Anda di halaman 1dari 28

Pertemuan 4 – Perpajakan II (UKA-304)

Memahami Konsep dan Tata Cara Perhitungan

PPh 23/26

Lady Karlinah, S.E., Ak., M.Ak., BKP., ACPA., CTC


Reference:
• UU No. 36 tahun 2008 Pasal 23 dan 26
• KEP No. 178/PJ/2017
• PER No. 04/PJ/2017
• PMK No. 12/PMK.03/2017
• PMK No.141/PMK.03/2015
• Perpajakan Indonesia edisi 12, Waluyo, Salemba Empat
Pendahuluan

Pengertian
PPh 23/26

Pajak yang dipotong atas penghasilan yang diterima


atau diperoleh Wajib Pajak dalam Negeri (Orang
Pribadi dan badan) dan bentuk usaha tetap yang
berasal dari modal, penyerahan jasa, atau
penyelenggaraan kegiatan selain yang telah PPh 23 dibayar atau terutang oleh badan
dipotong PPh Pasal 21. pemerintah atau Subjek Pajak dalam Negeri,
penyelenggara kegiatan, bentuk usaha tetap,
atau perwakilan.
Pemotong PPh Pasal 23

Pemotong PPh Pasal 23 adalah sebagai berikut:


1. Badan Pemerintah
2. Subjek Pajak badan dalam negeri
3. Penyelenggara Kegiatan
4. Bentuk Usaha Tetap
5. Perwakilan Perusahaan di luar negeri lainnya
6. Orang Pribadi sebagai Wajib Pajak dalam negeri tertentu, yang ditunjuk oleh Kepala Kantor
Pelayanan Pajak sebagai Pemotong PPh Pasal 23, yaitu:
a. Akuntan, arsitek, dokter, notaris, Pejabat Pembuat Akta Tanah (PPAT) kecuali camat,
pengacara, dan konsultan yang melakukan pekerjaan bebas;
b. Orang pribadi yang menjalankan usaha yang menyelenggarakan pembukuan atas
pembayaran berupa sewa.
Subjek PPh Pasal 23
Penerima Penghasilan yang
dipotong PPh Pasal 23
adalah sebagai berikut:

1. Wajib Pajak Dalam Negeri


(Orang Pribadi dan Badan)
2. Bentuk Usaha Tetap (BUT).
Objek PPh Pasal 23

Objek PPh Pasal 23 sesuai dengan Pasal 23 UU No.36 Tahun 2008 adalah
sebagai berikut:
1. Deviden.
2. Bunga termasuk premium, diskonto, dan imbalan sehubungan dengan jaminan pengembalian utang.
3. Royalti.
4. Hadiah, penghargaan, bonus, dan sejenisnya selain yang telah dipotong Pajak Penghasilan yaitu
penghasilan yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak dalam negeri orang pribadi yang berasal dari
penyelenggara kegiatan sehubungan dengan pelaksanaan suatu kegiatan. Perbedaan penghasilan berupa
hadiah dan penghargaan yang dipotong PPh Pasal 21 dengan yang dipotong PPh Pasal 23 adalah untuk PPh
pasal 23, Wajib Pajaknya bisa Wajib Pajak dalam negeri orang pribadi mau pun Wajib Pajak dalam negeri
badan, tetapi untuk PPh Pasal 21 Wajib pajaknya adalah Wajib Pajak dalam negeri orang pribadi
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21 ayat (1) huruf e UU PPh.
5. Sewa dan penghasilan lain sehubungan denga penggunaan harta, kecuali untuk sewa dan penghasilan lain
sehubungan dengan penggunaan harta yang telah dikenai Pajak Penghasilan sebagaimna dimaksud dalam
Pasal 4 ayat (2) UU PPh.
6. Imbalan sehubungan dengan jasa teknik, jasa manajemen, jasa konstruksi, jasa konsultan, dan jasa lain
selain jasa yang telah dipotong Pajak Penghasilan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21 UU PPh..

• Objek PPh Pasal 23 untuk Jenis Jasa Lain yang dikenakan PPh 23 dapat dilihat di PMK 141/PMK.03/2015
Bukan Objek PPh Pasal 23
Bukan Objek PPh Pasal 23 sesuai dengan Pasal 23 ayat (4) UU No.36 Tahun 2008
adalah sebagai berikut:

1.Penghasilan yang dibayar atau berutang kepada bank.


2.Sewa yang dibayar atau terutang sehubungan dengan sewa guna usaha dengan hak opsi.
3.Dividen atau bagian laba yang diterima atau diperoleh perseroan terbatas sebagai Wajib
Pajak dalam negeri, koperasi, BUMN/BUMD, dari penyertaan modal pada badan usaha
yang didirikan dan bertempat kedudukan di Indonesia dengan syarat:
• dividen berasal dari cadangan laba yang ditahan;
• bagi perseroan terbatas, BUMN/BUMB, kepemilikan saham pada badan yang
memberikan dividen paling rendah 25% (dua puluh lima persen) dari jumlah modal yang
disetor;
Bukan Objek PPh Pasal 23
4.Bagian laba yang diterima atau diperoleh anggota dari perseroan komanditer yang
modalnya tidak terbagi atas saham-saham, persekutuan, perkumpulan, firma dan kongsi
termasuk pemegang unit penyertaan kontrak investasi kolektif.
5.SHU koperasi yang dibayarkan oleh koperasi kepada anggotanya.
6.Penghasilan yang dibayarkan atau terutang kepada badan usaha atas jasa keuangan
yang berfungsi sebagai penyalur pinjaman dan/atau pembiayaan. Badan usaha yang
dimaksud adalah perusahaan pembiayan yang telah mendapat ijin Menteri Keuangan;
BUMN/BUMD yang husus memberikan pembiayaan kepada usaha mikro, kecil,
menengah, dan koperasi (UMKM) termasuk perseroan terbatas (PT) Permodalan
Nasiona Madani. Penghasilan yang dimaksud adalah imbalan yang diberikan atas
penaluran pinjaman/pembiayaan termasuk pembiayaan syariah.
Tarif dan Perhitungan PPh Pasal 23

Pasal 23 ayat (1) UU No. 36 Tahun 2008 menetapkan tarif sebagai berikut:
1. Tarif 15% dari jumlah bruto atas :
a. Dividen.
b. Bunga termasuk premium, diskonto, dan imbalan sehubungan dengan jaminan pengembalian utang..
c. Royalti
d. Hadiah, penghargaan, bonus, dan sejenisnya yang tidak dipotong PPh Pasal 21

2. Tarif 2% dari jumlah bruto atas:


a. sewa dan penghasilan lain sehubungan dengan pengguanan harta, kecuali sewa dan penghasilan lain sehubungan
dengan pnggunaan harta yang telah dikenai Pajak Penghasilan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (2).
b. Imbalan sehubungan dengan jasa teknik, jasa manajemen, jasa konstruksi, jasa konsultan, dan jasa lain selain jasa
yang telah dipotong Pajak Penghasilan sebagaimana dalam Pasal 21.

Dalam hal Wajib Pajak yang menerima atau memperoleh penghasilan tersebut tidak memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak
(NPWP), besarnya tarif pemotongan adalah lebih tinggi 100% daripada tarif yang sebenarnya.
Tarif dan Perhitungan PPh Pasal 23
3. Tarif 2% dari jumlah bruto atas imbalan jasa lainnya adalah yang diuraikan dalam Peraturan Menteri Keuangan No.
141/PMK.03/2015 dan efektif mulai berlaku pada tanggal 24 Agustus 2015. Berikut ini adalah daftar objek pph 23 jasa
lainnya tersebut:

1. Penilai (appraisal);
2. Aktuaris;
3. Akuntansi, pembukuan, dan atestasi laporan keuangan;
4. Hukum;
5. Arsitektur;
6. Perencanaan kota dan arsitektur landscape;
7. Perancang (design);
8. Pengeboran (drilling) di bidang penambangan minyak dan gas bumi (migas) kecuali yang dilakukan oleh Badan Usaha Tetap
(BUT);
9. Penunjang di bidang usaha panas bumi dan penambangan minyak dan gas bumi (migas);
10. Penambangan dan jasa penunjang di bidang usaha panas bumi dan penambangan minyak dan gas bumi (migas);
11. Penunjang di bidang penerbangan dan bandar udara;
12. Penebangan hutan;
13. Pengolahan limbah;
14. Penyedia tenaga kerja dan/atau tenaga ahli (outsourcing services);
15. Perantara dan/atau keagenan;
Tarif dan Perhitungan PPh Pasal 23
16. Bidang perdagangan surat-surat berharga, kecuali yang dilakukan Bursa Efek, Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI) dan
Kliring Penjaminan Efek Indonesia (KPEI);
17. Kustodian/penyimpanan/penitipan, kecuali yang dilakukan oleh KSEI;
18. Pengisian suara (dubbing) dan/atau sulih suara;
19. Mixing film;
20. Pembuatan sarana promosi film, iklan, poster, foto, slide, klise, banner, pamphlet, baliho dan folder;
21. Jasa sehubungan dengan software atau hardware atau sistem komputer, termasuk perawatan, pemeliharaan dan
perbaikan.
22. Pembuatan dan/atau pengelolaan website;
23. Internet termasuk sambungannya;
24. Penyimpanan, pengolahan dan/atau penyaluran data, informasi, dan/atau program;
25. Instalasi/pemasangan mesin, peralatan, listrik, telepon, air, gas, AC dan/atau TV Kabel, selain yang dilakukan oleh Wajib
Pajak yang ruang lingkupnya di bidang konstruksi dan mempunyai izin dan/atau sertifikasi sebagai pengusaha konstruksi;
26. Perawatan/perbaikan/pemeliharaan mesin, peralatan, listrik, telepon, air, gas, AC dan/atau TV kabel, selain yang dilakukan
oleh Wajib Pajak yang ruang lingkupnya di bidang konstruksi dan mempunyai izin dan/atau sertifikasi sebagai pengusaha
konstruksi;
27. Perawatan kendaraan dan/atau alat transportasi darat.
28. Maklon;
29. Penyelidikan dan keamanan;
30. Penyelenggara kegiatan atau event organizer;
Tarif dan Perhitungan PPh Pasal 23
31. Penyediaan tempat dan/atau waktu dalam media massa, media luar ruang atau media lain untuk penyampaian
informasi, dan/atau jasa periklanan;
32. Pembasmian hama;
33. Kebersihan atau cleaning service;
34. Sedot septic tank;
35. Pemeliharaan kolam;
36. Katering atau tata boga;
37. Freight forwarding;
38. Logistik;
39. Pengurusan dokumen;
40. Pengepakan;
41. Loading dan unloading;
42. Laboratorium dan/atau pengujian kecuali yang dilakukan oleh lembaga atau institusi pendidikan dalam rangka
penelitian akademis;
43. Pengelolaan parkir;
44. Penyondiran tanah;
45. Penyiapan dan/atau pengolahan lahan;
46. Pembibitan dan/atau penanaman bibit;
47. Pemeliharaan tanaman;
48. Permanenan;
49. Pengolahan hasil pertanian, perkebunan, perikanan, peternakan dan/atau perhutanan;
50. Dekorasi;
Tarif dan Perhitungan PPh Pasal 23

51. Pencetakan/penerbitan;
52. Penerjemahan;
53. Pengangkutan/ekspedisi kecuali yang telah diatur dalam Pasal 15 Undang-Undang Pajak Penghasilan;
54. Pelayanan pelabuhan;
55. Pengangkutan melalui jalur pipa;
56. Pengelolaan penitipan anak;
57. Pelatihan dan/atau kursus;
58. Pengiriman dan pengisian uang ke ATM;
59. Sertifikasi;
60. Survey;
61. Tester;
62. Jasa selain jasa-jasa tersebut di atas yang pembayarannya dibebankan pada APBN (Anggaran Pendapatan dan
Belanja Negara) atau APBD (Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah).
Tarif dan Perhitungan PPh Pasal 23
Penghitungan PPh Pasal 23 sesuai jenis penghasilan dijelaskan pada tabel berikut ini:
Tarif dan Perhitungan PPh Pasal 23
• Penghasilan berupa dividen, bunga, sewa dan hadiah secara umum merupakan Objek PPh Pasal 23.

• Akan tetapi, terdapat perlakuan atas pengenaan PPh Dividen, bunga, sewa dan hadiah.

• Perbedaan pengenaan PPh atas Dividen, bunga, sewa dan hadiah dirangkum pada tabel sebagai berikut:
Tarif dan Perhitungan PPh Pasal 23
Pajak dividen adalah potongan atas laba yang diperoleh oleh pemegang saham sesuai dengan UU Nomor 36 Tahun 2008
yang kini telah berubah menjadi Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2021 tentang Harmonisasi Peraturan Perpajakan (UU
HPP). Di dalamnya menyatakan bahwa dividen adalah bagian dari penghasilan yang menjadi objek pajak PPh.

Nah dengan adanya UU Nomor 11 Tahun 2020 tentang Cipta Kerja (UU Cipta Kerja), pemerintah memberlakukan dividen
bebas pajak.

Syarat dividen bebas pajak

• Dividen harus diinvestasikan. Investasinya juga tidak bisa sembarangan, harus dalam bentuk investasi tertentu.
Setidaknya, ada 12 bentuk investasi tertentu yang diatur.

• Dividen tidak kena pajak apabila hasil dividen dipakai untuk investasi mulai dari penyertaan modal, surat berharga,
investasi keuangan pada bank persepsi, investasi infrastruktur, hingga investasi pada sektor riil. Detailnya dapat dilihat di
Pasal 34 dan Pasal 35 PMK-18/PMK.03/2021.

• Kemudian, agar bebas pajak dividen, investasi harus dilakukan paling lambat akhir bulan ketiga setelah tahun pajak
dividen diterima atau diperoleh. Singkatnya, investasi harus dilakukan paling lambat 31 Maret tahun berikutnya.
Tarif dan Perhitungan PPh Pasal 23

• Selain itu, agar bebas pajak dividen, ada jangka waktu investasi yang mesti dipenuhi. Lamanya minimal tiga tahun pajak
terhitung sejak tahun pajak dividen diterima atau diperoleh.

• Jadi, selama jangka waktu tersebut, investasi tidak boleh dialihkan, kecuali dialihkan ke bentuk investasi lain yang
diatur di Pasal 34 dan Pasal 35 PMK-18/PMK.03/2021
Tarif dan Perhitungan PPh Pasal 23
Tarif dan Perhitungan PPh Pasal 23
Tarif dan Perhitungan PPh Pasal 23
Saat Terutang, Penyetoran, dan Pelaporan PPh Pasal 23

Saat Terutang, penyetoran, dan pelaporan PPh Pasal 23 adalah sebagai berikut:

1. PPh Pasal 23 terutang pada akhir bulan dilakukannya pembayaran, disediakan untuk dibayar, atau telah
jatuh tempo pembayarannya, tergantung peristiwa yang terjadi terlebih dahulu.

2. PPh Pasal 23 disetor Pemotong Pajak paling lambat tanggal 10 bulan takwim berikutnya setelah bulan saat
terutang pajak.

3. SPT Masa disampaikan ke Kantor Pelayanan Pajak setempat, paling lambat 20 hari setelah masa pajak
berakhir.

4. Pemotong PPh Pasal 23 harus memberikan tanda bukti pemotongan kepada orang pribadi atau badan yang
dibebani pajak penghasilan yang dipotong.

5. Pelaksanaan pemotongan, penyetoran, dan pelaporan PPh Pasal 23 dilakukan secara desentralisasi artinya
dilakukan di tempat terjadinya pembayaran atau terutangnya penghasilan yang merupakan Objek Pajak
PPh Pasal 23
Contoh Soal 1

PT Sukses, merupakan sebuah


perusahaan yang bergerak di bidang
industri sepatu dan beralamat di Jl.
Terusan No.11, Jakarta Selatan. PT
Sukses telah memiliki NPWP
01.111.444.8-061.000.

Pada tanggal 10 Juli 2013, perusahaan


membayar dividen tunai kepada
pemegang saham yang sebelumnya
telah diumumkan melalui RUPS.

Berikut data yang diperlukan dalam


pembayaran dividen tunai
Contoh Soal 2 Contoh Soal 3
Adi pada bulan Februari 2020 menerima dan membayarkan bunga
sebagai berikut:
Pada tahun 2021, PT PFH a. Menerima bunga deposito dari Bank Pasti Maju untuk bulan
membayar Sewa Bus Kendaraan Februari 2020 . Nominal Deposito adalah Rp.150.000.000, bunga
9% setahun.
untuk Operasioanal kepada PT b. Membayarkan bunga atas pinjaman di Bank Graha. Nilai
GMH sebesar Rp. 88.000.000 ( Pinjaman Rp.35.000.000 dengan bunga 6% setahun
include PPN 10%) c. Menerima bunga atas simpanan di Koperasi Cipayung. Nilai
Tabungan Rp. 150.000.000 bunga 12% per tahun, Adi terdaftar
sebagai anggota sejak tahun 2019
d. Menerima bunga atas simpanan di Koperasi Cilulun. Nilai
Berapa PPh yang dipotong oleh PT Tabungan Rp. 10.000.000 bunga 8% per tahun, Adi terdaftar
sebagai anggota sejak tahun 2018
PFH? e. Menerima Bunga pinjaman uang oleh Persek KKP Lady & Rekan.
Nilai Pinjaman Rp.75.000.000 bunga 1% jangka Pinjaman 1
bulan.

Hitung berapa PPh Terutang atas transaksi di atas?


Jawaban Contoh Soal 1

Pemegang % Penyertaan Tarif


Deviden PPh 23
Saham Modal PPh 23
PT Cakrawala 15% 75.000.000 15% 11.250.000
PT Matahari 10% 50.000.000 15% 7.500.000
PT Angkasa 18% 90.000.000 15% 13.500.000
CV Bahari Jaya 12% 60.000.000 15% 9.000.000
CV Karya Raya 11% 55.000.000 15% 8.250.000
TOTAL 330.000.000 49.500.000

• untuk PT Perkasa dikategorikan menjadi non-objek pajak sebab % penyertaan modalnya lebih dari 25% dan
• untuk PT BNI (BUMN) juga merupakan non-objek pajak karena merupakan badan usaha milik negara yang
menjadi pengecualian dari objek pajak.
Jawaban Contoh Soal 2

PT PFH membayar Sewa Bus Kendaraan untuk Operasioanal kepada PT GMH sebesar Rp. 88.000.000 (
include PPN)

Berapa PPh yang dipoton oleh PT PFH?

Jawaban:

PPh 23 Yang dipotong PT PFH adalah sebagai berikut:

2% X Rp.80.000.000 = Rp.1.600.000,-
Jawaban Contoh Soal 3
Semoga Bermanfaat

Anda mungkin juga menyukai