Anda di halaman 1dari 9

Pajak Penghasilah Pasal 23

Tim Penyusun :

Kelompok 2

1. Ni Kadek Dwi Kurnia Utami


(1902622010266/ 09)
2. Kadek Widiatantri
(1902622010287/ 30)
3. Sayu Made Putri Witari (1902622010289/ 32)

Universitas Mahasaraswati Denpasar


Fakultas Ekonomi & Bisnis
Prodi Akuntansi
2019/2020

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pajak merupakan salah satu sumber penerimaan negara yang diharapkan dapat
mengurangi ketergantungan negara kita terhadap hutang luar negeri. Sektor pajak dianggap
pilihan yang paling tepat karena jumlahnya relatif stabil dan masyarakat dapat berpartisipasi
secara aktif dalam pembiayaan pembangunan. Di samping untuk meningkatkan penerimaan
negara, pajak juga bertujuan untuk menumbuhkan dan membina kesadaran serta tanggung jawab
negara karena pada dasarnya pembayaran pajak merupakan perwujudan pengabdian dan peran
serta warga negara dalam membiayai keperluan pembangunan nasional. Salah satu jenis pajak
yang paling potensial adalah pajak penghasilan (PPh). Pajak penghasilan merupakan pajak yang
dikenakan terhadap subjek pajak atas penghasilan yang diterima atau diperolehnya dalam suatu
tahun pajak.
Salah satu pajak penghasilan tersebut adalah PPh Pasal 23 yaitu pajak penghasilan yang
dikenakan atas penghasilan wajib pajak dalam negeri atau bentuk usaha tetap yang menerima
atau memperoleh penghasilan yang berasal dari modal, penyerahan jasa, atau penyelenggaraan
kegiatan selain yang telah dipotong pajak sebagaimana dimaksud dalam PPh Pasal 21, seperti
dinyatakan dalam Undang–Undang Pajak Penghasilan No. 36 Tahun 2008.
Salah satu sistem pengumpulan pajak adalah withholding tax (pemotongan melalui pihak ketiga)
yang diterapkan pada PPh Pasal 23. Ada dua dasar pemotongan pajak penghasilan pasal 23 yaitu
dari jumlah bruto untuk penghasilan berupa dividen, bunga termasuk premium, diskonto,
imbalan sehubungan dengan jaminan pengembalian hutang, royalti, hadiah dan dari perkiraan
penghasilan netto untuk penghasilan berupa jasa tenaga kerja, imbalan sehubungan dengan jasa
teknik, jasa manajemen, jasa kontruksi, jasa konsultan, dan jasa lain yang telah dipotong pajak
penghasilan pasal 21.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa itu Pajak Penghasilan Pasal 23 ?
2. Apa Saja Pemotongan Pajak Penghasilan Pasal 23?
3. Apa Saja Objek- objek Pajak Penghasilan Pasal 23 ?
4. Bagaimana Tarif Pajak Penghasilan Pasal 23 ?
5. Bagaimana Perhitungan Pajak Penghasilan Pasal 23 ?

1.3 Tujuan Penulisan


1. Untuk Mengetahui Pengertian Pajak Penghasilan Pasal 23
2. Untuk Mengetahui Pemotongan Pajak Penghasilan Pasal 23
3. Untuk Mengetahui Objek-objek Pajak Penghasilan Pasal 23
4. Untuk Mengetahui Tarif Pajak Penghasilan Pasal 23
5. Untuk Mengetahui Perhitungan Pajak Penghasilan Pasal 23

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Pph Pasal 23


Pajak penghasilan (PPh) Pasal 23 adalah pajak yang dipotong atas penghasilan yang
berasal dari modal, penyerahan jasa, atau hadiah dan penghargaan, selain yang telah dipotong
PPh Pasal 21.

Biasanya PPh Pasal 23 dikenakan saat adanya transaksi di antara dua pihak. Pihak yang
berlaku sebagai penjual atau penerima penghasilan atau pihak yang memberi jasa akan
dikenakan PPh Pasal 23. Sementara pihak pemberi penghasilan atau pembeli atau pihak
penerima jasa akan memotong dan melaporkannya ke kantor pajak.

2.2 Pemotongan pajak Pph pasal 23 dan penerima penghasilan yg terkena potongan Pph
pasal 23

1. Pemotong PPh Pasal 23


 Badan pemerintah
 Subjek pajak badan dalam negeri
 Penyelenggaraan kegiatan
 Bentuk Usaha Tetap (BUT)
 Perwakilan perusahaan luar negeri lainnya
 Wajib Pajak Orang Pribadi dalam negeri tertentu yang ditunjuk Direktur Jenderal
Pajak sesuai dengan KEP-50/PJ/1994, di antaranya: Akuntan, arsitek, dokter, notaris,
Pejabat Pembuat Akta Tanah (PPAT), kecuali camat, pengacara, dan konsultan yang
melakukan pekerjaan bebas.
 Orang pribadi yang menjalankan usaha yang menyelenggarakan pembukuan atas
pembayaran berupa sewa.
 orang pribadi ini hanya melakukan pemotongan PPh Pasal 23 atas sewa selain tanah
dan bangunan saja.
2. Penerima penghasilan yang dipotong PPh Pasal 23:
 Wajib Pajak (WP) dalam negeri dalam hal ini bisa orang pribadi atau badan
 Bentuk Usaha Tetap (BUT).

Dari daftar di atas, sudah diketahui siapa yang diperbolehkan melakukan pemotongan
terhadap PPh Pasal 23 dan siapa saja yang harus terkena pemotongan pajak penghasilan PPh
23.

2.3 Objek-objek Pajak penghasilan Pasal 23

 Jenis Penghasilan yang Dikenakan PPh Pasal 23


Secara umum hampir semua penghasilan bisa dikenakan ketentuan PPh Pasal 23.
Rincian detailnya bisa dilihat di bawah ini.

1. Dividen
2. Bunga, termasuk premium, diskonto, dan imbalan sehubungan dengan jaminan
pengembalian utang
3. Royalti
4. Hadiah, penghargaan, bonus, dan sejenisnya selain yang telah dipotong Pajak
Penghasilan (PPh), yaitu penghasilan yang diterima atau diperoleh wajib pajak dalam
negeri orang pribadi yang berasal dari penyelenggara kegiatan sehubungan dengan
pelaksanaan suatu kegiatan
5. Sewa dan penghasilan lain sehubungan dengan penggunaan harta, kecuali sewa dari
penghasilan lain sehubungan dengan penggunaan harta yang telah dikenai PPh
sebagaimana dimaksudkan dalam Pasal 4 ayat (2) Undang-undang (UU) PPh
6. Imbalan sehubungan dengan jasa teknik, jasa manajemen, jasa konstruksi, jasa
konsultan, dan jasa lain selain jasa yang telah dipotong PPh sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 21 UU PPh.

 Jenis Penghasilan yang Dikecualikan PPh Pasal 23

PPh Pasal 23 juga mengatur beberapa penghasilan yang tidak dikenakan pajak dengan
rincian daftar berikut ini:

1. Penghasilan yang dibayar atau terutang kepada bank


2. Sewa yang dibayar atau terutang sehubungan dengan sewa guna usaha dengan hak opsi
3. Dividen atau bagian laba yang diterima atau diperoleh perseroan terbatas sebagai WP
dalam negeri, koperasi, dan BUMN/BUMD dari penyertaan modal pada badan usaha
yang didirikan dan berkedudukan di Indonesia dengan syarat:
 dividen berasal dari cadangan laba yang ditahan;
 bagi perseroan terbatas, BUMN/BUMD, kepemilikan saham pada badan yang
memberikan dividen paling rendah 25% dari jumlah modal yang disetor;
 bagian laba yang diterima atau diperoleh anggota dari perseroan komanditer yang
modalnya tidak terbagi atas saham-saham, persekutuan, perkumpulan, firma, dan
kongsi termasuk pemegang unit penyertaan kontrak investasi kolektif;
 Sisa Hasil Usaha (SHU) koperasi yang dibayarkan koperasi kepada anggotanya;
 Penghasilan yang dibayar atau terutang kepada badan usaha atas jasa keuangan
yang berfungsi sebagai penyalur pinjaman dan/atau pembiayaan.

2.4 Tarif Pajak Penghasilan Pasal 23


Tarif dari pajak penghasilan (PPh Pasal 23) dikenakan atas Dasar Pengenaan Pajak (DPP)
atau jumlah bruto dari penghasilan. Di dalam PPh Pasal 23, terdapat dua jenis tarif yang
diberlakukan, yaitu 15% dan 2% tergantung dari objek pajaknya. Di bawah ini adalah tarif dan
objek pajak yang terkena PPh Pasal 23 yang berlaku di Indonesia.

1. Dikenakan 15% dari jumlah bruto atas:

a. dividen kecuali pembagian dividen kepada orang pribadi dikenakan final, bunga, dan
royalti;

b. hadiah dan penghargaan selain yang telah dipotong PPh pasal 21.

2. Dikenakan 2% dari jumlah bruto atas sewa dan penghasilan lain sehubungan dengan
penggunaan harta, kecuali sewa tanah dan/atau bangunan.

3. Dikenakan 2% dari jumlah bruto atas imbalan jasa teknik, jasa manajemen, jasa konstruksi,
dan jasa konsultan.

4. Dikenakan 2% dari jumlah bruto atas imbalan jasa lainnya, misalnya: 

a. Jasa penilai;

b. Jasa aktuaris;

c. Jasa akuntansi, pembukuan, dan atestasi laporan keuangan;

d. Jasa hukum;

e. Jasa arsitektur;

f. Jasa perencanaan kota dan arsitektur landscape;

g. Jasa perancang;

h. Jasa pengeboran di bidang migas kecuali yang dilakukan BUT;

i. Jasa penunjang di bidang penambangan migas;

j. Jasa penambangan dan jasa penunjang di bidang penambangan selain migas;

k. Jasa penunjang di bidang penerbangan dan bandar udara;

l. Jasa penebangan hutan.

5. Untuk yang tidak ber-NPWP dipotong 100% lebih tinggi dari tarif PPh Pasal 23.

6. Yang dimaksud dengan jumlah bruto adalah seluruh jumlah penghasilan yang dibayarkan,
disediakan untuk dibayarkan, atau telah jatuh tempo pembayarannya oleh badan pemerintah,
subjek pajak dalam negeri, penyelenggara kegiatan, bentuk usaha tetap, atau perwakilan
perusahaan luar negeri lainnya kepada Wajib Pajak dalam negeri atau bentuk usaha tetap. Tidak
termasuk:

a. Pembayaran gaji, upah, honorarium, tunjangan, dan pembayaran lain sebagai imbalan
sehubungan dengan pekerjaan yang dibayarkan WP penyedia tenaga kerja kepada tenaga
kerja yang melakukan pekerjaan, berdasarkan kontrak dengan pengguna jasa;

b. Pembayaran atas pengadaan/pembelian barang atau material (dibuktikan dengan faktur


pembelian);

c. Pembayaran kepada pihak kedua (sebagai perantara) untuk selanjutnya dibayarkan


kepada pihak ketiga (dibuktikan dengan faktur tagihan pihak ketiga disertai dengan
perjanjian tertulis);

d. Pembayaran penggantian biaya (reimbursement), yaitu penggantian pembayaran


sebesar jumlah yang nyata-nyata telah dibayarkan pihak kedua kepada pihak ketiga
(dibuktikan dengan faktur tagihan atau bukti pembayaran yang telah dibayarkan kepada
pihak ketiga).

Jumlah bruto tersebut tidak berlaku:

a. atas penghasilan yang dibayarkan sehubungan dengan jasa katering;

b. dalam hal penghasilan yang dibayarkan sehubungan dengan jasa, telah dikenakan
pajak yang bersifat final.

2.5 Perhitungan PPh Pasal 23

Untuk memahami lebih mudah tentang bagaimana perhitungan PPh Pasal 23, ilustrasi di
bawah ini akan menjelaskannya kepada Anda. Penghitungan PPh Pasal 23 menggunakan
tarif dikalikan dengan jumlah bruto.

PT Insan Media Print adalah perusahaan yang bergerak di bidang penerbitan buku dan
percetakan. Perusahaan ini melakukan sejumlah pembayaran yang terkait dengan PPh Pasal
23 kepada beberapa pihak dengan rincian:

1. Pembayaran terhadap royalti tiga orang penulis: Damayanti dengan NPWP


01.444.888.2.987.000, Nurmadina NPWP 01.888.555.2.456.000, dan Azzahra yang belum
memiliki NPWP. Royalti yang diberikan kepada Damayanti sebesar Rp25.000.000. Royalti
untuk Nurmadina sebesar Rp10.000.000, dan royalti untuk Azzahra sebesar Rp5.000.000.

2. Pembayaran bunga pinjaman kepada BRI dengan NPWP 03.111.222.2.541.000 untuk


bulan September sebesar Rp1.500.000.
 Jadi, perhitungan pajak penghasilan (PPh Pasal 23) untuk PT Insan Media Print adalah
sebagai berikut:

1. Untuk pembayaran royalti kepada penulis:

Damayanti 15% x Rp25.000.000 = Rp3.750.000

Nurmadina 15% x Rp10.000.000 = Rp1.500.000

Azzahra 15% x Rp5.000.000 = Rp750.000

Karena Azzahra masih belum memiliki NPWP, maka dikenakan tambahan PPh sebesar
100% dengan nominal = 100% x Rp750.000 = Rp750.000

Dengan demikian, Azzahra akan terkena pemotongan sebesar Rp750.000 + Rp750.000 =


Rp1.500.000. Setelah melakukan pemotongan PPh Pasal 23, penulis akan mendapatkan
hasil bukti pemotongan.

2. Untuk pembayaran atas bunga pinjaman pada BRI, tidak dikenakan PPh Pasal 23.
Sebab termasuk penghasilan yang dibayarkan atau terutang kepada bank dan merupakan
pengecualian terhadap PPh Pasal 23.

BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
PPh Pasal 23 adalah pajak yang dipotong atas penghasilan yang berasal dari modal,
penyerahan jasa, atau hadiah dan penghargaan, selain yang telah dipotong PPh Pasal 21.
Biasanya PPh Pasal 23 dikenakan saat adanya transaksi di antara dua pihak. Pihak yang
berlaku sebagai penjual atau penerima penghasilan atau pihak yang memberi jasa akan
dikenakan PPh Pasal 23. Orang pribadi yang menjalankan usaha yang menyelenggarakan
pembukuan atas pembayaran berupa sewa. orang pribadi ini hanya melakukan pemotongan
PPh Pasal 23 atas sewa selain tanah dan bangunan saja. Di dalam PPh Pasal 23, terdapat dua
jenis tarif yang diberlakukan, yaitu 15% dan 2% tergantung dari objek pajaknya. Untuk yang
tidak ber-NPWP dipotong 100% lebih tinggi dari tarif PPh Pasal 23.

3.2 Saran
Pemungutan pajak merupakan merupakan perwujudan dari pengabdian dan
peran serta wajib pajak untuk secara langsung dan bersama-sama melaksanakan
kewajiban perpajakan yang diperlukan. Kepada seluruh masyarakat atau wajib pajak
diharapkan menumbuh kembangkan budaya sadar dan peduli Pajak demi
pembangunan Daerah yang maju dann berkembang serta mempunyai kualitas yang
tinggi bagi masyarakatnya.
DAFTAR PUSTAKA

http://pajak.go.id/
https://www.cermati.com/artikel/pph-pasal-23-penjelasan-tarif-dan-perhitungannya
https://klikpajak.id/blog/perhitungan/pph-pasal-23-26-tarif-penggunaan-dan-perhitungan/

Anda mungkin juga menyukai