Bukan Pegawai
Berkesinambungan
Tidak
Berkesinambungan 1. Tidak mendapat penghasilan di
tempat lain
2. Ber-NPWP
Tidak Memenuhi
Tarif Ps 17 X 50% x syarat Memenuhi syarat
Jmlh Bruto
50% Jml bruto x (50% Jml bruto-PTKP)
Tarif Pasal 17 x Tarif Pasal 17
(lapisan tarif (lapisan tarif berdasar
berdasar 50%x Jumlah PKP kumulatif)
Jumlah bruto
kumulatif)
Rp 232.500
PPh Pasal 21 sebulan
Rp 232.500,00 : 12 = Rp 19.375
2. Koperasi ABC mengundang pembicara/penceramah untuk kegiatan
yang diadakan oleh koperasi serta memberikan fee sebagai
pembicara/penceramah senilai sebesar Rp1.000.000
• Koperasi ABC akan memotong PPh Pasal 21 atas fee tersebut.
• PPh Pasal 21 = 5% x 50% x Rp1.000.000 = Rp25.000
= tarif Pasal 17 x 50% x Penghasilan bruto
DASAR HUKUM:
1. UU NO.36 TAHUN 2008 TENTANG PAJAK
PENGHASILAN PASAL 23
2. PERATURAN MENTERI KEUANGAN
NOMOR PMK 141/PMK.03/2015
• mengatur pemotongan pajak atas penghasilan yang
diterima atau diperoleh Wajib Pajak dalam negeri dan
bentuk usaha tetap yang berasal dari modal,
penyerahan jasa, atau penyelenggaraan kegiatan selain
yang telah dipotong pajak sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 21, yang dibayar-kan atau terutang oleh
badan pemerintah atau Subjek Pajak dalam negeri,
penyelenggara kegiatan, bentuk usaha tetap, atau
perwakilan perusahaan luar negeri lainnya.
sewa dan penghasilan lain sehubungan dengan
penggunaan harta, royalti, hadiah/penghargaan
Imbalan sehubungan dengan jasa teknik, manajemen,
jasa konsultan, jasa lain selain jasa yang telah dipotong
PPh Pasal 21
• Pemotong PPh Pasal 23:
a. Badan Pemerintah
b. Subjek Pajak Badan DN
c. Penyelenggara kegiatan
d. Bentuk Usaha Tetap
e. Perwakilan Perush. LN
TARIF PPH PASAL 23
UU PPh No 36 tahun 2008
• 15% dari peredaran bruto atas dividen,
bunga, royalti, dan hadiah, penghargaan,
P bonus dan sejenisnya;
O
T • 2% dari peredaran bruto atas jasa-jasa
/ seperti sewa (kecuali sewa tanah dan
P
U bangunan) , jasa manajemen, jasa
T konstruksi, jasa konsultan, dan jasa
lainnya.
Rekanan yang tidak memiliki NPWP dipotong 100% lebih tinggi
Koperasi DEF menyewa genset dari PT ABC dengan nilai sewa sebesar
Rp20.000.000
Atas transaksi tersebut, Koperasi DEF akan memotong PPh Pasal 23
PPh Pasal 23 = 2% x Rp20.000.000 = Rp400.000
WAJIB MENYAMPAIKAN SPT DALAM BENTUK
DOKUMEN ELEKTRONIK
BILA….
LEBIH DARI
SPT Masa PPh
Pasal 23/26 Menerbitkan Bukti Potong
PPh pasal 23 dan/atau Pasal 26 20
DALAM SATU
MASA PAJAK
LEBIH DARI
Kecuali untuk reksadana tarif bertahap 5% (2014-2020) dan 10% (2021 dst)
6 Bunga Deposito / tabungan dan SBI 20%/ PP-131 Th. 2000
P3B PP 123 Th. 2015
7 Transaksi Derivatif Kontrak Berjangka 2.5% PP-17 Th. 2009
8 Jasa Konstruksi 2%,3%,4% PP-51 Th 2008 jo
Jasa Perencana & Pengawas Konstruksi 4% & 6% PP-40 Th. 2009
9 Bunga simpanan koperasi (bunga >240.000) 10% PP-15 Th. 2009
10 Dividen yang diterima oleh WP Orang Pribadi (termasuk SHU) 10% PP-19 Th. 2009
PELUNASAN PAJAK
T
BUPO
Dipotong atau
Setor sendiri dipungut oleh
Pemotong atau
Pemungut *
WP yang telah menyetor dianggap telah menyampaikan SPT Masa PPh sesuai tanggal
validasi NTPN
Jika WP tidak memiliki peredaran usaha pada bulan tertentu, tidak wajib menyampaikan SPT
Masa
Pemotong/Pemungut Pajak memotong/memungut PPh Final dengan tariff sebesar 0,5% jika
WP menunjukkan Surat Keterangan
Pajak yang dipotong/dipungut disetorkan paling lambat tgl 10 bulan berikutnya dan
melaporkan SPT Masa PPh paling lambat tgl 20 bulan berikutnya (SSP a.n. WP yang
dipotong/dipungut dan ditandatangani oleh Pemotong/Pemungut PPh
Rekonsiliasi (Penyesuaian) fiskal :
Laporan Keuangan Rekonsiliasi Fiskal
Berdasar UU Pajak
Berdasar PSAK
dan peraturan
30
Contoh Penyesuaian Fiskal Positif
(lihat formulir 1771-I)
1. Biaya yang dibebankan/dikeluarkan untuk kepentingan pribadi pemegang saham,
sekutu, atau anggota
2. Pembentukan atau pemupukan dana cadangan, dengan pengecualian tertentu,
yaitu:
• cadangan piutang tak tertagih untuk usaha bank dan badan usaha lain yang menyalurkan kredit, sewa guna usaha
dengan hak opsi, perusahaan pembiayaan konsumen, dan perusahaan anjak piutang;
• cadangan untuk usaha asuransi termasuk cadangan bantuan sosial yang dibentuk oleh Badan Penyelenggara
Jaminan Sosial;
• cadangan penjaminan untuk Lembaga Penjamin Simpanan;
• cadangan biaya reklamasi untuk usaha pertambangan;
• cadangan biaya penanaman kembali untuk usaha kehutanan; dan
• cadangan biaya penutupan dan pemeliharaan tempat pembuangan limbah industri untuk usaha pengolahan limbah
industri,
(Peraturan Menteri Keuangan Nomor 81/PMK.03/2009)
34
Klasifikasi Penghasilan
Penghasilan
Dikecualikan dari
Objek Pajak Objek Pajak
Dikenai
Tarif Ps. 17
DEDUCTIBLE/
DAPAT DIKURANGI
BIAYA
NON
DEDUCTIBLE/TIDA
K DAPAT
DIKURANGI
Hal-hal Khusus terkait Rekonsiliasi Fiskal
Perlakuan biaya atas imbalan dalam bentuk natura dan
kenikmatan
(PMK-167/PMK.03/2018 berlaku 19 Desember 2018)
• Natura dan kenikmatan yang dapat dikurangkan
• Penyediaan makanan/minuman bagi seluruh pegawai
• Imbalan dalam bentuk natura dan kenikmatan di daerah tertentu
• Natura dan kenikmatan yang menjadi keharusan dalam pekerjaan (sarana keselamatan
kerja atau sifat pekerjaan mengharuskannya)
• Natura dan kenikmatan sebagai sarana keselamatan kerja dan sifat pekerjaan
mengharuskannya meliputi:
• Pakaian dan peralatan untuk keselamatan kerja
• Pakaian seragam petugas keamanan
• Sarana antar jemput pegawai
• Penginapan untuk awak kapal dan yang sejenisnya
• Kendaraan untuk pegawai tertentu (dibebankan sebesar 50% untuk penyusutan,
pemeliharaan, perbaikan)
Syarat Sumbangan dapat dikurangkan dari
Penghasilan Bruto (PP 93/2010)
• Wajib Pajak mempunyai penghasilan neto fiskal berdasarkan Surat
Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilan Tahun Pajak sebelumnya;
• pemberian sumbangan dan/atau biaya tidak menyebabkan rugi pada Tahun
Pajak sumbangan diberikan;
• didukung oleh bukti yang sah;
• lembaga yang menerima sumbangan dan/atau biaya memiliki Nomor Pokok
Wajib Pajak, kecuali badan yang dikecualikan sebagai subjek pajak
sebagaimana diatur dalam Undang-Undang tentang Pajak Penghasilan.
Besarnya nilai sumbangan dan/atau biaya pembangunan infrastruktur sosial
yang dapat dikurangkan dari penghasilan bruto sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 1 untuk 1 (satu) tahun dibatasi tidak melebihi 5% (lima persen)
dari penghasilan neto fiskal Tahun Pajak sebelumnya
Sumbangan tidak dapat dikurangkan dari penghasilan bruto bagi pihak
pemberi apabila sumbangan dan/atau biaya diberikan kepada pihak yang
mempunyai hubungan istimewa sebagaimana dimaksud Undang-Undang
Biaya Pengobatan
1. BUKAN
BANGUNAN
- KELOMPOK 1 4 THN 25 % 50 %
- KELOMPOK 2 8 THN 12,5 % 25 %
- KELOMPOK 3 16 THN 6,25 % 12,5 %
- KELOMPOK 4 20 THN 5 % 10 %
2. BANGUNAN
- PERMANEN 20 THN 5 % -
- TDK PERMANEN 10 THN 10 % -
Studi Kasus
Tahun Penyusutan
Modus ketidakpatuhan WP
• Melaporkan Ph sebagai utang, menurunkan harga jual dari yang sebenarnya, tidak melaporkan
pembelian sehingga HPP lebih rendah dari yang seharusnya
• Membuat bukti potong NPWP 000, pencadangan dan pembebanan tidak sesuai aturan, kredit
PM atau biaya tidak sesuai dengan keadaan yg sebenarnya
• Melaporkan penjualan local sebagai ekspor, FP pembeli tidak ber-NPWP, FP TBTS
Prosedur Pemeriksaan
• Pemberitahuan SP2 dan surat panggilan disampaikan paling lambat 15 hari kerja dari tanggal
SP2
• Jangka waktu pengujian, SPHP dan pembahasan merujuk pada PMK 17 tahun 2013
Jangka Waktu Pemeriksaan
SPHP
7 Hari
Tanggapan Tertulis
Perpanjangan
Penyampaian 3 Hari
Tanggapan Tertulis
Jangka waktu sejak Surat
Pemberitahuan 3 Hari
Pemeriksaan Jangka waktu sejak
Undangan Pembahasan
disampaikan/Sejak WP tanggal SPHP disampaikan Akhir
datang memenuhi sampai dengan tanggal
panggilan s.d. tanggal LHP
Pembahasan Akhir
SPHP disampaikan
Risalah
2 Bulan
JANGKA WAKTU JANGKA WAKTU PEMBAHASAN Pembahasan
PENGUJIAN AKHIR DAN PELAPORAN 3 hari
KANTOR LAPANGAN Permohonan
4 Bulan + 6 Bulan + 2 BULAN Pembahasan
2 Bulan 2 Bulan dgn Tim QA
Pembahasan
JANGKA WAKTU PEMERIKSAAN Tim QA
LAPANGAN LHP
KANTOR
6 Bulan +
4 Bulan
3x6 Bulan
Hak Wajib Pajak
Pemeriksaan
Pemeriksaan
Lapangan
Lapangan
WP OP WP OP
tidak menjalankan menjalankan
kegiatan usaha / kegiatan usaha /
pekerjaan bebas pekerjaan bebas
(contoh: karyawan)
WP Badan Pengusaha
Kena Pajak
Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2009 jo. Peraturan Menteri Keuangan Nomor
111/PMK.03/2010
Diterima atau
diperoleh Wajib
Pembagian Sisa PPh Pasal 4 ayat (2)
Pajak Orang
Hasil Usaha (SHU) Final, 10%
Pribadi Dalam
Negeri
Mekanisme Pemotongan PPh Pasal 4 ayat (2) atas
Pembagian Sisa Hasil Usaha kepada Anggota
Koperasi
BUKTI PEMOTONGAN
LAMPIRAN
* BUKTI PENERIMAAN NEGARA
* DAFTAR BUKTI PEMOTONGAN PPh PSL 4 AYAT (2)
* LEMBAR KE-2 BUKTI PEMOTONGAN
SELAMBAT-LAMBATNYA
KE KPP 20 HARI SETELAH
BULAN TAKWIM BERAKHIR
Atas pembagian SHU tersebut dipotong PPh Final Pasal 4 ayat (2) sbb:
1. PPh Ps. 4 ayat (2) atas SHU Abd. Gani = 10% x Rp500.000
= Rp50.000
2. PPh Ps. 4 ayat (2) atas SHU Muadz J. = 10% x Rp650.000
= Rp65.000
3. PPh Ps. 4 ayat (2) atas SHU Ahmad A. = 10% x Rp800.000
= Rp80.000
Untuk masing-masing anggota Koperasi dibuatkan Bukti Digabungkan dalam daftar Bukti Disetorkan SSP dengan Kode
Potong PPh Pasal 4 ayat (2) Pemotongan PPh Pasal 4 ayat (2) KAP/KJS: 411128/419
a.n. Koperasi (Pemotong)
BUKTI PEMOTONGAN
LAMPIRAN
* BUKTI PENERIMAAN NEGARA
* DAFTAR BUKTI PEMOTONGAN PPh PSL 4 AYAT (2)
* LEMBAR KE-2 BUKTI PEMOTONGAN
SELAMBAT-LAMBATNYA
KE KPP 20 HARI SETELAH
BULAN TAKWIM BERAKHIR
Penghasilan pemberian bunga atas simpanan tersebut dipotong PPh Final Pasal 4
ayat (2) sbb:
1. PPh Ps. 4 ayat (2) Bunga atas Simpanan Abd. Gani
= 0% x Rp200.000
=0
2. PPh Ps. 4 ayat (2) Bunga atas Simpanan Muadz Jabal
= 10% x Rp300.000
= Rp30.000
3. PPh Ps. 4 ayat (2) Bunga atas Simpanan Ahmad Adli
= 10% x Rp400.000
= Rp40.000
Untuk masing-masing anggota Koperasi dibuatkan Bukti Digabungkan dalam daftar Bukti Disetorkan SSP dengan Kode
Potong PPh Pasal 4 ayat (2) Pemotongan PPh Pasal 4 ayat (2) KAP/KJS: 411128/417
a.n. Koperasi (Pemotong)
Buka file installer E:\Pajak Koperasi Juni 2019\Installer e-SPT PPh 4 ayat 2
v1.1\Database Kosong
Buka folder Database Kosong
Copy file eSPT_4a2v1 ke lokasi tertentu untuk merename / mengganti nama
Dari menu Start pilih Control Panel - Administrative Tools - Data source ODBC
(C:\Windows\SysWOW64\odbcad32)
Klik Tab System DSN – Add - Microsft Acces Driver (*.mdb) - Finish
Pilih Tab Select lalu cari lokasi penyimpanan database WP baru di directory
tempat penyimpanan (Misal D)
Klik file database yang telah dibuat tadi (PPh PT ABC.mdb) yang akan tampil di
bagian kiri
Klik OK-OK-OK
1
2
3
4 5
Run Program
C:\Program Files (x86)\DJP\eSPT PPh 4(2)
e-SPT PPh Pasal 4 ayat (2) versi 1.1
User Name : Administrator, PW: 123
2 1
4
Instalasi e-SPT PPh Pasal 4 ayat (2) versi
2.0.1 tahun 2019
• Buka Folder: Pajak Koperasi Juni 2019\Installer e-SPT PPh 4 Ayat 2
v2.0.1\Installer e-SPT PPh 4 Ayat 2 v2.0.1\Setup
• Pilih File Setup (Windows Installer Package)
• Pilih Next sampai proses instalasi berjalan
• Close saat Instalasi sudah selesai
• File Aplikasi e-SPT PPh Pasal 4 ayat (2) berada di C:\DJP\e-SPT PPh
Pasal 4 Ayat (2)
• Nama Aplikasi PPh42.eSPT (Application)
MARI MEMULAI…
1. Koneksi ke Database
Bila gagal membaca Database, perlu
meng-install Database Access Engine.
MARI MEMULAI…
2. Login Database
Username : administrator
Password : 123
MARI MEMULAI…
3. Input Profil WP
Data Profil WP bisa di-update kecuali
untuk bagian NPWP
INPUT DATA e-SPT
BUKTI POTONG /
FORMULIR SPT
SETOR SENDIRI
Rekam SSP
Digunakan untuk
merekam data Bukti
Pemotongan/
Pemungutan PPh Final
Pasal 4 ayat (2) yang
pernah diterbitkan
untuk pihak lain.
Buka SPT
Daftar PPh Final yang disetor sendiri
Digunakan untuk
merekam data PPh
Final Pasal 4 ayat (2)
yang disetor sendiri,
jika:
melakukan
Pengalihan Hak
Atas
Tanah/Bangunan,
menyewakan
Tanah/Bangunan,
melakukan Usaha
Jasa Konstruksi.
Rekam SSP
Buat kode billing sesuai PPh Pasal 4 ayat (2) yang terutang
Bayar billing (setor pajak) PPh Pasal 4 ayat (2) ke kas negara
Input NTPN sesuai bukti penyetoran pajak
Isi & Simpan Induk SPT
Pastikan data
yang tercantum
sudah sesuai
Jangan lupa
mengisi tanggal
penandatanganan
SPT (Bagian C
dan D)
Buat file CSV