23/26
Perpajakan 2
Dosen Pengampu: Dr. Nella Safelia S.E.,M.Si
Kelompok 5
Contoh:
CV Andi merupakan salah satu pemegang saham PT Angkasa. Pada bulan Maret 2019 PT Angkasa
membagi dividen tunai Rp1.000 per lembar. CV Andi memiliki saham pada PT Angkasa sebanyak
5.000 lembar.
PPh Pasal 23 dihitung sebagai berikut.
Dasar pengenaan pajak = jumlah bruto dividen = Rp1.000 x 5.000 = Rp5.000.000
PPh Pasal 23= 15% x Rp5.000.000 = Rp750.000
f. PPh Atas Hadiah
Pengenaan PPh atas hadiah dibedakan sebagai berikut.
• Hadiah penghargaan yang diterima oleh Wajib Pajak luar negeri selain Bentuk Usaha
Tetap dikenakan tarif 20% (dua puluh persen) bersifat final.
• Hadiah undian dikenakan tarif 25% bersifat final
• Hadiah penghargaan yang diterima Wajib Pajak orang pribadi dikenakan tarif Pasal 17
UU PPh sesuai ketentuan PPh Pasal 21
• Hadiah penghargaan yang diterima Wajib Pajak badan dikenakan tarif 15% (lima belas
persen) PPh Pasal 23.
Pajak Penghasilan
(PPh) Pasal 26
Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008 menganut dua sistem pengenaan pajak atas penghasilan
yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak luar negeri dari Indonesia. Dua sistem pengenaan pajak
tersebut adalah:
• pemenuhan sendiri kewajiban perpajakannya bagi Wajib Pajak luar negeri yang menjalankan
usaha atau melakukan kegiatan melalui suatu bentuk usaha tetap di Indonesia;
• pemotongan oleh pihak yang wajib membayar bagi Wajib Pajak luar negeri lainnya.
Pasal 26 Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008 mengatur tentang pemotongan atas penghasilan
yang bersumber dari Indonesia yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak luar negeri selain
bentuk usaha tetap.
1. Pemotong Pajak Penghasilan Pasal 26
Pemotongan Pajak Penghasilan Pasal 26 (PPh Pasal 26) wajib dilakukan oleh:
a) Badan pemerintah
b) Subjek Pajak dalam negeri
c) Penyelenggara kegiatan
d) Bentuk usaha tetap
e) Perwakilan perusahaan luar negeri lainnya yang melakukan pembayaran kepada Wajib Pajak
luar negeri selain bentuk usaha tetap.
2. Penghasilan Yang Dipotong PPh Pasal 3. Tarif Pajak Penghasilan Pasal 26
26 Tarif yang dikenakan adalah 20% untuk setiap
Jenis-jenis penghasilan yang wajib dipotong jenis penghasilan yang dikenakan PPh Pasal 26
Pajak Penghasilan Pasal 26 (Objek PPh Pasal atau sesuai dengan persetujuan penghindaran
26) adalah: pajak berganda (P3B) antarnegara atau tax
• dividen; treaty.
• bunga termasuk premium, diskonto, dan • Tarif 20% dikenakan dari dasar pengenaan
imbalan sehubungan dengan jaminan pajak, dengan ketentuan sebagai berikut.
pengembalian utang: harta; • Tarif 20% dari penghasilan bruto;
• royalti, sewa, dan penghasilan lain • Tarif 20% dari penghasilan neto;
sehubungan dengan penggunaan • Tarif 20% dari penghasilan kena pajak
• imbalan sehubungan dengan jasa, setelah dikurangi Pajak Penghasilan.
pekerjaan, dan kegiatan;
• hadiah dan penghargaan;
• pensiun dan pembayaran berkala lainnya;
• premi swap dan transaksi lindung nilai
lainnya;
• keuntungan karena pembebasan utang.
4. Penghitungan PPh Pasal 26
Penghitungan tersebut diterapkan untuk penghasilan yang bersumber dari modal dalam bentuk:
a) Dividen
b) Bunga, termasuk premium, diskonto, premi swap, dan imbalan karena jaminan
pengembalian utang
c) Royalti, sewa, dan penghasilan lain sehubungan dengan penggunaan harta
d) Imbalan sehubungan dengan jasa, pekerjaan, dan kegiatan
e) Hadiah dan penghargaan
f) Pensiun dan pembayaran berkala lainnya
Contoh:
PT Perdana adalah penerbit buku cerita anak-anak. Pada bulan Maret 2016, perusahaan
membayarkan royalti sebesar Rp100.000.000 kepada Akira Toriyama sebagai pengarang buku
cerita anak-anak DRAGON BALL Akira Toriyama adalah Wajib Pajak luar negeri. PPh Pasal 26
yang dipotong oleh PT Perdana adalah:
20% x Rp100.000.000 = Rp20.000.000
PPh Pasal 26 = 20% x Penghasilan Neto
Penghasilan Neto = Perkiraan Penghasilan Neto X Penghasilan Bruto