Anda di halaman 1dari 44

DAFTAR ISI

I. PENDAHULUAN

latar belakang ............................................................................................................................... 2

. rumusan masalah ........................................................................................................................ 2

tujuan pembelajaran ..................................................................................................................... 2

II. PEMBAHASAN

a. Pajak penghasilan pasal 23/26 ......................................................................................... 3


b. Pemotong PPh Pasal 23/26 .............................................................................................. 3
c. Penerima penghasilan yang dikenakai (subjek) PPh pasal 23 ......................................... 3
d. Pengasilan yang dikenakan (Objek)Pajak Penghasilan pasal 23/26 ............................... 4
e. Perhitungan PPh pasal 23................................................................................................. 7
f. Perbedaan Pengenaan pajak penghasilan ......................................................................... 8
g. Kasus PPh Pasal 23 .......................................................................................................... 17
h. Pajak penghasilan pasal 24 .......................................................................... 19
i. Pajak Penghasilan Pasal 26 ............................................................................................. 32

III. punutup

a. Kesimpulan ........................................................................................................................... 43

IV. daftar pustaka ...................................................................................................................... 44


I. PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Dasar hukum pajak penghasilan pasal 23 UU PPh No. 36 tahun 2008, yang mengatur tentang
mekanisme pemotongan atas penghasilan yang diterima wajib pajak badan dalam negeri atau
bentuk usaha tetap. Secara administrasi PPh pasal 23/26 hampir sama dengan PPh pasal 21/26,
perbedaan terletak pada subjeknya. Subjek PPh pasal 23 yaitu WP badan negeri dan BUT.
Sedangkan subjek pajak PPh pasal 26 yaitu wajib pajak luar negeri.

Dalam bab ini menjelaskan mengenai hal hal yang berkaitan dengan PPh pasal 23. Pada awalnya
membahas tentang definisi PPh pasal 23,k penghasilan yang dikenakan pajak, penghasilan yang
tidak dikenakan pajak, pemotong,, cara menghitung serta menyetorkan dan melaporkan PPh
pasal 23/26.

B. RUMUSAN MASALAH

a. apa pengertian pajak penghasilan pasal 23


b. apa saja penghasilan yang dikenakan dar PPh pasal 23/26
c. bagaimana cara pemotongan dan penghitungan PPh pasal 23/26
d. apa saja tatacara dan mekanisme PPh pasal 24
e. apa saja subjek dan objek PPh pasal 23/26 dan pasal 24

C. TUJUAN PEMBELAJARAN

a. menjelaskan pengertian pajak penghasilan pasal 23


b. menjelaskan penghasilan yang dikenakan dan dikecualikan dari pajak penghasilan pasal
23/26
c. menjelaskan pemotong pajak penghasilan pasal 23/26
d. menjelaskan cara menghitung PPh pasal 23/26
e. mendeskripsikan teknik pelaporan SPT masa PPh pasal 23/26
f. menjelaskan tata cara dan mekanisme perhitungan PPh pasal24
g. menjelaskan pengertian PPh pasal 26
h. menjelaskan subjek dan objek PPH pasal 26
II. PEMBAHASAN

A. Pengertian Pajak Penghasilan Pasal 23

Pajak Penghasilan Pasal 23 adalah pajak yang dipotong atas penghasilan yang diterima atau
diperoleh wajib pajak dalam negeri (orang pribadi dan badan) dan bentuk usaha tetap yang
berasal dari modal, penyerahan jasa, atau penyelenggaraan kegiatan selain yang telah dipotong
PPh pasal 21. PPh pasal 23 ini dibayar atau terutang oleh badan pemerintah atau subjek pajak
dalam negeri, penyelenggara kegiatan, bentuk usaha tetap, atau perwakilan perusahaan luar
negeri lainnya.

Berbeda dengan mardiasmo (2016) mengartikan PPh pasal 23 sebagai pemotongan pajak atas
penghasilan yang diterima atau diperoleh wajib pajak dalam negeri dan bentuk usaha tetap yang
berasal dari modal, penyerahan jasa, atau penyelenggaraan kegiatan selain yang telah dipotong
pajak penghasilan pasal 21.

B. Pemotong PPh Pasal 23/26

Merujuk pada UU PPh yang ditujuk sebagai pemotong PPh pasal 23/26 yaitu pihak yang
berkewajiban memotong pajak atasa penghasilan yang dibayarkan dan menyetorkan PPh pasal
23/26 yang ddipotong ke kas Negara paling lambat 10 bulan berikutnya setelah terutang pajak.
Berikut ini pihak-pihak yang termsauk pemotong PPh pasal 23 :

1. Badan pemerintah
2. Subjek pajak badan dalam negeri
3. Penyelenggara kegiatan
4. Bentuk usaha tetap
5. perwakilan perusahaan duliar negeri lainnya
6. orang ribadi sebagai wajib pajak dalam negeri tertentu, yang ditunjuk oleh kepala kantor
pelayanan pajak sebagai pemotong PPh pasal 23, yaitu :
 akuntan, arsitek, dokter, notaris, pejabat pembuat akta tanah (PPAT), kecuali
camat, pengacara, dan konsultan yang melakukan bebas
 orang pribadi yang menjalankan usaha yang menyelenggarakan pembukuan atas
pembayaran berupa sewa.

C. Penerima penghasilan yang dikenakai (subjek) PPh pasal 23

Berikut ini termasuk penerima penghasilan yang dipotong PPh pasal 23 (selanjutanya disebut
wajib pajak PPh pasal 23).

1. Wajib pajak dalam negeri (orang pribadi dan badan)


2. Bentuk usaha tetap (BUT)
D. Pengasilan yang dikenakan (Objek)Pajak Penghasilan pasal 23/26

a. Penghasilan yang dikenakan PPh pasal 23/26

Penghasilan yang dikenakan PPh pasal 23 sesuai dengan pasal 23 UU No. 36 tahun 2008 yaitu :

1) Dividen, termasuk deviden dari perusahaan sauransi kepda pemegang polis, dan
pembagian sisa hasil usaha (SHU) koperasi.
2) Bunga, termasuk premium,diskonto, dan imbalan karena jaminan pengembalian utang
3) Royalty
4) Hadiah, penghargaan, bonus, dan sejenisnya, selain yang telah dipotong PPh pasal 21
5) Sewa dan penghasilan lain sehubungan dengan penggunaan harta, kecuali sewa dari
penghasilan lain sehubungan dengan penghargaan yang telah dikenai PPh sebagaimana
dimaksudkan dalam pasal 4 ayat 2 UU PPh
6) Imbalan sehubungan dengan jasa teknik, jasa manajemen, jasa konstruksi, jasa konsultan,
dan jasa lain selain jasa yang telah dipotong PPh pasal 21 UU PPh

b. Penghasilan yang dikecualikan dari pemotongan PPh pasal 23/26

PPH pasal 23 juga mengatur beberapa penghasilan yang tidak dikenakan pajak denga rincian
daftar berikut ini:

1) Penghasilan yang dibayar atau terutang kepada bank


2) Sewa yang dibayarkan atau terutang sehubungan dengan sewa guna usaha denga hak opsi
3) Deviden atau bagian laba yang diterima atau diperoleh perseoran terbatas sebagai WP
negeri, koperasi, BUMN/BUMD dari penyertaan modal pada badan usaha yang didirikan
dan berkedudukan diindonesia dengan syarat :
a) Deciden berasal dari cadangan laba yang ditahan
b) Bagi perseroan terbatas, BUMN/BUMD, kepemilikan saham pada badan yang
memberikan dividin paling rendah 25% dari jumlah modal yang disetor
c) Deviden yang diterima oleh WP orang pribadi dalam negeri dan telah dikenakan PPh
pasal 21 bersifat final
4) Bagian laba yang diterima atau diperoleh anggota dari perseroan komanditer, yang
modalnya tidak terbagi atas saham-saham, persekutuan, perkumulan, firma, dan kongsi
termasuk pemegang unit penyertaan kontrak investasi kolektif
5) Sisa hasil usaha (SHU) koperasi yang dibayarkan oleh koperasi kepda anggotanya
6) Penghasilan yang dibayar atau terutang kepada bahan usaha atas jasa keuangan yang
berfungsi sebagai penyalur pinjaman dan pembiayaan (kementerian secretariat negara RI,
2008)
Jenis jasa lainnya selain yang dipotng PPh pasal 23 sesuai peraturan menteri keuntungan
nomor 1414/PMK.03/2015 yaitu

1. Jasa penilai (appraisal)


2. Jasa aktuaris
3. Jasa akuntansi, pembukuan, dan atestasi laporan keuangan
4. Jasa hukum
5. Jasa arsitektur
6. Jasa perencanaan kota dan arsitektur landscape
7. Jasa perancang (design)
8. Jasa pengeboran (drilling) dibidang penambangan minyak dan gas bumi (migas),
kecuali yang dilakukan BUT
9. Jasa penunjang dibidang usaha panas bumi dan penambangan minyak dan gas bumi
(migas), seperti : jasa penyemenan dasar ( primary cementing), jasa penyemenan
perbaikan (remedial cementing), jasa pengontrolan pasir, jasa pengamasan, jasa
peretakan gidrolika, jasa nitrogen dan gulungan pipa, dan jasa lainnya yang sejenis
terkait dibidang pengeboran, produksi atau penutpan jasa pertambangan minyak dan
gas bumi.
10. Jasa penambangan dan jasa penunjangn selai dibidang usahan panas bumi dan
penambangan migas
11. Jasa penunjang dibidang penerbangan dan Bandar udara
12. Jasa penebangan hutan
13. Jasa pengolahan limbah
14. Jasa penyedia tenaga kerja atau tenaga ahli (outsourching service)
15. Jasa perantara atau keagenan
16. Jasa dibidang perdagangan surat surat berharga, kecuali yang dilakukan oleh bursa
efek, KSEI, dan KPEI
17. Jasa custodian/ penyimpanan/penitipan, kecuali yang dilakukan KSEI
18. Jasa pengisian suara atau silih suara
19. Jasa mixing film
20. Jasa pembuatan sarana film, iklan, poster, foto,slide, klise, banner, pamphlet,
baliho,dan folder
21. Jasa sehubungan dengan software dan hardware atau system komputer, termasuk
perawatan, pemeliharaan, dan perbaikan
22. Jasa pembuatan atau pengelolaan website
23. Jasa internet termasuk sambungannya
24. Jasa penyimpanan, pengelolaan atau penyaluran dana informasai, dan program
25. jasa instalansi/ pemsangan mesin, peralatan listrik, telepon, air, gas, AC, dan TV
kabel, selain yang dilakukan oleh wajib pajak yang ruang lingkunya dibidang
konstruksi dan memiliki izin /sertifikasi sebagai pengusaha konstruksi
26. Jasa perawatan/perbaikan/pemeliharaan mesin, peralatan listrik, air, gas, AC, dan TV
kabel, selain yang dilakukan oleh wajib pajak yang ruang lingkunya dibidang
konstruksi dan memiliki izin /sertifikasi sebagai pengusaha konstruksi
27. Jasa perawatan kendaraan / alat transportasi darat, laut, dan udara
28. Jasa maklom
29. Jasa penyelidikan dan keamanan
30. Jasa penyelenggara kegiatan atau event organizer
31. Jasa penyedia tempat atau waktu dalam media masa., media luar ruang atau media
lain untuk penyampaian informasi dan jasa periklanan
32. Jasa pembasmi hama
33. Jasa kebersihan
34. Jasa sedot septic tank
35. Jasa pemeliharaan kolam
36. Jasa catering dan tata boga
37. Jasa freight forewading
38. Jasa logistic
39. Jasa pengurusan dukomen
40. Jasa pengepakan
41. Jasa loading dan unloading
42. Jasa laboraturium/ pengujian, kecuali yang dilakukan lembaga/institu pendidikan
dalam rangka penelitian akademis
43. Jasa pengelolaan parker
44. Jasa penyordian tanah
45. Jasa penyiapan dan pengelolaan lahan
46. Jasa pembibitan dan penanaman bibit
47. Jasa pemeliharaan tanaman
48. Jasa pemanenan
49. Jasa penegelolaan hasil pertanian, perkebunan ,perikana, peternakan, dan kehutan
50. Jasa dekorasi
51. Jasa penerjemah
52. Jasa percetakan/penerbitan
53. Jasa pengangkutan/ekspedisi, kecuali yang diatur dalam pasal 15 UU PPH
54. Jasa pelayanan pelabuhan
55. Jasa pengangkutan melalui jalur peta
56. Jasa pengelolaan penitipan anak
57. Jasa pelatihan kursus
58. Jasa pengiriman dan pengisian uang ke ATM
59. Jasa sertifikasi
60. Jasa survey
61. Jasa tester
62. Jasa selain jasa jasa tersebut diatas yang pembayarannya dibebankan pada APBN Dan
APBD.

E. Perhitungan PPh pasal 23

PPh pasal 23 dihitung dengan mengalihkan tarif dan jumlah bruto penghasilan
yangdiformulasikan sebagai berikut :

PPh pasal 23 = Tarif X Dasar pengenaan pajak

Dasar pengenaan pajak = jumlah bruto penghasilan

1) Tarif

Tariff PPh pasal 23 sebagai berikut

1. tariff 15% dikenakan atas penghasilan berupa

a) Dividen
b) Bunga
c) Royalty
d) Hadiah, bonus, dan penghargaan lain yang tidak dipotong PPh pasal 21

2. tariff 2% dikenakan atas penghasilan berupa :

a) Sewa
b) Imbalan jasa yang tidak dipotong PPh pasal 21

2) Dasar pengenaan pajak

Dasar pengenaan pajak untuk menghitung PPh pasal 23 adalah jumlah bruto atas penghasilan
dari deviden, bunga, royalty, dan hadiah atau penghargaan yang sejenis sewa dan imbalan
sehubungan dengan jasa yang diberikan

Berdasarkan Peraturan menteri keuangan nomor 141/PMK.03/2015, jumlah bruto imbalan jasa
lain tidak termasuk pajak pertambahan nilai. Selain itu, jumlah bruto untuk imbalan lain
ditentukan sebagai berikut

1. bagi jasa catering, seluruh jumlah penghasilan dengan nama dan dalam bentuk apapun yang
dibayarkan, disediakan untuk dibayar atau telah jatuh tempo pembanyarannya oleh badan
pemerintah, subjek pajak, badan dalam negeri, penyelenggara kegiatan, BUT, atau perwakilan
perusahaan luar negeri lainnya kepada wajib pajak dalam negeri atau BUT
2. bagi non jasa catering, seluruh jumlah penghasilan dengan nama dan dalam bentuk apapun
yang dibayarkan, disediakan untuk dibayar atau telah jatuh tempo pembanyarannya oleh badan
pemerintah, subjek pajak, badan dalam negeri, penyelenggara kegiatan, BUT, atau perwakilan
perusahaan luar negeri lainnya kepada wajib pajak dalam negeri atau BUT.

Perbedaan Pengenaan pajak penghasilan

Jenis penghasilan Pengenaan pajak penghitungan Penerima


Deviden Bukan objek pajak - PT, koperasi,
BUMN/D dengan
syarat tertentu
PPh pasal 23 15% X jumlah bruto Wajib pajak dalam
negeri
PPh pasal 26 20% X jumlah bruto ( Wajib pajak luar
final) negeri
PPh pasal 17 ayat 2c 10% X jumlah Wajib pajak dalam
bruto(final) negeri orang pribadi
bunga Bukan objek pajak - Perusahaan reksa dana
atas bunga obligasi
PPh pasal 23 15% X jumlah bruto Wajib pajak dalam
negeri
PPh pasal 26 20% X jumlah bruto ( Wajib pajak luar
final) negeri
PPh pasal 4 ayat 2 20% X jumlah Wajib pajak dalam
bruto(final) negeri atas bunga
deposito, tabungan
dan bunga obligasi
pasar modal
royalti PPh pasal 23 15% X jumlah bruto Wajib pajak dalam
negeri
PPh pasal 26 20% X jumlah bruto ( Wajib pajak luar
final) negeri
hadiah PPh pasal 21 Tariff pasal 17 X PKP Wajib pajak orang
pribadi dalam negeri
PPh pasal 23 15% X jumlah bruto Wajib pajak badan
dalam negeri
PPh pasal 26 20% X jumlah bruto ( Wajib pajak luar
final) negeri
PPh pasal 4 ayat 2 25% X jumlah Wajib pajak orang
bruto(final) pribadi atau badan
yang menerima
hadiah undian
sewa PPh pasal 23 2% X jumlah bruto Waji pajak badan
dalam negeri atas
sewa selain sewa
tanah dan bangunan
PPh pasal 26 20% X jumlah bruto ( Wajib pajak luar
final) negeri
PPh pasal 4 ayat 2 10% X jumlah Wajib pajak dalam
bruto(final) negeri atas sewa tanah
dan bangunan
jasa PPh pasal 21 Tariff pasal 17 X PKP Wajib pajak orang
pribadi dalam negeri
PPh pasal 23 2% X jumlah bruto Wajib pajak badan
dalam negeri
PPh pasal 26 20% X jumlah bruto ( Wajib pajak luar
final) negeri

PPH ATAS DIVIDEN, BUNGA, SEWA, DAN HADIAH

Penghasilan berupa dividen, bunga, sewa, dan hadiah secara umum merup akan objek PPh Pasal
23. Akan tetap i, terdap at beberap a p erlakuan atas p engenaan PPh dividen, bunga, sewa, dan
hadiah.

PPh atas Dividen

Pengenaan PPh atas dividen dibedakan sebagai berikut.

a. Dividen yang diterima Wajib Pajak Luar Negeri dikenakan tarif 20% bersifat final.

b. Dividen yang diterima o leh Wajib Pajak Orang Pribadi dalam negeri dikenakan tarif 10%
bersifat final (dibahas dalam Bab 4 - PPh Pasal 17 ayat (2c)).

C. Dividen yang diterima o leh Wajib Pajak berbentuk Ko p erasi yang dividen tersebut berasal
dari cadangan laba tidak dibagi dikecualikan dari pengenaan PPh (bukan objek pajak).

d. Dividen yang diterima oleh Wajib Pajak berbentuk Perseroan Terbatas dan Badan Usaha
Milik Negara (BUMN)/Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) dengan syarat:

1) dividen tersebut berasal dari cadangan laba tidak dibagi, dan

2) PT dan BUMN/BUMD tersebut mempunyai kepemilikan saham pada pemberi dividen


paling rendah 25% dari jumlah modal saham disetor, dikecualikan dari pengenaan PPh
(bukan o bjek p ajak)
C. Dividen selain memenuhi ketentuan huruf a sampai d dikenakan tarif 15% (lima belas
Þersen) (PPh Pasal 23 bersifat tidak final).

Contoh 1 : PPh pasal 23/26 atas dividen

Pada tanggal 1 januari 2018 PT. briwijaya raya membanyarkan dividen tunai sebagai berikut :

Nama pemegang saham Jumlah penyetoraan Jumlah dividen


Pt. jenggala 10% 15.000.000
Bank kota 26% 39.000.000
PT. kilisuci 30% 45.000.000
CV. sekartaji 19% 28.500.000
Tuan panjalu 15% 22.500.000

Perhitungan PPh yang dipotong oleh Pt briwijaya raya atas pembanyaran dividen :

Nama Objek PPh Jumalah PPh yang Jumlah keterangan


pemegang dividen dipotong yang
saham diterima
pemegang
saham
Pt. jenggala PPh pasal 15.000.000 15% X 12.750.000 Penerima
23 15.000.000 adalah PT,
= tetapi
2.2500.000 jumlah
penyertaan
modalnya <
25% dari
total saham
beredar
Bank kota Bukan 39.000.000 - 39.000.000 Penerima
objek PPh adalah
BUMD , dan
jumlah
penyertaan
modalnya >
25% dari total
saham
beredar
PT. kilisuci Bukan 45.000.000 - 45.000.000 Penerima
objek PPh adalah PT,
tetapi jumlah
penyertaan
modalnya >
25% dari total
saham
beredar
CV. PPh pasal 28.500.000 15% X Objek PPh
sekartaji 23 18.500.000 pasal 23
= 4.275.000
Tuan PPh pasal 22.500.000 10% X 20.250.000 PPH final
panjalu 17 22.500.000
= 2.250.000

PPh atas Bunga

Pengenaan PPh atas bunga dibedakan sebagai berikut.

a. Bunga yang diterima oleh Wajib Pajak Luar Negeri dikenakan tarif 20%

b. Bunga berupa bunga obligasi atau diskonto obligasi yang diperdagangan di bursa efek
Indonesia dikenakan tarif 15% (lima belas persen) bersifat final

c. Bunga yang dibayarkan oleh nasabah kep ada bank dikecualikan dari pengenaan PPh

d. Bunga yang dibayarkan oleh bank kepada nasabah dikenakan tarif 20% bersifat final (dibahas
dalam Bab 4- PPh Pasal 4 ayat (2)).

e. Bunga yang diterima oleh anggota koperasi atas simpanan di koperasi dengan jumlah tidak
melebihi R p 240.000 sebulan dikecualikan dari pengenaan PPh (bukan objek pajak).

f. Bunga yang diterima oleh anggota koperasi atas sim anan di koperasi dengan jumlah melebihi
R p 240.000 (dua ratus empat puluh ribu rupiah) sebulan dikenakan tarif 10% () bersifat final
(dibahas dalam Bab 4 - PPh p asal 4 ayat (2).

g. Bunga pinjaman selain memenuhi ketentuan huruf a samp ai dengan f dikenakan tarif 15%
(lima belas p ersen) (PPh Pasal 23 bersifat tidak final). (bukan objek pajak).
Contoh 2 : PPh pasal 23/26 atas bunga

PT. pesona alam menerima bunga atas pemberian pinjaman kepada PT briwijaya raya senilai
15 juta.

Penghitungan pasal 23 yang dipotong oleh PT. briwijaya sebagai berikut:

15% X 15.000.000 = 2.250.000

Contoh 3 : PPH pasal 23/26 atas royalty

PT mitra literasi merupakan sebuah penerbit buku, pada tanggal 5 juli 2018 membayar royalty
kepada para pernulis dengan rincian :

Penulis/penerima Jumlah royalti Keterangan


Tuan adit 45.000.000 Mempunyai NPWP,
Berstatus K/2
Tuan jarwo 25.000.000 Tidak mempunyai NPWP,
berstatus TK/0
Nona cantika 50.000.000 mempunyai NPWP, berstatus
TK/0
Nyonya jhierfa 85.000.000 Tidak mempunyai NPWP,
berstatus K/0

Perhitungan pph yang dipotong oleh PT. mitra literasi atas royalty yang dibayarkan kepda
penulis :

Penulis/peneri Jumlah Tariff PPh yang Tambahan Total PPh Jumlah


ma royalti PPh dipotong PPh yang royalty
pasal karena dipotong diterima
23 tidak ber setelah
NPWP dipotong PPh
pasal 23
Tuan adit 45.000.000 15% 6.750.000 6.750.000 38.200.000
Tuan jarwo 25.000.000 15% 3.750.000 3.750.000 7.500.000 17.500.000
Nona cantika 50.000.000 15% 7.500.000 7.500.000 42.500.000
Nyonya jhierfa 85.000.000 15% 12.750.000 12.750.000 25.500.000 59.500.000
PPh atas Sewa
Pengenaan PPh atas sewa dibedakan sebagai berikut.

a. Sewa tanah dan/atau bangunan dikenakan tarif 10% (sep uluh p ersen) bersifat final (dibahas
dalam Bab 4 - PPh Pasal 4 ayat (2)).

b. Sewa selain tanah dan/atau bangunan, misalnya sewa kendaraan, alat-alat berat, mesin-mesin,
dan lain-lain dikenakan tarif 15% (lima belas p ersen) (PPh Pasal 23 bersiat tidak final).

Contoh 4 : pasal 23/26 atas sewa

PT . Super Baja merupakan perusahaan yang bergerak dalam bidang persewaan alat berat
konstruksi. Pada tanggal 25 Agustus 2018, PT .Super Baja menyewakan alat berat dengan PT
Bangun Makmur sebesar Rp 300.000.000 selama 3 tahun. PT . Bangun Makmur membayar
sewa p enuh diawal p ada tanggal 26 Agustus 2018. Penghitungan PPh Pasal 23, sebagai
berikut:

2% x Rp 300.000.000 = Rp 6.000.000

Jadi pembayaran PT .Bangun Makmur memotong PPh Pasal 23 atas jasa sewa yang diberikan
oleh PT .Super Baja, penerimaan PT . Super Baja setelah dikurang PPh Pasal 23 sebesar Rp
294.000.000 (Rp 300.000.000-Rp 6.000.000)

PPh atas Hadiah

Pengenaan PPh atas hadiah dibedakan sebagai berikut.

a. Hadiah p enghargaan yang diterima o leh Wajib Pajak luar negeri selain Bentuk Usaha T etap
dikenakan tarif 20% (dua p uluh p ersen) bersifat final.

b. Hadiah undian dikenakan tarif 25% bersifat final (dibahas dalam Bab 4 - PPh Pasal 4 ayat
(2)).

c. . Hadiah p enghargaan yang diterima Wajib Pajak o rang p ribadi dikenakan tarif Pasal

d. Hadiah penghargaan yang diterima Wajib Pajak badan dikenakan tarif 15% (lima belas 17
UU PPh sesuai ketentuan PPh Pasal 21 (dibahas dalam Bab 5). p ersen) PPh Pasal 23.
Conto h 5 : PPh Pasal 23/26 atas Hadiah

Pada tanggal 1 Juli 2018 PT . Bintang T V menjuarai lomba stasiun T V terfavorit dan
mendapatkan hadiah sebesar Rp 50.000.000.

Penghitungan PPh Pasal 23, sebagai berikut:

15% x Rp 50.000.000 = R p 7.500.000

Jadi hadiah yang diterima oleh PT .Bintang T V setelah dipotong PPh Pasal 23 yaitu R p
42.500.000 (Rp 50.000.000 - Rp 7.500.000).

SAAT TERUTANG, PENYETORAN, DAN PELAPORAN PPh PASAL 23

1. Pajak Penghasilan Pasal 23 terutang pada akhir bulan dilakukannya pembayaran atau
pada akhir bulan terutangnya penghasilan yang bersangkutan. Yang dimaksud saat
terutangnya penghasilan yang bersangkutan adalah saat pembebanan sebagai biaya oleh
pemotong pajak sesuai dengan metode pembukuan yang dianutnya.

2. Pajak Penghasilan Pasal 23 harus disetorkan oleh Pemotong Pajak selambat-lambatnya


tanggal 10 (sepuluh) bulan takwim berikutnya setelah bulan saat terutangnya pajak
kebank persepsi atau Kantor Pos Indonesia.

3. Pemotong PPh Pasal 23 diwajibkan menyampaikan Surat Pemberitahuan Masa


selambatl ambatnya 20 (dua puluh) hari setelah Masa Pajak berakhir.
4. Pemotong PPh Pasal 23 harus memberikan tanda buktí pemotongan kepada orang pribadi
atau badan yang dibebani Pajak Penghasilan yang dipotong

5. Pelaksanaan pemotongan, penyetoran, dan pelaporan PPh Pasal 23 dilakukan secara


desentralisasi artinya dilakukan di tempat terjadinya pembayaran atau terutangnya
penghasilan yang merupakan Objek PPh Pasal 23, hal ini dimaksudkan untuk
mempermudah pengawasan terhadap pelaksanaan pemotongan PPh Pasal 23 tersebut.
Transaksi-transaksi yang merupakan objek pemotongan PPh Pasal 23 yang
pembayarannya dilakukan oleh kantor pusat, PPh Pasal 23 dipotong, disetor, dan
dilaporkan oleh kantor pusat, sedangkan objek PPh Pasal 23 yang pembayarannya
dilakukan oleh kantor cabang, misalnya sewa kantor cabang, PPh Pasal 23 dipotong,
disetor, dan dilaporkan oleh kantor cabang yang bersangkutan.

SURAT PEMBERITAHUAN MASA DAN BUKT I PEMOT ONGAN

KASUS

PT Perdana merupakan perusahaan penerbitan dan percetakan. Perusahaan ini didirikan p ada
tahun 2000, beralamat di Jl. T entara Pelajar No . 7 Yogyakarta, NPWP: 01.555.444.1.541,000.
Pembayaran honorarium dan imbalan lain sehubungan dengan PPh Pasal 23 selama bulan
Oktober 2011 sebagai berikut:

1. Pada tanggal 10 Oktober 2011, membayar bunga pinjaman kepada Bank Mandiri
Yogyakarta sebesar Rp 1.000.000. Bank Mandiri beralamat di JL. Diponegoro No 13a
Yogyakarta, NPWP: 01.222.333.2.541.000.

2. Pada tanggal 15 Okto ber 2011, membayar ro yalti kep ada beberap a p enulis, yaitu:

Nama Alamat NPWP Jumlah royalty


Monalisa Jl. Podang no.6 04.111.333.1.541.000 20.000.000
yogyakarta
Yaganata Jl. Merdeka no.100 5.000.000
yogyakarta
riskayanta Jl. Kalimantan 04.222.555.1.541.000 10.000.000
no.10 yogyakarta

3. Pada tanggal 20 Oktober 2011, membayar jasa perbaikan mesin produksi yang telah rusak
sebesar Rp 15.000.000 kepada PT Maju Jaya, yang beralamat di JL. Go dean M u No . 26
Yogyakarta, NPWP: 01.446.577.2.541.000.

4. Pada tanggal 22 Oktober 2011, membayar fee sebesar Rp 22.000.000 kepada Kantor
Akuntan Publik Dwiananda, yang beralamat di Jl. Mrican No.200 Yogyakarta, NPWP:
04.322.233.2.541.000.

5. Pada tanggal 29 Oktober 2011, membayar sewa kendaraan untuk mendistribusikan hasil
produksi ke beberapa kota. Sewa dibayar kep ada Andika Rental yang beralamat di JL.
Adisucipto No . 38 Yogyakarta, NPWP: 01.111.333.1.541.000 sebesar Rp 6.000.000.

Diminta:

 Hitunglah PPh Pasal 23 yang dip o to ng PT .


 Buatkan Bukti Pemotongan PPh Pasal 23 untuk setiap Wajib Pajak.

 Setorkan PPh Pasal 23 yang telah dipotong.

 Buatkan SPT Masa PPh Pasal 23 Okto ber 2011 untuk PT Perdana.

Penyelesaian:

Penghitungan PPh Pasal 23 dan bukti pemotongan yang dibuat oleh PT Perdana dijelaskan
sebagai berikut:

1 Atas p embayaran bunga sebesar Rp 1.000.000 kepada Bank Mandiri tidak dipotong p ajak
karena penghasilan yang dibayarkan atau terutang kep ada bank merupakan akar
pengecualian dari pengenaan PPh Pasal 23.

2 Atas pembayaran royalti kepada penulis dipotong PPh Pasal 23 sebagai berikut:
Nama PPh yang dipotong Tambahan PPh Total PPH yang
karena tidak ber dipotong
NPWP
Monalisa 15% X 20.000.000 3.000.000
= 3.000.000
Yaganata 15% X 5.000.000 = 100% X 750.000 = 1.500.000
750.000 750.000
riskayanta 15% X 10.000.000 1.500.000
= 1.500.000

Masing-masing Wajib Pajak dibuatkan bukti pemotongan nomor: 01/Ps-23/10/2011, 02/Ps-


23/10/2009, dan 03/Ps-23/10/2011.

 Atas pembayaran imbalan jasa teknik kepada PT Maju Jaya sebesar Rp 15.000.000
dipotong PPh Pasal 23 sebesar:

Tarif 2% X penghasilan bruto


2% x R p 15.000.000

Rp 300.000 → bukti pemotongan PPh pasal 23 nomor-04/ps-


23/10/2011
 Atas pembayaran fee kepada Kantor Akuntan Dwiananda & Co
. sebesar R p 22.000.000, dipotong PPh pasal 23 sebesar

T arif 2% x penghasilan bruto

2% x R p 22.000.000

Rp 440.000 - Bukti Pemo to ngan PPh Pasal 23 no mo r 05/Ps-23/10/2011.

 Atas pembayaran sewa kendaraan kepada Andika Rental sebesar R p 6.000.000, dipotong
PPh Pasal 23 sebesar:
T arif 2% x penghasilan bruto

= 2% x R p 6.000.000

Rp120.000(Bukti Pemotongan PPh Pasal 23 no mo r 06/Ps-23/10/2011)

Total PPh Pasal 23 yang dipotong dan disetor adalah:

penerima jumlah PPh yang dipotong /disetor

aas royalti :

monalisa 3,000,000

yagananta 1,500,000

riskayanti 1,500,000

6,000,000
atas jasa :

PT. maju jaya 300,000

kantor akuntan dwiananda & Co 440,000

740,000
atas sewa :

1. andika rental 120,000

Total 6,860,000
Bukti pemotongan yang dilampirkan dalam kasus ini merupakan salah satu lampiran spt masa
yang diserahkan oleh pemotong pajak, yaitu PT. perdana. Bukti pemotongan seharunya dibuat
rangkap ke- 3, lembar ke-1 untuk wajib pajak, lembar ke-2 untuk kantor pelayanan pajak, dan
lembar ke-3 untuk pemotong pajak.

PAJAK PENGHASILAN
PASAL 24
Pajak penghasilan pasal 24, selanjutnya disingkat PPh pasal 24, merupakan pajak yang
dibayar atau terutang di luar negeri atas penghasilan dari luar negeri yang diterima atau di
peroleh wajib pajak dalam negeri.
Pada dasarnya, wajib pajak dalam negeri terutang pajak atas seluruh penghasilan, baik
perusahaan yang diterima atau yang diperoleh dari luar negeri. Jika negara lain tempat wajib
pajak dalam negeri tersebut mengenakan pajak penghasilan maka wajib pajak tersebut akan
membayar atau terutang pajak atas penghasilan di negara yang bersangkutan ( di luar negeri ).
Untuk meringankan beban pajak ganda yang dapat terjadi karena pengenaan pajak atas
penghasilan yang diterima atu diperoleh dari luar negeri, besarnya pajak atas penghasilan wajib
pajak dalam negeri yang terutang atau dibayar diluar negeri dapat dikreditkan terhadap total
pajak terutang atas seluruh wajib pajak dalam negeri.
Jumlah pajak atas penghasilan wajib pajak dalam negeri yang dibayar atau terutang di
luar negeri tersebut dihitung berdasarkan tarif pajak yang berlaku di negara yang bersangkutan
dikalikan dengan penghasilan yang diterima atau diperoleh di negara yang bersangkutan. Jumlah
pajak yang dibayar atau terutang di luar negeri tersebut mungkin tidak semuanya dapat di
kreditkan dari total pajak terutang di indonesia. Pasal 24 UU PPh juga mengatur ketentuan
mengenai besarnya pajak penghasilan yang dibayar atau terutang di luar negeri yang dapat
dikreditkan dari total pajak penghasilan terutang di indonesia.

 PERMOHONAN KREDIT PAJAK LUAR NEGERI


Pajak yang terutang atau dibayar di luar negeri akan dapat dikreditkan, tetapi dengan
syarat wajib pajak menyampaikan surat permohonan kepada direktur jenderal pajak
dengan di lampiri :
1. Laporan keuangan tentang penghasilan yang berasal dari luar negeri
2. Fotokopi surat pemberitahuan pajak yang disampaikan di luar negeri; dan
3. Dokumen pembayaran pajak diluar negeri
Permohonan kredit luar negeri tersebut harus disampaikan bersamaan dengan
penyampaian surat pemberitahuan( SPT) Tahunan PPh. Direktur jenderal pajak bisa
memperpanjang jangka waktu penyampaian lampiran lampiran permohonan tersebut
karena alasan alasan di luar kekuasaan wajib pajak.

 PENGGABUNGAN PENGHASILAN
Langkah pertama yang harus dilakukan dalam menghitung total PPh terutang
dalam suatu tahun pajak adalah menentukan jumlah penghasilan ( Biak penghasilan dari
dalam negeri maupun penghasilan dari luar negeri) yang digunakan sebagai dasar untuk
menghitung PPh tersebut.
1. Pengahasilan yang berasal dari usaha
2. Penghasilan lainnya, Sewa Bunga, Royalti dan lain lain.
3. Penghasilan berupa deviden yang diperoleh wajib pajak dalam negeri dari
pernyataan model sekurang kurangnya 50% dari jumlah saham disetor atau secara
bersama sama dengan wajib pajak dalam negeri lainnya sekurang kurangnya 50%
dari jumlah saham disetor pada badan usaha di luar negeri yang sahamnya tidak
diperdagangnya di bursa efek.

Saat perolehan deviden dalam rangka penggabungan pengahasilan tersebut


ditetapkan sesuai dengan keputusan meteri keuangan, yaitu :
1. Pada bulan keempat setelah batas akhir waktu kewajiban untuk menyampaikan
surat pemberitahuan tahuanan pajak penghasilan (SPT) Tahunan PPh badan usaha
diluar negeri untuk tahun pajak yang bersangkutan atau;
2. Jika tidak ditentukan batas waktu penyampaian SPT Tahunan PPh, Atau tidak ada
kewajiban penyampaian SPT PPh, saat diperolehnya deviden adalah apada bulan
ketujuh setelah tahun pajak berakhir.
Penentuan besarnya deviden yang digabungkan dengan penghasilan lainnya
dihitung berdasarkan besarnya proporsi pemilikan saham pada badan usaha di luar
negeri atas laba setelah pajak, laba setelah pajak adalah laba usaha sesuai dengan
laporan keuanagan yang disusun berdasarkan prinsip prinsip akuntansi yang lazim
berlaku di negara yang bersangkutan dan telah diaudit publik, setelah dikurangi
dengan PPh terutang di negara tersebut.
Deviden yang menjadi hak wajib pajak adalah deviden yang sekurang kurangnya
sama besarnya dengan deviden yang dihitung sebanding dengan penyertaan wajib
pajak pada badan usaha di luar negeri.
Apabila kemudian terjadi pembagian deviden selain deviden yang telah dibagikan
di atas maka deviden tersebut wajib di laporkan dalam SPT Tahunan PPh pada tahun
pajak dibagikannya deviden tersebut.
a) Argentina f) British Isle
b) Bahama g) Kepulauan Virgin Inggris
c) Bahrain h) Cayman Island
d) Beliza i) Channel Island Greensey
e) Bermuda j) Channel Island Jersey
k) Cook Island
l) El Salvador
m) Estonia
n) Hong Kong
o) Liechtenstein
p) Lituania
q) Makau

r) Mauritius
s) Meksiko
t) Antilla Belanda
u) Nikagarua
v) Panama
w) Paraguay
x) Peru
y) Qatar
z) St Lusia
aa) Arab Saudi
bb) Venezuela
cc) Vanuatu
dd) Yunani
ee) Zambia
Contoh 1
Selama 2018, PT Arya Karya yang beralamat di Yogyakarta menerima dan memperoleh
penghasilan neto yang bersumber dari luar negeri.
1. Laba Usaha di Inggris dari tahun pajak 2018 sebesar Rp 500.000.000
2. Deviden atas kepemilikan saham pada X,Ltd di Jerman sebesar Rp 200.000.000 Yaitu
berasal dari keuntungan tahun 2016 yang ditetapkan dalam rapat pemegang saham tahun
2017 dan baru akan dibayarkan dalam tahun 2018.
3. Deviden atas penyertaan saham sebanyak 70% pada Y Corporation di Hong Kong yang
sahamnya tidak diperdagangkan di bursa efek sebesar Rp 600.000.000, yaitu berasal dari
keuntungan saham tahun 2017 yang berdasarkan keputusan menteri keuangan ditetapkan
akan diperoleh pada tahun 2018.
4. Bunga Obliga pada Z Inc Dikuala lumpur dihitung sebesar Rp 80.000.000 setiap semester
dan diterima pada setiap semester dengan rincian sebagai berikut.
a. Bunga Semester l tahun 2018 diterima bulan September 2018
b. Bunga semester ll tahun 2018 diterima pada bulan Maret 2019.

 PENENTUAN SUMBER PENGHASILAN


Dalam penentuan batas jumlah pajak atas penghasilan yang dibayarkan atau terutang
diluar negeri yang boleh dikreditkan.
1. Penghasilan dari saham dan sekurities lainnya. Maka sumber penghasilan adalah
negara tempat badan yang menerbitkan saham atau sekurities tersebut
berkedudukan
2. Penghasilan berupa bunga, royalti dan sewa sehubungan dengan penggunaan
harta bergerak, maka sumber penghasilan adalah negara tempat pihak yang
membayar ( dibebani Bunga, Royalti atau pengguanaan harta ) tersebut berada
atau berkedudukan.
3. Penghasilan berupa sewa sehubungan dengan penggunaan harta tak bergerak,
maka sumber penghasilan adalah negara tempat harta tersebut terletak.
4. Penghasilan berupa imbalan sehubungan dengan jasa, pekerjaan dan kegiatan,
maka sumber penghasilan adalah negara tempat pihak yang membayar ( atau
dibebani imbalan ) tersebut berada atau berkedudukan.
5. Penghasilan berupa bentuk usaha tetap. Maka sumber penghasilan adalah negara
tempat bentuk usaha tetap tersebut menjalankan usaha atau melakukan kegiatan.

 BESARNYA KREDIT PAJAK YANG DIPERBOLEHKAN


Ketentuan kredit pajak luar negeri
 Pajak atas penghasilan yang terutang atau dibayar di luar negeri yang dapat
dikreditkan terhadap total PPh terutang diindonesia hanya pajak yang langsung
dikenakan atas penghasilan yang diterima atau diperoleh wajib pajak dari luar
negeri tersebut. pajak atas penghasilan yang terutang di luar negeri adalah pajak
penghasilan berkenaan dengan usaha atau pekerjaan di luar negeri, sedangkan
yang dimaksud dengan pajak atas penghasilan yang di bayar diluar negeri
adalah pajak atas penghasilan yang dibayar di luar negeri adalah pajak atas
penghasilan dari modal dan penghasilan lainnya di luar negeri , Seperti Bunga,
Deviden, Royalti, Sewa, dan sebagainya.

Contoh 2
PT Setia Karya Indonesia merupakan pemegang saham tunggal dari CV Tirta di
negara Negara X. Dalam tahun 2017 CV Tirta. Memperoleh keuntungan sebesar
US$100.000. Pajak penghasilan yang berlaku di negara X Adalah 58% dan pajak
deviden sebesar 48%
Keuntungan CV Tirta US$ 100.000
Pajak Penghasilan ( Corporate Income Tax ) atas CV Tirta (48%) US$ 58.000
US$ 42.000
Pajak Atas deviden ( 38%) US$ 15.960
Deviden yang dikirim ke indonesia US$ 26.040
Pajak penghasilan yang dapat dikreditkan terhadap seluruh pajak
penghasilan yang terutang atas PT Setia Karya Indonesia adalah pajak yang
langsung dikenakan atas penghasilan yang diterima atau diperoleh diluar negeri,
dalam contoh tersebut, yaitu jumlah sebesar US$ 26.040.
Pajak penghasilan ( Corporate Income tax) Atas CV Tirta. Sebesar
US$58.000 tidak dapat dikreditkan terhadap pajak penghasilan yang terutang atas
PT Setia Karya Indonesia Karena pajak sebesar US$58.000 Tersebut tidak
dikenakan langsung atas penghasilan atas penghasilan yang penghasilan yang
diterima atau diperoleh PT Setai Karya Indonesia dari luar negeri, tetapi pajak
yang dikenakan atas keuntungan CV Tirta di Negara X.
 Besarnya kredit pajak yang diperbolehkan adalah setinggi tingginya sama dengan
jumlah pajak yang dibayar atau terutang diluar negeri, tetapi tidak boleh melebihi
jumlah yang dihitung menurut perbandingan antara penghasilan dari luar negeri
dan penghasilan kena pajak ( PKP), atau setinggi tingginya sama dengan pajak
yang terutang atas PKP jika PKP lebih kecil dari penghasilan luar negeri(
menganut metode pengkreditan pajak terbatas atau Ordinary Credit Method)\
Secara ringkas, besarnya kredit pajak luar negeri diperbolehkan( PPh pasal 24)
Adalah nilai terrendah diantara tiga perhitungan berikut ini:
a. Total PPh terutang
b. Penghasilan neto luar negeri ÷ penghasilan kena pajak × total PPh terutang
c. PPh yang terutang atau dibayar diluar negeri
Catatan :
 Total PKP = Penghasilan dari dalam negeri dan dari luar negeri
 Total PPh terutang = Tarif Pasal 17 × total PKP
 Pengahsilan yang terutang dan/atau dibayar diluar negeri = Tarif pajak
luar negeri × penghasilan di luar negeri
 Besarnya PKP Sebagai dasar perhitungan total PPh terutang tidak
memasukkan penghasilan – penghasilan PPh nya bersifat Final.
Jika Jumlah PPh yang dibayar atau terutang di luar negeri melebihi jumlah kredit
pajak yang diperbolehkan, kelebihan tersebut tidak dapat diperhitungkan bersama
dengan PPh yang terutang tahun berikutnya, tidak boleh dibebankan sebagai biaya
atau pengurang penghasilan dan tidak dapat dimintakan restitusi.

Contoh 3.1
PT Adi jaya yang beralamat di Jawa Barat memperoleh penghasilan neto pada
tahun 2017 sebagai berikut.
 Penghasilan dari dalam negeri Rp 500.000.000
 Penghasilan dari luar negeri Rp 500.000.000
( Tarif pajak yang berlaku adalah 20%)
 Menghitung total PKP
Penghasilan dari dalam negeri Rp 500.000.000
Penghasilan dari luar negeri Rp 500.000.000
Jumlah Penghasilan Neto Rp 1.000.000.000
Peredaran bruto dari kegiatan usaha melebihi Rp 50.000.000.000
Jumlah penghasilan neto sama dengan PKP Karena tidak terdapat
kompensasi kerugian atas pengurangan yang lain.
 Menghitung Total PPh terutang
Tarif PPh pasal 17 Ayat (1)b × Penghasilan kena pajak
25% × Rp 1.000.000.000 = Rp 250.000.000
 Menghitung PPh Maksimum dikreditkan sesuai perbandingan penghasilan
Penghasilan luar negeri × Total PPh Terutang
Penghasilan Kena Pajak
Rp 500.000.000 × Rp 250.000.000 = Rp 125.000.000
Rp 1.000.000.000
 Menghitung PPh yang dipotong atau dibayar diluar negeri
Tarif pajak diluar negeri × Penghasilan luar negeri
20 % × Rp 500.000.000 = Rp 100.000.000
Kredit pajak luar negeri diperbolehkan ( PPh pasal 24) adalah Rp
100.000.000 atau sebesar PPh yang etrutang atau dibayar diluar negeri. Jumlah ini
diperoleh dengan perbandingan penghasilan, dn PPh terutang atau dibayar diluar
negeri. Kemudian dipilih nilai terrendah dianatara ketiganya.

 Perhitungan PPh pasal 24 jika terjadi kerugian usaha dalam negeri


Contoh 4
PT Amatir Petir yang berkantor di indonesia memproleh penghasilan neto pada
tahun 2018 sebagai berikut.
 Di negara Belgia memperoleh penghasilan berupa laba usaha sebesar Rp
500.000.000 ( Tarif pajak yang berlaku adalah 30 %)
 Didalam negeri menderita kerugian sebesar Rp 100.000.000
Kerugian bruto dari kegiatan usaha dalam dan luar negeri sebesar Rp
5.000.000.000 .
 Menghitung total PKP
Penghasilan dari negara belgia berupa laba usaha Rp 500.000.000
Kerugian usaha dalam negeri Rp 100.000.000
Jumlah Penghasilan Neto Rp 400.000.000
Jumlah penghasilan neto sama dengan PKP Karena tidak terdapat
kompensasi kerugian atau pengurangan yang lain.
 Menghitung total PPh terutang
PKP yang mendapat fasilitas pengurangan tarif
Rp 4.800.000.000 × Rp 400.000.000 = Rp 384.000.000
Rp 5.000.000.000

PKP yang tidak mendapat fasilitas pengurangan tarif


Rp 400.000.000 – Rp 384.000.000 = Rp 16.000.000
PPh Terutang
50% × 25% × Rp 384.000.000 Rp 48.000.000
25% × Rp 16.000.000 Rp 4.000.000
Tarif PPh Terutang Rp 52.000.000
 Menghitung PPh maksimum dikreditkan sesuai perbandingan penghasilan
Penghasilan Luar Negeri ( Negara Belgia) × Total Tarif PPh Terutang
Penghasilan Kena Pajak
Rp 500.000.000 × Rp 52.000.000 = Rp 65.000.000
Rp 400.000.000
 Mneghitung PPh yang dipotong atau dibayar di luar negeri
Tarif pajak diluar negeri × Penghasilan Luar Negeri
30% × Rp 500.000.000 = Rp 150.000.000
Kredit pajak luar negeri diperbolehkan ( PPh pasal 24 ) Adalah Rp 52.000.000
atau sebesar total PPh terutang. Jumlah Ini diperoleh dengan memperbandingan
perhitungan Total PPh Terutang. PPh maksimum di kreditkan sesuai
perbandingan penghasilan, dan PPh terutang atau dibayar di luar negeri kemudian,
dipilih nilai terrendah diantara ketiganya.
 Perhitungan PPh Pasal 24 Jika Terjadi Kerugian Usaha Luar Negeri
Contoh 5
Rizki ( TK/0), Berdomisili di surabaya memperoleh dan menerima penghasilan
neto
 Di Negara Argentina, Menerima penghasilan berupa sewa sebesar Rp
200.000.000( Tarif pajak yang berlaku adalah 40%)
 Di negara Bosnia mengalami kerugaian usaha sebesar Rp 100.000.000 (
Tarif pajak yang berlaku 25%)
 Didalam negeri, memperoleh laba usaha sebesar Rp 200.000.000

 Mengitung total PKP


Penghasilan dari negara Argentina berupa sewa Rp 200.000.000
Penghasilan dari dalam negeri berupa laba usaha Rp 200.000.000
Jumlah Penghasilan Neto Rp 400.000.000
PKP ( TK/0) Rp 54.000.000
PKP Rp 346.000.000

Jumlah penghasilan neto sama dengan PKP karena tidak terdapat


kompensasi kerugian atau pengurangan lainnya.
 Menghitung PPh yang tertinggi
PPh Terutang :
 5% × Rp 50.000.000 = Rp 2.500.000
 15% × Rp 200.000.000 = Rp 30.000.000
 25% × Rp 96.000.000 = Rp 24.000.000
Rp 56.500.000
 Menghitung PPh Maksimum Dikreditkan di negara Argentina
perbandingan penghasilan
Penghasilan Luar Negri ( Negara Argentina ) × Total PPh Terutang
Penghasilan Kena Pajak
Rp 200.000.000 × Rp 56.500.000 = Rp 32.658.960
Rp 346.000.000
 Menghitung PPh yang dipotong atau dibayar di Negara Argentina
40% × Rp 200.000.000 = Rp 80.000.000
Kredit pajak luar negeri diperbolehkan ( PPh Pasal 24 ) adalah Rp 32.658.960
atau sebesar PPh Maksimum sesuai perbandingan penghasilan. Jumlah ini
diperoleh dengan membandingkan perhitungan total PPh terutang. PPh
Maksimum dikreditkan sesuai perbandingan penghasilan, dan PPh terutang atau
dibayar diluar negeri. Kemudian dipilih nilai terrendah diantara ketiganya.

 Penghitungan PPh pasal 24 Jika Penghasilam Luar Negeri berasal dari


Beberapa Negara
Contoh 6
PT Angkasa Perkasa yang berkantor di Bogor, memperoleh dan menerima
penghasilan neto pada tahun 2018.
 Di negara Prancis memperoleh penghasilan berupa laba usaha sebesar Rp
300.000.000 (Tarif pajak yang berlaku adalah 20%)
 Di Negara Qatar memperoleh penghasilan berupa laba usaha sebesar Rp
400.000.000 ( Tarif pajak yang berlaku adalah 25%)
 Di Negara Rusia menerima penghasilan berupa bunga sebesar Rp
100.000.000 ( Tarif pajak yang berlaku adalah 35%
 Didalm negeri, memperoleh penghasilan berupa laba usaha sebesar Rp
200.000.000
Peredaran bruto dari kegiatan usaha di dalam dan luar negeri tersebut sebesar
Rp 50.000.000.000
Berikut ini perhitungan kredit pajak luar negeri di perbolehkan (PPh pasal 24)
 Menghitung Total PKP
Penghasilan dari Negara Prancis berupa laba usaha Rp 300.000.000
Penghasilan dari negara Qatar berupa laba usaha Rp 400.000.000
Penghasilan dari negara Rusia berupa laba usaha Rp 100.000.000
Penghasilan dari dalam negeri berupa laba usaha Rp 200.000.000
Jumlah penghasilan neto Rp 1.000.000.000
Jumlah penghasilan neto sama dengan penghasilan kena pajak karena
tidak terdapat kompensasi kerugian atau pengurangan yang lain.
 Menghitung Total PPh terutang
PPh Terutang :
25 % × Rp 1.000.000.000 = Rp 250.000.000
 Menghitung PPh maksimum dikreditkan sesuai dengan perbandingan
penghasilan masing masing negara
 PPh Maksimum untuk negara Prancis
Penghasilan Negara Prancis × Total PPh terutang
Penghasilan kena pajak
Rp 300.000.000 × Rp 250.000.000 = Rp 75.000.000
Rp 1.000.000.000
 PPh Maksimum untuk negara Qatar
Penghasilan Negara Qatar × Total PPh terutang
Penghasilan kena pajak
Rp 400.000.000 × Rp 250.000.000 = Rp 100.000.000
Rp 1.000.000.000
 PPh maksimum untuk Negara Rusia
Penghasilan Negara Rusia × total PPh terutang
Penghasilan Kena Pajak
Rp 100.000.000 × Rp 250.000.000 = Rp 25.000.000
Rp 1.000.000.000
 Menghitung PPh yang dipotong atau dibayar di luar negeri untuk masing
masing negara
 PPh terutang atau dibayar di Negara Prancis
Tarif pajak negara Prancis × Penghasilan Negara Prancis
20% × Rp 300.000.000 = Rp 60.000.000
 PPh terutang atau dibayar di Negara Qatar
Tarif pajak negara Qatar × Penghasilan Negara Qatar
25% × Rp 400.000.000 = Rp 100.000.000
 PPh terutang atau dibayar di Negara R
Tarif pajak negara Rusia × Penghasilan Negara Rusia
35% × Rp 100.000.000 =Rp 35.000.000
Kredit pajak luar negeri diperbolehkan ( PPh Pasal 24) Bagi PT Angkasa Perkasa
tahun 2018 dihitung sebagai berikut.

PPh maksimum
PPh Terutang/
dikreditkan sesuai PPh Pasal 24 :
Negara Total PPh terutang Dibayar di luar
dengan perbandingan Terendah Kolom
negeri
penghasilan
Prancis Rp250.000.000 Rp75.000.000 Rp60.000.000 Rp60.000.000
Qatar Rp250.000.000 Rp100.000.000 Rp100.000.000 Rp100.000.000
Rusia Rp250.000.000 Rp25.000.000 Rp35.000.000 Rp25.000.000
Total kredit pajak luar negeri di perbolehkan Rp185.000.000

Total kredit pajak luar negeri diperbolehkan (PPh Pasal 24) Rp 185.000.000
Karena Jumlah ini masih lebih rendah dibanding total terutang ( Rp 250.000.000)

 PENGURANGAN/ PENGEMBALIAN PPh LUAR NEGERI


Jika Terjadi pengurangan atau pengembalian pajak atas penghasilan yang
dibayar di Luar negeri, Sehingga besarnya pajak yang dapat dikreditkan di
indonesia menjadi lebih kecil daripada besarnya perhitungan, semula maka
selisihnya ditambahkan pada PPh yang terutang atas seluruh penghasilan wajib
pajak dalam negeri pada tahun pengurangan atau pengembalian dilakukan.

 PEMBETULAN SURAT PEMBERITAHUAN TAHUNAN KARENA


PERUBAHAN PENGHASILAN LUAR NEGERI
Terdapat kemungkinan terjadi koreksi fiskal di luar negeri yang menyebabkan
penghaislan bertambah dan berkurang atas berakibat pada pajak penghasilan
diluar negeri juga bertambah atau berkurang.
1. Apabila terjadi koreksi fiskal di luar negeri yang menyebabkan adanya
tambahan penghasilan luar negeri yang mengakibatkan pajak atas
penghasilan terutang di luar negeri lebih besar daripada yang dilaporkan
dalam SPT Tahunan, sehingga pajak di luar negeri kurang dibayar, maka
terdapat kemungkianan PPh terutang di indonesia juga kurang dibayar.
Contoh
a. Penghasilan neto yangg dilaporkan dalam SPT Tahunan PPh tahun
20xx sebagai berikut.
1) Penghasilan neto luar negeri ( Tarif pajak 20%) Rp
1.000.000.000
2) Penghasilan dalam negeri Rp 2.000.000.000
b. PPh pasal 25 tahun 20xx Rp 360.000.000
c. Setelah dilakukan koreksi fiskal atas penghasilan luar negeri,
diperoleh data baru bahwa penghasilan luar negeri adalah Rp
2.000.000.000
SPT ( Sebelum pembetulan ) SPT Pembetulan
1 Penghasilan luar negeri Rp1.000.000.000 1 Penghasilan luar negeri Rp2.000.000.000
2 penghasilan dalam negeri Rp2.000.000.000 2 penghaislan dalam negeri Rp2.000.000.000
3 total penghasilan kena pajak Rp3.000.000.000 3 total penghasilan kena pajak Rp4.000.000.000
PPh terutang = 25% x Rp 3 PPh Terutang =25% X Rp 4
4 Miliar Rp750.000.000 4 Miliar Rp1.000.000.000
5 Kredit pajak luar negeri Rp200.000.000 5 Kredit pajak luar negeri Rp400.000.000
6 PPh harus dibayar Rp550.000.000 6 PPh harus di bayar Rp600.000.000
7 PPh pasal 25 Rp360.000.000 7 PPh Pasal 25 Rp360.000.000
8 PPh pasal 29 Rp190.000.000 8 PPh pasal 29 Rp190.000.000
9 Masih harus dibayar Rp50.000.000

Pada SPT Pembetulan, Terdapat PPh masih harus dibayar sebesar Rp 50.000.000 Atas
kekurangan bayar tersebut tidak ditagih bunga
Kredit pajak luar negeri dapat dihitung dengan cara
a. Membandingkan tigas hitungan berikut dan diambil angka terrendah
Hitungan 1 = PPh Terutang
= 25% × Rp 3.000.000.0000 = Rp 750.000.000
Hitungan ll = ( Penghasilann Luar Negeri ÷ Penghasilan kena pajak ) × PPh
Terutang
= ( 1 Miliar ÷ 3 Miliar ) × Rp 750.000.000
= Rp 250.000.000
Hitungan lll = PPh dibayar/ Terutang di luar negeri
= Tarif Pajak di luar negeri × Penghasilan di luar negeri
= 20% × 1 Miliar = Rp 200.000.000
Kredit pajak luar negeri yang diperbolehkan adalah Rp 200.000.000
b. Membandingkan tarif pajak di luar negeri dan tarif pajak efektif atas PPh
terutang. Jika tarif pajak di luar negeri lebih rendah daripada tarif efektif PPh
terutang, Kredit pajak luar negeri sama dengan PPh dibayar/ Terutang di luar
negeri \. Sebaliknya, Jika tarif pajak di luar negeri lebih tinggi dari pada tarif
efektif PPh terutang, Kredit pajak luar negeri sama dengan perbandingan
penghasilan luar negeri dibagi penghasilan kena pajak kemudian dikalikan dengan
PPh terutang.
Pada Kasus di atas, Tarif pajak di luar negeri adala 20% sedangkan tarif efektif
PPh Terutang adalah 25% ( Rp 750.000.000 ÷ Rp 3.000.000.000).Tarif pajak luar
negeri lebih rendah daripada tarif efektif PPh terutang, Maka kredit pajak luar
negeri yang diperbolehkan adalah 20% × Rp 1.000.000.000 = Rp 200.000.000
Kredit pajak luar negeri dapat dihitung dengan cara
a) Membandingkan tiga hitungan berikut dan diambil angka terrendah
Hitungan l = PPh terutang
= 25% × Rp 4.000.000.000 = Rp 1.000.000.000
Hitungan ll = ( Penghaislan pajak luar negeri ÷ penghasilan kena pajak
) × PPh Terutang
= ( Rp 2 Miliar ÷ Rp 4 Miliar ) x Rp 1 Miliar
= Rp 500.000.000
Hitunagn lll = PPh dibayar/ Terutang di luar negeri
= Traif pajak di luar negeri × Penghasilan Luar negeri
= 20% × Rp 2 Miliar = Rp 400.000.000
b) Membandingkan tarif pajak diluar negeri dan tarif pajak efektif ats PPh
terutang jika tarif pajak luar negeri lebih rendah daripada tarif efektif PPh
terutang, Kredit pajak luar negeri sama dengan PPh dibayar/ Terutang luar
negeri. Sebaliknya, jika tarif pajak luar negeri lebih tinggi dari pada tarif
efektif PPh terutang, Kredit pajak luar negeri sama dengan perbandingan
penghasilan lur negeri dibagi penghasilan kena pajak kemudian dikalikan
dengan PPh terutang.
Pada kasus diatas, tarif pajak luar negeri adalah 20% Sedangkan tarif
efektif PPh terutang adalah 25% ( Rp 1 Miliar ÷ Rp 4 Miliar ). Tarif pajak
luar negeri lebih rendah daripda efektif PPh terutang. Maka kredit pajak
luar negeri yang diperbolehkan adalah 20 % × Rp 2 Miliar = Rp
400.000.000.

Pajak Penghasilan Pasal 26

1. PENGERTIAN PAJAK PENGHASILAN PASAL 26

A. DEFINISI PAJAK PENGHASILAN PASAL 26

merujuk pada UU PPh No. 36 tahun 2008, yang dimaksud dengan pajaka penghasilan
pasal 26 ialah penghasilan dengan nama dan dalam bentuk apapun, yang dibayarkan atau yang
terutang oleh badan pemerintah, subjek pajak dalam negeri, penyelenggara kegiatan, bentuk
usaha tetap, atau perwakiloan perusahaan luar negeri lainnya kepada wajib pajak luar negeri
selain bentuk usaha tetap di Indonesia, dipotong pajak sebesar 20% dari jumlah bruto.

B,PRINSIP PEMOTONGAN PPH PASAL 26

Purwono (2010) menyatakan prinsip pemotongan pajak penghasilan pasal 26 tergantung pada
jenis penmbayaran penghasilan ke WP luar negeri serta ada tidaknya BUT diindonesia. Bila
terjadi perjanjian penghindaran padak berganda (P3B), maka atas semua pembayaran
penghasilan ke WP luar negeri, baik dari usaha/pekerjaan atau modal dikenakan tariff tax treaty
dengan syarat :

1) Seluruh pekerjaan dilakukan di luar negeri


2) Pekerjaan dapat dilakukan diindonesia tapi tidak melebihi batas waktu tertentu, kecuali
pembayaran yang dibayarkan kejerman, Luxemburg, swiss, Venezuela, dan Pakistan.

Bagi penjualan atau pengahasilan harta wajib pajak luar negeri di Indonesia akan dikenakan
pajak penghasilan pasal 26 bila penghasilan tersebut nilainya melebihi Rp. 10 juta, jia kurang
maka bukan termasuk objek pajak penghasilan pasal 26

2. SUBJEK PAJAK PENGHASILAN PASAL 26

Merujuk UU PPH subjek pajak penghasilan pasal 26 yaitu wajib pajak luar negeri selain
bentuk usaha tetap diindonesia.
Penjelasan dari wajib pajak luar negeri selain BUT terutang dalam UU pajak penghasilan
pasal 2 ayat 4 huruf b yang berbunyi : orang pribadi yang tidak bertempat tinggal diindonesia,
orang pribadi yang berada diindonesia tidak lebih dari 183 hari dalam jangka waktu 12 bulan,
dan badan yang tidak didirikan dan tidak bertempat kedudukan di Indonesia yang dapat
menerima atau memperoleh penghasilan dari Indonesia tidak dari menjalankan usaha atau
melakukan kegiatan melalui bentuk usaha tetap di Indonesia.

3. OBJEK PAJAK PPH PASAL 26

Menurut purwono (2010) penghasilan yang dipotong PPh pasal 26 merupakan imbalan
dengan nama dalam bentuk apapuyang diperoleh wajib pajak luar negeri sehubungan dengan
pekerjaan jasa, kegiatan dan penghasilan yang berasal dari pemanfaatan modal (pasif income).

Jenis jenis penghasilan yang merupakan objek pajak penghasilan pasal 26 sesuai dengan UU PPh
yaitu:

a. penghasilan yang berasal dari pekerjaan jasa, kegiatan atau pemanfaatan modal (modal
income)

1) Dividen
2) Bunga termasuk premium, diskonto, dan imbalan sehubungan dengan jaminan
pengembalian utang
3) Royalti, sewa, dan penghasilan lain sehubungan dengan penggunaan harta
4) Imbalan sehubungan dengan jasa, pekerjaan, dan kegiatan
5) Hadiah dan penghargaan
6) Pensiun dan pembayaran berkala lainnya
7) Premi swap dan transaksi lindung nilai lainnya, dan/atau
8) Keuntungan karena pembebasan utang

b. penghasilan dari penjualan harta atau pengalihan harta di Indonesia, barang barang tersebut
meliputi :

1) perhiasan mewah
2) berlian
3) emas
4) intan
5) jamm tangan mewah
6) barang antuk
7) lukisan mobil
8) motor
9) kapal pesiar
10) pesawat terbang ringan

C. PREMI ASURANSI YANG DIBAYARKAN KEPADA PERUSAHAAN ASURANSI


LUAR NEGERI
d.penghasilan dari penjualan atau pengalihan saham perusahaan antara (conduit company atau
special porpuse company) yang didirikan atau bertempat kedudukan di Negara yang memberikan
perlindungan pajak yang mempunyai hubungan istimewa dengan badan yang didirikan atau
bertempat kedudukan diindonesia atau bentuk usaha tetap dapat ditetapkan sebagai penjualan
atau pengalihan saham yang didirikan atau bertempat kedudukan di Indonesia.

4. TARIFF PPH PASAL 26

Tariff yang digunakan yaitu 20%, namun bila penghasilan tersebut diterima oleh warga Negara
asing yang merupakan Negara mitra P3B, maka tariff yang berlaku yaitu tariff treaty.

Fungsi P3B yaitu merupakan menghilangkan hak pemajakan negera sumber, atau menurunkan
tariff sesuai kesepakatan. Pada umumnya, tariff P3B dibuat lebih kecil daripada tariff aturan
domestic. Berikut ini contoh tariff Tax Treaty :

Dividen Branch
No Country Interest Royalties
Portofolio Substantial Holding Profit Tax
1 Algeria 15% 15% 15% 15% 10%
2 Australia 10% 10%/15% 15% 15% 15%
3 Austria 10% 10% 15% 10% 12%
4 Bangladesh 10% 10% 15% 10% 10%
5 Belgium 10% 10% 15% 10% 10%
Brunei
6 10% 15% 15% 15% 10%
Darussalam
7 Bulgaria 10% 10% 15% 15% 15%
8 Canada 10% 10% 15% 10% 15%
9 Czech 12,5% 12,5% 15% 10% 12,5%
10 China 10% 10% 10% 10% 10%
11 Denmark 10% 15% 20% 10% 15%
12 Egypt 15% 15% 15% 15% 15%
13 Finland 10% 10%/15% 15% 10% 15%
14 France 15% 10% 15% 10% 10%
15 Germany 10% 10%/15% 15% 10% 10%
16 Hungary 15% 15% 15% 15% N/A
17 India 10% 15% 15% 10% 10%
18 Italy 10% 10%/15% 15% 10% 12%
19 Japan 10% 10% 15% 10% 10%
20 Jordan 10% 10% 10% 10% N/A
21 Korea 10% 15% 15% 10% 10%
22 Korea 10% 10% 10% 10% 10%
23 Kuwait 5% 20% 10% 10% 10%
24 Luxembourg 10% 12,5% 15% 10% 10%
25 Malaysia 15% 15% 15% 15% 12,5%
26 Mexico 10% 10% 10% 10% 10%
27 Mongolia 10% 10% 10% 10% 10%
28 Netherlands 10% 10% 10% 10% 10%
29 New Zealand 10% 15% 15% 15% N/A
30 Norway 10% 10%/15% 15% 15% 15%
31 Pakistan 15% 15% 15% 10% 10%
32 Philippines 15% 15%/25% 20% 15% 20%
33 Poland 10% 15% 15% 10% 10%
34 Romania 12,5% 12,5%/15% 15% 12,5% 12,5%
35 Russia 15% 15% 15% 15% 12,5%
36 Saudi Arabia N/A N/A N/A N/A N/A
37 Seychelles 10% 10% 10% 10% N/A
38 Singapore 10% 15% 15% 10% 15%
39 Slovak 10% 10%/15% 10% 10% 10%
40 South Africa 10% 10% 15% 10% 10%
41 Spain 10% 10% 15% 10% 10%
Sesuai
42 SriLanka 15% 15% 15% 15%
UU Domestik
43 Sudan 15% 10% 10% 10% 10%
44 Sweden 10% 10%/15% 15% 10% 15%
45 Switzerland 10% 12,5% 15% 10% 10%
46 Syria 10% 15%/20% 10% 10% 10%
47 Taipei /Taiwan 10% 10% 10% 10% 5%
Sesuai
48 Thailand ** 15% 20% 15%
UU Domestik
49 Tunisia 12% 15% 12% 12% 12%
50 Turkey 10% 10% 15% 10% 15%
51 UEA 5% 5% 10% 10% 5%
52 Ukraine 10% 10% 15% 10% 10%
53 United 10% 10%/15% 15% 10% 10%
Kingdom
54 USA 10% 10% 15% 10% 10%
55 Uzbekistan 10% 10% 10% 10% 10%
56 Venezuela 10% 20% 15% 10% 10%
57 Vietnam 15% 15% 15% 15% 10%

5. PERHITUNGAN PPH PASAL 26

Secara matematika, besarnya akan disajikan dalam table dibawah ini :

No Objek pajak Penghitungan PPh Merujuk pada hukum


pasal 26 dasar
1 a. penghasilan yang berasal dari 20% X jumlah Undang undang
pekerjaan jasa, kegiatan atau penghasilan bruto nomor 36 tahun
pemanfaatan modal (modal income) 2008, pasal 26 ayat 1

1) Dividen
2) Bunga termasuk premium,
diskonto, dan imbalan
sehubungan dengan jaminan
pengembalian utang
3) Royalti, sewa, dan penghasilan
lain sehubungan dengan
penggunaan harta
4) Imbalan sehubungan dengan jasa,
pekerjaan, dan kegiatan
5) Hadiah dan penghargaan
6) Pensiun dan pembayaran berkala
lainnya
7) Premi swap dan transaksi lindung
nilai lainnya, dan/atau
8) Keuntungan karena pembebasan
utang

2 penghasilan dari penjualan harta atau 20% X jumlah Undang undang


pengalihan harta di Indonesia, barang perkiraan penghasilan nomor 36 tahun 2008
barang tersebut meliputi : neto pasal 26 ayat 2 dan
peraturan
1) perhiasan mewah Perkiraan penghasilan kementerian
2) berlian neto = harga jual X keuangan nomor
3) emas 25% atau 5% X harga 82/PMK.03/2009
4) intan jual
5) jamm tangan mewah
6) barang antuk
7) lukisan mobil
8) motor
9) kapal pesiar
10) pesawat terbang ringan

premi asuransi yang dibayarkan kepada 20% x perkiraan Undang undang


perusahaan asuransi luar negeri penghasilan neto nomor 36 tahun 2008
3 pasal 26 ayat 2 dan
peraturan
kementerian
keuangan nomor
624/KMK.04/1994
4 penghasilan dari penjualan atau 20% x perkiraan Undang undang
pengalihan saham perusahaan nomor 36 tahun 2008
penghasilan neto
pasal 26 ayat 2a dan
peraturan
kementerian
keuangan nomor
258/PMK.03/2008
5 penghasilan yang diperoleh suatu bentuk 20% X (PKP.PPH Undang undang
usaha tetap diindonesia, kecuali terutang nomor 36 tahun
penghasilan tersebut ditanamkan kembali 2008, pasal 26 ayat 4
di Indonesia

Contoh 1: Penghasilan yang bersumber dari pekerjaan jasa, kegiatan dan


pemanfaatan modal

Thomas Edwelson adalah seorang warga Negara Inggris dengan status K/2, ia datang ke Indo
nesia beserta istri dan anaknya untuk menandatangani kontrak kerja dengan PT .Blue Black
sebagai pegawai kontrak selama 4 bulan mulai 1 Mei 2018. la menandatangani kontrak kerja
yang berisi tentang besarnya gaji yang dip ero leh sebesar GBP 25.000 per bulan. Tuan Thomas
menerima gaji pertamanya pada tanggal 31 Mei 2018. Kurs yang berlaku pada tanggal 31 Mei
2018 1 GBP = R p 17.000. (asumsikan Inggris tidak mempunyai perjanjian penganaan pajak
berganda dengan Indonesia). Penghitungan PPh Pasal 26 yaitu:
20% x (25.000 x 17.000) = R P 85.000.000

Jadi gaji yang diterima oleh Thomas setelah dipotong PPh Pasal 26 sebesar R p 340.000.000
(425.000.000 - 85.000.000)

Contoh 2: Penghasilan yang diperoleh wajib pajak luar negeri dari penjualan atau
pengalihan harta di Indonesia.

Nona Hyokjun merupakan warga Negara Korea Selatan pada tanggal 20 Agustus 2018 ke
Indonesia. Pada tanggal 1 Sep tember 2018 menjual barang antik dari korea selatan ke CV .
Unik Berkilau, sebuah toko yang melakukan jual beli barang antik. Barang antik milik nona
Hyokjun di hargai senilai R p . 750.000.000. Penghitungan PPh Pasal 26:

5% x R p . 750.000.000 = R p . 37.500.000

Contoh 3: Penghasilan dari premi asuransi yang dibayarkan kepada perusahaan


asuransi luar negeri

Suatu perusahaan penyewaan gedung kantor, PT Gold, mengasuransikan bangunan bertingkat


ke perusahaan asuransi di luar negeri dengan membayar jumlah premi selama tahun 2018
sebesar R p 1.000.000.000. PT Gold mengasuransikan kepada perusahaan asuransi di dalam
negeri yaitu PT Silver, dengan membayar jumlah premi yang sama sebesar R p 1.000.000.000,
dan kemudian PT Silver mengasuransikan sebagian polis asuransi tersebut kepada perusahaan
asuransi luar negeri dengan membayar premi sebesar R p 500.000.000

Hitunglah PPh Pasal 26 dari data diatas!

Jawaban:

a. Pemotongan PPh p asal 26 yang dilakukan o leh PT . Gold atas pembayaran preminya:

Perkiraan penghasilan neto = 50% x R p 1.000.000.000 = Rp 500.000.000

PPh Pasal 26 = 20% x R p 500.000.000 = Rp 100.000.000

b. Pemotongan PPh p asal 26 yang dilakukan oleh PT . Silver:

perkiraan penghasilan neto


2% x R p 500.000.000 = Rp. 10.000.000

Conto h 4: penghasilan yang diperoleh wajib pajak luar negeri dari transaksi
penjualan saham perusahaan dalam negeri yang tidak diperjualbelikan dibursa efek
atau saham dari perusahaan yang memiliki hubungan istimewa dengan perusahaan
yang ada di Negara yang memberikan p erlindungan p ajak.

PT . Apperel merupakan perusahaan yang berkedudukan di Negara X dan menjadi pemegang


saham terbesar PT . Mentari Raya (Perusahaan Indo nesia). PT . Apperer sesungguhnya sebuah
perusahaan antara (conduit company) yang didirikan dan seluruh sahamnya dimiliki oleh PT .
Shang HyuCo ., sebuah p erusahaan di Negara yang merupakan bagian dari tax haven country.
Awal tahun 2018 PT . Shang Hyu Co . menjual seluruh saham miliknya di PT . Apperel kepada
PT . Graham Sentosa Indonesia seharga Rp 5.000.000.000. hitunglah pajak penghasilan yang
dikenakan atas transaksi jualbeli saham diatas!

Jawab:

Penghitungan PPh Pasal 26 yang dipotong oleh PT .Graham Sentosa Ind nesia, sebagai berikut:

5% x R p 5.000.000.000 = R p 250.000.000

Jadi PT . Graham Sentosa Indonesia memotong PPh Pasal 26 sebesar R p 250.000.000 dari PT .
Shang Hyu Co , secara teknis dari transaksi jualbeli saham diatas merupakan penjualan saham
perusahaan luar negeri yang dilakukan oleh badan usaha yang ada diluar negeri, namun
sesungguhnya transaksi ini merup akan pengalihan kepemilikan perusahaan wajib pajak dalam
negeri oleh wajib pajak luar negeri.

Conto h 5: Penghasilan dari suatu bentuk usaha tetap di Indo nesia

Penghasilan kena pajak dari sebuah BUT di Indo nesia sebesar R p 25.000.000.000.
Penghitungan p ajak p enghasilan p asal 26 dihitung sebagai berikut:

PKP Rp. 25.000.000.000

PPh T erutang: 25% x R p 25.000.000.000 Rp. 6.250.000.000

Penghasilan setelah dikurangi pajak R p 18.750.000.000


PPh Pasal 26 yang harus dibayar:

20% x Rp 18.750.000.000 Rp 3.750.000.000

Jika penghasilan setelah dikurangi pajak tersebut di tanamkan kembali di Indonesia atas
penghasilan sebesar R p 18.750.000.000 tidak dipotong PPh Pasal 26.

6. Pemotong PPh Pasal 26

a. Pihak Pemotong PPh Pasal 26

Pihak Pemotong PPh pasal 26 dilakukan oleh:

1) Badan pemerintah

2) Subjek pajak dalam negeri

3) Penyelenggara kegiatan

4) BUT

5) Perwakilan perusahaan luar negeri lainnya

B. PENGECUALIAN PEMO TO NGAN PPH PASAL 26

Pengecualian dari p emotongan PPh p asal 26 yaitu penanaman kembali p enghasilan yang
diperoleh BUT di Indonesia, syarat-syarat dalam melakukan penanaman kembali sesuai
peraturan menteri keuangan no mo r 14/PMK .03/2011 sebagai berikut:

= "Penanaman kembali penghasilan BUT sesudah dikurangi pajak penghasilan paling


lambat akhir tahun pajak berikutnya dan BUT yang bersangkutan menyampaikan
pemberitahuan secara tertulis yang berisi bentuk penanaman mo dal, realisasi penanaman
kembali yang telah dilakukan dan atau saat mulai berproduksi komersial bagi perusahaan
yang baru berdiri.

= Penanaman kembali dalam bentuk p enyertaan mo dal sebagai p endiri atau


peserta pendiri untuk perusahaan baru yang didirikan dan berkedudukan di Indonesia,
perusahaan tersebut harus aktif melakukan kegiatan usaha sesuai dengan akte pendiriannya,
paling lama satu tahun sejak pendiriannya dan sejak BUT yang bersangkutan berproduksi
komersial tidak boleh melakukan pengalihan atas penyertaan modalnya setidak-tidaknya
dalam waktu dua tahun.
= Penanaman kembali dalam bentuk penyertaan modal sebagai pemegang saham untuk
perusahaan yang sudah lama berdiri dengan kegiatan usaha yang aktif diIndonesia dan BUT
tersebut tidak bo leh melakukan pengalihan atas p enyertaan modalnya dalam jangka waktu
setidak-tidaknya tiga tahun sejak penyertaan modal.
= Tidak melakukan pengalihan atas penanaman kembali dalam bentuk pembelian aktiva
tetap dan investasi berupa aktiva tak berwujud sekurang-kurangnya dalam waktu 3 tahun sejak
perolehan atau investasi aktiva tersebut."

7. Penyetoran dan Pelaporan PPh Pasal 26

Penyetoran pemotongan ajak penghasilan p asal 26 paling lambat 10 hari bulan berikutnya
setelah masa pajak berakhir. Pelaporan p emotongan PPh Pasal 26 ke KPP selambat-lambatnya
pada tanggal 20 bulan takwim.
III.PENUTUP

KESIMPULAN

Pajak Penghasilan pasal 23 dapat diartikan sebagai pemotongan pajak penghasilan sehubungan
dengan penghasilan yang diterima dari modal, penyerahan jasa atau Penyelenggaraan kegiatan
selain yang telah dipotong PPh Pasal 21. Subjek PPh Pasal 23 melip uti: badan dalam negeri,
penyelenggara kegiatan, bentuk usaha tetap , atauPerwakilan perusahaan luar negeri lainnya.
Termasuk objek PPh Pasal 23 yaitu Dividen, Bunga, Royalti, Sewa, Hadiah dan Imbalan.
Pemungut PPh Pasal 23 yaitu Badan pemerintah, Subjek Pajak badan dalam negeri,
Penyelenggaraan kegiatan, Bentuk usaha tetap (BUT ), Perwakilan perusahaan luar negeri
lainnya, Wajib Pajak orang pribadi dalam negeri tertentu, yang ditunjuk oleh Direktur Jenderal
Pajak. Tarif PPh Pasal 23 ada dua jenis yaitu: dua persen dan lima persen. Penyeto ran PPh
Pasal 23 paling lambat tanggal sep uluh bulan takwim berikutnya setelah bulan saat terutang
pajak. Pelaporan SPT Masa PPh Pasal 23 disampaikan ke Kantor Pelayanan Pajak setempat,
paling lambat 20 hari setelah Masa Pajak berakhir.

Pajak penghasilan pasal 24 dap at diartikan sebagai p ajak yang telah dip ungut di luar
negeri diperbolehkan sebagai p engkreditan terhadap p ajak yang terutang di Indo nesia. Subjek
pajak penghasilan p asal 24 yaitu wajib Pajak dalam negeri, baik o rang p ribadi atau badan
yang terutang pajak atas seluruh penghasilan, termasuk penghasilan yang diterima atau diperoeh
dari luar negeri. Objek Pajak penghasilan p asal 24 yaitu penghasilan dari luar negeri, baik
sehubungan dengan pekerjaan, jasa, kegiatan maupun modal dan penghasilan lainnya seperti
penghasilan saham, sekuritas lainnya, bunga, royalty, sewa, serta penghasilan bentuk usaha
tetap . Mekanisme penentuan besarnya kredit pajak diluar negeri adalah melalui 3 tahap
penghitungan di cari nilai yang terendah, tahapan tersebut antara lain: total PPh terutang,
penghasilan neto luar negeri dibagi penghasilan kena pajak dikali total PPh terutang, dan yang
terakhir PPh vang terutang atau dibayar di luar negeri. Apablia terjadi pengurangan atau
pengembalian
DAFTAR PUSTAKA

Resmi siti. 2019. Perpajakan teori dan kasus.yogyakarta : Selemba Empat

Rahayu puji.2019. perpajakan Disesuaikan dengan peraturan perpajakan terbaru. Kediri :


indomedia pustaka

Anda mungkin juga menyukai