Anda di halaman 1dari 24

PAJAK PENGHASILAN PASAL 23

MAKALAH
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Pajak Penghasilan
Pemotongan dan Pemungutan

Dosen Pengampu:
ROSALINA YURI ANGGRAINI, SE., MSA., Ak., CA

Disusun Oleh:
BAYU SETYO ADJI 193141414111190
ANDI MUHAMMAD NASUTION 193141414111187
RAHMA NADIA PUTRI 193141414111179
DEVINA FARISKA RAFIMA PUTRI 193141414111167
ERLINA DWI NOVITASARI 193141414111163

BIDANG KEAHLIAN PERPAJAKAN


PROGRAM PENDIDIKAN VOKASI
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
2020
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT. karena atas rahmat serta
karunia-Nya sehingga kami dapat menyusun makalah dengan judul “Pajak Penghasilan
Pasal 23” dengan baik.
Makalah ini disusun dalam rangka memenuhi tugas mata kuliah Pajak
Penghasilan Pemotongan dan Pemungutan serta sebagai media untuk menambah
informasi mengenai Pajak Penghasilan Pasal 23. Atas selesainya makalah ini, tidak
lepas dari upaya berbagai pihak yang telah memberikan kontribusinya dalam rangka
penyusunan makalah ini. Oleh karena itu, kami ingin berterima kasih kepada semua
pihak yang telah membantu, terutama kepada dosen pembimbing kami.
Kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan. Untuk itu kami mengharapkan kritik dan saran dari para pembaca.
Demikian semoga makalah ini dapat menambah wawasan dan memberikan
manfaat bagi para pembaca.
Malang. 18 April 2020

Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR........................................................................................................i

DAFTAR ISI.....................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN.................................................................................................1

1.1 LATAR BELAKANG.............................................................................................1

1.2 RUMUSAN MASALAH........................................................................................1

1.3 TUJUAN..................................................................................................................1

BAB II PEMBAHASAN...................................................................................................3

2.1 PENGERTIAN PAJAK PENGHASILAN PASAL 23...........................................3

2.2 PENERIMA PENGHASILAN YANG DIPOTONG PPh PASAL 23...................3

2.3 PEMOTONG PPh PASAL 23.................................................................................3

2.4 OBJEK DAN BUKAN OBJEK PPh PASAL 23....................................................4

2.5 TARIF PAJAK DAN DASAR PEMOTONGAN...................................................5

2.6 SAAT TURUTANG, PENYETORAN DAN PELAPORAN PPh PASAL 23.......8

2.7 PENGISIAN SSP....................................................................................................9

2.8 PEMBUATAN BUKTI POTONG........................................................................11

2.9 PENGISIAN SPT MASA......................................................................................13

2.10 STUDI KASUS...................................................................................................18

BAB III PENUTUP.........................................................................................................20

3.1 KESIMPULAN.....................................................................................................20

DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................21
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Pajak merupakan salah satu sumber pemasukan negara dan memiliki peranan
yang sangat penting bagi Indonesia terutama terhadap pembangunan yang dilakukan
pemerintah untuk kebutuhan masyarakat Indonesia. Oleh sebab itu, pajak merupakan
iuran yang dibayarkan oleh orang pribadi ataupun badan yang bersifat memaksa dengan
berdasarkan Undang-Undang. Diperlukan kesadaran masyarakat dalam pembayaran
pajak karena uang pajak yang dibayarkan tersebut akan dipergunakan untuk
kepentingan negara. Oleh karena itu, pembayaran pajak dari masyarakat sangatlah
penting bagi penerimaan negara.
Salah satu pajak yang ditetapkan di Indonesia adalah Pajak Penghasilan Pasal 23.
Pajak tersebut diberlakukan untuk memotong wajib pajak dalam negeri maupun Bentuk
Usaha Tetap yang berasal dari modal, penyerahan jasa, atau penyelenggaraan kegiatan
selain yang telah dipotong PPh Pasal 21. Pihak yang memotong PPh Pasal 23
merupakan badan pemerintah, subjek pajak badan dalam negeri, penyelenggara
kegiatan, BUT, perwakilan perusahaan luar negeri lainnya, serta orang pribadi sebagai
wajib pajak dalam negeri yang telah mendapat penunjukan dari DJP.
1.2 RUMUSAN MASALAH
1. Apa pengertian dari Pajak Penghasilan Pasal 23?
2. Siapa sajakah yang termasuk dalam penerima penghasilan yang dipotong PPh
Pasal 23?
3. Siapa pemotong Pajak Penghasilan Pasal 23?
4. Apa saja objek dan bukan objek dari PPh Pasal 23?
5. Bagaimana tarif pajak dan dasar pemotongan PPh Pasal 23?
6. Bagaiman dengan saat terutang, penyetoran, dan pelaporan PPh Pasal 23?
7. Bagaimana cara pengisian SSP dalam PPh Pasal 23?
8. Bagaimana cara pembuatan bukti potong PPh Pasal 23?
9. Bagaimana cara pengisian SPT Masa PPh Pasal 23?
1.3 TUJUAN
1. Untuk mengetahui pengertian dari Pajak Penghasilan Pasal 23.
2. Untuk mengetahui penerima penghasilan yang dipotong PPh Pasal 23.

1
3. Untuk mengetahui pemotong PPh Pasal 23.
4. Untuk mengetahui objek dan bukan objek pajak PPh Pasal 23.
5. Untuk mengetahui tarif pajak dan dasar pemotongan PPh Pasal 23.
6. Untuk mengetahui saat terutang, penyetoran, dan pelaporam PPh Pasal 23.
7. Untuk mengetahui cara pengisian SSP dalam PPh Pasal 23.
8. Untuk mengetahui cara pembuatan buti potong PPh Pasal 23.
9. Untuk mengetahui cara pengisisan SPT Masa PPh Pasal 23.

2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 PENGERTIAN PAJAK PENGHASILAN PASAL 23
Pajak Penghasilan Pasal 23 (PPh Pasal 23) adalah pajak yang dikenakan pada
penghasilan atas modal, penyerahan jasa, atau hadiah dan penghargaan, selain yang
telah dipotong PPh Pasal 21. Umumnya penghasilan jenis ini terjadi saat adanya
transaksi antara pihak yang menerima penghasilan (penjual atau pemberi jasa) dan
pemberi penghasilan. Pihak pemberi penghasilan (pembeli atau penerima jasa) akan
memotong dan melaporkan PPh pasal 23 tersebut kepada kantor pajak.
Objek PPh Pasal 23 telah ditambahkan oleh pemerintah hingga menjadi 62 jenis
jasa lainnya seperti yang tercantum dalam PMK No. 141/PMK.03/2015.
2.2 PENERIMA PENGHASILAN YANG DIPOTONG PPh PASAL 23
1. Wajib Pajak (WP) orang pribadi atau Badan
2. Bentuk Usaha Tetap (BUT)
2.3 PEMOTONG PPh PASAL 23

a. Badan pemerintah

b. Subjek pajak badan dalam negeri

c. Penyelenggaraan kegiatan

d. Bentuk Usaha Tetap (BUT)

e. Perwakilan perusahaan luar negeri lainnya

f. Wajib Pajak Orang Pribadi dalam negeri tertentu yang ditunjuk Direktur Jenderal
Pajak sesuai dengan KEP-50/PJ/1994, di antaranya:

 Akuntan, arsitek, dokter, notaris, Pejabat Pembuat Akta Tanah (PPAT),


kecuali camat, pengacara, dan konsultan yang melakukan pekerjaan bebas. 
 Orang pribadi yang menjalankan usaha yang menyelenggarakan pembukuan
atas pembayaran berupa sewa.
 Wajib pajak orang pribadi ini hanya melakukan pemotongan PPh Pasal 23
atas sewa selain tanah dan bangunan saja.

3
2.4 OBJEK DAN BUKAN OBJEK PPh PASAL 23
Objek PPh Pasal 23
1. Dividen

2. Bunga, termasuk premium, diskonto, dan imbalan sehubungan dengan jaminan


pengembalian utang

3. Royalti

4. Hadiah, penghargaan, bonus, dan sejenisnya selain yang telah dipotong Pajak
Penghasilan (PPh), yaitu penghasilan yang diterima atau diperoleh wajib pajak
dalam negeri orang pribadi yang berasal dari penyelenggara kegiatan sehubungan
dengan pelaksanaan suatu kegiatan

5. Sewa dan penghasilan lain sehubungan dengan penggunaan harta, kecuali sewa
dari penghasilan lain sehubungan dengan penggunaan harta yang telah dikenai
PPh sebagaimana dimaksudkan dalam Pasal 4 ayat (2) Undang-undang (UU) PPh

6. Imbalan sehubungan dengan jasa teknik, jasa manajemen, jasa konstruksi, jasa
konsultan, dan jasa lain selain jasa yang telah dipotong PPh sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 21 UU PPh.

Bukan Objek PPh Pasal 23


1. Penghasilan yang dibayar atau terutang kepada bank

2. Sewa yang dibayar atau terutang sehubungan dengan sewa guna usaha dengan hak
opsi

3. Dividen atau bagian laba yang diterima atau diperoleh perseroan terbatas sebagai
WP dalam negeri, koperasi, dan BUMN/BUMD dari penyertaan modal pada
badan usaha yang didirikan dan berkedudukan di Indonesia dengan syarat:

 dividen berasal dari cadangan laba yang ditahan;


 bagi perseroan terbatas, BUMN/BUMD, kepemilikan saham pada badan yang
memberikan dividen paling rendah 25% dari jumlah modal yang disetor;
 bagian laba yang diterima atau diperoleh anggota dari perseroan komanditer
yang modalnya tidak terbagi atas saham-saham, persekutuan, perkumpulan,
firma, dan kongsi termasuk pemegang unit penyertaan kontrak investasi
kolektif;
 Sisa Hasil Usaha (SHU) koperasi yang dibayarkan koperasi kepada
anggotanya;
 Penghasilan yang dibayar atau terutang kepada badan usaha atas jasa
keuangan yang berfungsi sebagai penyalur pinjaman dan/atau pembiayaan.

4
2.5 TARIF PAJAK DAN DASAR PEMOTONGAN

no

1
2
3
Tarif dari pajak penghasilan (PPh Pasal 23) dikenakan atas Dasar Pengenaan
Pajak (DPP) atau jumlah bruto dari penghasilan. Di dalam PPh Pasal 23, terdapat dua
jenis tarif yang diberlakukan, yaitu 15% dan 2% tergantung dari objek pajaknya. Di
bawah ini adalah tarif dan objek pajak yang terkena PPh Pasal 23 yang berlaku di
Indonesia.
1. Dikenakan 15% dari jumlah bruto atas:
a. dividen kecuali pembagian dividen kepada orang pribadi dikenakan final,
bunga, dan royalti;

b. hadiah dan penghargaan selain yang telah dipotong PPh pasal 21.

2. Dikenakan 2% dari jumlah bruto atas sewa dan penghasilan lain sehubungan
dengan penggunaan harta, kecuali sewa tanah dan/atau bangunan.

3. Dikenakan 2% dari jumlah bruto atas imbalan jasa teknik, jasa manajemen, jasa
konstruksi, dan jasa konsultan.

4. Dikenakan 2% dari jumlah bruto atas imbalan jasa lainnya, misalnya: 


a. Jasa penilai;

b. Jasa aktuaris;

5
c. Jasa akuntansi, pembukuan, dan atestasi laporan keuangan;

d. Jasa hukum;

e. Jasa arsitektur;

f. Jasa perencanaan kota dan arsitektur landscape;


g. Jasa perancang;

h. Jasa pengeboran di bidang migas kecuali yang dilakukan BUT;

i. Jasa penunjang di bidang penambangan migas;

j. Jasa penambangan dan jasa penunjang di bidang penambangan selain


migas;

k. Jasa penunjang di bidang penerbangan dan bandar udara;

l. Jasa penebangan hutan.

5. Untuk yang tidak ber-NPWP dipotong 100% lebih tinggi dari tarif PPh Pasal
23.

6. Yang dimaksud dengan jumlah bruto adalah seluruh jumlah penghasilan yang
dibayarkan, disediakan untuk dibayarkan, atau telah jatuh tempo
pembayarannya oleh badan pemerintah, subjek pajak dalam negeri,
penyelenggara kegiatan, bentuk usaha tetap, atau perwakilan perusahaan luar
negeri lainnya kepada Wajib Pajak dalam negeri atau bentuk usaha tetap. Tidak
termasuk:
a. Pembayaran gaji, upah, honorarium, tunjangan, dan pembayaran lain
sebagai imbalan sehubungan dengan pekerjaan yang dibayarkan WP
penyedia tenaga kerja kepada tenaga kerja yang melakukan pekerjaan,
berdasarkan kontrak dengan pengguna jasa;

b. Pembayaran atas pengadaan/pembelian barang atau material (dibuktikan


dengan faktur pembelian);

c. Pembayaran kepada pihak kedua (sebagai perantara) untuk selanjutnya


dibayarkan kepada pihak ketiga (dibuktikan dengan faktur tagihan pihak
ketiga disertai dengan perjanjian tertulis);

d. Pembayaran penggantian biaya (reimbursement), yaitu penggantian


pembayaran sebesar jumlah yang nyata-nyata telah dibayarkan pihak
kedua kepada pihak ketiga (dibuktikan dengan faktur tagihan atau bukti
pembayaran yang telah dibayarkan kepada pihak ketiga).
Jumlah bruto tersebut tidak berlaku:
a. atas penghasilan yang dibayarkan sehubungan dengan jasa katering;

b. dalam hal penghasilan yang dibayarkan sehubungan dengan jasa, telah


dikenakan pajak yang bersifat final.

6
Ketentuan Tambahan yang Mengatur tentang PPh Pasal 23
PPh Pasal 23 juga mengatur beberapa hal lain yang bisa menjadi referensi Anda
dalam melakukan pembayaran pajak.

1. Pembayaran PPh Pasal 23

Pembayaran yang dilakukan pihak pemotong bisa dilakukan dengan cara


membuat ID Billing terlebih dahulu untuk kemudian membayarnya melalui
bank yang telah disetujui Kementerian Keuangan. Sementara jatuh temponya
adalah tanggal 10, satu bulan setelah bulan terutang PPh Pasal 23.
2. Bukti Potong PPh Pasal 23

Sebagai bukti bahwa PPh Pasal 23 sudah dipotong, pihak pemotong


wajib memberikan bukti potong (rangkap pertama) yang sudah dilengkapi
pihak yang dikenakan pajak tersebut.

3. Pelaporan PPh Pasal 23


Pelaporan dilakukan pihak pemotong dengan cara mengisi SPT Masa
PPh Pasal 23. Lalu bisa melaporkannya melalui fitur lapor pajak online. Jatuh
tempo pelaporan adalah tanggal 20, sebulan setelah bulan terutang PPh Pasal
23.
Wajib pajak yang tidak mempunyai NPWP, besarnya tarif PPh pasal 23 dan
tatacara pengenaan PPh pasal 23 terhadap berbagai subjek dan objek wajib pajak adalah
lebih tinggi 100% atau dua kali dari tarif PPh pasal 23 terhadap wajib pajak yang
mempunyai NPWP.

Tarif 23 Dividen

Pemotongan PPh atas dividen dapat dibedakan sesuai yang dipotong menjadi
seperti berikut ini:

• Wajib pajak badan dan BUT

• Wajib pajak orang pribadi

• Wajib pajak badan tertentu

7
2.6 SAAT TURUTANG, PENYETORAN DAN PELAPORAN PPh PASAL 23

1. PPh Pasal 23 terutang pada akhir bulan dilakukannya pembayaran, disediakan


untuk dibayar, atau telah jatuh tempo pembayarannya, tergantung peristiwa
yang terjadi terlebih dahulu.

2. PPh Pasal 23 disetor Pemotong Pajak paling lambat tanggal 10 bulan takwim
berikutnya setelah bulan saat terutang pajak.

3. SPT Masa disampaikan ke Kantor Pelayanan Pajak setempat, paling lambat 20


hari setelah masa pajak berakhir.

Apabila jatuh tempo batas akhir pelaporan atau penyetoran PPh Pasal 23
bertepatan dengan hari libur, termasuk hari Sabtu atau hari libur nasional,
penyetoran atau pelaporan dapat dilakukan pada hari kerja berikutnya.

8
2.7 PENGISIAN SSP
SSP atau Surat Setoran Pajak merupakan bukti pembayaran pajak atau setoran
pajak yang telah dilakukan menggunakan formulir atau dengan cara lainnya ke kas
negara, melalui tempat pembayaran yang telah disahkan oleh Menteri Keuangan seperti
bank persepsi atau kantor pos persepsi.
SSP berisikan informasi mengenai NPWP, nama wajib pajak, alamat wajib pajak,
nomor objek pajak, alamat objek pajak, kode akun pajak dan kode jenis setoran. Selain
itu, terdapat juga uraian pembayaran, masa pajak, tahun pajak, nomor ketetapan dan
jumlah pembayaran. Lembar formulir SSP terdapat 5 rangkap yaitu untuk wajib pajak,
KPPN, KPP, bank, serta arsip wajib pungut atau pihak lain.
Cara pengisian SSP secara manual adalah dengan mengisi semua keterangan yang
terdapat dalam formulir SSP tersebut mulai dari NPWP, nama wajib pajak, hingga
jumlah pembayaran serta tanda tangan dari wajib pajak penyetor. Nama Wajib Pajak,
NPWP, Alamat Wajib Pajak, serta Tanda Tangan diisikan identitas penyetor atau
pemotong pajak Setelah dilakukan pembayaran, kemudian wajib pajak atau orang yang
pajaknya telah dipotong menerima SSP lembar 1 dan lembar 3 yang telah ditanda
tangani oleh pejabat bank atau kantor pos. setelah itu, wajib pajak melaporkan bukti
setor ke KPP.
Pada kolom kode akun pajak, diisikan kode 411124 dan untuk kode jenis setoran
disesuaikan dengan pembayarannya. Berikut adalah kode jenis setoran PPh Pasal 23.
KODE JENIS SETORAN
JENIS
SETORAN
100 Masa PPh Pasal 23
101 PPh Pasal 23 atas Deviden
102 PPh Pasal 23 atas Bunga
103 PPh Pasal 23 atas Royalti
104 PPh Pasal 23 atas Jasa
Pada halaman selanjutnya adalah contoh formulir SSP (Surat Setoran Pajak)

9
SURAT SETORAN PAJAK
DEPARTEMEN KEUANGAN R.I. LEMBAR 1
DIREKTORAT JENDERAL PAJAK (SSP) Untuk Arsip Wajib Pajak

NPWP : (NPWP Bendahara atau


Diisi sesuai dengan Nomor Pokok Wajib Pajak yang dimiliki Pemungut Pajak)
NAMA WP : (NAMA

ALAMAT WP : BENDAHARA
(ALAMAT
BENDAHARA
NOP :
Diisi sesuai dengan Nomor Objek Pajak

ALAMAT OP :

Uraian Pembayaran :
Kode Akun Pajak Kode Jenis Setoran
Pembayaran PPh Pasal 23 atas (Sesuai dengan Jenis PPh Pasal
4 1 1 1 2 4 23 yang disetorkan)

Masa Pajak
Tahun Pajak
Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nov Des

Beri tanda silang (x) pada kolom bulan, sesuai dengan pembayaran untuk masa yang berkenaan Diisi Tahun terutangnya Pajak

Nomor Ketetapan : / / / /
Diisi sesuai Nomor Ketetapan : STP, SKPKB, SKPKBT

Jumlah Pembayaran : Diisi dengan rupiah penuh


Terbilang :

Diterima oleh Kantor Penerima Pembayaran Wajib Pajak/Penyetor


Tanggal , Tanggal
Cap dan tanda tangan Cap dan tanda tangan

Nama Jelas : Nama Jelas : (NAMA PENYETOR PPh PASAL 23)

" Terima kasih Telah Membayar Pajak - Pajak Untuk Pembangunan Bangsa "
Ruang Validasi Kantor Penerima Pembayaran

F.2.0.32.01

10
2.8 PEMBUATAN BUKTI POTONG
Setiap selesai pemotongan pajak, wajib pajak yang pajaknya dipotong akan
diberikan bukti pemotongan. Dalam pembuatan bukti potong Pajak Penghasilan Pasal
23 terdapat beberapa langkah diantaranya adalah sebagai berikut:
1. Memberikan nomor pada bukti pemotongan yang diterbitkan dengan mengikuti
standar yang telah ditetapkan oleh DJP. Nomor terdiri dari sepuluh digit dimana
dua digit pertama berupa kode bukti pemotongan dan delapan digit kedua berisi
nomor urut bukti pemotongan yang diterbitkan. Terdapat dua kode bukti
pemotongan pada PPh Pasal 23 yaitu kode 31 untuk bukti pemotongan yang
berbentuk kertas dan kode 33 untuk bukti Pemotongan yang berbentuk dokumen
elektronik. Untuk nomor urut diisikan berurutan mulai 00000001 sampai dengan
99999999 dalam satu tahun kalender. Apabila tahun kalender berganti maka
nomor urut diulang lagi dari 00000001.
2. Kemudian mengisikan identitas wajib pajak yang dipotong yang meliputi NPWP,
NIK, Nama, Alamat, dan Nomor Telepon. Jika wajib pajak belum memiliki
NPWP maka kolom NPWP diisikan 00.000.000.0-000.000
3. Selanjutnya mengisi kolom Pajak Penghasilan yang Telah Dipotong yang meliputi
masa pajak (mm-yyyy), kode objek pajak, jumlah penghasilan bruto, jika wajib
pajak belum memiliki NPWP maka pajak dapat dikenakan 100% lebih tinggi,
kemudian menuliskan tarif yang dikenakan, dan jumlah PPh yang dipotong.
4. Setelah itu mengisi identitas pemotong Pajak Penghasilan Pasal 23 yang disertai
dengan tanda tangan dari pemotong pajak tersebut.

Setiap Bukti Pemotongan hanya untuk satu wajib pajak, satu kode objek pajak,
dan satu masa pajak. Bukti pemotongan PPh Pasal 23 dibuat sebanyak 3 lembar, lembar
1 untuk wajib pajak, lembar 2 untuk pemotong pajak, dan lembar ke 3 untuk Kantor
Pelayanan Pajak. Pada halaman selanjutnya adalah contoh dari formulir bukti
pemotongan untuk Pajak Penghasilan Pasal 23.

11
Contoh Formulir Bukti Pemotongan PPh Pasal 23

12
2.9 PENGISIAN SPT MASA
SPT Masa PPh merupakan dokumen yang digunakan untuk melapor pajak yang
dipungut dari hasil pendapatan ekonomi wajib pajak dan dilaporkan pada setiap masa
pajak (setiap bulan). SPT Masa PPh Pasal 23 sehubungan dengan pajak yang dipotong
dari hasil transaksi modal, seperti dividen, bunga, royalti, hadiah dan penghargaan,
sewa, dan pendapatan yang terkait denagn aset selain dari transaksi tanah dan bangunan
dan jasa. Pasal 23 diperuntukkan untuk transaksi yang terjadi denag wajib pajak
Indonesia.
Berikut contoh formulir SPT Masa PPh Pasal 23:

13
14
15
16
17
2.10 STUDI KASUS
1. Pada tanggal 10 mei 2016, PT. Aditya Pratama, membagikan dividen masing-
masing Rp 30,000,000 kepada 22 pemegang sahamnya. Atas dividen yang dibagika
n, PT. Aditya Pratama wajib memungut PPh Pasal 23?    
JAWAB :
Besar pph pasal 23 :
 PPh pasal 23 
tarif x jumlah deviden(bruto) =
Rp.15% x  Rp 30,000,000.- = Rp 4,500,000.-
 Di potong untuk 22 pemegang saham
Rp 4,500,000.- /22= Rp 99,000,000.-

2. Pada tanggal 20 Agustus 2016, PT. Cherry


jovanca membayar bunga atas pinjaman, membayarkan bunga kepada  PT. Julli
Kurniawan sebesar Rp 50.000.000,-?
JAWAB :
PPh pasal 23 yang harus dipotong oleh  PT. Cherry jovanca adalah :
 Tarif x bruto  =
15% x Rp 50,000,000.- = Rp 7,500,000.-

3. Pada tanggal 13 september 2016 CV. Anggi


Natalia membayar Royalti kepada Tuan. Balam atas pemakaian merek  “BETTI” se
besar Rp 80.000.000,-?
 PPh pasal 23 yang harus dipotong adalah :
Tarif x bruto =
15% x Rp 80,000,000.- = Rp 12,000,000.-

4. Cici
Paramitha mendapat hadiah sebuah mobil senilai Rp 75.000.000,- atas undian tabun
gan yang diselenggarakan Bank Mangga Pisang
Jambu pada tanggal 20 Januari 2016?
JAWAB :
 PPh pasal 23 :
Tarif x bruto =
15% x Rp 75,000,000.- = Rp 11,250,000.-

5. PT. Desmar menyewa sebuah Camera
Cannon dengan nilai sewa Rp 25.000.000,- milik Tuan Novan..
JAWAB :
 PPh pasal 23 :
Tarif x bruto =
 2% x 25,000,000.- = 500,000.-

6. PT Agrivina Arundaya meminta jasa dari Pak
Agra untuk membuat sistem akuntansi Perusahaan dengan imbalan sebesar Rp. 33.0
00.000,- (sudah termasuk PPN)
JAWAB :

18
 PPh pasal 23 :
Tarif x bruto =
2% x Rp 33,000,000.- = Rp 660,000

7. PT. HIW-HIW membayarkan jasa konsultan PT HAW-HAW sebesar Rp 1.800.000
( termasuk PPN). *PT. HAW-HAW tidak mempunyai NPWP?
JAWAB :
200% x 2% x 1,800,000.- = Rp 72,000.-

19
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 23 adalah pajak yang dipotong atas penghasilan
yang berasal dari modal, penyerahan jasa, atau hadiah dan penghargaan, selain yang
telah dipotong PPh Pasal 21. Dalam melakukan pemotongan PPh Pasal 23 terdapat
pemotong pajak yang telah ditentukan oleh peraturan UU PPh Pasal 23, begitu pula
dengan tarif dan penghasilan apa saja yang tergolong dapat dipotong PPh Pasal 23
ataupun yang dikecualikan. Makalah di atas juga menunjukkan kapan saat terutang,
pelaporan dan penyetoran PPh Pasal 23 yang telah ditentukan oleh UU.

20
DAFTAR PUSTAKA
MARDISMO. (2016). PERPAJAKAN EDISI TERBARU 2016. YOGYAKARTA:
PENERBIT ANDI.
Pajak Penghasilan Pasal 23 (PPh Pasal 23). (2016, November 29). Retrieved April 18,
2020, from ONLINEPAJAK: www.online-pajak.com/tentang-pajakpay/pph-
pajak-penghasilan-pasal-23
PPh Pasal 23/26. (n.d.). Retrieved April 18, 2020, from DJP: www.pajak.go.id/id/pph-
pasal-2326

21

Anda mungkin juga menyukai