Anda di halaman 1dari 124

Pembukuan versi Akuntansi

dan Fiskal: Rekonsiliasi, Kredit


Pajak dan Pengisian SPT PPh
WP Badan

IKPI Dr. Agustina Mappadang, SE.,MM., BKP., WPPE, A-CPA


CV NARASUMBER
Pendidikan Formal:
S1 – Universitas Sam Ratulangi, Manado
S2- Universitas Trisakti, Jakarta
S3- Universitas Pancasila, Jakarta BUKU-BUKU YANG SUDAH DITULIS

Pengalaman Kerja: 1. KUPAS TUNTAS ASPEK-ASPEK


Pernah bergabung di Kantor Akuntan Publik dan PERPAJAKAN NOTARIS/PPAT
Konsultan Manajemen KPMG Sudjendro Soesanto & 2. TEORI AKUNTANSI
Co. Selama kurang lebih 25 tahun berkarir di
3. EFEK TAX AVOIDANCE & MANAJEMEN
berbagai perusahaan industri, properti & jasa di
Indonesia termasuk berkarir di Singapore dan
LABA TERHADAP NILAI PERUSAHAAN
Malaysia sebagai Financial Controller selama 5 4. MANAJEMEN INVESTASI DAN
tahun. PORTOFOLIO

Saat ini sebagai Komisaris salah satu perusahaan MOTTO:


swasta bergerak di Engineering Const.; Konsultan “DO THE BEST AND LET GOD DO THE REST”
Pajak dan Dosen Tetap Universitas Budi Luhur,
Ciledug Jakarta.
Topik Pembahasan

 Kewajiban Pembukuan Akuntansi dan Fiskal


 Laporan Keuangan Fiskal dan tahapannya
 Rekonsiliasi fiskal, kompensasi rugi dan kredit pajak
 Critical Point dalam Pengisian SPT PPh Badan
 Identifikasi Faktor penyebab permintaan klarifikasi SP2DK
 Bagaimana Menghindari SP2DK dalam Pelaporan SPT PPh
Badan
 Indikasi Modus Kecurangan Wajib Pajak Badan
 KASUS: Penghitungan dan Pengisian SPT PPh WP Badan
1. Kewajiban Pembukuan
AKUNTANSI & PAJAK

AKUNTANSI
AKUNTANSI PAJAK/
KEUANGAN/AKUNTANSI
AKUNTASI FISKAL
KOMERSIL

Aktivitas jasa yang Bagian dari akuntasi Keuangan


menyediakanlaporan yang menekankan pada
keuangan untuk penyusunan laporan Perpajakan
pengambilan keputusan & konsekuensi perpajakan
terhadap transaksi atau kegiatan
usaha
INDIKATOR PERBEDAAN AKUNTANSI KEUANGAN
DAN AKUNTANSI PAJAK

TUJUAN PEMBUATAN LAPORAN

PIHAK YANG MENERIMA LAPORAN

DASAR PENCATATAN

METODE YANG DIGUNAKAN


PEMBUKUAN PENCATATAN
Suatu proses pencatatan yg dilakukan secara teratur utk Terdiri atas data yg dikumpulkan secara teratur ttg
mengumpulkan data & info keuangan yg meliputi harta, peredaran/penerimaan bruto dan/atau penghasilan bruto
kewajiban, modal, penghasilan & biaya, serta jumlah harga sbg dasar utk menghitung jumlah pajak yg terutang,
perolehan & penyerahan barang/jasa, yg ditutup dgn termasuk penghasilan yg bukan objek pajak dan/atau yg
menyusun lapkeu : neraca, & laporan LR utk periode Tahun dikenai pajak yg bersifat final.
Pajak tsb. ps.28 (9) UU KUP
ps.1 (29) UU KUP

Ketentuan Pembukuan: Ketentuan Pencatatan:


- memperhatikan itikat baik & mencerminkan keadaan - ps.14, PER17/PJ/2015, PER 4/PJ/2009
sebenarnya - pemberitahuan paling lambat 3 bln awal tahun, jika
- angka arab, huruf latif, bhs Indonesia, Rupiah (Inggris tdk maka dianggap pembukuan
& USD dgn izin) - 3 kel wilayah norma
- taat asas (metode penyusutan dll) > 10 ibu kota Prop (BJDS2M3P2)
- akrual atau kas basis (kec utk penjualan, HPP, > ibu kota prop lain
penyusutan & amortisasi) > daerah lain
- disimpan 10 tahun - penerapan sesuai wilayah & jenis usaha
PENGERTIAN PEMBUKUAN
Pasal 1 angka 29 UU KUP stdd UU No. 7 Tahun 2021

Proses Pencatatan secara teratur untuk mengumpulkan DATA


dan INFORMASI KEUANGAN

MELIPUTI
£ Harta
£ Kewajiban
£ Modal
£ Penghasilan dan Biaya
£ Harga Perolehan dan Penyerahan Barang/Jasa

Dengan menyusun LAPORAN KEUANGAN


(NERACA & LABA RUGI)
pada setiap tahun pajak berakhir
KEWAJIBAN PEMBUKUAN
Pasal 28 ayat (1) UU KUP stdd UU No. 7 Tahun 2021

- WAJIB PAJAK BADAN


- WP OP DENGAN PEREDARAN BRUTO ≥ Rp.4,8M

PENGECUALIAN

WP OP dengan peredaran bruto < 4,8M


menggunakan PENCATATAN & boleh menghitung
Penghasilan neto menggunakan Norma

PENGHASILAN NETTO Peredaran Bruto x % Norma


DIKECUALIKAN DARI
KEWAJIBAN PEMBUKUAN
Pasal 28 ayat (2) UU KUP stdd UU No. 7 Tahun 2021

TIDAK WAJIB PEMBUKUAN TETAPI


WAJIB MELAKUKAN PENCATATAN

WP ORANG PRIBADI
YG MELAKUKAN WP ORANG PRIBADI
KEGIATAN USAHA/ YG TIDAK MELAKUKAN
PEKERJAAN BEBAS
KEGIATAN USAHA
ATAU
PEKERJAAN BEBAS
YG DIPERBOLEHKAN MENGHITUNG
PENGHASILAN NETO DGN
MENGGUNAKAN NORMA
PENGHITUNGAN PENGHASILAN
NETO
PERUBAHAN TAHUN BUKU
DAN ATAU METODE PEMBUKUAN
Pasal 28 ayat (6) UU KUP stdd UU No. 7 Tahun 2021

PERUBAHAN

METODE PEMBUKUAN
£ Pengakuan Penghasilan & biaya
TAHUN BUKU £ Metode Penyusutan Aktiva Tetap
£ Metode Penilaian Persediaan

Harus mendapat persetujuan


Direktur Jenderal Pajak
PEMBUKUAN DLM BAHASA ASING
dan MATA UANG SELAIN RUPIAH
Pasal 28 ayat (8) UU KUP stdd UU No. 7 Tahun 2021

PEMBUKUAN DENGAN BAHASA ASING dan MATA UANG


SELAIN RUPIAH

WP DALAM RANGKA
n PMA
n KONTRAK KARYA
n KONTRAK BAGI HASIL
n BUT
n WP yang mempunyai afiliasi dengan
perusahaan di LN

SETELAH MENDAPAT IJIN MENTERI KEUANGAN

Pemberian ijin dilimpahkan kepada Direktur Jenderal Pajak


KEWAJIBAN PENYIMPANAN
BUKU/CATATAN/DOKUMEN

Pasal 28 ayat (11) UU KUP stdd UU No. 7 Tahun 2021

PENYIMPANAN BUKU/CATATAN/DOKUMEN YANG MENJADI


DASAR PEMBUKUAN ATAU PENCATATAN & DOKUMEN LAIN

DILAKUKAN DI INDONESIA
SELAMA 10 TAHUN

BADAN ORANG PRIBADI

Tempat Kedudukan Tempat Kegiatan atau


Tempat Tinggal
TINDAK PIDANA
KARENA SENGAJA
Pasal 39 ayat (1) UU KUP sttd UU No.7 Tahun 2021
Wajib Pajak :
£ Tidak mendaftarkan diri
£ Menyalahgunakan NPWP atau Pengukuhan PKP
£ Menggunakan tanpa hak NPWP atau Pengukuhan PKP
£ Tidak menyampaikan SPT
£ Menyampaikan SPT dan atau keterangan yg isinya tidak benar/tidak lengkap
£ Menolak dilakukan pemeriksaan
£ Memperlihatkan pembukuan, pencatatan dan dokumen palsu
£ Tidak menyelenggarakan pembukuan /pencatatan/ tidak
memperlihatkan/meminjamkan buku, catatan atau dokumen
£ Tidak menyetorkan pajak yang dipotong/ dipungut
BERAKIBAT
Menimbulkan kerugian pada pendapatan negara
DIPIDANA
£ Penjara min 6 bulan maks 6 tahun, dan
£ denda paling tinggi 400%

Berlaku juga bagi wakil, kuasa, pegawai WP yg menyuruh/turut serta/ menganjurkan/ membantu
melakukan tindak pidana perpajakan - Pasal 43 ayat (1)
2. Laporan Keuangan Fiskal,
Rekonsiliasi, Kerugian, Kredit Pajak
MAPPING
PENGHASILAN

OBJEK PAJAK BUKAN OBJEK


PAJAK

Penghasilan Final Dipisahkan/


Penghasilan Umum Tidak digabungkan
Objek PPh FINAL
(Objek PPh psl 4 ayat 1) dengan penghasilan yang
(UU PPh ps 4 ayat 2)
sudah dikenakan pajak
Tarif Umum (UU PPh psl
4 ayat 3)
Sesuai UU Tidak
Sesuai UU

OVER UNDER KOREKSI NEGATIF

KOREKSI POSITIF
Beban
(Komersil/Akuntansi)

Berkaitan dengan obyek Bukan Biaya 3M


(berkaitan dengan
PPh
objek PPh) (Tidak berkaitan dengan objek
PPh)

PPh Final PPh Tidak Final

over under

Koreksi Koreksi Positif


Koreksi negatif
positif
PRINSIP PEMBEBANAN PENGHASILAN VS BIAYA:

TAXABILITY – DEDUCTABILITY
NON TAXABILITY – NON DEDUCTABILITY

OBJEK PPh Ps. 21/26 OBJEK PPH BADAN


Taxable Income Deductable Expense
Non Taxable Income Non Deductable Expense

PENGECUALIAN (PMK NO. 167/PMK.03/2018; PER NO. 51/2009


Taxable Income Non Deductable Expense
Non Taxable Income Deductable Expense
Koreksi Fiskal Menurut Akuntansi

Menurut akuntansi koreksi fiskal tidak


memerlukan perlakuan jurnal khusus,
pada prinsipnya koreksi fiskal tidak
mengubah besarnya saldo pada rekening
nominal atau rekening riil pada neraca
maupun laporan laba-rugi
PSAK Undang-
undang

AKUNTANSI
PAJAK

PERBEDAAN

Pajak Tangguhan :
Aktiva/Kewajiban
Beban/pendapatan

Permanen Temporer
Rekonsiliasi Fiskal

Dokumen sumber Jurnal Buku Besar

Laba Rugi Rekonsiliasi Laba Rugi


Komersial Fiskal Fiskal

Koreksi Koreksi Koreksi


Positif Fiskal Negatif

Beda Waktu PSAK 46 Beda Waktu

Beda Tetap Beda Tetap

26
REKONSILIASI FISKAL
PPh Badan

LABA FISKAL
(PENGHASILAN KENA PAJAK)

Pendapatan (akuntansi) Beban (akuntansi)


vs vs
Penghasilan (fiskal) Beban (fiskal)
KARENA KARENA

Penghasilan (fiskal): Beban (fiskal):


•Dikenakan PPh Final •Beda tetap
•Bukan obyek PPh •Beda waktu

Perlu dilakukan REKONSILIASI FISKAL


REKONSILIASI PAJAK
Biaya berkurang (-)
Penghasilan Laba kena pajak
KOREKSI POSITIF atau
bertambah (+) bertambah (+)
Penghasilan
Bertambah (+)
Pajak
meningkat(+)

Biaya bertambah (+)


Penghasilan Laba kena pajak
KOREKSI NEGATIF atau
berkurang (-) berkurang (-)
Penghasilan Berkurang(-)

Pajak menurun (-)


•Koreksi karena beda waktu
Koreksi beda waktu timbul karena perbedaan metode
penghitungan pendapatan dan/atau biaya antara komersial
dengan fiskal.
Dengan demikian total biaya atau pendapatan menurut
komersial dan fiskal adalah sama besar, yang berbeda adalah
lamanya waktu pengalokasian pendapatan atau biaya tersebut.
Contoh koreksi karena beda waktu:
•Biaya penyusutan dan amortisasi, kecuali untuk aktiva yang
termasuk kriteria pemberian natura, hibah, sumbangan, atau
kenikmatan;
•Penilaian persediaan;
•Beda karena pengenaan pajak final atau penghasilan yang
bukan obyek PPh

Koreksi ini terdiri dari :


•Pendapatan yang telah dipotong pajak final oleh pihak
yang membayarkan penghasilan, seperti : Pendapatan
bunga deposito, Pendapatan jasa giro, Pendapatan
sewa tanah dan/atau bangunan, Pendapatan karena
pengalihan hak atas tanah dan/atau bangunan
(khusus untuk Wajib Pajak Orang Pribadi);
•Koreksi karena beda tetap
Koreksi beda tetap timbul karena adanya perbedaan pengakuan
pendapatan dan pengakuan biaya antara komersial dengan fiskal.
Koreksi beda tetap terdiri dari:

•Beda tetap murni, yaitu:


Penggantian/imbalan sehubungan dengan pekerjaan/jasa yang
diberikan dalam bentuk natura dan kenikmatan/fasilitas;
Sanksi administrasi perpajakan berupa bunga, denda atau
kenaikan;
Pajak Penghasilan Pasal 23 dan Pasal 26 (khusus untuk dividen
ke luar negeri) yang ditanggung oleh perusahaan.

•Beda tetap yang disebabkan tidak dipenuhinya syarat-syarat


khusus, yaitu:
-berhubungan langsung dengan usaha perusahaan;
-adanya bukti pendukung yang kuat;
- karena lokasi;
-penggunaan praktek-praktek akuntansi yang sehat.
-Biaya untuk mendapatkan, menagih dan memelihara
penghasilan yang telah dipotong pajak final, seperti : Biaya
yang berhubungan dengan penghasilan dari sewa
tanah/dan atau bangunan;

-Biaya yang dipergunakan untuk mendapatkan, menagih,


dan memelihara penghasilan yang bukan objek pajak, biaya
pengurusan akta hibah yang dibebankan kepada penerima
hibah.
Keterkaitan LK dan SPT
Prinsip Umum
Penghasilan dan Beban Fiskal

Penghasilan Obyek PPh Umum (psl 4 ayat 1)


Obyek PPh Final (psl 4 ayat 2)

Non Obyek (psl 4 ayat 3)


Beban Dapat dikurangkan Dalam satu tahun
(deductible) psl 6 ayat 1 Lebih dari satu tahun

Tidak dapat dikurangkan Permanent


(non deductible) psl 9 ayat 1 Temporary
PENGHASILAN NETO FISKAL XX
KOMPENSASI KERUGIAN FISKAL (XX)

PENGHASILAN KENA PAJAK (PKP) XX

PPh TERUTANG XX

KREDIT PAJAK

DIPOTONG/DIPUNGUT PIHAK KETIGA XX


TELAH DIBAYAR SENDIRI (PPh Ps 25) XX
(+)
JUMLAH KREDIT PAJAK (PPh Ps 22/23/24 XX
(-)
KURANG/LEBIH BAYAR XX
BENTUK KERTAS KERJA REKONSILIASI FISKAL
Sampai saat ini belum ada bentuk baku kertas kerja rekonsiliasi fiskal. Di
bawah ini disajikan contoh bentuk kertas kerja yang sering digunakan
dalam praktek sehari-hari yang biasa ditemukan di dalam laporan audit.
PT. CI
Rekonsiliasi Komersial - Fiskal
Laba komersial sebelum pajak xxxx
Ditambah koreksi positif :
•Sumbangan xxxx
•Kenikmatan (Fringe Benefit) tidak terkait 3M xxxx
•Biaya bukan 3M xxxx
•Biaya Pemeliharaan Gedung yg disewakan xxxx
•Biaya penyusutan xxxx
•Biaya penyisihan kerugian piutang xxxx
Dikurangi koreksi negatif :
•Biaya Penyusutan (xxxx)
•Pendapatan sewa Gedung (xxxx)
•Pendapatan dividen (xxxx)
•Pendapatan laba penyertaan (xxxx)
•Pendapatan Bunga deposito (xxxx)
•Pendapatan Jasa Giro (xxxx)
Laba/Rugi Fiskal sebelum pajak xxxx
Tabel Rekonsiliasi Fiskal (1)
KOREKSI FISKAL POSITIF
No JENIS BIAYA KETERANGAN
(NEGATIF)

1 ATK - Ps. 6 ayat (1) huruf a


2 Antar Jemput Pegawai
Bus/Minibus - PER-51/PJ./2009 pasal 10
Sedan/Taksi + PER-51/PJ./2009 pasal 10
3 Bonus
Prestasi Kerja - Objek PPh 21
Pembagian Laba + Ps. 9 ayat (1) huruf a
4 Beasiswa DN atau LN - Ps. 6 ayat (1) huruf g
5 Biaya kendaraan direktur - natura; objek 21; PP55/2022
6 Biaya Bunga
PP 94, PMK 169/2015, SE-
Bank DN -
46/PJ.4/1995
PP 94, PMK 169/2015, SE-
Bank LN -
46/PJ.4/1995

investasi saham + penjelasan Ps. 6 ayat (1) huruf a

7 Entertainment
Daftar Nominatif - SE-27/PJ.22/1986; PP55/2022
Tidak ada Daftar Nominatif + SE-27/PJ.22/1986; PP 55/2022
Tabel Rekonsiliasi Fiskal (2)
KOREKSI FISKAL
No JENIS BIAYA KETERANGAN
POSITIF (NEGATIF)

8 Gaji Pokok - Objek PPh 21, Ps. 6 ayat (1) huruf a

Bukan Objek PPh 21, Ps. 6 ayat (1)


9 Iuran Pensiun – MK -
huruf a
10 JKK & JKM - Objek PPh 21, Ps. 6 ayat (1) huruf a

Bukan Objek PPh 21, Ps. 6 ayat (1)


11 JHT -
huruf a
12 Kerugian Piutang
Penyisihan + Ps. 9 ayat (1) huruf c
Nyata2 tidak dapat ditagih = sesuai PMK-
57/PMK.03/2010 sttd PMK-207/PMK.010/2015 - Se-62/pj/2010
Tidak sesuai PMK-57/PMK.03/2010 sttd PMK
207/PMK.010/2015 + Se-62/pj/2010
13 Keselamatan Kerja - Ps. 6 ayat (1) huruf a
14 Karangan Bunga + tidak berhubungan dengan 3M
15 Makan/minum Pegawai
pmk-83/pmk.03/2009 sttd PMK-
Di tempat Kerja -
167/PMK.03/2018
Di restoran - o b j e k Ps 2 1 ; natura/kenikmatan, Ps.9 (1)e; PP55/2022
16 Materai - Ps. 6 ayat (1) huruf a
17 Olah Raga Pegawai - o b j e k 2 1 ; natura/kenikmatan, Ps.9 (1)e------PP 55/2022 objek pajak
Tabel Rekonsiliasi Fiskal (3)
KOREKSI FISKAL POSITIF
No JENIS BIAYA KETERANGAN
(NEGATIF)
18 Pengobatan
Tunjangan - Objek PPh 21
Penggantian - Objek PPh 21
Cuma-Cuma + Ps. 9 ayat (1) huruf e
P3K - Ps. 6 ayat (1) huruf a
19 Perjalanan
Pegawai/dinas - Ps. 6 ayat (1) huruf a
Cuti Pegawai + natura/kenikmatan, Ps.9 (1)e
Pemegang Saham + Ps. 9 ayat (1) huruf b
Pejabat + Ps. 9 ayat (1) huruf i

20 PPh-21
Tunjangan - Objek PPh 21
Ditanggung Perusahaan + natura/kenikmatan, Ps.9 (1)e jo.PP55/2022
21 Pembagian Beras - natura/kenikmatan, ps.9(1e) jo. PP55/2022
22 Promosi - Ps. 6 ayat (1) huruf a
23 Pameran - Ps. 6 ayat (1) huruf a
24 Prangko - Ps. 6 ayat (1) huruf a
25 Penelitian Ps. 6 ayat (1) huruf a
dilakukan di Indonesia - Ps. 6 ayat (1) huruf f
dilakukan di LN + Ps. 6 ayat (1) huruf f
26 Profesional fee-DN - Ps. 6 ayat (1) huruf a
27 Profesional fee-LN - Ps. 6 ayat (1) huruf a
Tabel Rekonsiliasi Fiskal (4)
KOREKSI FISKAL
No JENIS BIAYA KETERANGAN
POSITIF (NEGATIF)

penjelasan Ps. 6 ayat (1) huruf a, Se-


28 Pajak Daerah -
02/pj.42/2002

29 Pajak Masukan yang tidak dapat dikreditkan - PP 94 Tahun 2010

30 PPh Final + Ps. 9 ayat (1) huruf h


31 Parsel Lebaran + tidak berhubungan dengan 3M
32 Pulsa/HP Pegawai - Kep-220/pj/2002; PP 55/2022
33 Penyusutan
Komputer Kelompok 1
disusutkan 100%
Handphone Kelompok 1, Kep-220/pj/2002
secara fiskal

Kendaraan Operasi disusutkan seluruhnya Kelompok 2, Kep-220/pj/2002

disusutkan hanya 50%


Sedan Kelompok 2, Kep-220/pj/2002
secara fiskal
Inventaris
penjelasan Ps. 6 ayat (1) huruf a, Se-
34 Retribusi Daerah -
02/pj.42/2002
35 Rugi Kurs - Pasal 6 ayat (1) huruf e
36 Rekreasi/piknik + natura/kenikmatan, Ps.9 (1)e
Tabel Rekonsiliasi Fiskal (5)
KOREKSI FISKAL
No JENIS BIAYA KETERANGAN
POSITIF (NEGATIF)
37 Seragam
Pabrik - PER-51/PJ./2009 pasal 10
Satpam - PER-51/PJ./2009 pasal 10
Hansip - PER-51/PJ./2009 pasal 10
Staff + natura/kenikmatan, Ps.9 (1)e
38 Sanksi Administrasi Pajak + Pasal 9 ayat (1) huruf k
39 Sewa Kantor - Ps. 6 ayat (1) huruf a
40 Seminar - Ps. 6 ayat (1) huruf g
41 Sewa Rumah Pegawai
Tunjangan Sewa Rumah - Objek PPh 21
Tidak diberikan tunjangan sewa rumah - natura/kenikmatan, Ps.9 (1)e; PP55/2022
42 Sumbangan

Bencana nasional - PP-93/2010 PMK-76/PMK.03/2011


Penelitian & Pengembangan Ps.6 ayat (1) huruf j
fasilitas pendidikan Ps.6 ayat (1) huruf l
Pembinaan olah raga Ps.6 ayat (1) huruf m
biaya pembangunan infrastruktur sosial Ps.6 ayat (1) huruf k
43 Telepon, fax - Ps. 6 ayat (1) huruf a
44 Training DN atau LN - Ps. 6 ayat (1) huruf g
45 Tunjangan Aktifitas - Objek PPh 2, Ps. 6 ayat (1) huruf a
Objek PPh 21, Ps. 6 ayat (1) huruf
46 THR -
a
KREDIT PAJAK

DIPOTONG/
DIPUNGUT OLEH DISETOR SENDIRI
PIHAK LAIN

Ps 22 Ps 23 Ps 24 Ps 25
q Impor q Dividen q Penghasilan q Angsuran PPh
q Transaksi dengan q Jasa/Sewa Luar Negeri yang Disetor
Bendaharawan q Lainnya (Jika Ada) Sendiri
q Industri Tertentu,
mis. Industri Kertas,
Otomotif, dll.
TARI F PPh (WP BADAN) TAHUN 2020 - 2021
No Lapisan Omset Tarif Dasar
P PPh
A
S 1 s.d 4,8 M *) 11% Pasal 31E ayat(1)
A 2 di atas 4,8 M s.d. 50 M Pasal 31E ayat(1)
L
a) s.d. 4,8 M 11% (4,8 M / Total Omset) x PKP
17
& b) Di atas 4,8 M s.d. 50 M 22% Sisa PKP
31E
3 di atas 50 miliar 22% Pasal 17 ayat (1) huruf b

*) PPh Final 0,5% x Penghasilan Bruto Bagi UKM


(PP 23/2018) 4747
166

Kredit Pajak
• Di dalam formulir 1771-III, tercantum kredit pajak atau uang muka pajak yang dapat dimanfaatkan oleh
Wajib Pajak badan untuk mengurangi beban PPh Badan.
• Jika Utang PPh Badan < uang muka PPh, akan ada kelebihan PPh sesuai Pasal 28A UU PPh.
• Jika Utang PPh Badan > uang muka PPh, harus ada penyetoran tahunan sesuai Pasal 29 UU
PPh
• Pasal 20 UU PPh:

(1) Pajak yang diperkirakan akan terutang dalam suatu tahun pajak, dilunasi oleh Wajib Pajak dalam
tahun pajak berjalan melalui pemotongan dan pemungutan pajak oleh pihak lain, serta
pembayaran pajak oleh Wajib Pajak sendiri.
(3) Pelunasan pajak sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan angsuran pajak yang boleh
dikreditkan terhadap Pajak Penghasilan yang terutang untuk tahun pajak yang bersangkutan,
kecuali untuk penghasilan yang pengenaan pajaknya bersifat final.
167

Kredit Pajak

• Ketentuan Pasal 28A UU PPh


Apabila pajak yang terutang untuk suatu tahun pajak ternyata lebih kecil dari jumlah kredit
pajak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 28 ayat (1), maka setelah dilakukan
pemeriksaan, kelebihan pembayaran pajak dikembalikan setelah diperhitungkan dengan
utang pajak berikut sanksi-sanksinya.
• Ketentuan Pasal 29 UU PPh
Apabila pajak yang terutang untuk suatu tahun pajak ternyata lebih besar daripada
kredit pajak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 28 ayat (1), kekurangan pembayaran
pajak yang terutang harus dilunasi sebelum Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak
Penghasilan disampaikan
KOMPENSASI RUGI-Ps. 6 (2)
Apabila penghasilan bruto setelah pengurangan sesuai ps.6 ayat 1
didapat kerugian, kerugian tersebut dikompensasikan dengan
penghasilan mulai tahun pajak berikutnya berturut-turut sampai
dengan 5 (lima) tahun
2010 : (10.000) 10.000
1
2011 : (5.000) 5.000
1
2
2012 : 1.500 (1.500)
8.500 2
3
2013 : 2.200 (2.200)
6.300 4 3
2014 : 3.000 (3.000)
3.300 5
4
2015 : 2.750 (2.750)
550 5
2016 : 3.000 (3.000)
2.000
STATUS SPT PPh BADAN (1771)

KURANG BAYAR NIHIL LEBIH BAYAR


PT > KP PT = KP PT < KP

Setoran Restitusi
PPh Ps 29 PPh Ps 28
PT = PPh Terutang
KP = Kredit Pajak
Laporan Keuangan Lampiran SPT
q Neraca (Laporan Posisi Keuangan)
q Perhitungan Laba – Rugi (Laporan Laba-Rugi Komprehensif)
q Daftar Penyusutan Aset Tetap
q Perhitungan Kompensasi Kerugian (jika ada)
q Perhitungan Kredit Pajak Luar Negeri (jika ada)

CATATAN:
Apabila laporan keuangan diaudit oleh KAP,
laporan keuangan yang dilampirkan adalah laporan keuangan audited
Data yang Dibutuhkan

q Dokumen Transaksi
q Jurnal Umum (General Journal)
q Buku Besar (Ledger)
q Neraca Saldo (Trial Balance)
q Neraca Lajur/Kertas Kerja (Worksheets)
q Laporan Keuangan (Financial Statement – Neraca & Laba Rugi)
q Buku Penjualan,
q Buku Pembelian,
q Buku Kas,
q Buku Bank dan Rekening Koran
q Daftar Penyusutan dan Amortisasi
q Kartu Persediaan
q DLL
3. Critical point dalam pengisian SPT
RISIKO PERPAJAKAN, PELUANG SPT DIPERIKSA

SPT KURANG BAYAR RENDAH

SPT NIHIL SEDANG

SPT LEBIH BAYAR TINGGI

SPT RUGI DAN LEBIH


SANGAT
BAYAR-RESTITUSI
TINGGI
Pengurangan Risiko

• Menghindari penyebab timbulnya risiko


• SPT LB,
• Laporan Keuangan Rugi,
• Pengajuan Restitusi
• Mengambil berbagai tindakan berisiko yang saling
menghilangkan secara alamiah
• Pembetulan SPT,
• Kompensasi Kerugian,
• Menggeser Kerugian
• Meminimalisasi dampak dari risiko seandainya terjadi
• Persiapkan Back Up secara Lengkap
• Menyewa Konsultan yang Dapat Mendampingi
Bagaimana Efek SPT PPh
EKUALISASI Badan terhadap SP2DK ?
Pemeriksaan Pajak?

KOREKSI FISKAL

PERHITUNGAN KREDIT PAJAK

PENENTUAN PKP
(penghasilan kena pajak)

SPT KURANG ATAU LEBIH


BAYAR
Permasalahan Penyusutan/Amortisasi
Pasal 11 ayat (3),(4) dan (5) UU PPh

• Pembelian • Aplikasi • Kendaraan • Aset TA


Aset Khusus & Peg. Ttu • Aset Tidak
• Aset Belum Upgrade • HP Peg. Ttu Digunakan
Digunakan • Komputer
Saat Mulai Penyusutan
Kelompok Penyusutan 50%
Penyusutan Koreksi Fiskal

• Perbaikan • Pelepasan
Overhaul Aset
• Membangun Sedan/HP
Sendiri
Penentuan Harga
NSB Fiskal
Perolehan

www.pajak.go.id
Software Komputer & Komputer
Amortisasi & Penyusutan

Dibebankan Sekaligus
Program Aplikasi Umum adalah program yang dapat dipergunakan oleh pengguna (users)
umum untuk memproses berbagai pekerjaan dengan komputer

Amortisasi Kelompok 1
Program Aplikasi Khusus adalah program yang dirancang khusus untuk keperluan
otomatisasi sistem administrasi, pekerjaan atau kegiatan usaha tertentu, seperti dibidang
perbankan, pasar modal, perhotelan, rumah sakit atau penerbangan

Jika ada up grade, maka hitung NSB Fiskalnya kemudian ditambahkan biaya
up grade dan diamortisasi dari awal
KMK.138/KMK.03/2002 Yang menyebutkan komputer, printer dan sejenisnya dimasukan
dalam Kelompok I atau 4 tahun.

Keputusan ini berlaku mulai 1 April tahun 2002.


www.pajak.go.id
Penambahan, Perbaikan, & Perubahan & Isu Krusial

Penyusutan atas PENGELUARAN untuk pembelian, pendirian, PENAMBAHAN,


PERBAIKAN DAN PERUBAHAN harta berwujud, kecuali tanah yang berstatus HM, HGB,
HGU, dan HP, yang dimiliki dan digunakan untuk mendapatkan, menagih, dan
memelihara penghasilan yang mempunyai masa manfaat lebih dari 1 (satu) tahun
Ps. 11 (1) UU PPh

Revenue Expenditure Biaya-biaya yang dikeluarkan


yang memperpanjang umur
Biaya-biaya yang hanya akan manfaat atau yang
memberikan manfaat dalam kemungkinan besar memberi
periode berjalan, sehingga manfaat ekonomi di masa
dicatat sebagai beban dalam yang akan datang dalam
laporan laba rugi periode bentuk peningkatan
berjalan dimana biaya tersebut Pengeluaran setelah pengakuan awal aset
kapasitas, mutu produksi,
terjadi (dikeluarkan) hanyadiakui sebagai suatu aset jika pengeluaran
peningkatan standar kinerja
meningkatkan kondisi aset melebihi standar kinerja
semula
Capital Expenditure
www.pajak.go.id
Saat Mulai Penyusutan
Pasal 11 ayat (3),(4) dan (5)
UU PPh

UU 11/2016 PADA BULAN PENGELUARAN PADA BULAN HARTA


HARTA AMNESTI PAJAK KECUALI : HARTA YG MULAI DIGUNAKAN/
TIDAK DAPAT MENGHASILKAN DENGAN
MASIH DLM PROSES
DISUSUTKAN/ PERSETUJUAN DIRJEN PAJAK
PENGERJAAN, PADA
AMORTISASI
BULAN SELESAINYA PMK 248 & 249/PMK.03/2008
PENGERJAAN kecuali
PMK-126/PMK.011/2012
Atas biaya perolehan atau
pembelian telepon seluler/ DASAR PENYUSUTAN BAGI WP YG MELAKUKAN Bidang usaha tertentu yang dapat
kendaraan sedan atau PENILAIAN KEMBALI AKTIVA berproduksi berkali-kali dan baru
yang sejenis yang dimiliki menghasilkan setelah lebih dari 1 tahun:
dan dipergunakan a. bidang usaha kehutanan
perusahaan untuk b. bidang usaha perkebunan tanaman
pegawai tertentu karena NILAI SETELAH keras
jabatan atau DILAKUKAN PENILAIAN KEMBALI AKTIVA c. bidang usaha peternakan
pekerjaannya, dapat
dibebankan sebagai biaya Contoh: Penyusutan 2016
perusahaan sebesar 50% Beli Mobil tgl 31 Desember 2016 = selama 1 bulan
KEP-220/PJ./2002 Jual Mobil tgl 25 Januari 2016 = tidak ada
www.pajak.go.id
Masa Manfaat & Tarif Penyusutan (4)

KEL. HARTA MASA TARIF PENYUSUTAN Pasal 2 (1)


BERWUJUD MAN- PMK-96/PMK.03/2009
GARIS LURUS SALDO MENURUN
FAAT Jenis-jenis harta
berwujud BUKAN
1. BUKAN BANGUNAN
- KELOMPOK 1 4 THN 25 % 50 %
BANGUNAN yang tidak
- KELOMPOK 2 8 THN 12,5 % 25 % tercantum dalam Lamp.
- KELOMPOK 3 16 THN 6,25 % 12,5 % I, II, III, & IV, untuk
- KELOMPOK 4 20 THN 5 % 10 % kepentingan penyusutan
2. BANGUNAN digunakan masa
PERMANEN 20 THN 5 % manfaat dalam
TDK PERMANEN 10 THN 10 % KELOMPOK 3
Pasal 11 ayat (11) PENENTUAN KELOMPOK HARTA BERWUJUD BUKAN BANGUNAN DITETAPKAN DENGAN . No
96/PMK.03/2009 NAMUN DAPAT SESUAI MASA MANFAAT SESUNGGUHNYA DENGAN MENGAJUKAN PERMOHONAN KE DJP

bidang usaha kehutanan, Kel (4), bidang usaha perkebunan tanaman keras (Kel 4) ,
bidang usaha peternakan (Kel 2) sesuai PER 21/PJ/2012
PENENTUAN KELOMPOK HARTA TIDAK BERWUJUD DISERAHKAN KEPADA MANAJEMEN YANG KEMUDIAN MASA MANFAATNYA
DISESUAIKAN DENGAN KELOMPOK TERDEKAT PADA KELOMPOK HARTA TAK BERWUJUD UU PPh
www.pajak.go.id
Penyesuaian Ketentuan Penyusutan & Amortisasi
Pasal 11 & 11 A UU PPh

UU 36 Tahun 2008 UU HPP


• Masa Manfaat untuk bangunan • Memberikan pilihan bagi Wajib Pajak dapat membebankan
permanen adalah 20 Tahun biaya penyusutan bangunan permanen dan amortisasi
• Masa Manfaat kelompok IV harta tak harta tak berwujud yang memiliki masa manfaat lebih dari
berwujud adalah 20 Tahun 20 tahun sesuai dengan masa manfaat yang sebenarnya
berdasarkan pembukuan Wajib Pajak
• Ketentuan lebih lanjut diatur dalam PP

Pasal Terdampak
• Pasal 11 ayat (6a) dan Pasal 11A ayat (2a) ditambahkan
• Pasal 11 ayat (7) dan Pasal 11A ayat (1a) diubah
• Pasal 11 ayat (11) dihapus

www.pajak.go.id
Biaya Bersama (Joint Cost)
Pendapatan Final & Non Final Pasal 27 PP 94/2010

Wajib Pajak harus menyelenggarakan pembukuan secara terpisah dalam hal:


a. memiliki usaha yang penghasilannya dikenai PPh yang bersifat final dan tidak final;
b. menerima atau memperoleh penghasilan yang merupakan objek pajak dan bukan objek pajak; atau
c. mendapatkan dan tidak mendapatkan fasilitas perpajakan sebagaimana diatur dalam Pasal 31A UU PPh.
Biaya bersama bagi Wajib Pajak yang tidak dapat dipisahkan dalam rangka penghitungan
besarnya Penghasilan Kena Pajak, pembebanannya dialokasikan secara proporsional.
Jasa Pelaksana Konstruksi Kualifikasi Menengah/Besar memperoleh Biaya bersama adalah
penghasilan bruto yang terdiri dari : pengeluaran atau
✓ Penghasilan dari kontrak yang dikenakan PPh Final =Rp. 100.000.000,- biaya yang
✓ Penghasilan dari kontrak yang tidak dikenakan PPh Final =Rp. 300.000.000,- berhubungan langsung
✓ Jumlah penghasilan bruto =Rp. 400.000.000,- dengan
kegiatan 3M suatu
Apabila seluruh biaya administrasi dan umum adalah sebesar Rp. penghasilan dan
sekaligus berhubungan
200.000.000,- maka biaya yang boleh dikurangkan Laba Bruto Usaha adalah langsung dengan
sebesar :3/4 X Rp. 200.000.000,-= Rp. 150.000.000,00 kegiatan 3M lainnya.
www.pajak.go.id
Batasan Jumlah Pinjaman Yang Dapat Dibebankan
Pasal 18 ayat 1 UU PPh

38
DEBT EQUITY RATIO
( PMK No. 169/PMK.010/2015 )

Dalam hal besarnya perbandingan antara utang dan modal


wajib pajak melebihi besarnya perbandingan 4:1, biaya
pinjaman yang dapat diperhitungkan dalam menghitung
penghasilan kena pajak adalah sebesar biaya pinjaman
sesuai dengan perbandingan utang dan modal
BIAYA PINJAMAN

DER
Pembatasan Biaya Pinjaman Thin Capitalisation
• Pembatasan jumlah biaya pinjaman yang dapat
Saat ini diatur dengan metode penentuan tingkat
dibebankan untuk keperluan penghitungan pajak perbandingan tertentu antara utang dan modal sesuai
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 32 ayat (2) PMK-169/PMK.010/2015 dan Perdirjen PER-25/PJ/2017
huruf g dilakukan oleh Menteri menggunakan: • Perbandingan Utang/Modal paling tinggi 4:1
• Sudah berjalan sejak tahun pajak 2016 dan kini
• metode penentuan tingkat perbandingan tertentu
diperlakukan sebagai dasar hukum dalam proses
antara utang dan modal; pemeriksaan.
• metode penetapan persentase tertentu dari biaya
pinjaman dibandingkan dengan pendapatan usaha

EBITDA
sebelum dikurangi biaya pinjaman, Pajak
Penghasilan, penyusutan, dan amortisasi; atau Earning Stripping
• metode lainnya.
metode penetapan persentase tertentu dari biaya
pinjaman dibandingkan dengan pendapatan usaha
• Ketentuan mengenai penentuan dan tata cara
sebelum dikurangi biaya pinjaman, Pajak Penghasilan,
penerapan penggunaan metode untuk pembatasan
penyusutan, dan amortisasi (EBITDA) belum diatur
jumlah biaya pinjaman sebagaimana dimaksud
dalam PMK dan sedang dalam proses penyusunan
pada ayat (1) diatur dalam Peraturan Menteri Pembatasan biaya pinjaman diharapkan dapat
dikenakan atas EBITDA (berbasis profitabilitas
Pasal 42 perusahaan)

#KemenkeuTepercaya
Pinjaman Tanpa Bunga
Penerapan PKKU Bunga Pinjaman
Apabila pinjaman yang diterima oleh WP berbentuk PT dari PEMEGANG SAHAMNYA tidak
memenuhi 4 ketentuan, atas pinjaman tersebut TERUTANG BUNGA dengan tingkat suku
bunga wajar Pasal 12 PP 94 Tahun 2010

ASAL PINJAMAN MODAL SETOR PENUH TIDAK RUGI KESULITAN LIKUDITAS


Dana milik pemegang Modal pemegang saham telah Pemegang saham Penerima pinjaman sedang
saham itu SENDIRI & DISETOR SELURUHNYA TIDAK dalam mengalami KESULITAN
BUKAN dari PIHAK keadaan MERUGI LIKUIDITAS untuk
LAIN KELANGSUNGAN USAHANYA

www.pajak.go.id
BIAYA BUNGA PINJAMAN

Biaya bunga pinjaman merupakan bunga yang dikenakan oleh bank atas
pinjaman WP. WP yang membayar bunga atas pinjaman yang bukan berasal
dari bank wajib memotong PPh 23 atas bunga yang dibayar

SE-46/PJ.4/1995
Diakui seluruhnya meskipun (RP) lebih kecil / sama dengan RD atau RP
lebih besar dari RD, apabila dapat dibuktikan bahwa :
a. Deposito berasal dari laba ditahan atau setoran modal, atau
b. Deposito merupakan suatu kewajiban menurut ketentuan yang berlaku
Bunga pinjaman seluruhnya dikoreksi (seluruhnya non deductable expenses)
apabila rata-rata pinjaman (RP) sama besar/lebih kecil dari rata-rata deposito
(RD). RP ≤ RD
Apabila rata-rata pinjaman lebih besar dari rata-rata deposito (RP > RD),
bunga yang deductible (dapat dibiayakan) adalah bunga atas selisih rata-rata
pinjaman dikurangi rata-rata deposito
Dikecualikan dari penerapan SE-46
• Dana pinjaman tsb ditempatkan dalam bentuk
rekening giro
• Adanya keharusan untuk menempatkan dana
dalam bentuk deposito, misal cadangan dana
Reklamas
• Dapat dibuktikan bahwa deposito dan atau
tabungan tsb berasal dari tambahan modal atau
sisa laba setelah pajak
Contoh
Tahun 2019 PT ABC meminjam uang sebesar 200 juta.
Bunga bank 20%. Schedule penarikan pinjaman sbb:
• bulan
• Februari sebesar Rp 125 juta
• bulan Juni sebesar Rp 25 juta
• bulan Agustus sebesar Rp 50 juta
Selain itu PT ABC juga mempunyai deposito sbb:
• Feb – Maret sebesar Rp 25 juta
• Apr – Agt sebesar Rp 46 juta
• Sep – Des sebesar Rp 50 juta

Pertanyaan : Berapa bunga yang dapat dibiayakan (deductible) ?


RATA –RATA PINJAMAN

Rata-rata Pinjaman Jangka waktu Jumlah


Pinjaman
Januari 0 1 bulan 0
Feb – Mei 125 juta 4 bulan 500 juta
Juni – Juli 150 juta 2 bulan 300 juta
Agustus – Des 200 juta 5 bulan 1 milyar
Jumlah 12 bulan 1,8 milyar

Rata-rata pinjaman perbulan = Rp. 1,8 milyar : 12 = Rp 150 juta


RATA –RATA PINJAMAN
Rata-rata deposito Deposito Jangka waktu Jumlah
Januari 0 1 bulan 0
Feb – Maret 25 juta 2 bulan 50 juta
April – Agustus 46juta 5 bulan 230 juta
Sept – Des 50 juta 4 bulan 200 juta
Jumlah 12 bulan 480 juta

Rata-rata deposito perbulan = Rp. 480 juta : 12 = Rp 40 juta

Rata –rata pinjaman > rata rata deposito maka


Biaya Bunga Pinjaman (deductable expense) = 20% (Rp.150juta – Rp.
40juta) = Rp.22 juta
Pembebanan Bunga Pinjaman Dalam Masa Konstruksi
SE-20/PJ.42/1994 jo SE-04/PJ.42/1996

Pembebanan bunga pinjaman selama masa konstruksi dari aktiva tetap pada
dasarnya untuk pembangunan gedung dikapitalisir dalam harga perolehan gedung
tersebut yang akan disusutkan sesuai dengan ketentuan Pasal 11 UU PPh tahun 1984.
Pembebanan bunga pinjaman selama masa konstruksi dari gedung atau rumah sebagai
barang dagangan (inventory) harus digabungkan dalam perhitungan harga pokok
gedung tersebut yaitu sebagai komponen dari biaya langsung dalam menghitung laba
bruto usaha

Jika setelah gedung tersebut selesai/siap dipasarkan dimana harga pokoknya sudah jelas
WP masih membayar bunga pinjaman tersebut, maka bunga pinjaman tersebut dapat
dibebankan langsung pada tahun yang bersangkutan.
PIUTANG TAK TERTAGIH

[PMK.no. 207/PMK.02/2015 ]
Piutang yang nyata-nyata tidak dapat ditagih dapat mengurangi
penghasilan , dengan syarat :
1. telah dibebankan sebagai biaya dalam laporan laba rugi komersial;
2. wp harus menyerahkan daftar piutang yg tdk dapat ditagih kepada
djp; dan
3. Piutang yang nyata-2 tidak dapat ditagih tersebut: telah diserahkan
perkara penagihannya kepada PN / instansi pemerintah yang
menangani piutang negara atau adanya perjanjian tertulis mengenai
penghapusan piutang / pembebasan utang antara kreditur dan
debitur; dipublikasikan dalam penerbitan umum atau khusus; atau
adanya pngakuan penghapusna utang dari debitur
BIAYA PEMASARAN / PROMOSI

Biaya Promosi yang dapat dikurangkan dari penghasilan bruto


(PMK. No. 02/PMK.02/2010)

Akumulasi dari jumlah :


a. biaya periklanan di media elektronik, cetak, atau media lainnya;
b. biaya pameran produk;
c. biaya pengenalan produk baru ; dan / atau
d. biaya sponsorship yang berkaitan dengan promosi produk dengan syarat
dibuatkan daftar nominatif pengeluaran biaya promosi

Dalam hal Promosi dilakukan dalam bentuk sampel produk, besarnya biaya yang dapat
dikurangkan dari penghasilan bruto adalah sebesar harga pokok sampel produk yang
diberikan sepanjang belum dibebankan dalam perhitungan HPP.
TIDAK TERMASUK BIAYA PROMOSI
[ PMK.No. 02/PMK.02/2010 ]

a. PEMBERIAN IMBALAN BERUPA UANG DAN / ATAU FASILITAS


DENGAN NAMA DAN DALAM BENTUK APAPUN KEPADA PIHAK
LAIN YANG TIDAK BERKAITAN LANGSUNG DENGAN
PENYELENGGARAAN KEGIATAN PROMOSI,
b. BIAYA PROMOSI UNTUK MENDAPATKAN, MENAGIH, DAN
MEMELIHARA PENGHASILAN YANG BUKAN MERUPAKAN OBJEK
PAJAK DAN YANG TELAH DIKENAI PAJAK BERSIFAT FINAL

71
DAFTAR NOMINATIF BIAYA PROMOSI
PMK.No. 02/PMK.02/2010 jo. PP 55/2022

PALING SEDIKIT MEMUAT DATA PENERIMA BERUPA ;


a. NAMA, NPWP, ALAMAT, TANGGAL,
b. BENTUK DAN JENIS BIAYA , BESARNYA BIAYA,
c. NOMOR BUKTI PEMOTONGAN ,
d. BESARNYA PPh YANG DIPOTONG

LAMPIRAN SPT TAHUNAN PPh 72


SE-27/PJ.22/1986

• Biaya Entertainment / jamuan tamu dan sejenisnya


dapat dikurangkan dari penghasilan bruto sepanjang
ada hubungannya dengan kegiatan usaha dan dapat
dibuatkan daftar nominatif biaya jamuan tamu dan
dilampirkan pada spt tahunan pph yang memuat
nama, jabatan, asal perusahaan / instansi
penerima jamuan, nilai dan tempat jamuan

73
Perlakuan Biaya Entertainment

Di buat daftar nominatif dan dilampirkan dalam SPT tahunan PPh Badan.

Daftar nominatif berisi:


a. Nomor urut
b. Tanggal ‘entertainment’ dan sejenisnya
c. Nama tempat ‘entertainment’ dan sejenisnya
d. Alamat ‘entertainment’ dan sejenisnya
e. Jenis ‘entertainment’ dan sejenisnya
f. Jumlah (Rp) ‘entertainment’ dan sejenisnya
g. Relasi usaha ‘entertainment’ dan sejenisnya

Dalam hal belum ada pada saat menyampaikan SPT tetap dapat dibiayakan
sepanjang daftar nominatif ada pada saat diperiksa.
BIAYA SUMBANGAN (DAPAT DIBIAYAKAN)
Pasal 6 ayat 1 UU PPh; PP 93/2010; PP12/2020

1. Sumbangan dalam rangka bencana nasional melalui lembaga/pihak yang


sudah mendapat izin resmi
2. Sumbangan dalam rangka penelitian dan pengembangan di wilayah RI
melalui lembaga R & D
3. Sumbangan fasilitas pendidikan melalui lembaga pendidikan
4. Sumbangan dalam rangka pembinaan olahraga. Disampaikan melalui
lembaga pembinaan olahraga (contoh KONI, PBSI dll)
5. Biaya pembangunan infrastruktur untuk kepentingan umum dan bersifat
Bukti penerimaan
nirlaba (CSR)
sumbangan Wajib
Syarat berlaku :
dilampirkan pada
a. Mempunyai Penghasilan Neto di SPT tahun sebelumnya
SPT Tahunan PPh
b. Pemberian sumbangan tidak menyebabkan rugi
c. Didukung oleh bukti yang sah
d. lembaga penerima memiliki NPWP kecuali badan yg dikecualikan dari subjek
pajak
e. Nilai sumbangan /biaya pembangunan infrastruktur yg dapat dikurangkan
tidak melebihi 5% dari laba neto fiskal tahun sebelumnya dan hanya dalam
bentuk sarana dan/atau prasarana
f. Tidak boleh dibiayakan oleh Pemberi sumbangan jika ada hubungan
istimewa dengan penerima sumbangan
BENTUK SUMBANGAN
PP 93/2010 Pasal 5, 6

Bentuk Sumbangan yaitu Uang dan/atau Barang


Nilai sumbangan dalam bentuk barang syaratnya :
1. Nilai perolehan (apabila barang yang disumbangkan belum disusutkan)
2. Nilai buku fiskal (jika barang sudah disusutkan)
3. Harga Pokok Penjualan (jika barang yang disumbangkan merupakan barang
produksi sendiri)
4. Nilai biaya pembangunan infrastruktur ditentukan berdasarkan jumlah yang
sesungguhnya dikeluarkan untuk membangun sarana dan/atau prasarana

PP no. 12/2020
Sumbangan dalam rangka penanggulangan Covid-19 dapat dijadikan pengurang
sepanjang mengikuti aturan di PP 93/2010
Biaya Riset dan Pengembangan

Biaya
BiayaRiset
Risetdan
danPengembangan
PengembanganMenurut
MenurutKetentuan
KetentuanPerpajakan
Perpajakan

• Sesuai dengan Pasal 6 ayat (1) huruf f UU PPh, besarnya Penghasilan Kena
Sesuai dengan Pasal 6 ayat (1) huruf f UU PPh, besarnya Penghasilan Kena
Pajak bagi Wajib Pajak dalam negeri dan bentuk usaha tetap ditentukan
Pajak bagi Wajib
berdasarkan Pajak dalam
penghasilan brutonegeri dan di
dikurangi bentuk usahadengan
antaranya tetap ditentukan
biaya
berdasarkan
penelitian danpenghasilan
pengembanganbruto dikurangi di
perusahaan antaranya
yang dengan
dilakukan biaya
di Indonesia.
• penelitianjumlahnya
Sepanjang dan pengembangan
wajar untukperusahaan
menemukan yang dilakukan
teknologi ataudisistem
Indonesia.
baru
bagi pengembangan
Sepanjang jumlahnyaperusahaan,
wajar untukbiaya tersebut teknologi
menemukan boleh dibebankan sebagai
atau sistem baru
biaya
bagi perusahaan.
pengembangan perusahaan, biaya tersebut boleh dibebankan sebagai
• Dibebankan langsung atau dengan skema amortisasi sesuai ketentuan
biaya perusahaan.
• Dibebankan langsung atau dengan skema amortisasi sesuai ketentuan
Sumbangan dan Bantuan

• Besarnya nilai sumbangan dan/atau biaya pembangunan infrastruktur


sosial yang dapat dikurangkan dari penghasilan bruto sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 1 untuk 1 (satu) tahun dibatasi tidak melebihi 5%
(lima persen) dari penghasilan neto fiskal Tahun Pajak sebelumnya.

Contoh:
• Penghasilan neto fiskal Wajib Pajak tahun lalu adalah
Rp60.000.000.000,00 maka jumlah sumbangan yang dapat dikurangkan
dari penghasilan bruto yaitu maksimal 5% (lima persen) atau sebesar
Rp3.000.000.000,00.
• Apabila Wajib Pajak memberikan sumbangan sebesar
Rp5.000.000.000,00 maka yang dapat dikurangkan dari penghasilan
bruto hanya sebesar Rp3.000.000.000,00.
PEMBAYARAN KEPADA KANTOR PUSAT
YANG TIDAK DIPERBOLEHKAN
DIBEBANKAN SEBAGAI BIAYA

• Royalti atau imbalan lainnya sehubungan dengan


penggunaan harta, paten, / hak-hak lainnya

• Imbalan sehubungan dgn jasa manajemen dan jasa


lainnya

• Bunga, kecuali bunga berkenaan dengan usaha perbankan

• [ Psl. 5 ayat ( 3 ) huruf b ]


Hubungan Istimewa
Hubungan berelasi PSAK 7 :
UU PPh dan UU PPN  perusahaan yang melalui satu atau lebih perantara
Hubungan istimewa antara satu wajib pajak (intermediaries), mengendalikan, atau dikendalikan oleh,
dengan wajib pajak yang lain terjadi bila atau berada di bawah pengendalian bersama, dengan
 WP mempunyai penyertaan modal langsung perusahaan (termasuk holding companies, subsidiaries dan
fellow subsidiaries);
atau tidak langsung paling rendah 25% pada
 perusahaan asosiasi (associated company);
WP lain, atau hubungan antara WP dengan
 perorangan yang memiliki, baik secara langsung maupun tidak
penyertaan paling rendah 25% pada dua WP
langsung, suatu kepentingan hak suara di perusahaan yang
atau lebih, demikian pula hubungan antara
berpengaruh secara signifikan, dan anggota keluarga dekat
dua WP atau lebih yang disebut terakhir;
dari perorangan tersebut;
atau
 karyawan kunci, yaitu orang-orang yang mempunyai
 WP menguasai WP lainnya atau dua atau
wewenang dan tanggung jawab untuk merencanakan,
lebih WP berada di bawah penguasaan yang memimpin dan mengendalikan kegiatan perusahaan yang
sama baik langsung maupun tidak langsung; meliputi anggota dewan komisaris, direksi dan manajer dari
atau perusahaan serta anggota keluarga dekat orang- orang
 terdapat hubungan keluarga baik sedarah tersebut;
maupun semenda dalam garis keturunan  perusahaan di mana suatu kepentingan substansial dalam
lurus dan atau ke samping satu derajat hak suara dimiliki baik secara langsung maupun tidak
langsung oleh setiap orang di atas, atau setiap orang tersebut
mempunyai pengaruh signifikan atas perusahaan tersebut.
Isu Krusial Pelepasan Aset
Apabila hasil penggantian asuransi yang akan diterima jumlahnya baru dapat diketahui
dengan pasti di masa kemudian, maka dengan persetujuan DJP jumlah sebesar
kerugian dibukukan sebagai beban masa kemudian tersebut.

Apabila terjadi pengalihan harta yang memenuhi syarat bantuan, sumbangan, dan
hibah (Bukan Objek PPh) yang berupa harta berwujud, maka jumlah NSB harta
tersebut tidak boleh dibebankan sebagai kerugian bagi pihak yang mengalihkan.

Untuk harta amnesti (tidak dapat disusutkan) atau telepon seluler dan Kendaraan
Perusahaan untuk pegawai tertentu karena jabatan atau pekerjaannya (disusutkan
50%) dalam perhit. NSB Fiskal, akumulasi penyusutan tetap dihitung 100%.
Pengalihan Aset Tetap
Nilai sisa buku diakui sebagai kerugian,
dan nilai penjualan atau nilai
penggantian asuransi diakui sebagai
penghasilan.

Atas pengalihan yang bersifat


umum.
Pasal 11 Ayat (8), dan (9) UU PPh

Jika nilai penggantian asuransi baru


diketahui di masa mendatang, maka
pencatatan kerugian dan penghasilan
dapat dilakukan di masa mendatang,
berdasar izin Dirjen Pajak.

12
Harga Perolehan atau Harga Penjualan
dalam hal terjadi Jual Beli

Tidak dipengaruhi hubungan istimewa:


a. Bagi pihak pembeli, harga perolehan harta adalah harga yang
sesungguhnya dibayar;
b. Bagi pihak penjual, harga penjualan harta adalah harga yang
sesungguhnya diterima.

Dipengaruhi hubungan istimewa:


a. Bagi pihak pembeli, harga perolehan harta adalah jumlah
yang seharusnya dikeluarkan;
b Bagi pihak penjual, harga penjualan harta adalah jumlah
yang seharusnya diterima.

13
Jual Beli Aset Tetap

Pasal 10 ayat (1) UU PPh


PSAK 16

Tidak Ada Ada


Hubungan
Hubungan Istimewa
Istimewa

Jumlah yang
sebenarnya/ Jumlah yang
sesungguhnya seharusnya
dikeluarkan dikeluarkan

(Historical Cost) (Market Value)

16
Pertukaran Aset Tetap

PSAK UU PPh

memiliki
substansi
komersial;
T atau
Book nilai wajar dapat HP = H. pasar aktiva
Value diukur secara yg diterima
andal.
GAIN (LOSS )

Market Value
Pertukaran
Pertukaran Aset Tetap
 Nilai perolehan atau nilai penjualan dalam hal terjadi tukar menukar harta adalah
jumlah yang seharusnya dikeluarkan atau diterima berdasarkan harga pasar.
Misalnya,
PT A (Rp) PT B (Rp)
Uraian
(Harta X) (Harta Y)
Nilai sisa buku 10.000.000 12.000.000
Harga Pasar 20.000.000 20.000.000

 Antara PT A dan PT B terjadi pertukaran harta. Walaupun tidak terdapat realisasi


pembayaran antara pihak-pihak yang bersangkutan, namun karena harga pasar
harta yang dipertukarkan adalah Rp 20.000.000,00, jumlah sebesar Rp
20.000.000,00 merupakan nilai perolehan yang seharusnya dikeluarkan atau nilai
penjualan yang seharusnya diterima.
 Selisih antara harga pasar dengan nilai sisa buku harta yang dipertukarkan
merupakan keuntungan yang dikenakan pajak. PT A memperoleh keuntungan
sebesar Rp10.000.000,00 dan PT B memperoleh keuntungan sebesar
Rp8.000.000,00
18
Setoran Modal  Contohnya, Wajib Pajak X menyerahkan 20
unit mesin bubut yang nilai bukunya adalah
Rp 49.000.000 kepada PT Y sebagai
pengganti penyertaan sahamnya dengan
SAK UU PPh nilai nominal Rp 40.000.000. Harga pasar
mesin-mesin bubut tersebut adalah Rp
52.000.000
HP = H. pasar aktiva Harga Pasar
Dalam hal ini PT Y akan mencatat mesin
bubut tersebut sebagai aktiva dengan
nilai Rp 40.000.000,00 dan sebesar nilai
tersebut bukan merupakan penghasilan
bagi PT Y. Selisih antara nilai nominal
saham dengan nilai pasar harta, yaitu
• Bagi yang menerima aktiva sebesar Rp 12.000.000 (Rp
(emiten) selisih harga pasar 52.000.000 - Rp 40.000.000)
dg nominal saham= agio dibukukan sebagai agio.
saham – Bagi Wajib Pajak X selisih sebesar Rp
• Bagi yg mengalihkan diakui
3.000.000 (Rp 52.000.000 – Rp
capital gain (Loss)
49.000.000) merupakan Objek Pajak.

19
Sumbangan/hibah

SAK UU PPh Hibah yang diterima oleh


keluarga sedarah dalam garis
keturunan lurus satu derajat,
dan badan keagamaan atau
badan pendidikan atau badan
sosial atau pengusaha kecil
Tidak memenuhi Sesuai Psl. 4 ay (4) termasuk koperasi, UMKM
HP = H. pasar syarat pasal 4 ay (4)
sepanjang tidak ada hubungan
HP= H. Pasar HP = nilai buku dengan usaha, pekerjaan,
kepemilikan, atau penguasaan
Dikredit sebagai antara pihak-pihak yang
modal donasi bersangkutan, dasar penilaian
• Bagi yg menerima = • Bagi yg menerima = bagi yang menerima
objek PPh bukan objek PPh pengalihan sama dengan nilai
• Bagi yg menyumbang • Bagi pemberi = sisa buku dari pihak yang
Nilai pasar-nilai buku= bukan biaya, kecuali melakukan pengalihan atau
nilai yang ditetapkan oleh
Gain (loss) tertentu
Direktur Jenderal Pajak.

20
PSAK 10
Transaksi Mata Uang Asing
Biaya Riset dan Pengembangan (1)
• Pencatatan adalah mata uang fungsional
• Transaksi yang didenominasi atau membutuhkan
penyelesaian dalam suatu mata uang asing misalnya
membeli atau menjual barang atau jasa, meminjam atau
meminjamkan dana, memperoleh atau melepaskan aktiva,
menimbulkan atau melunasi kewajiban dan yang lainnya
• Transaksi dalam mata uang asing dibukukan dengan
menggunakan kurs pada saat terjadinya transaksi
Pelaporan
Biaya Akhir
Riset dan Tahun
Pengembangan
• Pos aktiva dan kewajiban moneter dalam mata uang asing
dilaporkan ke dalam mata uang rupiah dengan menggunakan kurs
tanggal neraca. Apabila terdapat kesulitan dalam menentukan kurs
tanggal neraca, maka dapat digunakan kurs tengah Bank
Indonesia sebagai indikator yang obyektif;
• Pos non-moneter tidak boleh dilaporkan dengan menggunakan
kurs tanggal neraca tetapi tetap harus dilaporkan dengan
menggunakan kurs tanggal transaksi; dan
• Pos non-moneter yang dinilai dengan nilai wajar dalam mata uang
asing harus dilaporkan dengan menggunakan kurs yang berlaku
pada saat nilai tersebut ditentukan
LabaBiaya RisetKurs
Rugi Selisih danMata
Pengembangan
Uang Asing
 Kerugian selisih kurs karena fluktuasi kurs, maka pembebanan
dilakukan sesuai sistem pembukuan yang dianut dan taat asas.
 Jika sistem pembukuan berdasarkan kurs tetap, maka rugi selisih
kurs diakui saat terjadi realisasi
 Jika WP menggunakan sistem pembukuan berdasarkan kurs
Tengah Bank Indonesia atau kurs yang sebenarnya berlaku pada
akhir tahun, pembebanan dilakukan pada setiap akhir tahun
berdasarkan kurs tengah Bank Indonesia atau kurs yang berlaku
pada akhir tahun
 Keuntungan yang diperoleh dari fluktuasi kurs diakui
berdasarkan sistem pembukuan yang dianut dan sesuai SAK
yangberlaku di Indonesia
UU No. 10/1994;
UU no. 36/2008
Laba Rugi Selisih Kurs
Pasal 9 ayat (2) & (3) PP 94/2010

Keuntungan atau kerugian selisih kurs mata uang asing yang berkaitan langsung dengan usaha Wajib
Pajak yang:
a. dikenakan Pajak Penghasilan yang bersifat final; atau
b. tidak termasuk objek pajak,
tidak diakui sebagai penghasilan atau biaya

Keuntungan atau kerugian selisih kurs mata uang asing yang tidak berkaitan langsung dengan usaha
Wajib Pajak yang:
a. dikenakan Pajak Penghasilan yang bersifat final; atau
b. tidak termasuk objek pajak,
diakui sebagai penghasilan atau biaya sepanjang biaya tersebut dipergunakan untuk mendapatkan,
menagih, dan memelihara penghasilan (3M)
Contoh :
Sewa Guna Usaha
KMK-1169/KMK.01/1991

Sewa-guna-usaha (Leasing) adalah kegiatan pembiayaan dalam bentuk penyediaan


barang modal baik secara sewa-guna-usaha dengan hak opsi (finance lease) maupun
sewa guna usaha tanpa hak opsi (operating lease) untuk digunakan oleh Lessee selama
jangka waktu tertentu berdasarkan pembayaran secara berkala
Kegiatan sewa-guna-usaha digolongkan sebagai sewa-guna-usaha dengan hak opsi
apabila memenuhi semua kriteria berikut :
a. jumlah pembayaran sewa-guna-usaha selama masa sewa-guna-usaha pertama
ditambah dengan nilai sisa barang modal, harus dapat menutup harga perolehan
barang modal dan keuntungan lessor;
b. masa sewa-guna-usaha ditetapkan sekurang-kurangnya 2 (dua) tahun untuk barang
modal Golongan I, 3 (tiga) tahun untuk barang modal Golongan II dan III, dan 7
(tujuh) tahun untuk Golongan bangunan;
c. perjanjian sewa-guna-usaha memuat ketentuan mengenai opsi bagi lessee
Sewa Guna Usaha
KMK-1169/KMK.01/1991

Lessor tidak boleh menyusutkan atas barang modal yang disewa-guna-


usahakan dengan hak opsi;

Lessee selama masa sewa-guna-usaha, tidak boleh melakukan penyusutan atas barang
modal yang disewa-guna-usaha, sampai saat lessee menggunakan hak opsi
untuk membeli
Setelah lessee menggunakan hak opsi untuk membeli barang modal tersebut, lessee
melakukan penyusutan dan dasar penyusutannya adalah nilai sisa (residual value)
barang modal yang bersangkutan;
Pembayaran sewa-guna-usaha yang dibayar atau terutang oleh lessee kecuali
pembebanan atas tanah, merupakan biaya yang dapat dikurangkan dari penghasilan
bruto lessee sepanjang transaksi sewa-guna-usaha tersebut memenuhi ketentuan
NATURA DAN KENIKMATAN
PP 55/2022
Natura/Kenikmatan PMK-167/PMK.03/2018
Pemberian natura dan kenikmatan adalah:
a. Pemberian atau penyediaan makanan dan/atau minuman bagi seluruh Pegawai Penetapan daerah
yang berkaitan dengan pelaksanaan pekerjaan. tertentu WP mengajukan
b. Penggantian atau imbalan dalam bentuk natura dan kenikmatan yang diberikan permohonan kepada
berkenaan dengan pelaksanaan pekerjaan di daerah tertentu dalam rangka DJP berlaku 5 tahun &
menunjang kebijakan pemerintah untuk mendorong pembangunan di daerah perpanjangan 5 tahun
tersebut.

Penggantian atau imbalan diberikan berkenaan dengan pelaksanaan pekerjaan adalah sarana dan
fasilitas di lokasi kerja untuk Pegawai dan keluarganya berupa:
a. tempat tinggal, termasuk perumahan;
b. pelayanan kesehatan;
c. pendidikan;
d. peribadatan;
e. pengangkutan; dan/atau
f. olahraga tidak termasuk golf, power boating, pacuan kuda, dan terbang layang,
sepanjang sarana dan fasilitas tersebut tidak tersedia, sehingga pemberi kerja harus menyediakannya sendiri.
www.pajak.go.id
Natura/Kenikmatan
Pemberian natura dan kenikmatan adalah:
c. Pemberian natura dan kenikmatan yang merupakan keharusan (keamanan atau
PMK-167/PMK.03/2018
keselamatan pekerja yang diwajibkan oleh Instansi Pemerintah yang
membidangi urusan ketenagakerjaan

Pemberian natura dan kenikmatan yang merupakan Pengeluaran untuk pemberian natura dan
keharusan dalam pelaksanaan pekerjaan kenikmatan berupa kendaraan pegawai
sebagai sarana keselamatan kerja atau karena sifat tertentu, dibebankan dengan ketentuan
pekerjaan tersebut mengharuskannya meliputi sebagai berikut:
pemberian atau penyediaan: ▪ atas perolehan dan perbaikan besar
a. pakaian dan peralatan untuk keselamatan kerja; melalui penyusutan sebesar 50% dari
b. pakaian seragam petugas keamanan; jumlah penyusutan;
c. sarana antar jemput Pegawai;
▪ atas biaya pemeliharaan atau
d. penginapan untuk awak kapal dan yang sejenisnya;
dan/atau perbaikan rutin dibebankan sebesar
e. kendaraan yang dimiliki & dipergunakan 50% dari jumlah biaya pemeliharaan
perusahaan untuk pegawai tertentu karena atau perbaikan rutin pada tahun terjadinya
jabatan/pekerjaannya. pengeluaran.
www.pajak.go.id
Ketentuan Pemberian Natura/Kenikmatan
PMK-83/PMK.03/2009 jo PER - 51/PJ/2009

JENIS PEMBERI PENERIMA CONTOH


A BUKAN BUKAN PPh 21 Ditanggung Perush., Pengobatan Karyawan, Premi
BIAYA PHSLAN Asuransi
B BUKAN PHSLAN Natura dari Bukan Subjek Pajak atau Dari Subjek PPh yang
BIAYA Dikenakan PPh Final
C BIAYA BUKAN 1. Makan Seluruh Pegawai (t’msk kupon)
PHSLAN 2. Berkaitan dengan pelaksanaan pekerjaan, keamanan,
keselamatan kerja, atau berkenaan dengan situasi
lingkungan kerja misalnya pakaian seragam pabrik,
SATPAM, HANSIP.
3. Daerah ttu dan Bea Siswa
D BIAYA PHSLAN Tunjangan PPh 21, Premi Asuransi
E BIAYA 50% BUKAN HP & Mobil Pegawai ttu
PHSLAN
www.pajak.go.id
Pajak Atas Natura
Pasal 4 UU HPP
Pemberian natura/kenikmatan kepada pegawai
dapat dibiayakan oleh Pemberi Kerja dan
merupakan penghasilan bagi pegawai.
Natura/kenikmatan tertentu bukan merupakan
penghasilan bagi penerima, yaitu:
“Perlengkapan kerja
A. Makan/minum & bahannya bagi seluruh pegawai,
seperti laptop dan
B. Natura di daerah tertentu,
ponsel tidak menjadi
C. Natura karena keharusan pekerjaan, objek pajak
contoh: alat keselamatan kerja atau seragam, penghasilan bagi
D. Natura yang berasal dari APBN/APBD, karyawan dan
E. Natura dengan jenis dan Batasan Tertentu. merupakan biaya bagi
Diskusi : perusahaan”
1. KEP-220/PJ./2002 terkait 50% biaya ponsel & kendaraan masih berlaku?
2. PPh Ditanggung Pemberi Kerja (Net Method) bisa diterapkan ?
3. Tetap dikenakan PPh 21 atas penyusutan rumah dinas & biaya Ketentuan lebih lanjut
pengobatan (Natura Rutin)? diatur dengan PP
4. Pemberian parcel berupa bahan makanan terutang PPh 21?
www.pajak.go.id
Perlakuan Perpajakan atas Penggantian atau Imbalandalam Bentuk 35

Natura dan/atau Kenikmatan

OBJEK PAJAK (Taxable) NON OBJEK (Nontaxable)

Natura
Imbalan berupa barang 1 Makanan/minuman/bahan makanan/ bahan
Contoh : Pemberian mobil ex-dinas minuman bagi seluruh pegawai
2. Natura/Kenikmatan di daerah tertentu
3. Natura/Kenikmatan untuk keharusan pekerjaan
Kenikmatan 4. Natura/Kenikmatan dari APBN/D/Desa
Imbalan berupa fasilitas/pelayanan 5. Natura/Kenikmatan dengan Jenis dan/atau
Contoh: Fasilitas mobil dinas batasan tertentu
Diberikan terkait hubungan pekerjaan atau jasa

BIAYA NATURA DAN/ATAU KENIKMATAN DAPAT DIBIAYAKAN (Deductible)

Biaya Pemberian natura/kenikmatan dapat dikurangkan dari penghasilan bruto (deductible) sepanjang
merupakan biaya untuk mendapatkan, menagih, dan memelihara penghasilan

#KemenkeuTepercaya www.pajak.go.id
Perlakuan Perpajakan atas Penggantian atau Imbalan dalam Bentuk 36

Natura dan/atau Kenikmatan

NATURA DAN/ATAU KENIKMATAN BUKAN OBJEK PAJAK PENGHASILAN

Makanan/minuman/bahan makanan/bahan minuman bagi 3 Natura/Kenikmatan untuk keharusan pekerjaan


1
seluruh pegawai
a
a. natura dan/atau kenikmatan
natura dan/atau kenikmatan mengenai
mengenai keamanan,
keamanan,kesehatan,
kesehatan,
a.
a makanan dan/atau minuman yang disediakan oleh pemberi kerja dan/atau keselamatan
dan/atau keselamatan Pegawai
Pegawai yang
yang diwajibkan
diwajibkan oleh
oleh K/LK/L
di tempat kerja; berdasarkan ketentuan perundangan
b
b. kupon makanan dan/atau minuman
minuman bagi
bagi pegawai
pegawai dinas
dinasluar
luar b.
b meliputi: pakaian seragam; peralatan untuk
meliputi: untuk keselamatan
keselamatan kerja;
kerja;
pemasaran, bagian
meliputi pegawai bagian pemasaran, bagian transportasi,
transportasi,dan
dan jemput Pegawai;
sarana antar jemput Pegawai; penginapan
penginapan untuk
untuk awak
awak kapal
kapaldan
dan
dinas luar lainnya; dan/atau sejenisnya; dan/atau
sejenisnya; dan/atau natura dan/atau
dan/atau kenikmatan
kenikmatan yang
yang diterima
diterima
c. bahan makanan dan/atau bahan minuman bagi seluruh Pegawai dalam rangka
rangka penanganan
penanganan endemi,
endemi, pandemi,
pandemi, atau
atau bencana
bencana
dengan batasan nilai tertentu. nasional.
Natura/Kenikmatan bersumber/dibiayai APBN/APBD/
Natura/Kenikmatan di daerah tertentu 4
2 APBDesa
a. sarana, prasarana, dan/atau fasilitas di lokasi kerja untuk Pegawai 5 Natura/Kenikmatan dengan Jenis dan/atau Batasan Tertentu
& keluarganya berupa: tempat tinggal, pelayanan kesehatan,
pendidikan, peribadatan, pengangkutan; dan/atau olahraga tidak a. Merupakan natura/kenikmatan dengan rincian yang
termasuk golf, balap perahu bermotor, pacuan kuda, terbang mempertimbangkan:
layang, atau olahraga otomotif. • jenis dan/atau nilai dari natura/kenikmatan ; dan/atau
b. Sarana pengangkutan meliputi sarana bagi pegawai & keluarga • kriteria penerima natura dan/atau kenikmatan.
nya dalam rangka penugasan b. Rincian natura/kenikmatan akan diatur pada Peraturan Menteri
c. Lokasi mendapatkan penetapan daerah tertentu dari Direktur Keuangan
Jenderal Pajak (tata cara penetapan diatur di PMK)
#KemenkeuTepercaya www.pajak.go.id
Perlakuan Perpajakan atas Penggantian atau Imbalandalam Bentuk 37

Natura dan/atau Kenikmatan

KETENTUAN PENILAIAN KETENTUAN PEMOTONGAN

Keterangan Dasar Penilaian a. Imbalan & penggantian dalam bentuk natura


dan/atau kenikmatan dipotong berdasarkan
Natura ketentuan Pemotongan yang berlaku.
Nilai Pasar
(berupa barang) b. Pemotongan dilakukan bersamaan dan dalam satu
kesatuan dengan imbalan dalam bentuk uang.
Kenikmatan Seluruh biaya yang
c. Kewajiban pemotongan dimulai 1 Januari 2023
dikeluarkan Pemberi (actual
(berupa fasilitas)
cost)

KETENTUAN PERALIHAN PENGATURAN PADA PMK


a. Ketentuan PPh atas natura/kenikmatan berlaku mulai 1 a. tata cara penetapan daerah tertentu
Januari 2022 dan mengikuti tahun buku pemberi b. natura/kenikmatan dengan jenis dan/atau batasan
natura/kenikmatan tertentu serta batasan nilai bahan makanan dan/atau
b. Atas natura dan kenikmatan yang tidak dipotong PPh, bahan minuman bagi seluruh pegawai
wajib dihitung dan dibayar sendiri PPh terutangnya serta c. tata cara penilaian dan penghitungan natura/
dilaporkan di SPT PPh Penerima. kenikmatan

#KemenkeuTepercaya www.pajak.go.id
PP 55 / 2022
Contoh:
PT PQR berdiri April 2021.
Ia menggunakan Tahun Buku April 2021 - Maret 2022
= April - Desember 2021 Berlaku Ketentuan N/K yg lama,,,
= Januari - Maret 2022 Berlaku Ketentuan N/K = UU HPP jo. PP 55/2022
N/K tersebut = Taxable Namun Tidak Perlu Dilakukan Pemotongan PPh 21
N/K tersebut = Taxable Di SPT Tahunan Orang Pribadi (Self Asessment)
= Maret - Desember 2022 Berlaku Ketentuan N/K = UU HPP jo. PP 55/2022
N/K tersebut = Taxable Namun Tidak Perlu Dilakukan Pemotongan PPh 21
N/K tersebut = Taxable Di SPT Tahunan Orang Pribadi (Self Asessment)
= 2023,,, dst,,,, Berlaku Ketentuan N/K = UU HPP jo. PP 55/2022
N/K tersebut = Taxable & Dilakukan Pemotongan PPh 21
Contoh:
PT STU berdiri Januari 2022.
Ia menggunakan Tahun Buku Januari - Desember 2022
= Januari - Desember 2022 Berlaku Ketentuan N/K = UU HPP jo. PP 55/2022
N/K tersebut = Taxable Namun Tidak Perlu Dilakukan Pemotongan PPh 21
N/K tersebut = Taxable Di SPT Tahunan Orang Pribadi (Self Asessment)
= 2023,,, dst,,,, Berlaku Ketentuan N/K = UU HPP jo. PP 55/2022
N/K tersebut = Taxable & Dilakukan Pemotongan PPh 21
Contoh:
PT VWX berdiri April 2022.
Ia menggunakan Tahun Buku April 2022 - Maret 2023
= April - Desember 2022 Berlaku Ketentuan N/K = UU HPP jo. PP 55/2022
N/K tersebut = Taxable Namun Tidak Perlu Dilakukan Pemotongan PPh 21
N/K tersebut = Taxable Di SPT Tahunan Orang Pribadi (Self Asessment)
= Januari - Maret 2023,,,, Berlaku Ketentuan N/K = UU HPP jo. PP 55/2022
N/K tersebut = Taxable & Dilakukan Pemotongan PPh 21
= April - Desember 2023,,,, Berlaku Ketentuan N/K = UU HPP jo. PP 55/2022
N/K tersebut = Taxable & Dilakukan Pemotongan PPh 21
= 2024,,, dst,,,, Berlaku Ketentuan N/K = UU HPP jo. PP 55/2022
N/K tersebut = Taxable & Dilakukan Pemotongan PPh 21
Contoh:
PT YZA berdiri Oktober 2022.
Ia menggunakan Tahun Buku Oktober 2022 - September 2023
= Oktober - Desember 2022 Berlaku Ketentuan N/K = UU HPP jo. PP 55/2022
N/K tersebut = Taxable Namun Tidak Perlu Dilakukan Pemotongan PPh 21
N/K tersebut = Taxable Di SPT Tahunan Orang Pribadi (Self Asessment)
= Januari - September 2023,,,, Berlaku Ketentuan N/K = UU HPP jo. PP 55/2022
N/K tersebut = Taxable & Dilakukan Pemotongan PPh 21
= Oktober - Desember 2023,,,, Berlaku Ketentuan N/K = UU HPP jo. PP 55/2022
N/K tersebut = Taxable & Dilakukan Pemotongan PPh 21
= 2024,,, dst,,,, Berlaku Ketentuan N/K = UU HPP jo. PP 55/2022
N/K tersebut = Taxable & Dilakukan Pemotongan PPh 21
PP 55/2022
PENENTUAN NILAI ?

CONTOH:
1. KANTOR dipakai sebagai Rumah dinas Direksi
apakah harga perolehan yang disusutkan/diamortisasi?
atau senilai harga sewa yang wajar?
Jika di SEWA untuk rumah dinas direksi, apakah harus dipotong ke direksi
atau ke Pihak Pemilik?

2. Penghargaan dalam bentuk barang yang diterima, voucher jalan-jalan, PPh 21 Ditanggung
Perusahaan. Bagaimana penentuan nilai? Sesuai dengan biaya yang dikeluarkan untuk
mendapatkan kenikmatan tersebut

3. Kendaraan yang nilai buku sudah nol dan diberikan ke karyawan, bagaimana penentuan
nilai, maka seharusnya sebesar NILAI PASAR

4. Kendaraan kantor yang dipakai oleh karyawan tertentu? Bagaimana penentuan nilai?
= biaya yang seharusnya dikeluarkan contoh: maintenance, repair, pajak, BBM dll
NATURA DAN KENIKMATAN YANG DI TERIMA DI TAHUN 2022

TERUTANG SECARA SELF ASSESTMENT

WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI MELAPORKAN LANGSUNG DI SPT TAHUNAN ORANG PRIBADI
TAHUN 2022, APABILA DI 2022 BELUM DILAKUKAN PEMOTONGAN PPh 21
HALAMAN 2 LAMPIRAN - I
FORMULIR 2 0

TAHUN PAJAK
SPT TAHUNAN PPh WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI
1770 - I • BEBAS
PENGHITUNGAN PENGHASILAN NETO DALAM NEGERI DARI USAHA DAN/ATAU PEKERJAAN
BAGI WAJIB PAJAK YANG MENYELENGGARAKAN PENCATATAN
s.d

KEMENTERIAN KEUANGAN RI • PENGHITUNGAN PENGHASILAN NETO DALAM NEGERI SEHUBUNGAN DENGAN PEKERJAAN BL
TH
TH BL

DIREKTORAT JENDERAL PAJAK • PENGHITUNGAN PENGHASILAN DALAM NEGERI LAINNYA PEMBUKUAN PENCATATAN

PERHATIAN :
• SEBELUM MENGISI BACALAH PETUNJUK PENGISIAN
• •
ISI DENGAN HURUF CETAK / DIKETIK DENGAN TINTA HITAM BERI TANDA " X " DALAM (KOTAK PILIHAN) YANG SESUAI

NPWP :

NAMA WAJIB PAJAK :

BAGIAN D : PENGHASILAN NETO DALAM NEGERI LAINNYA


(TIDAK TERMASUK PENGHASILAN YANG DIKENAKAN PPh BERSIFAT FINAL)

JUMLAH PENGHASILAN NETO


NO. JENIS PENGHASILAN
(Rupiah)
(1) (2) (3)

1 BUNGA

2 ROYALTI

3 SEWA
Laporkan NK di bagian
4 PENGHARGAAN DAN HADIAH penghasilan lainnya

5 KEUNTUNGAN DARI PENJUALAN/PENGALIHAN HARTA

6 PENGHASILAN LAINNYA

JUMLAH BAGIAN D JBD


PMK 167/2018 MASIH BERLAKU?

Perlakuan pajak sesuai PMK 167/2018 dimana

DEDUCTABLE EXPENSE sebesar 50% PP 55/2022


DAN NON TAXABLE (PPH 21)

1. Mobil Dinas kantor dibawa pulang pegawai tertentu?


2. Handphone

Belum diatur
PP 55/2022
EXISTING: Pandangan pribadi:
50 % adalah Deductable expenses (riil kantor) 50 % adalah Deductable expenses (riil kantor)
50% adalah NK bukan objek pajak sehigga 50% NK MENJADI Objek Pajak sehingga Deduct.exp.
Non Deductable Exp dan Non taxable (di pph dan Taxable Income (N/K di pph 21)
21) KESIMPULAN
100% DE bagi perusahaan
50% TI bagi karyawan
4. Identifikasi Faktor penyebab SP2DK
terkait SPT PPh Badan
SP2DK
Surat Permintaan Penjelasan atas Data dan/atau Keterangan

SPD2K adalah surat yang diterbitkan oleh Kepala Kantor Pelayanan Pajak untuk meminta
penjelasan atas data dan/atau keterangan kepada wajib pajak terhadap dugaan belum
dipenuhinya kewajiban perpajakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan di bidang perpajakan.

Self Assessment Sistem (SAS), WP memiliki hak untuk menghitung, membayar dan
melaporkan sendiri. DJP juga memiliki hak untuk mengawasi, salah satunya dengan SP2DK
untuk menegakkan Kepatuhan Pajak.

PER 22/PJ/2015; SE 39/PJ/2015


Mengapa terbit
SP2DK?

1. Ada kewajiban Perpajakan yang belum


dilaksanakan
2. Ada pemenuhan kewajiban Perpajakan belum
sesuai ketentuan
3. DJP menerima informasi (data lain) yang belum
sesuai dengan SPT
4. Gagal Ekualisasi yaitu Pendapatan, Biaya dan
Potput
5. Kewajaran dari Penghasilan dan Penambahan Aset
(mutasi aset)
6. Target DJP belum terpenuhi
PROSEDUR KLARIFIKASI (SP2DK)
PROFIL WP

DATA
ANALISA
INTERNAL
MELALUI 14 HARI
POS/KURIR/FAX
DATA TANGGAPAN
SP2DK
EKSTERNAL VISIT/KUNJUNGAN

TANPA DATANG
TERTULIS
TANGGAPAN LANGSUNG

ANALISA :
VERIFIKASI TIDAK •DIBAYAR BA PELAKSANAAN BA PELAKSANAAN
END SKPKB/USUL PERMINTAAN PERMINTAAN
•PEMBETULAN
PEMERIKSAAN PENJELASAN PENJELASAN
•DIJAWAB
YA
MENANGGAPI SP2DK
GUNAKAN DATA DAN FAKTA SAMPAIKAN LANGSUNG KE KPP DAN
CERMATI ISI SURAT HARUS MENDAPATKAN BPS

TIDAK MENIMBULKAN PERTANYAAN

TANGGAPAN
LANJUTAN JIKA KLARIFIKASI LANGSUNG HARUS
TIDAK BURU-BURU MENDAPATKAN BA
MENYANGKAL TIDAK MENGUNGKAPKAN DATA
YANG TIDAK PERLU
JIKA MELALUI KURIR HARUS MENERIMA
LAMPIRKAN DOK. & BUKTI MENDAPATKAN RESI
TIDAK BURU-BURU PENDUKUNG
MEMBENARKAN
TIDAK MELEBIHI TENGGANG USAHAKANTIDAKDIMASUKKANKEDROPBOX
WAKTU YANGTIDAKADATANDATERIMA

KROSCEK DATA INTERNAL JIKA HARUS MELAKUKAN PEMBETULAN SPT MAKA SAMPAIKAN PADA
TANGGAPAN BAHWA HENDAK MELAKUKAN PEMBETULAN SPT
BAGAIMANA JIKA SP2DK TIDAK DITANGGAPI?
Apabila lebih dari 14 hari: AR dapat memberikan perpaanjangan waktu, melakukan
kunjungan (visit), atau mengusulkan:

PEMERIKSAAN PEMERIKSAAN
BUPER PAJAK

• WP TIDAK KOPERATIF
• DJP MEMILIKI DATA DAN BUKTI YANG KUAT
• TERDAPAT UNSUR PIDANA
Tips menghindari SP2DK
• Ekualisasi SPT Tahunan yaitu omset dan penjualan; SPT Tahunan
vs PPN; SPT Badan vs PPh Potput (pph 21/22/23/26/psl 4 ayat 2)
• Ungkapkan data yang terkait dengan pihak ketiga (Sumber data
dari ILAP seperti perbankan, asuransi, OJK, kepolisian dll)
• Cek nilai kewajaran dan rasio pertumbuhan Aset dan Penghasilan
• Cek Pengisian kolom HPP pada SPT tahunan Badan (jika terdapat
beban/jasa/sewa dan pastikan cocok)
• Pastikan dokumen dengan lawan transaksi (faktur pajak, bukti
potong, bukti bayar dll) sesuai
5. Indikasi Modus Kecurangan Wajib
Pajak Badan
Kecurangan melalui
Penggelembungan Pendapatan
(Overstating Revenues)

1. Sham sales atau penjualan fiktif


2. Premature Revenue recognition
3. Recognition of conditional sales
4. Abuse of cut off date of sales
5. Misstatement of the percentage of completion
6. Unauthorized shipments or channel stuffing
7. Consignment Sales
Indikasi Modus Ketidakpatuhan
Wajib Pajak
a. Wajib pajak tidak melaporkan omset yang sebenarnya dengan cara:
i. Melaporkan penghasilan sebagai utang
ii.Menurunkan harga jual dari yang sebenarnya
iii.Tidak melaporkan kuantitas penjualan yang sebenarnya
iv.Penjualan off-balance sheet
b. Wajib Pajak membebankan biaya yang tidak seharusnya dengan cara:
i. Membuat bukti potong dengan NPWP 000 (tidak berdasarkan transaksi yang sebenarnya)
ii.Pembebanan jasa antar perusahaan afiliasi
iii. Pencadangan yang tidak sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan
iv. Pembebanan tidak sesuai dengan ketentuan peraturan UU perpajakan sehubungan dengan
biaya-2 yang berhubungan dalam rangka mendapatkan Mendapatkan, Menagih, Memelihara
penghasilan (Biaya 3M).
v. Wajib pajak mengkreditkan Pajak Masukan atau membebankan biaya yang tidak sesuai
dengan transaksi yang sebenarnya.
Indikasi Modus Kecurangan
Wajib Pajak
c. Modus ketidakpatuhan PPN
i. Melaporkan penjualan local sebagai ekspor
ii.Penggunaan data Faktur Pajak dengan pembeli tidak ber-NPWP
iii.Turut serta atau melakukan kegiatan dengan pihak lain yang diduga telah melakukan
transaksi yang tidak sebenarnya dan tidak sesuai dengan mekanisme pengkreditan PM
d. Wajib Pajak yang melakukan perencanaan pajak agresif:
i. Memiliki rasio pinjaman terhadap modal (debt to equity ratio/DER) diatas 4:1
ii.Memiliki Controlled Foreign Company (CFC)
iii. terdapat risiko transfer pricing
iv.Pembebanan tidak sesuai dengan ketentuan peraturan UU perpajakan sehubungan
dengan biaya-2 yang berhubungan dalam rangka Mendapatkan, Menagih, Memelihara
penghasilan.
v. Wajib pajak mengkreditkan Pajak Masukan atau membebankan biaya yang tidak sesuai
dengan transaksi yang sebenarnya.
Indikasi Modus Kecurangan
Wajib Pajak

e. Penyalahgunaan P3B (treaty abuse)

f. Wajib pajak tidak melaporkan nilai pengalihan harta yang sebenarnya dalam rangka
likuidasi, penggabungan, peleburan, pemekaran, pemecahan dan pengambilalihan
usaha.

g. Wajib pajak tidak melaporkan nilai perolehan atau nilai penjualan yang sebenarnya
dalam hal terjadi tukar menukar harta
Terimakasih

Hp. 081386623007

Anda mungkin juga menyukai