Anda di halaman 1dari 101

MANAJEMEN PEMOTONGAN PPh BAGI

WAJIB PAJAK KOPERASI, PRAKTIS


MEMAHAMI PEMERIKSAAN PAJAK PASCA
PELAPORAN SPT SERTA MEKANISME
PELAPORAN APLIKASI E-SPT PPh ATAS SISA
HASIL USAHA DAN BUNGA SIMPANAN
KOPERASI BERDASARKAN PERATURAN DAN
APLIKASI TERBARU TAHUN 2019
mengatur tentang pem-bayaran pajak dalam
tahun berjalan melalui pemotongan pajak atas
penghasilan yang diterima atau diperoleh oleh
Wajib Pajak orang pribadi dalam negeri
sehubungan dengan pekerjaan, jasa, dan
kegiatan.
Pemotongan PPh Pasal 21 atas pembayaran gaji, upah, honor &
sejenisnya (Belanja Pegawai)
PER-16/PJ/2016
DITERIMA ORANG PRIBADI Mulai berlaku 29 September 2016

PEGAWAI TETAP / PNS / PENSIUNAN / TNI-POLRI

Imbalan atas Kegiatan Tdk


Penghasilan sebulan PPh atas Bonus, THR Rutin
Uang
(apapun namanya:
pesangon,
Honor, uang sidang, dan uang tebusan
Pegawai A. (Gaji Sebulan x 12)+Bonus
Pensiunan: sejenisnya ) pensiun,
Tetap : Dihitung PPh terutangnya
Dikurangi THT atau JHT
Dikurangi : Biaya pensiun, Tarif : yang dibayar
•Biaya jabatan,
5%x penghasilan
5% x penghsln B.(Gaji saja Sebulan x 12) Gol I&II :0%, sekaligus
bruto maks.
bruto maks. Rp 200.000/bln
Dihitung PPh terutang nya Gol III :5%,
Rp 500.000/bln (Rp 2.400.000 Gol IV :15%,
(Rp 6.000.000/th) /thn) x Jmlh Bruto
•Iuran yg terkait
dgn pengh. tetap PMK-262/PMK.03/2010
250/PMK.03/2008 PPh atas Bonus,THR Mulai 01-01-2011
=(A –B)
Dikali 12 Rp 0 s/d Rp50 jt 0%
> Rp50 jt s/d Rp100jt 5%
Dikurangi PTKP setahun Final > Rp100 jt s/d. Rp500 jt 15%
> Rp500 jt 25%

Dikalikan Tarif Pasal 17 PP-68/2009


Mulai 16-11-2009

dibagi 12 JIKA WP TDK MEMILIKI NPWP MAKA


TARIFNYA 20% LEBIH TINGGI
=PPh Pasal 21 sebulan
Penerima Upah harian,
mingguan,satuan, Komisaris,
Pegawai tdk tetap, borongan. Pengawas, Tidak
tenaga merangkap Pegawai
lepas,honorer, Tetap
yang dibayar bulanan <= Rp 450.000/hari

gaji, uang pensiun,


TIDAK DIPOTONG Jml bruto x
Tarif Pasal 17
tunjangan, dan
> Rp 450.000/hari =
sejenisnya
5% x (upah sehari – Rp
Dikali 12 450.000)

Saat >Rp 4.500.000


Dikurangi PTKP Peserta Kegiatan
dlm 1 bln
= 5% x (upah sehari–
PTKP/360)
kali Tarif Pasal 17
>Rp 10.200.000 dlm 1 bln Tarif Ps 17 X Jmlh Bruto
dibagi 12 (disetahunkan-PTKP)xTarif Psl 17
dibagi 12 Jaspro, tantiem, gratifikasi,
=PPh Psl 21 sebulan bonus, imbalan tdk teratur
PER-16/PJ/2016 diterima mantan pegawai,
Mulai berlaku 29 September 2016 penarikan dana pensiun oleh
pegawai

Tarif Ps 17 X Jmlh Bruto


Peraturan : PER-16/PJ/2016 berlaku mulai Tahun Pajak 2016

Bukan Pegawai

Berkesinambungan
Tidak
Berkesinambungan 1. Tidak mendapat penghasilan di
tempat lain
2. Ber-NPWP

Tidak Memenuhi
Tarif Ps 17 X 50% x syarat Memenuhi syarat
Jmlh Bruto
50% Jml bruto x (50% Jml bruto-PTKP)
Tarif Pasal 17 x Tarif Pasal 17
(lapisan tarif (lapisan tarif berdasar
berdasar 50%x Jumlah PKP kumulatif)
Jumlah bruto
kumulatif)

SSP atas nama&NPWP Pemberi Kerja Membuat Bukti Potong PPh Ps 21


Kode Setoran PPh Ps 21: 411121 / 100 Max setor : tgl 10, Max lapor tgl 20 Bln berikut
Kode Setoran PPh Ps 21 Final : 411121 / 401 (bila libur, max hari kerja berikutnya)
: 411121 / 402
bukan pegawai
antara lain meliputi :
1. Tenaga ahli yang melakukan pekerjaan bebas, yang terdiri dari pengacara, akuntan, arsitek, dokter,
konsultan, notaris, penilai, dan aktuaris.
2. Pemain musik, pembawa acara, penyanyi, pelawak, bintang film, bintang sinetron, bintang iklan,
sutradara, kru film, foto model, peragawan/peragawati, pemain drama, penari, pemahat, pelukis, dan
seniman lainnya;
3. Olahragawan;
3. Penasihat, pengajar, pelatih, penceramah, penyuluh, dan moderator;
4. Pengarang, peneliti, dan penerjemah;
5. Pemberi jasa dalam segala bidang termasuk teknik komputer dan sistem aplikasinya, telekomunikasi,
elektronika, fotografi, ekonomi, dan sosial serta pemberi jasa kepada suatu kepanitiaan;
6. Agen iklan;
7. Pengawas atau pengelola proyek;
8. Pembawa pesanan atau yang menemukan langganan atau yang menjadi perantara;
9. Petugas penjaja barang dagangan;
10.Petugas dinas luar asuransi;
11.Distributor perusahaan multilevel marketing atau direct selling dan kegiatan sejenis lainnya;
1. Contoh Penghitungan PPh Pasal 21

Budiyanta pada tahun 2017 bekerja di Koperasi ABC dengan


gaji sebulan Rp4.750.000,00 dan tunjangan sebulan sebesar
Rp1.000.000 dan membayar iuran pensiun sebesar Rp.
200.000 per bulan. Budiyanta menikah tetapi belum
mempunyai anak.
Hitunglah PPh Pasal 21 yang terutang atas Penghasilan
Budiyanta
A. Penghitungan PPh Pasal 21 atas Penghasilan Pegawai Tetap - Gaji Bulanan
Gaji dan tunjangan sebulan Rp 5.750.000
Pengurangan :
Biaya Jabatan (5% xRp 5.750.000) Rp 287.500
Iuran Pensiun Rp 200.000 Rp 487.500
Penghasilan Neto sebulan Rp 5.262.500
Penghasilan Neto setahun (12 x Rp 5.262.500,00 ) Rp 63.150.000
PTKP setahun :
- untuk diri sendiri Rp 54.000.000
- tambahan WP kawin Rp 4.500.000 Rp 58.500.000
Penghasilan Kena Pajak setahun Rp 4.650.000
PPh Pasal 21 terutang :
5% x Rp 4.650.000 = Rp 232.500

Rp 232.500
PPh Pasal 21 sebulan
Rp 232.500,00 : 12 = Rp 19.375
2. Koperasi ABC mengundang pembicara/penceramah untuk kegiatan
yang diadakan oleh koperasi serta memberikan fee sebagai
pembicara/penceramah senilai sebesar Rp1.000.000
• Koperasi ABC akan memotong PPh Pasal 21 atas fee tersebut.
• PPh Pasal 21 = 5% x 50% x Rp1.000.000 = Rp25.000
= tarif Pasal 17 x 50% x Penghasilan bruto

3. Koperasi DEF mengadakan kegiatan dan memberikan uang transport


kepada peserta kegiatan sebesar Rp500.000 per peserta.
 Koperasi DEF akan memotong PPh Pasal 21 atas uang transport tersebut.
 PPh Pasal 21 = 5% x Rp500.000 = Rp25.000
= tarif Pasal 17 x Penghasilan bruto
Tidak Wajib
Lapor SPT Masa PPh 21/26 Nihil Bagi Pemotong PPh Pasal 21/26

Tidak Terdapat Karyawan

Terdapat Karyawan, tetapi tidak ada


pembayaran gaji

Penghasilan Seluruh Karyawan


di Bawah PTKP
Tetap Wajib
Lapor SPT Masa PPh 21/26 Nihil Bagi Pemotong PPh Pasal 21/26

Bila Nihil yang dikarenakan adanya Surat


Keterangan Domilisi (Certificate of Domicile)
Bila terdapat PPh Pasal 21/26 final
Khusus SPT Masa PPh 21/26 untuk masa
Desember
PPH PASAL 23

DASAR HUKUM:
1. UU NO.36 TAHUN 2008 TENTANG PAJAK
PENGHASILAN PASAL 23
2. PERATURAN MENTERI KEUANGAN
NOMOR PMK 141/PMK.03/2015
• mengatur pemotongan pajak atas penghasilan yang
diterima atau diperoleh Wajib Pajak dalam negeri dan
bentuk usaha tetap yang berasal dari modal,
penyerahan jasa, atau penyelenggaraan kegiatan selain
yang telah dipotong pajak sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 21, yang dibayar-kan atau terutang oleh
badan pemerintah atau Subjek Pajak dalam negeri,
penyelenggara kegiatan, bentuk usaha tetap, atau
perwakilan perusahaan luar negeri lainnya.
 sewa dan penghasilan lain sehubungan dengan
penggunaan harta, royalti, hadiah/penghargaan
 Imbalan sehubungan dengan jasa teknik, manajemen,
jasa konsultan, jasa lain selain jasa yang telah dipotong
PPh Pasal 21
• Pemotong PPh Pasal 23:
a. Badan Pemerintah
b. Subjek Pajak Badan DN
c. Penyelenggara kegiatan
d. Bentuk Usaha Tetap
e. Perwakilan Perush. LN
TARIF PPH PASAL 23
UU PPh No 36 tahun 2008
• 15% dari peredaran bruto atas dividen,
bunga, royalti, dan hadiah, penghargaan,
P bonus dan sejenisnya;
O
T • 2% dari peredaran bruto atas jasa-jasa
/ seperti sewa (kecuali sewa tanah dan
P
U bangunan) , jasa manajemen, jasa
T konstruksi, jasa konsultan, dan jasa
lainnya.
Rekanan yang tidak memiliki NPWP dipotong 100% lebih tinggi

SSP atas nama&NPWP Pemotong Membuat Bukti Potong PPh Ps 23


Kode Setoran PPh Ps 23 : 411124 / 100 Max setor : tgl 10, Max lapor tgl 20, Bln berikut
Kode Setoran PPh Ps 23 Jasa : 411124 / 104 (bila libur, max hari kerja berikutnya)
Jenis Jasa Lain Objek PPh Pasal 23 (1)
a. Jasa penilai (appraisal)
b. Jasa aktuaris
c. Jasa akuntansi, pembukuan, dan atestasi
laporan keuangan
d. Jasa hukum
e. Jasa arsitektur
f. Jasa perencanaan kota dan arsitektur landscape
g. Jasa perancang (design)
h. Jasa pengeboran (drilling) di bidang
penambangan minyak dan gas bumi (migas)
kecuali yang dilakukan BUT
i. Jasa penunjang di bidang penambangan Migas
Jenis Jasa Lain Objek PPh Pasal 23 (2)

j. Jasa penambangan dan jasa penunjang selain di bidang


usaha panas bumi dan migas
k. Jasa penunjang di bidang penerbangan dan bandar udara
l. Jasa penebangan hutan
m. Jasa pengolahan limbah
n. Jasa penyedia tenaga kerja
o. Jasa perantara dan/atau keagenan
p. Jasa di bidang surat berharga, kec. Dilakukan oleh BEI,
KSEI dan KPEI
q. Jasa kustodian/penyimpanan/penitipan, kecuali yang
dilakukan oleh KSEI
r. Jasa pengisian suara (dubbing) dan/atau sulih suara
s. Jasa mixing film
Jenis Jasa Lain Objek PPh Pasal 23 (3)
t. Jasa pembuatan sarana promosi film, iklan, poster, photo,
slide, banner, pamflet, baliho dan folder
u. Jasa sehubungan dengan software atau hardware atau
sistem komputer. Termasuk perawatan, pemeliharaan dan
perbaikan
v. Jasa pembuatan dan/atau pengelolaan website
w. Jasa internet termasuk sambungannya
x. Jasa penyimpanan, pengolahan, dan/atau penyaluran
data, informasi dan/atau program
y. Jasa instalasi/pemasangan mesin, peralatan, listrik,
telepon, air, gas, AC, dan/atau TV kabel, selain yang
dilakukan oleh Wajib Pajak yang ruang lingkupnya di
bidang konstruksi dan mempunyai izin dan/atau sertifikasi
sebagai pengusaha konstruksi;
Jenis Jasa Lain Objek PPh Pasal 23 (4)
z. Jasa perawatan/perbaikan/pemeliharaan mesin, peralatan, listrik,
telepon, air, gas, AC, TV kabel, dan/atau bangunan, selain yang
dilakukan oleh Wajib Pajak yang ruang lingkupnya di bidang
konstruksi dan mempunyai izin dan/atau sertifikasi sebagai
pengusaha konstruksi;
aa. Jasa perawatan kendaraan dan/atau alat transportasi darat, laut
dan udara;
ab. Jasa maklon;
ac. Jasa penyelidikan dan keamanan;
ad. Jasa penyelenggara kegiatan atau event organizer;
ae. Jasa penyediaan tempat dan/atau waktu dalam media masa,
media luar ruang atau media lain untuk penyampaian informasi,
dan/atau jasa periklanan;
af. Jasa pembasmian hama;
ag. Jasa kebersihan atau cleaning service
Jenis Jasa Lain Objek PPh Pasal 23 (5)
ah. Jasa sedot septic tank;
ai. Jasa pemeliharaan kolam;
aj. Jasa katering atau tata boga;
ak. Jasa freight forwarding;
al. Jasa logistik;
am.Jasa pengurusan dokumen;
an. Jasa pengepakan;
ao. Jasa loading dan unloading;
ap. Jasa laboratorium dan/atau pengujian kecuali yang dilakukan
oleh lembaga atau insitusi pendidikan dalam rangka penelitian
akademis;
aq. Jasa pengelolaan parkir;
ar. Jasa penyondiran tanah;
as. Jasa penyiapan dan/atau pengolahan lahan
at. Jasa pembibitan dan/atau penanaman bibit;
Jenis Jasa Lain Objek PPh Pasal 23 (6)
au. Jasa pemeliharaan tanaman;
av. Jasa pemanenan;
aw. Jasa pengolahan hasil pertanian, perkebunan, perikanan,
peternakan, dan/atau perhutanan;
ax. Jasa dekorasi;
ay. Jasa pencetakan/penerbitan;
az. Jasa penerjemahan;
ba. Jasa pengangkutan/ekspedisi kecuali yang telah diatur dalam
Pasal 15 Undang-Undang Pajak Penghasilan;
bb. Jasa pelayanan kepelabuhanan;
bc. Jasa pengangkutan melalui jalur pipa;
bd. Jasa pengelolaan penitipan anak;
be. Jasa pelatihan dan/atau kursus;
bf. Jasa pengiriman dan pengisian uang ke ATM;
bg. Jasa sertifikasi;
Jenis Jasa Lain Objek PPh Pasal 23 (7)

bh. Jasa survey;


bi. Jasa tester, dan
bj. Jasa selain jasa-jasa tersebut di atas yang
pembayarannya dibebankan pada
Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara atau
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah.
• Koperasi ABC menyewa kendaraan dengan nilai sewa sebesar Rp10.000.000
• Atas transaksi tersebut, Koperasi ABC akan memotong PPh Pasal 23
• PPh Pasal 23 = 2% x Rp10.000.000 = Rp200.000 (apabila yang menyewakan
memiliki NPWP)

Koperasi DEF menyewa genset dari PT ABC dengan nilai sewa sebesar
Rp20.000.000
Atas transaksi tersebut, Koperasi DEF akan memotong PPh Pasal 23
PPh Pasal 23 = 2% x Rp20.000.000 = Rp400.000
WAJIB MENYAMPAIKAN SPT DALAM BENTUK
DOKUMEN ELEKTRONIK
BILA….

LEBIH DARI
SPT Masa PPh
Pasal 23/26 Menerbitkan Bukti Potong
PPh pasal 23 dan/atau Pasal 26 20
DALAM SATU
MASA PAJAK

LEBIH DARI

Dasar Pengenaan Pajak


(bruto) dalam satu bukti potong
100
JUTA
RUPIAH
Pajak Penghasilan Pasal 4 ayat (2)
PPh PASAL 4 AYAT (2)

Berdasarkan Psl 4 ayat (2), UU PPh :


atas penghasilan berupa bunga deposito, dan tabungan-tabungan
lainnya,
penghasilan dari transaksi saham dan sekuritas lainnya di bursa efek,
penghasilan dari pengalihan harta berupa tanah dan/atau bangunan,
serta penghasilan tertentu lainnya,
pengenaan pajaknya diatur dgn Peraturan Pemerintah
Pengenaan pajak secara langsung pada saat transaksi dan tidak
Penghasilan yang Dikenakan PPh Final diperhitungkan lagi pada perhitungan akhir tahun (cukup
dilaporkan)

No Penghasilan Tarif Dasar Hukum


1 Penjualan saham di bursa efek 0.1% & 0.6% PP-14 Th. 1997
2 Hadiah Undian 25% PP-132 Th. 2000
3 Pengalihan Hak atas tanah/bangunan 0%,1%, PP-71 Th. 2008
2,5% PP-34 Th. 2016

4 Sewa tanah dan/atau bangunan 10% PP-5 Th. 2002 jo PP 34 Th.2017


5 Bunga Obligasi 15% PP-6 Th. 2002
PP-16 Th. 2009

Kecuali untuk reksadana tarif bertahap 5% (2014-2020) dan 10% (2021 dst)
6 Bunga Deposito / tabungan dan SBI 20%/ PP-131 Th. 2000
P3B PP 123 Th. 2015
7 Transaksi Derivatif Kontrak Berjangka 2.5% PP-17 Th. 2009
8 Jasa Konstruksi 2%,3%,4% PP-51 Th 2008 jo
Jasa Perencana & Pengawas Konstruksi 4% & 6% PP-40 Th. 2009
9 Bunga simpanan koperasi (bunga >240.000) 10% PP-15 Th. 2009
10 Dividen yang diterima oleh WP Orang Pribadi (termasuk SHU) 10% PP-19 Th. 2009
PELUNASAN PAJAK

T
BUPO

Dipotong atau
Setor sendiri dipungut oleh
Pemotong atau
Pemungut *

*WP mengajukan Surat Keterangan ke KPP


2 01
8 Tata cara Pelunasan PPh Final PP 23 tahun 2018
9 9/
K-
PM Penyetoran sendiri dilakukan paling lambat tgl 15 bulan berikutnya (KAP/KJS : 411128/420)

WP yang telah menyetor dianggap telah menyampaikan SPT Masa PPh sesuai tanggal
validasi NTPN

Jika WP tidak memiliki peredaran usaha pada bulan tertentu, tidak wajib menyampaikan SPT
Masa

Pemotong/Pemungut Pajak memotong/memungut PPh Final dengan tariff sebesar 0,5% jika
WP menunjukkan Surat Keterangan

Pajak yang dipotong/dipungut disetorkan paling lambat tgl 10 bulan berikutnya dan
melaporkan SPT Masa PPh paling lambat tgl 20 bulan berikutnya (SSP a.n. WP yang
dipotong/dipungut dan ditandatangani oleh Pemotong/Pemungut PPh
Rekonsiliasi (Penyesuaian) fiskal :
Laporan Keuangan Rekonsiliasi Fiskal

Berdasar UU Pajak
Berdasar PSAK
dan peraturan

Neraca, L/R, Arus


Kas, Ekuitas, dll Laba /Penghasilan
Neto Fiskal

30
Contoh Penyesuaian Fiskal Positif
(lihat formulir 1771-I)
1. Biaya yang dibebankan/dikeluarkan untuk kepentingan pribadi pemegang saham,
sekutu, atau anggota
2. Pembentukan atau pemupukan dana cadangan, dengan pengecualian tertentu,
yaitu:
• cadangan piutang tak tertagih untuk usaha bank dan badan usaha lain yang menyalurkan kredit, sewa guna usaha
dengan hak opsi, perusahaan pembiayaan konsumen, dan perusahaan anjak piutang;
• cadangan untuk usaha asuransi termasuk cadangan bantuan sosial yang dibentuk oleh Badan Penyelenggara
Jaminan Sosial;
• cadangan penjaminan untuk Lembaga Penjamin Simpanan;
• cadangan biaya reklamasi untuk usaha pertambangan;
• cadangan biaya penanaman kembali untuk usaha kehutanan; dan
• cadangan biaya penutupan dan pemeliharaan tempat pembuangan limbah industri untuk usaha pengolahan limbah
industri,
(Peraturan Menteri Keuangan Nomor 81/PMK.03/2009)

3. Penggantian atau imbalan sehubungan dengan pekerjaan/jasa yang diberikan dalam


bentuk natura dan kenikmatan, dengan pengecualian tertentu (Peraturan Menteri
Keuangan Nomor: 83/PMK.03/2009)
31
Contoh Penyesuaian Fiskal Positif
(lihat formulir 1771-I)

4. Jumlah yang melebihi kewajaran yang dibayarkan kepada pemegang


saham atau kepada pihak yang mempunyai hubungan istimewa sebagai
imbalan sehubungan dengan pekerjaan yang dilakukan
5. Harta yang dihibahkan, bantuan atau sumbangan, dan warisan, dengan
pengecualian tertentu, yaitu:
1. sumbangan penanggulangan bencana nasional
2. sumbangan penelitian dan pengembangan yang dilakukan di Indonesia
3. biaya pembangunan infrastruktur sosial
4. sumbangan fasilitas pendidikan
5. sumbangan pembinaan olahraga
(lihat PP 93 tahun 2010)
6. Pajak penghasilan
7. Gaji yang dibayarkan kepada anggota persekutuan, firma, atau CV
yang modalnya tidak terbagi atas saham 32
Contoh Penyesuaian Fiskal Positif
(lihat formulir 1771-I)

• Sanksi administrasi yang berkenaan dengan pelaksanaan


perundang-undangan di bidang perpajakan
• Selisih penyusutan komersial > penyusutan fiscal;
• Selisih amortisasi komersial > amortisasi fiscal;
• Lain-lain:
• Perjalanan dinas pegawai tanpa disertai bukti-bukti;
• Pembagian bonus, tantiem, gratifikasi, maupun jasa produksi yang dibebankan pada laba
ditahan;
• Biaya penelitian dan pengembangan yang dilakukan di luar negeri;
• Piutang tak tertagih yang tidak memenuhi syarat (PMK Nomor 57/PMK.03/2010);
• Biaya entertainment yang tidak dibuatkan daftar nominative (SE-27/PJ.22/1986);
• Biaya promosi yang tidak memenuhi syarat (PMK Nomor: 02/PMK.03/2010)
• Kerugian pengalihan harta yang tidak digunakan untuk usaha;
• Macam-macam biaya yang tidak didukung oleh bukti-bukti.
33
Contoh Penyesuaian Fiskal Negatif

 Selisih penyusutan komersial di bawah penyusutan


fiscal;
 Selisih amortisasi komersial di bawah amortisasi
fiscal;
 Penghasilan yang termasuk kategori bukan obyek
PPh maupun dikenakan PPh secara final

34
Klasifikasi Penghasilan

Penghasilan

Dikecualikan dari
Objek Pajak Objek Pajak

Dikenai
Tarif Ps. 17

Dikenai PPh Bersifat


Final
BEBAN/BIAYA

DEDUCTIBLE/
DAPAT DIKURANGI
BIAYA
NON
DEDUCTIBLE/TIDA
K DAPAT
DIKURANGI
Hal-hal Khusus terkait Rekonsiliasi Fiskal
Perlakuan biaya atas imbalan dalam bentuk natura dan
kenikmatan
(PMK-167/PMK.03/2018 berlaku 19 Desember 2018)
• Natura dan kenikmatan yang dapat dikurangkan
• Penyediaan makanan/minuman bagi seluruh pegawai
• Imbalan dalam bentuk natura dan kenikmatan di daerah tertentu
• Natura dan kenikmatan yang menjadi keharusan dalam pekerjaan (sarana keselamatan
kerja atau sifat pekerjaan mengharuskannya)
• Natura dan kenikmatan sebagai sarana keselamatan kerja dan sifat pekerjaan
mengharuskannya meliputi:
• Pakaian dan peralatan untuk keselamatan kerja
• Pakaian seragam petugas keamanan
• Sarana antar jemput pegawai
• Penginapan untuk awak kapal dan yang sejenisnya
• Kendaraan untuk pegawai tertentu (dibebankan sebesar 50% untuk penyusutan,
pemeliharaan, perbaikan)
Syarat Sumbangan dapat dikurangkan dari
Penghasilan Bruto (PP 93/2010)
• Wajib Pajak mempunyai penghasilan neto fiskal berdasarkan Surat
Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilan Tahun Pajak sebelumnya;
• pemberian sumbangan dan/atau biaya tidak menyebabkan rugi pada Tahun
Pajak sumbangan diberikan;
• didukung oleh bukti yang sah;
• lembaga yang menerima sumbangan dan/atau biaya memiliki Nomor Pokok
Wajib Pajak, kecuali badan yang dikecualikan sebagai subjek pajak
sebagaimana diatur dalam Undang-Undang tentang Pajak Penghasilan.
Besarnya nilai sumbangan dan/atau biaya pembangunan infrastruktur sosial
yang dapat dikurangkan dari penghasilan bruto sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 1 untuk 1 (satu) tahun dibatasi tidak melebihi 5% (lima persen)
dari penghasilan neto fiskal Tahun Pajak sebelumnya
Sumbangan tidak dapat dikurangkan dari penghasilan bruto bagi pihak
pemberi apabila sumbangan dan/atau biaya diberikan kepada pihak yang
mempunyai hubungan istimewa sebagaimana dimaksud Undang-Undang
Biaya Pengobatan

- Biaya pengobatan yg dibayar langsung ke RS, dokter, dan apotek, merupakan


pemberian kenikmatan kpd pegawai, tdk dapat dikurangkan (non deductible
expense) dan bukan Objek PPh Pasal 21.
- Cth: Koperasi memiliki klinik, pegawai dan keluarganya berobat tanpa membayar
 kenikmatan  non deductible
- Penggantian pengobatan, pemberian uang pengobatan, atau pemberian
tunjangan pengobatan  deductible, dan merupakan Objek PPh Pasal 21.
PENYUSUTAN FISKAL

Kendaraan yang dipakai oleh pegawai tertentu


a. Kendaraan sedan atau sejenisnya termasuk minibus digunakan
o/pegawai tertentu karena jabatannya atau pekerjaannya  full
time(u/dinas dan pribadi)
b. Atas biaya pemeliharaan, perbaikan rutin dpt dibebankan 50%
c. Atas biaya perolehan atau perbaikan besar  biaya perusahaan 50%
dg penyusutan fiskal
MASA MANFAAT DAN TARIF PENYUSUTAN
Pasal 11 ayat (6) dan (7) UU PPh

KELOMPOK HARTA MASA METODE & TARIF PENYUSUTAN


BERWUJUD MAN-
GARIS LURUS SALDO MENURUN
FAAT ( 2 x Tarif GARIS LURUS)

1. BUKAN
BANGUNAN
- KELOMPOK 1 4 THN 25 % 50 %
- KELOMPOK 2 8 THN 12,5 % 25 %
- KELOMPOK 3 16 THN 6,25 % 12,5 %
- KELOMPOK 4 20 THN 5 % 10 %
2. BANGUNAN
- PERMANEN 20 THN 5 % -
- TDK PERMANEN 10 THN 10 % -

PENENTUAN KELOMPOK HARTA BERWUJUD


DITETAPKAN DENGAN PMK.96/PMK.03/2009
42
PENYUSUTAN FISKAL

Studi Kasus

1. Pada tanggal 5 Oktober 2016, Koperasi ABC membeli 5 buah


kendaraan seharga @Rp90.000.000 (termasuk Kelompok II)
Berapa Nilai Sisa Buku Fiskal (NSBF) pada akhir tahun 2017
(metode saldo menurun)?
2. Tanggal 1 Februari 2017 Koperasi XYZ membeli peralatan kantor
(Klp I) seharga Rp3.000.000. Berapakah penyusutan fiskal tahun
2017? (metode garis lurus)
PENYUSUTAN FISKAL

Membeli kendaraan 5 x Rp90.000.000 450.000.000


(5 Oktober 2016)
Kelompok II 25%

Tahun Penyusutan NSBF

2016 3/12 x 25% x 450.000.000 = 28.125.000 421.875.000

2017 25% x 421.875.000= 105.468.750 316.406.250

Penyusutan tahun 2017 = Rp105.468.750


NSBF akhir tahun 2017 = Rp316.406.250
PENYUSUTAN FISKAL

Membeli Peralatan kantor 1 Februari 2017 3.000.000


Kelompok I (Metode Garis Lurus)

Tahun Penyusutan

2017 11/12 x 25% x 3.000.000 = 687.500

Penyusutan tahun 2017 = Rp687.500


Penyusutan tahun 2018 = 25% x 3.000.000 = Rp750.000
Biaya Entertainment (
SE-27/PJ.22/1986)
• Biaya entertainment atau jamuan dan sejenisnya dapat dikurangkan
sebagai biaya dengan syarat:
 Benar-benar dikeluarkan dan ada hubungannya dengan kegiatan
usaha wajib pajak
 Dibuatkan daftar nominatif dan dilampirkan dalam SPT Tahunan
PPh, yang memuat nomor urut, tanggal dan jenis entertainment,
nama tempat, alamat, jumlah, nama relasi, posisi, nama
perusahaan, jenis usaha.
BIAYA PROMOSI (PMK 02/PMK.03/2010)

• Contoh biaya promosi yang dapat dikurangkan


• Biaya periklanan
• Biaya pameran produk
• Biaya pengenalan produk baru
• Biaya sponsorship yang berkaitan dengan promosi produk
• WP wajib membuat daftar nominatif atas pengeluaran biaya promosi
• Daftar nominatif minimal berisi nama, Nomor Pokok Wajib Pajak,
alamat, tanggal, bentuk dan jenis biaya, besarnya biaya, nomor bukti
pemotongan dan besarnya PPh yang dipotong
• Jika tidak dibuatkan daftar nominatif, biaya promosi tidak dapat
dikurangkan
Pengeluaran untuk pajak daerah dan retribusi daerah
(SE-02/PJ.42/2002)

• Memenuhi ketentuan Undang-Undang Nomor 18 Tahun


1997 s.t.d.d. Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2000;
• Berkaitan dengan biaya 3M atas objek pajak yang tidak
dikenakan PPh final / tidak dihitung berdasarkan norma
penghitungan penghasilan neto/khusus;
• Bukan untuk sanksi berupa bunga, denda atau kenaikan.
PEMERIKSAAN PAJAK
Hal penting diperhatikan dalam pemeriksaan
• WP memahami prosedur pemeriksaan
• WP memenuhi setiap prosedur pemeriksaan dan permintaan
peminjaman dokumen, bukti pendukung sesuai dengan ketentuan yang
berlaku
• WP memahami hak dan kewajiban selama pemeriksaan pajak
• WP mempersiapkan dokumen yang diperlukan dalam pemeriksaan
• WP harus memastikan setiap transaksi disertai bukti dan dokumen
pendukung yang lengkap
• WP harus memahami penerapan peraturan perpajakan dalam memenuhi
kewajiban perpajakannya
Kebijakan Pemeriksaan
Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak
Nomor SE-15/PJ.04/2018
Beberapa hal pokok yang dijelaskan dalam SE-15/PJ.04/2018
Daftar Sasaran Prioritas Penggalian Potensi (DSP3)
• Indikasi ketidakpatuhan
• Transaksi hubungan istimewa, transaksi afiliasi DN > 50%, transaksi afiliasi dengan anggota grup
kompensasi rugi, belum pernah diperiksa all taxes dalam 3 th terakhir, menerbitkan FP kepada
pembeli NPWP “000” >25% dlm 1 masa pajak, hasil analisis IDLP/CTA, ketidakpatuhan
pembayaran dan penyampaian SPT

Modus ketidakpatuhan WP
• Melaporkan Ph sebagai utang, menurunkan harga jual dari yang sebenarnya, tidak melaporkan
pembelian sehingga HPP lebih rendah dari yang seharusnya
• Membuat bukti potong NPWP 000, pencadangan dan pembebanan tidak sesuai aturan, kredit
PM atau biaya tidak sesuai dengan keadaan yg sebenarnya
• Melaporkan penjualan local sebagai ekspor, FP pembeli tidak ber-NPWP, FP TBTS

Prosedur Pemeriksaan
• Pemberitahuan SP2 dan surat panggilan disampaikan paling lambat 15 hari kerja dari tanggal
SP2
• Jangka waktu pengujian, SPHP dan pembahasan merujuk pada PMK 17 tahun 2013
Jangka Waktu Pemeriksaan

SPHP
7 Hari
Tanggapan Tertulis

Perpanjangan
Penyampaian 3 Hari
Tanggapan Tertulis
Jangka waktu sejak Surat
Pemberitahuan 3 Hari
Pemeriksaan Jangka waktu sejak
Undangan Pembahasan
disampaikan/Sejak WP tanggal SPHP disampaikan Akhir
datang memenuhi sampai dengan tanggal
panggilan s.d. tanggal LHP
Pembahasan Akhir
SPHP disampaikan
Risalah
2 Bulan
JANGKA WAKTU JANGKA WAKTU PEMBAHASAN Pembahasan
PENGUJIAN AKHIR DAN PELAPORAN 3 hari
KANTOR LAPANGAN Permohonan
4 Bulan + 6 Bulan + 2 BULAN Pembahasan
2 Bulan 2 Bulan dgn Tim QA
Pembahasan
JANGKA WAKTU PEMERIKSAAN Tim QA

WP K3S MIGAS WP GRUP


Panggilan
Penandatanganan BA
INDIKASI TRANSFER PRICING/ 3 Hari
TRANSAKSI KHUSUS LAIN (2 BULAN) Penandatanganan BA

LAPANGAN LHP
KANTOR
6 Bulan +
4 Bulan
3x6 Bulan
Hak Wajib Pajak

1. meminta kepada Pemeriksa Pajak untuk memperlihatkan Tanda


Pengenal Pemeriksa Pajak dan Surat Perintah Pemeriksaan;

2. meminta kepada Pemeriksa Pajak untuk memberikan surat


pemberitahuan pemeriksaan sehubungan dengan pelaksanaan
pemeriksaan lapangan;

3. meminta kepada Pemeriksa Pajak untuk memperlihatkan surat


yang berisi perubahan tim Pemeriksa Pajak apabila susunan tim
Pemeriksa mengalami perubahan;

4. meminta kepada Pemeriksa Pajak untuk memberikan penjelasan


tentang alasan dan tujuan Pemeriksaan;
 
Hak Wajib Pajak

5. menerima Surat Pemberitahuan Hasil Pemeriksaan;

6. menghadiri Pembahasan Akhir Hasil Pemeriksaan pada waktu


yang telah ditentukan;

7. mengajukan permohonan untuk dilakukan pembahasan dengan


Tim Quality Assurance Pemeriksaan, dalam hal masih terdapat
hasil Pemeriksaan yang belum disepakati antara Pemeriksa Pajak
dengan Wajib Pajak pada saat Pembahasan Akhir Hasil
Pemeriksaan;

8. memberikan pendapat atau penilaian atas pelaksanaan


Pemeriksaan oleh Pemeriksa Pajak melalui pengisian Kuesioner
Pemeriksaan.
Kewajiban Wajib Pajak

Pemeriksaan
Pemeriksaan
Lapangan
Lapangan

1. Memperlihatkan/meminjamkan buku, catatan, dokumen.


2. Memberi kesempatan pemeriksa untuk mengakses/mengunduh data
elektronik
3. Memberi kesempatan pemeriksa untuk memasuki tempat/ruang yang patut
diduga digunakan sebagai tempat menyimpan buku/catatan/dokumen/uang
/barang.
4. Memberi bantuan guna kelancaran pemeriksaan
5. Menyampaikan tanggapan secara tertulis atas SPHP
6. Memberikan keterangan lisan/tertulis yang diperlukan
Peraturan Menteri Keuangan
Nomor 39 /PMK.03/2018
tentang
Tata Cara Pengembalian Pendahuluan
Kelebihan Pembayaran Pajak
WAJIB PAJAK KRITERIA TERTENTU (Ps.17C UU KUP)
Kriteria: “untuk
(berlaku bagi pusat & cabang)
menjadi WP
1. tepat waktu menyampaikan SPT Kriteria
a. SPT Tahunan  3 Tahun Pajak terakhir Tertentu,
b. SPT Masa Jan-Nov  Tahun Pajak terakhir diperlukan
c. bila terdapat keterlambatan penyampaian SPT Masa
penetapan
1) maks.3 Masa Pajak bagi setiap jenis pajak & tidak berturut; &
2) tidak lewat batas waktu penyampaian SPT Masa berikutnya. terlebih
dahulu”
2. tidak mempunyai tunggakan pajak, kecuali dg izin
menunda/ mengangsur
a. keadaan pada 31 Des tahun terakhir; &
b. selain utang pajak yang belum melewati batas akhir pelunasan

3. memiliki laporan keuangan yg diaudit dg pendapat WTP


selama 3 tahun berturut-turut
a. audit oleh akuntan publik atau lembaga pengawas keuangan pemerintah
b. lapkeu yang dilampirkan dalam SPT Tahunan

4. tidak pernah dipidana di bidang perpajakan dalam 5 tahun


terakhir
telah berkekuatan hukum tetap
WAJIB PAJAK PERSYARATAN TERTENTU (Ps.17D UU KUP)

WP OP WP OP
tidak menjalankan menjalankan
kegiatan usaha / kegiatan usaha /
pekerjaan bebas pekerjaan bebas
(contoh: karyawan)

nilai LB di SPT Tahunan PPh


nilai LB di SPT Tahunan PPh maks. Rp100 juta
tidak dibatasi

WP Badan Pengusaha
Kena Pajak

nilai LB di SPT Tahunan PPh nilai LB di SPT Masa PPN


maks. Rp 1 miliar maks. Rp 1 miliar
untuk menjadi WP Persyaratan Tertentu tidak
diperlukan penetapan
TATA CARA PEMOTONGAN PPh Pasal 4 ayat (2)
atas Pembagian Sisa Hasil Usaha kepada Anggota
Koperasi Orang Pribadi

Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2009 jo. Peraturan Menteri Keuangan Nomor
111/PMK.03/2010

Berlaku per 1 Januari 2009


Petunjuk Umum

Diterima atau
diperoleh Wajib
Pembagian Sisa PPh Pasal 4 ayat (2)
Pajak Orang
Hasil Usaha (SHU) Final, 10%
Pribadi Dalam
Negeri
Mekanisme Pemotongan PPh Pasal 4 ayat (2) atas
Pembagian Sisa Hasil Usaha kepada Anggota
Koperasi

Pemotong adalah Koperasi

Pemotongan dilakukan pada saat disediakan untuk


dibayarkan

Koperasi (Pemotong) WAJIB membuat Bukti


Potong PPh Final Pasal 4 ayat (2)
TATA CARA PEMOTONGAN
PPh PASAL 4 ayat (2) atas Pembagian SHU

DILAKUKAN PADA SAAT MEMBAYARKAN


PENGHASILAN OLEH KOPERASI

BUKTI PEMOTONGAN

F.1.1.33.06 atau 1 UNTUK ANGGOTA KOPERASI


F.1.1.33.07 2 LAMPIRAN SPT MASA PPh
3 PASAL 4 ayat (2)
ARSIP KOPERASI

Direktorat Penyuluhan Pelayanan dan Humas 63


TATA CARA PENYETORAN
PPh PASAL 4 AYAT (2) ATAS Pembagian SHU
JUMLAHKAN PPh PSL 4 ayat (2) DALAM
BUKTI PEMOTONGAN

DISETOR KE BANK PERSEPSI ATAU


KANTOR POS DAN GIRO DGN MENGGUNAKAN ID BILLING

PALING LAMBAT TGL 10 BULAN TAKWIM


BERIKUTNYA SETELAH BULAN SAAT
TERUTANGNYA PAJAK

APABILA TGL 10 JATUH PD HARI LIBUR,


MAKA PENYETORAN DILAKUKAN PADA
HARI KERJA BERIKUTNYA

KODE AKUN PAJAK/KJS: 411128/419 64


TATA CARA PELAPORAN
PPh PASAL 4 ayat (2) atas Pembagian SHU

MENGISI DGN LENGKAP DAN BENAR


SPT MASA PPh PASAL 4 AYAT (2)

LAMPIRAN
* BUKTI PENERIMAAN NEGARA
* DAFTAR BUKTI PEMOTONGAN PPh PSL 4 AYAT (2)
* LEMBAR KE-2 BUKTI PEMOTONGAN

SELAMBAT-LAMBATNYA
KE KPP 20 HARI SETELAH
BULAN TAKWIM BERAKHIR

PD HARI KERJA JIKA JATUH PD


BERIKUTNYA HARI LIBUR
65
Koperasi Sejahtera Bersama memberikan SHU kepada anggota koperasinya,
dengan rincian sbb:
1. Bpk. Abd. Gani, sebesar Rp500.000
2. Bpk. Muadz Jabal, sebesar Rp650.000
3. Bpk. Ahmad Adli, sebesar Rp800.000

Atas pembagian SHU tersebut dipotong PPh Final Pasal 4 ayat (2) sbb:
1. PPh Ps. 4 ayat (2) atas SHU Abd. Gani = 10% x Rp500.000
= Rp50.000
2. PPh Ps. 4 ayat (2) atas SHU Muadz J. = 10% x Rp650.000
= Rp65.000
3. PPh Ps. 4 ayat (2) atas SHU Ahmad A. = 10% x Rp800.000
= Rp80.000

Untuk masing-masing anggota Koperasi dibuatkan Bukti Digabungkan dalam daftar Bukti Disetorkan SSP dengan Kode
Potong PPh Pasal 4 ayat (2) Pemotongan PPh Pasal 4 ayat (2) KAP/KJS: 411128/419
a.n. Koperasi (Pemotong)

Dilaporkan dalam SPT Masa PPh


Pasal 4 ayat (2)
TATA CARA PEMOTONGAN PPh Pasal 4
ayat (2) atas Bunga Simpanan kepada
Anggota Koperasi Orang Pribadi

Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun 2009 jo. Peraturan Menteri


Keuangan Nomor 112/PMK.03/2010

Berlaku per 1 Januari 2009


Petunjuk Umum

Bunga simpanan yang dibayarkan kpd Anggota Koperasi


dipotong PPh Pasal 4 ayat (2) Final, dengan ketentuan:

1. Bunga simpanan sampai dengan Rp240.000,00 (dua ratus


empat puluh ribu rupiah) per bulan, dipotong 0%
2. Penghasilan berupa bunga simpanan lebih dari
Rp240.000,00 (dua ratus empat puluh ribu rupiah) per
bulan, dipotong 10%

PPh dipotong oleh Koperasi dan dibuatkan Bukti


Pemotongan PPh Final Pasal 4 ayat (2)
TATA CARA PEMOTONGAN
PPh PASAL 4 ayat (2) atas Bunga Simpanan Koperasi

DILAKUKAN PADA SAAT MEMBAYARKAN


PENGHASILAN OLEH KOPERASI

BUKTI PEMOTONGAN

F.1.1.33.06 atau 1 UNTUK ANGGOTA KOPERASI


F.1.1.33.07 2 LAMPIRAN SPT MASA PPh
3 PASAL 4 ayat (2)
ARSIP KOPERASI

Direktorat Penyuluhan Pelayanan dan Humas 69


TATA CARA PENYETORAN
PPh PASAL 4 AYAT (2) ATAS Ph Bunga Simpanan Koperasi

JUMLAHKAN PPh PSL 4 ayat (2) DALAM


BUKTI PEMOTONGAN

DISETOR KE BANK PERSEPSI ATAU


KANTOR POS DAN GIRO DGN MENGGUNAKAN ID BILLING

PALING LAMBAT TGL 10 BULAN TAKWIM


BERIKUTNYA SETELAH BULAN SAAT
TERUTANGNYA PAJAK

APABILA TGL 10 JATUH PD HARI LIBUR,


MAKA PENYETORAN DILAKUKAN PADA
HARI KERJA BERIKUTNYA

KODE AKUN PAJAK/KJS: 411128/417 70


TATA CARA PELAPORAN
PPh PASAL 4 ayat (2) atas Ph Bunga atas Simpanan

MENGISI DGN LENGKAP DAN BENAR


SPT MASA PPh PASAL 4 AYAT (2)

LAMPIRAN
* BUKTI PENERIMAAN NEGARA
* DAFTAR BUKTI PEMOTONGAN PPh PSL 4 AYAT (2)
* LEMBAR KE-2 BUKTI PEMOTONGAN

SELAMBAT-LAMBATNYA
KE KPP 20 HARI SETELAH
BULAN TAKWIM BERAKHIR

PD HARI KERJA JIKA JATUH PD


BERIKUTNYA HARI LIBUR
71
Koperasi Sejahtera Bersama memberikan Bunga atas Simpanan kepada
anggota koperasinya, dengan rincian sbb:
1. Bpk. Abd. Gani, sebesar Rp200.000
2. Bpk. Muadz Jabal, sebesar Rp300.000
3. Bpk. Ahmad Adli, sebesar Rp400.000

Penghasilan pemberian bunga atas simpanan tersebut dipotong PPh Final Pasal 4
ayat (2) sbb:
1. PPh Ps. 4 ayat (2) Bunga atas Simpanan Abd. Gani
= 0% x Rp200.000
=0
2. PPh Ps. 4 ayat (2) Bunga atas Simpanan Muadz Jabal
= 10% x Rp300.000
= Rp30.000
3. PPh Ps. 4 ayat (2) Bunga atas Simpanan Ahmad Adli
= 10% x Rp400.000
= Rp40.000

Untuk masing-masing anggota Koperasi dibuatkan Bukti Digabungkan dalam daftar Bukti Disetorkan SSP dengan Kode
Potong PPh Pasal 4 ayat (2) Pemotongan PPh Pasal 4 ayat (2) KAP/KJS: 411128/417
a.n. Koperasi (Pemotong)

Dilaporkan dalam SPT Masa PPh


Pasal 4 ayat (2)
Cara membuat database baru
e-SPT PPh Pasal 4 ayat (2)
Cara membuat database WP baru :
 

 Buka file installer E:\Pajak Koperasi Juni 2019\Installer e-SPT PPh 4 ayat 2  
v1.1\Database Kosong
 Buka folder Database Kosong
 Copy file eSPT_4a2v1 ke lokasi tertentu untuk merename / mengganti nama  

filenya terlebih dahulu misalnya PPh PT ABC.mdb


 

 Copy file tersebut di atas ke lokasi Directory tertentu (Misalnya Drive D)  

 Dari menu Start pilih Control Panel - Administrative Tools - Data source ODBC  
(C:\Windows\SysWOW64\odbcad32)
 Klik Tab System DSN – Add - Microsft Acces Driver (*.mdb) - Finish  

 Isi Data Source Name misalnya PPh PT ABC  

 Pilih Tab Select lalu cari lokasi penyimpanan database WP baru di directory  
tempat penyimpanan (Misal D)
 Klik file database yang telah dibuat tadi (PPh PT ABC.mdb) yang akan tampil di  
bagian kiri
 Klik OK-OK-OK  
1
2

3
4 5
Run Program
C:\Program Files (x86)\DJP\eSPT PPh 4(2)
e-SPT PPh Pasal 4 ayat (2) versi 1.1
User Name : Administrator, PW: 123
2 1

4
Instalasi e-SPT PPh Pasal 4 ayat (2) versi
2.0.1 tahun 2019
• Buka Folder: Pajak Koperasi Juni 2019\Installer e-SPT PPh 4 Ayat 2
v2.0.1\Installer e-SPT PPh 4 Ayat 2 v2.0.1\Setup
• Pilih File Setup (Windows Installer Package)
• Pilih Next sampai proses instalasi berjalan
• Close saat Instalasi sudah selesai
• File Aplikasi e-SPT PPh Pasal 4 ayat (2) berada di C:\DJP\e-SPT PPh
Pasal 4 Ayat (2)
• Nama Aplikasi PPh42.eSPT (Application)
MARI MEMULAI…

1. Koneksi ke Database
Bila gagal membaca Database, perlu
meng-install Database Access Engine.
MARI MEMULAI…

2. Login Database
Username : administrator
Password : 123
MARI MEMULAI…

3. Input Profil WP
Data Profil WP bisa di-update kecuali
untuk bagian NPWP
INPUT DATA e-SPT
BUKTI POTONG /
FORMULIR SPT
SETOR SENDIRI

Jenis data yang di-input pada e-SPT


 Daftar PPh Final yang WP sebagai pemberi penghasilan
dipotong/dipungut bertindak sebagai pemotong/pemungut
dari pihak lain PPh Final, sekaligus menyetorkannya

 Daftar PPh Final yang WP sebagai penerima penghasilan


menyetorkan sendiri PPh Final yang
disetor sendiri terutang ke Kas Negara

DATA BUKTI POTONG / SETOR SENDIRI


Alur e-SPT pada Masa Pajak dimana terdapat PPh
Final yang dipotong/dipungut atau disetor sendiri

Buat SPT Baru &


Buka SPT

Isi Daftar Bukti


Potong/Pungut

Rekam SSP

Isi & Simpan


Induk SPT
 Buat SPT Baru

SubMenu Buat SPT Baru digunakan untuk:


 Membuat SPT Normal
 Membuat SPT Pembetulan
 Buka SPT

Yang dilakukan setelah memilih submenu Buka SPT yang Ada:


 Input Daftar PPh Final yang dipotong/dipungut dari pihak lain,
 Input Daftar PPh Final yang disetor sendiri,
 Input Data Induk SPT.
 Buka SPT
Daftar PPh Final yang dipotong/dipungut dari pihak lain

Khusus PPh Final atas Bunga Deposito/Tabungan, Diskonto SBI,


Jasa Giro:
 Input Jumlah Nasabah penerima penghasilan yang dipotong PPh Finalnya,
 Input Nilai Objek Pajak yang menjadi dasar pengenaan PPh Final yang
dipotong,
 Jumlah PPh yang Dipotong akan otomatis ditampilkan.
 Buka SPT
Daftar PPh Final yang dipotong/dipungut dari pihak lain

Digunakan untuk
merekam data Bukti
Pemotongan/
Pemungutan PPh Final
Pasal 4 ayat (2) yang
pernah diterbitkan
untuk pihak lain.
 Buka SPT
Daftar PPh Final yang disetor sendiri

Digunakan untuk
merekam data PPh
Final Pasal 4 ayat (2)
yang disetor sendiri,
jika:

 melakukan
Pengalihan Hak
Atas
Tanah/Bangunan,
 menyewakan
Tanah/Bangunan,
 melakukan Usaha
Jasa Konstruksi.
 Rekam SSP

 Buat kode billing sesuai PPh Pasal 4 ayat (2) yang terutang
 Bayar billing (setor pajak) PPh Pasal 4 ayat (2) ke kas negara
 Input NTPN sesuai bukti penyetoran pajak
 Isi & Simpan Induk SPT

 Pastikan data
yang tercantum
sudah sesuai
 Jangan lupa
mengisi tanggal
penandatanganan
SPT (Bagian C
dan D)
 Buat file CSV

 Pilih Masa Pajak yang akan dibuat file CSV-nya


 Simpan file CSV pada folder khusus untuk mempermudah pengarsipan
 Disarankan untuk TIDAK mengubah nama file CSV hasil dari e-SPT

Anda mungkin juga menyukai