Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

PERPAJAKAN
“PPH 22”

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata kuliah Perpajakan

Dosen Pengampu
Chaeranti Muldayani Dewi, S.E, M.SA.

Oleh : KELOMPOK 5
Arnia Priatna Mutia (22120049)
Yuliana (22120013)
Gabriel Baran Hayon (22120029)
I Nyoman Suryana (22120002)

SEKOLAHTINGGI ILMU EKONOMI (STIE)


PANCA BHAKTI PALU
2021
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Warahmatullahhi Wabarakatuh.

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala limpah rahmat, inayah taufik dan
hinayahnya sehingga saya dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini dalam benyuk
maupun isinya yang sangat sederhana. Semoga makalah ini dapat dipergunakan
sebagai salah satu acuan, petunjuk maupun pedoman bagi pembaca dalam administrasi
pendidikan dalam profesi keguruan.
kami berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman bagi para
pembaca, untuk ke depannya dapat memperbaiki bentuk maupun menambah isi makalah agar
menjadi lebih baik lagi.
Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman kami, kami yakin masih
banyak kekurangan dalam makalah ini, oleh karena itu kami sangat mengharapkan saran dan
kritik yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

Penyusun

Kelompok 5

i
DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN SAMPUL .......................................................................................

KATA PENGANTAR ........................................................................................i

DAFTAR ISI .......................................................................................................ii

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang ...........................................................................................1


1.2 Rumusan Masalah .....................................................................................2
1.3 Tujuan Masalah ........................................................................................2

II. PEMBAHASAN
2.1 Pengertian pph pasal 22..............................................................................3
2.2 Pemungut pph pasal 22...............................................................................3
2.3 Subjek dan objek tarif pph pasal 22............................................................4
2.4 Tarif pph pasal 22.......................................................................................5
2.5 Pengecualian pemungutan pph pasal 22.....................................................7
2.6 Tata Cara Pemungutan, Penyetoran, dan Pelaporan PPh Pasal 22.............8
2.7 Perhitungan pph pasal 22............................................................................9

III. PENUTUP .....................................................................................................


3.1 Kesimpulan ................................................................................................12
3.2 Saran ..........................................................................................................12

DAFTAR PUSTAKA .........................................................................................12

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakan


Pajak Penghasilan Pasal 23 (PPh pasal 23) yaitu pajak penghasilan yang dikenakan
atas penghasilan wajib pajak dalam Negri atau bentuk usaha tetap yang menerima atau
memperoleh penghasilan yang berasal dari modal penyerahan jasa atau penyelengaraan
kegiatan selain yang telah dipotong pajak sebagaimana yang dimaksud PPh Pasal 21. Dalam
UU pajak penghasilan Pasal 23 No. 36 Tahun 2008 dimana yang dapat memotong PPh 23
adalah badan pemerintah. Wajib pajak dalam negri, penyelenggara kegiatan, bentuk usaha
tetap, perwakilan perusahaan luar negri lainnya dan wajib pajak orang dalam negri
tertentu yang di tunjuk Direktur Jendral Pajak.
Dengan diterbitkanya UU Pajak Penghasilan Pasal 23 No. 36 Tahun 2008 tentang
kententuan umum dan tatacara perpajakan maka telah terjadi reformasi perpajakan yang
dilakukan pihak Direktorat Jendral Pajak sehingga wajib pajak diharapkan menjadi lebih
patuh dan diberikan segala bentuk kemudahan dalam proses perpajakan. Disamping itu
penghasilan yang diperoleh atas kegiatan usaha badan akan dikenakan pajak penghasilan
badan. Badan Pengelola Keuangan Dan Barang Milik Daerah Kabupaten Minahasa Utara
merupakan intansi pemerintah yang bergerak di bagian keuangan. Sebagai intansi yang
taat akan pajak maka BPKBMD Kab Minut berkewajiban untuk melakukan perhitungan dan
pelaporan pajak penghasilan sesuai ketentuan yang mengacu pada undang-undang
perpajakan yang berlaku dalam hal ini khususnya Pajak Penghasilan Pasal 23.
Berdasarkan uraian tersebut, untuk memperoleh gambaran yang lebih jelas tentang
perpajakan , khususnya bagaimana suatu intansi menentukan besar pajak penghasilan
dalam hal ini pajak penghasilan pasal 23, yang harus dilaporkan dan disetorkan kepada
pemerintah dan apakah perhitungan dan pelaporan Pajak Penghasilan telah sesuai dengan
ketentuan yang berlaku.

1
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dari PPh Pasal 23 ?
2. Siapa pemotong PPh Pasal 23 ?
3. Apa saja yang dikecualikan dari PPh Pasal 23 ?
4. Kapan saat terutang, pemungutan dan pelaporan PPh Pasal 23 ?
5. Bagaimana cara menghitung tarif PPh Pasal 23 ?
6. Apa saja yang dikecualikan dari PPh Pasal 23 ?

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian dari PPh Pasal 23
2. Untuk mengetahui Siapa pemotong PPh Pasal 23
3. Untuk mengetahui Apa saja yang termasuk objek PPh Pasal 23
4. Untuk mengetahui Apa saja yang dikecualikan dari PPh Pasal 23
5. Untuk mengetahui Kapan saat terutang, pemungutan dan pelaporan PPh Pasal 23
6. Untuk mengetahui Bagaimana cara menghitung tarif PPh Pasal 23

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian PPh Pasal 23

Pajak Penghasilan Pasal 23 merupakan Pajak Penghasilan yang dipotong atas


penghasilan yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak dalam negeri dan Bentuk Usaha
Tetap yang berasal dari modal, penyerahan jasa, atau penyelenggaraan kegiatan selain yang
telah dipotong Pajak Penghasilan Pasal 21, yang dibayarkan atau terutang oleh badan
pemerintah atau subjek pajak dalam negeri, penyelenggara kegiatan, Bentuk Usaha Tetap
atau perwakilan perusahaan luar negeri lainnya.

2.2 Pemotongan PPh Pasal 23

Pemotong PPh Pasal 23 terdiri atas :

1. Badan pemerintah
2. Subjek pajak badan dalam negreri
3. Penyelenggara dalam negeri
4. Bentuk usaha tetap
5. Perwakilan perusahaan di luar negeri lainnya
6. Orang Pribadi sebagai wajib pajak dalam negeri tertentu, yang ditunjuk oleh kepala
kantor pelayanan pajak sebagai pemotong PPh Pasal 23, yaitu:
a. Akuntan, arsitek, dokter, notaries, pejabat pembuat akta tanah (PPAT), kecuali
camat, pengacara, dan konsultan, yang melakukan pekerjaan bebas
b. Orang pribadi yang menjalankan usaha yang menyelenggarakan pembukuan atas
pembayaran berupa sewa.

2.3 Tarif dan Penghasilan yang dikenakan PPh Pasal 23


Penghasilan yang dikenakan PPh pasal 23 sesuai dengan pasal 23 UU No. 36 Tahun
2008 menetapkan tarif sebagai berikut:

1. Sebesar 15% dari Jumlah Bruto atas :

3
a. Dividen
b. Bunga termasuk premium, diskonto, dan imbalan sehubungan dengan jaminan
pengembalian utang
c. Royalty
d. hadiah, penghargaan, bonus, dan sejenisnya selain yang telah dipotong PPh yang
dimaksut dalam Pasal 21 ayat 1 huruf e
2. sebesar 2% dari jumlah bruto atas :
a. sewa dan penghasilan lain sehubungan dengan penggunaan harta, kecuali sewa
dan penghasilan lain sehubungan dengan oenggunaan harta yang telah dikenai
PPh Pasal 4 ayat (2)
b. imbalan sehubungan dengan jasa teknik, jasa managemen, jasa konstruksi, jasa
konsultan, dan jasa lain selain jasa yang telah dipotong PPh pasal 21
 jasa penilai (appraisal)
 jasa aktuaris
 jasa akuntansi, pembukuan, dan atestasi laporan keuangan
 jasa perancang
 jasa pengeboran dibidang penambangan minyak dan migas, kecuali yang
dilakukan oleh BUT
 jasa penunjang dibidang pembangunan migas dan panas bumi
 jasa penambangan dan jasa penunjang dibidang penambangan selain
migas
 jasa penunjang dibidang penerbangan dan Bandar udara
 jasa penebangan hutan
 jasa ppengolaan limbah
 jasa penyedia tenaga kerja
 jasa perantara dan keagenan
 jasa dibidang perdagangan surat-surat berharga, kecuali yang dilakukan
oleh bursa efek, KSEI dan KPEI
 jasa custodian/penyimpanan/penitipan, kecuali yang dilakukan oleh KSEI
 jasa pengisian suara/ sulih suara
 jasa mixing film

4
 jasa sehubungan dengan software computer, termasuk perawatan,
pemelihraan dan perbaikan
 jasa instalasi/pemasangan mesin, pealatan, listrik, telepon, air, gas, AC
atau televisi kabel, selain yang dilakukan oleh wajib pajak yang ruang
lingkupnya dibidang konstruksi dan mempunyai izin atau sertifikat
sebagai pengusaha kontribusi
 jasa perawatan/perbaikan/pemeliharaan mesin, peralatan, listrik, telepon,
air, gas, AC atau televisi kabel, alat transportasi/kendaraan atau bangunan,
selain yang dilakukan oleh wajib pajak yang ruang lingkupnya dibidang
konstruksi dan mempunyai izin atau sertifikat sebagai pengusaha
kontribusi
 jasa maklon
 jasa penyelidikan dan keamanan
 jasa penyelenggara kegiatan atau event organizer
 jasa pengepakan
 jasa penyelidikan tempat dan waktu dalam media masa, media luar ruang
atau media lain untuk pem]nyimpanan informasi
 jasa pembasmian hama
 jasa kebersihan atau cleaning service
 jasa catering atau tata boga
dalam hal Wajib Pajak yang menerima atau memperoleh penghasilan
tersebut tidak memiliki nomer NPWP besarnya tariff pemotongan adalah lebih
tinggi 100% daripada tarif yang sebenarnya

2.4 Pengecualian Pemungutan PPh Pasal 23

Beberapa jenis penghasilan yang tidak dikenakan pemotongan PPh Pasal 23 sesuai
dengan pasal 23 Aayat (4) uu No 17 tahun 2000, yaitu:

1. penghasilan yang dibayar atau terutang kepada bank


2. sewa yang dibayarkan atau terutang sehubungan dengan sewa guna usaha dengan hak
opsi

5
3. dividen atau bagian laba yang diterima atau diperoleh PT sebagai wajin pajak dalam
negeri, koperasi, BUMN, BUMD, dari penyertaan modal pada badan usaha yang
didirikan dan betempat kedudukan di Indonesia dengan syarat:
a. dividen berassal dari cadangan laba yang ditahan
b. bagi PT, BUMN dan BUMD yang menerima dividen, kepemilikan saham pada
badan yang memberikan dividen paling rendah 25% dari jumlah modal yang
disetor
4. bagian laba yang diterima atau diperoleh anggota dari perseroan komanditer yang
modalnya tidak terbagi atas saham-saham, persekutuan, perkumpulan, firma, dan
kongsi termasuk pemegang unit penyertaan kontrak kolektif
5. sisa hasil usaha koperasi yang dibayarkan oleh koperasi kepada anggotanya
6. penghasilan yang dibayar atau terutang kepada badan usaha atas jasa keuangan yang
berfungsi sebagai penyalur pinjaman atau pembiayaan yang diatur dengan PMK.

2.5 Saat Terutang, Penyetoran dan Pelaporan PPh Pasal 23

1. PPh Pasal 23 terutang pasa akhir bulan dilakukan pembayaran atau pada akhir bulan
terutangnya pengasilan yang bersangkutan.
2. PPh Pasal 23 harus disetorkan oleh pemotong pajak selambat-lambatnya tanggal 10
bulan takwim berikutnya setelah bulan saar terutangnya pajak ke bank presepsi atau
kantor pos Indonesia
3. Pemotong PPh Pasal 23 diwajibkan menyampaikan SPT Masa selambat-lambatnya
20 hari setelah masa pajak berakhir
4. Pemotong PPh Pasal 23 harus memberikan tanda bukti pemotongan kepada orang
pribadi atau badan yang dibebani PPh yang dipotong
5. Pelaksanaan pemotongan, penyetoran, dan pelaporan PPh Pasal 23 dilakukan secara
desentralisasi artinya dilakukan di tempat terjadinya pembayaran atau terutangnya
penghasilan yang merupakan Objek PPh Pasal 23, hal ini dimaksutkan untuk
mempermudah pengawasan terhadap pelaksanaan pemotongan PPh PAsal 23
tersebut. Transaksi-transaksi yang merupakan objek pemotongan PPh pasal 23 yang
pembayarannya dilakukan oleh kantor pusat, PPh Pasal 23 dipotong, disetor dan
dilaporkan oleh kantor pusat, sedangkan objek PPh Pasal 23 yang pembayarannya

6
dilakukan oleh kantor cabang misalnya sewa kantor cabang, PPh Pasal 23 dipotong,
disetor dan dilaporkan oleh kantor cabang yang bersangkutan.

2.6 Perhitungan PPh Pasal 23

1. Contoh Kasus-1:
Pada tanggal 10 May 2010, PT. Sukses Gagalnya, membagikan dividen masing-
masing Rp 10,000,000 kepada 20 pemegang sahamnya. Atas dividen yang dibagikan,
PT. Sukses Gagalnya wajib memungut PPh Pasal 23.

PPh pasal 23 yang harus dipotong PT. Sukses Gagalnya adalah :


=>15% x Rp 10.000.000,- = Rp 150.000,-
=>20 x Rp 150.000,- = Rp 3.000.000,-

Saat terutang : akhir bulan dilakukan pembayaran yaitu pada tanggal 31 Mei 2010
Saat Penyetoran : paling lambat 10 Juni 2010
Saat Pelaporan : paling lambat 20 Juni 2010
2. Contoh Kasus-2:

Pada tanggal 20 agustus 2010, PT. Tukang Utang membayar bunga atas
pinjaman membayarkan bunga kepada PT. Lintah Darat sebesar Rp 90.000.000,-

PPh pasal 23 yang harus dipotong oleh PT Tukang Utang adalah :


=> 15% x Rp 90.000.000 = Rp 13.500.000,-

Saat terutang : akhir bulan dilakukan pembayaran yaitu pada tanggal 31 Agustus
2010
Saat Penyetoran : paling lambat 10 September 2010
Saat Pelaporan : paling lambat 20 September 2010

3. Contoh Kasus-3:
CV. Ayam Goreng Krenyes-Krenyes buat Lemes membayar Royalti kepada Tuan.
Doan Wiro Pasaribu atas pemakaian merek Ayam Goreng “Pak Doan” sebesar Rp
1.000.000.000,- pada tanggal 2 Maret 2010

7
PPh pasal 23 yang harus dipotong CV. Ayam Goreng Krenyes-Krenyes buat Lemes :
=> 15% x Rp 1.000.000.000,- = Rp 150.000.000,-

Saat terutang : akhir bulan dilakukan pembayaran yaitu pada tanggal 31 Maret 2010
Saat Penyetoran : paling lambat 10 April 2010
Saat Pelaporan : paling lambat 20 April 2010
4. Contoh Kasus-4 :
Doan Pasaribu mendapat hadiah sebuah mobil senilai Rp 200.000.000,- atas undian
tabungan yang diselenggarakan Bank Kecap ABC pada tanggal 20 Januari 2010
PPh pasal 23 yang harus dipotong Bank Kecap ABC adalah :
=> 15% x Rp 200.000.000,- = Rp 30.000.000,-

Saat terutang : akhir bulan dilakukan pembayaran yaitu pada tanggal 31


Januari2010
Saat Penyetoran : paling lambat 10 Februari 2010
Saat Pelaporan : paling lambat 20 Februari 2010

5. Contoh Kasus-5 :

PT. Selalu Susah menyewa sebuah bus pariwisata dengan nilai sewa Rp
20.000.000,- milik Budi

PPh pasal 23 yang harus dipungut PT. Selalu Susah


=> 2% x Rp. 20.000.000,- = Rp 400.000,-

Apabila Budi tidak mempunyai NPWP maka PPh Pasal 23 yang dipotong PT.
Selalu susah adalah Rp 800.000,-

6. Contoh Kasus-6 :

PT Kalkulus meminta jasa dari Pak Dodi untuk membuat sistem akuntansi
Perusahaan dengan imbalan sebesar Rp. 22.000.000,- (sudah termasuk PPN)
PPh pasal 23 yang dipotong PT kalkulus adalah
2% x Rp 20.000.0000,- = Rp 400.000,-
PT. Celalu cayang dy membayarkan jasa konsultan PT Jaya sebesar Rp
2.200.000 ( termasuk PPN). PT jaya tidak mempunyai NPWP

8
maka PPh pasal 23 yang dipotong PT. Celalu cayang dy adalah:
200% x 2% x Rp 2.000.000 = Rp 80.000,-

9
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 23 adalah pajak yang dipotong atas penghasilan yang
berasal dari modal, penyerahan jasa, atau hadiah dan penghargaan, selain yang telah
dipotong PPh Pasal 21. Dalam melakukan pemotongan PPh Pasal 23 terdapat pemotong
pajak yang telah ditentukan oleh peraturan uu PPh pasal 23 begitu pula dengan tarif dan
penghasilan apasaja yang tergolong dapat dipotong PPh Pasal 23 ataupun yang dikecualikan.
Makalah diatas juga menunjukan kapan saat terutang, pelaporan dan penyetoran PPh pasal
23 yang telah ditentukan oleh UU.

1.1 SARAN
Berdasarkan pada pembahasan bab – bab sebelumnya, saran yang dapat penulis berikan
adalah sebagai berikut : 1. Dalam hal pemungutan Pajak Penghasilan Pasal 23 telah
dilakukan dengan baik, yaitu dengan cara bekerja sama dengan pihak rekanan sehingga
tidak terjadi kesulitan, oleh karena itu untuk masa yang akan datang lebih ditingkatkan
jalinan kerja samanya dengan pihak rekanan, dan mempertahankan kepatuhan dalam
membayar pajak sesuai dengan peraturan ddan perundang – undandan perpajakan.

10

Anda mungkin juga menyukai