Anda di halaman 1dari 13

PAJAK PENGHASILAN PASAL 23

Disusun untuk memenuhi tugas


Mata Kuliah : Perpajakan

Dosen Pengampu : Halimatussaddiah Mrp,SE,MM

Disusun Oleh : Kelompok 1

1. Dtm.Hafiz Satria (22031294)


2. Lenny Williani (22031205)
3. Salsabilah Putri (22031046)
4. Nurhazirah (22031006)
5. Nurul Aini (22031343)
6. Suyeni (22031360)

Semester : III
Kelas : B

PROGRAM STUDI MANAJEMEN


FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS ASAHAN
2023 –2024
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Penyayang, kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya, sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah ini yang berjudul “PAJAK PENGHASILAN PASAL
23 ”. Sebelumnya kaminucapkan terimakasih kepada Ibu Halimatussaddiah
Mrp,SE,MM selaku dosen mata kuliah perpajakan yang telah memberikan kami
bimbingan.

Kami mengucapkan pada semua pihak yang telah memberikan bantuan


selama penyelesaian makalah ini. Kami juga mengucapkan maaf karena makalah
yang disusun masih terdapat kesalahan. Jadi sangat diharapkan saran agar bisa
menyempurnakan makalah ini kelak di masa depan.

Kisaran, 12 Desember 2023

Kelompok 1

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................... i


DAFTAR ISI ............................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN ......................................................... 1
A. Latar Belakang ................................................................ 1
B. Rumusan Masalah ........................................................... 2
C. Tujuan ............................................................................. 2

BAB II PEMBAHASAN ........................................................... 3


A. Pajak Penghasilan pasal 23 ............................................. 3
B. Menghitung PPh pasal 23 .............................................. 5
C. Contoh Perhitungan ....................................................... 7
D. Surat Terutang Penyetoran dan Laporan PPH Pasal 23 . 8
E. Surat Pemberitahuan Masa dan Bukti Pemotongan ...... 8

BAB III PENUTUP ................................................................... 9


A. Kesimpulan ..................................................................... 9

DAFTAR PUSTAKA ............................................................... 10

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pajak merupakan sumber terbesar dari peneriman negara yang digunakan


untuk membiayai pengeluaran rutin maupun pembangunan-pembangunan negara.
Menurut Mardiasmo (2018 : 3) Pajak merupakan iuran rakyat kepada kas Negara
berdasarkan Undang-Undang (yang dapat dipaksakan) dengan tiada mendapat jasa
timbal balik yang langsung dapat ditunjukkan dan digunakan untuk membayar
pengeluaran umum. Salah satu penerimaan pajak negara diperoleh dari pajak
penghasilan. Pajak penghasilan adalah pajak yang dikenakan atas penghasilan
yang diterima/diperoleh seseorang atau badan dalam tahun pajak. Adapun jenis
pajak penghasilan yaitu Pajak Penghasilan Pasal 21, Pajak Penghasilan Pasal 22,
Pajak Penghasilan Pasal 23, Pajak Penghasilan Pasal 25, Pajak Penghasilan Pasal
26, Pajak Penghasilan Pasal 29 dan Pajak Penghasilan Pasal 4 ayat (2).

Pajak Penghasilan Pasal 23 adalah pemotongan pajak atas penghasilan


yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak dalam negeri dan Bentuk Usaha Tetap
yang berasal dari modal, penyerahan jasa, atau penyelenggaraan kegiatan selain
yang telah dipotong Pajak Penghasilan 21. Adapun pemotongan Pajak
Penghasilan pasal 23 ini menggunakan sistem withholding tax, artinya pihak
ketiga diberikan kepercayaaan untuk melaksanakan kewajiban memotong atau
memungut pajak atas penghasilan yang dibayarkan kepada penerima penghasilan
sekaligus menyetorkannya ke kas negara. Dalam hal ini pemotongan PPh Pasal 23
dilakukan oleh pihak pemberi penghasilan sehubungan dengan pembayaran
berupa deviden, bunga, royalty, sewa, dan jasa kepada WP badan dalam negeri
dan BUT. Kepatuhan pemotong PPh Pasal 23 ini baru akan dipotong, disetor dan
dilaporkan apabila terdapat objek PPh Pasal 23 yang terutang. Maka tidak setiap
bulan Wajib Pajak melaporkan SPT Masa PPh Pasal 23.

Hal tersebut berkaitan dengan kepatuhan wajib pajak, menurut Siti Kurnia
Rahayu (2017 : 193) Kepatuhan Wajib Pajak merupakan ketaatan wajib pajak
dalam melaksanakan ketentuan perpajakan yang berlaku. Wajib pajak yang patuh

1
adalah Wajib Pajak yang taat memenuhi kewajiban perpajakan sesuai ketentuan
perundang-undangan. Kepatuhan Wajib Pajak dapat tercermin dalam selisih target
atau rencana penerimaan pajak dengan realisasi penerimaan pajak. Apabila
realisasi penerimaan pajak lebih besar dari target/rencana maka penerimaan pajak
akan dikatakan Surplus atau Patuh, dan sebaliknya apabila target penerimaan
pajak lebih besar dari realisasi maka penerimaan pajak akan defisit atau tidak
patuh. Maka dari itu, peneliti akan meneliti apakah pemotongan PPh Pasal 23
bertambah atau tidak, dengan melihat realisasi dan target penerimaan pajak. Salah
Satu cara untuk melihat kepatuhan pemotongan PPh Pasal 23 adalah melihat dari
seberapa pemotong pajak melaporkan SPT Masa PPh Pasal 23. Apabalia
pemotong pajak melaporkan SPT Masa PPh Pasal 23 semakin banyak maka akan
menunjukkan tingkat kepatuhan yang semakin tinggi.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka perumusan masalah


didalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut.

1. Apa isi dari Pajak Penghasilan pasal 23?


2. Bagaiman cara menghitung PPh pasal 23?
3. Bagaimana contoh Perhitungannya?
4. Apa pengertian dari surat terutang penyetoran dan laporan PPh Pasal 23?
5. Apa pengertian dari surat semberitahuan sasa dan bukti pemotongan?

C. Tujuan Masalah
1. Untuk mengetahui apa isi dari Pajak Penghasilan pasal 23
2. Untuk mengetahui bagaimana cara menghitung PPh pasal 23
3. Untuk mengetahui bagaimana contoh Perhitungannya
4. Untuk mengetahui pengertian dari surat terutang penyetoran dan laporan
PPh Pasal 23
5. Untuk mengetahui pengertian dari surat semberitahuan sasa dan bukti
pemotongan

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pajak Penghasilan Pasal 23

Pajak penghasilan Pasal 23, selanjutnya disingkat PPh Pasal 23, adalah
pajak yang dipotong atas penghasilan yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak
dalam negeri (orang pribadi dan badan) dan bentuk usaha tetap yang berasal dari
modal, penyerahan jasa, atau penyelenggaraan kegiatan selain yang telah dipotong
PPh Pasal 21. PPh Pasal 23 ini dibayar atau terutang oleh badan pemerintah atau
Subjek Pajak dalam negeri, penyelenggara kegiatan, bentuk usaha tetap, atau
perwakilan perusahaan luar negeri lainnya.

 Pemotongan PPh Pasal 23


Berikut ini pihak-pihak yang termasuk pemotong PPh Pasal 23.

1. Badan pemerintah.
2. Subjek Pajak badan dalam negeri.
3. Penyelenggara kegiatan.
4. Bentuk usaha tetap.
5. Perwakilan perusahaan di luar negeri lainnya.
6. Orang pribadi sebagai Wajib Pajak dalam negeri tertentu, yang ditunjuk
oleh Kepala Kantor Pelayanan Pajak sebagai Pemotong PPh Pasal 23,
yaitu:
o Akuntan, arsitek, dokter, notaris, Pejabat Pembuat Akta Tanah
(PPAT), kecuali camat, pengacara, dan konsultan yang melakukan
pekerjaan bebas;
o Orang pribadi yang menjalankan usaha yang menyelenggarakan
pembukuan atas pembayaran berupa sewa.

 Penerima penghasilan yang dikenai (SUBJEK) PPh Pasal 23


Berikut ini termasuk penerima penghasilan yang dipotong PPh Pasal 23
(selanjutnya disebut Wajib Pajak PPh Pasal 23).

3
1. Wajib Pajak dalam negeri (orang pribadi dan badan).
2. Bentuk Usaha Tetap (BUT).

 Penghasilan yang dikenakan (OBJEK) PPh Pasal 23


Penghasilan yang dikenakan PPh Pasal 23 (selanjutnya disebut Objek PPh
Pasal 23) sesuai dengan Pasal 23 UU No. 36 Tahun 2008, yaitu:

1. Dividen
2. Bunga termasuk premium, diskonto, dan imbalan sehubungan dengan
jaminan pengembalian utang;
3. Royalti;
4. Hadiah, penghargaan, bonus, dan sejenisnya selain yang telah dipotong
Pajak Penghasilan adalah penghasilan yang diterima atau diperoleh Wajib
Pajak dalam negeri orang pribadi yang berasal dari penyelenggara kegiatan
sehubungan dengan pelaksanaan suatu kegiatan Perbedaan penghasilan
berupa hadiah dan penghargaan yang dipotong PPh Pasal 21 dengan yang
dipotong PPh Pasal 23 adalah untuk PPh Pasal 23, Wajib Pajaknya bisa
Wajib Pajak dalam negeri orang pribadi maupun Wajib Pajak dalam negeri
badan, tetapi untuk PPh Pasal 21 Wajib Pajaknya adalah Wajib Pajak
dalam negeri orang pribadi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21 ayat (1)
huruf e UU PPh;
5. Sewa dan penghasilan lain sehubungan dengan penggunaan harta, kecuali
sewa dan penghasilan lain sehubungan dengan penggunaan harta yang
telah dikenai Pajak Penghasilan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat
(2) UU PPh;
6. Imbalan sehubungan dengan jasa teknik, jasa manajemen, jasa konstruksi,
jasa konsultan, dan jasa lain selain jasa yang telah dipotong Pajak
Penghasilan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21 UU PPh.

 Penghasilan yang dikecualikan dari pemotongan PPh Pasal 23

Beberapa jenis penghasilan yang tidak dikenakan pemotongan PPh Pasal


23 (bukan Objek PPh Pasal 23) sesuai dengan Pasal 23 ayat (4) UU No. 36 Tahun
2008, yaitu:

4
1. Penghasilan yang dibayar atau terutang kepada bank;
2. Sewa yang dibayarkan atau terutang sehubungan sewa guna usaha dengan
hak opsi;
3. Dividen atau bagian laba yang diterima atau diperoleh perseroan terbatas
sebagai Wajib Pajak dalam negeri, koperasi, badan usaha milik negara,
atau badan usaha milik daerah, dari penyertaan modal pada badan usaha
yang didirikan dan bertempat kedudukan di Indonesia dengan syarat:
o Dividen berasal dari cadangan laba yang ditahan; dan
o Bagi perseroan terbatas, badan usaha milik negara dan badan usaha
milik daerah yang menerima dividen, kepemilikan saham pada
badan yang memberikan dividen paling rendah 25% (dua puluh
lima persen) dari jumlah modal yang disetor.
4. Bagian laba yang diterima atau diperoleh anggota dari perseroan
komanditer yang modalnya tidak terbagi atas saham-saham, persekutuan,
perkumpulan, firma, dan kongsi, termasuk pemegang unit penyertaan
kontrak investasi kolektif; 5. sisa hasil usaha koperasi yang dibayarkan
oleh koperasi kepada anggotanya;
5. Penghasilan yang dibayar atau terutang kepada badan usaha atas jasa
keuangan yang berfungsi sebagai penyalur pinjaman dan/atau pembiayaan.
Badan usaha yang dimaksud adalah perusahaan pembiayaan yang telah
mendapat izin Menteri Keuangan; BUMN/BUMD yang khusus
memberikan pembiayaan kepada usaha mikro, kecil, menengah, dan
koperasi (UMKM) termasuk perseroan terbatas (PT) Permodalan Nasional
Madani. Penghasilan yang dimaksud adalah imbalan yang diberikan atas
penyaluran pinjaman/pembiayaan termasuk pembiayaan syariah.

B. Menghitung PPh Pasal 23

PPh Pasal 23 dihitung dengan tarif mengalikan tarif dan jumlah bruto
penghasilan, yang diformulasikan sebagai berikut.

PPh Pasal 23 = Tarif x Dasar Pengenaan Pajak

Dasar Pengenaan Pajak = Jumlah Bruto Penghasilan

5
Tarif

Tarif PPh Pasal 23 sebagai berikut.

1. Tarif 15% (lima belas persen) dikenakan atas penghasilan berupa:


a. Dividen,
b. Bunga
c. Royalti
d. Hadiah,bonus,dan penghargaan lain yang tidak dipotong
PPh Pasal 21
2. Tarif 2% (dua persen) dikenakan atas penghasilan berupa:
a. Sewa,
b. Imbalan jasa yang tidak dipotong PPh Pasal 21.
 Dasar Pengenaan Pajak
Dasar pengenaan pajak dalam PPh Pasal 23 adalah jumlah bruto
penghasilan. Jumlah bruto penghasilan adalah jumlah dividen, bunga, royalti,
hadiah penghargaan, bonus, sewa, dan imbalan jasa lain. Berdasarkan Peraturan
Menteri Keuangan Nomor 141/ PMK.03/2015, jumlah bruto imbalan jasa lain
tidak termasuk Pajak Pertambahan Nilai.

 Menghitung PPh Pasal 23

Penghitungan PPh Pasal 23 sesuai jenis penghasilan dijelaskan pada tabel


berikut ini.

Jenis
Tarif Dasar pengenaan pajak PPh pasal 23
penghasilan
1.Dividen 15% Jumlah bruto 15% × jumlah bruto
2.Bunga
3.Royalti
4.Hadiah,bonus
yang tidak
dipotong pph
pasal 21
5.Sewa 2% Jumlah bruto 2% × jumlah bruto

6
C. Contoh Perhitungan

Pada 10 Mei 2015, PT Dahlia mengumumkan akan membagikan dividen


melalui Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS), dan melakukan pembayaran
dividen tunai kepada PT Melati sebesar Rp30.000.000 yang melakukan
penyertaan modal sebesal 15%.

Jawab:

 PPh Pasal 23 = 15% x Rp30.000.000 = Rp4.500.000


 Saat terutang: akhir bulan dilakukan pembayaran yaitu pada tanggal 31
Mei 2015
 Saat penyetoran: paling lambat 10 Juni 2015
 Saat pelaporan: paling lambat 20 Juni 2015

 Pph atas Dividen


Pajak atas dividen (Pph atas dividen) adalah pajak yang dikenakan pada
pendapatan dividen yang diterima oleh pemegang saham. Tarif pajak dividen
dapat bervariasi tergantung pada regulasi pajak di suatu negara.

 Pph atas Bunga


PPh atas bunga" mengacu pada Pajak Penghasilan (PPh) atas bunga. Ini
adalah pajak yang dikenakan atas pendapatan bunga yang diterima seseorang atau
entitas. Tarif dan aturan pajak bunga dapat bervariasi tergantung pada yurisdiksi
pajak dan peraturan setempat

 Pph atas sewa


Pajak Penghasilan (PPh) atas sewa adalah kewajiban pajak yang
dikenakan pada penghasilan yang diperoleh dari kegiatan penyewaan properti atau
aset. Tarif dan aturan PPh atas sewa dapat bervariasi berdasarkan peraturan pajak
di suatu negara.

7
 Pph atas Hadiah

PPh atas hadiah adalah pajak penghasilan yang dikenakan atas penerimaan
hadiah yang bersifat materi, baik dalam bentuk uang maupun barang, dan nilainya
melebihi batas tertentu yang ditetapkan oleh peraturan perpajakan.

D. Surat terutang, penyetoran, dan laporan PPh Pasal 23


o Surat terutang adalah suatu bentuk utang yang terdokumentasikan secara
tertulis, menetapkan jumlah yang harus dibayar oleh pihak yang berutang
kepada pihak yang berpiutang.
o Penyetoran adalah tindakan atau proses mentransfer atau menyetorkan
dana atau barang ke suatu tempat atau akun tertentu.
o Laporan PPh Pasal 23 adalah laporan yang disampaikan oleh pemotong
pajak (biasanya perusahaan) kepada Direktorat Jenderal Pajak terkait pajak
penghasilan yang dipotong dan dipungut dari pihak lain sesuai dengan
Pasal 23 Undang-Undang Pajak Penghasilan.

E. Surat pemberitahuan masa dan bukti pemotongan

Untuk surat pemberitahuan masa dan bukti pemotongan, pastikan


menyertakan informasi yang lengkap seperti nama, alamat, dan data pekerja.
Jelaskan dengan jelas tanggal efektif pemotongan, jumlah yang dipotong, dan
alasan pemotongan tersebut. Sertakan juga bukti dokumentasi yang relevan seperti
slip gaji atau surat keputusan

8
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 23 adalah pajak yang dipotong atas


penghasilan yang berasal dari modal, penyerahan jasa, atau hadiah dan
penghargaan, selain yang telah dipotong PPh Pasal 21. Dalam melakukan
pemotongan PPh Pasal 23 terdapat pemotong pajak yang telah ditentukan oleh
peraturan uu PPh pasal 23 begitu pula dengan tarif dan penghasilan apasaja yang
tergolong dapat dipotong PPh Pasal 23 ataupun yang dikecualikan. Makalah
diatas juga menunjukan kapan saat terutang, pelaporan dan penyetoran PPh pasal
23 yang telah ditentukan oleh UU.

9
DAFTAR PUSTAKA

Mardiasmo. 2013. Perpajakan. yogyakarta : ANDI.

Resmi,Siti . 2013. Perpajakan. jakarta : Selemba Empat.

Informasi Umum Pajak Penghasilan Pasal 23 (PPh Pasal 23), http://www.online-


pajak.com/id/berita-dan-tips/pph-pajak-penghasilan-pasal-23,

Pajak Penghasilan Pasal 23, http://www.pajak.net/info/PPh23.htm.

Seri pajak – pajak penghasilan pasal 23, http://www.pajak.go.id/content/seri-


pph-pajak-penghasilan-pasal-23.

Konsep dan Perhitungan PPh Pasal 23


,http://wijayanomicstax.wordpress.com/2013/03/20/konsep-perhitungan-pph-
pasal-23.

10

Anda mungkin juga menyukai