Nim : B11.2021.07070
PPh Pasal 23
PAJAK Penghasilan Pasal 23 (PPh Pasal 23) adalah pajak penghasilan dalam tahun berjalan
yang dipotong atas penghasilan yang diterima atau diperoleh wajib pajak dalam negeri dan
betuk usaha tetap (BUT) yang berasal dari modal, penyerahan jasa, atau penyelenggaraan
kegiatan selain yang dipotong PPh Pasal 21 yang dibayarkan atau terutang oleh badan
pemerintah, subjek pajak badan dalam negeri, penyelenggara kegiatan, BUT, atau perwakilan
perusahaan luar negeri yang lain.
Pemotong pajak PPh 23 yang ditetapkan UU PPh adalah :
1. Badan Pemerintah
Badan pemerintah yang dimaksud di sini adalah setiap unit tertentu dari Pemerintah baik
pusat maupun daerah.
Badan adalah sekumpulan orang dan/atau modal yang merupakan kesatuan baik yang
melakukan usaha maupun yang tidak melakukan usaha yang meliputi perseroan terbatas,
perseroan komanditer, perseroan lainnya, badan usaha milik negara atau badan usaha milik
daerah dengan nama dan dalam bentuk apa pun, firma, kongsi, koperasi, dana pensiun,
persekutuan, perkumpulan, yayasan, organisasi massa, organisasi sosial politik, atau
organisasi lainnya, lembaga dan bentuk badan lainnya termasuk kontrak investasi kolektif
dan bentuk usaha tetap.
3. Penyelenggara Kegiatan
Sesuai denganPasal 2 ayat (1a) UU PPh, BUT merupakan subjek pajak yang perlakuan
perpajakannya dipersamakan dengan subjek pajak badan.Meskipun demikian, status BUT
yang sebenarnya adalah WP Luar Negeri, akan tetapi pemenuhan kewajiban perpajakannya
dipersamakan dengan kewajiban perpajakan WP Dalam Negeri. Untuk itu, apabila WP BUT
membayarkan penghasilan kepada pihak lain yang merupakan Objek PPh Pasal 23 maka
wajib melakukan pemotongan PPh Pasal 23.
Objek PPh Pasal 23 dapat diklasifikasikan menjadi 2 kelompok besar yaitu: (1) Objek PPh
Pasal 23 dengan tarif 15% dari Jumlah Bruto dan (2) Objek PPh Pasal 23 dengan tarif 2%
dari Jumlah Bruto.
PPh Pasal 23 sebesar 15% dari Jumlah Bruto atas penghasilan sebagai berikut:
Royalti; dan
Hadiah, penghargaan, bonus, dan sejenisnya selain yang telah dipotong PPh sebagaimana
Sewa dan penghasilan lain sehubungan dengan penggunaan harta, kecuali sewa dan
penghasilan lain sehubungan dengan penggunaan harta yang telah dikenai PPh sebagaimana
Imbalan sehubungan dengan jasa teknik, jasa manajemen, jasa konstruksi, jasa konsultan, dan
jasa lain selain jasa yang telah dipotong PPh sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21 UU PPh.
2. Sewa yang dibayar atau terutang sehubungan dengan sewa guna usaha dengan hak
opsi (financial lease).
3. Dividen atau bagian laba yang diterima atau diperoleh perseroan terbatas sebagai
WP dalam negeri, koperasi, badan usaha milik negara, atau badan usaha milik daerah,
dari penyertaan modal pada badan usaha yang didirikan dan bertempat kedudukan di
Indonesia sepanjang:
Bagi perseroan terbatas, badan usaha milik negara dan badan usaha milik daerah yang
menerima dividen, kepemilikan saham pada badan yang memberikan dividen paling rendah
25% (dua puluh lima persen) dari jumlah modal yang disetor.
4. Bagian laba yang diterima atau diperoleh anggota dari perseroan komanditer
yang modalnya tidak terbagi atas saham-saham, persekutuan, perkumpulan, firma,
dan kongsi, termasuk pemegang unit penyertaan kontrak investasi kolektif.
5. Sisa hasil usaha koperasi yang dibayarkan oleh koperasi kepada anggotanya.
6. Penghasilan yang dibayar atau terutang kepada badan usaha atas jasa keuangan
yang berfungsi sebagai penyalur pinjaman dan/atau pembiayaan yang diatur dengan
Peraturan Menteri Keuangan
Penerima penghasilan yang dipotong
Peraturan yang mengatur pajak fintech dituangkan dalam PMK No. 69/2022 tentang PPh dan
PPN atas Penyelenggara Teknologi Finansial (Fntech).
PMK No. 69 Tahun 2022 ini sebagai peraturan pelaksana dari UU HPP yang terbit pada
2021.
Melalui PMK 69/2022 ini layanan teknologi finansial dikenakan PPN dan PPh Pasal 23 dan
26 termasuk pinjaman online (peer to peer lending/P2P lending).
Tarif pajak fintech atau tarif PPh23 final pinjaman online dari layanan teknologi finansial
sebesar:
Pada tarif kategori objek pajak hadiah dan penghargaan diterapkan ketentuan khusus, yakni:
20% dari DPP jika penerima hadiah dan penghargaan ekspatriat, dan bukan termasuk
BUT internasional
Konsekuensi dari tidak memiliki Nomot Pokok Wajib Pajak atau NPWP bagi wajib pajak
adalah pengenaan tarif pajak yanag lebih tinggi dibanding WP yang memiliki NPWP.
Pengenaan tarif pajak lebih tinggi bagi yang tidak memiliki NPWP ini tidak hanya berlaku
untuk jenis pajak tertentu saja, tapi juga jenis PPh 23 final.
Lalu, tarif PPh 23 berapa persen bagi yang tidak punya NPWP?
PPh 23 tanpa NPWP atau bagi WP yang belum punya NPWP akan dipotong 100% atau lebih
tinggi dari tarif PPh Pasal 23.
Jumlah bruto yang dibayarkan oleh badan pemerintah, subjek pajak dalam negeri,
penyelenggara kegiatan, bentuk usaha tetap, atau perwakilan perusahaan luar negeri lainnya
kepada WP di dalam negeri atau bentuk usaha tetap, namun ini tidak termasuk:
Pembayaran pada pihak kedua (perantara), yang selanjutnya dibayarkan kepada pihak
ketiga
Berdasarkan Undang-Undang Pajak Penghasilan (UU PPh), tarif PPh 23 dibedakan menjadi
dua jenis. Perbedaan tersebut didasarkan pada objek yang dikenakan pajak penghasilan 23.
Di dalam PPh Pasal 23, terdapat dua jenis tarif yang diberlakukan, yaitu 15% dan 2%
tergantung dari objek pajaknya. Berikut penjelasan dari masing-masing tarif.
1. Tarif 15%
PPh 23 dengan tarif 15% wajib dibayarkan oleh WP dari jumlah bruto atas dividen, bunga,
royalti, dan hadiah, penghargaan, bonus, atau sejenisnya, selain yang belum dipotong oleh
PPh 21.
Cara menghitung PPh 23 tarif 15% bisa dilihat dari contoh berikut:
Pak Anto menerima royalti atas hak yang digunakan sebesar Rp10.000.000, maka jumlah
PPh yang harus dibayarkan adalah: 15% x Rp10.000.000 = Rp1.500.000.
2. Tarif 2%
Wajib pajak diwajibkan melunasi PPh sebesar 2% dari jumlah bruto atas sewa dan
penghasilan lain terkait penggunaan harta.
Adapun sewa dan penghasilan lain yang bersumber dari penggunaan tanah dan bangunan
dikecualikan dari pajak ini, yang dasar hukumnya dapat ditemukan pada pasal 4 ayat (2)
bagian d.
Tarif pajak PPh 23 dengan tarif 2% juga berlaku untuk jumlah bruto dari imbalan jasa, di
antaranya jasa teknik, konstruksi, manajemen, konsultan, penilai, akuntansi, jasa hukum,
jasa penerbitan/percetakan, dan jenis jasa lainnya seperti yang diatur dalam peraturan Menteri
Keuangan.
PT XYZ adalah sebuah badan usaha tetap yang menerima jasa merancang busana dengan
jumlah bruto Rp15.000.000. Dengan demikian, jumlah PPh 23 yang dibayarkan, yaitu 2% x
Rp15.000.000 = Rp300.000.