Anda di halaman 1dari 9

Bahan ajar termin

Definisi/arti kata 'termin' di Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah /términ/ n jangka waktu;
babak; tahap: diskusi ini dapat dilaksanakan dalam beber.
Termin adalah cara pembayaran dalam dokumen perjanjian yang dikaitkan dengan prestasi
kemajuan pekerjaan atau sering disebut dengan bobot presentasi. Misalnya pembayaran termin
dilakukan pada setiap pencapaian bobot pekerjaan dengan besarnya 25%, 25%, 25%, 20% dan
terakhir 5%. Pembayaran sebanyak 5% dilakukan setelah masa pemeliharaan selesai.
Ilustrasi Termin Pembayaran Kontrak Lump Sum dalam Pekerjaan Konstruksi
Di dalam pekerjaan konstruksi secara umum menggunakan kontrak jenis lump sum. Kontrak
lumpsum berorientasi pada penyelesaian seluruh pekerjaan dalam batas waktu tertentu sebagaimana
yang telah ditetapkan di dalam kontrak. Sehingga dapat diartikan bahwa untuk lump sum dikenal
tahapan output yang disepakati dalam kontrak. Output based berarti semua ukuran berdasarkan
output fisik pekerjaan dengan tahapan termin. Sehingga untuk pembayaranpun hanya dapat dibayar
sesuai besaran yang telah ditetapkan dalam kontrak (termin pembayaran) apabila tahapan output
fisik pekerjaan telah diselesaikan dan sesuai dengan besaran yang output yang ditetapkan dalam
kontrak (termin fisik pekerjaan).
Berikut ini ilustrasi dari bentuk termin pembayaran kontrak lump sum dalam sebuah pekerjaan
konstruksi dengan nilai kontrak senilai Rp. 1.000.000.000,00
Pembayaran termin tidak sekaligus awal dan tidak sekaligus akhir.
Pembayaran termin sesuai dengan kesepakatan pemilik dengan kontaktor
Termin Jumlah % penyelesaian Dibayar Rp. (belum include
kumulatif termin pekerjaan PPN dan Pph)
Uang muka 10% 100.000.000
Termin 1 = 20% 30% 20% 200.000.000
Termin 2 = 30% 60% 50% 300.000.000
Termin 3 = 25% 85% 75% 250.000.000
Termin 4 = 10% 95% 100% 100.000.000
FHO = 5% 100% Pemeliharaan 50.000.000
Ket :
Khusus untuk pekerjaan konstruksi, serah terima pekerjaan dilakukan sebanyak 2 kali, yaitu serah
terima pertama (PHO) dan serah terima akhir (FHO) setelah dilakukan pemeliharaan. Untuk
menjamin penyedia barang/jasa melaksanakan pemeliharaan, maka diwajibkan jaminan
pemeliharaan atau retensi sebesar 5% dari nilai kontrak.
Contoh Skema Termin seperti dibawah ini :
Pembayaran termin 1 = (20% x kontrak )
= (20% x 1 Miliar)
= Rp. 200.000.000
Pembayaran termin 2 = (30% x kontrak )
= (30% x 1 Miliar)
= Rp. 300.000.000
Pembayaran termin 3 = (25% x kontrak )
= (25% x 1 Miliar)
= Rp. 250.000.000
Pembayaran termin 4 = (10% x kontrak )
= (10% x 1 miliar)
= Rp. 100.000.000
Atau penyedia menyerahkan jaminan pemeliharaan (retensi) senilai 5% dari nilai kontrak, yaituRp.
50.000.000,00 sehingga penyedia dibayar Rp 225.000.000,00. Sifat dari retensi ini berkaitan dengan
Serah Terima Akhir (FHO) setelah dilakukan pemeliharaan. Apabila rekanan tidak melaksanakan
pemeliharaan, maka jaminan atau retensi ini akan disita dan dicairkan ke kas negara/daerah.
Ketentuan pencairan ini tertuang dalam kontrak. Apabila masa kontrak = masa pelaksanaan
pekerjaan, maka tentu saja setelah serah terima pertama, kontrak sudah dinyatakan tidak berlaku
karena masa berlakunya telah selesai sehingga penyedia tidak terikat lagi pada kontrak tersebut. Hal
ini berarti penyedia yang tidak melaksanakan pemeliharaan tidak dapat dihukum atau dikenakan
sanksi sesuai ketentuan dalam kontrak.
Demikianlah ilustrasi mengenai pembayaran kontrak lump sum berdasarkan output based yang telah
ditetapkan dalam kontrak (termin pembayaran).

TATA CARA PENGAJUAN TERMIJIN


A. Tinjauan Umum
1. Dalam pengurusan Termijn melibatkan beberapa pihak antara lain:
a. Pihak I adalah Pihak yang memberikan pekerjaan kepada Pihak II dan sekaligus sebagai
Pihak yang mengajukan termijn (tagihan pembayaran) kepada Pihak III berdasarkan
permohonan pembayaran termijn dari pihak II.
b. Pihak II (pemborong/kontraktor) adalah Pihak yang melaksanakan pekerjaan sekaligus
sebagai pihak yang mengajukan pembayaran termijn (tagihan pembayaran) kepada Pihak
I atas apa yang telah dikerjakan.
c. Pihak III (Bendahara Umum) adalah Pihak yang memerintahkan kepada Pihak IV
(Bank) untuk melakukan pembayaran termijn (tagihan pembayaran) berdasarkan
pengajuan pembayaran termijn dari Pihak I.
d. Pihak IV (Bank) adalah Pihak yang membayarkan termijn berupa uang tunai atau masuk
rekening Perusahaan kepada Pihak II atas perintah Pihak III.
2. Pengambilan angsuran pembayaran secara berangsur-angsur sesuai prestasi yang dicapai oleh
kontraktor dan diatur sebagai berikut :
a. Tanpa uang muka
a.1. Pembayaran termijn kesatu sebesar 25% dari harga borongan jika pekerjaan
mencapai 30%
a.2. Pembayaran termijn kedua sebesar 25% dari harga borongan bilamana pekerjaan
sudah mencapai 55%
a.3. Pembayaran angsuran ke tiga sebesar 25% dari harga borongan bila pekerjaan
mencapai 80%
a.4. Pembayaran angsuran ke empat sebesar 20% bilamana pekerjaan sudah diterimakan
untuk pertama kalinya serta dapat diterima baik oleh Direksi.
a.5. Apabila serah terima dari kedua tidak dilakukan dalam 30 (tiga puluh) hari setelah
tanggal penyerahan pertama, maka Pejabat Pembuat Komitmen akan melakukan
teguran terhadap pemborong untuk segera menyerahkan pekerjaan kedua kalinya,
jika dalam 10 (sepuluh) hari tidak dilaksanakan Pejabat Pembuat Komitmen akan
memblokir jaminan bank (jaminan pelaksanaan) tersebut yang diteruskan kekantor
kas negara
b. Dengan uang muka
b.1. Pembayaran termijn kesatu sebesar 25% dari harga borongan jika pekerjaan sudah
mencapai 30% dan dikurangi angsuran uang muka sebesar 25% dari uang muka
b.2. Pembayaran termijn kedua sebesar 25% dari harga borongan jika pekerjaan sudah
mencapai 55% dan dikurangi angsuran uang muka sebesar 25% dari uang muka
b.3. Pembayaran termijn ketiga sebesar 25% dari harga borongan jika pekerjaan sudah
mencapai 80% dan dikurangi angsuran uang muka sebesar dari uang muka
b.4. Pembayaran termijn keempat sebesar 20% dari harga borongan jika pekerjaan sudah
mencapai 100% dan dikurangi angsuran uang muka sebesar 25% dari uang muka
serta pekerjaan sudah diserahkan untuk pertama kalinya dan dapat diterima baik
oleh Pejabat Pembuat Komitmen
b.5. Pembayaran termijn kelima sebesar 5% jika batas waktu pemeliharaan telah berakhir
dan pekerjaan sudah diserahkan untuk yang kedua kalinya dan diterima baik oleh
Pejabat Pembuat Komitmen
b.6. Apabila serah terima tidak dilakukan dalam waktu 30 (tiga puluh) hari setelah
tanggal penyerahan pertama, maka Pejabat Pembuat Komitmen akan melakukan
teguran terhadap pemborong untuk segera menyerahkan pekerjaan yang kedua
kalinya, jika dalam 10 (sepuluh) hari tidak dilaksanakan pemimpin proyek akan
memblokir jaminan bank (jaminan pelaksanaan) tersebut yang diteruskan ke Kantor
Kas Negara.
3. Tiap pengajuan termijn harus dilengkapi :
a. Surat Pertanggungjawaban Belanja ( SPTB).
b. Daftar Rincian Permintaan Pembayaran.
c. Surat Pernyataan LS
d. Faktur Pajak dan SSP (PPN + PPh).
e. Referensi Bank, Copy NPWP yang terbaru
f. Jaminan Bank (Uang Muka dan Retensi).
g. Ringkasan Kontrak
h. Kwitansi/Bukti Pembayaran LS (bermeterai)
i. BA Pembayaran
j. Permohonan Pembayaran
k. Persetujuan Pembayaran.
l. Kontrak/SPK dan Addendum
m. BA kemajuan Pekerjaan (BA Prestasi)
n. BA PHO/FHO
o. BA Serah terima Barang/Pekerjaan (bermeterai)
B. Tata cara Pengurusan Termijn
Pengurusan Termijn 1 (Pertama):
1. Pihak II membuat Surat Permohonan Pembayaran Termijn I yang ditujukan kepada Pihak I
(Pengguna Anggaran).
2. Surat Permohonan Pembayaran Termijn I, dilampirkan hal-hal sebagai berikut:
a. Laporan Prestasi Pekerjaan Fisik yaitu berupa Laporan Harian, Laporan Mingguan dan
Laporan Kemajuan Pekerjaan.
b. Berita Acara Pemeriksaan Pekerjaan.
3. Berita Acara Pembayaran Termijn I Pekerjaan Fisik, berisi tentang:
a. Menerangkan bahwa pada hari, tanggal, bulan dan tahun tersebut dapat dilaksanakan
Pembayaran Termijn I oleh Pihak I (Pejabat Pembuat Komitmen) kepada Pihak II.
b. Menerangkan tentang data dari Pihak I (Pejabat Pembuat Komitmen), berupa Nama,
Jabatan, Alamat.
c. Menerangkan tentang data dari Pihak II (Nama, Jabatan, Alamat).
d. Pernyataan telah mengadakan Pemeriksaan dan Penilaian atas hasil pekerjaan Pihak II,
untuk :
- Program : ………………………………….
- Kegiatan : …………………………………
- Pekerjaan : …………………………………
- Lokasi : …………………………………
- Tahun Anggaran : ………………………………..
- Kontraktor Pelaksana : Nama Kontraktor dan Alamat
- Surat Perjanjian Kerja (Kontrak) : Nama dan Tanggal
- Nilai Pekerjaan (Kontrak) : ………………………………..
- Waktu Pekerjaan : ………………………………..
e. Menerangkan tentang jumlah yang harus dibayarkan oleh Pihak I (Pejabat Pembuat
Komitmen) kepada Pihak II
f. Berita Acara Pembayaran Termijn I Pekerjaan Fisik ini dibuat oleh Pihak I (Pejabat
Pembuat Komitmen) dan ditanda tangani serta distempel oleh Pihak I (Pejabat Pembuat
Komitmen) dan Pihak II serta diketahui oleh Pihak I (Pengguna Anggaran)
g. Berita Acara ini dibuat dalam rangkap secukupnya.
4. Pihak II membuat Faktur Pajak Standart, yang berisi :
a. Nomor Seri Faktur Pajak Pihak II
b. Identitas Pihak II sebagai Pengusaha Kena Pajak (PKP)
c. Identitas Pihak I (Nama Instansi) sebagai Pembeli Barang Kena Pajak/Penerima Jasa
Kena Pajak
d. Menerangkan perihal pembayaran Termijn I (25% dari nilai kontrak dan dikurangi
25% dari uang muka)
e. Jumlah nominal pembayaran Termijn I (25% dari nilai kontrak dan dikurangi 25% dari
uang muka)
f. Dasar Pengenaan Pajak (DPP) didapat dari [(100/110) x Nilai Kontrak]
g. Pajak Pertambahan Nilai (PPN) didapat dari 10% x DPP
h. Faktur Pajak Standar ini ditandatangani dan berstempel Pihak II
i. Faktur Pajak Standar ini dibuat dalam rangkap 3 (tiga), dengan rincian :
- Lembar 1 (satu) untuk Pihak I/Pemegang Kas
- Lembar 2 (dua) untuk Pihak II
- Lembar 3 (tiga) untuk Kantor Pelayanan Pajak (KPP) setempat
5. Pihak II membuat Surat Setoran Pajak (SSP) tentang Pajak Pertambahan Nilai (PPN),
yang berisi :
a. Lokasi Kantor Pelayanan Pajak (KPP)
b. Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) Pihak II
c. Nomor Wajib Pajak/Pihak II
d. Alamat Wajib Pajak/Pihak II
e. MAP/Kode Jenis Pajak (untuk PPN memakai 411211)
f. Kode Jenis Setoran (100)
g. Uraian Pembayaran
h. Masa Pajak (diisi bulan yang sesuai)
i. Tahun Pajak (diisi tahun yang sesuai)
j. Jumlah Pembayaran (diisi dengan rupiah penuh/angka), dengan ketentuan (10% x DPP)
k. Terbilang (huruf dari jumlah pembayaran)
l. PPN ini ditanda tangani dan berstempel Pihak II
m. PPN ini dibuat dalam rangkap 5 (lima), dengan rincian :
- Lembar 1 (satu) untuk Arsip Wajib Pajak/Pihak II
- Lembar 2 (dua) untuk KPP melalui KPPN/Pihak IV/Bank
- Lembar 3 (tiga) untuk dilaporkan Wajib Pajak/Pihak II ke KPP
- Lembar 4 (empat) untuk Bank Persepsi/Kantor Pos dan Giro
- Lembai 5 (lima) untuk Arsip Wajib Pungu/Pihak Lain/Pihak I
6. Pihak II membuat Surat Setoran Pajak (SSP) tentang Pajak Penghasilan (PPh) pasal 23,
yang berisi :
a. Lokasi Kantor Pelayanan Pajak (KPP)
b. Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) Pihak II
c. Nama Wajib Pajak/Pihak II
d. Alamat Wajib Pajak/Pihak II
e. MAP/Kode Jenis Pajak (untuk PPh Pasal 23 memakai 4111211)
f. Kode Jenis Setoran (100)
g. Uraian Pembayaran
h. Masa Pajak (diisi bulan yang sesuai)
i. Tahun Pajak (diisi tahun yang sesuai)
j. Jumlah Pembayaran (diisi dengan rupiah penuh/angka), dengan ketentuan (2% x DPP)
k. Terbilang (huruf dari jumlah pembayaran)
l. PPh Pasal 23 ini ditanda tangani dan berstempel Pihak II
h. PPh Pasal 23 ini dibuat dalam rangkap 5 (lima), dengan rincian :
- Lembar 1 (satu) untuk Arsip Wajib Pajak/Pihak II
- Lembar 2 (dua) untuk KPP melalui KPPN/Pihak IV/Bank
- Lembar 3 (tiga) untuk dilaporkan Wajib Pajak/Pihak II ke KPP
- Lembar 4 (empat) untuk Bank Persepsi/Kantor Pos dan Giro
- Lembai 5 (lima) untuk Arsip Wajib Pungu/Pihak Lain/Pihak I
7. Pihak II membuat Kwitansi yang berisi tentang :
a. Pembayaran Termijn I dari Pihak I
b. Jumlah Pembayaran Trrmijn I yang diterima oleh Pihak II dari Pihak I (Nama Instansi)
c. Menerangkan tentang pembayaran tersebut diperolehdari tagihan pembayaran atas
selesainya pekerjaan Pihak II
8. Pihak I (Pemegang Kas) membuat Tanda Bukti Penerimaan yang berisi:
a. Jumlah Pembayaran Termijn I
b. Menerangkan pembayaran untuk perihal
c. Jumlah bersih penerimaan Pihak II, didapat dari [Jumlah Kotor – (PPN+PPh Pasal 23)].
d. Tanda Bukti Penerimaan ini dibuat dalam rangkap 4 (empat), dengan rincian :
- Lembar I (satu) untuk Pihak I.
- Lembar 2 (dua) dan 3 (tiga) untuk Pihak III (Bendahara Umum).
- Lembar 4 (empat) untuk Pihak II.
9. Pihak I (Pengguna Anggaran) membuat Surat Pernyataan untuk belanja operasi dan
pemeliharaan, yang berisi tentang :
a. Menerangkan tentang jumlah uang yang harus dibayarkan.
b. Menerangkan bahwa jumlah uang tersebut tidak akan digunakan untuk pengeluaran –
pengeluaran yang tidak berlaku.
c. Menerangkan bahwa jumlah uang tersebut akan dipertanggung jawabkan oleh Pihak I
(Pengguna Anggaran), selambat-lambatnya tanggal 10 bulan berikutnya.
d. Surat Pernyataan untuk belanja operasi dan pemeliharaan ini ditanda tangani dan
berstempel Pihak I (Pengguna Anggaran).
e. Surat Pernyataan untuk belanja operasi dan pemeliharaan ini dibuat dalam rangkap 2
(dua), dengan rincian :
- Lembar 1 (satu) untuk Pihak III (Bendahara Umum).
- Lembar 2 (dua) untuk Arsip Pihak I (Pengguna Anggaran).
10. Pihak I (Pemegang Kas) membuat Daftar Pengantar Surat Permintaan Pembayaran (SPP)
yang ditujukan kepada Pihak III (Bendahara Umum), yang berisi tentang :
a. Menerangkan tentang jumlah uang yang harus dibayarkan.
b. Menerangkan atas nama Pemegang Kas
c. Menerangkan Rekening pada Bank yang bersangkutan
d. Daftar Pengantar Surat Permintaan Pembayaran (SPP) ini ditanda tangani dan
berstempel Pemegang Kas.
e. Daftar Pengantar Surat Permintaan Pembayaran (SPP) ini dibuat dalam rangkap 2
(dua), dengan rincian :
- Lembar 1 (satu) untuk Pihak III (Bendahara Umum).
- Lembar 2 (dua) untuk Arsip Pihak I (Pemegang Kas).
11. Pihak I (Pemegang Kas) membuat Daftar Pengantar Surat Permintaan Pembayaran (SPP)
yang ditujukan kepada Pihak III (Bendahara Umum), yang berisi tentang :
a. Menerangkan tentang Identitas Pihak I (Nama Instansi)
b. Menerangkan tentang jumlah uang yang harus dibayarkan.
c. Menerangkan atas nama Pemegang Kas
d. Menerangkan rekening pada Bank yang bersangkutan
e. Menerangkan perincian penggunaan pembayaran
f. Surat Permintaan Pembayaran (SPP) ini ditanda tangani dan berstempel Pihak I dan
Pemegang Kas
g. Daftar Pengantar Surat Permintaan Pembayaran (SPP) ini dibuat dalam rangkap 2
(dua), dengan rincian :
- Lembar 1 (satu) untuk Pihak III (Bendahara Umum).
- Lembar 2 (dua) untuk Arsip Pihak I (Pemegang Kas)
12. Pihak I (Pemegang Kas) membuat Surat Permintaan Pembayaran (SPP) yang ditujukan
kepada Pihak III (Bendahara Umum), yang berisi tentang :
a. Menerangkan tentang Identitas Pihak I (Nama Instansi)
b. Menerangkan tentang jumlah uang yang harus dibayarkan.
c. Menerangkan atas nama Pemegang Kas
d. Menerangkan rekening pada Bank yang bersangkutan
e. Menerangkan perincian penggunaan pembayaran
f. Surat Permintaan Pembayaran (SPP) ini ditanda tangani dan berstempel Pihak I dan
Pemegang Kas
g. Daftar Pengantar Surat Permintaan Pembayaran (SPP) ini dibuat dalam rangkap 2
(dua), dengan rincian :
- Lembar 1 (satu) untuk Pihak III (Bendahara Umum).
- Lembar 2 (dua) untuk Arsip Pihak I (Pemegang Kas)
13. Pihak I/Pemgang Kas membuat Pengendalian Anggaran Belanja (PAB), yang berisi
tentang :
a. Kode Rekening Pihak I
b. Uraian Pembayaran
c. Jumlah Surat Keputusan Otorisasi (SKO)
d. Jumlah Anggaran
e. Jumlah yang diminta sekarang
f. Jumlah yang masih dapat dipergunakan
g. Pengendalian Anggaran Belanja (PAB) ini ditanda tangani dan berstempel Pihak I dan
Pemegang Saham
h. Pengendalian Anggaran Belanja (PAB) ini dibuat dalam rangkap 2 (dua), dengan
rincian :
- Lembar 1 (satu) untuk Pihak III (Bendahara Umum).
- Lembar 2 (dua) untuk Arsip Pihak I (Pemegang Kas).
14. Pihak II mengajukan berkas-berkas (poin a,b, g,h,i,j,k dan Dokumen Kontrak) kepada
Pihak III (Bendahara Umum).
15. Pihak III (Bendahara Umum) membuat Surat Perintah Membayar (SPM), yang berisi :
a. Identitas Pihak I (Nama Instansi)
b. Identitas Pihak II (Nama Perusahaan)
c. Dasar Pembayaran (berdasarkan SKO)
d. Perihal Pembayaran
e. Informasi tentang besarnya Pajak yang harus dibayar yaitu PPN dan PPh
f. SPM yang harus dibayarkan
g. SPM ini ditanda tangani dan berstempel Pihak I (Pengguna Anggaran), Pihak
II dan Pihak III
h. SPM ini dibuat dalam rangkap 4 (empat) dengan rincian :
- Lembar 1 (satu) untuk Pihak III (Bendahara Umum)
- Lembar 2 (dua) untuk Pihak IV (Bank)
- Lembar 3 (tiga) untuk Pihak I (Pengguna Anggaran)
- Lembar 4 (empat) untuk Pihak II
16. Pihak III (Bendahara Umum) membuat Surat Pemindah Bukuan, yang berisi :
a. Identitas Pihak II (Nama Perusahaan)
b. Uraian pembayaran, yang berisi perintah agar dibayarkan dari rekening Pihak I
(Pemegang Kas) kepada rekening Pihak II
c. Tanggal dan Nomor SPM
d. Jumlah yang harus dibayarkan
e. Potongan, yang berisi : PPN dan PPh
f. Jumlah bersih yang diterima
g. Surat Pemindah Bukuan ini ditanda tangani dan berstempel Pihak III
h. Surat Pemindah Bukuan ini dibuat dalam rangkap 4 (empat), dengan rincian sebagai
berikut :
- Lembar 1 (satu) untuk Pihak III (Bendahara Umum)
- Lembar 2 (dua) untuk Pihak IV (Bank)
- Lembar 3 (tiga) untuk Pihak I (Pengguna Anggaran)
- Lembar 4 (empat) untuk Pihak II
17. Pihak II mengajukan berkas e, f, n dan o kepada Pihak IV (Bank), untuk pencairan termijn
a. Pihak IV akan langsung memotong termijn yang didapat oleh Pihak II dengan
memotong PPN dan PPh sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
b. Untuk berkas PPN pada bagian penerimaan akan ditanda tangani dan distempel oleh
Pihak IV sebagai bukti penerimaan atas pembayaran PPN.
c. Untuk berkas PPN pada bagian penerimaan akan ditanda tangani dan distempel oleh
Pihak IV sebagai bukti penerimaan atas pembayaran PPh.
d. Setelah semua berkas dinyatakan sah maka Termijn I dapat dibayarkan Pihak IV
kepada Pihak II
Pengurusan Termijn II dan Termijn III sama dengan Termijn I
Pengurusan Termijn IV
Pada pengurusan Termijn IV sama dengan Termijn I akan tetapi ditambah dengan Berita
Acara Serah Terima Pekerjaan Pertama dan penyerahan Jaminan Pemeliharaan dari Pihak II ke
Pihak I
Pencairan Jaminan Pemeliharaan
Apabila masa pemeliharaan telah selesai, maka Pihak II dapat mengajukan Pencairan
Jaminan Pemeliharaan, dibuktikan dengan :
a. Surat Pernyataan telah dikerjakan perbaikan atas kerusakan-kerusakan bangunan
b. Daftar Cheklist Pekerjaan
c. Laporan Pekerjaan
d. Berita Acara Pemeriksaan Pekerjaan
e. Berita Acara Selesainya Masa Pemeliharaan
f. Berita Acara Serah Terima Pekerjaan Kedua

Untuk pengajuan Termin Penyedia Barang dan Jasa dapat mengantarkan Dokumen Teknis
pengajuan Termin ke OSS (One Stop Service) di Lantai 8 Gedung Dinas Pekerjaan Umum Jl. S.M.
Amin No.52, Pekanbaru – Riau. Dokumen teknis yang harus dilengkapi adalah:
1. Laporan Harian
2. Laporan Mingguan
3. Laporan Bulanan
4. Dokumen Mutu Pekerjaan
5. Time Schedule
6. Dokumen Foto
7. Surat Persetujuan Pemakaian Barang
8. BA Kemajuan Pekerjaan
9. Surat Izin Pelaksanaan/ Bekerja di Lapangan
10. Surat Pernyataan Tanggung Jawab Mutlak Dari konsultan Pengawas
11. Ringkasan Kontrak
12. Kesesuaian Antara Progres Pekerjaan Dengan Usulan Termin
13. Jaminan Pelaksanaan
14. Jaminan Uang Muka
15. Jaminan Pemeliharaan
16. Kontrak
o Kontrak
o SPMK
o NPWP
o Referensi Bank
o Akte
o Time Schedule
o RAB / Daftar Kuantitas
o Analisa Bahan, Upah, Alat
o Harga Satuan
o Upah
17. Addendum
o Justifikasi Teknis Dari konsultan Pengawas
o Dokumentasi Foto
o BA Perubahan Yang Telah Disetujui Konsultan Pengawas, Kontraktor Pelaksana, dan
Konsultan Perencana
Selanjutnya akan dilakukan verifikasi lebih kurang 20 menit. Apabila lengkap maka akan
mendapatkan Surat Tanda Terima Kelengkapan, dan apabila tidak lengkap akan mendapatkan Daftar
Dokumen Ceklis beserta Dokumen Teknis Pengajuan Termin untuk dapat diperbaiki/ dilengkapi.

Anda mungkin juga menyukai