengan pekerjaan bebas

PP Nomor 23Tahun 2018 berlaku sejak 1 Juli 2018, PMK-99/PMK.03/2018


www.pajak.go.id
Penghasilan dari Usaha….. 27

OBJEK PAJAK
TARIF
0,5% x Jumlah
Peredaran bruto Omzet ditotal dari bruto Peredaran
Penghasilan (omzet) setahun seluruh Usaha setiap
dari USAHA* tidak melebihi gerai/outlet, baik bulan dari setiap
Rp 4,8Miliar pusat atau cabang tempat usaha

*USAHA antara lain usaha dagang, industri, dan jasa, seperti misalnya
toko/kios/los kelontong, pakaian, elektronik, bengkel, penjahit, warung/rumah
makan, salon, dan usaha lainnya
www.pajak.go.id

Batas Waktu Penyetoran dan Pelaporan 28

No. PPh Pasal Tanggal Tanggal


4 ayat 2 Pembayaran Pelaporan

1. Dipotong Tanggal 10 Tanggal 20 bulan


oleh bulan berikutnya
Pemotong berikutnya

2. Dibayar Tanggal 15 Tanggal 20 bulan


sendiri bulan berikutnya
berikutnya

www.pajak.go.id
SALURAN
PENGADUAN
PERPAJAKAN

www.pajak.go.id

30

www.pajak.go.id
31

www.pajak.go.id
7 Oktober

2021
Hak dan Kewajiban
Perpajakan Orang Pribadi

DEJA(P)U
TAX EXPO
Kanwil DJP Jakarta Pusat
Punya NPWP? Cermati Hak &
Kewajibannya

Seri Wajib Pajak Orang Pribadi Karyawan

www.pajak.go.id

DEFINISI WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI 2


PEGAWAI / KARYAWAN

PENGERTIAN PEGAWAI NPWP PEGAWAI

o Pegawai adalah orang pribadi yang bekerja o Pegawai wajib mendaftarkan diri untuk
pada pemberi kerja, berdasarkan perjanjian memperoleh NPWP paling lama pada
atau kesepakatan kerja baik secara tertulis akhir bulan berikutnya setelah
maupun tidak tertulis, untuk melaksanakan penghasilannya pada suatu bulan yang
suatu pekerjaan dalam jabatan atau kegiatan disetahunkan telah melebihi Penghasilan
tertentu dengan memperoleh imbalan yang Tidak Kena Pajak.
dibayarkan berdasarkan periode tertentu,
penyelesaian pekerjaan, atau ketentuan lain
yang ditetapkan pemberi kerja, termasuk
orang pribadi yang melakukan pekerjaan
dalam jabatan negeri.
www.pajak.go.id
Kewajiban & Hak 3
Wajib Pajak
Negara memberi kepercayaan kepada Wajib Pajak untuk
melaksanakan kewajiban & hak perpajakannya secara mandiri
[self-assessment). Namun demikian, Negara diberikan wewenang
melakukan pengawasan dan pengujian kepatuhan melalui
pemeriksaan. Berikut kewajiban dan hak Anda sebagai Wajib
Pajak:

Kewajiban

DAFTAR HITUNG BAYAR LAPOR

www.pajak.go.id

Hitung 4
bagi Orang Pribadi Karyawan

Perhitungan pajak penghasilan [PPh] tergantung dari sumber penghasilan apa yang
diterima oleh Wajib Pajak Orang Pribadi, berikut kemungkinannya:

Kondisi Pertama: Kondisi Kedua: Kondisi Ketiga:


PPh dihitung oleh Pemberi PPh juga harus dihitung dan dibayar Apabila Anda karyawan yang
Kerja apabila Anda seorang sendiri pada saat lapor SPT Tahunan, juga memiliki penghasilan
karyawan yang memiliki terutama apabila Anda seorang sehubungan usaha dan/atau
penghasilan hanya dari karyawan yang memiliki penghasilan lain pekerjaan bebas, PPh-nya
satu pemberi kerja. atau penghasilan yang berasal lebih dari harus dihitung sesuai
satu pemberi kerja, ini termasuk bila ketentuan perpajakan terkait
Anda pindah kerja di tengah tahun. penghasilan dari usaha
dan/atau pekerjaan bebas.

Jujur melaporkan penghasilan pada SPT Tahunan PPh adalah bukti cinta pada negeri. Bila Anda
mengalami kesulitan terkait perpajakan, silakan hubungi Kantor Pelayanan Pajak (KPP) tempat
Anda terdaftar. Semua Layanan perpajakan tidak dipungut biaya.
www.pajak.go.id
BAYAR 5
Bagi Orang Pribadi Karyawan
Atas pajak yang masih harus Anda bayar dari hasil perhitungan Anda, dilakukan dengan
ketentuan:

Bayar Pajak menggunakan Kode Billing yang diterbitkan secara mandiri oleh Wajib
Pajak melalui sistem billing pajak.

Bayar pajak dilakukan bukan di kantor pajak, tetapi dilakukan di tempat sebagaimana
berikut:
- Bank Persepsi - Kantor Pos
- ATM / Mini ATM - Internet/ Mobile Banking

Apabila Anda termasuk kondisi pertama, pembayaran pajak sudah dilakukan oleh
perusahaan/instansi/lembaga tempat Anda bekerja.

www.pajak.go.id

LAPOR 6
SPT Tahunan PPh Wajib Pajak Orang Pribadi

1. Jenis-jenis kewajiban pelaporan (Pegawai/Karyawan/Pensiunan)


a. Melaporkan SPT Tahunan PPh yang di dalamnya meliputi penghasilan, harta, dan utang per akhir tahun pajak.
b. Melampirkan Bukti Pemotongan dari Pemberi Kerja [Form 1721 A Republik Indonesia atau Pejabat Negara atau
Pensiunannya (Formulir 1721-A2);
c. Membayar dan melaporkan PPh Final, apabila mendapatkan penghasilan seperti:
✓ Pengalihan hak atas tanah dan/atau bangunan
✓ Persewaan tanah dan/atau bangunan
✓ hadiah undian dan sejenisnya dan
✓ Penghasilan final lainnya

2. Formulir Yang Digunakan:


a. SPT Tahunan PPh OP 1770 SS
Digunakan oleh WP Karyawan yang memiliki penghasilan:
✓ dari satu pemberi kerja [pegawai) dengan penghasilan bruto tidak lebih dari 60 juta rupiah
✓ tidak memiliki penghasilan lain kecuali bunga bankdan/atau bunga koperasi

Lapor SPT Tahunan PPh wajib bagi seluruh Wajib Pajak Orang Pribadi, termasuk Karyawan. Untuk memastikan
perhitungan dan pemotongan telah dilakukan atas penghasilan Anda, mintalah Bukti Potong PPh pasal 21 di
tempat Anda bekerja. Bukti potong bersifat sebagai Kredit Pajak dan dokumen pendukung SPT Anda.
www.pajak.go.id
LAPOR 7
SPT Tahunan PPh Wajib Pajak Orang Pribadi
a. SPT Tahunan PPh OP 1770 S
igunakan oleh WP Karyawan yang memiliki penghasilan:
✓ dari satu atau lebih pemberi kerja;
✓ dalam negeri lainnya; dan/atau
✓ yang dikenakan PPh Final dan/atau bersifat
Apabila memiliki penghasilan dari usaha/pekerjaan bebas menggunakan form SPT Tahu nan PPh OP 1770.
3. Cara Penyampaian SPT Tahunan PPh
a. Langsung ke KPP/KP2KP
b. Online dengan e-Filing atau e-Form atau ASP
c. Melalui Pos Tercatat/Jasa Ekspedisi
4. Jatuh Tempo Bayar dan Lapor SPT
Pembayaran Pelaporan
Sebelum SPT Tahunan Dilaporkan Paling lambat tiga (3] bulan Setelah berakhirnya Tahun Pajak/
(31 Maret setelah tahun pajak berakhir) 1 Januari s.d. 31 Maret
5. Sanksi Administrasi
a. Bunga keterlambatan pembayaran perbulan dari pajak yang masih harus dibayar sesuai KMK
b. Denda tidak/terlambat melaporkan SPT W Tahunan PPh OP sebesar Rp. 100.000,-
Lapor SPT Tahunan PPh wajib bagi seluruh Wajib Pajak Orang Pribadi, termasuk Karyawan. Untuk memastikan
perhitungan dan pemotongan telah dilakukan atas penghasilan Anda, mintalah Bukti Potong PPh pasal 21 di
tempat Anda bekerja. Bukti potong bersifat sebagai Kredit Pajak dan dokumen pendukung SPT Anda.
www.pajak.go.id

LAPOR 8
SPT Tahunan PPh Wajib Pajak Orang Pribadi

6. Sanksi Pidana di Bidang Perpajakan


Alpa atau Sengaja tidak menyampaikan SPT W Tahunan, atau menyampaikan SPT namun isinya tidak benar, tidak
lengkap dan/atau melampirkan keterangan yang isinya tidak benar, dipidana kurungan & denda sesuai pasal 38 atau
39 UU Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan.

Lapor SPT Tahunan PPh wajib bagi seluruh Wajib Pajak Orang Pribadi, termasuk Karyawan. Untuk memastikan
perhitungan dan pemotongan telah dilakukan atas penghasilan Anda, mintalah Bukti Potong PPh pasal 21 di
tempat Anda bekerja. Bukti potong bersifat sebagai Kredit Pajak dan dokumen pendukung SPT Anda.
www.pajak.go.id
HAK 9

1. Mengajukan permohonan:
❑ pengembalian kelebihan pembayaran pajak
❑ penundaan/mengangsur pembayaran
❑ penundaan pelaporan SPT Tahunan

2. Memperoleh :
❑ Perlindungan [kerahasiaan] Data/lnformasi
❑ Layanan konsultasi di KPP secara gratis
❑ Layanan publik tertentu instansi pemerintah

3. Mengajukan :
❑ Keberatan, banding dan peninjauan kembali atas
hasil pemeriksaan
❑ Permohonan pengurangan/penghapusan sanksi

www.pajak.go.id

www.pajak.go.id
033/PJ.0911/SLD/B/2021
www.pajak.go.id
7 Oktober

2021
SPT PPh Tahunan
Orang Pribadi untuk Karyawan

DEJA(P)U
TAX EXPO
Kanwil DJP Jakarta Pusat
SERBA-SERBI
PAJAK PENGHASILAN
ORANG PRIBADI

tambahan dari dalam


kemampuan negeri maupun
ekonomis luar negeri

Penghasilan

untuk konsumsi dengan nama


atau menambah dan dalam
kekayaan bentuk apapun
Pajak Penghasilan
Orang Pribadi

SUBJEKTIF MEMENUHI OBJEKTIF

BUKAN OBJEK

Dalam Negeri Luar Negeri


• Bantuan atau sumbangan (termasuk
zakat)
• menetap di Indonesia • berada di Indonesia tidak • Harta hibahan
• berada di Indonesia lebih lebih dari 183 hari dalam • Harta warisan
dari 183 hari dalam setahun setahun • Penggantian imbalan bentuk natura
• mempunyai niat untuk • Memiliki usaha tetap atau • Pembayaran dari perusahaan asuransi
bertempat tinggal di memperoleh penghasilan di • Iuran yang diperoleh dana pensiun
Indonesia Indonesia • Bagian laba yang diperoleh anggota dari
perseroan comanditer yang tidak
modalnya terbagi atas saham
• beasiswa

KEWAJIBAN
PERPAJAKAN
KRITERIA OP PEGAWAI
(KARYAWAN)

Orang Pribadi
Dalam Negeri

Menjalankan
Usaha
NON PEGAWAI

Pekerjaan
Bebas

KARYAWAN DEFINISI

Pengertian Pegawai/ Karyawan

adalah Orang pribadi yang bekerja pada pemberi


kerja, berdasarkan perjanjian atau kesepakatan
kerja, untuk melaksanakan suatu pekerjaan dalam
jabatan atau kegiatan tertentu dengan
memperoleh imbalan yang dibayarkan
berdasarkan periode tertentu.
KARYAWAN PENGHITUNGAN DAN PELAPORAN PAJAK

Pajak Penghasilan Pegawai/Karyawan dihitung,


dipotong, dan disetorkan oleh pemberi kerja

Pemberi Kerja wajib membuat dan memberikan


Bukti Potong PPh kepada Pegawai/Karyawan

Pegawai/Karyawan wajib melaporkan


SPT Tahunan PPh dengan menggunakan formulir
SPT 1770 SS atau 1770 S

NON
KARYAWAN
MENJALANKAN
USAHA
NON
KARYAWAN MENGHITUNG PAJAK

WP OP dengan Peredaran Usaha dalam satu


tahun kurang dari Rp4,8 Milyar
• 0,5%* x Peredaran usaha (Omzet)

WP OP dengan Peredaran Usaha dalam satu


tahun lebih dari Rp4,8 Milyar
• Wajib menyelenggarakan pembukuan
• (Laba Usaha – PTKP) x tarif pasal 17

NON
KARYAWAN Tarif Pasal 17

• 5% untuk penghasilan sampai dengan Rp 50.000.000


• 15% untuk penghasilan di atas Rp 50.000.000 sampai dengan Rp 250.000.000
• 25% untuk enghasilan di atas Rp 250.000.000 sampai dengan Rp 500.000.000
• 30% untuk penghasilan di atas Rp 500.000.000

Contoh
Penghasilan kena pajak dengan Rp1,1 Milyar
• Layer 1: 5% x Rp50.000.000 = Rp2.500.000
• Layer 2: 15% x Rp200.000.000 = Rp30.000.000
• Layer 3: 25% x Rp250.000.000 = Rp62.500.000
• Layer 4: 30% x Rp600.000.000 = Rp180.000.000
Total Pajak = Rp275.000.000
NON PEKERJAAN
KARYAWAN
BEBAS

Pekerjaan yang dilakukan oleh


orang pribadi yang mempunyai
keahlian khusus sebagai usaha
untuk memperoleh penghasilan
yang tidak terikat oleh suatu
hubungan kerja.

Tenaga ahli:
Pengacara
Akuntan
Arsitek
Dokter
Konsultan
Notaris
Penilai
Aktuaris

agen iklan;
Olahragawan;

Pengarang, peneliti, &


penerjemah;

Agen asuransi;

Perantara;

Pemain musik, pembawa


acara, penyanyi, pelawak,
bintang film, bintang
sinetron, bintang iklan,
sutradara, kru film, foto
model,
peragawan/peragawati,
pemain drama, dan
penari

pengawas atau pengelola


proyek;
penasihat, pengajar,
pelatih, penceramah,
penyuluh, dan moderator;

petugas penjaja barang


dagangan;

distributor perusahaan
MLM atau direct selling
dan kegiatan sejenis
lainnya;

NON
KARYAWAN MENGHITUNG PAJAK
Penghasilan Bruto
x
Norma Penghitungan*
Penghasilan Netto
-
PTKP
Penghasilan Kena Pajak
x
Tarif pasal 17
Pajak Terutang
-
Kredit Pajak (bukti potong)
Pajak yang masih harus dibayar

*Norma Penghitungan Penghasilan Netto berdasarkan PER-


17/PJ/2015 untuk Wajib Pajak yang tidak menyelenggarakan
pembukuan
Membayar pajak ke rekening kas
negara secara elektronik
KEWAJIBAN PERPAJAKAN
menggunakan kode billing melalui
berbagai macam kanal pembayaran
MEMBAYAR
PAJAK

KEWAJIBAN PERPAJAKAN

MELAPOR
SPT TAHUNAN

Mengisi formulir SPT 1770


elektronik kemudian
mengunggahnya.

*Bukti bayar pajak serta kelengkapan lain dipindai


(scan) & diunggah (upload)
PAJAK
8 Oktober

2021
Kenali Pajak UMKM
PP 23 Tahun 2018

DEJA(P)U
TAX EXPO
Kanwil DJP Jakarta Pusat
Kenali Pajak
bagi UMKM Orang
UMKM Indonesia Pribadi

PJ.091/PPh/S/003/2018-02

Dasar Hukum
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia
Nomor 23 Tahun 2018
tentang
Pajak Penghasilan atas Penghasilan dari Usaha yang
Diterima atau Diperoleh Wajib Pajak yang Memiliki
Peredaran Bruto Tertentu

Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia


Nomor 99/PMK.03/2018
tentang
Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun
2018 tentang Pajak Penghasilan atas Penghasilan dari
Usaha yang Diterima atau Diperoleh Wajib Pajak yang
Memiliki Peredaran Bruto Tertentu

PJ.091/PPh/S/003/2018-02
TERIMA KASIH
atas kontribusi Anda
bagi negeri melalui
Pembayaran Pajak

TAHUKAH ANDA?
Cara umum hitung PPh bagi UMKM sebelum Juli 2013
bagi WP Orang Pribadi

%
Dikali Norma
Penghasilan Penghitungan Dikali tarif
Dikurangi
Bruto Penghasilan progresif
PTKP
Neto s.d. 30%
TAHUKAH ANDA?
Cara hitung PPh bagi UMKM sejak berlakunya PP 46 tahun 2013
bagi WP Orang Pribadi

Penghasilan Dikali tarif 1%


Bruto bersifat FINAL

Kini
TARIF TURUN!
Mengapa diberikan pada

UMKM?

UMKM tulang punggung perekonomian

UMKM mendominasi perekonomian


• jumlah unit usaha (98,8% dari total unit usaha)
• tenaga kerja (96,99% dari total tenaga kerja)
• Produk Domestik Bruto (60,3% dari PDB)

8%
Resiliensi, khususnya Usaha Mikro & Kecil 7%
Ketika usaha besar mulai melambat, usaha 6%
mikro-kecil cukup stabil (pertumbuhan PDB) 5%
2010 2011 2012 2013

Data Kementerian Koperasi & UKM: http://www.depkop.go.id/berita-informasi/data-informasi/data-umkm/


Mendorong peran serta masyarakat
UNTUK APA?
dalam kegiatan ekonomi formal

Lebih memberikan keadilan

Kemudahan dalam melaksanakan kewajiban


perpajakan

Memberi kesempatan berkontribusi bagi


negara

Pengetahuan tentang manfaat pajak


bagi masyarakat meningkat

SUBJEK PAJAK

Orang Pribadi
Jangka waktu 7 tahun

Jangka waktu dihitung, sejak :


WP Lama : Tahun Pajak PP berlaku yaitu 2018
WP Baru : Tahun Pajak terdaftar
WP TIDAK DIKENAI PP INI

WP OP yang memilih untuk dikenai Ketentuan Umum


PPh
(Wajib Pajak menyampaikan Surat Pemberitahuan ke KPP dan pada Tahun Pajak-
Tahun Pajak berikutnya terus menggunakan Tarif PPh Pasal 17)

OBJEK PAJAK

Peredaran bruto Omzet ditotal dari


Penghasilan (omzet) setahun seluruh
dari USAHA* tidak melebihi gerai/outlet, baik
Rp 4,8 Miliar pusat atau cabang

*USAHA antara lain usaha dagang, industri, dan jasa, seperti misalnya toko/kios/los kelontong,
pakaian, elektronik, bengkel, penjahit, warung/rumah makan, salon, dan usaha lainnya
PEREDARAN BRUTO TERTENTU

Merupakan jumlah peredaran bruto dalam 1 (satu) tahun dari


tahun pajak terakhir sebelum tahun pajak bersangkutan,
yang ditentukan berdasarkan keseluruhan peredaran bruto dari
usaha, termasuk peredaran bruto dari cabang

Dalam hal WP Orang Pribadi suami istri yang menghendaki


perjanjian pemisahan harta dan penghasilan secara tertulis
(PH) atau isterinya menghendaki memilih untuk
menjalankan hak dan kewajiban perpajakannya sendiri
(MT), peredaran bruto tertentu ditentukan berdasarkan
penggabungan peredaran bruto usaha dari
suami dan isteri

BUKAN OBJEK

1 Penghasilan dari jasa sehubungan dengan Pekerjaan Bebas


Misalnya: dokter, pengacara, akuntan, notaris, PPAT, arsitek, pemain musik, pembawa
acara, dll

2 Penghasilan di Luar Negeri

3 Penghasilan yang dikenai PPh Final


Misal: sewa rumah, jasa konstruksi, PPh usaha migas, dan lainnya yang
diatur berdasarkan PP

4 Penghasilan yang dikecualikan sebagai


objek pajak
PELUNASAN PAJAK

Dipotong atau
Setor sendiri dipungut oleh
Pemotong atau
Pemungut *

*WP mengajukan Surat Keterangan ke KPP

Langkah-langkah
Pelaksanaan PP 23
DAFTAR NPWP
(Jika belum terdaftar)

PERSYARATAN

Fotokopi KTP
Jika dokumen persyaratan daftar NPWP
OP telah tersedia dalam data elektronik
pada Basis Data Elektronik DJP,
maka fotokopi persyaratan tersebut tidak
perlu dilampirkan.

LANGSUNG SAMPAIKAN
KE KPP ATAU KP2KP

YANG WILAYAH KERJANYA MELIPUTI:


TEMPAT TINGGAL (WP OP)
JANGKA WAKTU HANYA
1 HARI KERJA

Wajib Pajak juga bisa


mendaftar melalui
E-Registration
https://ereg.pajak.go.id/
CARA HITUNG

Contoh

Peredaran Bruto Tuan X Tahun 2019

Pasar A: Rp 1 Miliar Pasar B: Rp 2 Miliar Pasar C: Rp 500 juta

Tuan X pada tahun 2020 dapat dikenai Pajak Penghasilan Final,


karena peredaran bruto usaha Tuan X dari seluruh tempat usaha pada
tahun 2019 tidak melebihi Rp4.800.000.000,00
Contoh

Peredaran Bruto Tuan Z Tahun 2019

Pasar A: Rp 1 Miliar Pasar B: Rp 2 Miliar Pasar C: Rp 2 Miliar

Tuan Z pada tahun 2020 tidak dapat dikenai Pajak Penghasilan Final,
karena peredaran bruto usaha Tuan Z dari seluruh tempat usaha pada
tahun 2019 melebihi Rp4.800.000.000,00

Contoh Pemotongan/Pemungutan oleh Pihak Lain

Penyerahan Barang
Agustus 2018
Pembayaran senilai
Tuan X
Rekanan Pemerintah Rp20.000.000 Bendahara
yang memenuhi kriteria
WP yang dikenai PP 23 Pemerintah

WP mengajukan Bendahara Pemerintah memotong


permohonan Surat PPh Pasal 4(2) sebesar
Keterangan ke DJP = 0,5% x Rp20.000.000,00
= Rp100.000,00
dalam hal WP memiliki SKet

Pemotong/Pemungut wajib memotong/memungut PPh sebesar 0,5% dari penjualan.


CARA LAPOR

Cara isi SPT 1770


• Isi baris 16
• Kolom DASAR PENGENAAN
PAJAK/PENGHASILAN BRUTO diisi
omzet
• Kolom PPh Terutang diisi PPh 0,5%
CARA BAYAR

Kode Pembayaran

411128
Kode Akun Pajak

Kode jenis setoran (KJS)

420 423
bila disetor bila disetor oleh
sendiri oleh WP Pemotong/Pemungut
1 Buat Kode Billing 2 Bayar Pajaknya

• DJP Online
• Layanan billing-djp/di KPP/KP2KP • Petugas Teller Bank &
• Kring Pajak 1500200 Kantor Pos
• Mini ATM/EDC
• Internet Banking & Mobile
Banking
• ATM
• dan lain-lain

KETENTUAN PERALIHAN

PP berlaku
Awal tahun Akhir tahun
pajak 2018 pajak 2018

Berlaku ketentuan PP 46/2013 Berlaku ketentuan PP ini

Dalam hal WP yang sebelumnya dikenai PP 46/2013 tidak lagi memenuhi ketentuan WP
berdasarkan PP ini, maka:
• WP menggunakan tarif 0,5% dari PP ini sampai akhir tahun pajak 2018
• WP dikenai Pasal 17 UU PPh mulai tahun pajak 2019
Manfaatkan
KESEMPATAN BAIK INI!
Untuk turut membangun negeri
Untuk turut mengajak UMKM lain
membangun negeri bersama-sama
#pajakkitauntukkita

TERIMA KASIH

www.pajak.go.id 1 500 200 @DitjenPajakRI


8 Oktober

2021
Insentif PPh
Orang Pribadi UMKM

DEJA(P)U
TAX EXPO
Kanwil DJP Jakarta Pusat
PMK-82/PMK.03/2021
PERUBAHAN ATAS PMK-9/PMK.03/2021 TENTANG
INSENTIF PAJAK UNTUKWAJIBPAJAK
TERDAMPAKPANDEMICOVID-19

PMK-83/PMK.03/2021
PERUBAHAN ATAS PMK-239/PMK.03/2020 TENTANG
PEMBERIAN FASILITAS PAJAK TERHADAPBARANGDAN JASA
YANGDIPERLUKANDALAM RANGKA PENANGANANPANDEMI
COVID-19 DAN PERPANJANGAN PEMBERLAKUAN FASILITAS
PPH BERDASARKAN PP NOMOR 29 TAHUN 2020 TENTANG
FASILITASPAJAKPENGHASILANDALAMRANGKA
PENANGANANCOVID-19

PMK-82/PMK.03/2021

PERUBAHANATASPMK-9/PMK.03/2021TENTANG
INSENTIF PAJAK
UNTUK WAJIB PAJAK TERDAMPAK
PANDEMI COVID-19
LATAR BELAKANG

“ Makaitu, kebijakan kesehatan dan


pemulihan ekonomi sejatinya harus
berjalan beriringan dengan penuh
kecermatandankehati-hatian.Tidakbisa
hanya berfokus pada urusan ekonomi
namun mengabaikan urusankesehatan.
Tidakbisa juga berkonsentrasi penuh
pada urusan kesehatannamun
membiarkanekonomiterganggu.
3

LATAR BELAKANG

DampakpandemikCOVID-19 telahmemperlambat ekonomi duniasecaramasif


dansignifikan,termasukterhadapperekonomianIndonesia.

Masih diperlukan pemberian insentif perpajakan dengan mempertimbangkan


keterbatasan kapasitas fiskal Pemerintah untuk mendukung program penguatan
kesehatanmasyarakatdanpemulihanekonominasional.

Pemberian insentif perpajakan harus diberikan secara selektif, dengan prioritas


kepadasektortertentuyangtertahandan perlu lebih didukung lajupemulihannya,
yaitujasakesehatan,jasapendidikan,jasaangkutan,konstruksi,danakomodasi.

4
RESPONSPAJAK ATAS PANDEMI COVID-19 (LINIMASA)
PM K PERPPU PMK PER PMK UU PP PP PM K PM K PM K PM K
23 1 28 08 44 2 29 30 86 110 9 82

21 Maret2020 6 April2020 27 April 2020 10Juni 2020 16Juli2020 11Februari 2021


31 Maret 2020 21 April 2020 16 Mei 2020 18 Juni2020 14Agustus2020 1Juli2021

PMK-23/PMK.03/2020
01 InsentifPajakUntukWajibPajakTerdampakWabah VirusCorona

PMK-44/PMK.03/2020
02 InsentifPajakUntukWajibPajakTerdampakPandemi Corona Virus Disease2019

PMK-86/PMK.03/2020
03 InsentifPajakUntukWajibPajakTerdampakPandemi Corona Virus Disease2019
PMK-110/PMK.03/2020
04 PerubahanatasPMK-86/PMK.03/2020 tentang InsentifPajakUntukWajibPajakTerdampakPandemiCorona
Virus Disease 2019
PMK-9/PMK.03/2021
05 InsentifPajakUntukWajibPajakTerdampakPandemi Corona Virus Disease2019
PMK-82/PMK.03/2021
06 PerubahanatasPMK-9/PMK.03/2021 tentangInsentifPajakUntukWajibPajakTerdampakPandemi Corona 5
Virus Disease 2019

Pokok perubahan
Secaraumum,ketentuandan tatacaramasing-masing insentif tetap
sesuaiPMK-9/PMK.03/2021. Perubahanyang diaturantaralain:
• Perpanjangan jangka waktu pemberian insentif s.d.Desember 2021
• Kriteriapenerimaperpanjangan insentif:
• Penyesuaian KLU,
• WPPP23,
• WPP3-TGAI, dan
• Tidak termasuk WP KITE dan KB

Tambahan ketentuan peralihan


• Ketentuanpemberi kerjadan/atau WP yang akanmemanfaatkan
fasilitasharusmenyampaikankembalipemberitahuan/permohonan
• Ketentuanjangkawaktupemberitahuan untuk memanfaatkan
insentifPPhPasal21DTPdanPenguranganangsuranPPhPasal25
untukmasaPajakJuli2021palinglambat15Agustus2021
• RelaksasipenyampaianpembetulanLaporan Realisasi

6
PERLUASAN INSENTIF PAJAK ANTISIPASI DAMPAK EKONOMI PANDEMI COVID-19
Bentuk Insentif PMK-9/2021 PMK-82/2021
1. PPh Pasal21Ditanggung Pemerintah • Sektortertentu(1.189KLU),WPKITE&KB • Sektortertentu(1.189KLU)
(DTP) • Pemberitahuan pusat& cabang (WPKITE&KB) • Pemberitahuan pusat& cabang
• Karyawan ber-NPWP danpenghasilan • Pemberitahuan hanyadisampaikan pusat& berlaku untuk • Pemberitahuan hanyadisampaikan pusat& berlaku untuksemua
bruto bersifat tetap dan teratur yang semuacabang (WP sektor tertentu/KLU) cabang (WP sektortertentu/KLU)
disetahunkan tidak lebih dari 200juta • Laporan realisasitiap bulan • Laporan realisasitiap bulan
• Insentif s.d.Juni 2021 • Insentif Juli 2021 s.d. Desember 2021
2. PPhFinalUMKMDitanggung Pemerintah • WPPP23Tahun 2018 • WPPP23Tahun 2018
• WPtidakperlumengajukan SuratKeterangan, cukup • WPtidakperlumengajukan SuratKeterangan, cukup
menyampaikan LaporanRealisasi menyampaikan Laporan Realisasi
• Laporan Realisasitiap bulanpalinglambattgl20bulan • Laporan Realisasitiap bulanpalinglambattgl20bulan berikutnya
berikutnya • WPPP23tidaklaporrealisasitepatwaktutidak dapat
• WPPP23tidaklaporrealisasitepat waktutidak dapat memanfaatkan insentif
memanfaatkan insentif • Insentif diperpanjang s.d. Desember 2021
• Insentif s.d.Juni2021
3. PPhFinalDTPpadasektorpadat karya • PPhfinaljasakonstruksi DTPbagiWajibPajakpenerima P3TGAI • PPhfinaljasakonstruksi DTPbagiWajibpajakpenerimaP3TGAI
tertentu • Laporan realisasitiap bulan • Laporan realisasitiap bulan
• Pemotongan tidaklaporrealisasitepatwaktutidak dapat • Pemotongan tidaklaporrealisasitepatwaktutidak dapat
memanfaatkaninsentif. memanfaatkaninsentif.
• Insentif s.d.Juni 2021 • Insentif diperpanjang s.d. Desember 2021
4. Pembebasan daripemungutan PPhPasal • Sektor tertentu (730KLU) • Sektor tertentu (132KLU)
22Impor • WPKITE&KB • Insentif Juli 2021 s.d. 31 Desember 2021, sejak SKBditerbtikan
• Insentif s.d.30Juni2021
5. Pengurangan Angsuran PPhPasal25 • Pengurangan Angsuran PPhPasal25sebesar 50% • Pengurangan Angsuran PPhPasal25sebesar 50%
• Sektortertentu(1.018 KLU),WPKITE,& KB • Sektor tertentu (216KLU),
• Insentif s.d. Juni 2021, sejak: • Insentif Juli 2021 s.d. Desember 2021,sejakMasa Pajak
✓ Masa Pajak Pemberitahuan disampaikan; atau Pemberitahuan disampaikan
✓ MasaPajakSPTTahunan2020disampaikan, dalamhal
tertentu.
6. Pengembalian pendahuluan PPNsebagai • Sektor tertentu (725KLU) • Sektor tertentu(132 KLU) 7
PKPberisiko rendah bagi WP yang • WPKITE&KB • Insentif Juli 2021 s.d. Desember2021
menyampaikan SPTMasa PPN lebih bayar • Insentif s.d.Juni2021
restitusi palingbanyak 5miliarrupiah

INSENTIF PAJAK

PPh FINAL UMKM DITANGGUNG PEMERINTAH


BerdasarkanPeraturanPemerintah Nomor23Tahun2018
PPh FINAL
PENERIMAINSENTIF
PP23
Wajib Pajak yang: TAHUN 2018

a. memiliki peredaran bruto tertentu & dikenai PPhFinal


berdasarkanPPNomor23Tahun2018
DAN
b. menyampaikanLaporan realisasi PPh final ditanggung
Pemerintah* melalui saluran tertentu pada laman
www.pajak.go.id paling lambat tanggal 20 setelah
berakhirnya MasaPajak
(Wajib Pajak tidak perlu menyetorkan PPh final0,5%)

PPhfinalditanggungPemerintahdiberikanuntukMasa Pajak
Januari 2021 sampai dengan Masa Pajak Desember 2021

*) bagi WP yang belum memiliki Surat Keterangan, laporan realisasi dapat diperlakukan 16
sebagai permohonan Surat Keterangan sepanjang memenuhi PMK-99/PMK.03/2018

PPh FINAL

PP23
TRANSAKSI DENGAN PEMOTONG/PEMUNGUT TAHUN 2018

▪ Untuktransaksidenganpemotong/pemungut,WajibPajak
menyerahkanfotokopi SuratKeterangan
▪ Pemotong/pemungutmelakukankonfirmasi Surat
Keterangan kelaman www.pajak.go.id pada menu
RumahKonfirmasiDokumen
▪ Dalam hal Surat Keterangantelah terkonfirmasi,
pemotong/pemungut pajak tidak melakukan
pemotongan/pemungutan PPh pada saatpembayaran.
AtasPPhfinal ditanggung Pemerintahtersebut
pemotong/pemungut pajak harus membuat SSP/cetakan
kode billing yang dibubuhi cap/tulisan “PPh FINAL
DITANGGUNG PEMERINTAH EKS PMK NOMOR 82/PMK.03/2021”

17
PPh FINAL
Kewajiban Wajib Pajak yang
memanfaatkan insentif PPh
final ditanggung Pemerintah
PP23
TAHUN 2018

▪ WPdimaksudharusmenyampaikan Laporan
realisasi PPh Final ditanggung Pemerintah
melalui saluran tertentu pada laman
www.pajak.go.id
▪ Laporan realisasiPPhfinal ditanggung
Pemerintahmeliputi PPh terutang atas
penghasilan yang diterima/diperoleh WP
termasukdari transaksidengan
Pemotong/Pemungut
▪ SSP/cetakan kode billing yang dibubuhi
cap/tulisan “PPh FINAL DITANGGUNG
PEMERINTAH EKSPMK NOMOR
82/PMK.03/2021” (jikaadatransaksidengan
Pemotong/Pemungut Pajak);agar disimpan
sebagaidokumentasi

18

PPh FINAL
Kewajiban Wajib Pajak yang
memanfaatkan insentif PPh
final ditanggung Pemerintah
PP23
TAHUN 2018

▪ Laporan realisasi disampaikan paling


lambat tanggal 20 Bulanberikutnya
setelahMasaPajakberakhir

▪ WajibPajakyangmenyampaikanlaporan
realisasimelebihi bataswaktuyang
ditentukan, tidak dapat memanfaatkan
insentifPPhFinalDTP

▪ Wajib Pajakdapat menyampaikan


pembetulanataslaporanrealisasiPPhFinal
DTPpaling lambat akhir bulan
berikutnya setelahbataswaktupelaporan
realisasi

19
PEMBERIANINSENTIF PPh FINAL

Alur Pelaporan
PP23
TAHUN 2018
1. Login eReporting

2. Klikbutton "tambah"pelaporan

3. Pemilihanjenispelaporanrealisasibaru

4. Isikankodekeamanansesuaipermintaan
sistem

5. Unduhdanmengisilaporanrealisasi
pada file Excel
(agar diperhatikan format penamaan file)

6. Validasimacro

7. Upload file ExcelLaporanRealisasi


20

PEMBERIANINSENTIF PPh FINAL

Alur Pelaporan
PP23
TAHUN 2018
1. Login eReporting

2. Klikbutton "tambah"pelaporan

3. Pemilihanjenispelaporanrealisasibaru

4. Isikankodekeamanansesuaipermintaan
sistem

5. Unduhdanmengisilaporanrealisasi
pada file Excel
(agar diperhatikan format penamaan file)

6. Validasimacro

7. Upload file ExcelLaporanRealisasi


21
PEMBERIANINSENTIF PPh FINAL

Alur Pelaporan
PP23
TAHUN 2018
1. Login eReporting

2. Klikbutton "tambah"pelaporan

3. Pemilihanjenispelaporanrealisasibaru

4. Isikankodekeamanansesuaipermintaan
sistem

5. Unduhdanmengisilaporanrealisasi
pada file Excel
(agar diperhatikan format penamaan file)

6. Validasimacro

7. Upload file ExcelLaporanRealisasi


22

KETENTUAN PERALIHAN & PENUTUP

1. PemberiKerjaatauWP yang telah


memanfaatkan insentif PMK-9/2021 harus
menyampaikan pemberitahuan/permohonan
kembali untuk dapat memanfaatkan insentif
PPhPasal21 DTP,pengurangan angsuran PPh
Pasal25, dan/atau pembebasan PPhPasal22
impor.
2. Penyampaian pemberitahuan untuk
memanfaatkaninsentifPPh21DTPdanPPh25
sejakmasa pajak Juli 2021 paling lambat
tanggal 15 Agustus2021.
3. Penyampaian pembetulan Laporan Realisasi
insentif PPhPasal21 DTPdan PPhFinal DTP
masapajakJanuaris.d.Juni2021palinglambat
tanggal 31 Oktober 2021.

39
PENGAJUAN INSENTIF MELALUISALURANTERTENTU

1. Kunjungilamanwww.pajak.go.iddanklik
tombol Login di pojok kananatas,lalu
masukkanNPWP,katasandi,dan kode
keamanan(CAPTCHA)

2. Pilihtab Layanan danklikpadaicon KSWP

3. Scroll kebawahdan pada bagian Profil


Pemenuhan Kewajiban Saya, lalupilihjenis
insentif yang ingindimanfaatkan 40

MENYAMPAIKANLAPORAN REALISASI

1. Kunjungilamanwww.pajak.go.iddanklik
tombol Login di pojok kananatas,lalu
masukkanNPWP,katasandi,dan kode
keamanan(CAPTCHA)

2. Pilihtab Layanan danklikpadaicon eReporting


InsentifCovid-19
(Apabila icon eReporting belum muncul, dapat
diaktifkan melalui tab “Profil”, lalu pilih menu “Aktivasi
Fitur Layanan”)

3. KliktombolTambah, lalupilihjenispelaporan
yang ingindilakukan
41
11 Oktober

2021
Salah Setor Pajak?
Tenang bisa Pemindahbukuan

DEJA(P)U
TAX EXPO
Kanwil DJP Jakarta Pusat
SALAH SETOR PAJAK?
TENANG, BISA PEMINDAHBUKUAN

PMK-242/PMK.03/2014
TATA CARA PEMBAYARAN DAN
PENYETORAN PAJAK
Bagian Ketiga
Tata Cara Pembayaran dan Penyetoran
Pajak Melalui Pemindahbukuan
PEMINDAHBUKUAN

Pbk
suatu proses memindahbukukan penerimaan
pajak untuk dibukukan pada penerimaan pajak
yang sesuai

Jenis Penerimaan Pajak yang dapat dipindahbukukan


Pajak Pusat yang dikelola oleh DJP, meliputi:
• PPh
• PPN
• PPnBM
• PBB tertentu (perkebunan, perhutanan,
pertambangan, dan sektor lainnya)
• Bea Meterei
Apa penyebab PBK
?

Apa penyebab PBK


?
▪ Kesalahan dalam pengisian SSP, BPN, SSPCP oleh Wajib
Pajak sendiri maupun Wajib Pajak lain, berupa isian:
- NPWP dan/atau nama Wajib Pajak
- NOP dan/atau letak objek pajak
- KAP atau KJS
- Masa dan/atau Tahun Pajak
- Nomor ketetapan, dan/atau
- Jumlah pembayaran
Apa penyebab PBK


?
Kesalahan perekaman bukti bayar yang dilakukan Bank
Persepsi/Pos
▪ Kesalahan perekaman atau pengisian Bukti Pbk oleh
pegawai DJP
▪ Pemecahan bukti bayar atau bukti Pbk menjadi beberapa
jenis pajak,Wajib Pajak, dan/atau objek PBB
▪ Jumlah pembayaran lebih besar dari pajak yang
seharusnya terutang
▪ Sebab lain yang diatur oleh DJP

4
Bentuk formulir
permohonan
pemindahbukuan

Lampiran permohonan:
▪ Asli bukti bayar atau bukti Pbk
▪ Asli surat pernyataan kesalahan perekaman dari pimpinan Bank /Pos
jika Pbk karena kesalahan perekaman oleh petugas Bank /Pos
▪ Asli pemberitahuan pabean impor, asli dokumen cukai, atau asli surat tagihan/surat
penetapan
jika Pbk diajukan atas SSPCP
▪ Fotokopi KTP penyetor atau pihak penerima Pemindahbukuan
- jika Pbk tidak mencantumkan NPWP atau
- mencantumkan angka 0 (nol) pada 9 digit pertama NPWP
▪ Fotokopi identitas Penyetor / Wakil WP Badan
jika penyetor melakukan kesalahan pengisian NPWP
▪ Surat pernyataan bermeterai dari Wajib Pajak yang nama dan NPWP-nya tercantum
dalam bukti bayar, yang menyatakan bahwa bukti bayar tersebut sebenarnya bukan
pembayaran pajak untuk kepentingannya sendiri dan tidak keberatan
dipindahbukukan
dalam hal nama dan NPWP pemegang asli bukti bayar (yang mengajukan
permohonan Pbk) tidak sama dengan nama dan NPWP yang tercantum dalam bukti
bayar
Pbk Pemotongan Pajak Penghasilan

Permohonan Pemindahbukuan atas Kesalahan


Pemotongan Pajak Penghasilan, harus dilampiri:

“Surat pernyataan dari Wajib Pajak yang dilakukan pemotongan,


bahwa Wajib Pajak yang dilakukan pemotongan telah menerima
pengembalian dari Wajib Pajak pemotong dan tidak mengajukan
permohonan pengembalian atas kelebihan pemotongan ke KPP
tempat Wajib Pajak yang dilakukan pemotongan terdaftar.”
Cara Penyampaian:

melalui pos atau jasa pengiriman dengan bukti


secara langsung ke Kantor Pelayanan Pajak tempat
pengiriman surat ke Kantor Pelayanan Pajak
pembayaran diadministrasikan
tempat pembayaran diadministrasikan 4
11 Oktober

2021
Koreksi Fiskal
Konsep dan Penerapannya

DEJA(P)U
TAX EXPO
Kanwil DJP Jakarta Pusat
KOREKSI FISKAL DAN PENERAPANNYA

JAKARTA, 11 OKTOBER 2020


www.pajak.go.id

KEWAJIBAN PERPAJAKAN

Mendaftarkan Menghitung Membayar Melaporkan


diri untuk pajak yang harus Pajak yang seharusnya seluruh kegiatan
memperoleh NPWP dibayar sesuai dibayar dengan usaha dalam Surat
mekanisme membayar
jika telah memenuhi dengan kegiatan sendiri ke Kas Negara
Pemberitahuan
syarat objektif dan usaha wajib pajak (melalui Kantor Pos atau (SPT) Masa dan
subjektif Bank Persepsi), dan Tahunan sesuai
Pemotongan/ kondisi sebenarnya
Pemungutan Pajak oleh
pihak lain
www.pajak.go.id
PENGERTIAN SPT
Surat yang oleh Wajib Pajak digunakan untuk melaporkan
penghitungan dan/atau pembayaran pajak, objek pajak
dan/atau bukan objek pajak, dan/atau harta dan kewajiban
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan
perpajakan.

SPT Tahunan PPh adalah SPT PPh untuk suatu Tahun Pajak atau
Bagian Tahun Pajak, yang meliputi SPT Tahunan Orang Pribadi
dan SPT Tahunan Badan.

www.pajak.go.id

PRA PELAPORAN SPT TAHUNAN PPh BADAN

www.pajak.go.id
BAGAN PPh BADAN
Luar Pembayaran dari Pembayaran ke
Pasal 24 Pasal 26
Negeri LN LN
Indonesia Biaya Penghasilan
WAJIB PAJAK
BADAN

Laporan Laba / Rugi


Penghasilan xxx Pasal 4
Ps 6 & 9 Biaya (xxx)
Laba xxx
Pasal 4(2) Final Koreksi Fiskal xxx Pasal 9
& 4(3) Non Penghasilan Kena Pajak xxx
Objek
Pajak Terutang xxx Pasal 17
Pasal 22, 23,
Kredit Pajak (xxx)
24, 25
PPh KB/LB/N xxx Ps 29/28A

www.pajak.go.id

PENGERTIAN

“Koreksi (rekonsiliasi) fiskal adalah proses


penyesuaian atas laba komersial yang
berbeda dengan ketentuan fiskal untuk
memperoleh penghasilan netto atau laba
yang sesuai dengan ketentuan pajak.”

www.pajak.go.id
Latar Belakang

Hal-hal yang menyebabkan perbedaan perhitungan antara laba


menurut komersial atau akuntansi dengan laba menurut perpajakan
(fiskal):
a. penghasilan yang dikenakan PPh final;
b. penghasilan yang bukan merupakan objek pajak;
c. wajib pajak mengeluarkan biaya-biaya yang tidak boleh menjadi pengurang
penghasilan bruto;
d. wajib pajak menggunakan metode pencatatan yang berbeda dengan
ketentuan pajak; dan
e. wajib pajak mengeluarkan biaya-biaya untuk mendapatkan pendapatan yang
telah dikenakan PPh fnal dan pendapatan yang dikenakan PPh non final.

www.pajak.go.id

PENGHITUNGAN PENGHASILAN
NETO FISKAL

PENGHASILAN NETO FISKAL =

LABA KOMERSIAL– PENGHASILAN


FINAL DAN BUKAN OBJEK PAJAK +
KOREKSI FISKAL POSITIF - KOREKSI
FISKAL NEGATIF-FASILITAS
PENANAMAN MODAL BERUPA
PENGURANGAN PENGHASILAN NETO
BEDA TETAP VS BEDA WAKTU

Beda tetap merupakan perbedaan


pengakuan baik penghasilan maupun Beda waktu merupakan perbedaan
biaya antara akuntansi komersial dengan pengakuan baik penghasilan maupun biaya
ketentuan Undang-undang PPh yang antara akuntansi komersial dengan
sifatnya permanen artinya koreksi fiskal ketentuan Undang-undang PPh yang
yang dilakukan tidak akan diperhitungkan sifatnya sementara artinya koreksi fiskal
dengan laba kena pajak yang dilakukan akan diperhitungkan dengan
laba kena pajak.
Contoh Biaya:
❑ Biaya Pajak Penghasilan Contoh Biaya:
❑ Biaya Sanksi Administrasi Perpajakan ❑ Biaya Penyusutan
❑ Biaya Sewa
Contoh Penghasilan:
❑ Penghasilan Atas Sewa tanah Contoh Penghasilan:
dan/atau bangunan ❑ Keuntungan atas selisih kurs
.
www.pajak.go.id
PENGHASILAN BERSIFAT FINAL

Berdasarkan Pasal 4 ayat (2) Undang-Undang No 36 Tahun 2008 tentang Pajak


Penghasilan (UU PPh).
1. Penghasilan berupa bunga deposito dan tabungan lainnya, bunga obligasi dan
surat utang negara, dan bunga simpanan yang dibayarkan oleh koperasi kepada
anggota koperasi orang pribadi.
2. Penghasilan berupa hadiah undian.
3. Penghasilan dari transaksi saham dan sekuritas lainnya, transaksi derivatif yang
diperdagangkan di bursa, dan transaksi penjualan saham atau pengalihan
penyertaan modal pada perusahaan pasangannya yang diterima oleh
perusahaan modal ventura.
4. Penghasilan dari transaksi pengalihan harta berupa tanah dan/ atau bangunan,
usaha jasa konstruksi, usaha real estate, dan persewaan tanah dan/atau
bangunan.
5. Penghasilan tertentu lainnya, yang diatur dengan atau berdasarkan Peraturan
Pemerintah.

PENGHASILAN YANG BUKAN OBJEK PPH

Menurut Pasal 4 ayat 3 UU PPh beberapa penghasilan yang dikecualikan dari objek pajak di antaranya
adalah sebagai berikut:
1. Bantuan atau sumbangan, termasuk zakat yang diterima oleh badan amil zakat atau lembaga amil
zakat yang dibentuk atau disahkan oleh pemerintah dan yang diterima oleh penerima zakat yang
berhak atau sumbangan keagamaan yang sifatnya wajib bagi pemeluk agama yang diakui di
Indonesia, yang diterima oleh lembaga keagamaan yang dibentuk atau disahkan oleh pemerintah
dan yang diterima oleh penerima sumbangan yang berhak, yang ketentuannya diatur dengan
atau berdasarkan Peraturan Pemerintah;
2. Harta hibahan yang diterima oleh keluarga sedarah dalam garis keturunan lurus satu derajat,
badan keagamaan, badan pendidikan, badan sosial termasuk yayasan, koperasi, atau orang
pribadi yang menjalankan usaha mikro dan kecil, yang ketentuannya diatur dengan atau
berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan (PMK), sepanjang tidak ada hubungan dengan usaha,
pekerjaan, kepemilikan, atau penguasaan di antara pihak-pihak yang bersangkutan;
3. Warisan;
4. Harta termasuk setoran tunai yang diterima oleh badan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2
ayat (1) huruf b UU PPh sebagai pengganti saham atau sebagai pengganti penyertaan modal;
PENGHASILAN YANG BUKAN OBJEK PPH

5. Penggantian atau imbalan sehubungan dengan pekerjaan atau jasa yang diterima atau diperoleh
dalam bentuk natura dan/atau kenikmatan dari Wajib Pajak atau Pemerintah, kecuali yang diberikan
oleh bukan wajib pajak, wajib pajak yang dikenakan pajak secara final atau wajib pajak yang
menggunakan norma penghitungan khusus (deemed profit) sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15
Undang-Undang PPh;
6. Pembayaran dari perusahaan asuransi kepada orang pribadi sehubungan dengan asuransi
kesehatan, asuransi kecelakaan, asuransi jiwa, asuransi dwiguna, dan asuransi bea siswa;
7. Dividen atau bagian laba yang diterima atau diperoleh perseroan terbatas sebagai wajib pajak
dalam negeri, koperasi, badan usaha milik negara, atau badan usaha milik daerah, dari penyertaan
modal pada badan usaha yang didirikan dan bertempat kedudukan di Indonesia dengan syarat
8. Iuran yang diterima atau diperoleh dana pensiun yang pendiriannya telah disahkan Menteri
Keuangan, baik yang dibayar oleh pemberi kerja maupun pegawai;
9. Penghasilan dari modal yang ditanamkan oleh dana pensiun sebagaimana dimaksud pada nomor 8,
dalam bidang-bidang tertentu yang ditetapkan dengan Keputusan Menteri Keuangan;
10. Bagian laba yang diterima atau diperoleh anggota dari perseroan komanditer yang modalnya tidak
terbagi atas saham-saham, persekutuan, perkumpulan, firma, dan kongsi, termasuk pemegang unit
penyertaan kontrak investasi kolektif;

PENGHASILAN YANG BUKAN OBJEK PPH

11. Penghasilan yang diterima atau diperoleh perusahaan modal ventura berupa bagian laba dari
badan pasangan usaha yang didirikan dan menjalankan usaha atau kegiatan di Indonesia,
dengan syarat badan pasangan usaha tersebut: merupakan perusahaan mikro, kecil,
menengah, atau yang menjalankan kegiatan dalam sektor-sektor usaha yang diatur dengan
atau berdasarkan PMK; dan sahamnya tidak diperdagangkan di bursa efek di Indonesia;
12. Beasiswa yang memenuhi persyaratan tertentu yang ketentuannya diatur lebih lanjut dengan
atau berdasarkan PMK;
13. Sisa lebih yang diterima atau diperoleh badan atau lembaga nirlaba yang bergerak dalam
bidang pendidikan dan/atau bidang penelitian dan pengembangan, yang telah terdaftar pada
instansi yang membidanginya, yang ditanamkan kembali dalam bentuk sarana dan prasarana
kegiatan pendidikan dan/atau penelitian dan pengembangan, dalam jangka waktu paling lama
4 (empat) tahun sejak diperolehnya sisa lebih tersebut, yang ketentuannya diatur lebih lanjut
dengan atau berdasarkan PMK; dan
14. Bantuan atau santunan yang dibayarkan oleh Badan Penyelenggara Jaminan Sosial kepada
wajib pajak tertentu, yang ketentuannya diatur lebih lanjut dengan atau berdasarkan PMK.
Jenis Koreksi Fiskal
Koreksi fiskal terjadi karena adanya perbedaan pengakuan secara
komersial dan secara fiskal.
Perbedaan tersebut dapat berupa Koreksi Fiskal Positif dan Koreksi
Fiskal Negatif.

➢ Koreksi fiskal positif adalah koreksi fiskal yang menambah


besarnya penghasilan neto fiskal.

➢ Koreksi fiskal negatif adalah koreksi fiskal yang mengurangi


besarnya penghasilan neto fiskal

www.pajak.go.id

Koreksi Fiskal Dalam Formulir SPT 1771


Lampiran 1771- I

www.pajak.go.id
Koreksi Fiskal Positif

Biaya Yang Dibebankan / Dikeluarkan Untuk Kepentingan


Pemegang Saham, Sekutu, Atau Anggota
(Pasal 9 ayat (1) huruf b UU PPh)

Pengeluaran perusahaan untuk pembelian/perbaikan rumah atau


kendaraan pribadi, biaya perjalanan pribadi/keluarga, biaya premi
asuransi pribadi/keluarga, dan pengeluaran lainnya untuk kepentingan
pemegang saham, sekutu, atau anggota, tidak dapat dibebankan sebagai
biaya perusahaan.

www.pajak.go.id

Koreksi Fiskal Positif


Pembentukan Atau Pemupukan Dana Cadangan
(Pasal 9 ayat (1) huruf c UU PPh)

Pembentukan atau pemupukan dana cadangan secara fiskal tidak dapat dibebankan sebagai
biaya perusahaan. Namun untuk jenis- jenis usaha tertentu yang secara ekonomis memang
diperlukan adanya cadangan untuk menutup beban atau kerugian yang akan terjadi di kemudian
hari, secara fiskal diperkenankan, yang terbatas pada:
1) cadangan piutang tak tertagih untuk usaha bank dan badan usaha lain yang menyalurkan
kredit, sewa guna usaha dengan hak opsi, perusahaan pembiayaan konsumen, dan
perusahaan anjak piutang;
2) cadangan untuk usaha asuransi termasuk cadangan bantuan sosial yang dibentuk oleh
Badan Penyelenggara Jaminan Sosial;
3) cadangan penjaminan untuk Lembaga Penjamin Simpanan;
4) cadangan biaya reklamasi untuk usaha pertambangan;
5) cadangan biaya penanaman kembali untuk usaha kehutanan; dan
6) cadangan biaya penutupan dan pemeliharaan tempat pembuangan limbah industri untuk
usaha pengolahan limbah industri.

www.pajak.go.id
Koreksi Fiskal Positif
Penggantian Atau Imbalan Pekerjaan Atau Jasa Dalam Bentuk
Natura Dan Kenikmatan
(Pasal 9 ayat (1) huruf e UU PPh)

Berdasarkan Pasal 4 ayat (3) huruf d Undang-Undang PPh, penggantian atau imbalan
sehubungan dengan pekerjaan atau jasa yang diberikan dalam bentuk natura dan kenikmatan
(benefit in-kind) bukan merupakan penghasilan bagi pegawai yang bersangkutan. Oleh karena
itu sesuai dengan prinsip taxability and deductibility,, bagi Wajib Pajak pemberi kerja tidak
dapat dibebankan sebagai biaya perusahaan.

Namun pemberian natura berupa penyediaan makanan/minuman di tempat kerja bagi seluruh
pegawai, demikian pula pemberian natura dan kenikmatan di daerah terpencil yang ditetapkan
dengan Keputusan Menteri Keuangan, serta pemberian natura atau kenikmatan yang
merupakan keharusan dalam pelaksanaan pekerjaan sebagai sarana keselamatan kerja atau
karena sifat pekerjaan tersebut mengharuskannya (seperti: pakaian dan peralatan khusus
untuk keselamatan kerja, pakaian seragam petugas keamanan, antar-jemput pegawai, serta
akomodasi untuk awak kapal), dapat dibebankan sebagai biaya perusahaan.

www.pajak.go.id

Koreksi Fiskal Positif


Jumlah Yang Melebihi Kewajaran Yang Dibayarkan Kepada Pemegang
Saham / Pihak Yang Mempunyai Hubungan Istimewa Sehubungan
Dengan Pekerjaan
(Pasal 9 ayat (1) huruf f UU PPh)

Pembayaran gaji, honorarium, dan imbalan lain sehubungan dengan pekerjaan


atau jasa yang diberikan kepada pemegang saham atau pihak yang mempunyai
hubungan istimewa sebagaimana dimaksud dalam Pasal 18 ayat (4) Undang-
Undang PPh, dapat dibebankan sebagai biaya perusahaan sepanjang jumlahnya
tidak melebihi kewajaran.
Kewajaran diukur berdasarkan standar yang berlaku umum untuk pekerjaan
dengan kualifikasi yang sama yang dilakukan oleh pihak-pihak yang tidak
mempunyai hubungan istimewa.
Atas selisih yang melebihi kewajaran tersebut dapat dikategorikan sebagai
pembagian laba.

www.pajak.go.id
Koreksi Fiskal Positif

Harta Yang Dihibahkan, Bantuan Atau Sumbangan


(Pasal 9 ayat (1) huruf g UU PPh)

Berdasarkan Pasal 4 ayat (3) huruf a Undang-Undang PPh, bantuan atau sumbangan dan
harta hibahan yang diterima oleh badan keagamaan, badan pendidikan, badan sosial, atau
pengusaha kecil termasuk koperasi yang ditetapkan oleh Menteri Keuangan, bukan
merupakan penghasilan sepanjang tidak terdapat hubungan usaha, pekerjaan, kepemilikan,
atau penguasaan antara pihak- pihak yang bersangkutan.
Oleh karena itu sesuai dengan prinsip taxability and deductibility,, bagi Wajib Pajak pemberi
bantuan atau sumbangan dan harta hibahan tersebut tidak dapat dibebankan sebagai biaya
perusahaan.
Dalam hal terdapat hubungan kepemilikan atau penguasaan, bantuan sumbangan dan harta
hibahan yang diterima TETAP DIKECUALIKAN sebagai objek PPh SEPANJANG PIHAK
PENERIMA MERUPAKAN BADAN KEAGAMAAN, PENDIDIKAN, ATAU SOSIAL
TERMASUK YAYASAN (PMK- 90 /PMK.03/2020).

www.pajak.go.id

Koreksi Fiskal Positif

Pajak Penghasilan
(Pasal 9 ayat (1) huruf h UU PPh)

PPh badan serta kredit pajak bukan merupakan biaya perusahaan.

www.pajak.go.id
Koreksi Fiskal Positif
Gaji Yang Dibayarkan Kepada Anggota Persekutuan, Firma Atau
CV Yang Modalnya Tidak Terbagi Atas Saham
(Pasal 9 ayat (1) huruf j UU PPh)

Berdasarkan Pasal 4 ayat (3) huruf i Undang-Undang PPh, bagian laba yang
diterima atau diperoleh anggota dari perseroan komanditer yang modalnya tidak
terbagi atas saham-saham, persekutuan, perkumpulan, firma, dan kongsi bukan
merupakan penghasilan.
Oleh karena itu sesuai dengan prinsip taxability and deductibility, bagi perseroan
komanditer tersebut pembayaran gaji kepada para anggotanya tidak dapat
dibebankan sebagai biaya perusahaan.

www.pajak.go.id

Koreksi Fiskal Positif

Sanksi Administrasi
(Pasal 9 ayat (1) huruf j UU PPh)

Sanksi administrasi berupa bunga, denda, dan kenaikan, serta sanksi pidana
berupa denda yang berkenaan dengan pelaksanaan perundang-undangan di
bidang perpajakan bukan merupakan biaya perusahaan.

www.pajak.go.id
Koreksi Fiskal Positif
Selisih Penyusutan /Amortisasi Komersial Komersial Di
Atas Penyusutan Fiskal
(Pasal 11 UU PPh)

Penyusutan adalah alokasi biaya perolehan suatu aktiva tetap (kecuali tanah) selama masa manfaat tertentu sesuai
dengan kelompok harta. Penyusutan fiskal diatur dalam Pasal 11 Undang-Undang (UU) Pajak Penghasilan (PPh).

Amortisasi adalah alokasi perolehan harta tidak berwujud selama masa manfaat tertentu. Ketentuan mengenai
amortisasi diatur dalam Pasal 11A UU PPh.

Pada umumnya, yang membedakan penyusutan fiskal dan komersial adalah dari perbedaan umur atau metode
penyusutan.

Masa manfaat aktiva tetap sesuai dengan kelompok aktiva tetap yang ditentukan oleh Menteri Keuangan. Dalam UU
PPh, metode penyusutan hanya ada dua, yaitu garis lurus (straight line method) dan saldo menurun (double
declining balanced method). Khusus untuk aktiva bangunan, wajib pajak hanya boleh menggunakan metode garis
lurus.

Apabila penyusutan/amortisasi komersial lebih besar dari penyusutan/amortisasi fiskal, maka dilakukan
koreksi fiskal positif.

www.pajak.go.id

Koreksi Fiskal Positif

Penyesuaian Fiskal Positif Lainnya

Penyesuaian berdasarkan ketentuan Pasal 4 dan Pasal 6 Undang-Undang PPh


beserta peraturan pelaksanaannya, dalam hal:
▪ terdapat penghasilan yang tidak diakui secara komersial akan tetapi termasuk
Objek Pajak yang dikenai PPh tidak bersifat final;
▪ terdapat biaya-biaya perusahaan lainnya atau kerugian yang diakui secara
komersial akan tetapi tidak dapat diakui secara fiskal;
▪ terdapat kerugian usaha di luar negeri baik melalui bentuk usaha tetap (BUT)
ataupun bukan BUT, setelah dilakukan penyesuaian fiskal positif dan negatif.

www.pajak.go.id
Koreksi Fiskal Negatif
Selisih Penyusutan /Amortisasi Komersial Komersial Di
Atas Penyusutan Fiskal
(Pasal 11 UU PPh)

Penyusutan adalah alokasi biaya perolehan suatu aktiva tetap (kecuali tanah) selama masa manfaat tertentu sesuai
dengan kelompok harta. Penyusutan fiskal diatur dalam Pasal 11 Undang-Undang (UU) Pajak Penghasilan (PPh).

Amortisasi adalah alokasi perolehan harta tidak berwujud selama masa manfaat tertentu. Ketentuan mengenai
amortisasi diatur dalam Pasal 11A UU PPh.

Pada umumnya, yang membedakan penyusutan fiskal dan komersial adalah dari perbedaan umur atau metode
penyusutan.

Masa manfaat aktiva tetap sesuai dengan kelompok aktiva tetap yang ditentukan oleh Menteri Keuangan. Dalam UU
PPh, metode penyusutan hanya ada dua, yaitu garis lurus (straight line method) dan saldo menurun (double declining
balanced method). Khusus untuk aktiva bangunan, wajib pajak hanya boleh menggunakan metode garis lurus.

Apabila penyusutan/amortisasi komersial lebih kecil dari penyusutan/amortisasi fiskal, maka dilakukan koreksi
fiskal negatif.

www.pajak.go.id

Koreksi Fiskal Negatif

Penyesuaian Fiskal Negatif Lainnya

Penyesuaian berdasarkan ketentuan umum Pasal 6 Undang-Undang


PPh beserta peraturan pelaksanaannya, dalam hal terdapat biaya-
biaya perusahaan lainnya atau kerugian yang tidak diakui secara
komersial akan tetapi dapat diakui secara fiskal.

www.pajak.go.id
KOREKSI FISKAL
No JENIS BIAYA KETERANGAN
POSITIF (NEGATIF)
1 ATK - Ps. 6 ayat (1) huruf a

Antar Jemput Pegawai

2 • Bus/Minibus - PER-51/PJ./2009 pasal 10, Ps.9 (1)e

• Sedan/Taksi Koreksi positif PER-51/PJ./2009 pasal 10, Ps.9 (1)e

Bonus

3 • Prestasi Kerja - Objek PPh 21


Ps. 9 ayat (1) huruf a dan SE-
• Pembagian Laba Koreksi positif
16/PJ.44/1992
4 Beasiswa DN atau LN - Ps. 6 ayat (1) huruf g

5 Biaya kendaraan direktur Koreksi positif KEP-220/PJ/2002

www.pajak.go.id

KOREKSI FISKAL
No JENIS BIAYA KETERANGAN
POSITIF (NEGATIF)
Biaya Bunga
• Bank DN - SE-46/PJ.4/1995
6
• Bank LN - SE-46/PJ.4/1995
Penjelasan Ps. 6 ayat (1) huruf a, S-
• untuk investasi saham Koreksi positif
358/PJ.312/1999
7 Entertainment
• Daftar Nominatif - SE-27/PJ.22/1986
• Tidak ada Daftar Nominatif Koreksi positif SE-27/PJ.22/1986

8 Gaji Pokok - Objek PPh 21, Ps. 6 ayat (1) huruf a


Bukan Objek PPh 21, Ps. 6 ayat (1)
9 Iuran Pensiun – MK -
huruf a
10 JKK & JKM - Objek PPh 21, Ps. 6 ayat (1) huruf a
www.pajak.go.id
KOREKSI FISKAL
No JENIS BIAYA KETERANGAN
POSITIF (NEGATIF)
Bukan Objek PPh 21, Ps. 6 ayat
11 JHT -
(1) huruf a
Kerugian Piutang
• Penyisihan Koreksi positif Ps. 9 ayat (1) huruf c
12 • Nyata2 tidak dapat ditagih =
- Se-62/PJ/2010
sesuai PMK-57/PMK.03/2010
• Tidak sesuai PMK-
Koreksi positif Se-62/PJ/2010
57/PMK.03/2010
13 Keselamatan Kerja - Ps. 6 ayat (1) huruf a
14 Karangan Bunga Koreksi positif Tidak berhubungan dengan 3M

Makan/minum Pegawai
15 Di tempat Kerja - PMK-83/PMK.03/2009
Di restoran Koreksi positif Natura/kenikmatan, Ps.9 (1)e
www.pajak.go.id

KOREKSI FISKAL
No JENIS BIAYA KETERANGAN
POSITIF (NEGATIF)
16 Materai - Ps. 6 ayat (1) huruf a
17 Olah Raga Pegawai Koreksi positif natura/kenikmatan, Ps.9 (1)e
Pengobatan
• Tunjangan - Objek PPh 21
• Penggantian - Objek PPh 21
18
• Cuma-Cuma Koreksi positif Ps. 9 ayat (1) huruf e
• P3K - Ps. 6 ayat (1) huruf a
Perjalanan
• Pegawai/dinas - Ps. 6 ayat (1) huruf a

19 • Cuti Pegawai Koreksi positif Natura/kenikmatan, Ps.9 (1)e


• Pemegang Saham Koreksi positif Ps. 9 ayat (1) huruf b
• Pejabat Koreksi positif Ps. 9 ayat (1) huruf i
www.pajak.go.id
KOREKSI FISKAL
No JENIS BIAYA KETERANGAN
POSITIF (NEGATIF)
PPh-21
20 • Tunjangan - Objek PPh 21
• Ditanggung Perusahaan Koreksi positif Natura/kenikmatan, Ps.9 (1)e
21 Pembagian Beras Koreksi positif Natura/kenikmatan, Ps.9 (1)e
22 Promosi - Ps. 6 ayat (1) huruf a
23 Pameran - Ps. 6 ayat (1) huruf a
24 Prangko - Ps. 6 ayat (1) huruf a
Penelitian Ps. 6 ayat (1) huruf a
25 • dilakukan di Indonesia - Ps. 6 ayat (1) huruf f
• dilakukan di LN Koreksi positif Ps. 6 ayat (1) huruf f
26 Profesional fee-DN - Ps. 6 ayat (1) huruf a
www.pajak.go.id

KOREKSI FISKAL
No JENIS BIAYA KETERANGAN
POSITIF (NEGATIF)
27 Profesional fee-LN - Ps. 6 ayat (1) huruf a
Penjelasan Ps. 6 ayat (1) huruf
28 Pajak Daerah -
a, Se-02/PJ.42/2002
Pajak Masukan yang
29 - PP 94 Tahun 2010
tidak dapat dikreditkan
30 PPh Final Koreksi positif Ps. 9 ayat (1) huruf h
31 Parsel Lebaran Koreksi positif Tidak berhubungan dengan 3M
32 Pulsa/HP Pegawai Koreksi positif 50% KEP-220/PJ/2002
Penyusutan
• Komputer Kelompok 1
• Handphone Disusutkan hanya 50% secara fiskal Kelompok 1, KEP-220/PJ/2002
33
• Kendaraan Operasi Disusutkan seluruhnya Kelompok 2, KEP-220/PJ/2002
• Sedan Disusutkan hanya 50% secara fiskal Kelompok 2, KEP-220/PJ/2002
• Inventaris
www.pajak.go.id
KOREKSI FISKAL
No JENIS BIAYA KETERANGAN
POSITIF (NEGATIF)

Penjelasan Ps. 6 ayat (1) huruf a, Se-


34 Retribusi Daerah -
02/PJ.42/2002
35 Rugi Kurs - Pasal 6 ayat (1) huruf e
36 Rekreasi/piknik Koreksi positif Natura/kenikmatan, Ps.9 (1)e
Seragam
• Pabrik - PER-51/PJ./2009 pasal 10, Ps.9 (1)e
37 • Satpam - PER-51/PJ./2009 pasal 10, Ps.9 (1)e
• Hansip - PER-51/PJ./2009 pasal 10, Ps.9 (1)e
• Staff Koreksi positif Natura/kenikmatan, Ps.9 (1)e

38 Sanksi Administrasi Pajak Koreksi positif Pasal 9 ayat (1) huruf k

39 Sewa Kantor - Ps. 6 ayat (1) huruf a


40 Seminar - Ps. 6 ayat (1) huruf g
www.pajak.go.id

KOREKSI FISKAL
No JENIS BIAYA KETERANGAN
POSITIF (NEGATIF)
Sewa Rumah Pegawai
• Tunjangan Sewa Rumah - Objek PPh 21
41
• Tidak diberikan tunjangan sewa
Koreksi positif Natura/kenikmatan, Ps.9 (1)e
rumah
Sumbangan
• Bencana nasional :Tsunami PMK-609/PMK.03/2004, PMK-
-
Aceh 14/PMK.03/2005
• Bencana nasional :Gempa
- PMK-93/PMK.03/2006
Yogyakarta
42
• Penelitian & Pengembangan Ps.6 ayat (1) huruf j
• fasilitas pendidikan Ps.6 ayat (1) huruf l
• Pembinaan olah raga Ps.6 ayat (1) huruf m
• biaya pembangunan infrastruktur
Ps.6 ayat (1) huruf k
sosial
www.pajak.go.id
KOREKSI FISKAL
No JENIS BIAYA KETERANGAN
POSITIF (NEGATIF)

43 Telepon, fax - Ps. 6 ayat (1) huruf a

44 Training DN atau LN - Ps. 6 ayat (1) huruf g

45 Tunjangan Aktifitas - Objek PPh 2, Ps. 6 ayat (1) huruf a

46 THR - Objek PPh 21, Ps. 6 ayat (1) huruf a

www.pajak.go.id

SALURAN PENGADUAN 2

Telepon 1500200
Ponsel (021) 1500200
Faksimile (021) 5251245

pengaduan@pajak.go.id pengaduan.pajak.go.id

Saluran Pengaduan Pelayanan Perpajakan


Direktorat Jenderal Pajak

@kring_pajak pajak.go.id

Surat yang ditujukan atau datang langsung ke alamat: Direktorat


Penyuluhan, Pelayanan dan Hubungan Masyarakat, Gedung Mar’ie
Muhammad Lantai 16, Kantor Pusat Direktorat Jenderal Pajak, Jalan
Jenderal Gatot Subroto, Kavling 40-42, Jakarta

www.pajak.go.id
www.pajak.go.id

www.pajak.go.id
12 Oktober

2021
LAPOR SPT Tahunan
Lebih Mudah dengan E-Form

DEJA(P)U
TAX EXPO
Kanwil DJP Jakarta Pusat
E-FORM

Pelaporan SPT Tahunan PPh Badan


lebih mudah

KPP Pratama Jakarta Senen


Jakarta, 12 Oktober 2021

www.pajak.go.id

Pengertian
Apa itu SPT Tahunan?
• Surat Pemberitahuan (SPT) adalah surat
yang oleh Wajib Pajak digunakan untuk
melaporkan penghitungan dan/atau
pembayaran pajak, objek pajak dan/atau
bukan objek pajak, dan/atau harta dan
kewajiban sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan perpajakan.

• SPT Tahunan adalah SPT untuk suatu Tahun


Pajak atau Bagian Tahun Pajak.

Pasal 1 angka 11 dan 13 UU KUP


?
Mengapa Kita Wajib
Melaporkan
SPT Tahunan

Kewajiban Perpajakan

Mendaftarkan Menghitung Membayar Melaporkan


diri untuk memperoleh pajak yang harus dibayar Pajak yang seharusnya seluruh kegiatan usaha
NPWP jika telah memenuhi sesuai dengan kegiatan dibayar dengan dalam Surat
syarat objektif dan subjektif usaha wajib pajak mekanisme membayar Pemberitahuan (SPT)
sendiri ke Kas Negara Masa dan Tahunan
(melalui Kantor Pos atau sesuai kondisi
Bank Persepsi), dan sebenarnya
Pemotongan/ Pemungutan
Pajak oleh pihak lain
www.pajak.go.id
Wajib Pajak Badan
Sekumpulan orang dan/atau modal yang
merupakan kesatuan baik yang
melakukan usaha maupun yang tidak
melakukan usaha yang meliputi :
✓ Perseroan Terbatas (PT),
✓ perseroan komanditer (CV),
✓ perseroan lainnya,
✓ Badan Usaha Milik Negara (BUMN),
✓ Badan Usaha Milik Dearah (BUMD),
✓ firma,
✓ kongsi,
✓ koperasi,
✓ dana pensiun,
✓ persekutuan,
✓ perkumpulan,
✓ yayasan,
✓ organisasi massa,
✓ organisasi sosial politik, atau organisasi lainnya,
✓ lembaga dan bentuk badan lainnya
✓ kontrak investasi kolektif dan bentuk usaha tetap (BUT).

(Penjelasan Pasal 2 ayat (1) huruf b UU PPh)

Media
Penyampaian SPT
Penyampaian SPT Tahunan
dapat dilakukan melalui:
1. e-filing (www.djponline.pajak.go.id)
2. Penyedia Jasa Aplikasi Perpajakan (PJAP)
3. Kantor Pos atau jasa ekspedisi (tercatat)
4. Datang langsung ke KPP / KP2KP

www.pajak.go.id
Batas Waktu
Penyampaian SPT
ATAU
April 2021
4 BULAN Setelah Akhir

30
Tahun Buku
(Bagi WP yang Tahun Bukunya
Tidak Sama Dengan Tahun
Takwim)

Kekurangan pembayaran pajak


yang terutang berdasarkan SPT
Tahunan PPh harus dibayar
lunas sebelum SPT PPh
disampaikan.

(Pasal 3 ayat (3) huruf c dan Pasal 9 ayat (2) UU KUP)

Alur Pengisian
SPT Tahunan

Kurang Bayar (KB) BAYAR

Lebih Bayar (LB) Isi SPT


HITUNG Lengkap, Benar, dan Jelas
NIHIL

LAPOR

www.pajak.go.id
PENGHASILAN
www.pajak.go.id

Definisi
Penghasilan
Setiap tambahan kemampuan ekonomis yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak, baik
yang berasal dari Indonesia maupun dari luar Indonesia, yang dapat dipakai untuk
konsumsi atau untuk menambah kekayaan Wajib Pajak yang bersangkutan, dengan
nama dan dalam bentuk apa pun.
▪Pasal 4 ayat (1) UU Nomor 7 Tahun 1983 s.t.d.t.d. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2020

Objek Pajak yang Bersifat Final


(Pasal 4 ayat (2) UU PPh)
Objek Pajak
Objek Pajak Dengan Ketentuan (Tarif) Umum
KLASIFIKASI (Pasal 4 ayat (1) UU PPh)
PENGHASILAN

Yang Dikecualikan dari


Objek Pajak
(Pasal 4 ayat (3) UU PPh)
www.pajak.go.id
Penghasilan yang
Merupakan Objek Pajak
Pasal 4 ayat (1) UU PPh

1. Penghasilan yang diterima atau diperoleh dari pekerjaan atau jasa;


2. Hadiah dari undian pekerjaan atau kegiatan dan penghargaan;
3. Laba usaha;
4. Keuntungan karena penjualan atau karena pengalihan harta;
5. Penerimaan kembali pembayaran pajak yang telah dibebankan sebagai biaya
dan pembayaran tambahan pengembalian pajak;
6. Bunga termasuk premium, diskonto, dan imbalan karena jaminan
pengembalian utang;
7. Dividen dengan nama dan dalam bentuk apapun, termasuk dividen dari
perusahaan asuransi kepada pemegang polis;
8. Royalti;
9. Sewa dan penghasilan lain sehubungan dengan penggunaan harta;

Penghasilan yang
Merupakan Objek Pajak
10. Penerimaan atau perolehan pembayaran berkala;
11. Keuntungan karena pembebasan utang, kecuali sampai dengan
jumlah tertentu yang ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah;
12. Keuntungan selisih kurs mata uang asing;
13. Selisih lebih karena penilaian kembali aktiva;
14. Premi asuransi;
15. Iuran yang diterima/diperoleh perkumpulan dari anggotanya yang
terdiri dari WP yang menjalankan usaha/pekerjaan bebas;
16. Tambahan kekayaan neto yang berasal dari penghasilan yang
belum dikenakan pajak;
17. Penghasilan dari usaha berbasis Syariah;
18. Imbalan bunga sesuai UU KUP;
19. Surplus Bank Indonesia; www.pajak.go.id
PPh Final
PPh Final (dibayar sendiri atau dipotong
pihak lain) tidak dapat dikreditkan.
Biaya-biaya yang digunakan untuk
menghasilkan, menagih, dan memelihara
(3M) penghasilan yang dikenakan PPh final
tidak dapat dikurangkan dalam
memperhitungkan PPh terutang pada akhir
tahun (dalam SPT Tahunan PPh).
Penghasilan yang dikenakan PPh Final
tidak digabung dalam penghitungan
pajak akhir tahun, tapi cukup dilaporkan
saja.
www.pajak.go.id

Penyusutan
(Pasal 11 ayat (1) UU PPh )

Penyusutan atas pengeluaran:


 untuk pembelian, pendirian, penambahan,
perbaikan, atau perubahan harta berwujud,
 kecuali tanah yang berstatus hak milik, hak guna
bangunan, hak guna usaha, dan hak pakai,
 yang dimiliki dan digunakan untuk
mendapatkan, menagih, dan memelihara
penghasilan yang mempunyai masa manfaat
lebih dari 1 (satu) tahun.

www.pajak.go.id
Penyusutan
Dilakukan :
1. dalam bagian-bagian yang sama besar selama
masa manfaat yang telah ditentukan bagi harta
tersebut (metode Garis Lurus) → ayat (1)
2. dalam bagian-bagian yang menurun selama
masa manfaat, yang dihitung dengan cara
menerapkan tarif penyusutan atas nilai sisa buku,
dan pada akhir masa manfaat nilai sisa buku
disusutkan sekaligus, dengan syarat dilakukan
secara taat asas (metode Saldo Menurun) →
ayat (2)

(Penjelasan Pasal 11 ayat (1) dan (2) UU PPh )


www.pajak.go.id

Penyusutan
(Pasal 9 ayat (6) UU PPh )

Kelompok Harta Masa


Garis Lurus Saldo Menurun
Berwujud Manfaat
I. Bukan bangunan
Kelompok 1 4 tahun 25% 50%
Kelompok 2 8 tahun 12,5% 25%
Kelompok 3 16 tahun 6,25% 12,5%
Kelompok 4 20 tahun 5% 10%
II. Bangunan
Permanen 20 tahun 5%
Tidak Permanen 10 tahun 10%
Daftar Kelompok Harta (PMK no. 96/PMK.03.2009) www.pajak.go.id
Amortisasi
(Pasal 11A UU PPh )
Amortisasi atas pengeluaran :
 untuk memperoleh harta tak berwujud (hak
cipta, hak paten, dan lainnya) dan pengeluaran
lainnya termasuk biaya perpanjangan hak guna
bangunan, hak guna usaha, hak pakai, dan
muhibah (goodwill)
 yang mempunyai masa manfaat lebih dari 1
(satu) tahun
 yang dipergunakan untuk mendapatkan,
menagih, dan memelihara penghasilan

www.pajak.go.id

Penghitungan
Penghasilan

Seluruh Wajib Pajak Badan WAJIB PEMBUKUAN

Kewajiban Pembukuan
Pembukuan harus diselenggarakan di Indonesia dengan ketentuan:
a. memperhatikan iktikad baik dan mencerminkan keadaan atau kegiatan usaha
yang sebenarnya;
b. menggunakan huruf latin, angka Arab, satuan mata uang rupiah, dan disusun
dalam bahasa Indonesia atau dalam bahasa asing yang diizinkan oleh Menteri
Keuangan (PER-24/PJ/2020);
Pasal 28 UU KUP
Penghitungan
Penghasilan
c. prinsip taat asas dan dengan stelsel akrual dan stelsel kas;
d. perubahan terhadap metode pembukuan dan/atau tahun buku harus
mendapat persetujuan dari Direktur Jenderal Pajak;
e. sekurang-kurangnya terdiri atas catatan mengenai harta, kewajiban, modal,
penghasilan dan biaya, serta penjualan dan pembelian sehingga dapat
dihitung besarnya pajak yang terutang;
f. pembukuan dengan menggunakan bahasa asing dan mata uang selain
Rupiah dapat diselenggarakan setelah mendapat izin Menteri Keuangan.

Note:
Buku, catatan, dan dokumen yang menjadi dasar pembukuan atau pencatatan dan dokumen lain termasuk
hasil pengolahan data dari pembukuan yang dikelola secara elektronik atau secara program aplikasi online
wajib disimpan selama 10 (sepuluh) tahun di Indonesia.

Bagaimana
Menghitung Pajak?
• JUMLAH SELURUH PENGHASILAN BRUTO Rp, XXX
• BIAYA Rp, XXX
(-)
• JUMLAH PENGHASILAN NETO KOMERSIAL Rp, XXX
• KOREKSI FISKAL
POSITIF Rp, XXX
NEGATIF Rp, XXX
(+)
• PENGHASILAN NETO FISKAL Rp, XXX
• KOMPENSASI KERUGIAN Rp, XXX

• PENGHASILAN KENA PAJAK Rp, XXX


(-)
• PPh TERUTANG Rp, XXX

• KREDIT PAJAK Rp, XXX


• DIPOTONG/DIPUNGUT PIHAK KETIGA Rp, XXX
• TELAH DIBAYAR SENDIRI Rp, XXX
(+)
• JUMLAH KREDIT PAJAK Rp, XXX
(-)
• KURANG/LEBIH BAYAR Rp, XXX
Tarif
PPh Badan
PERPPU NOMOR 1 TAHUN 2020

Tarif PPh Badan turun secara Tarif PPh Badan Go Public dengan persyaratan
bertahap menjadi: tertentu 3% lebih rendah dari tarif normal:

Aturan sebelumnya Aturan sebelumnya


Tarif PPh Badan sebesar 25% Tarif PPh Badan Go Public (semuanya) adalah 5%
lebih rendah dari tarif normal yaitu menjadi 20%

22% 19%
2020 2020
2021 2021

www.pajak.go.id

Contoh
Penghitungan Pajak

Pajak yang terutang untuk Wajib Pajak Badan


dalam negeri dan bentuk usaha tetap:

Penghasilan Kena Pajak PT. Damai pada Tahun Pajak 2020 sebesar
Rp3.640.000.000,00
Pajak Penghasilan yang terutang untuk Tahun Pajak 2020:
22% x Rp3.640.000.000,00
= Rp800.800.000
www.pajak.go.id
Kredit Pajak

➢ Pemotongan dan/atau pemungutan PPh:


• PPh Pasal 22 (Pemungutan PPh atas impor atau
transaksi tertentu lainnya)
• PPh Pasal 23 (Pemotongan PPh antara lain atas
persewaan harta selain tanah dan/atau
bangunan)
➢ Pembayaran PPh oleh Wajib Pajak sendiri
(angsuran PPh Pasal 25)
➢ PPh yang dipotong atau dibayar di luar negeri (PPh
Pasal 24)

www.pajak.go.id

Kredit Pajak
PPh Pasal 24
Besarnya PPh Pasal 24 yang dapat dikreditkan
adalah yang lebih kecil antara:
a. PPh yang dipotong/dibayarkan di luar negeri;
atau
b. Batas maksimum kredit pajak luar negeri (KPLN).

Penghasilan di Luar Negeri


Batas maksimum KPLN = x PPh Terutang
Penghasilan Kena Pajak

➢ Jika Penghasilan Kena Pajak lebih kecil dari pada Penghasilan di Luar Negeri:
-- Batas maksimum KPLN adalah sebesar PPh terutang atas Penghasilan Kena Pajak
www.pajak.go.id
Dokumen yang disiapkan untuk
Mengisi SPT Tahunan

1. Laporan Keuangan
2. Daftar Susunan Pemegang Saham
3. Daftar Susunan Pengurus
4. Daftar Aset Sampai Akhir Tahun
5. Catatan omzet per bulan
6. Bukti penyetoran PPh Final

Tata Cara Pengisian


SPT Tahunan 1771
Wajib Pajak Badan Penghasilan Bruto Tertentu (PP-23 Tahun 2018)
Dokumen
Lampiran SPT Tahunan 1771

1. Rekapitulasi Omzet Tahunan


2. Bukti Penyetoran PPh Final
PP 23 Tahun 2018
3. Laporan Keuangan
(Laba/Rugi dan Neraca)
4. Daftar Penyusutan dan
Amortisasi Fiskal

Aplikasi e-
Form
Perubahan Aplikasi e-
Form
• Formulir berbentuk PDF
• Formulir dapat dibuka dengan Adobe PDF Reader
dengan minimal versi 20
• Dapat digunakan di Windows dan Mac
• Tersedia data prepopulated untuk Form 1770 dan
1770S Orang Pribadi
• Data dapat diimport menggunakan file csv
• Validasi SSP untuk SPT dengan status Kurang
Bayar

Perbedaan Aplikasi e-Form Lama dan Baru

E-Form Lama (IBM) E-Form Baru (PDF)


• Format download file .xfdl • Format download file .pdf
• Dibuka dengan menggunakan • Dibuka dengan menggunakan
IBM Viewer Adobe PDF Reader
• Token dapat dikirimkan melalui • Token dapat dikirimkan melalui
email email dan sms OTP
• Tidak terdapat fitur impor data • Terdapat fitur impor data
melalui csv untuk data-data
tabular seperti daftar bukti
potong dan lainnya
• Tidak terdapat validasi NTPN • Terdapat validasi NTPN dan PBK
dan PBK saat submit saat submit
• Tidak dapat dibuka di Mac • Dapat dibuka di Mac
Arsip
SPT
Aksi :
• Kirim BPE

Unduh
Viewer
Unduh dan install
aplikasi Adobe PDF
Reader yang telah
disediakan sebelum
mengisi formulir
Buat SPT untuk WP
Badan
1. Pilih Tahun Pajak yang ingin
dilaporkan
2. Pilih Status SPT (normal
atau pembetulan)
3. Hanya Kirim Token
4. Media Pengiriman Token
(email atau nomor
handphone)
5. Klik tombol Kirim
Permintaan

Laman e-Form PDF


1. Halaman untuk mengunduh
format csv dan petunjuk
pengisian
Prepopulated

Data
Prepopulated
• PPh Pasal 21
• 1721 A1/A2
• Non Final
• Final
• PPh Pasal 22
• PPh Pasal 23
• PPh Pasal 4 ayat (2)
• PPh Pasal 25
• Data Pembayaran PP 23
Formulir 1771

Formulir
1771
• Fitur impor file CSV pada :
a. Lampiran III (Kredit Pajak Dalam Negeri)
b. Lampiran Khusus 1A (Daftar Penyusutan Amortisasi Fiskal)
c. Lampiran Khusus 7A (Kredit Pajak Luar Negeri)
d. Lampiran Khusus 5A (Daftar Cabang Utama Perusahaan)
e. Lampiran SSP pada Halaman Submit
• Validasi Nomor SSP saat submit apabila status SPT Wajib
Pajak Kurang Bayar
Formulir
1771

Formulir
1771
Formulir
1771

KODE PESAN ERROR


SPT Tahunan
Dianggap Tidak Disampaikan

1. SPT Tidak Ditandatangani 4. SPT Disampaikan Setelah Dilakukan


2. SPT Tidak Sepenuhnya Dilampiri Keterangan Pemeriksaan, Melakukan Pemeriksaan Bukti
dan/atau Dokumen Yang Dipersyaratkan Permulaan Secara Terbuka, atau Menerbitkan
Surat Ketetapan Pajak
3. SPT Yang Menyatakan Lebih Bayar
Disampaikan Setelah 3 (Tiga) Tahun

Ke Mana
1 JUTA
Uang Pajak Kita ?
Terima Kasih
12 Oktober

2021
PP 23 Tahun 2018
Bayar Pajak Mudah
Hilangkan Galau Pelaku Usaha

DEJA(P)U
TAX EXPO
Kanwil DJP Jakarta Pusat
PP 23 TAHUN 2018
BAYAR PAJAK SEDERHANA
HILANGKAN GALAU
PELAKU USAHA
Setengah Persen, Sepenuh Hati

Jakarta, 12 Oktober 2021


www.pajak.go.id

APA ITU
UMKM?

www.pajak.go.id
SUBJEK DAN OBJEK PAJAK UMKM 3

Orang Pribadi

Peredaran bruto Omzet ditotal dari


Penghasilan dari (omzet) setahun seluruh gerai/outlet,
USAHA* tidak melebihi baik pusat atau
Rp 4,8Miliar cabang
Badan

*USAHA antara lain usaha dagang, industri, dan jasa, seperti misalnya toko/kios/los kelontong,
pakaian, elektronik, bengkel, penjahit, warung/rumah makan, salon, dan usaha lainnya baik daring
(online) maupun luring (offline)
www.pajak.go.id

PEREDARAN BRUTO TERTENTU 4

Merupakan jumlah peredaran bruto dalam 1 (satu) tahun dari tahun


pajak terakhir sebelum tahun pajak bersangkutan, yang ditentukan
berdasarkan keseluruhan peredaran bruto dari usaha, termasuk
peredaran bruto dari cabang
BUKAN OBJEK PAJAK UMKM 5

Penghasilan dari jasa sehubungan dengan Pekerjaan Bebas


1 Misalnya: dokter, pengacara, akuntan, notaris, PPAT, arsitek, pemain musik, pembawa
acara, dll

2 Penghasilandi Luar Negeri


Penghasilan yang dikenai PPh Final
3 Misal: sewa rumah, jasa konstruksi, PPh usaha migas, dan lainnya yang diatur
berdasarkan PP

Penghasilan yang dikecualikan sebagai objek pajak


4
www.pajak.go.id

KONDISI UMKM DI INDONESIA 6

PDB Indonesia

Produk Domestik Bruto


(61,7% dari PDB)
kurang lebih Rp8.952
triliun dari
Rp14.837 triliun PDBIndonesia (BPS,2018)
berkontribusi dalam menggerakkan
perekonomian Indonesia

www.pajak.go.id
PENURUNAN TARIF PPH FINAL UMKM 7

1 %
PP 46 Tahun 2013

0,5PP 23 Tahun 2018


%

www.pajak.go.id

PP 23 TAHUN 2018 8

Mendorong peran serta masyarakat dalam kegiatan


ekonomi formal

Kemudahan dalam melaksanakan kewajiban


UNTUK perpajakan
APA?
Memberi kesempatan berkontribusi bagi negara

Pengetahuan tentang manfaat pajak bagi masyarakat


meningkat

www.pajak.go.id
PELAKSANAAN PP 23 TAHUN 2018 9

DAFTAR HITUNG BAYAR LAPOR

www.pajak.go.id

10

CARA DAFTAR
NPWP UMKM

www.pajak.go.id
E-REGISTRATION https://EREG.PAJAK.GO.ID/ 11

BADAN

Akta/dokumen pendirian

KTP & NPWP seluruhpengurus

www.pajak.go.id

JANGKA WAKTU PEMAKAIAN TARIF 0,5% 12

Orang Pribadi
Jangkawaktu7 tahun*

Badan Usaha, berbentuk:


PT,dengan jangka waktu3 tahun *
CV,Firma, & Koperasi, dengan jangka waktu4 tahun *

Jangka waktu dihitung, sejak:


WP Lama : Tahun Pajak PP 23 berlaku (2018)
WP Baru : Tahun Pajak terdaftar
www.pajak.go.id
WAJIB PAJAK YANG TIDAK DIKENAI 13
PP 23 TAHUN 2018

WP yang memilih untuk dikenai Ketentuan Umum PPh


1 (Wajib Pajak menyampaikan Surat Pemberitahuan ke KPP dan pada Tahun Pajak-Tahun Pajak berikutnya
terus menggunakan Tarif PPh Pasal 17)

WP Badan yang memperoleh fasilitas PPh Pasal 31A UU PPh atau


2 PP 94 Tahun 2010

3 BUT

CV atau Firma yang:


4 •

dibentuk oleh beberapa WP OP yang memiliki keahlian khusus; dan
menyerahkan jasa sejenis dengan jasa sehubungan dengan pekerjaan
bebas
www.pajak.go.id

PILIHAN PEMENUHAN KEWAJIBAN 14

KETENTUAN UMUM PPH

www.pajak.go.id
KETENTUAN UMUM PPH 15

TARIF PASAL 17

www.pajak.go.id

PILIHAN TARIF PAJAK UMKM 16

PPh Final PP 23 Ketentuan Umum PPh


(Tarif Pasal 17)

www.pajak.go.id
17

CARA HITUNG
PAJAK UMKM

www.pajak.go.id

Contoh 1 PENENTUAN PEREDARAN BRUTO


18

Peredaran Bruto PTA Tahun 2019

Outlet X: Rp 1 Miliar Outlet Y: Rp 2 Miliar Outlet Z: Rp 2 Miliar

PT A pada tahun 2020 tidak dapat dikenai Pajak Penghasilan Final, karena
peredaranbruto usahaPTAdari seluruh tempatusahapadatahun 2019 melebihi
Rp4.800.000.000,00

www.pajak.go.id
Contoh 2 PENGENAAN PPH
19

PT B PTBterdaftar pada Agustus 2018.


Bagaimana pengenaan PPh terhadap PT B?
Terdaftar: Agustus2018

Jika PT B memilih untuk dikenai PPh Final 0,5%


1 penghasilan bruto Agustus-Desember 2018 dikenai PPh final sebesar 0,5% dari
peredaran bruto setiap bulan.

Jika PT B memilih untuk dikenai PPh berdasarkan ketentuan umum


2 PTBwajib menyampaikan pemberitahuan keDJP.Ataspenghasilan tahun pajak 2018
dan seterusnya dikenai pajak sesuai ketentuan umum.

www.pajak.go.id

Contoh 3 PENGHITUNGAN PPH FINAL


20

Pada bulan Agustus 2020, PTCmemperoleh omzet Rp500.000.000

PPh Final = 0,5% x Peredaran Bruto

PPh Final = 0,5% xPeredaran Bruto


= 0,5% xRp500.000.000
= Rp2.500.000

PPh Final yang terutang untuk Masa Pajak Agustus 2020 sebesar Rp2.500.000
Penyetoran ke kas negara paling lambat dilakukan tanggal 15 September
2020

www.pajak.go.id
21

CARA BAYAR
PAJAK UMKM

www.pajak.go.id

PELUNASAN PAJAK 22

Dipotong atau
dipungut oleh
Setor sendiri Pemotong atau
Pemungut *

Kode Akun Pajak 411128 * WP mengajukan


Surat Keterangan
Kode Jenis Setoran 420
secaradaring (online)
Paling lambat tanggal 15 bulan
berikutnya setelah MasaPajakberakhir
www.pajak.go.id
SURAT KETERANGAN 23

www.pajak.go.id

24

1 Buat Kode Billing 2 Bayar Pajaknya

• Menu e-Billing DJPOnline • Petugas Teller Bank& KantorPos


• Layanan billing-djp/ diKPP/KP2KP • Mini ATM
• Kring Pajak1500200 • Internet Banking & Mobile
• Petugas Teller/CS Bank& KantorPos Banking
• Internet Banking • ATM
• ATM

www.pajak.go.id
ATM BANK MANDIRI

1. Masukkan PIN 25
2. Pilih Bayar/Beli
3. Pilih Lainnya
4. Pilih Penerimaan Negara
5. Pilih Buat ID Biling Pajak, lalu masukkan NPWP
6. Pilih JenisPajak PPh Final Bruto Tertentu
7. Masukkan Masa dan Tahun Pajak (MMYYYY)
8. Masukkan Jumlah Pajak yang dibayar
9. Konfirmasi Pembayaran (Ya/Tidak)
10.Simpan struk ATM sebagai Bukti Penerimaan Negara (BPN)

www.pajak.go.id

ATM BANK BNI

1. Masukkan PIN
26
2. Pilih Menu Lain
3. Pilih Pembayaran
4. Pilih Pajak/Penerimaan Negara
5. Pilih Pajak Masa Tertentu
6. Masukkan 15 digit NPWP, pilihBenar
7. Pilih PPh Final Bruto Tertentu, pilih Ya
8. Masukkan Masa dan Tahun Pajak (MMYYYY)
9. Pilih benar, masukkan Nominal Pajak
10.Pastikan ulang, jika yakin pilih Benar
11.Simpan struk ATM sebagai Bukti Penerimaan Negara (BPN)

www.pajak.go.id
ATM BANK BCA
1. Masukkan PIN
2. Pilih Transaksi Lain 27
3. Pilih Pembayaran
4. Pilih MPN
5. Pilih Pajak Final Bruto Tertentu
6. Masukkan 15 digit NPWP, diikuti 2 digit bulan dan 2 digit tahun
(NPWPMMYY)
Contoh untuk Masa Agustus 2018:8817208906550000818
7. Pilih Benar
8. Pilih benar, masukkan Nominal Pembayaran
9. Pastikan ulang, jika yakin pilih Benar
10.Simpan struk ATM sebagai Bukti Penerimaan Negara (BPN)

www.pajak.go.id

28

CARA LAPOR
PAJAK UMKM

www.pajak.go.id
PELAPORAN SPT 1771 e-FORM 29

WP BADAN

SPT Tahunan PPh WP Badan wajib disampaikan paling


lambat 4 (empat) bulan setelah akhir Tahun
Pajak

www.pajak.go.id

DAFTAR AKUN 30

di DJP ONLINE (pajak.go.id)

EFIN BADAN
1. Unduh Formulir
2. Isi Formulir
3. Kirim Formulir, foto NPWP perusahaan, foto KTPdan
NPWP pengurus, swafoto pengurus memegang KTP
dan NPWP,foto akta perusahaan keemail kantor pajak
(kpp.xxx@pajak.go.id) *

* xxx = isi dengan kode KPPterdaftar

www.pajak.go.id
LOGIN 31

di DJP ONLINE (pajak.go.id)

www.pajak.go.id

PILIH e-FORM DAN ISI FORMULIR 32

Setelah Login, akan muncul


laman Dashboard

Pilih Menu Lapor > e-Form

www.pajak.go.id
BUKTI PENERIMAAN ELEKTRONIK 33

www.pajak.go.id

34

PPh FINAL UMKM DITANGGUNG PEMERINTAH


Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun2018
PENERIMA INSENTIF PPh FINAL

PPh final ditanggung Pemerintah diberikan untuk Masa Pajak


Januari 2021 sampai dengan Masa Pajak Desember 2021
PP23
TAHUN 2018

(Wajib Pajak tidak perlu menyetorkan PPh final 0,5%)

menyampaikan Laporan realisasi PPh final ditanggung Pemerintah


melalui saluran tertentu pada laman www.pajak.go.id paling lambat
tanggal 20 setelah berakhirnya Masa Pajak

35
TRANSAKSI DENGAN PEMOTONG/PEMUNGUT
▪ Wajib Pajakmenyerahkan fotokopi Surat Keterangan

▪ Pemotong/pemungut melakukan konfirmasi Surat Keterangan ke laman


www.pajak.go.idpadamenuRumahKonfirmasi Dokumen

▪ Dalam hal SuratKeterangan telah terkonfirmasi, pemotong/pemungut pajak


tidak melakukan pemotongan/pemungutan PPh\

▪ Pemotong/pemungut pajak harus membuat SSP/cetakan kode billing yang


dibubuhi cap/tulisan “PPh FINAL DITANGGUNG PEMERINTAH EKS PMK
NOMOR /PMK.03/2021”

PPh FINAL
Kewajiban Wajib Pajak yang
memanfaatkan insentif PPh
final ditanggung Pemerintah
PP23
TAHUN 2018

▪ WP harus menyampaikan Laporan realisasi


PPh Final ditanggung Pemerintah melalui
saluran tertentu pada laman www.pajak.go.id
36
▪ Laporan realisasiPPh final ditanggung
Pemerintah meliputi PPh terutang atas
penghasilan yang diterima/diperoleh WP
termasukdari transaksidengan
Pemotong/Pemungut
▪ SSP/cetakan kode billing yang dibubuhi
cap/tulisan “PPh FINAL DITANGGUNG
PEMERINTAH EKSPMK NOMOR /PMK.03/2021”
(jika ada transaksidengan Pemotong/Pemungut
Pajak);agar disimpan sebagaidokumentasi
PPh FINAL
Kewajiban Wajib Pajak yang
memanfaatkan insentif PPh
final ditanggung Pemerintah
PP23
TAHUN 2018

▪ Laporan realisasi disampaikan paling


lambat tanggal 20 Bulan berikutnya
setelah MasaPajakberakhir
37
▪ Wajib Pajak yang menyampaikan laporan
realisasi melebihi batas waktuyang
ditentukan, tidak dapat memanfaatkan
insentif PPh FinalDTP

▪ Wajib Pajak dapat menyampaikan


pembetulan ataslaporan realisasiPPh Final
DTPpaling lambat akhir bulan
berikutnya setelah batas waktupelaporan
realisasi

PEMBERIAN INSENTIF PPh FINAL

Alur Pelaporan
PP23
TAHUN 2018
1. Login eReporting

2. Klikbutton "tambah"pelaporan

3. Pemilihan jenis pelaporan realisasi baru

4. Isikan kode keamanan sesuai permintaan


sistem

5. Unduh dan mengisi laporan realisasi 38


pada file Excel
(agar diperhatikan format penamaan file)

6. Validasi macro

7. Upload file ExcelLaporanRealisasi


PEMBERIAN INSENTIF PPh FINAL

Alur Pelaporan
PP23
TAHUN 2018
1. Login eReporting

2. Klikbutton "tambah"pelaporan

3. Pemilihan jenis pelaporan realisasi baru

4. Isikan kode keamanan sesuai permintaan


sistem
39
5. Unduh dan mengisi laporan realisasi
pada file Excel
(agar diperhatikan format penamaan file)

6. Validasi macro

7. Upload file ExcelLaporanRealisasi

PEMBERIAN INSENTIF PPh FINAL

Alur Pelaporan
PP23
TAHUN 2018
1. Login eReporting

2. Klikbutton "tambah"pelaporan

3. Pemilihan jenis pelaporan realisasi baru

4. Isikan kode keamanan sesuai permintaan


sistem

5. Unduh dan mengisi laporan realisasi 40


pada file Excel
(agar diperhatikan format penamaan file)

6. Validasi macro

7. Upload file ExcelLaporanRealisasi


SALURAN
PENGADUAN
PERPAJAKAN

www.pajak.go.id

www.pajak.go.id
www.pajak.go.id
13 Oktober

2021
Insentif Pajak Now
PMK 102 dan 103 Tahun 2021

DEJA(P)U
TAX EXPO
Kanwil DJP Jakarta Pusat
ADA DISKON PAJAK
SEWA GERAI DAN BELI RUMAH, LHO!
PMK-102/PMK.010/2021
PMK-103/PMK.010/2021

KPPMadya JakartaPusat
Rabu, 13Oktober2021

Insentif PPN
Sewa Ruangan
PMK-102/PMK.010/2021
2
LATAR BELAKANG

Untuk menjaga keberlangsungan usaha sektor perdagangan eceran di masa


pandemi Corona Virus Disease 2019 (COVID-19) guna mendorong pertumbuhan
ekonomi nasional

Mewujudkan dukungan Pemerintah bagi sektor perdagangan eceran yang


terdampak pandemi Corona Virus Disease 2019 (COVID-19)

Belum terdapat pengaturan Pajak Pertambahan Nilai yang ditanggung


Pemerintah atas Penyerahan jasa sewa ruangan atau bangunan kepada pedagang eceran

POKOK PENGATURAN 3

PPN Ditanggung Pemerintah atas penyerahan:

Jasa sewa ruangan atau bangunan


kepada pedagang eceran*

* pengusaha yang seluruh atau sebagian kegiatan usahanya


melakukan penyerahan barang dan/ atau jasa kepada konsumen
akhir
POKOK PENGATURAN 4

Ruangan atau bangunan berupa toko atau gerai (outlet) yang:

1. Berdiri sendiri; atau


2. berada di pusat perbelanjaan, kompleks pertokoan,
fasilitas apartemen, hotel, rumah sakit, fasilitas
pendidikan, fasilitas transportasi publik, fasilitas
perkantoran, atau pasar rakyat

POKOK PENGATURAN 5

Kapan berlaku?

atas sewa bulan Agustus 2021


sampai dengan bulan Oktober
2021 yang ditagihkan di bulan
Agustus 2021 sampai dengan
bulan November 2021
POKOK PENGATURAN 6

Cara hitung?

tarif PPN dikalikan dengan dasar


pengenaan pajak berupa Penggantian

* Penggantian termasuk biaya pelayanan (service charges) baik yang


ditagihkan bersamaan dengan tagihan jasa sewa maupun yang
ditagihkan secara terpisah

POKOK PENGATURAN 7

Kewajiban Pedagang Eceran (Pengusaha Kena Pajak)

MEMBUAT FAKTUR PAJAK

Mencantumkan keterangan “PPN DITANGGUNG PEMERINTAH EKSPMK NOMOR


102/PMK.010/2021” dengan cara memilih CAP tersebut pada aplikasi e-faktur
kode transaksi 07, dengan DPP 100% dari penggantian

Mencantumkan frasa “sewa ruangan atau bangunan”, keterangan lokasi, bulan sewa
jasa ruangan atau bangunan pada kolom nama jasa
MEMBUAT LAPORAN REALISASI PPN DTP

Faktur pajak yang dilaporkan dalam SPT Masa PPN dan dibuat setiap masa pajak
sesuai saat pembuatan Faktur Pajak paling lama akhir bulan berikutnya.
POKOK PENGATURAN 8

Tidak Mendapatkan Fasilitas PPN DTP jika:

Tidak menggunakan Faktur Pajak sesuai ketentuan


Tidak dilaporkan dalam SPT Masa PPN sebagai
Laporan Realisasi

Insentif
PPN PENYERAHAN RUMAH TAPAK
DAN UNIT HUNIAN RUMAH SUSUN
PMK-103/PMK.010/2021
3
POKOK PENGATURAN
PPN Ditanggung Pemerintah atas penyerahan: Penyerahan terjadi pada saat:

1.Rumah Tapak; dan 1. ditandatanganinya AKTA JUAL BELI, atau


2. ditandatanganinya perjanjian pengikatan
2. Unit hunian rumah susun
jual beli lunas*
termasuk ruko(rumah took) dan
rukan (rumah kantor) yang serta dilakukan penyerahan hak secara nyata yang
berfungsi sebagai tempat tinggal dibuktikan dengan berita acara serah terima (BAST)
paling lambat 31Desember 2021.
BAST didaftarkan di aplikasi “SIKUMBANG” di
KEMENPUPR paling lambat tanggal 7 bulan
berikutnya*

Berlaku untuk Masa Pajak


Maret s.d. Desember 2021*

www.pajak.go.id

POKOK PENGATURAN 4

Kriteria Rumah Tapak Dan/Atau Rumah Susun Yang Diberikan Fasilitas

(1)Rumah tapak atau unit hunian rumah susun sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 harus
memenuhi persyaratan:
a. Harga Jual paling tinggi RpS.000.000.000,00 (lima miliar rupiah); dan
b. b. merupakan rumah tapak baru dan unit hunian rumah susun baru yang diserahkan dalam
kondisi siap huni.

(2) Rumah tapak baru atau unit hunian rumah susun baru sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf b merupakan rumah tapak atau unit hunian rumah susun yang:
a. telah mendapatkan kode identitas rumah; dan
b. pertama kali diserahkan oleh Pengusaha Kena Pajak penjual yang menyelenggarakan
pembangunan rumah tapak atau unit hunian rumah susun dan belum pernah dilakukan
pemindahtanganan.

• WNI memiliki NPWP atau NIK


• WNA memiliki NPWP

*Kode Identitas Rumah = Kode dari Aplikasi “SIKUMBANG” di KEMENPUPR


www.pajak.go.id
..
POKOK PENGATURAN 5
Besaran PPN DTP

Harga jual rumah tapak dan


unit hunian rumah susun
100%
paling tinggi Rp 2 miliar Apabila telah dilakukan pembayaran uang muka
atau cicilan untuk transaksi yang pembayarannya
paling lama bulan Januari 2021:
Harga jual rumah tapak dan
PPN ditanggung pemerintah diberikan hanya atas
unit hunian rumah susun
50% lebih dari Rp 2 miliar s.d.
PPN yang terutang atas pembayaran sisa cicilan
dan pelunasan yang dibayarkan selama periode
Rp 5 miliar
pemberian PPN DTP berdasarkan PMK ini

www.pajak.go.id

POKOK PENGATURAN 6

Kewajiban Penjual (Pengusaha Kena Pajak)


1 Mendapatkan akun aplikasi “SIRENG” di KEMENPUPR

• Registrasi dilakukan melalui asosiasi pengembang perumahan


• Petunjuk: SE-06 Tahun 2020 pada tautan
https://asosiasi.ppdpp.id/

• Akun “SIRENG” digunakan untuk login pada aplikasi “SIKUMBANG”


2 Mendapatkan Kode Identitas Rumah melalui aplikasi
“SIKUMBANG” di KEMENPUPR

• Registrasi pada tautan: https://sikumbang.ppdpp.id/user/login

• Untuk mendapatkan Kode Identitas Rumah

www.pajak.go.id
POKOK PENGATURAN 7

Kewajiban Penjual (Pengusaha Kena Pajak)


3 Membuat Faktur Pajak

Mencantumkan PPN DITANGGUNG PEMERINTAH EKSPMK NOMOR


103/PMK.010/2021 menggunakan:
Untuk PPN DTP 100% : Faktur Pajak 07, dengan DPP 100% dari harga jual
Untuk PPN DTP 50% : Faktur Pajak 01, dengan DPP 50% dari harga jual
Faktur Pajak 07, dengan DPP 50% dari harga jual
Mencantumkan NPWP atau NIK Pembeli

Mencantumkan Kode Identitas Rumah pada nama barang*

www.pajak.go.id

8
POKOK PENGATURAN
Kewajiban Penjual (Pengusaha Kena Pajak)

4 Mendaftarkan BAST pada aplikasi


“SIKUMBANG” di KEMENPUPR

Mengupload BAST
5 Membuat laporan realisasi PPN DTP

Faktur pajak yang dilaporkan dalam SPT MasaPPN

www.pajak.go.id
9
POKOK PENGATURAN
Tidak Mendapatkan Fasilitas PPN DTP jika:

Dilakukan sebelum dan setelah periode PPN DTP

Dipindahtangankan dalam jangka waktu 1tahun sejak penyerahan

Tidak menggunakan Faktur Pajak sesuai ketentuan

Tidak melaporkan laporan realisasi

Tidak mendaftarkan BAST*

www.pajak.go.id

ILUSTRASI PERIODE FASILITAS 10

Harga Jual = 2 M
* Sepanjang memenuhi ketentuan PMK- 103/PMK.010/2021

FASILITAS PPN DTP à 1,8 M*


Uang Muka Cicilan1
Cicilan2 Cicilan3 Cicilan… Cicilan… Cicilan … Cicilan …
Lunas
50 jt 150 Jt

2020 2021
DES JAN FEB MAR APR …. JUL AGT … DES

Uang Muka Cicilan1 Cicilan1 Cicilan3 Cicilan… Cicilan… Lunas


Cicilan … Cicilan … Cicilan …
50 jt 150 Jt 150 Jt

TIDAK MENDAPAT FASILITAS PPN DTP

www.pajak.go.id
KETENTUAN PERALIHAN 11

Atas rumah tapak dan/atau unit hunian rumah susun yang telah mendapatkan
fasilitas pembebasan PPN, tidak dapat PPN ditanggung
memanfaatkan Pemerintah pada PMK ini;
Terhadap rumah tapak dan unit hunian rumah susun yang telah:

• diserahkan sebelum berlakunya PMK-103 /PMK.010/2021; dan


• diserahkan dengan memenuhi Pasal 3 PMK-21,
• tetap diberikan PPN ditanggung Pemerintah;
• Namun, BAST tetap didaftarkan paling lambat 31Agustus2021.
Terhadap rumah tapak dan unit hunian rumah susun yang

Belum diserahkan dengan memenuhi Pasal 3 PMK-21, namun telah


dilakukan pembayaran sebelum berlakunya PMK-103/PMK.010/2021 ini
maka DTP diberikan mengikuti ketentuan PMK-103/PMK.010/2021

• FP yang telah diterbitkan sebelum PMK- 103/PMK.010/2021 tidak


dilakukan pembetulan atau penggantian;
www.pajak.go.id

12
ILUSTRASI KETENTUAN PERALIHAN
Fasilitas PPN DTP tetap diberikan sesuai dengan
Uang Muka Cicilan1 Cicilan2 Cicilan3 Cicilan… Lunas PMK-21 sepanjang telah diserahkan dengan:
1. Akta Jual Beli dan BAST; atau
2. Surat Keterangan Lunas dan BAST

2021
JAN FEB MAR APR …. JUL AGT … DES

Uang Muka Cicilan1 Cicilan2 Cicilan3 Cicilan… Cicilan… Cicilan … Cicilan …


Lunas

Fasilitas PPN DTP diberikan sesuai dengan


P1.MKA-d1a0K3/oPdMeKId.0en10ti/t2a0s2R1u:mah
Akta Jual Beli dan BAST atau PPJBdan Faktur Pajak WAJIB mencantumkan Kode Identitas
2.
BAST Rumah pada nama barang
3.
BAST didaftarkan
www.pajak.go.id
www.pajak.go.id

27

www.pajak.go.id
13 Oktober

2021
Mudah Buat Faktur
dan Lapor PPN

DEJA(P)U
TAX EXPO
Kanwil DJP Jakarta Pusat
Mudah Buat Faktur dan Lapor SPT PPN

Apa itu Faktur Pajak ?


Bukti pungutan pajak Pengusaha Kena Pajak (PKP), yang melakukan
penyerahan Barang Kena Pajak (BKP) atau penyerahan Jasa Kena
Pajak (JKP)

Pengusaha Kena Pajak (PKP) adalah


pengusaha yang melakukan penyerahan BPK
dan/atau penyerahan JKP yang dikenai PPN Pengusaha yang telah dikukuhkan sebagai
PKP wajib memungut, menyetor, dan
melaporkan PPN atau Pajak PPnBM yang
terutang atas penyerahan BKP dan/atau JKP
yang dilakukannya.

www.pajak.go.id
Jenis Faktur Pajak
Faktur Pajak Pengganti
Faktur Pajak Faktur untuk
Faktur yang diterbitkan untuk mengganti,membetulkan faktur
setiap penyerahan pajak yang pernah terbit

Faktur Faktur Pajak Digunggung


faktur pajak yang tidak diisi dengan
Pajak identitas pembeli, nama, dan tanda
tangan penjual yang hanya boleh
Faktur Pajak dibuat oleh PKP Pedagang Eceran

Gabungan
faktur pajak yang meliputi Dokumen Lain
seluruh penyerahan kepada Yang dipersamakan sebagai Faktur
pembeli yang sama selama Pajak seperti bukti pembayaran
satu bulan kalender rekening telpon, bukti pembayaran
rekening listrik dan lain-lain
www.pajak.go.id

Istilah Terkait Faktur Pajak


Faktur Pajak Keluaran adalah faktur pajak Faktur Pajak Masukan adalah faktur
yang dibuat oleh Pengusaha Kena Pajak saat pajak yang didapatkan oleh PKP
melakukan penyerahan terhadap barang
kena pajak, jasa kena pajak, dan atau barang
ketika melakukan pembelian
kena pajak yang tergolong dalam barang terhadap barang kena pajak atau jasa
mewah; kena pajak dari PKP lainnya;

Faktur Pajak Cacat adalah faktur pajak yang tidak Faktur Pajak Batal adalah faktur pajak
diisi secara lengkap, jelas, benar, dan/atau tidak yang dibatalkan dikarenakan adanya
ditandatangani termasuk juga kesalahan dalam pembatalan transaksi. Pembatalan juga
pengisian kode dan nomor seri.
harus dilakukan ketika ada kesalahan
• Faktur pajak cacat dapat dibetulkan dengan pengisian NPWP dalam faktur pajak.
membuat faktur pajak pengganti;

www.pajak.go.id
Keterangan yang harus dicantumkan
dalam Faktur Pajak

Faktur Pajak paling sedikit memuat :


1) nama, alamat, NPWP yang menyerahkan BKP atau JKP;
2) nama, alamat dan NPWP/ NIK/ nomor paspor pembeli BKP atau penerima JKP;
3) jenis barang atau jasa, jumlah Harga Jual atau Penggantian, dan potongan harga;
4) PPN yang dipungut dan atau PPn BM yang dipungut;
5) kode, nomor seri dan tanggal pembuatan Faktur Pajak; dan
6) nama dan tandatangan yang berhak menandatangani Faktur Pajak.

www.pajak.go.id
Faktur Pajak Berbentuk Elektronik

e-Faktur

www.pajak.go.id

Faktur Pajak Elektronik adalah

Faktur Pajak yang dibuat melalui aplikasi


atau sistem elektronik yang ditentukan
dan/atau disediakan oleh Direktorat Jenderal
Pajak

Tahun 2016 Seluruh PKP sudah diwajibkan menggunakan


aplikasi efaktur desktop dalam penerbitan Faktur Pajak

www.pajak.go.id
Kelebihan e-Faktur
tanda tangan elektronik
tidak perlu dicetak
Kenyamanan Pengusaha
Satu kesatuan dengan pelaporan SPT
Bagi PKP
Proteksi dari penyalahgunaan pihak lain Approval DJP
yang tidak bertanggung jawab
Validasi faktur pajak dapat diketahui oleh
pembeli
Validasi PK-PM
Mempermudah pengawasan
Data Lengkap FP
Bagi DJP Mempercepat pemeriksaan
Mempercepat pelaporan
Mempermudah pelayanan
Mempercepat pemberian nomor FP

www.pajak.go.id

Faktur Pajak Elektronik dibuat


dengan aplikasi apa ?
Aplikasi Bagi PKP

e-Nofa

e-Faktur Desktop

Web e-Faktur
www.pajak.go.id
Aplikasi Bagi PKP
1. Aplikasi e-Nofa
• Berbasis web dengan alamat https://efaktur.pajak.go.id/

• Berfungsi untuk mendapat pelayanan online seperti :


status profil, permintaan nomor faktur, perpanjangan
sertifikat, verifikasi faktur

• Login dengan
username : (npwp tanpa tanda baca)
password : (password enofa)

www.pajak.go.id

Aplikasi Bagi PKP


2. Aplikasi e-Faktur Desktop
• Aplikasi berbasis desktop folder ( data base lokal)

• Dipergunakan untuk membuat faktur pajak


keluaran, merekam/memilih faktur pajak
masukan, merekam jatah nomor

• Login menggunakan username dan password


yang dibuat saat registrasi aplikasi desktop
pertama kali.

www.pajak.go.id
Aplikasi Bagi PKP
3. Aplikasi Web e-Faktur
• Aplikasi berbasis web dengan alamat akses
https://web-efaktur.pajak.go.id
• Dipergunakan untuk membuat pelaporan PPN
setiap bulan ( SPT Masa PPN)
• Perekaman data bayar validasi online (status
Kurang Bayar)
• Pelaporan SPT Masa PPN
• Diakses dengan
- setting sertifikat elektronik ke browser yang
digunakan
- password : (password enofa)

www.pajak.go.id

Tips Penggunaan Aplikasi bagi PKP


1. Ketahui dan catat file,kode dan password yang digunakan dalam aplikasi-aplikasi PKP

No Nama Uraian Kegunaan Keterangan

1 Kode aktivasi Kode 16 digit yang Untuk aktivasi dan reset Dapat dilihat pada menu
diberikan DJP setelah PKP aplikasi e-Faktur desktop Profil Aplikasi e-Nofa
mengajukan aktivasi akun
2. Password Kode huruf dan angka yang Untuk akses aplikasi e-Nofa Jika terlupa dapat melihat
aktivasi/ dikirim oleh DJP ke email untuk aktivasi aplikasi e- ulang pada inbox email atau
password enofa/ PKP bersamaan pemberian Faktur desktop mengajukan permohonan
password akun kode aktivasi sebagai password aplikasi kirim ulang ke KPP
PKP Web e-Faktur
3. Sertifikat digital/ File otorisasi melakukan Untuk disetting ke aplikasi File dan masa berlaku didapat
Sertifikat transaksi online yang efaktur desktop dan melalui aplikasi e-Nofa dari
elektronik/ diberikan oleh DJP untuk browser agar aplikasi dapat menu download.
Digital electronic masa aktif 2 tahun berjalan dan PKP Diajukan perpanjangan jika
memperoleh layanan online daluarsa.
www.pajak.go.id
Tips Penggunaan Aplikasi bagi PKP
1. Ketahui dan catat file,kode dan password yang digunakan dalam aplikasi-aplikasi PKP
No Nama Uraian Kegunaan Keterangan

3. Passphrase Sandi atau password yang Sebagai sandi/password Jika terlupa dapat dibuat
dibuat PKP/ Pengurus saat setting sertifikat kembali dengan pengajuan
saat pengajuan sertifikat elektronik pada eFaktur perpanjangan sertifikat
elektronik Desktop dan browser elektronik
4. Username dan Lakukan pencatatan username dan password untuk setiap aplikasi
password untuk
login aplikasi E-Nofa E-Faktur Desktop Web e-Faktur

Username : (NPWP) Username : (dibuat saat Username : (otomatis


Password : (password e- registrasi aplikasi) dengan setting sertifikat)
Nofa) Password : (dibuat saat Password : (password e-
registrasi aplikasi) Nofa)

www.pajak.go.id

Tips Penggunaan Aplikasi bagi PKP


2. Memahami kewenangan dalam penggunaan aplikasi
3. Aplikasi e-Faktur Desktop
• Lakukan ubah nama folder mengandung nama PKP , Misal : eFaktur PT ABC
V3.0
• Salin folder eFaktur setiap kali selesai digunakan ke media penyimpanan lain
• Gunakan folder e-Faktur berkesinambungan, hindari pembuatan e-Faktur
dengan folder berbeda beda
4. Lakukan permintaan jatah nomor faktur di awal tahun atau awal aktif. Permintaan
jatah nomor berikutnya tidak perlu menunggu jatah nomor habis.
Permintaan jatah nomor dilayani online pada aplikasi e-Nofa menu Permintaan
NSFP

www.pajak.go.id
Tips Penggunaan Aplikasi bagi PKP
5. Cek masa aktif sertifikat elektronik jika layanan aplikasi gagal. Cek masa aktif bisa
dengan aplikasi e-Nofa menu “Download Sertifikat” atau detail setting /
pengaturan file sertifikat di browser.

6. Manfaatkan daftar FAQ dan daftar kode error terkait penggunan aplikasi

www.pajak.go.id
www.pajak.go.id
14 Oktober

2021
Insentif PPN
terkait Covid-19

DEJA(P)U
TAX EXPO
Kanwil DJP Jakarta Pusat
PMK-82/PMK.03/2021

PERUBAHAN ATAS PMK-9/PMK.03/2021 TENTANG


INSENTIF PAJAK UNTUK WAJIB PAJAK
TERDAMPAK PANDEMI COVID-19

PENGEMBALIAN PENDAHULUAN PPN


sebagai PKP berisiko rendah bagi WP yang menyampaikan SPT
Masa PPN lebih bayar restitusi paling banyak 5 miliar rupiah

LATAR BELAKANG

Dampak pandemik COVID-19 telah memperlambat ekonomi dunia secara masif


dan signifikan, termasuk terhadap perekonomian Indonesia.

Masih diperlukan pemberian insentif perpajakan dengan mempertimbangkan


keterbatasan kapasitas fiskal Pemerintah untuk mendukung program
penguatan kesehatan masyarakat dan pemulihan ekonomi nasional.

Pemberian insentif perpajakan harus diberikan secara selektif, dengan prioritas


kepada sektor tertentu yang tertahan dan perlu lebih didukung laju pemulihannya,
yaitu jasa kesehatan, jasa pendidikan, jasa angkutan, konstruksi, dan akomodasi.

4
RESPONS PAJAK ATAS PANDEMI COVID-19 (LINIMASA)
PMK PERPPU PMK PER PMK UU PP PP PMK PMK PMK PMK
23 1 28 08 44 2 29 30 86 110 9 82

21 Maret 2020 6 April 2020 27 April 2020 10 Juni 2020 16 Juli 2020 11 Februari 2021
31 Maret 2020 21 April 2020 16 Mei 2020 18 Juni 2020 14 Agustus 2020 1 Juli 2021

01 PMK-23/PMK.03/2020
Insentif Pajak Untuk Wajib Pajak Terdampak Wabah Virus Corona

02 PMK-44/PMK.03/2020
Insentif Pajak Untuk Wajib Pajak Terdampak Pandemi Corona Virus Disease 2019

03 PMK-86/PMK.03/2020
Insentif Pajak Untuk Wajib Pajak Terdampak Pandemi Corona Virus Disease 2019

PMK-110/PMK.03/2020
04 Perubahan atas PMK-86/PMK.03/2020 tentang Insentif Pajak Untuk Wajib Pajak Terdampak Pandemi Corona
Virus Disease 2019

05 PMK-9/PMK.03/2021
Insentif Pajak Untuk Wajib Pajak Terdampak Pandemi Corona Virus Disease 2019

PMK-82/PMK.03/2021
06 Perubahan atas PMK-9/PMK.03/2021 tentang Insentif Pajak Untuk Wajib Pajak Terdampak Pandemi Corona 5
Virus Disease 2019

Pokok perubahan
Secara umum, ketentuan dan tata cara masing-masing insentif tetap
sesuai PMK-9/PMK.03/2021. Perubahan yang diatur antara lain :
• Perpanjangan jangka waktu pemberian insentif s.d. Desember 2021
• Kriteria penerima perpanjangan insentif:
• Penyesuaian KLU,
• WP PP23,
• WP P3-TGAI, dan
• Tidak termasuk WP KITE dan KB

Tambahan ketentuan peralihan


• Ketentuan pemberi kerja dan/atau WP yang akan memanfaatkan
fasilitas harus menyampaikan kembali pemberitahuan/permohonan
• Ketentuan jangka waktu pemberitahuan untuk memanfaatkan
insentif PPh Pasal 21 DTP dan Pengurangan angsuran PPh Pasal 25
untuk masa Pajak Juli 2021 paling lambat 15 Agustus 2021
• Relaksasi penyampaian pembetulan Laporan Realisasi
Bentuk Insentif PMK-9/2021 PMK-82/2021
PERLUASAN
1.
INSENTIF PAJAK
PPh Pasal 21 Ditanggung Pemerintah
ANTISIPASI DAMPAK EKONOMI
• Sektor tertentu (1.189 KLU), WP KITE & KB
PANDEMI COVID-19
• Sektor tertentu (1.189 KLU)
(DTP) • Pemberitahuan pusat & cabang (WP KITE & KB) • Pemberitahuan pusat & cabang
• Karyawan ber-NPWP dan penghasilan • Pemberitahuan hanya disampaikan pusat & berlaku untuk • Pemberitahuan hanya disampaikan pusat & berlaku untuk
bruto bersifat tetap dan teratur yang semua cabang (WP sektor tertentu/KLU) semua cabang (WP sektor tertentu/KLU)
disetahunkan tidak lebih dari 200 juta • Laporan realisasi tiap bulan • Laporan realisasi tiap bulan
• Insentif s.d. Juni 2021 • Insentif Juli 2021 s.d. Desember 2021
2. PPh Final UMKM Ditanggung • WP PP 23 Tahun 2018 • WP PP 23 Tahun 2018
Pemerintah • WP tidak perlu mengajukan Surat Keterangan, cukup • WP tidak perlu mengajukan Surat Keterangan, cukup
menyampaikan Laporan Realisasi menyampaikan Laporan Realisasi
• Laporan Realisasi tiap bulan paling lambat tgl 20 bulan • Laporan Realisasi tiap bulan paling lambat tgl 20 bulan
berikutnya berikutnya
• WP PP 23 tidak lapor realisasi tepat waktu tidak dapat • WP PP 23 tidak lapor realisasi tepat waktu tidak dapat
memanfaatkan insentif memanfaatkan insentif
• Insentif s.d. Juni 2021 • Insentif diperpanjang s.d. Desember 2021
3. PPh Final DTP pada sektor padat karya • PPh final jasa konstruksi DTP bagi Wajib Pajak penerima • PPh final jasa konstruksi DTP bagi Wajib pajak penerima P3TGAI
tertentu P3TGAI • Laporan realisasi tiap bulan
• Laporan realisasi tiap bulan • Pemotongan tidak lapor realisasi tepat waktu tidak dapat
• Pemotongan tidak lapor realisasi tepat waktu tidak dapat memanfaatkan insentif .
memanfaatkan insentif . • Insentif diperpanjang s.d. Desember 2021
• Insentif s.d. Juni 2021
4. Pembebasan dari pemungutan PPh Pasal • Sektor tertentu (730 KLU) • Sektor tertentu (132 KLU)
22 Impor • WP KITE & KB • Insentif Juli 2021 s.d. 31 Desember 2021, sejak SKB
• Insentif s.d. 30 Juni 2021 diterbtikan
5. Pengurangan Angsuran PPh Pasal 25 • Pengurangan Angsuran PPh Pasal 25 sebesar 50% • Pengurangan Angsuran PPh Pasal 25 sebesar 50%
• Sektor tertentu (1.018 KLU), WP KITE, & KB • Sektor tertentu (216 KLU),
• Insentif s.d. Juni 2021, sejak: • Insentif Juli 2021 s.d. Desember 2021, sejak Masa Pajak
✓ Masa Pajak Pemberitahuan disampaikan; atau Pemberitahuan disampaikan
✓ Masa Pajak SPT Tahunan 2020 disampaikan, dalam hal
tertentu.
6. Pengembalian pendahuluan PPN • Sektor tertentu (725 KLU) • Sektor tertentu (132 KLU)
sebagai PKP berisiko rendah bagi WP • WP KITE & KB • Insentif Juli 2021 s.d. Desember 2021
yang menyampaikan SPT Masa PPN • Insentif s.d. Juni 2021
lebih bayar restitusi paling banyak 5
miliar rupiah

INSENTIF PAJAK

PENGEMBALIAN PENDAHULUAN PPN


sebagai PKP berisiko rendah bagi WP yang menyampaikan SPT
Masa PPN lebih bayar restitusi paling banyak 5 miliar rupiah
PPN
PENERIMA INSENTIF

PKP berisiko rendah yang:


a. memenuhi syarat memiliki kode Klasifikasi Lapangan Usaha
(KLU) tertentu (WP pusat maupun cabang) sebagaimana
Lampiran kode KLU Wajib Pajak yang mendapatkan Insentif
Pengembalian Pendahuluan Kelebihan Pembayaran PPN;
b. menyampaikan SPT Masa PPN Lebih Bayar (LB)
restitusi dengan jumlah LB paling banyak 5 Miliar
rupiah dapat diberikan pengembalian pandahuluan
kelebihan pembayaran pajak senagai PKP berisiko rendah
c. memilih pengembalian pendahuluan kelebihan
pembayaran pajak berdasarkan Pasal 9 ayat (4c) UU PPN
pada SPT Masa PPN dimaksud
36

PPN

PEMBERIAN INSENTIF

▪ SPT Masa PPN (termasuk pembetulan SPT Masa


PPN) yang diberikan pengembalian pendahuluan
meliputi Masa Pajak Juli 2021 sampai dengan
Masa Pajak Desember 2021, dan disampaikan
paling lama 31 Januari 2022.

37
PKP BERISIKO RENDAH

PKP berisiko rendah diberikan pengembalian


pendahuluan berdasarkan kriteria tertentu, meliputi: PPN
▪ PKP dimaksud tidak perlu menyampaikan permohonan
penetapan sebagai PKP berisiko rendah;
▪ Dirjen Pajak tidak menerbitkan keputusan penetapan
secara jabatan sebagai PKP berisiko rendah; dan
▪ PKP memiliki KLU tertentu sebagaimana Lampiran kode
KLU Wajib Pajak yang Mendapatkan Insentif
Pengembalian Pendahuluan Kelebihan Pembayaran PPN
▪ Tanpa persyaratan melakukan kegiatan tertentu seperti
melakukan ekspor Barang Kena Pajak/Jasa Kena Pajak,
penyerahan kepada pemungut PPN, dan penyerahan
yang tidak dipungut PPN.
▪ PKP harus telah menyampaikan SPT Tahunan PPh Tahun
Pajak 2019 sesuai dengan kewajibannya
Tata cara dilakukan sesuai dengan PMK mengenai tata cara
pengembalian pendahuluan kelebihan pembayaran pajak; kecuali 38
untuk penelitian pemenuhan kegiatan tertentu
026/PJ.0911/SLD/B/2021
14 Oktober

2021
Kewajiban PPN
Pengusaha Kena Pajak

DEJA(P)U
TAX EXPO
Kanwil DJP Jakarta Pusat
PJ.091/PPN/S/001/2017-00

KEWAJIBAN PAJAK PERTAMBAHAN NILAI


PENGUSAHA KENA PAJAK

KANTOR PELAYANAN PAJAK


PRATAMA JAKARTA MENTENG DUA

www.pajak.go.id
www.pajak.go.id

“ Pajak Pertambahan Nilai (PPN) adalah


pajak atas konsumsi barang
dan jasa di Daerah Pabean
yang dikenakan secara bertingkat di
setiap jalur produksi dan distribusi.
TARIF PPN

Khusus atas ekspor BKP/JKP tarif PPN adalah 0%

DASAR PENGENAAN PPN

PPN = DPP x 10%


“DPP (Dasar Pengenaan Pajak) adalah jumlah Harga Jual, Penggantian, Nilai
Impor, Nilai Ekspor, atau nilai lain yang dipakai sebagai dasar untuk
menghitung pajak yang terutang.”
MEKANISME PPN

PPN dikenakan atas penyerahan BKP/JKP di dalam


Daerah Pabean oleh Pengusaha
Pasal 4 ayat (1) UU PPN

BARANG MENTAH BARANG JADI

FAKTUR PAJAK FAKTUR PAJAK

Harga Jual 1000 Harga Jual 1500


PPN (PK) 100 + PPN (PK) 150 +
Total 1100 Total 1650

SUPPLIER PRODUSEN KONSUMEN

PK 100 PK 150 TOTAL 150


PM 0 PM (100)
KB 100 KB 50

KARAKTERISTIK PPN

PAJAK ATAS
PAJAK TIDAK
PAJAK OBYEKTIF KONSUMSI
LANGSUNG
DALAM NEGERI

TIDAK DIKENAKAN
BERTAHAP
MENIMBULKAN
(MULTISTAGE)
EFEK PAJAK DENGAN METODE
BERGANDA PK - PM
BARANG/JASA KENA PAJAK
PENGERTIAN

Barang Kena Pajak (BKP) adalah barang yang dikenai pajak berdasarkan UU PPN.
Jasa Kena Pajak (JKP) adalah jasa yang dikenai pajak berdasarkan UU PPN.

Non
BKP/JKP
BKP/JKP

BKP/JKP
Mendapat
Fasilitas PPN

NON BKP/JKP

Non BKP Non JKP

❑ Barang hasil pertambangan / ❑ Pelayanan kesehatan medis


pengeboran yang diambil langsung ❑ Pelayanan sosial
dari sumbernya. ❑ Jasa keuangan
❑ Jasa keagamaan
❑ Jasa pendidikan
❑ Barang kebutuhan pokok yang
❑ Jasa kesenian dan Hiburan
sangat dibutuhkan rakyat. ❑ Penyiaran yang tidak bersifat iklan
❑ Angkutan umum
❑ Uang, emas batangan, dan surat ❑ Tenaga kerja
berharga. ❑ Perhotelan
❑ Jasa yang disediakan pemerintah
❑ Makanan dan minuman yang ❑ Jasa penyediaan tempat parkir
disajikan di hotel, restoran, warung. ❑ Telepon umum dengan uang logam
❑ Pengiriman uang dengan wesel pos
❑ Jasa boga atau katering
FASILITAS PPN

FASILITAS PM tidak

PPN
PM dapat Tidak
Dibebaskan dapat
dikreditkan Dipungut
dikreditkan

BKP JKP
❑ Alat angkut tertentu (pesawat, kapal, kereta) ❑ Jasa persewaan, perawatan dan reparasi,
(PP 69 Tahun 2015, PMK-193/PMK.03/2015) kepelabuhanan alat angkut tertentu (pesawat,
❑ Anode slime (sampingan emas batangan) kapal, kereta)
(PP 106 Tahun 2015) (PMK-193/PMK.03/2015)
❑ BKP yang diperoleh dari proyek pemerintah
yang dibiayai dengan hibah/pinjaman LN ❑ JKP yang diperoleh dari proyek pemerintah
(PP 42 Tahun 1995 sdtd. PP 25 Tahun 2001) yang dibiayai dengan hibah/pinjaman LN
❑ BKP atas pemasukan kedalam TPB, KEK, (PP 42 Tahun 1995 sdtd. PP 25 Tahun 2001)
KITE
(PP 32 Tahun 2009 sdtd. PP 85 Tahun 2015)

FASILITAS PPN

FASILITAS PM tidak
PM dapat Tidak
dikreditkan Dipungut PPN Dibebaskan dapat
dikreditkan

BKP JKP
BKP tertentu:
BKP atas ❑ Senjata, amunisi, alat angkut darat, kendaraan lapis baja dan ❑ Jasa Kebandarudaraan tertentu
impor/penyerahan patroli oleh TNI/POLRI (PP 28 Tahun 2009)
kepada perwakilan ❑ Vaksin oleh Program Imunisasi Nasional
Negara asing/ ❑ Buku pelajaran umum, kitab suci dan buku pelajaran agama ❑ Jasa persewaan rumah sederhana,
badan internasional ❑ Rumah sederhana rusun sederhana
PP 47 Tahun 2013 PP 38 Tahun 2003 (PP 38 Tahun 2003)
BKP strategis: ❑ Jasa yang diterima kontraktor untuk
❑ Mesin pabrik
❑ Barang hasil kelautan dan perikanan, Jangat dan kulit mentah,
pembangunan tempat ibadah
Air bersih (bukan Ternak, bibit/benih, Pakan ternak, Pakan ikan, bahan untuk (PP 38 Tahun 2003)
dalam kemasan) pakan, Barang hasil pertanian
❑ Bahan baku kerajinan perak (butiran/batangan)
❑ Data batas dan foto wilayah yang
❑ Rumah susun sederhana diterima Kemenhan dan TNI
❑ Listrik (kecuali rumah dengan daya di atas 6.600 VA)
(PP 38 Tahun 2003)
PP 40 Tahun 2015 PP 81 Tahun 2015
PENGUKUHAN PENGUSAHA KENA PAJAK
KEWAJIBAN PENGUKUHAN

Pendaftaran NPWP Pengukuhan PKP

OMZET
WAJIB PKP
Memenuhi subjektif & ≥ 4,8 M
objektif

NPWP
Mendaftarkan diri untuk Tidak Wajib
memperoleh NPWP
OMZET PKP
< 4,8 M
WAJIB Pengusaha Memilih PKP
PAJAK kecil

Wajib Pajak sebagai Pengusaha yang melakukan Pengusaha yang telah dikukuhkan sebagai
penyerahan yang dikenai PPN WAJIB dikukuhkan Pengusaha Kena Pajak (PKP) WAJIB memungut,
menjadi Pengusaha Kena Pajak (PKP), kecuali menyetor, dan melaporkan PPN atau PPN dan
pengusaha kecil, yaitu yang melakukan PPnBM yang terutang atas penyerahan BKP
penyerahan BKP dengan peredaran bruto tidak dan/atau JKP yang dilakukannya.
lebih dari 4,8 M.
Pasal 15 PER-20/PJ/2013 sdtd. PER-38/PJ/2013 PMK-68/PMK.03/2010 sdtd. PMK-197/PMK.03/2013

PENGUKUHAN PENGUSAHA KENA PAJAK


TATA CARA PENGUKUHAN PKP

Elektronik Manual
Pendaftaran melalui aplikasi Mengisi formulir dan mengirim ke KPP
e-registration beserta dokumen yang disyaratkan

Mengirimkan dokumen
yang disyaratkan ke
KPP Dapat disampaikan
langsung, pos, kurir
Dalam 14 hari tidak
dikirim dianggap batal.
Menerbitkan Bukti
Menerbitkan Bukti Penerimaan Surat
Penerimaan Surat
Wajib secara elektronik Wajib
Pajak Pajak
Memberi Memberi
keputusan dalam keputusan dalam
5 hari kerja PER-20/PJ/2013 sdtd. PER-38/PJ/2013
5 hari kerja
PENGUKUHAN PENGUSAHA KENA PAJAK
DOKUMEN YANG DISYARATKAN

Orang Pribadi
❑ Fotokopi KTP
❑ Fotokopi izin usaha
❑ Surat Keterangan Tempat
Kegiatan Usaha dari Lurah/Kades

PER-20/PJ/2013 sdtd. PER-38/PJ/2013

PENGUKUHAN PENGUSAHA KENA PAJAK


DOKUMEN YANG DISYARATKAN

Badan
❑ Fotokopi Akta Pendirian
❑ Fotokopi NPWP Pengurus
❑ Fotokopi izin usaha
❑ Surat Keterangan Tempat
Kegiatan Usaha dari Lurah/Kades

PER-20/PJ/2013 sdtd. PER-38/PJ/2013


PENGUKUHAN PENGUSAHA KENA PAJAK
DOKUMEN YANG DISYARATKAN

Badan KSO (JO)


❑ Fotokopi Akta Pendirian/
Perjanjian Kerjasama Operasi
(KSO/Joint Operation)
❑ Fotokopi NPWP masing-masing
anggota KSO
❑ Fotokopi NPWP Pengurus salah
satu perusahaan anggota KSO
❑ Fotokopi izin usaha
❑ Surat Keterangan Tempat
Kegiatan Usaha dari Lurah/Kades

PER-20/PJ/2013 sdtd. PER-38/PJ/2013

FAKTUR PAJAK

Setiap penyerahan atau pembayaran Faktur Pajak dibuat secara elektronik


BKP/JKP (mana yang lebih dulu) (e-Faktur) melalui aplikasi yang
dibuat Faktur Pajak disediakan DJP
PMK-151/PMK.03/2013

Menyerahkan BKP dan


membuat Faktur Pajak Faktur Pajak paling sedikit memuat:
1. nama, alamat, dan NPWP PKP
2. nama, alamat, dan NPWP Pembeli
Membayar BKP/JKP +
3. Nama dan jumlah barang
PPN 10% 4. Harga jual dan potongan harga
5. PPN dan PPnBM yang dipungut
PKP Pembeli 6. Kode, nomor, tanggal Faktur Pajak
7. Nama dan tanda tangan yang berhak
PER-16/PJ/2014
FAKTUR PAJAK

Penomoran nomor seri


Faktur Pajak WAJIB
menggunakan e-NoFa

Untuk memastikan e-Faktur


valid dilakukan dengan cara
memindai QR Code menggunakan
aplikasi QR Scanner pada
smartphone anda

SPT MASA PPN

SPT Masa PPN 1111 dibuat dalam


SPT PPN merupakan laporan atas: bentuk:
❑ Pajak keluaran (PK) atas penyerahan
❑ Pajak Masukan (PM) atas pembelian
Hard Copy
(WP OP dengan penyerahan max 25 Faktur Pajak/masa
dan max 400 juta/masa)
yang dilakukan PKP dalam satu masa pajak. atau
Elektronik (e-SPT)
PER-29/PJ/2015

Dilaporkan maksimal tanggal


SPT PPN wajib dilaporkan oleh PKP terakhir bulan berikutnya
PPN Terutang pada SPT disetor ke Kas Negara
setiap masa pajak sebelum SPT dilaporkan
PMK-243/PMK.03/2014

CONTOH TIMELINE
1 Aug 31 Aug 30 Sep

Masa penyerahan Masa penyetoran


BKP/JKP dan pelaporan
SPT MASA PPN

SPT Masa PPN


Elektronik juga
bisa dibuat melalui
aplikasi
e-Faktur

Untuk dilaporkan ke KPP


Untuk kepentingan atau melalui e-Filing pada
pencetakan https://djponline.pajak.go.id

DOKUMEN TERTENTU YANG KEDUDUKANNYA


DIPERSAMAKAN DENGAN FAKTUR PAJAK

PER-16/PJ/2021
Faktur Pajak

• Faktur pajak merupakan bukti


pungutan pajak yang dibuat oleh
Pengusaha Kena Pajak yang
melakukan penyerahan Barang
Kena Pajak atau Jasa Kena Pajak
(Pasal 1 Nomor 23 Undang-undang
PPN).

Kondisi Faktur Pajak Tidak Perlu Disiapkan


• Faktur penjualan yang digunakan oleh
pengusaha telah dikenal oleh masyarakat luas,
seperti kuitansi pembayaran telepon dan tiket
pesawat udara
• Pihak pembuat faktur pajak berada diluar daerah
pabean, maka SSP dapat digunakan sebagai
faktur pajak
• Terdapat dokumen tertentu yang digunakan
dalam hal impor atau ekspor barang kena pajak
berwujud
JAKARTA, 22 SEPTEMBER 2021
www.pajak.go.id
Apa saja dokumen tertentu yang
kedudukannya dipersamakan
dengan faktur pajak??

www.pajak.go.id

❑Surat Perintah Penyerahan Barang (SPPB) yang dibuat/dikeluarkan


oleh BULOG/DOLOG untuk penyaluran tepung terigu;
❑Bukti tagihan atas penyerahan jasa telekomunikasi oleh perusahaan
telekomunikasi;
❑Bukti Penerimaan pembayaran (setruk) yang dibuat oleh
penyelenggara Distribusi atas penjualan pulsa dan/atau penerimaan
komisi/fee terkait dengan distribusi token dan/atau voucher
❑Bukti tagihan atas penyerahan listrik oleh perusahaan listrik;
❑ Bukti tagihan atas penyerahan BKP dan/atau JKP oleh perusahaan
air minum;

www.pajak.go.id
❑Tiket, tagihan surat muatan udara (airway bill) atau delivery bill yang
dibuat/dikeluarkan untuk penyerahan jasa angkutan udara dalam
negeri;
❑Nota penjualan jasa yang dibuat/dikeluarkan untuk penyerahan jasa
ke Pelabuhan;
❑Bukti tagihan (trading confirmation) atas penyerahan JKP oleh
perantara efek;
❑Bukti tagihan atas penyerahan JKP oleh perbankan;
❑Dokumen yang digunakan untuk pemesanan pita cukai hasil
tembakau (dokumen CK-1)

www.pajak.go.id

❑SSP untuk pembayaran PPN atas penyerahan BKP melalui juru lelang
disertai dengan kutipan risalah lelang, yang merupakan satu kesatuan
yang tidak terpisahkan dengan SSP tersebut;
❑Pemberitahuan Ekspor Barang yang mencantumkan identitas pemilik
barang berupa nama, alamat dan NPWP, yang dilampiri nota
pelayanan ekspor, invoice dan bill of lading atau airway bill yang
merupakan satu kesatuan yang tidak terpisahkan dengan
pemberitahuan ekspor barang tersebuit, untuk ekspor BKP;
❑Pemberitahuan ekspor JKP/BKP Tidak Berwujud dan dilampiri
dengan invoice yang merupakan satu kesatuan yang tidak terpisahkan
dengan pemberitahuan Ekspor JKP/BKP Tidak Berwujud, untuk
ekspor JKP/BKP Tidak Berwujud;

www.pajak.go.id
❑Pemberitahuan Impor Barang (PIB) mencantumkan identitas pemilik
barang berupa nama, alamat, dan NPWP, yang dilampiri dengan SSP,
SSPCP, dan/atau bukti pungutan pajak oleh Direktorat Jenderal Bea
dan Cukai yang mencantumkan identitas pemilik barang berupa
nama, alamat, dan NPWP, yang merupakan satu kesatuan yang tidak
terpisahkan dengan PIB tersebut, untuk impor BKP;
❑PIB yang mencantumkan identitas pemilik barang berupa nama,
alamat, dan NPWP, yang dilampiri dengan SSP dan surat penetapan
tarif dan/atau nilai pabean, surat penetapan pabean, atau surat
penetapan kembali tarif dan/atau nilai pabean yang mencantumkan
identitas pemilik barang berupa nama, alamat, dan NPWP, yang
merupakan satu kesatuan yang tidak terpisahkan dari PIB tersebut,
untuk impor BKP dalam hal terdapat penetapan kekurangan nilai PPN
Impor oleh Direktorat Jenderal Bea dan Cukai.

www.pajak.go.id

❑Surat penetapan pembayaran Bea Masuk, Cukai, dan/atau Pajak atas


barang kiriman yang mencantumkan identitas pemilik barang berupa
nama, alamat, dan NPWP, yang dilampiri dengan SSP, SSPCP, dan/atau
bukti pungutan pajak oleh Direktorat Jenderal Bea dan Cukai.

❑SSP untuk pembayaran PPN atas pemanfaatan BKP Tidak Berwujud


atau JKP dari luar Daerah Pabean di dalam Daerah Pabean, dengan
melampirkan tagihan dan rincian berupa jenis dan nilai BKP Tidak
Berwujud atau JKP serta nama dan alamat penyedia BKP Tidak
Berwujud atau JKP.

www.pajak.go.id
❑Bukti pungut PPN atas pemanfaatan BKP Tidak Berwujud dan/atau
JKP dari luar Daerah Pabean di dalam Daerah Pabean melalui
Perdagangan Melalui Sistem Elektronik (PMSE) yang mencantumkan
nama dan NPWP atau Nomor Induk Kependudukan (NIK) pembeli,
atau alamat posel (email) pembeli yang terdaftar pada administrasi
Direktorat Jenderal Pajak, atau yang dilampiri dengan dokumen yang
membuktikan bahwa akun pembeli pada sistem elektronik pemungut
PPN PMSE memuat nama dan NPWP pembeli, atau alamat posel
(email) pembeli yang terdaftar pada administrasi Direktorat Jenderal
Pajak.
❑Dokumen pengeluaran barang dari Kawasan Berikat yang merupakan
penyerahan BKP dan/atau JKP oleh Pengusaha Kena Pajak.

www.pajak.go.id

❑SSP untuk pembayaran PPN atas pengeluaran BKP milik Subjek Pajak
Luar Negeri dari Kawasan Berikat ke Tempat Lain Dalam Daerah
Pabean yang dilampiri dengan pemberitahuan pabean untuk
pengeluaran BKP.
❑SSP untuk pembayaran PPN atas pengeluaran dan/atau penyerahan
BKP dan/atau JKP dari Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan
Bebas ke Tempat Lain Dalam Daerah Pabean yang dilampiri dengan:
• pemberitahuan pabean untuk pengeluaran BKP;
• invoice atau kontrak, untuk penyerahan BKP yang dilakukan tanpa melalui
mekanisme pengeluaran BKP; atau
• invoice atau kontrak, untuk penyerahan JKP dan/atau BKP Tidak Berwujud.

www.pajak.go.id
❑Pemberitahuan Pabean Kawasan Ekonomi Khusus (PPKEK) yang
mencantumkan identitas pemilik barang berupa nama, alamat, dan NPWP,
yang dilampiri dengan SSP, SSPCP, dan/atau bukti pungutan pajak oleh
Direktorat Jenderal Bea dan Cukai yang mencantumkan identitas pemilik
barang berupa nama, alamat, dan NPWP, yang merupakan satu kesatuan
yang tidak terpisahkan dengan PPKEK tersebut, untuk impor BKP ke Kawasan
Ekonomi Khusus (KEK).

❑SSP atas pelunasan PPN terkait dengan penyerahan BKP dan/atau JKP oleh
Pelaku Usaha di KEK kepada pembeli dan/atau penerima jasa yang
berkedudukan di Tempat Lain Dalam Daerah Pabean yang pada saat impor,
pemanfaatan, atau perolehannya tidak dipungut PPN yang dilampiri dengan:
• pemberitahuan pabean untuk pengeluaran BKP;
• invoice atau kontrak, untuk penyerahan BKP yang dilakukan tanpa melalui
mekanisme pengeluaran BKP; atau
• invoice atau kontrak, untuk penyerahan JKP dan/atau BKP Tidak Berwujud.

www.pajak.go.id

❑SSP atas pelunasan PPN terkait dengan pengeluaran barang yang bukan
merupakan penyerahan BKP oleh Pelaku Usaha di KEK kepada pembeli dan/atau
penerima jasa yang berkedudukan di Tempat Lain Dalam Daerah Pabean yang
pada saat impor, pemanfaatan, atau perolehannya tidak dipungut PPN yang
dilampiri dengan Pemberitahuan Pabean untuk pengeluaran BKP.

❑Surat ketetapan pajak untuk menagih Pajak Masukan atas perolehan BKP
dan/atau JKP, impor BKP, serta pemanfaatan BKP Tidak Berwujud dan/atau
pemanfaatan JKP dari luar Daerah Pabean di dalam Daerah Pabean yang
dilampiri dengan seluruh SSP atas pelunasan jumlah PPN yang masih harus
dibayar berupa:
• bukti penerimaan negara sebagaimana diatur dalam Peraturan Menteri Keuangan mengenai
sistem penerimaan negara secara elektronik;
• bukti pemindahbukuan yang telah ditandatangani oleh pejabat yang berwenang
sebagaimana diatur dalam Peraturan Menteri Keuangan mengenai tata cara pembayaran dan
penyetoran pajak; dan/atau
• Surat Perintah Pencairan Dana (SP2D) atau bukti penerimaan negara sebagai bukti
kompensasi atas Utang Pajak sebagaimana diatur dalam Peraturan Menteri Keuangan
mengenai tata cara penghitungan dan pengembalian kelebihan pembayaran pajak.

www.pajak.go.id
▪ Dokumen-dokumen tersebut paling sedikit
harus memuat:

a. nama, alamat, dan NPWP yang melakukan


penyerahan dalam hal penyerahan;
b. nama, alamt, dan NPWP pemilik barang dan
eksportir, dalam hal ekspor;
c. Jenis BKP dan/atau JKP
d. Dasar pengenaan pajak
e. jumlah PPN yang dipungut kecuali dalam hal
ekspor

KPP PRATAMA /
MASIH BINGUNG?
Call Center
KP2KP (021) 1500200

untuk informasi lebih lanjut…


*) pada jam dan hari kerja

TIDAK DIPUNGUT BIAYA


“MARI MENINGKATKAN
KONSUMSI
DALAM NEGERI
SERTA MELAKSANAKAN
KEWAJIBAN PAJAK
PERTAMBAHAN
NILAI AGAR
PEREKONOMIAN DI
INDONESIA JUGA IKUT
MENINGKAT
#PajakKitaUntukKita
NAMA PENYULUH NO. WA WILAYAH / KELURAHAN

MUH. ARDANI 0812201286030 CIKINI

MEGA IMEE ROSE MANIK 08126314827 CIKINI

YENI SET IYOWAT I 081226350295 PEGANGSAAN

MUHAMMAD MUSTAKIM 085772462895 PEGANGSAAN

ESHA CHAIRANI PUT RI 082386035674 MENTENG

RENY HAERANY 0895325364422 MENTENG


15 Oktober

2021
Instansi Bijak
Taat Pajak

DEJA(P)U
TAX EXPO
Kanwil DJP Jakarta Pusat
ASPEK PERPAJAKAN
ATAS
INSTANSI PEMERINTAH

Instansi Pemerintah adalah instansi pemerintah pusat, instansi pemerintah daerah, dan
instansi pemerintah desa, yang melaksanakan kegiatan pemerintahan serta memiliki
kewenangan dan tanggung jawab penggunaan anggaran

INSTANSI PEMERINTAH

INSTANSI INSTANSI PEMERINTAH INSTANSI


PEMERINTAH PUSAT DAERAH PEMERINTAH DESA

Salah satu kewajiban yang timbul dari penggunaan anggaran negara adalah
kewajiban perpajakan
www.pajak.go.id
PENDAPATAN NEGARA (APBN 2020)

PAJAK APBN/D

16% 84% TOTAL PENERIMAAN


PAJAK 1.865,7T)

PAJAK (1.865,7T) PNBP & HIBAH (367,5T)

www.pajak.go.id

KEWAJIBAN INSTANSI PEMERINTAH

Membuat bukti pemotongan/pemungutan pajak dan menyerahkan bukti pemotongan/


pemungutan pajak kepada pihak yang dipotong dan/atau dipungut;

Menyetorkan PPh yang telah dipotong dan/atau dipungut dan PPN/PPnBM yang dipungut;

melaporkan bukti pemotongan/pemungutan pajak kepada Direktorat Jenderal Pajak


menggunakan Surat Pemberitahuan Masa.

www.pajak.go.id
JENIS PAJAK YANG DIPOTONG / DIPUNGUT

• Pemotongan atas penghasilan yg dibayarkan kepada orang pribadi


PPh Pasal 21 sehubungan dengan pekerjaan, jabatan, jasa, dan kegiatan.

• Pemungutan atas penghasilan yg dibayarkan sehubungan dengan


PPh Pasal 22 pembelian barang.

• Pemotongan atas penghasilan yg dibayarkan berupa hadiah, bunga,


PPh Pasal 23 deviden, sewa, royalti, dan jasa selain Objek PPh Pasal 21.

• Pemotongan atas penghasilan yang dibayarkan sehubungan jasa


PPh Pasal 4 (2) tertentu dan sumber tertentu (jasa konstruksi, sewa t&b, dll.)

• Pemungutan atas pajak konsumsi yang dibayar sendiri sehubungan


PPN penyerahan Barang Kena Pajak dan Jasa Kena Pajak.

• Pembayaran atas pemanfaatan dokumen-dokumen tertentu


Bea Meterai (kuitansi, kontrak, dll.)

PAJAK MENURUT KLASIFIKASI JENIS BELANJA


Jenis
PPh Pasal 21 PPN PPh Pasal 22 PPh Pasal 23 PPh Pasal 4 (2) Bea Meterai
Belanja
Penghasilan
tetap dan teratur
setiap bulan yang
Pegawai
diterima oleh

• Belanja gaw
Pegawai, seperti
gaji dan tunjangan

Pe
• Penghasilan
Belanja
tidak tetap dan
ai
Penyerahan
rang/Jas
Barang Kena
Pembelian barang,
seperti: komputer,
Penghasilan yang
dibayarkan
Penghasilan dari
pelaksanaan
Surat perjanjian
dan surat lainnya
tidak teratur Pajak atau Jasa mebel, mobil dinas, kepada pihak konstruksi yang dibuat dengan
Ba
• yang diterima aKena Pajak oleh ATK, dan barang lain/rekanan (kontraktor), tujuan untuk
oleh Pegawai, rekanan lainnya oleh berupa sewa dan penghasilan dari digunakan sebagai
Barang/
Jasa Belanja
Bukan Pegawai, dal
(Pengusaha Kena Pemerintah kepada penghasilan lain persewaan atas tanah alat pembuktian
dan Peserta Pajak) Wajib Pajak sehubungan dan/atau bangunan mengenai
M
Kegiatan, seperti: rekanan penjual dengan perbuatan,
honor kegiatan, barang penggunaan harta kenyataan atau
honor (selain keadaan yang
narasumber, dll. tanah/bangunan), bersifat perdata
seperti sewa (seperti kontrak
kendaraan atau atau surat
sewa sound system pernyataan), Surat
Belanja yang memuat
Modal jumlah uang, seperti
kuitansi, billing
statement, dll.
PAJAK PENGHASILAN PASAL
Penghasilan tetap dan teratur
21
Penghasilan tidak tetap dan tidak
teratur yang diterima oleh
OBJEK
setiap bulan yang diterima
Pegawai, Bukan Pegawai, dan
oleh Pegawai, seperti gaji dan Peserta Kegiatan, seperti: honor
tunjangan kegiatan, honor narasumber, dsb.

Tarif Pasal 17 UU PPh x


Tarif Final x Jumlah Bruto
TARIF Dasar Pengenaan PPh (untuk PPh bersifat final)
(untuk PPh tidak bersifatfinal)

PAJAK PENGHASILAN PASAL 22


pembelian barang, seperti: komputer, mebel, mobil dinas, ATK, dan
OBJEK barang lainnya oleh Pemerintah kepada Wajib Pajak rekanan penjual
barang
1,5% x Harga Beli (tidak termasuk PPN)
TARIF
3% (apabila lawan transaksi tidak ber NPWP)
pembelian barang dengan nilai pembelian paling banyak Rp2.000.000,00
(dua juta rupiah) dengan tidak dipecah-pecah dalam beberapa faktur
pembelian bahan bakar minyak, listrik, gas, pelumas, air minum/PDAM dan
KECUALI
benda-benda pos
pembayaran untuk pembelian barang sehubungan dengan penggunaan
dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS)
PAJAK PENGHASILAN PASAL 23
penghasilan yang dibayarkan kepada pihak lain/rekanan berupa sewa
dan penghasilan lain sehubungan dengan penggunaan harta
(selain tanah/bangunan), seperti sewa kendaraan atau sewa sound
system
OBJEK penghasilan yang dibayarkan kepada pihak lain/rekanan berupa imbalan
sehubungan dengan jasa teknik, jasa manajemen, jasa konsultan,
dan jasa lain (seperti: jasa perbaikan, jasa kebersihan, jasa katering,
dan sebagainya)

2% x Jumlah Bruto (tidak termasuk PPN)


TARIF
4%* x Jumlah Bruto (tidak termasuk PPN)
*Apabila Rekanan tidak memiliki NPWP

PAJAK PENGHASILAN PASAL 4(2)


PENGALIHAN HAK ATAS TANAH DAN/ATAU
PERSEWAAN TANAH DAN/ATAU BANGUNAN
BANGUNAN

sewa tanah dan/atau bangunan penghasilan dari pengalihan hak atas


tanah dan/atau bangunan meliputi
berupa tanah, rumah, rumah susun,
penjualan, tukar-menukar, perjanjian
apartemen, kondominium, gedung pemindahan hak, pelepasan hak,
OBJEK perkantoran, pertokoan, gedung
OBJEK penyerahan hak, lelang, hibah, waris,
pertemuan termasuk bagiannya, rumah atau cara lain yang disepakati
kantor, toko, rumah toko, gudang, perjanjian pengikatan jual beli atas
bangunan industri tanah dan/atau bangunan beserta
perubahannya
TARIF 10% x Jumlah Bruto
(Nilai Persewaan) 2,5% x Jumlah Bruto
(Nilai Pengalihan)
TARIF
0%
atas pengadaan tanah bagi pembangunan
untuk kepentingan umum
PAJAK PENGHASILAN PASAL 4(2)
JASA PELAKSANA KONSTRUKSI JASA PERENCANA/PENGAWAS KONSTRUKSI

penghasilan dari pelaksanaan penghasilan dari


OBJEK
konstruksi (kontraktor) OBJEK perencanaan/pengawasan
konstruksi (konsultan)
2% x Nilai Kontrak
(tidak termasuk PPN) 4% x Nilai Kontrak
Rekanan memiliki kualifikasi usaha kecil (tidak termasuk PPN)
Rekanan memiliki kualifikasi usaha
3% x Nilai Kontrak TARIF
TARIF (tidak termasuk PPN) 6% x Nilai Kontrak
Rekanan memiliki kualifikasi usaha menengah/besar (tidak termasuk PPN)
Rekanan tidak memiliki kualifikasi usaha
4% x Nilai Kontrak
(tidak termasuk PPN)
Rekanan tidak memiliki kualifikasi usaha

PAJAK PERTAMBAHAN NILAI PPN


OBJEK penyerahan Barang Kena Pajak atau Jasa Kena Pajak oleh rekanan (Pengusaha Kena Pajak)

TARIF 10% x Dasar Pengenaan Pajak


pembayaran yang jumlahnya paling banyak Rp2.000.000,00 (dua juta rupiah) dan tidak
merupakan pembayaran yang terpecah-pecah

pembayaran untuk pembebasan tanah, kecuali pembayaran atas penyerahan tanah oleh real
estate atau industrial estate
KECUALI
pembayaran atas penyerahan BKP dan/atau JKP yang mendapat fasilitas PPN tidak dipungut
dan/atau dibebaskan dari pengenaan PPN

pembayaran atas penyerahan BBM dan Bukan BBM oleh Pertamina, rekening telepon, jasa
angkutan udara oleh perusahaan penerbangan
PAJAK PERTAMBAHAN NILAI PPN
Pengusaha Kena Pajak rekanan bendahara WAJIB
membuat Faktur Pajak

Kode Transaksi pada nomor seri Faktur Pajak adalah


02

Untuk memastikan e-Faktur valid dilakukan


dengan cara memindai QR Code menggunakan
aplikasi QR Scanner pada smartphone anda

BEA METERAI BM
Surat perjanjian dan surat lainnya yang dibuat dengan tujuan untuk digunakan
sebagai alat pembuktian mengenai perbuatan, kenyataan atau keadaan yang bersifat
OBJEK perdata (seperti kontrak atau surat pernyataan)

Surat yang memuat jumlah uang, seperti kuitansi, billing statement, dan lain-lain

Rp 10.000,00
Berlaku per 1 Januari 2021 (UU No. 10 Tahun 2020)

Selama masa transisi (s.d. 31 Des 2021) materai Rp 3.000,00 dan Rp 6.000,00 masih berlaku.
Cara penggunaan meterai Rp 3.000 dan meterai Rp 6.000 untuk dokumen selama masa transisi
sebagai pengganti materai Rp 10.000:
TARIF ▪ Menempelkan materai Rp 6.000 dan materai Rp 3.000 secara berdampingan dalam satu dokumen
yang memerlukan materai.
▪ Menempelkan 3 materai Rp 3.000 secara berdampingan dalam satu dokumen yang memerlukan
materai.
▪ Menempelkan 2 materai Rp 6.000 secara berdampingan dalam satu dokumen yang memerlukan
materai.
Membuat Kode Billing

Kode Akun Pajak – Kode Jenis Setoran


KODE AKUN
KODE AKUN KODE AKUN
PAJAK – KODE
PAJAK – KODE KETERANGAN JENIS KETERANGAN PAJAK – KODE KETERANGAN
JENIS SETORAN JENIS SETORAN
SETORAN

Pemungutan PPN oleh


411124 - 411211 -
411121 - 100 Pemotongan PPh Pasal 21 Non Final Pemotongan PPh Pasal 23 atas sewa Bendaharawan APBN*
100
910 (SSP atas nama Rekanan dan
ditandatangani oleh Bendahara)
Pemotongan PPh Pasal 21 Final atas
411124 - Pemungutan PPN oleh Bendaharawan
411121 - 402
honorarium/imbalan lain yg diterima Pemotongan PPh Pasal 23 atas jasa 411211 -
104 APBD*
Pejabat Negara, PNS, TNI/POLRI, dan
pensiunannya 920 (SSP atas nama Rekanan dan
ditandatangani oleh Bendahara)
Pemungutan PPh Pasal 22 oleh Pemotongan PPh Final Pasal 4(2)
411128 -
Bendaharawan APBN* atas pengalihan hak atas tanah / Pemungutan PPN oleh
411122 - 910 402 411211 -
(SSP atas nama Rekanan dan bangunan Bendaharawan Dana Desa*
ditandatangani oleh Bendahara) 930 (SSP atas nama Rekanan dan
ditandatangani oleh Bendahara)
Pemungutan PPh Pasal 22 oleh 411128 - Pemotongan PPh Final Pasal 4(2)
Bendaharawan APBD* 403 atas sewa tanah / bangunan Pemotongan PPh Final berdasarkan
411122 - 920
(SSP atas nama Rekanan dan 411128 - PP Nomor 23 Tahun 2018
ditandatangani oleh Bendahara) 420 (SSP atas nama Rekanan dan
411128 - Pemotongan PPh Final Pasal 4(2) ditandatangani oleh Bendahara)
Pemungutan PPh Pasal 22 oleh
409 atas jasa konstruksi
Bendaharawan Dana Desa*
411122 - 930
(SSP atas nama Rekanan dan
ditandatangani oleh Bendahara)
*) Mengacu pada jabatan bendaharawan pada
tingkat administrasi pemerintahan, dan TIDAK
didasarkan pada sumber dana pengelolaan keuangan
BAYAR

JENIS PAJAK BATAS AKHIR PEMBAYARAN BATAS AKHIR PELAPORAN


PPh Pasal 21 Tanggal 10 bulan berikutnya Tanggal 20 bulan berikutnya

PPh Pasal 22 Hari yang sama dengan Tanggal 20 bulan berikutnya


transaksi
PPh Pasal 23 Tanggal 10 bulan berikutnya Tanggal 20 bulan berikutnya

PPh Pasal 4(2) Tanggal 10 bulan berikutnya Tanggal 20 bulan berikutnya

PPN Tanggal 7 bulan berikutnya Akhir bulan berikutnya


LAPOR PAJAK

ADA
YANG
BARU?
www.pajak.go.id
PER-17/PJ/2021

• PEMBUATAN BUKTI PEMOTONGAN DAN/ATAU PEMUNGUTAN


PAJAK BAGI INSTANSI PEMERINTAH

• PENYAMPAIAN SURAT PEMBERITAHUAN MASA BAGI


INSTANSI PEMERINTAH

www.pajak.go.id

www.pajak.go.id
LATAR BELAKANG

KEMUDAHAN KEPASTIAN KEPATUHAN

Memberikan Meningkatkan
Memberikan kepastian terkait kepatuhan pembuatan
kemudahan status Bukti Potong bukti potong dan
One Stop Service Meningkatkan akurasi penyampaian SPT
tanpa instalasi dan validasi Masa

www.pajak.go.id

ROAD MAP
E-BUPOT INSTANSI PEMERINTAH E-BUPOT
INSTANSI
PEMERINTAH
berlaku secara
nasional

PER-17/PJ/2021

PMK-231/PJ/2019

2019 Agustus September


2021 2021

www.pajak.go.id
PRASYARAT PENGGUNAAN APLIKASI
INSTANSI PEMERINTAH

Pemotong/Pemungut harus:
o Memiliki EFIN untuk bisa mengakses
djponline.pajak.go.id ; dan
o Memiliki Sertifikat Elektronik untuk
menyampaikan SPT Masa Instansi Pemerintah;

www.pajak.go.id

SERTIFIKAT ELEKTRONIK
PEMOTONG/PEMUNGUT PAJAK

Sertifikat Elektronik Pemotong/Pemungut Pajak


yang dikeluarkan oleh Direktorat Jenderal Pajak
sebagaimana diatur dalam Peraturan Menteri
Keuangan Nomor 147/PMK.03/2017 tentang Tata
Cara Pendaftaran Wajib Pajak dan Penghapusan
Nomor Pokok Wajib Pajak serta Pengukuhan dan
Pencabutan Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak
dapat digunakan untuk melakukan Tanda Tangan
Elektronik sampai dengan paling lambat tanggal 31
Desember 2022.

www.pajak.go.id
PEMOTONG/PEMUNGUT PAJAK?
“Instansi Pemerintah adalah instansi pemerintah pusat, instansi pemerintah
daerah, dan instansi pemerintah desa, yang melaksanakan kegiatan pemerintahan
serta memiliki kewenangan dan tanggung jawab penggunaan anggaran.”

INSTANSI PEMERINTAH

INSTANSI INSTANSI PEMERINTAH INSTANSI


PEMERINTAH PUSAT DAERAH PEMERINTAH DESA

Instansi Pemerintah dapat menunjuk Subunit Organisasi dalam pelaksanaan hak dan pemenuhan
kewajiban perpajakan tertentu untuk dan atas nama Pemotong/Pemungut Pajak, termasuk dalam
pembuatan dan penyerahan bukti pemotongan/pemungutan pajak.
www.pajak.go.id

KEWAJIBAN PEMOTONG/PEMUNGUT PAJAK

Membuat bukti pemotongan/pemungutan pajak secara elektronik dan menyerahkan bukti


pemotongan/ pemungutan pajak kepada pihak yang dipotong dan/atau dipungut;

Menyetorkan PPh yang telah dipotong dan/atau dipungut dan PPN/PPnBM yang dipungut;

melaporkan bukti pemotongan/pemungutan pajak secara elektronik kepada Direktorat


Jenderal Pajak menggunakan Surat Pemberitahuan Masa bagi Instansi Pemerintah

www.pajak.go.id
PIHAK YANG DIPOTONG/DIPUNGUT

Harus memberikan informasi identitas kepada Pemotong/Pemungut Pajak.

o Nomor Pokok Wajib Pajak o Tax Identification


(NPWP), atau Number (TIN), dan/atau
o Nomor Induk Kependudukan o SKD/Tanda terima SKD
WPDN bagi Orang Pribadi yang WPLN WPLN bagi WP yang
tidak memiliki NPWP akan menerapkan P3B

www.pajak.go.id

BUKTI PEMOTONGAN/PEMUNGUTAN PAJAK

1. Bukti Pemotongan 21/26 Instansi Pemerintah


a. Bukti Pemotongan PPh Pasal 21 bagi Pegawai Tetap atau Penerima Pensiun atau THT/JHT Berkala (Formulir 1721-A1);
b. Bukti Pemotongan PPh Pasal 21 bagi PNS TNI POLRI Pejabat Negara atau Pensiunannya (Formulir 1721-A2);
c. Bukti Pemotongan PPh Pasal 21 Final/Tidak Final (Formulir 1721-B1); dan
d. Bukti Pemotongan PPh Pasal 26 (Formulir 1721-26).

2. Bukti Pemotongan/Pemungutan Unifikasi Instansi Pemerintah:


a. Bukti Pemotongan/Pemungutan PPh Pasal 4 ayat (2), PPh Pasal 15, PPh Pasal 22, serta PPh Pasal 23; dan
b. Bukti Pemotongan PPh Pasal 26.

3. Bukti Pemungutan PPN/PPnBM :


a. Faktur Pajak atau dokumen tertentu yang dipersamakan; dan
b. SSP/BPN/Sarana administrasi lain yang dipersamakan.

Bukti Pemorongan 21/26 Instansi Pemerintah dan Bukti Pemotongan/Pemungutan Unifikasi diterbitkan
melalui Aplikasi e-Bupot Instansi Pemerintah dan ditandatangani secara elektronik
www.pajak.go.id
BUKTI PEMOTONGAN 21/26
INSTANSI PEMERINTAH

www.pajak.go.id

BUKTI PEMOTONGAN
FORMULIR 1721-A1 / 1721-A2

1 Bukti
Pemotongan
1
Penerima Penghasilan Kode Objek
Pajak, dan Masa Pajak/Lebih
(dalam tahun kalender yang bersangkutan)

Formulir 1721-A1 atau 1721-A2 diterbitkan untuk setiap tahun dan


diberikan kepada penerima penghasilan paling lama1 (satu) bulan
setelah tahun kalender berakhir*.

*) dalam hal Pegawai Tetap pindah Instansi Pemerintah lain/berhenti bekerja sebelum bulan Desember, pemberian Bukti
Pemotongan Formulir 1721-A1 dan/atau Formulir 1721-A2 harus dilakukan paling lama 1 (satu) bulan setelah yang
bersangkutan pindah/berhenti bekerja. www.pajak.go.id
BUKTI PEMOTONGAN
FORMULIR 1721-B1 / 1721-26

1 Bukti
Pemotongan
1
Penerima Penghasilan Kode Objek
Pajak, dan Masa Pajak

Formulir 1721-B1 atau 1721-26 diterbitkan untuk setiap transaksi atau


untuk 1 (satu) Masa Pajak dan diberikan kepada penerima penghasilan
untuk setiap kali pembuatan bukti pemotongan.

www.pajak.go.id

PENERBITAN BUKTI PEMOTONGAN


Bukti Pemotongan PPh Pasal 21/26 tetap harus dibuat dalam hal :

1. jumlah penghasilan yang diterima tidak melebihi PTKP atau batasan penghasilan
harian atau kumulatif bulanan sehingga tidak dilakukan pemotongan PPh Pasal 21.

2. jumlah PPh Pasal 26 yang dipotong nihil berdasarkan P3B yang ditunjukkan dengan
adanya SKD WPLN;

3. PPh Pasal 21 yang dipotong ditanggung Pemerintah;

4. PPh Pasal 21 yang dipotong diberikan fasilitas PPh ; dan/atau

5. jumlah PPh Pasal 21 yang dipotong nihil karena:

• adanya Surat Keterangan Bebas;

• Dikenakan tarif 0%
www.pajak.go.id
PENOMORAN BUKTI PEMOTONGAN
PPH PASAL 21/26 INSTANSI PEMERINTAH

Kode Dokumen Keterangan Kode Seri Nomor Seri


1 Form 1721-B1 dan 1721-26 0000001 s.d. 9999999
00 s.d. 99
2 Form 1721-A1 dan 1721-A2 dalam 1 (satu) tahun kalender

Ketentuan Penomoran:

o Kode Seri diberikan secara berurutan dari 00 sampai dengan 99.


Fungsi kode ini ialah untuk menandai nomor urut Bukti Pemotongan PPh Pasal 21/26 Instansi Pemerintah.
Apabila kode 00 sampai dengan 99 telah terpakai, kode berulang kembali ke 00.
o Nomor Seri diberikan secara berurutan dari 0000001 sampai dengan 9999999 dalam 1 (satu) tahun kalender (dari 1 Januari s.d. 31
Desember). Apabila tahun kalender telah berganti, nomor dimulai lagi dari nomor 0000001 dengan kode seri 00.
o Satu Nomor Bukti Pemotongan untuk Satu Wajib Pajak, Satu Kode Objek Pajak, dan Satu Masa Pajak
o Nomor Bukti Pemotongan 21/26 tidak berubah apabila terjadi perubahan (edit) atau Penghapusan (delete).
o Nomor, Masa Pajak, dan Identitas Wajib Pajak tidak berubah apabila terjadi pembetulan atau pembatalan
o Nomor Bukti Pemotongan 21/26 yang dihapus (delete) tidak dapat digunakan kembali
www.pajak.go.id

BUKTI PEMOTONGAN UNIFIKASI


INSTANSI PEMERINTAH

www.pajak.go.id
BUKTI PEMOTONGAN/PEMUNGUTAN
UNIFIKASI

1 Bukti
Pemotongan/
Pemungutan 1 Wajib Pajak,
Kode Objek Pajak, dan
Masa Pajak

Dalam hal pada suatu Masa Pajak terdapat 2 (dua) atau lebih transaksi
pemotongan/pemungutan pajak atas pihak yang sama dan dengan kode objek pajak
yang sama Pemotong/Pemungut PPh dapat membuat 1 (satu) Bukti
Pemotongan/Pemungutan Unifikasi Berformat Standar

www.pajak.go.id

BUKTI PEMOTONGAN/PEMUNGUTAN
UNIFIKASI

Bukti Pemotongan / Pemungutan Unifikasi tidak harus dibuat jika tidak terdapat
pemotongan / pemungutan PPh, kecuali :

1. Jumlah PPh Nihil karena ada SKB

2. Transaksi dengan WP yang memiliki Surat Keterangan PP No. 23 Tahun 2018,


dengan syarat SSP harus tetap dibuat sesuai PP No. 23 Tahun 2018

3. PPh Pasal 26 Nihil berdasarkan ketentuan P3B ditunjukkan dengan SKD WPLN

4. PPh terutang yang ditanggung Pemerintah (PPh DTP)

5. PPh yang dipotong atau dipungut diberikan fasilitas PPh

6. Pemotongan / Pemungutan dengan SSP / BPN / yang dipersamakan SSP

www.pajak.go.id
PENOMORAN BUKTI PEMOTONGAN/PEMUNGUTAN
UNIFIKASI

Kode Dokumen Keterangan Kode Seri Nomor Seri


1 Berbentuk dokumen elektronik 0000001 s.d. 9999999
00 s.d. 99
dalam 1 (satu) tahun kalender

Ketentuan Penomoran:

o Nomor Seri diberikan secara berurutan walaupun jenis PPh berbeda


o Satu Nomor Seri untuk Satu Wajib Pajak, Satu Kode Objek Pajak, dan Satu Masa Pajak
o Nomor Bukti Pemotongan/Pemungutan Unifikasi tidak berubah apabila terjadi perubahan (edit) atau Pembetulan dan tidak dapat digunakan
kembali apabila terjadi penghapusan (delete) atau Pembatalan

www.pajak.go.id

Bukti Pemotongan/Pemungutan Unifikasi untuk


PPh Pasal 4 ayat (2),PPh Pasal 15, PPh Pasal 22 dan
PPh Pasal 23 (Formulir BPPU)

Paling sedikit memuat:

o Nomor Bukti Pot/Put Unifikasi Berformat Standar


o Jenis Pemotongan/Pemungutan PPh
o Identitas pihak yang dipotong/dipungut (nama dan NPWP/Nomor Induk
Kependudukan/Tax Identification Number)
o Masa Pajak dan Tahun Pajak
o Kode Objek Pajak
o Dasar Pengenaan Pajak (DPP)
o Tarif
o PPh yang dipotong/dipungut/ditanggung Pemerintah
o Dokumen sebagai dasar potput PPh
o Identitas pemotong/pemungut (nama dan NPWP Pemotong/Pemungut
PPh serta nama penanda tangan
o Tanggal bukti pemotongan/pemungutan ditandatangani
o Kode verifikasi (QR)

www.pajak.go.id
Bukti Pemotongan/Pemungutan Unifikasi
untuk PPh Pasal 26 (Formulir BPPU-26)

Paling sedikit memuat:

o Nomor Bukti Pot/Put Unifikasi Berformat Standar


o Jenis Pemotongan/Pemungutan PPh
o Identitas pihak yang dipotong/dipungut (nama dan NPWP/Nomor Induk
Kependudukan/Tax Identification Number)
o Masa Pajak dan Tahun Pajak
o Kode Objek Pajak
o Dasar Pengenaan Pajak (DPP)
o Tarif
o PPh yang dipotong/dipungut/ditanggung Pemerintah
o Dokumen sebagai dasar potput PPh
o Identitas pemotong/pemungut (nama dan NPWP Pemotong/Pemungut
PPh serta nama penanda tangan
o Tanggal bukti pemotongan/pemungutan ditandatangani
o Kode verifikasi (QR)

www.pajak.go.id

PERUBAHAN (EDIT) DAN PENGHAPUSAN (DELETE)


BUKTI PEMOTONGAN/PEMUNGUTAN PAJAK

Dapat dilakukan sebelum SPT Masa


bagi Instansi Pemerintah disampaikan.

www.pajak.go.id
PEMBETULAN, PEMBATALAN, DAN PENAMBAHAN
BUKTI PEMOTONGAN / PEMUNGUTAN PAJAK

Bukti pemotongan / pemungutan pajak yang telah dilaporkan dalam


SPT Unifikasi Instansi Pemerintah atau SPT 21/26 Instansi Pemerintah
dapat dilakukan:
o Pembetulan, dalam hal terdapat kekeliruan dalam pengisian Bukti
pemotongan/pemungutan pajak atau terdapat transaksi retur
o Pembatalan, dalam hal terdapat transaksi yang dibatalkan
o Penambahan, dalam hal terdapat objek pajak yang belum dilaporkan
dalam SPT

Sepanjang Direktur Jenderal Pajak belum melakukan pemeriksaan atau pemeriksaan bukti permulaan secara
terbuka terhadap Masa Pajak yang bersangkutan

www.pajak.go.id

PEMBETULAN, PEMBATALAN, DAN PENAMBAHAN


BUKTI PEMOTONGAN / PEMUNGUTAN PAJAK
Bukti Pemungutan PPN / PPnBM yang telah dilaporkan dalam SPT Masa
Unifikasi Instansi Pemerintah dapat dilakukan:

• Penggantian, dalam hal terdapat kekeliruan dalam pengisian Bukti


Pemungutan PPN / PPnBM atau terdapat transaksi retur
Dilakukan berdasarkan Faktur Pajak Pengganti dari Rekanan

• Pembatalan, dalam hal terdapat transaksi yang dibatalkan


Dilakukan berdasarkan Faktur Pajak yang dibatalkan dari Rekanan

Sepanjang Direktur Jenderal Pajak belum melakukan pemeriksaan atau pemeriksaan bukti permulaan secara
terbuka terhadap Masa Pajak yang bersangkutan

www.pajak.go.id
www.pajak.go.id

SPT MASA
BAGI INSTANSI PEMERINTAH

SPT 21/26 Instansi Pemerintah

SPT Unifikasi Instansi Pemerintah

www.pajak.go.id
SPT MASA PPH PASAL 21/26
BAGI INSTANSI PEMERINTAH
terdiri dari:

1 Induk SPT (Formulir 1721)

Daftar Pemotongan PPh Pasal 21 bagi Pegawai Tetap dan Penerima Pensiun atau
Tunjangan Hari Tua/Jaminan Hari Tua Berkala serta bagi Pegawai Negeri Sipil,
2 Anggota Tentara Nasional Indonesia, Anggota Polisi Republik Indonesia, Pejabat
Negara dan Pensiunannya (Formulir 1721-A);

Daftar Bukti Pemotongan PPh Pasal 21 Final, PPh Pasal 21 Tidak Final dan/atau
3 PPh Pasal 26 (Formulir 1721-B); dan

Daftar SSP dan/atau sarana administrasi lain yang disamakan dengan SSP (Formulir
4 1721-SSP)

www.pajak.go.id

INDUK SPT MASA PPH PASAL 21/26


BAGI INSTANSI PEMERINTAH

www.pajak.go.id
Daftar Pemotongan Pajak Penghasilan Pasal 21 Bagi Pegawai Tetap Dan Penerima Pensiun Atau
Tunjangan Hari Tua/Jaminan Hari Tua Berkala Serta Bagi Pegawai Negeri Sipil, Anggota Tentara
Nasional Indonesia, Anggota Polisi Republik Indonesia, Pejabat Negara Dan Pensiunannya
(Formulir 1721-A)

www.pajak.go.id

Daftar Bukti Pemotongan Pajak Penghasilan Pasal 21 (Tidak Final Dan Final) Dan/Atau Pasal 26
(Formulir 1721-B)

www.pajak.go.id
Daftar Surat Setoran Pajak (SSP) Dan/Atau Sarana Administrasi Lain Yang Disamakan Dengan
SSP Untuk Pemotongan Pajak Penghasilan Pasal 21 Dan/Atau Pasal 26 (Formulir 1721-SSP)

www.pajak.go.id

www.pajak.go.id
SPT MASA UNIFIKASI INSTANSI PEMERINTAH

JENIS PAJAK

PPh Pasal PPh Pasal PPh Pasal PPh Pasal PPh Pasal PPN /
4 (2) 15 22 23 26 PPnBM

www.pajak.go.id

SPT MASA UNIFIKASI


BAGI INSTANSI PEMERINTAH

SPT Masa Unifikasi Instansi Pemerintah terdiri dari:

Induk SPT Masa Unifikasi Instansi Pemerintah (Formulir Induk)


1

Daftar Bukti Pemotongan/Pemungutan Unifikasi (Formulir DBPP)


2

Daftar Bukti Pemungutan PPN/PPnBM (Formulir DBPPN)


3

Daftar Surat Setoran Pajak, BPN, dan/atau Bukti Pemindahbukuan (Formulir DSS)
4

www.pajak.go.id
INDUK SPT MASA UNIFIKASI INSTANSI
PEMERINTAH

o Masa Pajak dan Tahun Pajak;


o status SPT normal atau pembetulan;
o identitas Pemotong/Pemungut PPh;
o jenis PPh;
o jumlah dasar pengenaan pajak (ada di daftar rincian, di
SPT Masa Induk tidak ada);
o jumlah nilai PPh yang dipotong, dipungut, ditanggung
Pemerintah, dan/atau PPh yang disetor sendiri;
o jumlah total PPh atau jumlah total PPh yang disetor pada
SPT yang dibetulkan;
o jumlah PPh yang kurang (lebih) disetor karena
pembetulan;
o nama dan tanda tangan Pemotong/Pemungut PPh atau
kuasa; dan
o tanggal SPT Masa PPh Unifikasi dibuat.

www.pajak.go.id

DAFTAR BUKTI PEMOTONGAN/PEMUNGUTAN


UNIFIKASI (FORMULIR DBPP)

o NPWP/NIK/TIN WP yangdipotong/pungut;
o status SPT normal atau pembetulan;
o NamaWP yangdipotong/pungut;
o Jenis PPh;
o Kode Objek Pajak;
o Nomor dan Tanggal Bukti
Pemotongan/Pemungutan;
o Jumlah Penghasilan Bruto;
o Besar PPh yang dipotong/dipungut;
o ID SubUnit Organisasi;
o Keterangan; dan
o Jumlah Total Penghasilan Bruto yang
dipotong/dipungut dan DTP.

www.pajak.go.id
DAFTAR BUKTI PEMUNGUTAN
PPN/PPNBM (FORMULIR-DBPPN)

o Nama Rekanan
o NPWP Rekanan/TIN
o Kodedan Nomor Seri serta
tanggal Faktur Pajak
o Kode dan Nomor Seri Faktur
Pajak yang diganti
o Dasar Pengenaan Pajak
o BesarPPN
o BesarPPnBM
o ID SubUnitOrganisasi

www.pajak.go.id

DAFTAR SSP/BPN/BUKTI PBK/SP2D


(FORMULIR DSS)

o Kode Akun Pajak (KAP)


o Kode Jenis Setor (KJS)
o NTPN/Nomor Bukti
PBK/Nomor SP2D
(pembayaran dengan
mekanisme LS)
o Jumlah Pajak Disetor
o ID SubUnit Organisasi

www.pajak.go.id
PEMBETULAN SPT MASA
BAGI INSTANSI PEMERINTAH

Ketentuan mengenai Pembetulan SPT Masa bagi Instansi Pemerintah, yaitu:


o Memberi tanda pada tempat yang disediakan dalam SPT Masa bagi Instansi Pemerintah
o Dalam hal pembetulan SPT Masa bagi Instansi Pemerintah mengakibatkan
1. Kurang Setor
Pemotong/Pemungut melunasi pajak yang kurang disetor sebelum menyampaikan pembetulan
2. Lebih Setor
a) Lebih Setor SPT 21/26 Instansi Pemerintah >>> dikompensasikan ke Masa Pajak berikutnya oleh
Pemotong/Pemungut Pajak; atau
b) Lebih Setor SPT Unifikasi Instansi Pemerintah >>> Pemindahbukuan oleh Pemotong/Pemungut
Pajak

Sepanjang Direktur Jenderal Pajak belum melakukan pemeriksaan atau pemeriksaan bukti permulaan secara
terbuka terhadap Masa Pajak yang bersangkutan

www.pajak.go.id

www.pajak.go.id
PELAPORAN SPT MASA
BAGI INSTANSI PEMERINTAH

Bulan Berikutnya
Paling lama 20 hari setelah
20 Berakhirnya Masa Pajak

www.pajak.go.id

KETERLAMBATAN PELAPORAN DAN PEMBAYARAN


o SPT Masa Instansi Pemerintah yang terlambat atau tidak disampaikan setelah tanggal
jatuh tempo dikenai sanksi denda Pasal 7 UU KUP sebesar:
• Rp100.000 (seratus ribu rupiah) untuk SPT 21/26 Instansi Pemerintah;
• Rp100.000 (seratus ribu rupiah) untuk SPT Unifikasi Instansi Pemerintah jenis
pajak PPh, yang dikenakan sebagai satu kesatuan dan tidak dihitung bagi tiap-
tiap jenis PPh; dan
• Rp500.000 (Lima ratus ribu rupiah) untuk SPT Unifikasi Instansi Pemerintah
jenis pajak PPN dan/atau PPnBM

o Penyetoran jumlah pajak yang terlambat setelah tanggal jatuh tempo dikenai sanksi
bunga Pasal 9 ayat (2a) UU KUP.

o Penyetoran jumlah pajak yang kurang disetor akibat pembetulan SPT Masa bagi
Instansi Pemerintah setelah tanggal jatuh tempo dikenai sanksi bunga Pasal 8 ayat
(2a) UU KUP.

www.pajak.go.id
www.pajak.go.id

www.pajak.go.id
15 Oktober

2021
Aspek Perpajakan
Profesi Dokter

DEJA(P)U
TAX EXPO
Kanwil DJP Jakarta Pusat
PJ.091/PL/S/010/2020-00
KANWIL DJP JAKARTA PUSAT
KPP PRATAMA JAKARTA SAWAH BESAR SATU
KPP PRATAMA JAKARTA SAWAH BESAR DUA

PENGETAHUAN PERPAJAKAN

DOKTER
Jakarta, 15 Oktober 2021

apakah Anda seorang


dokter PNS

dokter di RS swasta

dokter praktik sendiri


atau Anda seorang
dokter yang menjadi
pegawai tetap, pengurus, pengawas,
serta direksi, atau pimpinan rumah sakit

dosen di universitas

pembicara/narasumber seminar
dan sejenisnya

pemilik apotek atau jenis usaha


lainnya

Sudahkah Anda paham


hak dan kewajiban perpajakan Anda ?
D aftar

H itung

B ayar

L apor

Daftar
Daftarkan diri Anda untuk memperoleh NPWP

Hitung
Hitung sendiri pajak Anda
Lakukan pencatatan atau pembukuan atas
penghasilan yang Anda terima
Bayar
Buat kode billing sebelum melakukan pembayaran
Pembayaran billing pajak dapat dilakukan ke
rekening Kas Negara melalui ATM, Internet Banking,
EDC, Mobile Banking atau Bank/Pos Persepsi

Lapor
Laporkan pajak yang telah Anda bayar dengan
menggunakan Surat Pemberitahuan (SPT) baik
SPT Masa maupun SPT Tahunan

Penghasilan

tambahan untuk konsumsi dari dalam dengan nama


kemampuan atau negeri maupun
ekonomis dan dalam
menambah luar negeri bentuk apapun
kekayaan
Dokter sebagai
Dokter Praktik direksi RS

Dokter yang Dokter dengan


mempunyai usaha penghasilan lainnya

Dokter Praktik

Dokter yang
Dokter Dokter menyewa ruangan
di Rumah Sakit
Dokter
Tetap RS Tamu RS sebagai tempat Tamu RS
praktiknya
Pencatatan VS Pembukuan

Pencatatan Pembukuan
Menggunakan Norma Perhitungan
Penghasilan Neto

Penghasilan Neto Penghasilan Neto


= =
Penghasilan Bruto x Penghasilan Bruto
Norma dikurangi
biaya untuk mendapatkan,
Syarat : omzetnya kurang dari 4,8 M dalam setahun menagih, dan memelihara
penghasilan
** persentase Norma Penghitungan Penghasilan Neto untuk WP
Dokter dapat dilihat di Lampiran I PER-17/PJ/2015 sebesar 50 %
untuk 10 Ibu kota Provinsi
Penghasilan Bruto
seluruh penghasilan yang diterima dokter
sehubungan dengan kegiatan usaha atau
pekerjaan bebas sebagai dokter

Biaya untuk Mendapatkan, Menagih,


Memelihara penghasilan (3M)
Biaya yang secara langsung atau tidak langsung
berkaitan dengan kegiatan usaha
3M biaya pembelian bahan

upah, gaji, honorarium, bonus, gratifikasi, dan


tunjangan yang diberikan kepada pegawai dalam
bentuk uang

kerugian karena penjualan atau pengalihan harta yang


dimiliki dan digunakan dalam kegiatan usaha

kerugian pada suatu tahun pajak dapat


dikompensasikan dengan penghasilan mulai tahun
pajak berikutnya berturut-turut sampai dengan 5 tahun

Dokter sebagai
Dokter Praktik pengurus/direksi RS

Dokter yang Dokter dengan


mempunyai usaha penghasilan lainnya
Penghasilan Dokter
sebagai pengurus, Merupakan penghasilan dokter
sebagai pegawai tetap dalam jumlah
dewan direksi, atau tertentu yang diterima secara teratur
pimpinan RS maupun tidak teratur

Ditentukan berdasarkan
penghasilan neto yang
tertera dalam bukti
pemotongan PPh Pasal
21 yang diberikan oleh
pemberi kerja
Dasar Pengenaan Pajak (DPP) atau
Penghasilan Kena Pajak (PKP) yang dilakukan
oleh Pemberi Kerja dihitung seperti berikut:

DPP = PKP = Penghasilan Neto – PTKP

Penghasilan Neto =
Penghasilan Bruto – Biaya Jabatan – THT/JHT
*Besarnya Biaya Jabatan adalah 5 % dari penghasilan Bruto
Maksimal Rp. 6.000.000,- setahun

Dokter sebagai
Dokter Praktik pengurus/direksi RS

Dokter yang Dokter dengan


mempunyai usaha penghasilan lainnya
Peredaran Bruto Tertentu
Tidak melebihi 4,8 M setahun

Sebelum 1 Juli 2018


PPh terutang = 1% (satu persen) X jumlah
peredaran bruto setiap bulan, untuk
setiap tempat kegiatan usaha atas
Penghasilan dari usaha yang diterima

Sejak 1 Juli 2018


PPh terutang = 0,5% X Peredaran bruto
setiap bulan, untuk setiap tempat
kegiatan usaha atas Penghasilan dari
usaha yang diterima

Dokter sebagai
Dokter Praktik pengurus/direksi RS

Dokter yang Dokter dengan


mempunyai usaha penghasilan lainnya
Penghasilan Lainnya

bunga, royalti, sewa harta hadiah / bunga tabungan, deposito,


sewa keuntungan selain tanah imbalan lain yang penjualan saham
dari penjualan dan/atau diterima dari di bursa efek, dividen, sewa
dan/atau bangunan produsen obat- tanah dan/atau bangunan,
pengalihan harta obatan dan alat penghasilan yang diterima
lainnya kesehatan
atas Pengalihan hak atas tanah
(capital gain) atas promosi yang
dilakukan dan/atau bangunan, Hadiah
Undian

SIMULASI, YUK..
DR. ALBERT
Dokter PNS Golongan III/d di RSU Pertiwi, Jakarta

Memiliki penghasilan :

Penghasilan neto (gaji, tunjangan, 174.000.000


bonus) sebagai PNS pada BUKTI POTONG
1721-A2
RSU Pertiwi

Penghasilan bruto dari praktik 137.500.000


dokter di RSU Pertiwi BUKTI POTONG
PPh PASAL 21

Penghasilan bruto dari praktik 412.500.000


dokter di Klinik Pribadi

Penghasilan lainnya 50.000.000


• Narasumber dalam kegiatan BUKTI POTONG
PPh PASAL 21 FINAL
seminar di beberapa Puskemas

BERAPAKAH
TARIF PAJAKNYA ?

Penghasilan neto (gaji, tunjangan, 174.000.000


bonus) sebagai PNS pada Tarif PPh Ps. 17
RSU Pertiwi

Penghasilan bruto dari praktik 137.500.000


dokter di RSU Pertiwi
Menggunakan Norma
Penghasilan bruto dari praktik 412.500.000 Penghitungan 50%
dokter di Klinik Pribadi

Penghasilan lainnya 50.000.000


• Narasumber dalam kegiatan Tarif PPh Ps. 21 Final
seminar di beberapa Puskemas
PERHITUNGAN
PENGHASILAN NETO

1. Penghasilan Neto dari:


i. kegiatan usaha dan pekerjaan bebas
• Praktik di RSU Pertiwi
50% x 137.500.000 68.750.000
• Praktik di klinik pribadi
50% x 412.500.000 206.250.000

Penghasilan neto dari usaha dan pekerjaan bebas 275.000.000

**Norma Penghitungan Penghasilan Neto untuk pekerjaan bebas bidang


profesi dokter wilayah Jakarta (PER-17/PJ/2015)

1. Penghasilan Neto dari:


i. kegiatan usaha dan pekerjaan bebas
• Praktik di RSU Pertiwi
50% x 137.500.000 68.750.000
• Praktik di klinik pribadi
50% x 412.500.000 206.250.000

Penghasilan neto dari usaha dan pekerjaan bebas 275.000.000


ii. Pekerjaan
• PNS pada RSU Pertiwi 174.000.000
iii. Dalam negeri lainnya
Penghasilan neto dalam negeri lainnya -
Jumlah Penghasilan Neto 449.000.000
Jumlah Penghasilan Neto 449.000.000

Dikurangi :
Penghasilan Tidak Kena Pajak
Wajib Pajak Sendiri 54.000.000
Tambahan untuk Wajib Pajak Kawin 4.500.000
Tambahan untuk 2 orang tanggungan 9.000.000
Jumlah PTKP (K/2) ( 67.500.000 )
Penghasilan Kena Pajak 381.500.000

PPh Terutang :
5% x 50.000.000 2.500.000
15% x 200.000.000 30.000.000
25% x 131.500.000 32.875.000
PPh yang Terutang 65.375.000

PPh yang Terutang 65.375.000


Kredit Pajak :

i. PPh yang dipotong/dipungut pihak lain:


• Bukti Potong 1721-A2 dari RSU Pertiwi 21.000.000
• Bukti Potong PPh Pasal 21 dari praktik di RSU Pertiwi 5.321.500

Jumlah kredit pajak yang dipotong/dipungut pihak lain 26.321.500


ii. PPh yang dibayar sendiri
• Angsuran PPh Pasal 25 22.000.000
Jumlah Kredit Pajak ( 48.321.500 )
PPh yang kurang dibayar/PPh Pasal 29 16.962.500

* Angsuran PPh Pasal 25 merupakan angsuran tahun berjalan yang dibayarkan selama satu tahun pajak.
** Untuk PPh Pasal 21 Final tidak dapat dikreditkan pada SPT Tahunan, namun tetap harus dilaporkan.
CURRENT
ISSUE CU

Pelaporan penghasilan yang tidak konsisten dari


suatu tahun pajak ke tahun pajak berikutnya
Pembetulan SPT Tahunan
Menyebabkan
Pelaporan asset pada SPT Tahunan yang tidak pajak yang
konsisten dari suatu tahun pajak ke tahun pajak terutang
berikutnya menjadi lebih
besar
Adanya ketidaksesuaian antara nilai penghasilan Penerbitan ketetapan pajak
dan asset pada suatu tahun pajak dengan nilai
penghasilan dan asset pada tahun pajak
berikutnya

Surel
pengaduan@pajak.go.id
informasi@pajak.go.id
026/PJ.0911/SLD/B/2021
18 Oktober

2021
Aspek Perpajakan
Profesi Pengacara

DEJA(P)U
TAX EXPO
Kanwil DJP Jakarta Pusat
ASPEK PERPAJAKAN
UNTUK
PROFESI
JASA HUKUM

KPP PRATAMA JAKARTA TANAH ABANGDUA

KLASIFIKASI LAPANGAN USAHA (KLU)


JASA HUKUM
dalam NPWP

Pengacara WP Orang Pribadi

Notaris dan/atau PPAT WP Orang Pribadi

Lembaga Bantuan Hukum WP badan


ADVOKAT
Advokat, penasihat hukum, pengacara praktik
dan konsultan hukum yang telah diangkat
pada saat UU No.18 Tahun 2003 berlaku,
dinyatakan sebagai Advokat

UU 18 TAHUN 2003
Advokat adalah orang yang berprofesi
memberi jasa hukum, baik di dalam maupun di
luar pengadilan yang memenuhi persyaratan
berdasarkan ketentuan UU

NOTARIS
UU 2 TAHUN 2014
Pejabat umum yang berwenang untuk membuat akta
autentik dan memiliki kewenangan lainnya sebagaimana
dimaksud dalam Undang-Undang

PPAT
PP 24 TAHUN 2016
Pejabat umum yang diberi kewenangan untuk membuat
akta-akta otentik mengenai perbuatan hukum tertentu
mengenai hak atas tanah atau
Hak Milik Atas Satuan Rumah Susun
ASPEK PERPAJAKAN
Profesi
JASA HUKUM

PAJAK
PENGHASILAN
(PPh)
PAJAK ATAS PENGHASILAN
YANG DITERIMA WAJIB PAJAK

PENGHASILAN
tambahan kemampuan ekonomis
untuk konsumsi atau menambah kekayaan

dari dalam negeri maupun luar negeri

dengan nama dan dalam bentuk apapun

Pasal 4 ayat (1) UU Pajak Penghasilan No.36/2008


SUMBER PENGHASILAN
1. DARI PEKERJAAN BEBAS

2. DARI PEMBERI KERJA

3. DARI KEGIATAN USAHA

4. DARI PENGHASILAN LAINNYA

PENGHASILAN PROFESI JASA HUKUM

PENGHASILAN SEHUBUNGAN DENGAN

1. PEKERJAAN BEBAS
Sebagai tenaga ahli yang bertindak untuk dan
atas namanya sendiri, bukan untuk dan atas
nama persekutuannya.
PENGHASILAN PROFESI JASA HUKUM

2. PENGHASILAN DARI
PEMBERI KERJA
Sebagai tenaga ahli yang memperoleh
penghasilan dari pihak lain berdasarkan suatu
perjanjian kerja tertentu.

Atas penghasilan dari pemberi kerja tersebut biasanya sudah dilakukan


pemotongan Pajak Penghasilan (PPh) dari pihak pemberi kerja.
Misal : Dosen, Pegawai tetap di suatu LBH

PENGHASILAN PROFESI JASA HUKUM

3. PENGHASILAN DARI
KEGIATAN USAHA
Memiliki usaha lain di luar profesi utama
jasa hukum, baik usaha yang dilakukan
sendiri maupun istrinya
4. PENGHASILAN LAINNYA
Penghasilan dari Sewa atas Aset
yang dimiliki

Resume Sumber Penghasilan Profesi Jasa Hukum


Penghasilan yang dikenakan PPh Final dan
Bukan Objek Pajak

KEWAJIBAN PERPAJAKAN
DAFTAR
HITUNG
BAYAR

LAPOR
1. DAFTAR
Advokat / Notaris / PPAT yang telah mempunyai penghasilan di atas
Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP)
wajib mendaftarkan diri untuk mendapatkan NPWP pada KPP yang
wilayah kerjanya meliputi tempat tinggal

Pendaftaran Langsung Pendaftaran Online

2. HITUNG

PPh 01
HITUNG PEMBUKUAN

PAJAK

02
PENGHASILAN PENCATATAN
01 PEMBUKUAN
WAJIB
menyelenggarakan pembukuan
dalam hal peredaran usaha sama
atau lebih dari Rp 4.800.000.000
dalam setahun
Untuk menentukan
PENGHASILAN
NETO

2. CARA MENGHITUNG PENGHASILAN NETO


PEMBUKUAN
Penghasilan Bruto = Rp ........
(–) Biaya-biaya untuk Mendapatkan, Menagih, & Memelihara) = Rp ........
Penghasilan Neto = Rp ........
(–) Zakat / Sumbangan Keagamaan yang sifatnya wajib = Rp ........
(–) Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP) = Rp ........
Penghasilan KENA PAJAK
Tarif PPh Pasal 17 UU PPh x Penghasilan Kena Pajak = Rp ........

PPh TERUTANG
02 PENCATATAN

PEREDARAN
BRUTO
kurang dari Rp 4.800.000.000
setahun MEMBERITAH
UPenKggAunNaanNPPN paling
lama 3 (tiga) bulan sejak
awal tahun pajak ke KPP

PENGHASILAN (manual /online)

NETO
Penghasilan Bruto x Norma

NORMA
PER- 17 /PJ/2015
10 Ibukota Provinsi 51%
Ibukota Provinsi Lainnya 50%
Daerah Lainnya 50%
PPh TERUTANG
Tarif PPh x Penghasilan Kena Pajak
Pasal 17 UU PPh

*) 10 Ibukota Provinsi:
1. Medan 6. Surabaya
2. Palembang 7. Denpasar
3. Jakarta 8. Manado
4. Bandung 9. Makassar
5. Semarang 10. Pontianak
2. CARA MENGHITUNG PPh Terutang
PENCATATAN

3. BAYAR
PPh Pasal 25

25 Dibayar sendiri oleh Wajib Pajak dalam tahun berjalan


Paling lama tanggal 15 bulan berikutnya
setelah Masa Pajak berakhir

PPh Pasal 29
29 Kekurangan pembayaran (PPh Pasal 29) yang harus
dilunasi sebelum SPT Tahunan disampaikan ke KPP
3. BAYAR
3.a BUAT KODE
BILLING 3.b BAYAR
www.pajak.go.id Bank

Datang langsung ke Kantor Pajak


(Saat ada layanan Tatap Muka) Kantor Pos

Penyedia JasaAplikasi Mesin ATM

SMS / WA / M-Pajak

4. LAPOR
MELAPORKAN SPT
SPT Tahunan
SPT Tahunan PPh OP 1770, 1770-S, 1770-SS
WP Orang Pribadi
Maksimal : 31 Maret Tahun berikutnya

SPT Tahunan PPh badan 1771


WP Badan
Maksimal : 30 April Tahun berikutnya
KEWAJIBAN PERPAJAKAN LAINNYA
• Advokat/Notaris/PPAT
PPh Pasal 21 • Badan / yayasan Lembaga Hukum
sebagai Pemotong Pajak
atas penghasilan karyawan, tenaga ahli, dan orang
pribadi lainnya yang bekerja pada
Advokat/Notaris/PPAT
Tata cara penghitungan mengikuti Peraturan Dirjen Pajak Nomor
PER-16/PJ/2016
Setor maksimal 10 hari setelah Masa Pajak berakhir
Lapor paling lama 20 hari setelah Masa Pajak berakhir

KEWAJIBAN PERPAJAKAN LAINNYA


• Advokat/Notaris/PPAT
PPN • Badan / yayasan Lembaga Hukum
Sebagai Pengusaha Kena Pajak (PKP)
Jasa Advokat/Notaris/PPAT merupakan Jasa Kena Pajak (JKP)
[tidak termasuk dalam negative list UU PPN]
Wajib Dikukuhkan Sebagai PKP apabila dalam satu tahun buku Peredaran
bruto dan/atau penerimaan Bruto melebihi 4.800.000.000
PKP Wajib Memungut PPN atas Penyerahan JKP dengan tarif 10%
(berlaku sebagai “Pajak Keluaran”)

Setor akhir bulan berikutnya setelah masa pajak berakhir dan sebelum SPT Masa PPN disampaikan
Lapor paling lama akhir bulan berikutnya setelah Masa Pajakberakhir
KEWAJIBAN PERPAJAKAN LAINNYA
PPh Pasal 4 ayat (2)
• Advokat/Notaris/PPAT
• Badan / yayasan Lembaga Hukum
Memperoleh Penghasilan lain sebagaimana
tercantum pada pasal 4 ayat (2) UU PPh, seperti :
Penjualan, sewa tanah dan/atau bangunan

Setor maksimal 15 hari setelah Masa Pajak berakhir


Lapor paling lama 20 hari setelah Masa Pajak berakhir

KEWAJIBAN PERPAJAKAN LAINNYA


PPh Pasal 23
• Advokat/Notaris/PPAT
• Badan / yayasan Lembaga Hukum
Memperoleh Penghasilan lain sebagaimana tercantum pada pasal 23 UU
PPh, seperti : sewa atas kendaraan, mesin, atau aset lain, selain tanah
dan/atau bangunan
Setor maksimal 15 hari setelah Masa Pajak berakhir
Lapor paling lama 20 hari setelah Masa Pajak berakhir
Laporan Penghasilan Lain dalam SPT
Tahunan PPh Orang Pribadi
TERIMA
KASIH
18 Oktober

2021
Kewajiban Pajak
Bendahara Pemerintah

DEJA(P)U
TAX EXPO
Kanwil DJP Jakarta Pusat
Direktorat Peraturan Perpajakan I

PMK-231/PMK.03/2019
Tata Cara Pendaftaran & Penghapusan NPWP, Pengukuhan &
Pencabutan Pengukuhan PKP, serta Pemotongan &/ Pemungutan,
Penyetoran, & Pelaporan Pajak Bagi Instansi Pemerintah

DASAR HUKUM

UU KUP
• Pasal 2 ayat (5): Tata cara pendaftaran & penghapusan NPWP,
pengukuhan & pencabutan PKP
• Pasal 3 ayat (3c): Batas waktu & tata cara pelaporan
• Pasal 9 ayat (1): Jatuh tempo pembayaran & penyetoran

UU PPh
• Pasal 21 ayat (8): Pemotongan PPh sehubungan pekerjaan,
jasa, atau kegiatan
• Pasal 22 ayat (2): pemungutan PPh sehubungan pembayaran
atas penyerahan barang

UU PPN
• Pasal 16A ayat (2): Tata cara pemungutan, penyetoran, &
pelaporan PPN oleh pemungut PPN
LATAR BELAKANG

Kondisi Database Masterfile NPWP Bendahara Pemerintah

Kondisi Pemenuhan Kewajiban Bendahara


Hitung Bayar Lapor

Kondisi Pengawasan Kepatuhan Bendahara

Kondisi Existing Regulasi Bendahara

Pembenahan MFWP REKOMENDASI KEBIJAKAN


No. Keterangan Jumlah
1 Jumlah Satker APBN (DJPb) 36,167
2 Jumlah Satker APBD (DJPK) 29,500 eskalasi
3 Jumlah Desa (Penerima 74,953
Dana Desa)
Jumlah Bendahara Seharusnya? 140,620 NPWP Instansi
Jumlah Bendahara MFWP 400,663
NPWP Bendahara Pemerintah
Pemerintah

POKOK PENGATURAN
regelling
UU KUP, UU PPh, UU PPN
• “Tata cara pendaftaran NPWP & pengukuhan PKP
diatur dengan PMK”
• “Tata cara pemungutan, penyetoran, dan
pelaporan pajak oleh pemotong/pemungut diatur
dengan PMK”

PMK No. 231/PMK.03/2019

KETENTUAN FORMAL KETENTUAN MATERIAL

1 Syarat Formal NPWP & PKP a Kewajiban Potput PPh atas Belanja
Pemerintah
2 Tata Cara &
Jangka Waktu Penyetoran b Kewajiban Pemungutan PPN atas
Belanja Pemerintah
3 Tata Cara &
Jangka Waktu Pelaporan c Kewajiban Pemungutan PPN atas
Pendapatan Pemerintah
DEFINISI

Pasal 1 angka 9 PMK No. 231/PMK.03/2020


“Instansi Pemerintah adalah instansi pemerintah pusat, instansi pemerintah daerah,dan instansi
pemerintah desa, yang melaksanakan kegiatan pemerintahan serta memiliki kewenangan dan
tanggung jawab penggunaan anggaran.”

INSTANSI PEMERINTAH

INSTANSI INSTANSI INSTANSI


PEMERINTAH PUSAT PEMERINTAH DAERAH PEMERINTAH DESA

yang wajib menyelenggarakan akuntansi dan menyusun


laporan keuangan sesuai standar akuntansipemerintahan

NPWP

Wajib mendaftarkan diri pada KPP atau KP2KP yang


INSTANSI PEMERINTAH wilayah kerjanya meliputi tempat kedudukan Instansi
Pemerintah menurut keadaan yang sebenarnya.

dilakukan oleh:
kepala Instansi Pemerintah Pusat, KPA, atau pejabat
yang melaksanakan fungsi tata usaha keuangan
Pusat

kepala Instansi Pemerintah Daerah atau pejabat yang


melaksanakan fungsi tata usaha keuangan
Daerah

kepala desa atau perangkat desa yang melaksanakan


pengelolaan keuangan desa berdasarkan keputusan
Desa kepala desa

Diberikan NPWP di tempat NPWP digunakan oleh


kedudukan dan tidak PA/KPA, PPSPM, Bendahara,
terdapat NPWP cabang atau Kaur Keuangan
PKP

melakukan penyerahan BKP dan/atau JKP kecuali


INSTANSI
pengusaha kecil, wajib melaporkan usahanya
PEMERINTAH
untuk dikukuhkan sebagai PKP
PMK-197/PMK.03/2013
Self
Instansi Assesment Sertifikat
Pemerintah Penyerahan >4,8 M Elektronik
sesuai ketentuan
perpajakan

PKP

Dalam hal tempat kedudukan dan tempat kegiatan usaha Instansi


Pemerintah tidak berada di wilayah kerja KPP yang sama, maka Instansi
Pemerintah wajib melaporkan usahanya untuk dikukuhkan sebagai PKP pada
KPP yang wilayah kerjanya meliputi tempat kedudukan Instansi Pemerintah

PERMOHONAN LAIN &


PENGHAPUSAN NPWP

PERMOHONAN LAIN PENGHAPUSAN NPWP

Dilikuidasi PMK-48 Tahun 2017


Dapat dilakukan secara tentang Likuidasi Entitas
jabatan Akuntansi pada K/L
Instansi
Pemerintah 1 Tidak lagi beroperasi
1 Perubahan data
2
2 Pembubaran
Pemindahan tempat terdaftar karena penggabungan
3 3
Penetapan sebagai WP Non-Efektif Tidak mendapat alokasi anggaran
4
Sebab lain

Disampaikan oleh penanggungjawab


proses likuidasi dan dilampiri denganLK
KEWAJIBAN PPh

Instansi
Pemerintah

Wajib memotong/memungut atas setiap Harus membuat bukti


pembayaran yang merupakan objek potput pemotongan/pemungutan PPh

dapat berupa:
Pasal 4(2) Pasal 22
• BPN
• Bukti pemotongan atau
Pasal 15 Pasal 23 pemungutan sesuai
ketentuan perpajakan; atau
• Dokumen tertentu yang
dipersamakan dengan bukti
Pasal 21 Pasal 26 potong PPh.

KEWAJIBAN PPh

PPh Pasal 4(2) Pemotongan atas penghasilan yang dibayarkan kepada pihak lain atas:

Persewaan tanah dan/bangunan Hadiah undian

Pengalihan hak atas tanah Pembelian barang/jasa dari WP


dan/bangunan dengan peredaran bruto
tertentu PP23/2018
Usaha jasa konstruksi

TIDAK DILAKUKAN PEMOTONGAN ATAS:

Persewaan tanah dan/bangunan kepada penyedia jasa


pelayanan penginapan beserta akomodasinya PP34/2017

pengalihan tanah dan/bangunan oleh:


a. OP dg penghasilan di bawah PTKP, dengan nilai
pengalihan kurang dari Rp60.000.000,00.
b. OP/Badan dalam rangka BGS/BSG/pemanfaatan BMN
c. OP/Badan yang bukan subjek pajak PP34/2016
KEWAJIBAN PPh

Pemotongan kepada WP
PPh Pasal 15
tertentu atas imbalan:
PPh Pasal 21
Jasa pelayaran dalam negeri
Pemotongan atas penghasilan
Jasa penerbangan dalam negeri sehubungan dg pekerjaan, jasa,
kegiatan kepada WP OP dalam negeri:
Jasa pelayaran dan/atau
penerbangan luar negeri

Tidak Dilakukan Pemotongan Atas:

PP23/2018
Pembayaran kepada WP yg memiliki dan menyerahkan
fotokopi Surat Keterangan berdasarkan PP23

Pembayaran kepada WP yg dapat menyerahkan


fotokopi Surat Keterangan Bebas Potput

KEWAJIBAN PPh

PPh Pasal 22

Pemungutan sehubungan dengan pembayaran


atas pembelian barang

Tidak Dilakukan Pemungutan Atas Pembayaran:

1. jumlahnya paling banyak Rp2.000.000,00 4. Untuk pembelian barang dg dana BOS


tidak termasuk PPN dan bukan
merupakan pembayaran yang dipecah 5. Untuk pembelian gabah dan/atau
beras
2. dengan Kartu Kredit Pemerintah
Untuk pembelian barang/jasa dari WP
6. dengan peredaran bruto tertentu
Untuk pembelian BBM, BBG, pelumas, PP23/2018
3. benda pos serta untuk pemakaian air &
listrik Untuk pembelian barang dari WP
7. dengan SKB Potput
KEWAJIBAN PPh
PPh Pasal 23

pemotongan atas penghasilan yang dibayarkan,


disediakan untuk dibayarkan, atau telah jatuh
tempo pembayarannya kepada Wajib Pajak
Tidak Dilakukan Pemotongan atas :
dalam negeri atau Bentuk Usaha Tetap berupa:
Bunga termasuk premium, diskonto, dan
1. Dibayarkan atau terutang kepada bank

imbalan karena jaminan pengembalian 2. sewa sehubungan dengan sewa guna usaha
utang dengan hak opsi
royalti 3. terutang kepada badan usaha atas jasa keuangan
Hadiah, penghargaan, bonus, dan
yang berfungsi sebagai penyalur pinjaman
sejenisnya selain yang telah dipotong dan/atau pembiayaan
PPh Pasal 21
4. jasa yang telah dikenai PPh yang bersifat final
Sewa dan penghasilan lain sehubungan
dengan penggunaan harta, kecuali 5. Jasa pengangkutan/ekspedisi yang dikenai PPh
yang telah dikenai PPh Pasal 4 ayat (2) Pasal 15

Imbalan sehubungan dg jasa yang 6. Jasa yang telah dipotong PPh Pasal 21
pembayarannya dibebankan pada
APBN,APBD atau APBDes selain jasa 7. pembelian jasa dari WP dengan SKB Potput
yang telah dipotong PPh Pasal 21

KEWAJIBAN PPh

PPh Pasal 26

pemotongan PPh atas penghasilan yang dibayarkan


kepada Wajib Pajak luar negeri selain Bentuk Usaha
Tetap berupa:

Bunga termasuk premium, diskonto, dan


imbalan karena jaminan pengembalian utang

Royalti, sewa, dan penghasilan lain sehubungan


dengan penggunaan harta

imbalan sehubungan dengan jasa, pekerjaan,


dan kegiatan

Hadiah dan penghargaan


BUKTI POTONG

Dalam melakukan pemotongan atau pemungutan PPh,


Instansi Pemerintah harus membuat bukti pemotongan
atau pemungutan PPh.

Dapat berupa:

• BPN
1

• Bukti pemotongan atau pemungutan sesuai


ketentuan peraturan perundang-undangan di
2 bidang perpajakan

• Dokumen tertentu yang kedudukannya


dipersamakan dengan bukti pemotongan atau
3 pemungutan PPh.

Faktur
KEWAJIBAN PPN Tagihan
Pajak FP dibuat pada saat menyampaikan
tagihan berdasarkan dokumen penagihan
atas BELANJA

Instansi
Pemerintah
PKP
Rekanan

Penyerahan
BKP / JKP

Pembayaran
Tidak Dilakukan Pemungutan atas :

jumlahnya paling banyak Rp2.000.000,00 Penyerahan jasa telekomunikasi


tidak termasuk PPN dan bukan oleh perusahaan telekomunikasi
merupakan pembayaran yang dipecah
Atas jasa angkutan udara yang
Pembayaran dg Kartu Kredit Pemerintah diserahkan oleh perusahaan
penerbangan
utk pengadaan tanah
Mendapat fasilitas PPN tidak FP
Utk penyerahan BBM & bahan bakar dipungut/dibebaskan 07/
minyak oleh Pertamina 08
KERANGKA
KEWAJIBAN PPN PIKIRAN
atas PENDAPATAN
Pemerintah adalah unit tertentu dari badan pemerintah
yang memenuhi kriteria sebagai bukan SPDN UU PPh
Termasuk BLU & BLUD
Atas penyerahan jasa yang disediakan oleh Pemerintah
dalam rangka menjalankan pemerintahan secara
umum tidak dikenai PPN.
Syarat:
A. jasa sehubungan dengan kegiatan pelayanan yang hanya dapat
dilakukan oleh Pemerintah sesuai kewenangannya berdasarkan
peraturan perundang-undangan
B. jasa tersebut tidak dapat disediakan oleh bentuk usaha lain
PMK-82/2012

Dalam hal Pemerintah melakukan penyerahan jasa selain


jasa sebagaimana dimaksud, atas penyerahan jasa tersebut
dikenai PPN.

Faktur
KEWAJIBAN PPN Tagihan
Pajak

atas PENDAPATAN

PKP Instansi Pembeli/


Pemerintah Pengguna Jasa

Penyerahan
BKP / JKP

Pembayaran
+ PPN

PKP Instansi Pemerintah yang Pajak Masukan tidak dapat


melakukan penyerahan BKP/JKP wajib dikreditkan bagi PKP Instansi
memungut PPN Pemerintah yang menyediakan jasa
dalam rangka menjalankan
pemerintahan secara umum, kecuali
PKP Instansi Pemerintah wajib
menjalankan pola pengelolaan
membuat Faktur Pajak atas
keuangan BLU/BLUD
penyerahan BKP/JKP
PENYETORAN
& PELAPORAN

Kode Billing Setor SPT Masa Unifikasi SPT


PPh 21/26 Masa Put
Rp

BPN
Kas Negara Instansi KPP Pratama
NTPN
Pemerintah SPT Masa
PPN 1111

Penyetoran Pelaporan

Jangka waktu penyetoran PPh, PPN, & PPnBM: Jenis SPT:


1. SPT Masa PPh Pasal 21/26
1. Instansi Pemerintah Pusat & Daerah: 2. SPT Masa unifikasi bagi Instansi Pemerintah
a. Max 7 hari setelah tanggal pembayaran 3. SPT Masa PPN bagi PKP Instansi Pemerintah
dg mekanisme Uang Persediaan.
Jangka waktu pelaporan:
b. Pada hari yang sama dg tanggal
1. SPT Masa PPh Pasal 21/26 dan SPT
pembayaran dg mekanisme Langsung
unifikasi paling lama tanggal 20 bulan
2. Instansi Pemerintah Desa berikutnya
Max tanggal 10 bulan berikutnya setelah 2. SPT Masa PPN paling lama akhir bulan
tanggal pembayaran berikutnya setelah Masa Pajak berakhir

KETENTUAN
PERALIHAN & PENUTUP

NPWP Instansi
NPWP Bendahara Pemerintah
Pemerintah

sebelum PMK berlaku: setelah PMK berlaku:

Pelaksanaan hak & kewajiban untuk Masa DJP secara jabatan:


Pajak sebelum PMK berlaku, menggunakan 1. menghapus NPWP Bendahara Pengeluaran,
NPWP Bendahara Pemerintah Penerimaan,& Desa
2. Mencabut PKP Bendahara Penerimaan
Terhadap dokumen kontrak/penagihan yg 3. Menerbitkan NPWP baru untuk seluruh Instansi
menggunakan NPWP Bendahara, namun Pemerintah
penyetoran pajak dilakukan setelah PMK 4. Mengukuhkan PKP secara jabatan bagi
berlaku, maka penyetoran menggunakan Bendahara Penerimaan yg telah dikukuhkan PKP
NPWP Instansi Pemerintah sebelum PMK ini.

Instansi Pemerintah melakukan:


1. Penyampaian perubahan data ke KPP
PMK berlaku 1 April 2020 2. Pengajuan Sertifikat Elektronik dan aktivasi akun
PKP bagi Instansi Pemerintah yang telah
dikukuhkan PKP
POIN KRITIS

1 1 1
DIPA Kode NPWP Instansi
Satuan Kerja/Wilayah Pemerintah

Anda mungkin juga menyukai