Semester : III
Kelas : B
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Penyayang, kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya, sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah ini yang berjudul “PAJAK PENGHASILAN PASAL
23 ”. Sebelumnya kaminucapkan terimakasih kepada Ibu Halimatussaddiah
Mrp,SE,MM selaku dosen mata kuliah perpajakan yang telah memberikan kami
bimbingan.
Kelompok 1
i
DAFTAR ISI
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Hal tersebut berkaitan dengan kepatuhan wajib pajak, menurut Siti Kurnia
Rahayu (2017 : 193) Kepatuhan Wajib Pajak merupakan ketaatan wajib pajak
dalam melaksanakan ketentuan perpajakan yang berlaku. Wajib pajak yang patuh
1
adalah Wajib Pajak yang taat memenuhi kewajiban perpajakan sesuai ketentuan
perundang-undangan. Kepatuhan Wajib Pajak dapat tercermin dalam selisih target
atau rencana penerimaan pajak dengan realisasi penerimaan pajak. Apabila
realisasi penerimaan pajak lebih besar dari target/rencana maka penerimaan pajak
akan dikatakan Surplus atau Patuh, dan sebaliknya apabila target penerimaan
pajak lebih besar dari realisasi maka penerimaan pajak akan defisit atau tidak
patuh. Maka dari itu, peneliti akan meneliti apakah pemotongan PPh Pasal 23
bertambah atau tidak, dengan melihat realisasi dan target penerimaan pajak. Salah
Satu cara untuk melihat kepatuhan pemotongan PPh Pasal 23 adalah melihat dari
seberapa pemotong pajak melaporkan SPT Masa PPh Pasal 23. Apabalia
pemotong pajak melaporkan SPT Masa PPh Pasal 23 semakin banyak maka akan
menunjukkan tingkat kepatuhan yang semakin tinggi.
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Masalah
1. Untuk mengetahui apa isi dari Pajak Penghasilan pasal 23
2. Untuk mengetahui bagaimana cara menghitung PPh pasal 23
3. Untuk mengetahui bagaimana contoh Perhitungannya
4. Untuk mengetahui pengertian dari surat terutang penyetoran dan laporan
PPh Pasal 23
5. Untuk mengetahui pengertian dari surat semberitahuan sasa dan bukti
pemotongan
2
BAB II
PEMBAHASAN
Pajak penghasilan Pasal 23, selanjutnya disingkat PPh Pasal 23, adalah
pajak yang dipotong atas penghasilan yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak
dalam negeri (orang pribadi dan badan) dan bentuk usaha tetap yang berasal dari
modal, penyerahan jasa, atau penyelenggaraan kegiatan selain yang telah dipotong
PPh Pasal 21. PPh Pasal 23 ini dibayar atau terutang oleh badan pemerintah atau
Subjek Pajak dalam negeri, penyelenggara kegiatan, bentuk usaha tetap, atau
perwakilan perusahaan luar negeri lainnya.
1. Badan pemerintah.
2. Subjek Pajak badan dalam negeri.
3. Penyelenggara kegiatan.
4. Bentuk usaha tetap.
5. Perwakilan perusahaan di luar negeri lainnya.
6. Orang pribadi sebagai Wajib Pajak dalam negeri tertentu, yang ditunjuk
oleh Kepala Kantor Pelayanan Pajak sebagai Pemotong PPh Pasal 23,
yaitu:
o Akuntan, arsitek, dokter, notaris, Pejabat Pembuat Akta Tanah
(PPAT), kecuali camat, pengacara, dan konsultan yang melakukan
pekerjaan bebas;
o Orang pribadi yang menjalankan usaha yang menyelenggarakan
pembukuan atas pembayaran berupa sewa.
3
1. Wajib Pajak dalam negeri (orang pribadi dan badan).
2. Bentuk Usaha Tetap (BUT).
1. Dividen
2. Bunga termasuk premium, diskonto, dan imbalan sehubungan dengan
jaminan pengembalian utang;
3. Royalti;
4. Hadiah, penghargaan, bonus, dan sejenisnya selain yang telah dipotong
Pajak Penghasilan adalah penghasilan yang diterima atau diperoleh Wajib
Pajak dalam negeri orang pribadi yang berasal dari penyelenggara kegiatan
sehubungan dengan pelaksanaan suatu kegiatan Perbedaan penghasilan
berupa hadiah dan penghargaan yang dipotong PPh Pasal 21 dengan yang
dipotong PPh Pasal 23 adalah untuk PPh Pasal 23, Wajib Pajaknya bisa
Wajib Pajak dalam negeri orang pribadi maupun Wajib Pajak dalam negeri
badan, tetapi untuk PPh Pasal 21 Wajib Pajaknya adalah Wajib Pajak
dalam negeri orang pribadi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21 ayat (1)
huruf e UU PPh;
5. Sewa dan penghasilan lain sehubungan dengan penggunaan harta, kecuali
sewa dan penghasilan lain sehubungan dengan penggunaan harta yang
telah dikenai Pajak Penghasilan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat
(2) UU PPh;
6. Imbalan sehubungan dengan jasa teknik, jasa manajemen, jasa konstruksi,
jasa konsultan, dan jasa lain selain jasa yang telah dipotong Pajak
Penghasilan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21 UU PPh.
4
1. Penghasilan yang dibayar atau terutang kepada bank;
2. Sewa yang dibayarkan atau terutang sehubungan sewa guna usaha dengan
hak opsi;
3. Dividen atau bagian laba yang diterima atau diperoleh perseroan terbatas
sebagai Wajib Pajak dalam negeri, koperasi, badan usaha milik negara,
atau badan usaha milik daerah, dari penyertaan modal pada badan usaha
yang didirikan dan bertempat kedudukan di Indonesia dengan syarat:
o Dividen berasal dari cadangan laba yang ditahan; dan
o Bagi perseroan terbatas, badan usaha milik negara dan badan usaha
milik daerah yang menerima dividen, kepemilikan saham pada
badan yang memberikan dividen paling rendah 25% (dua puluh
lima persen) dari jumlah modal yang disetor.
4. Bagian laba yang diterima atau diperoleh anggota dari perseroan
komanditer yang modalnya tidak terbagi atas saham-saham, persekutuan,
perkumpulan, firma, dan kongsi, termasuk pemegang unit penyertaan
kontrak investasi kolektif; 5. sisa hasil usaha koperasi yang dibayarkan
oleh koperasi kepada anggotanya;
5. Penghasilan yang dibayar atau terutang kepada badan usaha atas jasa
keuangan yang berfungsi sebagai penyalur pinjaman dan/atau pembiayaan.
Badan usaha yang dimaksud adalah perusahaan pembiayaan yang telah
mendapat izin Menteri Keuangan; BUMN/BUMD yang khusus
memberikan pembiayaan kepada usaha mikro, kecil, menengah, dan
koperasi (UMKM) termasuk perseroan terbatas (PT) Permodalan Nasional
Madani. Penghasilan yang dimaksud adalah imbalan yang diberikan atas
penyaluran pinjaman/pembiayaan termasuk pembiayaan syariah.
PPh Pasal 23 dihitung dengan tarif mengalikan tarif dan jumlah bruto
penghasilan, yang diformulasikan sebagai berikut.
5
Tarif
Jenis
Tarif Dasar pengenaan pajak PPh pasal 23
penghasilan
1.Dividen 15% Jumlah bruto 15% × jumlah bruto
2.Bunga
3.Royalti
4.Hadiah,bonus
yang tidak
dipotong pph
pasal 21
5.Sewa 2% Jumlah bruto 2% × jumlah bruto
6
C. Contoh Perhitungan
Jawab:
7
Pph atas Hadiah
PPh atas hadiah adalah pajak penghasilan yang dikenakan atas penerimaan
hadiah yang bersifat materi, baik dalam bentuk uang maupun barang, dan nilainya
melebihi batas tertentu yang ditetapkan oleh peraturan perpajakan.
8
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
9
DAFTAR PUSTAKA
10