Rp
18 Januari 2022
Prinsip
Dasar
Konstruksi Hukum
Pemajakan UU PPh
UU PPh
1. Orang Pribadi
2. Warisan yang belum terbagi sebagai satu kesatuan
menggantikan yang berhak
Yang menjadi
Badan
Subjek Pajak:
Bentuk usaha tetap merupakan subjek pajak yang perlakuan perpajakannya dipersamakan dengan subjek pajak badan.
Bentuk usaha tetap adalah bentuk usaha yang dipergunakan oleh orang pribadi untuk menjalankan usaha atau melakukan
kegiatan di Indonesia yang dapat berupa: tempat kedudukan manajemen; cabang perusahaan; kantor perwakilan; gedung
kantor; pabrik; bengkel; gudang; ruang untuk promosi dan penjualan; pertambangan dan penggalian sumber alam; wilayah
kerja pertambangan minyak dan gas bumi; perikanan, peternakan, pertanian, perkebunan, atau kehutanan; proyek
konstruksi, instalasi, atau proyek perakitan; pemberian jasa dalam bentuk apa pun oleh pegawai atau orang lain sepanjang
dilakukan lebih dari 60 (enam puluh) hari dalam jangka waktu 12 (dua belas) bulan; orang atau badan yang bertindak selaku
agen yang kedudukannya tidak bebas; agen atau pegawai dari perusahan asuransi yang tidak didirikan dan tidak bertempat
kedudukan di Indonesia yang menerima premi asuransi atau menanggung risiko di Indonesia; dan komputer, agen
elektronik, atau peralatan otomatis yang dimiliki, disewa, atau digunakan oleh penyelenggara transaksi elektronik untuk
menjalankan kegiatan usaha melalui internet.
UU CIPTA KERJA
Memperjelas penentuan status subjek pajak bagi WNI yang berada di luar Indonesia > 183
hari.
Bukan Subjek Pajak Orang Pribadi
(Pasal 3 UU PPh)
• pejabat-pejabat perwakilan diplomatik dan konsulat atau pejabat-
pejabat lain dari negara asing dan orang-orang yang diperbantukan
kepada mereka yang bekerja pada dan bertempat tinggal bersama-
sama mereka dengan syarat:
a. bukan warga negara Indonesia;
b. di Indonesia tidak menerima atau memperoleh penghasilan di
luar jabatan atau pekerjaannya tersebut
c. serta negara bersangkutan memberikan perlakuan timbal balik
111
warga negara asing yang telah menjadi subjek
pajak dalam negeri dikenai Pajak Penghasilan
WNA hanya atas penghasilan yang diterima atau
4TAHUN
diperoleh dari Indonesia dengan ketentuan:
PERTAMA a. memiliki keahlian tertentu; dan
b. berlaku selama 4 tahun pajak yang dihitung sejak
menjadi subjek pajak dalam negeri.
▪ Termasuk penghasilan sehubungan dengan pekerjaan, jasa, atau
kegiatan di Indonesia yang dibayarkan di luar Indonesia.
▪ Tidak berlaku terhadap WNA yang memanfaatkan Persetujuan
Penghindaran Pajak Berganda.
Aturan sebelumnya
Dikenakan PPh atas penghasilan baik berasal dari Indonesia maupun luar
Indonesia.
Subjek Pajak Badan
Sekumpulan orang dan/atau modal yang merupakan
kesatuan baik yang melakukan/tidak melakukan usaha
meliputi :
Kewajiban Pajak
Subjektif Dimulai Berakhir
PENGHASILAN
honor
Ph. lain
PENGHASILAN
Dikecualikan
Objek Pajak
dari Objek Pajak
Tidak digabung
Dikenakan Pajak
Dikenakan Pajak dengan penghasilan
tidak final (tarif
bersifat final yang dikenakan Pajak
umum/Pasal 17)
dengan tarif umum
OBJEK PAJAK Penghasilan (Pasal 4 ayat (1) UU PPh)
• Bunga deposito, Tabungan lainnya, bunga obligasi dan SUN, bunga atau diskonto surat
berharga jangka pendek, dan bunga simpanan koperasi
• Penghasilan berupa hadiah undian
• Penghasilan dari transaksi saham dan sekuritas lainnya
• Transaksi penjualan saham dan pengalihan penyertaan modal perusahaan pasangan
modal ventura
• Penghasilan dari transaksi pengalihan harta berupa tanah dan/atau bangunan
• Usaha Jasa Konstruksi
• Usaha Real Estate
• Persewaan tanah dan bangunan
• Penghasilan tertentu yang diatur berdasarkan PP
BUKAN OBJEK PAJAK Penghasilan (Pasal 4 ayat (3) UU PPh)
❑ makanan, bahan makanan, bahan minuman, dan/atau minuman bagi seluruh pegawai
❑ Natura dan/atau kenikmatan yang disediakan di daerah tertentu
❑ Natura dan/atau kenikmatan yang harus disediakan oleh pemberi kerja dalam
pelaksanaan pekerjaan
❑ Natura dan/atau kenikmatan yang bersumber dari APBN, APBD, dan APBDes
❑ Natura dan/atau kenikmatan dengan jenis dan/atau batasan tertentu
OBJEK PAJAK BUT
Penghasilan (Pasal 5)
Penghasilan BUT
Penghasilan dari
usaha/kegiatan Penghasilan
sebagaimana Penghasilan Kantor Pusat
BUT dan dari
harta yg dimaksud dalam dari Usaha atau Kegiatan:
dimiliki/dikuasai Pasal 26
Sepanjang terdapat
hubungan efektif Pemberian Penjualan
antara BUT dengan jasa Barang
harta atau kegiatan
yang memberikan
penghasilan Yang dilakukan di Indonesia
BIAYA FISKAL
Pengurang dan Bukan Pengurang Penghasilan Bruto (Pasal 6 dan Pasal 9)
Pengeluaran/Biaya
*) setiap anggota keluarga sedarah dan semenda dalam garis keturunan lurus serta
anak angkat yang menjadi tanggungan sepenuhnya paling banyak 3 (tiga) orang untuk
setiap keluarga
Pemajakan atas Penghasilan Keluarga
(Pasal 8 UU PPh)
• Seluruh penghasilan/kerugian Wanita
kawin→penghasilan/kerugian suami, kecuali penghasilan istri
semata-mata diperoleh dari 1 pemberi kerja dan telah dipotong
PPh Pasal 21
• Suami Istri dikenai pajak secara terpisah:
✓ Hidup berpisah berdasarkan putusan hakim
✓ Perjanjian pisah harta & penghasilan
✓ Dikehendaki oleh istri yang memilih menjalankan hak dan
kewajiban perpajakan terpisah
• Penghasilan anak yang belum dewasa digabung dengan
penghasilan orang tuanya.
• Anak yang belum dewasa: belum berumur 18 tahun dan belum
pernah menikah.
Peta Konsep Penghitungan Pajak
Penghasilan
Pemotongan pajak atas penghasilan
sehubungan dengan Pekerjaan, Jasa,
atau Kegiatan yang diterima Wajib
Pajak orang pribadi dalam negeri
Bentuk Pemotongan PPh Pasal 21
PEMOTONG
PPh PASAL Dana Pensiun, Badan Penyelenggara Jaminan Sosial
21 Tenaga Kerja dan Badan-badan Lain
Penyelenggara Kegiatan
Pemberi Kerja Bukan Pemotong
Natura/kenikmatan yang diterima dari Wajib Pajak PPh final atau Wajib
Pajak dengan Norma Penghitungan Khusus
Perhitungan PPh Pasal 21
PPh 21 terutang = DPP x Tarif PPh Pasal 17 ayat (1) huruf aUU PPh
Ph BRUTO(>10,2jt) – PTKP
TIDAK
50% X Ph BRUTO
BERKESINAMBUNGAN
KOMISARIS, MANTAN
PEGAWAI, Ph BRUTO KUMULATIF
PENARIKAN DAPEN O/
PEGAWAI
PEMOTONG
• Badan pemerintah/Instansi Pemerintah
• Subjek pajak badan dalam negeri
• Penyelenggara kegiatan dalam negeri
• Bentuk Usaha Tetap (BUT)
• Orang Pribadi sebagai wajib pajak dalam negeri tertentu
SAAT TERUTANG
• pada saat pembayaran;
• saat disediakan untuk dibayarkan (seperti: dividen); dan
• Saat jatuh tempo.
Objek dan Tarif PPh Pasal 23
(Pasal 23 ayat (1) UU No. 36 Tahun 2008)
Impor:
a. Impor barang a. 10% → Lamp A PMK-110
b. 7,5% → Lamp B PMK-110
1 Bank Devisa &
Ditjen Bea Cukai
b. Ekspor batubara, mineral
logam, dan mineral bukan c. 0,5% → Lamp C PMK-110
logam yang dilakukan oleh d. 2,5% → selain a,b,c dengan API
eksportir, kecuali oleh WP e. 7.5% → selain a,b,c tanpa API
yang terikat PKP2B dan KK DPP: Nilai Impor
Ekspor:
1.5% → lamp D PMK-110
DPP: Nilai Ekspor
2 Bendahara pemerintah,
bendahara pengeluaran, Kuasa
Pengguna Anggaran/Pejabat
Pembelian barang 1,5%* harga pembelian
(tdk termasuk PPN)
Penerbit SPM
a. BUMN;
b. Badan Usaha dan BUMN hasil restrukturisasi yang dilakukan oleh pemerintah;
c. badan usaha tertentu yang dimiliki secara langsung oleh BUMN
Impor Barang Kiriman (PMK-199/PMK.010/2019)
PPh Pasal 22
(PMK-34/PMK.010/2017 jo. PMK-110/PMK.010/2018)
0.3% → baja
Badan usaha industri semen,
industri kertas, industri baja, Penjualan hasil produksi kepada 0.45% → kendaraan bermotor
4 industri otomotif, dan distributor di dalam negeri 0.25% → semen
0.1% → kertas
industri farmasi
0.3% → obat
Penjualan kendaraan
5 ATPM, APM, dan
importir umum bermotor di dalam negeri
0.45%* DPP PPN
kendaraan bermotor
Dividen yang diterima atau 10% Pihak yang ✓ Dividen dari dalam negeri
diperoleh oleh Wajib Pajak membayar atau yang diterima atau diperoleh
orang pribadi dalam negeri pihak lain yang oleh WP orang pribadi dalam
yang bukan dividen dari ditunjuk selaku negeri sepanjang
RUPS atau dividen interim pembayar diinvestasikan di Indonesia
dalam jangka waktu tertentu
✓ Berdasarkan RUPS atau
dividen interim
Pengecualian Dividen dan Penghasilan Lain
Pasal 4 ayat (3) huruf f UU Nomor 7 Tahun 2021 (UU HPP)
PMK-18/PMK.03/2021
❑ WP OP ❑ Dividen di Bursa
Dikecualikan dengan dikecualikan sebesar
syarat diinvestasikan dividen yang diinvestasikan
di NKRI dalam waktu di wilayah NKRI
tertentu Dividen dari Dividen dari ❑ Dividen Non bursa
Dalam Negeri Luar Negeri Diinvestasikan paling sedikit
❑ WP badan
Tanpa syarat 30% dari laba setelah pajak
atau sebelum diterbitkan
Penghasilan Penghasilan SKP Pasal 18 ayat (2) UU
dari luar negeri setelah pajak PPh
tidak melalui dari BUT di
BUT luar negeri
❑ Diinvestasikan di NKRI dalam
❑ Syarat: Diinvestasikan paling
waktu tertentu
sedikit 30% dari laba setelah
❑ Penghasilan berasal dari
pajak
usaha aktif di luar negeri
❑ bukan penghasilan dari
✓ Dividen yang dikecualikan: berdasarkan RUPS atau
perusahaan yang dimiliki di pembagian dividen interim
luar negeri ✓ Dividen dari dalam negeri: tidak dilakukan pemotongan
PPh, tanpa SKB
✓ Atas dividen dari dalam negeri diterima WP OP tidak
memenuhi investasi, wajib setor sendiri tarif 10% final
Bunga Deposito, Tabungan/Jasa Giro dan Diskonto SBI
1. PP 9 Tahun 2021 (WPLN non BUT) dan PP 91 Tahun 2021 (WPDN dan BUT)
2. PMK-85/PMK.03/2011 jo. PMK-07/PMK.11/2012
Pengecualian pemotongan:
a. WP dana pensiun yang pendiriannya disahkan OJK
b. WP bank (dikenai PPh umum)
Diskonto Surat Perbendaharaan Negara (SPN)
Penyetoran Tambahan
Objek
Tarif DPP Pemotong Pajak PPh Atas Saham
Pemotongan
Pendiri
Transaksi 0,1% Jumlah Penyelenggara • Paling lambat 1
Penjualan bruto bursa efek melalui bulan setelah
Saham di penjualan perantara pedagang diperdagangkan di
Bursa Efek efek pada saat bursa efek.
pelunasan transaksi • Apabila pemilik
penjualan saham saham pendiri tidak
Nilai Saham Tambahan Jumlah Emiten a.n. pemilik memilih 0,5%, akan
pada saat 0,5% bruto saham pendiri dikenakan PPh
IPO (Saham penjualan sesuai ketentuan
Pendiri) umum.
Pengalihan Hak atas Tanah dan/atau Bangunan
bunga simpanan yang 0% (bunga simpanan Jumlah bruto Koperasi yang membayar
dibayarkan oleh koperasi s.d. Rp240 ribu) bunga bunga simpanan
kepada anggota koperasi simpanan koperasi, pada saat
orang pribadi 10% (bunga simpanan pembayaran
> Rp240 ribu)
Pajak Penghasilan Final
Pasal 15
Pajak atas Penghasilan Perusahaan Pelayaran Dalam Negeri,
Perusahaan Pelayaran/Penerbangan Luar Negeri, dan
Perusahaan Penerbangan Dalam Negeri
PPh Perusahaan Pelayaran Dalam Negeri
KMK-416/KMK.04/1996 dan SE-29/PJ.4/1996
Norma
Cara Biasa Penghitungan WP LN
Khusus Melalui BUT
(Pasal 15)
Norma WP LN
Penghitungan Lainnya
CARA MENGHITUNG PAJAK
Penghasilan Kena Pajak
Biaya
Penghasilan Pasal 6 dan Penghasilan
Pasal 4 ayat (1) Pasal 9 ayat Neto
(1) d, e, f
Kompensasi
Penghasilan Kerugian Penghasilan
Neto Kena Pajak
Pasal 6 ayat (2)
CARA MENGHITUNG PAJAK
Penghasilan Kena Pajak
Biaya
Penghasilan Pasal 5 ayat (2) Penghasilan
Pasal 5 ayat (1), dan (3), Pasal 6, Neto
Pasal 4 ayat (1) dan Pasal 9
ayat (1) d, e, f
Kompensasi
Penghasilan Kerugian Penghasilan
Neto Pasal 6 ayat Kena Pajak
(2)
CARA MENGHITUNG PAJAK
Tarif Pajak
% Tarif Pajak
Tarif
Tarif Umum Khusus/tersendiri
(Final)
PPh
terutang
Dikurangi kredit
pajak
(PPh 21, PPh 22, PPh
23, PPh 24, PPh 25,
PPh 26(5))
PPh Pasal
PPh Terutang Menurut
SPT Tahunan PPh Tahun Pajak Sebelumnya
KEP-537/PJ/2000
Wajib Pajak badan dalam negeri dengan peredaran bruto sampai dengan
Rp 50.000.000.000,00 (lima puluh miliar rupiah) mendapat fasilitas
berupa pengurangan tarif sebesar 50% (lima puluh persen) dari tarif
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17 ayat (1) huruf b dan ayat (2a) yang
dikenakan atas Penghasilan Kena Pajak dari bagian peredaran bruto
sampai dengan Rp 4.800.000.000,00 (empat miliar delapan ratus juta
rupiah).
Penegasan atas Pelaksanaan Pasal 31E ayat (1) UU PPh
Semua penghasilan:
Lembar a. kegiatan usaha dan luar
Penghitungan Mencabut kegiatan usaha
fasilitas Ps 31E b. setelah dikurangi dengan
SE-66/PJ/2010 Self retur dan pengurangan
ayat (1) dapat
dilampirkan Assessment penjualan serta potongan
dalam SPT tunai dalam Tahun Pajak yang
Tahunan PPh bersangkutan,
Badan c. sebelum dikurangi biaya
Subjek untuk mendapatkan,
Pajak DN, menagih, dan memelihara
SE-02/PJ/2015 kecuali BUT penghasilan (dari Indonesia
(9 Jan 2015) dan luar Indonesia), meliputi:
Angsuran 1) penghasilan yang dikenai
PPh 25 = PPh bersifat final;
Tarif Ps 31E Batasan 2) penghasilan yang dikenai
ayat (1) peredaran PPh tidak bersifat final;
Untuk bruto Rp dan
50M 3) penghasilan yang
penghitungan dikecualikan dari objek
Bukan
PPh terutang pajak.
pilihan
atas Ph Kena
Pajak yang
bersifat tidak
final
TERIMA KASIH
Direktorat Peraturan Perpajakan II
70