Anda di halaman 1dari 21

MANAJEMEN PERPAJAKAN

“Taat Pajak dengan Efisien pada PPh 23 dan PPh Pasal 26”

Dosen Pengampu : Apip,S.E., M.Si., Akt

Disusun oleh :

Kelompok 3 (Semester 6/APD19)

1. Dini Nurfitriani 40011419650237


2. Attariq Buntarlan 40011419650240
3. Annisa Istiqomah 40011419650281
4. M. Andrian Krisnu Maulana 40011419650282

PROGRAM STUDI D4 AKUNTANSI PERPAJAKAN


FAKULTAS SEKOLAH VOKASI
UNIVERSITAS DIPONEGORO
TAHUN AKADEMIK 2021/2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur diucapkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan
karunia Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan penulisan makalah ini tepat waktu. Makalah
berjudul Taat Pajak Dengan Efisien Pada PPh Pasal 23 dan PPh Pasal 26 ini ditujukan untuk
memenuhi tugas Bapak Dosen Apip, S.E., M.Si. pada mata kuliah Manajemen Pajak. Selain
itu, tujuan pembuatan makalah ini adalah menambah wawasan tentang untuk penulis maupun
pembaca.

Makalah ini telah kami susun dengan semaksimal mungkin dengan bantuan dari
berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu, kami
menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam
pembuatan makalah ini.

Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan
baik dari segi susunan kalimat, maupun struktur makalah. Oleh karena itu, dengan sangat
terbuka kami menerima segala saran dan kritik yang membangun agar kami dapat memperbaiki
makalah ini.

Semarang, Senin 14 Maret 2022

Kelompok 3

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................................................ i


DAFTAR ISI..............................................................................................................................ii
A. Dasar Hukum .................................................................................................................. 1
1. Pengertian PPh Pasal 23 .......................................................................................... 1
2. Pemotong PPh Pasal 23........................................................................................... 1
3. Penerima Penghasilan yang Dipotong PPh Pasal 23 .............................................. 1
4. Penghasilan yang Dikenakan PPh Pasal 23 ............................................................ 2
5. Penghasilan yang Dikecualikan dari Pemotongan PPh Pasal 23 ............................ 2
6. Tarif dan Perhitungan PPh Pasal 23 ........................................................................ 3
7. Jasa lain sebagai objek PPh Pasal 23 (Peraturan Terbaru yang Berlaku tahun
2015, 60 jenis jasa Iain yang dikenakan PPh 23 berdasarkan PMK
141/PMK.03/2015) ................................................................................................. 3
8. Saat Terutang, Penyetoran dan Pelaporan PPh Pasal 23 ......................................... 7
B. Taat Pajak dengan Efisien Metode Gross Up ............................................................... 12
C. Tarif Pajak dan Penerapannya ...................................................................................... 15

ii
A. Dasar Hukum
 UU PPh Pasal 23, dalam UU PPh No 36 Tahun 2008.
 PMK 244/PMK.03/2008 tentang Jenis Jasa Pajak Penghasilan.
 PMK 141/PMK.03/2015 Pemotongan PPh atas Jasa.

1. Pengertian PPh Pasal 23


Pajak Penghasilan Pasal 23, selanjutnya disingkat PPh Pasal 23, merupakan pajak yang
dipotong atas penghasilan yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak dalam negeri
(orang pribadi maupun badan), dan bentuk usaha tetap yang berasal dari modal,
penyerahan jasa, atau penyelenggaraan kegiatan selain yang dipotong PPh Pasal 21,
PPh Pasal 23 ini dibayarkan untuk terutang oleh badan pemerintahan atau Subjek Pajak
dalam negeri, penyelenggara kegiatan, bentuk usaha tetap, atau perwakilan perusahaan
luar negeri lainnya.

2. Pemotong PPh Pasal 23


1. Badan Pemerintahan
2. Subjek Pajak badan dalam negeri
3. Penyelenggara Kegiatan
4. Bentuk Usaha Tetap
5. Perwakilan perusahaan di luar negeri lainnya
6. Orang pribadi sebagai Wajib Pajak dalam negeri tertentu, yang ditunjuk oleh
Kepala Kantor Pelayanan Pajak sebagai Pemotong PPh Pasal 23 yaitu:
 Akuntan, arsitek, dokter, notaris, Pejabat Pembuat Akta Tanah (PPAT),
kecuali camat, pengacara dan konsultan yang melakukan pekerjaan bebas.
 Orang pribadi yang menjalankan usaha yang menyelenggarakan pembukuan
atas pembayaran berupa sewa.

3. Penerima Penghasilan yang Dipotong PPh Pasal 23


Wajib Pajak PPh Pasal 23 adalah:
1) Wajib Pajak dalam negeri (orang pribadi dan badan)
2) Bentuk Usaha Tetap (BUT)

1
4. Penghasilan yang Dikenakan PPh Pasal 23
Berikut adalah objek pajak penghasilan pasal 23:
1. Dividen
2. Bunga termasuk premium, diskonto, dan imbalan sehubungan dengan jaminan
pengembalian utang
3. Royalti
4. Hadiah, penghargaan, bonus, dan sejenisnya selain yang telah dipotong Pajak
Penghasilan, yaitu penghasilan yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak dalam
negeri orang pribadi yang berasal dari penyelenggara kegiatan sehubungan dengan
pelaksanaan suatu kegiatan
5. Sewa dan penghasilan lain sehubungan dengan penggunaan harta, kecuali sewa
dari penghasilan lain sehubungan dengan penggunaan harta yang telah dikenai
Pajak Penghasilan sebagaimana dimaksudkan dalam Pasal 4 ayat (2) UU PPh.
6. Imbalan sehubungan jasa teknik, jasa manajemen, jasa konstruksi, jasa konsultan,
dan jasa lain selain jasa yang telah dipotong Pajak Penghasilan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 21 UU PPh.

5. Penghasilan yang Dikecualikan dari Pemotongan PPh Pasal 23


Pemotongan PPh 23 dikecualikan atas:
1) Penghasilan yang dibayar atau terutang kepada bank
2) Sewa yang dibayar atau terutang sehubungan dengan sewa guna usaha dengan hak
opsi
3) Dividen atau bagian laba yang diterima atau diperoleh perseroan terbatas sebagai
Wajib Pajak dalam negeri, koperasi, badan usaha milik negara, atau badan usaha
milik daerah dari penyertaan modal pada badan usaha yang didirikan dan bertempat
kedudukan di Indonesia.
4) Bagian laba yang diterima atau diperoleh anggota dari perseroan komanditer yang
modalnya tidak terbagi atas saham-saham, persekutuan, perkumpulan, firma dan
kongsi termasuk pemegang unit penyertaan kontrak investasi kolektif.
5) Penghasilan yang dibayarkan atau terutang kepada badan usaha atas jasa keuangan
yang berfungsi sebagai penyalur pinjaman dan/atau pembiayaan.

2
6. Tarif dan Perhitungan PPh Pasal 23
 Sebesar 15% dari jumlah bruto atas:
1. Dividen
2. Bunga termasuk premium, diskonto, dan imbalan sehubungan dengan jaminan
pengembalian utang
3. Royalti
4. Hadiah, penghargaan, bonus, dan sejenisnya selain yang telah dipotong Pajak
Penghasilan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21 ayat (1) huruf e.
 Sebesar 2% dari jumlah bruto atas:
1. Sewa dan penghasilan lain sehubungan dengan penggunaan harta, kecuali sewa
dan penghasilan lain sehubungan dengan penggunaan harta yang telah dikenai
Pajak Penghasilan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (2).
2. Imbalan sehubungan dengan jasa teknik, jasa manajemen, jasa konstruksi, jasa
konsultan, dan jasa lain selain jasa yang telah dipotong Pajak Penghasilan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21 UU PPh.

Catatan : Dalam hal Wajib Pajak yang menerima atau memperoleh penghasilan
tersebut tidak memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak, besarnya tarif pemotongan
adalah lebih tinggi 100% dari tarif sebenarnya.

7. Jasa lain sebagai objek PPh Pasal 23 (Peraturan Terbaru yang Berlaku tahun
2015, 60 jenis jasa Iain yang dikenakan PPh 23 berdasarkan PMK
141/PMK.03/2015)
Jenis jasa lain sesuai dengan Peraturan Menteri Keuangan Nomor
244/PMK.03/2008 yang dikenakan PPh Pasal 23 sebesar 2% dari jumlah bruto.
1. Jasa penilai (appraisal);
2. Jasa aktuaris;
3. Jasa akuntansi, pembukuan, dan atestasi laporan keuangan;
4. Jasa perancang (design);
5. Jasa pengeboran (drilling) di bidang penambangan minyak dan gas bumsi
(migas), kecuali yang dilakukan oleh bentuk uaha tetap ( BUT )
6. Jasa penunjang di bidang penambangan migas;
7. Jasa penambangan dan jasa penunjang di bidang penambangan selain migas;

3
8. Jasa penunjang di bidang penerbangan dan bandar udara
9. Jasa penebangan hutan
10. Jasa pengolahan limbah;
11. Jasa penyedia tenaga kerja (outsoureing services)
12. Jasa perantara dan/atau keagenan;
13. Jasa di bidang perdagangan surat-surat berharga, kecuali yang dilakukan oleh
Bursa Efek, KSEI dan KPEI.
14. Jasa kustodian/penyimpanan/penitipan, kecual yang dilakukan oleh KSEI;
15. Jasa pengisian suara (dubbing) dan/atau sulih suara;
16. Jasa mixing film;
17. Jasa schubungan dengan sofware komputer, termasuk perawatan, pemeliharaan
dan perbaikan;
18. Jasa instalasi/pemasangan mesin, peralatan, listrik, telepon, air, gas, AC, dan/atau
TV kabel, selain yang dilakukan oleh Wajib Pajak yang ruang lingkupnya di
bidang konstruksi dan mempunyai izin dan/atau sertifikasi sebagai pengusaha
konstruksi;
19. Jasa perawatan/perbaikan/pemeliharaan mesin, peralatan, listrik, telepon, air, gas,
Ac, TV kabel, alat transportasi/kendaraan dan/atau bangunan, selain yang
dilakukan oleh Wajib Pajak yang ruang lingkupnya di bidang konstruksi dan
mempunyai izin dan/atau sertifikasi sebagal pengusaha konstruksi;
20. Jasa maklon;
21. Jasa penyelidikan dan keamanan;
22. Jasa penyelenggara kegiatan atau event organizer,
23. Jasa pengepakan:
24. Jasa penyedia tempat dan / atau waktu media masa , media luar ruang atau media
lain untuk menyampaikan informasi;
25. Jasa pembasmian hama;
26. Jasa kebersihan atau cleaning service;
27. Jasa catering atau tata boga.
Jasa Penunjang di Bidang Penambangan Migas & Panas Bumi
1. Jasa penyemenan dasar (primari cementing) yaitu penempatan bubur semen
secara tepat diantara pipa selelubung dan Iubang sumur
2. Jasa penyemenan perbaikan (remedial cmenting) yaltu penempatan bubur semen
untuk maksud- maksud:

4
a. Penyumbatan kemball formasi yang sudah kosong
b. Penyumbatan kembali formasi yang sudah kosong
c. Perbaikan dari penyemenan dasar yang gagal
d. Penutupan sumur
3. Jasa pengontrolan pasir (sand control) yaitu jasa yang menjamin bahwa bagian-
bagian formasi yang tidak terkonsolidasi tidak akan ikut terproduksi dalam
rangkaian pipa produksi dan menghilangkan kemungkinan tersumbatnya pipa.
4. Jasa pengasaman (matrix acidizing) yaitu pekerjaan untuk memperbesar daya
tembus formasi, dan menaikan produktivitas dengan jalan menghilangkan
material penyumbat yang tidak diinginkan.
5. Jasa pertakan hidrolika (hydraulic), yaitu pekerjaan yang dilakukan dalam hal
cara pengemasan tidak cocok, misalnya perawatan pada formasi yang mempunyai
daya tembus sangat kecil.
6. Jasa nitrogen dan gulungan pipa (nitrogen dan coil tubing), yaitu jasa yang
dikerjakan untuk menghilangkan cairan buatan yang terdapat pada umur baru
yang telah selesai, sehingga aliran yang terjadi sesuai dengan tekanan asli formasi
dan kemudian menjadi besar dipompakan ke dalam cairan butan dalam sumur.
7. Jasa uji kandung lapiran (drill steam testing), penyelesaian sementara suatu sumur
baru agar dapat mengevaluasi kemampuan berproduksi.
8. Jasa reparasi pompa reda (reda repair)
9. Jasa pasangan instalansi dan perawatan
10. Jasa pengganti peralatan/material
11. Jasa mud logging, yaitu memesukkan lumpur kedalam sumur
12. Jasa mud engineering
13. Jasa well logging & perforating
14. Jasa stimulasi dan secondary decovery
15. Jasa alat kontrol navigasi lepas pantai yang berkaitan dengan drilling.
16. Jasa pemeliharaan untuk pekerjaan drilling
17. Jasa mobilisasi dan demobilisasi anjungan drilling
18. Jasa lainnya yang sejenis di bidang pengeboran migas
19. Jasa well testing & wire line service

5
Jasa penambangan dan jasa penunjang di bidang penambangan selain migas,
antara lain:
1. Jasa pengobaran
2. Jasa penebasan
3. Jasa pengupahan dan pengeboran
4. Jasa penambangan
5. Jasa pengangkutan/sistem transportasi, kecuall jasa angkutan umum
6. Jasa pengolahan bahan galian
7. Jasa reklamasi tambang
8. Jasa peiaksanaan mekanikal, elektrikal, manufaktur, fabrigasi, dan penggallan/
9. Pemindahan tanah
10. Jasa lainnya yang sejenis di bldang pertambangan umum
Jasa penunjang di bidang penerbangan dan bandar udara adalah:
1. Bidang aeronautika termasuk:
 Jasa pendaratan, penempatan, penyimpanan pesawat udara dan jasa lain
sehubungan dengan pendararatan pesawat udara
 Jasa penggunaan jembatan pintu (avio bridge)
 Jasa pelayanan penerbangan
 Jasa ground handling, yaitu pengurus seluruh atau sebagian dari proses
pelayanan penumpang dan bagasinya serta kargo , yang diangkut dengan
pesawat udara, baik yang berangkat maupun yang datang, selama pesawat
udara di darat
 Jasa penunjang lain dibidang aeronautika
2. Bidang Non – aeronautika , termasuk :
 Jasa katering di pesawat dan jasa pembersihan pantry pesawat
 Jasa penunjang lain di bidang non-aeronautika
Jasa maklon adalah pemberian jasa dalam rangka proses penyelesaian suatu
barang tertentu yang di proses pengerjaanya di lakukan oleh pihak pemberi jasa
(disubkontrakkan), yang spesifkasi, bahan baku yang akan diproses sebagian atau
seluruhnya disediakan oleh pengguna jasa, dan kepemilikan atas barang jadi berada
pada pengguna jasa.

6
Jasa penyelenggara kegiatan atau event organizer adalah kegiatar. Usaha yang
dilakukan oleh pengusaha jasa penyelengara kegiatan meliputi antara lain
penyelenggaraan pameran, konvensi, pagelaran musik, pesta, seminar, peluncuran
produk, Konferensi pers, dan kegiatan lain yang memanfaatkan jasa penyelenggara
kegiatan

8. Saat Terutang, Penyetoran dan Pelaporan PPh Pasal 23


o Pajak penghasilan Pasal 23 terutang pada ahkir bulan dilakukannya pembayaran
atau pada ahkir bulan terutangnya penghasilan yang berangkutan .
o Pajak penghasilan Pasal 23 harus disetor oleh pemotong pajak selambat- lambatnya
tanggal 10 bulan takwim berikutnya setelah bulan saat terutang pajak ke bank
persepsi atau Kantor Pos Indonesia.
o Pemotong PPh Pasal 23 diwajibkan menyampaikan Surat Pemberitahuan Masa
selambat-lambatnya 20 hari setelah masa paak berakhir.
o Pemotongan PPh Pasal 23 harus memberikan tanda bukti pemotong kepada orang
pribadi atau badan yang dibebani Pajak Penghasilan yang dipotong.
o Pelaksanaan pemotong penyetoran, dan pelaporan PPh Pasal 23 dilakukan secara
desentralisasi artinya dilakukan di tempat terjadinya pembayaran atau terutangnya
penghasilan yang merupakan objek PPh Pasal 23 , hal ini dimaksudkan untuk
mempermudah, pengawasan terhadap pelaksanan pemotongan PPH Pasal 23
tersebut.
o Pemotongan PPh pasal 23 harus memberikan tanda bukti pemotong kepada orang
pribadi dan badan yang dibebani Pajak Penghasilan yang dipotong.
o Pelaksanaan pemotongan, penyetoran, da pelaporan PPh Pasal 23 dilakukan secara
desentralisasi artinya dilakukan di tempat terjadinya pembayaran atau terutangnya
penghasilan yang merupakan Objek PPh Pasal 23, hal ini dimaksudkan untuk
mempermudah, pengawas terhadap pelaksanaan pemotongan PPh Pasal 23
tersebut.

7
Penghitungan PPh pasal 23 terutang menggunakan jumlah bruto tidak termasuk
PPN
Dikecualikan dari pemotongan PPh Pasal 23 :
1. Penghasilan yang dibayar atau terutang kepada bank
2. Sewa yang dibayar atau terutang atau di peroleh perseroan terbatas sebagai WP
dalam negeri, Koperasi, BUMN/BUMD, dan penyertaaan modal pada badan usaha
yang didirikan dan bertempat kedudukan di Indonesia dengan syarat :
a. Deviden berasal dari cadangan laba yang ditahan
b. Bagi perseroan terbatas,BUMN/BUMD, kepemilikan saham pada badan
yang memberikan deviden paling rendah 25% (dua puluh lima persen) dari
jumlah modal yang disetor.
c. Bagian laba yang diterima atau diperoleh anggota dari perseroan terbatas
komanditer yang modalnya tidak terbagi, atas saham-saham, persekutuan,
prkumpulan, firma dan kongsi termasuk pemegang unit penyertaan kontrak
investasi kolektif;
d. SHU koperasi yang dibayarkan oleh koperasi kepada anggotanya
e. Penghasilan yang dibayar atau terutang kepada badan usaha atas jasa
keuangan yang berfungasi sebagai penyalur pinjaman adan/ atau
pembiayaan.
Dalam hal jatuh tempo penyetoran atau batas akhir pelaporan PPh pasal 23 bertepatan
dengan hari libur nasioanal, penyetoran atau pelaporan dapata dilakukan pada hari kerja
berikutnya.
Bukti Pemotongan PPh Pasal 23
Pemotongan Pajak harus memberikan Bukti Pemotongan PPh Pasal 23 kepada Wajib
Pajak Orang Pribadi atau Badan yang telah di potong PPh Pasal 23.

PERATURAN PPH 23 BARU (PMK141) VERSUS LAMA (PMK 244)


PMK 141 BARU PMK 244 LAMA
No. (BERLAKU 27 AGUSTUS 2015) (BERLAKU 1 JAN 2009)
JENIS JASA YANG DIKENAKAN PPh 23 JENIS JAS YANG DIKENALKAN PPh 23
1 a. Jasa penilai (appraisal) a. Jasa penilai (appraisal)
2 b. Jasa aktuaris b. Jasa aktuaris
c. Jasa akuntansi, pembukuan, atestasi c. Jasa akuntansi, pembukuan, atestasi
3
laporan keuangan laporan keuangan
4 d. Jasa hukum'

8
PERATURAN PPH 23 BARU (PMK141) VERSUS LAMA (PMK 244)
PMK 141 BARU PMK 244 LAMA
No. (BERLAKU 27 AGUSTUS 2015) (BERLAKU 1 JAN 2009)
JENIS JASA YANG DIKENAKAN PPh 23 JENIS JAS YANG DIKENALKAN PPh 23
5 e. Jasa arsitektur
f. Jasa perencanaan kota dan arsitektur
6 landscape
7 g. Jasa perancang (design) g. Jasa perancang (design)
h. Jasa pengeboran (drilling) di bidang h. Jasa pengeboran (drilling) di bidang
penambangan minyak dan gas bumi (migas) penambangan minyak dan gas bumi (migas)
8
kecualiyang dilakukan oleh bentuk usaha tetap kecualiyang dilakukan oleh bentuk usaha tetap
(BUT) (BUT)
i. Jasa pengeboran di bidang usaha panas bumi i. Jasa pengeboran di bidang usaha panas bumi
9 penambangan minyak dan gas bumi (migas) penambangan minyak dan gas bumi (migas)
j. Jasa penambangan dan jasa penunjang selain j. Jasa penambangan dan jasa penunjang selain
bidang usaha panas bumindan penambangan bidang usaha panas bumindan penambangan
10 minyakdan gas bumi (migas) minyakdan gas bumi (migas)
k. Jasa Penunjangn di Bidang Penerbangan dan k. Jasa Penunjangn di Bidang Penerbangan dan
11 Bandar Udara;** Bandar Udara;**
12 l. Jasa penebangan hutan l. Jasa penebangan hutan
13 m. Jasa pengolahan limbah m. Jasa pengolahan limbah
n. Jasa penyedia tenaga kerja (outsourcing n. Jasa penyedia tenaga kerja (outsourcing
14 service) service)
15 o. Jasa perantara dan/ atau keagenan o. Jasa perantara dan/ atau keagenan
p. Jasa di bidang perdagangan suarat-surat p. Jasa di bidang perdagangan suarat-surat
berharga, kecuali yang dilakukan oleh Bursa berharga, kecuali yang dilakukan oleh Bursa
16 Efek , KSEI, dan KPEI Efek , KSEI, dan KPEI
q. Jasa kustodian /penyimpanan/penitipan, q. Jasa kustodian /penyimpanan/penitipan,
17 kecuali yang dilakukan oleh KSEI; kecuali yang dilakukan oleh KSEI;
r. Jasa pengisian suara (dubbing) dan/atau sulih r. Jasa pengisian suara (dubbing) dan/atau sulih
18 suara suara
19 s. Jasa mixing film s. Jasa mixing film
t. Jasa pembuat saranan promosi film, iklan,
poster, photo, slide, klise, banner, pamphlet,
20 baliho, dan folder
u. Jasa sehubungan dengan software komputer, u. Jasa sehubungan dengan software komputer,
termasuk perwatan, pemeliharaan dan termasuk perwatan, pemeliharaan dan
21 perbaikan perbaikan
v. Jasa pembuatan dan atau pengelolaan
22 website;
23 w. Jasa internet termasuk sambungannya
x. Jasa penyimpanan, pengolahan, dan atau
24 penyaluran data, informasi, dan atau program

9
PERATURAN PPH 23 BARU (PMK141) VERSUS LAMA (PMK 244)
PMK 141 BARU PMK 244 LAMA
No. (BERLAKU 27 AGUSTUS 2015) (BERLAKU 1 JAN 2009)
JENIS JASA YANG DIKENAKAN PPh 23 JENIS JAS YANG DIKENALKAN PPh 23
y. Jasa instalasi/pemasangan mesin, peralatan, y. Jasa instalasi/pemasangan mesin, peralatan,
listrik, telepon, air, gas, AC, dan/atau, TV listrik, telepon, air, gas, AC, dan/atau, TV
kabel, selain yang dilakukan wajib pajak yang kabel, selain yang dilakukan wajib pajak yang
ruang lingkupnya di bidang konstruksi dan ruang lingkupnya di bidang konstruksi dan
mempunyai izin dan/atau sertifikasi sebagai mempunyai izin dan/atau sertifikasi sebagai
25 pengusaha konstruksi; pengusaha konstruksi;
z. Jasa perawatan/perbaikan/pemeliharaan z. Jasa perawatan/perbaikan/pemeliharaan
mesin, peralatan, listrik, telepon, air, gas, AC, mesin, peralatan, listrik, telepon, air, gas, AC,
dan/atau, TV kabel, alat transportasi/kendaraan dan/atau, TV kabel, alat transportasi/kendaraan
dan/atau bangunan, selain yang dilakukan oleh dan/atau bangunan, selain yang dilakukan oleh
Wajib Pajak yang ruang lingkupnya di bidang Wajib Pajak yang ruang lingkupnya di bidang
konstruksi dan mempunyai izin dan/atau konstruksi dan mempunyai izin dan/atau
26 sertifikasi sebagai pengusaha konstruksi; sertifikasi sebagai pengusaha konstruksi;
aa. Jasa perawatan kendaraaan dan atau alat
27 transportasi darat, laut, dan udara;
28 ab. Jasa maklon ab. Jasa maklon
29 ac. Jasa penyelidikan dan keamanan ac. Jasa penyelidikan dan keamanan
ad. Jasa penyelenggara kegiatan atau event ad. Jasa penyelenggara kegiatan atau event
30 organizer; organizer;
ae. Jasa penyedia tempat dan/atau waktu dalam ae. Jasa penyedia tempat dan/atau waktu dalam
media masa,media luar ruang atau media lain media masa,media luar ruang atau media lain
untuk penyampaian informasi dana tau jasa untuk penyampaian informasi dana tau jasa
31 periklanan periklanan
32 af. Jasa pembasmian hama af. Jasa pembasmian hama
33 ag. Jasa kebersihan atau cleaning service ag. Jasa kebersihan atau cleaning service
34 ah. Jasa sedit Saptic tank ah. Jasa sedit Saptic tank
35 ai. Jasa pemeliharaan kolam ai. Jasa pemeliharaan kolam
36 aj. Jasa katering atau tata boga aj. Jasa katering atau tata boga
37 ak. Jasa freight forwarding
38 al. Jasa logistic
39 am. Jasa pengurusan dokumen
40 an. Jasa pengepakan an. Jasa pengepakan
41 ao. Jasa loading dan unloading
ap. Jasa labotarium dan atau dilakukan oleh
42 lembaga atau rangka penelitian akademis
43 aq. Jasa pengolaan parkir
44 ar. Jasa penyondiran tanah
45 as. Jasa penyiapan dan atau pengolahan lahan
46 at. Jasa pembibitan dan atau penanaman bibit
47 au. Jasa pemeliharaan tanaman

10
PERATURAN PPH 23 BARU (PMK141) VERSUS LAMA (PMK 244)
PMK 141 BARU PMK 244 LAMA
No. (BERLAKU 27 AGUSTUS 2015) (BERLAKU 1 JAN 2009)
JENIS JASA YANG DIKENAKAN PPh 23 JENIS JAS YANG DIKENALKAN PPh 23
48 av. Jasa pemanenan
aw. Jasa pengolahan hasil pertanian,perkebunan
49 perikanan,peternakan,dan atau perhutanan
50 ax. Jasa dekorasi
51 ay. Jasa pencetakan/penerbitan
52 az. Jasa penerjemahan
ba. Jasa pengangkutan/ekspedisi kecuali yang
telah diatur dalam pasal 15 undang-undang
53 pajak penghasilan
54 bb. Jasa pelayanan kepelabuhan
55 bc. Jasa pengangkutan melalui jalur pipa
56 bd. Jasa pengelolaan penitipan anak
57 be. Jasa pelatihan dan/atau kursus
bf. Jasa pengiriman dan pengisian uang ke
58 ATM
59 bg. Jasa sertifikasi
60 bh. Jasa survei
61 bi. Jasa tester
bj. Jasa selain jasa-jasa tersebut di atas yang
pembayarannya dibebankan pada APBN
62 atau APBD

Tarif PPh 23 adalah 2% dari jumlah bruto (tidak termasuk PPN).Dalam hal wajib pajak
yang menerima atau memperoleh penghasilan tersebut tidak memiliki Nomor Pokok
Wajib Pajak,besarnya tarif pemotongan adalah lebih tinggi 100% dari tarif yang
sebenernya.

Kode Akun Pajak untuk PPh 23 adalah 411124.Lihat kode akun pajak
selengkapnya disini keterangan definisi jasa yang sering digunakan :

1. Jasa Maklon adalah pemberian jasa dalam rangka proses penyelesaian suatu
barang tertentu yang proses pengerjaannya dilakukan oleh pihak pemberi jasa
(disubkontrakkan), dan pengguna jasa menetapkan spesifikasi, serta menyediakan
bahan baku dan/atau barang setengah jadi dan/atau bahan penolong/pembantu yang
akan diproses sebagian atau seluruhnya, dengan kepemilikan atas barang jadi
berada pada pengguna jasa.

11
2. Jasa penyelenggara kegiatan atau event organizer adalah kegiatan usaha yang
dilakukan oleh pengusaha jasa penyelenggara kegiatan meliputi antara lain
penyelenggaraan pameran, konvensi, pagelaran musik, pesta, seminar, peluncuran
produk, konferensi pers, dan kegiatan lain yang memanfaatkan jasa penyelenggara
kegiatan.
3. Jasa freight forwarding adalah kegiatan usaha yang ditujukan untuk mewakili
kepentingan pemilik untuk mengurus semua/sebagian kegiatan yang diperlukan
bagi terlaksananya pengiriman dan penerimaan barang melalui transportasi darat,
laut, dan/atau udara, yang dapat mencakup kegiatan penerimaan, penyimpanan,
sortasi, pengepakan, penandaan, pengukuran, penimbangan, pengurusan
penyelesaian dokumen, penerbitan dokumen angkutan, perhitungan biaya
angkutan, klaim, asuransi atas pengiriman barang serta penyelesaian tagihan dan
biaya-biaya lainnya berkenaan dengan pengiriman barang-barang tersebut sampai
dengan diterimanya barang oleh yang berhak menerimanya.

B. Taat Pajak dengan Efisien Metode Gross Up


Jika rekanan tidak ingin dipotong pajak maka perusahaan harus melakukan
koreksi atas beban sebesar Dasar Pengenaan Pajak (DPP) yang tidak dipotong PPh nya
tersebut sebagai Non Deductible Expenses (NDE) pada saat perhitungan PPh
Badan.Jika tidak,pada saat pemeriksaan,akan terkena koreksi oleh pemeriksa pajak atas
biaya tersebut.Oleh karena itu untuk mengatasi persoalan tersebut,sangat umum
dilakukan oleh beberapa perusahaan memotong metode gross up.Hal ini dilakukan agar
rekanan tetap menerima penuh pembayaran dan perusahaan tetap bisa menganggapnya
sebagai Deductible Expenses (DE) dalam perhitungan PPh Badannya.Rumus yang
dipakai untuk gross up adalah :

DPP (tidak termasuk PPN) x 1/(1-tarif pajak)


Contoh :
PT batu hijau sebagai perusahaan yang sukses bergerak di bidang perdagangan umum
yang memiliki banyak Gedung perkantoran,melakukan kontrak kerjasama jasa dengan
PT JASA MANUNGGAL,atas semua pekerjaan service pendingin dismeua Gedung
kantornya selama tahun 2015 Rp.1.000.000.000. (sebelum PPN). PT JASA
MANUNGGAL,atas transaksi ini,tidak ingin di potong PPh 23,sehingga PPh 23 harus
di tanggung oleh PT BATU HIJAU

12
DPP = Rp. 1.000.000.000
Tarif PPh 23 = 2%
DPP setelah Gross up = Rp. 1.000.000.000 x 1/(1-2%)
= Rp. 1.020.408.163
Pajak PPh 23 = Rp. 1.020.408.163 x 2%
= Rp. 20.408.163
Analisa :
Jika PPh pasal 23 di tanggung PT BATU HIJAU tidak menggunakan metode gross up
akan meanggung PPh pasal 23 tersebut sebesar Rp. 20.408.163 dan tak bisa dijadikan
biaya untuk mengurangi penghasilan kena pajak PT BATU HIJAU
Dengan Metode Gross Up PT BATU HIJAU dapat membebankan semua Beban
Service AC sebesar Rp. 1.020.408.163,sebagai pengurang penghasilan kena pajak.
Jadi penghematan yang didapat dengan menggunakan metode Gross Up sebagai
berikut:
Tidak menggunakan metode Gross Up Rp. 1.000.000.000
Dengan menggunakan metode Gross Up Rp. 1.020.408.163
Selisih Rp. 20.408.163
Efisiensi Pajak = Rp, 20.408.163 x 25%
= Rp. 5.102.041

Perlu diperhatikan guna menghindari kerugian dua kali,karena selain telah


menanggung pajak rekanan yang menjadi biaya perusahaan,ada kemungkinan
terkoreksi ketika dilakukan pemriksaan karena pada dasarnya gross up hanya dapat
diterapkan pada PPh pasal 21 saja.
Maka untuk solusi persoalan ini pada saat membuat perjanjian awal dengan
rekanan sebaikanya jumlah DPP setelah di gross up ini dimasukkan dalam nilai kontrak
dan PO serta menjadi jumlah dalam invoice yang dikirimkan ke perusahaan sehingga
tampak seakan-akan transaksi normal tidak ada perlakuan gross up bagi rekanan
ini.Dengan demikian transaksi bisnis akan sama-sama menguntungkan kedua belah
pihak.
Dengan berlakunya penbuatan E Faktur mulai tanggal 1 Juli 2015,pengawasan
terhadapa fakrut pajak semakin diperketat.Dibutuhkan keataatan pajak yang baik dan
sesame terhadap kegiatan perhitungan,penyetoran dan pelaporan PPN.

13
PPh Pasal 26

Pengertian PPh Pasal 26


Ketentuan Pasal 26 Undang-undang Nomor 36 Tahun 2008 mengatur tentang
pemotongan atas penghasilan yang bersumber di Indonesia yang diterima atau diperoleh Wajib
Pajak Luar Negeri (baik orang pribadi atau badan) selain bentuk usaha tetap.

Wajib Pajak PPh Pasal 26


Yang dikenakan pemotongan PPh Pasal 26 adalah Wajib Pajak Luar Negeri (baik orang
pribadi atau badan) selain bentuk usaha tetap yang menerima atau memperoleh penghasilan.

Pemotong PPh Pasal 26


Pemotongan Pajak Penghasilan Pasal 26 wajib dilakukan oleh:
1. Badan pemerintah
2. Subjek Pajak dalam negeri
3. Penyelenggara kegiatan
4. Bentuk usaha tetap
5. Perwakilan perusahaan luar negeri lainnya yang melakukan pembayaran kepada Wajib
Pajak luar negeri selain bentuk usaha tetap.

Objek PPh Pasal 26


1. Penghasilan yang wajib dipotong Pajak Penghasilan Pasal 26 (Objek PPh Pasal 26)
adalah:
a. Individu;
b. Bunga termasuk premium, diskonto, dan imbalan sehubungan dengan jaminan
pengembalian utang;
c. Royalty, sewa, dan penghasilan lain sehubungan dengan penggunaan harta;
d. Imbalan sehubungan dengan jasa, pekerjaan, dan kegiatan;
e. Hadiah dan penghargaan;
f. Pensiun dan pembayaran berkala lainnya;
g. Premi swap dan transaksi lindung nilai lainnya;
h. Keuntungan karena pembebasan utang.

14
2. Penghasilan dari penjualan atau pengalihan harta di Indonesia
a. perhiasan mewah, berlian, emas, intan, jam tangan mewah, barang antik, lukisan,
mobil, motor, kapal pesiar, dan/atau pesawat terbang ringan. Dengan nilai Rp.
10.000.000 keatas untuk setiap jenis transaksi.
3. Premi asuransi yang dibayarkan kepada perusahaan asuransi luar negeri.
4. Penjualan atau pengalihan saham perusahaan antara (conduit company atau special
purpose company) yang berkedudukan di negara yang memberikan perlindungan pajak
yang memiliki hubungan istimewa dengan badan yang didirikan di Indonesia atau
bentuk usaha tetap di Indonesia.
5. PKP sesudah dikurangi pajak dari bentuk usaha tetap di Indonesia dikenai pajak sebesar
20% , kecuali penghasilan tersebut ditanamkan kembali di Indonesia .

C. Tarif Pajak dan Penerapannya


Besarnya tarif PPh Pasal 26 dibedakan atas kelompok objek PPh Pasal 26 seperti berikut:
1. Atas penghasilan yang berupa:
a) dividen;
b) Bunga termasuk premium, diskonto, dan imbalan sehubungan dengan jaminan
pengembalian utang;
c) royalti, sewa, dan penghasilan lain sehubungan dengan penggunaan harta;
d) imbalan sehubungan dengan jasa, pekerjaan, dan kegiatan;
e) hadiah dan penghargaan;
f) pensiun dan pembayaran berkala lainnya;
g) premi swap dan transaksi lindung nilai lainnya; dan atau
h) keuntungan karena pembebasan utang,
dengan nama dan dalam bentuk apa pun, yang dibayarkan, disediakan untuk
dibayarkan, atau telab jatuh tempo pembayarannya dipotong pajak sebesar
20%darijumlah bruto oleh pihak yang wajib membayarkan.

PPh Pasal 26 =Penghasilan Bruto x 20%

2. Atas penghasilan yang berupa:


a. penghasilan dari penjualan harta di Indonesia,

15
b. premi asuransi yang dibayarkan kepada perusahaan asuransi luar negeri, dipotong
PPh pasal 26 sebesar 20%dari perkiraan penghasilan neto.

PPh Pasal 26= (Penghasilan Bruto x Perkiraan Penghasilan Netto) x 20%

Besarnya perkiraan penghasilan neto untuk penjualan harta adalah 25% dari harga jual.
Besarnya perkiraan penghasilan neto untuk premi asuransi dan premi reasuransi yang
dibayarkan pada perusahaan asuransi luar ncgeri sebagai berikut:

a) Atas premi yang dibayar tertanggung kepada perusabaan asuransi di luar negeri,
baik secara langsung maupun melalui pialang sebesar 50% dari jumlah premi yang
dibayar.
b) Atas premi yang dibayar oleh perusahaan asuransi yang berkedudukan di Indonesia
kepada perusahaan asuransi di luar negeri, baik secara langsung maupun melalui
pialang sebesar 10% dari jumlah premi yang dibayar.
c) Atas premi yang dibayar oleh perusahaan reasuransi yang berkedudukan di
Indonesia kepada perusahaan asuransi di luar negeri, baik secara langsung maupun
melalui pialang sebesar 5% dari jumlah premi yang dibayarkan.
3. Atas penghasilan yang berupa penjualan atau pengalihan saham dipotong PPh Pasal 26
sebesar 20% dari perkiraan penghasilan neto.
PPh Pasal 26 =(Penghasilan Bruto x Perkiraan Penghasilan Netto)x 20%
Besarnya penghasilan neto adalah 25% dari harga jual.
4. Atas Penghasilan Kena Pajak sesudah dikurangi pajak dari suatau bentuk usaha tetap
Indonesia dikenai Pajak sebesar 20%, kecuali penghasilan tersebut ditanamkan kembali
di Indonesia.
Penanaman kembali tersebut harus memenuhi persyaratan sebagai berikut :
a. Penanaman kembali dilakukan atas seluruh Penghasilan Kena Pajak setelah
dikurangi Pajak Penghasilan dalam bentuk penyertaan modal pada perusahaanyang
didirikan dan berkedudukan di Indonesia sebagai pendiri atau peserta pendiri.
b. Perusahaan baru yang didirikan dan berkedudukan di Indonesia sebagaimana
dimaksud pada huruf a, harus secara aktif melakuka kegiatan usaha sesuai dengan
akta pendiriannya, paling lama 1 (satu) tahun sejak perushaan tersebut didirikan.
c. Penanaman kembali dilakukan dalam tahun pajak berjalan atau paling lama tahun
pajak berikutnya dari tahun pajak diterima atau diperolehnya penghasilan tersebut.

16
d. Tidak melakukan pengalihan atas penanaman kembali tersebut paling singkat
dalam jangka waktu 2 (dua) tahun sesudah perusahaan baru tersebut telah
berproduksi komersial.
PPh Pasal 26 = (PKP-PPh Terutang) x 20%

Catatan :
Untuk keperluan penghitungan PPh Pasal 26, penghasilan yang di terima atau diperoleh
dalam mata uang asing dihitung berdasarkan nilai kurs yang ditetapkan oleh menteri
keuangan yang berlaku pada saat pembayaran atau dibebankan.

Contoh Perhitungan Pemotongan PPh Pasal 26 :


Mike adalah karyawan asing pada perusahaan PT Dira Consult, Mika bertempat tinggal
kurang dari 183 hari. Mike sudah beristri dan mempunyai seorang anak. Dalam bulan
April 2017, Mike meperoleh gaji US$ 5,000 sebulan. Kurs yang berlaku adalah
Rp13.500,00 per US$ 1.
Perhitungan PPh Pasal 26 :
Penghasilan Bruto berupa gaji sebulan :
5.000 x RP13.500,00 = Rp67.500.000,00
Penerapan Tarif :
20% x Rp67.500.000,00 = Rp 13.500.00,00
PPh Pasal 26 atas gaji Mike bulan April 2017 adalah Rp 13.500.000,00.
Sifat Pemotongan
Pemotongan PPh Pasal 26 bersifat final,kecuali :
1. Pemotongan atas penghasilan kantor pusat dari usaha atau kegiatan,penjualan
barang atau pemberian jasa di Indonesia yang sejenis dengan yang dijalankan
atau dilakukan BUT di Indonesia
2. Pemotongan atas penghasilan sebagaimana tersebut dalam PPh pasal 26 yang
diterima atau diperoleh kantor pusat,sepanjang terdapat hubungan efektif antara
BUT dengan harta atau kegiatan yang memberikan penghasilan dimaksud
3. Pemotongan atas penghasilan yang diterima atau diperoleh orang pribadi atau
badan luar negeri yang berubah status menjadi wajib pajak dalam negeri atau
BUT.

17
Pemotong Pajak
Pemotongan pajak berdasarkan ketentuan pasal 26 wajib dilakukan oleh :
1. Badan Pemerintah
2. Subjek pajak dalam negeri
3. Penyelenggara kegiatan
4. Bentuk usaha tetap
5. Perwakilan perusahaan luar negeri lainnya
6. Pembeli yang ditunjuk sebagai pemotong PPh pasal 26.

18

Anda mungkin juga menyukai