Anda di halaman 1dari 37

Disampaikan oleh

M. HUSNI MUBAROK, SE., M.Si., Ak., CA.

Dasar Hukum
Pemotongan PPh Pasal 21
Penerima Penghasilan (Subyek Pajak)
Pemotong Pajak
Pengertian PPh Pasal 21/26
Obyek Pemotongan PPh Pasal 21/26
Bukan Obyek PPh Pasal 21/26
Pengurangan Yang Diperbolehkan
Perubahan Tarif Pasal 17
Latihan Soal

UU No. 36 tahun 2008 pasal 21 tentang Pajak Penghasilan


Peraturan Menteri Keuangan Nomor 184/PMK.03/2007 tentang Penentuan Tanggal
Jatuh Tempo Pembayaran dan Penyetoran Pajak, Penentuan Tempat Pembayaran
Pajak, dan Tata Cara Pembayaran, Penyetoran, dan Pelaporan Pajak, serta Tata Cara
Pengangsuran dan Penundaan Pembayaran Pajak yang telah diubah dengan
Peraturan Menteri Keuangan No 80/PMK.03/2010;
Peraturan Menteri Keuangan Nomor 250/PMK.03/2008 tentang Besarnya Biaya
Jabatan atau Biaya Pensiun yang Dapat Dikurangkan dari Penghasilan Bruto Pegawai
Tetap atau Pensiunan;
Peraturan Menteri Keuangan Nomor 16/PMK.03/2010 tentang Tata cara pemotongan
PPh pasal 21 atas penghasilan berupa uang pesangon, uang manfaat pensiun,
tunjangan hari tua, dan jaminan hari tua yang dibayarkan sekaligus
Peraturan Menteri Keuangan Nomor 122/PMK.010/2015 Penyesuaian Besarnya
Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP)
PER Dirjen Pajak No.32 Tahun 2015 tentang Pedoman Teknis Tata Cara Pemotongan,
Penyetoran dan Pelaporan Pajak Penghasilan Pasal 21 dan atau Pajak Penghasilan
Pasal 26 Sehubungan Dengan Pekerjaan, Jasa, dan Kegiatan Oran Pribadi.

BACK

BACK

PEMOTONGAN PPh PASAL 21

Pihak Pertama

Jasa/Kepesertaan
(2)

1. Pegawai/Pensiunan
2. Bukan Pegawai
3. Peserta kegiatan

Pihak Kedua

Ikatan
Kerja/Kegiatan
Pemberi Kerja

Pemotong:
- Hitung
- Potong
- Setor
- Lapor SPT

(1)

Orang Pribadi
Dalam Negeri

Imbalan setelah
Dipotong Pajak
(3)

Bayar Pajak Melalui Pemotong

Wajib Pajak

1.

2.

3.

4.

5.

Penyelenggara Kegiatan adalah Wajib Pajak orang pribadi atau Wajib Pajak badan sebagai
penyelenggara kegiatan tertentu yang melakukan pembayaran imbalan dengan nama dan
dalam bentuk apapun kepada orang pribadi sehubungan dengan pelaksanaan kegiatan
tersebut.
Pegawai tetap adalahpegawai yang menerima atau memperoleh penghasilan dalam jumlah
tertentusecara teratur, termasuk anggota dewan komisaris dan anggota dewan pengawas,
serta pegawai yang bekerja berdasarkan kontrak untuk suatu jangka waktu tertentu yang
menerima atau memperoleh penghasilan dalam jumlah tertentu secara teratur. sepanjang
pegawai yang bersangkutan bekerja penuh (full time) dalam pekerjaan tersebut.
Pegawai tidak tetap/tenaga kerja lepas adalah pegawai yang hanya menerima penghasilan
apabila pegawai yang bersangkutan bekerja, berdasarkan jumlah hari bekerja, jumlah unit
hasil pekerjaan yang dihasilkan atau penyelesaian suatu jenis pekerjaan yang diminta oleh
pemberi kerja.
Penerima Penghasilan Bukan Pegawai adalah orang pribadi selain pegawai tetap dan
pegawai tidak tetap/tenaga kerja lepas yang memperoleh penghasilan dengan nama dan
dalam bentuk apapun dari Pemotong PPh Pasal 21 dan/atau PPh Pasal 26 sebagai imbalan
atas pekerjaan, jasa atau kegiatan tertentu yang dilakukan berdasarkan perintah atau
permintaan dari pemberi penghasilan.
Peserta kegiatan adalah orang pribadi yang terlibat dalam suatu kegiatan tertentu,
termasuk mengikuti rapat, sidang, seminar, lokakarya (workshop), pendidikan, pertunjukan,
olahraga, atau kegiatan lainnya dan menerima atau memperoleh imbalan sehubungan
dengan keikutsertaannya dalam kegiatan tersebut.

BACK

Penerima pensiun adalah orang pribadi atau ahli warisnya yang menerima atau
memperoleh imbalan untuk pekerjaan yang dilakukan di masa lalu, termasuk orang
pribadi atau ahli warisnya yang menerima tunjangan hari tua atau jaminan hari tua.
Penghasilan Pegawai Tetap yang Bersifat Teratur adalah penghasilan bagi pegawai
tetap berupa gaji atau upah, segala macam tunjangan, dan imbalan dengan nama
apapun yang diberikan secara periodik berdasarkan ketentuan yang ditetapkan oleh
pemberi kerja, termasuk uang lembur.
Penghasilan Pegawai Tetap yang Bersifat Tidak Teratur adalah penghasilan bagi
pegawai tetap selain penghasilan yang bersifat teratur, yang diterima sekali dalam
satu tahun atau periode lainnya, antara lain berupa bonus, Tunjangan Hari Raya (THR),
jasa produksi, tantiem, gratifikasi, atau imbalan sejenis lainnya dengan nama apapun.
Upah harian adalah upah atau imbalan yang diterima atau diperoleh pegawai yang
terutang atau dibayarkan secara harian.
Upah mingguan adalah upah atau imbalan yang diterima atau diperoleh pegawai yang
terutang atau dibayarkan secara mingguan.
Upah satuan adalah upah atau imbalan yang diterima atau diperoleh pegawai yang
terutang atau dibayarkan berdasarkan jumlah unit hasil pekerjaan yang dihasilkan.
Upah borongan adalah upah atau imbalan yang diterima atau diperoleh pegawai yang
terutang atau dibayarkan berdasarkan penyelesaian suatu jenis pekerjaan tertentu.

BACK

Imbalan kepada bukan pegawai adalah penghasilan dengan nama dan dalam bentuk
apapun yang terutang atau diberikan kepada bukan pegawai sehubungan dengan
pekerjaan, jasa, atau kegiatan yang dilakukan, antara lain berupa honorarium,
komisi, fee, dan penghasilan sejenis lainnya.
Imbalan kepada bukan pegawai yang bersifat berkesinambungan adalah imbalan
kepada bukan pegawai yang dibayar atau terutang lebih dari satu kali dalam satu
tahun kalender sehubungan dengan pekerjaan, jasa, atau kegiatan.
Imbalan kepada peserta kegiatan adalah penghasilan dengan nama dan dalam
bentuk apapun yang terutang atau diberikan kepada peserta kegiatan tertentu,
antara lain berupa uang saku, uang representasi, uang rapat, honorarium, hadiah
atau penghargaan, dan penghasilan sejenis lainnya.
Masa Pajak terakhir adalah masa Desember atau masa pajak tertentu di mana
pegawai tetap berhenti bekerja.

BACK

DEFINISI PPh PASAL 21/26


(Pasal 1 ayat 2 & 3 Per Dirjen Pajak 32/PJ/
2015)

Pajak Penghasilan sehubungan dengan pekerjaan, jasa, dan


kegiatan yang dilakukan oleh Wajib Pajak orang pribadi

Berupa gaji, upah, honorarium, tunjangan, dan


pembayaran lain dengan nama dan dalam bentuk apapun
sehubungan dengan pekerjaan atau jabatan, jasa, dan
kegiatan

WP OP SUBYEK PAJAK
DALAM NEGERI

PPh Pasal 21

WP OP SUBYEK PAJAK
LUAR NEGERI

PPh Pasal 26
BACK

OBYEK PEMOTONGANG PPh PASAL 21/26


OBYEK PEMOTONGANG PPh PASAL 21/26
PASAL 5 AYAT 1 PER DIRJEN PAJAK 32/P J/ 2015
5 AYAT 1
PER diterima
DIRJEN PAJAK
32/P J/ 2015
a.PASAL
penghasilan
yang
atau diperoleh
Pegawai tetap, baik
a.berupa
penghasilan
yang
diterima
atau
diperoleh
Pegawai
tetap,
baik
penghasilan yang bersifat teratur maupun
tidak
teratur;
berupa penghasilan
yang atau
bersifat
teraturPenerima
maupun tidak
teratur;
b. penghasilan
yang diterima
diperoleh
pensiun
secara
b.teratur
penghasilan
yang
diterima
atau
diperoleh
Penerima
pensiun
secara
berupa uang pensiun atau penghasilan sejenisnya;
teratur berupa
uang pensiun
atau
penghasilan
sejenisnya;
c. penghasilan
sehubungan
dengan
pemutusan
hubungan
kerja dan
c.penghasilan
penghasilansehubungan
sehubungandengan
denganpensiun
pemutusan
hubungan
kerja dan
yang diterima secara
penghasilan
sehubungan
denganuang
pensiun
yang pensiun,
diterima tunjangan
secara
sekaligus
berupa
uang pesangon,
manfaat
sekaligus
berupa
uang
pesangon,
uang manfaatlain
pensiun,
tunjangan
hari
tua atau
jaminan
hari
tua, dan pembayaran
sejenis;
hari tua atau
jaminan
haritetap
tua, dan
sejenis;
d. penghasilan
pegawai
tidak
ataupembayaran
tenaga kerjalain
lepas,
berupa
d.upah
penghasilan
pegawai
tidak tetap
tenaga
kerja
lepas, berupa
harian, upah
mingguan,
upahatau
satuan,
upah
borongan
atau
upah
harian,
upah
mingguan,
upah
satuan,
upah
borongan
atau
upah yang dibayarkan secara bulanan;
upah yang
dibayarkan
secara bulanan;
e. imbalan
kepada
bukan pegawai,
antara lain berupa honorarium,
e.komisi,
imbalan
kepada
bukan
pegawai,
antara
lainnama
berupa
fee, dan imbalan sejenisnya
dengan
danhonorarium,
dalam bentuk
komisi,
fee,
dan
imbalan
sejenisnya
dengan
nama
dan
bentuk
apapun sebagai imbalan sehubungan dengan pekerjaan,dalam
jasa, dan
apapun yang
sebagai
imbalan sehubungan dengan pekerjaan, jasa, dan
kegiatan
dilakukan;
kegiatan yang dilakukan;

BACK

OBYEK PEMOTONGANG PPh PASAL 21/26


OBYEK PEMOTONGANG PPh PASAL 21/26

PASAL 5 AYAT 1 PER DIRJEN PAJAK 32/P J/ 2015


5 AYAT
1 PER
DIRJENkegiatan,
PAJAK 32/P
J/ 2015
f. PASAL
Imbalan
kepada
peserta
antara
lain berupa uang saku,
f. uang
Imbalan
kepada
peserta
kegiatan,
antara
berupa
uang saku,
representasi, uang rapat, honorarium,lain
hadiah
atau
uang representasi,
rapat,
honorarium,
atau
penghargaan
denganuang
nama
dan dalam
bentukhadiah
apapun,
dan imbalan
penghargaan
dengan
nama
dan
dalam
bentuk
apapun,
dan imbalan
sejenis dengan nama apapun.
sejenis dengan
nama
apapun. atau imbalan yang bersifat tidak
g. penghasilan
berupa
honorarium
g.teratur
penghasilan
berupa honorarium
atau
imbalan
yang komisaris
bersifat tidak
yang diterima
atau diperoleh
anggota
dewan
atau
teratur
yang
diterima
atau
diperoleh
anggota
dewan
komisaris
atau
dewan pengawas yang tidak merangkap sebagai Pegawai Tetap pada
dewan pengawas
yang tidak merangkap sebagai Pegawai Tetap pada
perusahaan
yang sama;
perusahaanberupa
yang sama;
h. penghasilan
jasa produksi, tantiem, gratifikasi, bonus atau
h.imbalan
penghasilan
berupa
jasa produksi,
tantiem,
bonus
atau
lain yang bersifat
tidak teratur
yang gratifikasi,
diterima atau
diperoleh
imbalan
lain yang
bersifat tidak teratur yang diterima atau diperoleh
mantan
pegawai;
atau
mantan pegawai;
i. penghasilan
berupaatau
penarikan dana pensiun oleh peserta program
i. pensiun
penghasilan
berupa
penarikan
dana pensiun
oleh
peserta
program
yang masih berstatus
sebagai
pegawai,
dari
dana pensiun
pensiun
yang masih
berstatus
sebagai
pegawai,
dari dana pensiun
yang
pendiriannya
telah
disahkan
oleh Menteri
Keuangan.
yang pendiriannya telah disahkan oleh Menteri Keuangan.
PASAL 5 AYAT 2 PER DIRJEN PAJAK 31/ PJ/ 2012
PASAL 5Natura/kenikmatan
AYAT 2 PER DIRJEN yang
PAJAKdiberikan
31/ PJ/ 2012
Imbalan
oleh WP Final, dan WP
Imbalan
Natura/kenikmatan
yang
diberikan
oleh WP Final, dan WP
dengan Deemed Profit.
dengan Deemed Profit.

BUKAN OBYEK PAJAK PASAL 21


BUKAN OBYEK PAJAK PASAL 21
Pasal 8 ayat 1
Pasal 8 ayat 1
a. Pembayaran manfaat atau santunan asuransi dari
a. Pembayaran manfaat atau santunan asuransi dari
perusahaan asuransi sehubungan dengan asuransi
perusahaan asuransi sehubungan dengan asuransi
kesehatan, asuransi kecelakaan, asuransi iiwa, asuransi
kesehatan, asuransi kecelakaan, asuransi iiwa, asuransi
dwiguna, dan asuransi bea siswa:
dwiguna, dan asuransi bea siswa:
b. Penerimaan dalam bentuk natura dan/atau kenikmatan
b. Penerimaan dalam bentuk natura dan/atau kenikmatan
dalam bentuk apapun yang diberikan oleh Wajib Pajak atau
dalam bentuk apapun yang diberikan oleh Wajib Pajak atau
pemerintah, kecuali penghasilan sebagaimana
pemerintah, kecuali penghasilan sebagaimana
dimaksudalam Pasal 5 ayat (2) Per Dirjen Pajak 31/2012;
dimaksudalam Pasal 5 ayat (2) Per Dirjen Pajak 31/2012;
c. Iuran pensiun yang dibayarkan kepada dana pensiun yang
c. Iuran pensiun yang dibayarkan kepada dana pensiun yang
pendiriannya telah disahkan oleh Menteri Keuangan, iuran
pendiriannya telah disahkan oleh Menteri Keuangan, iuran
tunjangan hari tua atau iuran jaminan hari tua kepada
tunjangan hari tua atau iuran jaminan hari tua kepada
badan penyelenggara tunjangan hari tua atau badan
badan penyelenggara tunjangan hari tua atau badan
penyelenggara jaminan sosial tenaga kerja yang dibayar
penyelenggara jaminan sosial tenaga kerja yang dibayar
oleh pemberi kerja;
oleh
pemberi
kerja;
Pajak
Penghasilan
yang ditanggung oleh pemberi kerja, termasuk yang
Pajak Penghasilan
yang ditanggung
oleh pemberi
kerja,
termasuk
yang
ditanggung
oleh Pemerintah,
merupakan
penerimaan
dalam
bentuk
ditanggung sebagaimana
oleh Pemerintah,
merupakan
bentuk
kenikmatan
dimaksud
pada penerimaan
Pasal 8 ayat dalam
(1) huruf
b
kenikmatan sebagaimana dimaksud pada Pasal 8 ayat (1) huruf b

BACK

BUKAN OBYEK PAJAK PASAL 21


BUKAN OBYEK PAJAK PASAL 21
Pasal 8 ayat 1
Pasal 8 ayat 1

d. Zakat yang diterima oleh orang pribadi yang berhak dari


d. Zakat yang diterima oleh orang pribadi yang berhak dari
badan atau lembaga amil zakat yang dibentuk atau
badan atau lembaga amil zakat yang dibentuk atau
disahkan oleh pemerintah, atau sumbangan keagamaan
disahkan oleh pemerintah, atau sumbangan keagamaan
yang sifatnya wajib bagi pemeluk agama yang diakui di
yang sifatnya wajib bagi pemeluk agama yang diakui di
Indonesia yang diterima oleh orang pribadi yang berhak
Indonesia yang diterima oleh orang pribadi yang berhak
dari lembaga keagamaan yang dibentuk atau disahkan
dari lembaga keagamaan yang dibentuk atau disahkan
oleh Pemerintah sepanjang tidak ada hubungan dengan
oleh Pemerintah sepanjang tidak ada hubungan dengan
usaha, pekerjaan, kepemilikan, atau penguasaan di antara
usaha, pekerjaan, kepemilikan, atau penguasaan di antara
pjhak-pihak yang bersangkutan;
pjhak-pihak yang bersangkutan;
e. beasiswa sebagaimana dimaksudalam Pasal 4 ayat (3)
e. beasiswa sebagaimana dimaksudalam Pasal 4 ayat (3)
huruf I Undang-Undang Pajak Penghasilan
huruf I Undang-Undang Pajak Penghasilan

PEMOTONG PPh Pasal 21/26


PEMOTONG PPh Pasal 21/26
(Pasal 2 Per Dirjen Pajak 32/PJ/ 2015)
(Pasal 2 Per Dirjen Pajak 32/PJ/ 2015)

Wajib Pajak orang pribadi atau Wajib Pajak badan, termasuk bentuk usaha
Wajibyang
Pajakmempunyai
orang pribadi
atau Wajib
Pajakmelakukan
badan, termasuk
bentukpajak
usaha
tetap,
kewajiban
untuk
pemotongan
tetap,
yang mempunyai
kewajiban
untuk
melakukan
pemotongan
pajak
atas
Penghasilan
Sehubungan
dengan
Pekerjaan,
Jasa,
dan Kegiatan
atas Penghasilan
Sehubungan
dengandalam
Pekerjaan,
danPasal
Kegiatan
Orang
Pribadi sebagaimana
dimaksud
Pasal Jasa,
21 dan
26
Orang
Pribadi
sebagaimana
dimaksud
dalam
Pasal
21
dan
Pasal
26
Undang-Undang Pajak Penghasilan.
Undang-Undang Pajak Penghasilan.

1. Pemberi kerja
Pemberi kerja Pemerintah
2.1.Bendaharawan
Bendaharawan
Pemerintah
3.2.Dana
Pensiun
Dana Pensiun
4.3.Orang
Pribadi dan atau Badan Yang Membayar Honorarium
4.termasuk
Orang Pribadi
atau
Yang Pajak
Membayar
Honorarium
Kepada dan
Tenaga
AhliBadan
OP Subyek
Dalam Negeri,
OP
termasuk
Kepada
Tenaga
Ahli
OP
Subyek
Pajak
Dalam
Negeri,
OP
Subyek Pajak luar Negeri, Peserta Pendidikan, Pelatihan dan
Subyek Pajak luar Negeri, Peserta Pendidikan, Pelatihan dan
Magang
Magang
5. Penyelenggara
kegiatan baik badan pemerintah, organisasi,
5.perkumpulan
Penyelenggara
kegiatan
baik
badan pemerintah,
organisasi,
maupun
OP yang
menyelenggarakan
kegiatan.
perkumpulan maupun OP yang menyelenggarakan kegiatan.
BACK

BACK

PENERIMA PENGHASILAN DIPOTONG PPh Pasal


PENERIMA PENGHASILAN DIPOTONG PPh Pasal
21/26
21/26
(Pasal 3 Per Dirjen Pajak 32/PJ/ 2015)
(Pasal 3 Per Dirjen Pajak 32/PJ/ 2015)

1. Pegawai : Tetap dan Tidak Tetap


Pegawai uang
: Tetap
dan Tidakpensiun
Tetap atau uang manfaat pensiun,
2.1.Penerima
pesangon,
2.tunjangan
Penerimahari
uang
pesangon,
pensiun
manfaat
tua,
atau jaminan
hariatau
tua,uang
termasuk
ahli pensiun,
tunjangan hari tua, atau jaminan hari tua, termasuk ahli
warisnya;
warisnya;
3. Bukan
pegawai yang menerima atau memperoleh penghasilan
3.sehubungan
Bukan pegawai
yang
menerimajasa,
atauatau
memperoleh
penghasilan
dengan
pekerjaan,
kegiatan (lihat
Rincian)
sehubungan
dengan
pekerjaan,
jasa,
atau
kegiatan
(lihat
Rincian)
4. Anggota Dekom dan Dewan Pengawasa yang tidak merangkap
4.sebagai
Anggota
Dekomtetap
dan Dewan
Pengawasa
yang tidak merangkap
pegawai
diperusahaan
yg sama
sebagai
pegawai tetap diperusahaan yg sama
5. Manta
Pegawai
Manta kegiatan
Pegawai yang menerima atau memperoleh penghasilan
6.5.Peserta
6.sehubungan
Peserta kegiatan
yang
menerima ataudalam
memperoleh
penghasilan
dengan
keikutsertaannya
suatu kegiatan
sehubungan dengan keikutsertaannya dalam suatu kegiatan

NO. Golongan Penerima Penghasilan


1

Pegawai Tetap

Penerima Pensiun Berkala

Pegawai Tidak Tetap atau Tenaga


Kerja Lepas

Distributor MLM

Petugas Dinas Luar Asuransi

Penjaja Barang Dagangan

Tenaga Ahli

No.

Golongan Penerima (Lanjutan)

Anggota Dewan Komisaris atau Dewan Pengawas yang


tidak Merangkap sebagai Pegawai Tetap
Mantan Pegawai yang Menerima Jasa Produksi,
Tantiem, Bonus atau Imbalan Lain

9
10

Pegawai yang Melakukan Penarikan Dana Pensiun

11

Peserta Kegiatan

12

Bukan Pegawai yang Menerima Penghasilan yang Bersifat


Berkesinambungan
Bukan Pegawai yang Menerima Penghasilan yang Tidak
Bersifat Berkesinambungan

13
14

Pegawai atau Pemberi Jasa sebagai Wajib Pajak Luar Negeri

TIDAK TERMASUK PENERIMA PENGHASILAN YANG


TIDAK TERMASUK PENERIMA PENGHASILAN YANG
DIPOTONG PPh Pasal 21/26
DIPOTONG PPh Pasal 21/26
(Pasal 4 Per Dirjen Pajak 32/PJ/ 2015)
(Pasal 4 Per Dirjen Pajak 32/PJ/ 2015)

1. Pejabat perwakilan diplomatik dan konsulat atau pejabat lain dari negara
1.asing,
Pejabat
diplomatik
dan konsulatkepada
atau pejabat
lain
daribekerja
negara
danperwakilan
orang-orang
yang diperbantukan
mereka
yang
asing,
dan
orang-orang
yang
diperbantukan
yang bekerja
pada
dan
bertempat
tinggal
bersama
mereka,kepada
denganmereka
syarat bukan
warga
pada
dan
bertempat
tinggal
bersama
mereka,
dengan
syarat
bukan
negara Indonesia dan di Indonesia tidak menerima atau memperoleh warga
negara Indonesia
dan di
Indonesia
menerimatersebut,
atau memperoleh
penghasilan
lain di luar
jabatan
atautidak
pekerjaannya
serta negara
penghasilan
lain dimemberikan
luar jabatanperlakuan
atau pekerjaannya
tersebut, serta negara
yang
bersangkutan
timbal balik;
yang bersangkutan
memberikan
perlakuansebagaimana
timbal balik; dimaksud dalam
2. Pejabat
perwakilan organisasi
internasional
2.Pasal
Pejabat
perwakilan
internasional
3 ayat
(1) huruforganisasi
c Undang-Undang
Pajaksebagaimana
Penghasilan, dimaksud
yang telahdalam
Pasal 3 ayat
(1)Menteri
huruf cKeuangan,
Undang-Undang
Penghasilan,
yang
telah
ditetapkan
oleh
denganPajak
syarat
bukan warga
negara
ditetapkan
oleh
Menteri
Keuangan,
dengan
bukan
negara
Indonesia
dan
tidak
menjalankan
usaha
atau syarat
kegiatan
atauwarga
pekerjaan
lain
Indonesia
dan tidak
menjalankan
atau kegiatan atau pekerjaan lain
untuk
memperoleh
penghasilan
dariusaha
Indonesia.
untuk memperoleh penghasilan dari Indonesia.

TIDAK TERMASUK PEMBERI KERJA


TIDAK TERMASUK PEMBERI KERJA
Pasal 2 ayat 2 dan 3 Per 32/PJ/2015
Pasal 2 ayat 2 dan 3 Per 32/PJ/2015

1. kantor perwakilan negara asing;


kantor perwakilan negara
asing; sebagaimana dimaksudalam Pasal 3
2.1.organisasi-organisasi
internasional
2.ayat
organisasi-organisasi
internasional
sebagaimana
Pasal 3
(1) huruf c Undang-Undang
Pajak
Penghasilan,dimaksudalam
yang telah ditetapkan
ayat
(1) huruf
c Undang-Undang Pajak Penghasilan, yang telah ditetapkan
oleh
Menteri
Keuangan;
oleh Menteri
Keuangan;
3. pemberi
kerja orang
pribadi yang tidak melakukan kegiatan usaha atau
3.pekerjaan
pemberi kerja
orang
yang tidak
melakukan kegiatan
usahauntuk
atau
bebas yang pribadi
semata-mata
mempekerjakan
orang pribadi
pekerjaanpekerjaan
bebas yang
semata-mata
mempekerjakan
orang
pribadi
untuk
melakukan
rumah
tangga atau
pekerjaan bukan
dalam
rangka
melakukankegiatan
pekerjaan
rumah
tangga
atau bebas.
pekerjaan bukan dalam rangka
melakukan
usaha
atau
pekerjaan
melakukan kegiatan usaha atau pekerjaan bebas.

Dalam
hal organisasi internasional tidak memenuhi ketentuan sebagaimana
Dalam
halpada
organisasi
internasional
tidak memenuhi
ketentuan
sebagaimana
dimaksud
ayat (2)
huruf b, organisasi
internasional
dimaksud
dimaksud
pada
ayat (2)
huruf
b, organisasi
internasional
merupakan
pemberi
kerja
yang
berkewajiban
melakukandimaksud
pemotongan
merupakan
pemberi
kerja
yang
berkewajiban
melakukan
pemotongan
pajak.
pajak.

BACK

BUKAN PEGAWAI
BUKAN PEGAWAI
(Pasal 3 c PER Dirjen Pajak 32/ PJ/2015)
(Pasal 3 c PER Dirjen Pajak 32/ PJ/2015)

1. tenaga ahli yang melakukan pekerjaan bebas, yang terdiri dari pengacara,
1. akuntan,
tenaga arsitek,
ahli yang
melakukan
pekerjaan
bebas,
yang
terdiri
dari pengacara,
dokter,
konsultan,
notaris,
penilai,
dan
aktuaris;
akuntan,
arsitek,
dokter,acara,
konsultan,
notaris,
penilai,bintang
dan aktuaris;
2. pemain
musik,
pembawa
penyanyi,
pelawak,
film, bintang
2. sinetron,
pemain bintang
musik, pembawa
acara,
penyanyi,
pelawak,
bintang
film, bintang
iklan, sutradara, kru film, {oto model,
sinetron, bintang iklan,pemain
sutradara,
kru penari,
film, {oto
model, pelukis, dan
peragawan/peragawati,
drama,
pemahat,
peragawan/peragawati,
pemain drama, penari, pemahat, pelukis, dan
seniman
lainnya;
seniman lainnya;
3. olahragawan;
olahragawan;
4.3. penasihat,
pengajar, pelatih, penceramah, penyuluh, dan moderator;
4.
penasihat,
pengajar,
pelatih,
penceramah, penyuluh, dan moderator;
5. pengarang, peneliti,
dan
penerjemah;
pengarang,
peneliti,
dan penerjemah;
6.5. pemberi
jasa dalam
segala
bidang termasuk teknik, komputer dan system
6. aplikasinya,
pemberi jasa
dalam
segala
bidang termasuk
teknik,
komputer
dan system
telekomunikasi, elektronika,
fotografi,
ekonomi
dan sosial
serta
aplikasinya,
telekomunikasi,
elektronika, fotografi, ekonomi dan sosial serta
pemberi
jasa kepada
suatu kepanitiaan
pemberi
7. agen
iklan;jasa kepada suatu kepanitiaan
agen iklan;
8.7. pengawas
atau pengelola proyek;
8.
pengawas
atau pengelola
proyek;
9. pembawa pesanan
atau yang
menemukan langganan atau yang menjadi
9. perantara;
pembawa pesanan atau yang menemukan langganan atau yang menjadi
perantara;
10. petugas
penjaia barang dagangan;
10.
petugas
penjaia
dagangan;
11. petugas dinas
luarbarang
asuransi;
11.
petugas dinas
luar asuransi;
12.
distributor
perusahaan
multilevel marketing atau direct selling dan kegiatan
12.
distributor
perusahaan
multilevel marketing atau direct selling dan kegiatan
sejenis lainnya;
sejenis lainnya;

BACK

PESERTA KEGIATAN
PESERTA KEGIATAN
(Pasal 3f Per Dirjen Pajak 32/ PJ/2015)
(Pasal 3f Per Dirjen Pajak 32/ PJ/2015)

1. peserta perlombaan dalam segala bidang, antara lain perlombaan


1.olah
peserta
dalam segala
bidang, antara
lain perlombaan
raga,perlombaan
seni, ketangkasan,
ilmu pengetahuan,
teknologi
dan
olah
raga,
seni,
ketangkasan,
ilmu
pengetahuan,
teknologi
dan
perlombaan lainnya;
perlombaan
2. pesetta
rapat, lainnya;
konferensi, sidang, pertemuan, atau kunjungan kerja;
2.
pesetta
rapat,
konferensi,
pertemuan, sebagai
atau kunjungan kerja;
3. peserta atau anggota
dalamsidang,
suatu kepanitiaan
3.penyelenggara
peserta atau anggota
suatu kepanitiaan sebagai
kegiatandalam
tertentu;
penyelenggara
kegiatan
tertentu;
4. peserta
pendidikan,
pelatihan,
dan magang;
4.
peserta
pendidikan,
pelatihan,
dan magang;
5. peserta kegiatan lainnya.
5. peserta kegiatan lainnya.

BACK

PENGURANGAN YANG DIPERBOLEHKAN


PENGURANGAN YANG DIPERBOLEHKAN

1. Biaya jabatan, yaitu biaya untuk mendapatkan, menagih, dan memelihara


1.penghasilan
Biaya jabatan,
yaitu5%
biaya
untuk
mendapatkan,
menagih,
dan
memelihara
sebesar
(lima
persen)
dari penghasilan
bruto
sebagaimana
penghasilan
sebesar
(lima persen)
penghasilan
sebagaimana
dimaksud
dalam
Pasal 5%
5, dengan
jumlah dari
maksimum
yang bruto
diperkenankan
dimaksud
Pasal 5, setahun
dengan jumlah
yang
diperkenankan
sejumlah
Rpdalam
6.000.000,00
atau Rpmaksimum
500.000,00
sebulan;
sejumlah
6.000.000,00
setahun
atau Rpoleh
500.000,00
2. Iuran
yang Rp
terkait
dengan gaji
yang dibayar
pegawaisebulan;
kepada dana
2.pensiun
Iuran yang
terkait
dengan
gaji
yang
dibayar
oleh
pegawai
kepadaatau
dana
yang pendiriannya telah disahkan oleh Menteri Keuangan
badan
pensiun
yang
pendiriannya
telah
disahkan
oleh
Menteri
Keuangan
atau
badan
penyelenggara Tabungan Hari Tua atau Jaminan Hari Tua yang dipersamakan
penyelenggara
Tabungan
Tua atau Jaminan
Hari Tua
yang
dipersamakan
dengan
dana pensiun
yang Hari
pendiriannya
telah disahkan
oleh
Menteri
dengan dana pensiun yang pendiriannya telah disahkan oleh Menteri
Keuangan.
Keuangan.
3. Besarnya
penghasilan neto penerima pensiun dikurangi dengan biaya
3.pensiun,
Besarnya
penghasilan
neto
penerima pensiun
dikurangi
dengan biaya
yaitu
biaya untuk
mendapatkan,
menagih,
dan memelihara
uang
pensiun,
yaitu
biaya
untuk
mendapatkan,
menagih,
dan
memelihara
pensiun sebesar 5% (lima persen) dari penghasilan bruto berupa uang uang
pensiundengan
sebesar
5% (lima
persen) yang
dari penghasilan
bruto
berupaRp
uang
pensiun
jumlah
maksimum
diperkenalkan
sejumlah
2,4juta
pensiun
dengan
jumlahdua
maksimum
yang
diperkenalkan
sejumlah Rp 2,4juta
(empat
ratus
tiga puluh
ribu rupiah)
setahun
atau Rp.200.000,00
(empat ratus tiga puluh dua ribu rupiah) setahun atau Rp.200.000,00
sebulan,
sebulan,Penghasilan Kena Pajak dari seorang pegawai dihitung berdasar
4. Besarnya
4.penghasilan
Besarnya Penghasilan
Kena Pajak
dari Penghasilan
seorang pegawai
berdasar
netonya dikurangi
dengan
Tidak dihitung
Kena Pajak
(PTKP)
penghasilan
netonya
dengan: Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP)
yang
jumlahnya
adalahdikurangi
sebagai berikut
yang jumlahnya adalah sebagai berikut :

PENGHASILAN TIDAK KENA PAJAK BAGI


PENGHASILAN TIDAK KENA PAJAK BAGI
PEGAWAI
PEGAWAI
KETERANGAN

PER DIRJEN
15/PJ/2006

1. Diri Pegawai

Rp.13.200.000

2. Tambahan bagi
Pegawai
Menikah

Rp. 1.200.000

3. Istri Bekerja*

Rp.13.200.000

4. Tanggungan **
(maks 3 orang)

Rp. 1.200.000

UU PPh 36
TAHUN 2008
Rp.15.840.000
Rp. 1.320.000

Rp.15.840.000
Rp. 1.320.000

PMK
162/PMK.011/
2012

PMK
122/PMK.010/2
015

Rp.24.300.000

Rp.36.000.000

Rp.2.025.000

Rp.3.000.000

Rp.24.300.000

Rp.36.000.000

Rp.2.025.000

Rp.3.000.000

Per tahun

Keterangan :
*Jika suami bekerja istri bekerja maka suami mendapatkan fasilitas PTKP (WP bekerja,
menikah dan tanggungan), sedangkan istri hanya mendapatkan PTKP WP bekerja.
** Keluarga sedarah dan semenda dalam satu garis keturunan lurus 1 derajat ke atas dan ke
bawah serta anak angkat

A. Bagi Pegawai Tidak Tetap (Upah


harian/Borongan/Satuan/Mingguan yang tidak menerima
upah secara bulanan:
1.

2.

3.

Dilakukan pemotongan PPh Pasal 21, dalam hal penghasilan sehari atau
rata-rata penghasilan sehari melebihi Rp300.000,00, dan jumlah sebesar
Rp300.000,00 (seratus lima puluh ribu rupiah) tersebut merupakan jumlah
yang dapat dikurangkan dari penghasilan bruto.
Dalam hal pegawai tidak tetap telah memperoleh penghasilan kumulatif
dalam I (satu) bulan kalender melebihi Rp3.000.000,00 maka jumlah yang
dapat dikurangkan dari penghasilan bruto adalah sebesar PTKP yang
sebenarnya (PTKP setahun/360 untuk jumlah hari kerja yang sebenarnya).
Dalam hal pegawai tidak tetap telah memperoleh penghasilan kumulatif dalam I
(satu) bulan kalender melebihi Rp8.200.000,00 maka jumlah yang dapat
dikurangkan dari penghasilan bruto adalah sebesar PTKP Setahun. Penghasilan
Brutonya disetahunkan.

B. Bagi Pegawai Tidak Tetap (Upah


harian/Borangan/Satuan/Mingguan yang menerima upah
secara bulanan:
Dilakukan Pemotongan dengan mendapatkan pengurangan sebesar PTKP
setahun.

Tarif Pasal 17 secara kumulatif penghasilan


kena pajak X 50% x PB-PTKP sebulan
*Syarat mendapatkan pengurangan PTKP sebulan:
Apabila punya NPWP/ bagi karyawati NPWP suami
1 Pemberi kerja

Tarif Pasal 17 X 50% x PB

1.

2.

3.

4.

5.

Penghasilan Kena Pajak, sebesar 50% (lima puluh persen) dari jumlah penghasilan
bruto dikurangi PTKP per bulan, yang diterima atau diperoleh Bukan Pegawai
Berkesinambungan Yang Memenuhi Pengurangan PTKP Sebulan
50% (lima puluh persen) dari jumlah penghasilan bruto untuk setiap pembayaran
imbalan bagi bukan pegawai sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 huruf c yang
bersifat berkesinambungan yang tidak memenuhi syarat pengurangan PTKP
Sebulan.
jumlah penghasilan bruto berupa honorarium atau imbalan yang bersifat tidak
teratur yang diterima atau diperoleh anggota dewan komisaris atau dewan
pengawas yang tidak merangkap sebagai pegawai tetap pada perusahaan yang
sama;
jumlah penghasilan bruto berupa jasa produksi , tantiem, gratifikasi, bonus atau
imbalan lain yang bersifat tidak teratur yang diterima atau diperoleh mantan
pegawai;atau
jumlah penghasilan bruto berupa penarikan dana pensiun oleh peserta program
pensiun yang masih berstatus sebagai pegawai, dari dana pensiun yang
pendiriannya telah disahkan oleh Menteri Keuangan.

1.

2.

50% (lima puluh persen) dari jumlah


penghasilan bruto untuk setiap pembayaran
imbalan kepada bukan pegawai yang tidak
bersifat berkesinambungan;
jumlah penghasilan bruto untuk setiap kali
pembayaran yang bersifat utuh dan tidak
dipecah, yang diterima oleh peserta kegiatan.

TARIF PASAL 17 OP DALAM NEGERI


TARIF PASAL 17 OP DALAM NEGERI
TARI
F

UU PPh 17 TAHUN
2000

UU PPh 36 TAHUN 2008*

5%

0 sd. 25.000.000

0 sd. 50.000.000

10%

25.000.000 sd. 50.000.000

Dihapuskan

15%

50.000.000 sd 100.000.000

50.000.000 sd 250.000.000

25%

100.000.000 sd 200.000.000

250.000.000 sd 500.000.000

30%

>500.000.000

35%

>200.000.000

Dihapuskan

Keterangan :
*Tarif pasal 17 UU No. 36/ 2008 berlaku untuk WP yang memilkik NPWP
** Bagi WP yang tidak memilkik NPWP dikenai Tarif 20% lebih tinggi dari tarif pasal 17 (lihat
contoh)

CONTOH PERHITUNGAN TARIF PASAL 17 WP OP DN


CONTOH PERHITUNGAN TARIF PASAL 17 WP OP DN
PEMILIK NPWP Vs TIDAK
PEMILIK NPWP Vs TIDAK
DIKETAHUI PENGHASILAN KENA PAJAK ANDI TAHUN 2012 Rp. 75.000.000
HITUNGLAH PPh PASAL 21 YANG TERUTANG DARI TUAN ANDI

MEMILKIK NPWP
(TARIF PASAL 17)

TIDAK PUNYA NPWP

5% X 50.000.000
2.500.000

5% X 120% X 50.000.000 =
3.000.000

15% X 25.000.000
3.750.000

15% X 120%X 25.000.000 =


4.500.000

PPh Pasal 21terutang =


6.250.000

= 7.500.000

Keterangan :
*Tarif pasal 17 UU No. 36/ 2008 berlaku untuk WP yang memilkik NPWP
** Bagi WP yang tidak memilkik NPWP dikenai Tarif 20% lebih tinggi dari normal

BACK

Honor yang diterima oleh PNS/Pejabat


Negara, TNI/Polri yang dananya bersumber
dari APBN/APBD. Tarif pajak berdasarkan
Golongan Pangkat
Gol II = 0% dari penghasilan bruto
Gol III = 5% dari Penghasilan bruto
Gol IV = 15% dari PB.

Uang Manfaat Pensiun, Tunjangan Hari Tua


atau Jaminan Hari Tua Tarif PPh Pasal 21 nya
ditentukan sebagai berikut:
sebesar 0% (nol persen) atas penghasilan
bruto sampai dengan Rp50.000.000.00
(lima puluh juta rupiah);
sebesar 5% (lima persen) atas penghasilan
bruto di atas Rp50.000.000,00 (lima puluh
juta rupiah)

Berdasarkan PMK 16 /PMK.03/2010, ditetapkan bahwa Tarif


Pajak Penghasilan Pasal 21 atas penghasilan berupa Uang
Pesangon ditentukan sebagai berikut:
sebesar 0% (nol persen) atas penghasilan bruto sampai
dengan Rp50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah);
sebesar 5% (lima persen) atas penghasiian bruto di atas
Rp50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah) sampai dengan
Rp 100.000.000,00 (seratus juta rupiah);
sebesar 15% (lima belas persen) atas penghasilan bruto di
atas Rp100.000.000,00 (seratus juta rupiah) sampai
dengan Rp500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah);
sebesar 25% (dua puluh lima persen) atas penghasilan
bruto di atas Rp500.000.000.00 (lima ratus juta rupiah).

PERHITUNGAN DAN TARIF (PER 32/PJ/2015)


PERHITUNGAN DAN TARIF (PER 32/PJ/2015)
Jenis Penghasilan
Bruto
a. Penghasilan

yang diterima
atau diperoleh
secara teratur
dan tidak teratur
oleh Karyawan
Tetap.

b.

Penghasilan
yang diterima
secara teratur
oleh Pensiunan

Pengurang yg
Diperbolehkan
biaya jabatan 5% dari
penghasilan bruto
dengan jumlah
maksimum yang
diperkenankan Rp 6juta
setahun atau Rp 500.000
sebulan;
iuran THT/JHT dan/atau
iuran pensiun yang
dibayar oleh pegawai
PTKP Setahun

biaya pensiun 5% dari


Ph bruto berupa uang
pensiun dengan jumlah
maks. yg diperkenankan
Rp 2,4juta setahun atau
Rp 200.000 sebulan.
PTKP setahun

Tarif dan Penerapan


1) Teratur =
PhKP setahun = ((PB sebulan - BJ- IP/JHT/THT)x12
PTKP)
2) Ditambah Penghasilan Tidak teratur =
PhKP = (PB rutin setahun + PB tidak rutin) - BJ PTKP
PPh Pasal 21 terutang setahun =
Tarif pasal 17 OP UU PPh x PhKP
5% = 0 < PhKP <= Rp 50 juta
15% = > Rp 50 juta < PhKP <= Rp 250 juta
25% = > Rp 250 juta < PhKP <= Rp 500 juta
30% = >Rp 500 juta < PhKP
Tarif pasal 17 UU PPh x PhKP
5% = 0 < PhKP <= Rp 25 juta
15% = Rp 50 juta < PhKP <= Rp 250 juta
25% = Rp 250 juta < PhKP <= Rp 500 juta
30% = Rp 500 juta < PhKP

PERHITUNGAN DAN TARIF (2)


PERHITUNGAN DAN TARIF (2)
Jenis Penghasilan Bruto
c. Upah harian, upah
mingguan, upah satuan,
dan upah borongan;
Besarnya melebihi Rp
300.000,00 sehari tetapi
dalam satu bulan takwim
jumlahnya tidak
melebihi Rp
3.000.000,00
Jumlah kumulatif
penghasilan melebihi
Rp3.000.000,00 sd Rp.
8.200.000 dalam satu
bulan takwim,

Jika Dibayarkan secara


bulanan atau
Penghasilan kumulatif >
Rp. 8.200.000

Pengurang yg
Diperbolehkan

Tarif dan Penerapan

Rp 300.000

5% x (Ph bruto Rp 200.000)

PTKP sehari = PTKP


yang sebenarnya
dibagi dengan 360

5%x(Ph. Bruto sehari PTKP


sehari) x jumlah hari kerja

PTKP setahun

Tarif pasal 17 UU PPh x (Peng.


Bruto sebulan disetahunkanPTKP setahun) dibagi 12

PERHITUNGAN DAN TARIF (3)


PERHITUNGAN DAN TARIF (3)
Jenis Penghasilan Bruto Pengurang yg
Diperbolehkan
e. Anggota Dewan
Pengawas atau Dewan
Komisaris yang tidak
merangkap sebagai
Pegawai
f. Mantan Pegawai yang
menerima Jasa
Produksi, Tantiem,
Gratifikasi, Bonus dan
imbalan lainnya
g. Penarikan Dana
Pensiun oleh Peserta
yang masih berstatus
sebagai Pegawai Tetap

Tarif dan Penerapan


Tarif Pasal 17 huruf a ditentukan
secara Kumulatif x Peng. Bruto

Tarif Pasal 17 huruf a ditentukan


secara Kumulatif x Peng. Bruto

Tarif pasal 17 huruf a ditentukan


secara Kumulatif x Peng. Bruto

PERHITUNGAN DAN TARIF (4)


PERHITUNGAN DAN TARIF (4)
Jenis Penghasilan Bruto :
Honorarium Lainnya
Bukan Pegawai yang
memperoleh
penghasilan
berkesinambunganMemiliki NPWP

Pengurang yg
Diperbolehkan
PTKP sebulan*
*Syarat:
1.Punya NPWP/NPWP
Suami
2.1 Pemberi kerja

Tarif dan Penerapan


Tarif Pasal 17 Huruf a
diterapkan secara kumulatif
Penghasilan Kena Pajak (50% x
Peng. Bruto-PTKP)

Bukan Pegawai selain


tenaga ahli yang
memperoleh
penghasilan tidak
berkesinambungan
sebagaimana yg
dimaksud dalam pasal
3 huruf C

Tarif Pasal 17 Huruf a x 50%x


Jumlah Penghasilan Bruto

Peserta Kegiatan

Tarif Pasal 17 Huruf a x Jumlah


Penghasilan Bruto Untuk setiap
pembayaran yang bersifat utuh
dan tidak dipecah.

PERHITUNGAN DAN TARIF (5)


PERHITUNGAN DAN TARIF (5)
Jenis Penghasilan
Pengurang yg
Tarif dan Penerapan
Bruto
Diperbolehkan
PPh Pasal 21 terutang
Pesangon yang
dibayarkan sekaligus
Tarif:
0% = 0 < PhKP <= Rp 50 juta
5% = > Rp 50 juta < PhKP <= Rp 100 juta
15% = > Rp 100 juta < PhKP <= Rp 500 juta
25% >Rp 500 juta < PhKP

Penerima JHT/THT
yang dibayarkan
sekaligus

Tarif
0% = 0 < PhKP <= Rp 50 juta
5% = >Rp 50 juta

Imbalan yang
diterima
PNS/Anggota
TNI/Polri/ Pejabat
bersumber dari
APBN/APBD

Tarif berdasarkan golongan


Gol II = 0% x PB
Gol III = 5% x PB
Gol IV = 15% x PB

Anda mungkin juga menyukai