Anda di halaman 1dari 19

Kelompok 7

 Ayi Aisyah Nur Aripin


 Ana
 Sardes Yuanita Kristiani
 Ayu Umayah
 Sholehah Mulyani
PPh Pasal 23 & PPh pasal 26

Apa Itu PPh pasal 23 & pasal 26..

Perhatikan yah teman-teman..


Penjelasan
Dalam PPh pasal 23 menjelaskan mengenai
subjek pajak dalam negeri.

Sedangkan PPh pasal 26 menjelaskan yang


menjadi subjek pajaknya ialah orang luar
negeri (Asing)
Pemotongan Penghasilan Pph
Pasal 23
• Badan pemerintah
• Subjek Pajak badan dalam negeri
• Penyelanggara kegiatan
• Bentuk usaha tetap
• Perwakilan perusahaan diluar negeri
lainnya
• Orang pribadi sebagai wajib pajak dalam
negeri tertentu yang ditunjukkan oleh
Kepala kantor Pelayanan Pajak sebagai
pemotong PPh Pasal 23
Pemotongan penghasilan menurut penjelasan PPh
pasal 26 wajib dilakukan oleh:

• Badan pemerintah
• Subjek pajak dalam negeri
• Penyelenggara kegiatan
• Bentuk usaha tetap
• Perwakilan perusahaan luar negeri lainnya
yang melakukan pembayaran kepada wajib
pajak luar negeri selain bentuk usaha tetap.
Penerima penghasilan yang dipotong PPh pasal
23 (selanjutnya diesbut wajib pajak PPh pasal
23) terdiri atas:
•Wajib pajak dalam negeri (orang pribadi &
badan)
•Bentuk Usaha Tetap (BUT)
Penerima penghasilan yang dipotong Pajak Penghasilan
Pasal 26 (Objek Pajak Pasal 26) adalah:

• Dividen.
• Bunga termasuk premium, diskonto, dan imbalan
sehubungan dengan jaminan pengembalian hutang.
• Royalti, sewa, dan penghasilan lain sehubungan dengan
penggunaan harta.
• Imbalan sehubungan dengan jasa, pekerjaan, dan kegiatan.
• Hadiah dan penghargaan.
• Pension dan pembayaran berkala lainnya.
• Premi swap dan transaksi lindung nilai lainnya.
• Keuntungan karena pembebasan utang.
Penghasilan yang dikenakan PPh pasal 23 (selanjutnya
disebut objek PPh pasal 23 sesuai dengan pasal 23 UU
No. 36 Tahun 2008 yaitu :
Penghasilan yang dikenakan PPh pasal 23 (selanjutnya disebut objek PPh pasal
23 sesuai dengan pasal 23 UU No. 36 Tahun 2008 yaitu :
• Dividen
• Bungan termasuk premium, diskonto, dan imbalan sehubungan dengan
jaminan pengambilan utang.
• Royalty.
• Hadiah, penghargaan, bonus, dan sejenisnya selain yang telah dipotong
Pajak Penghasilan yaitu penghasilan yang diterima atau yang diperoleh
Wajib Pajak dalam negeri orang pribadi yang berasal dari penyelanggara
kegiatan sehubungan dengan pelaksaan suatu kegiatan. Perbedaan
penghasilan berupa hadiah dan penghargaan yang dipotong PPh pasal 21
dengan yang dipotong PPh pasal 23 adalah untuk PPh pasal 23, Wajib
Pajaknya bisa Wajib pajak dalam negeri orang pribadi maupun Wajib pajak
dalam negeri badan, tetapi untuk PPh pasal 21wajib pajaknya adalah Wajib
pajak dalam negeri orang huruf “e” UU PPh.
Lanjutan…
• Sewa dan penghasilan lain sehubungan dengan
penggunaan harta, kecuali sewa dan penghasilan
lain sehubungan dengan penggunaan harta yang
telah dikenai Pajak Penghasilan sebagaimana
dimaksud dalam pasal 4 ayat (2) UU PPh.
• Imbalan sehubungan dengan jasa teknik, jasa
manajemen, jasa konstruksi, jasa konsultan, dan
jasa lain selain jasa yang telah dipotong Pajak
Penghasilan sebagaimana dimaksud dalam pasal
21 UU PPh.
Penghasilan yang dikenakan PPh pasal
26
PPh Pasal 26 hanya dikenakan atas penerimaan penghasilan dari wajib pajak
luar negeri saja.

Obyek dan Tarif Perkiraan Neto PPh Pasal 26


• Dipotong pajak sebesar 20 % dari jumlah bruto dan bersifat final, jenis-jenis
penghasilan yang wajib dilakukan pemotongan dapat digolongkan dalam :
• Penghasilan yang bersumber dari modal dalam bentuk dividen,
• Bunga, termasuk premium, diskonto, premi swap sehubungan dengan
interes swap dan imbalan sehubungan dengan jaminan pengembalian utang
• Royalti, sewa dan penghasilan lain sehubungan dengan penggunaan harta
• Imbalan sehubungan dengan jasa, pekerjaan atau kegiatan
• Hadiah dan penghargaan dengan nama dan dalam bentuk apapun
• Pensiunan dan pembayaran berkala lainya.
• Dipotongan Pajak sebesar 20 % dari perkiraan penghasilan neto dan bersifat
final.
Contoh & Perhitungan PPh pasal 26
PPh pasal 26 = 20% (final) x penghasilan bruto
Penghitungan tersebut diterapkan untuk penghasilan yang bersumber dari
modal dalam bentuk:
• Dividen;
• Bunga, termasuk premium, diskonto, premi swap dan imbalan karena
jaminan pengembalian utang;
• Royalti, sewa, dan penghasilan lain sehubungan dengan penggunaan
harta;
• Imbalan sehubungan dengan jasa, pekerjaan, dan kegiatan;
• Hadiah dan penghargaan;
• Pensiun dan pembayaran berkala lainnya.
Tarif 20% (final) dari laba bersih yang diharapkan dari:
Pendapatan dari penjualan aset di Indonesia
Premi asuransi, premi reasuransi yang dibayarkan langsung
maupun melalui pialang kepada perusahaan asuransi di luar negeri.
Lanjutan…
Tarif 20% (final) dari laba bersih yang diharapkan
selama penjualan atau pengalihan saham perusahaan
antara perusahaan media atau perusahaan tujuan
khusus yang didirikan atau bertempat di negara yang
memberikan perlindungan pajak yang memiliki
hubungan khusus untuk suatu entitas atau bentuk
usaha tetap (BUT) didirikan di Indonesia.
Tarif 20% yang dipungut dari penghasilan kena
pajak setelah dikurangi dengan pajak, suatu bentuk
usaha tetap (BUT) di Indonesia, kecuali penghasilan
tersebut ditanamkan kembali di Indonesia.
Contoh Perhitungan Saat Terhutang,
Penyetoran, & Pelaporan PPh Pasal 23
PT Perdana merupakan perusahaan penerbitan dan percetakan.
Perusahaan ini didirikan pada tahun 2000, beralamat di Jl. Tentara
Pelajar No. 7 Yogyakarta. NPWP 01.555.444.1.541.000. Pembayaran
honorarium dan imbalan lain sehubungan dengan PPh Pasal 23 selama
bulan Oktober 2011 sebagai berikut :
• Pada tanggal 10 Oktober 2011, membayar bunga pinjaman kepada
Bank Mandiri Yogyakarta sebesar Rp1.000.000. Bank Mandiri
beralamat di Jl. Diponegoro No. 133 Yogyakarta, NPWP
01.222.333.2.541.000
• Pada tanggal 15 Oktober 2011, membayar royalti kepada beberapa
penulis yaitu:
Lanjutan…
• Pada tanggal 20 Oktober 2011, memebayar jasa perbaikan
mesin produksi yang telah rusak sebesar Rp 15.000.000
kepada PT Maju Jaya, yang beralamat di Jl. Godean No. 26
Yogyakarta, NPWP 01.446.577.2.541.000
• Pada tanggal 22 Oktober 2011, membayar fee sebesar
Rp22.000.000 kepada Kantor Akuntan Publik Dwiananda,
yang beralamat di Jl Mrican No. 200 Yogyakarta, NPWP
04.322.233.2.541.000
• Pada tanggal 29 Oktober 2011, membayar sewa kendaraan
untuk mendistribusikan hasil produksi ke beberapa kota,
sewa dibayarkan ke Andika Rental sebesar Rp6.000.000
yang beralamat di Jl. Adisucipto No. 38 Yogyakarta, NPWP
01.111.333.1.541.000
Jawab :
Perhitungan PPh Pasal 23 dan bukti pemotongan yang
dibuatkan oleh Pt Perdana dijelaskan sebagai berikut :
• Atas pembayaran bunga sebesar Rp1.000.000 kepada
Bank Mandiri tidak dipotong pajak karena Penghasilan
yang dibayarkan atau terutang kepada bank
merupakan pengecualian dari pengenaan PPh Pasal 23.
• Atas pembayaran royalti kepada penilis dipotong PPh
Pasal 23 sebagai berikut :

Masing-masing wajib pajak dibuatkan hasil bukti


pemotongan nomor : 01/Ps-23/10/2011, 02/Ps-
23/10/2009, 03/Ps-23/10/2011.
• Atas pembayaran imbalan jasa teknik kepada PT Maju Jaya sebesar
Rp15.000.000 dipotong PPh Pasal 23 sebesar :
=Tarif 2% x penghasilan bruto :
= 2% x Rp15.000.000
= Rp300.000
Bukti Pemotongan PPh Pasal 23 nomor 04/Ps-23/10/2011
• Atas pembayran fee kepada Kantor Akuntan Dwiananda & Co. sebesar
Rp22.000.000 dipotong PPh Pasal 23 sebesar :
=Tarif 2% x penghasilan bruto :
= 2% x Rp22.000.000
= Rp440.000
Bukti Pemotongan PPh Pasal 23 nomor 05/Ps-23/10/2011
• Atas pembayaran sewa kendaraan kepada Andika Rental sebesar
Rp6.000.000, dipotong PPh Pasal 23 sebesar :
=Tarif 2% x penghasilan bruto :
= 2% x Rp6.000.000
= Rp120.000
Bukti Pemotongan PPh Pasal 23 nomor 06/Ps-23/10/2011
Total PPh pasal 23 yang dipotong dan disetor
adalah :
Contoh Perhitungan Saat Terhutang,
Penyetoran, & Pelaporan PPh Pasal 26
Suatu badan subjek pajak dalam negeri membayarkan royalti sebesar Rp.
100.000.000,00 kepada Wajib Pajak Luar Negeri, subjek pajak dalam negeri
tersebut berkewajiban untuk memotong Pajak Penghasilan sebesar 20% dari Rp.
100.000.000,00.

PKP BUT di Indonesia 2009 Rp. 17.500.000,00


Pajak Penghasilan :
28% x Rp. 17.500.000,00 Rp. 4.900.000,00
PKP setelah pajak Rp. 12.600.000,00
PPh Pasal 26 terutang :
20% x Rp. 12.600.000,00 = Rp. 2.520.000,00
Apabila penghasilan setelah pajak sebesar Rp. 12.600.000,00
tersebut ditanamkan kembali di Indonesia sesuai
dengan Peraturan Menteri Keuangan Nomor
257/PMK.03/2008, atas penghasilan tersebut tidak dipotong pajak.
Selamat Anda
sudah datang

Terima kasih
anda sudah mau
mendengarkan
dengan baik,

Anda mungkin juga menyukai