nasikhudinisme
born free, taxed to death
Skip to content
profil
kategori
o jalan-jalan
o nonton
o bangga bayar pajak
o baca
o fiksi
o uncategorized
o Tulisan di Majalah
admin
SEORANG sahabat lama menanyakan kepada saya mengenai aspek perpajakan pada badan
usaha berbentuk CV atau persekutuan komanditer, kemudian saya menjanjikan kepadanya
bahwa saya akan menjawab pertanyaan tersebut melalui tulisan yang akan saya posting di
blog saya. Tulisan ini membayar janji tersebut, semoga bisa menjawab semua pertanyaan
yang muncul di benak sahabat saya tersebut, dan tentu saja semoga tulisan ini membawa
manfaat kepada Anda, para pembaca sekalian.
Pengertian CV
Berbicara mengenai CV maupun PT dalam kacamata Undang-undang Pajak, kita tidak akan
terlepas dari pembicaraan mengenai Subjek Pajak. Subjek Pajak mengatur mengenai siapa-
siapa saja yang menjadi subjek pelaku ketentuan perpajakan di Indonesia. Pasal 2 ayat (1)
UU PPh menyatakan bahwa yang menjadi subjek pajak adalah:
1. Orang Pribadi
2. Warisan yang belum terbagi sebagai satu kesatuan menggantukan yang berhak
3. Badan
4. Bentuk Usaha Tetap (BUT)
Dimana badan menurut Pasal 1 angka (3) UU KUP diartikan sebagai sekumpulan orang
dan/atau modal yang merupakan kesatuan baik yang melakukan usaha maupun yang tidak
melakukan usaha yang meliputi perseroan terbatas, perseroan komanditer, perseroan
lainnya, badan usaha milik negara atau badan usaha milik daerah dengan nama dan dalam
bentuk apa pun, firma, kongsi, koperasi, dana pensiun, persekutuan, perkumpulan, yayasan,
organisasi massa, organisasi sosial politik, atau organisasi lainnya, lembaga dan bentuk
badan lainnya termasuk kontrak investasi kolektif dan bentuk usaha tetap.
Dengan demikian, menurut kacamata UU Pajak, CV merupakan badan yang menjadi subjek
pajak, meskipun menurut pengertian/secara hukum CV bukan merupakan badan hukum.
Ketika Pembaca telah mendirikan sebuah CV, maka yang harus dilakukan menurut ketentuan
perpajakan adalah:
Tentu saja kewajiban-kewajiban perpajakan di atas masih kita bicarakan secara umum-umum
saja, belum mendetail kepada rincian kewajibannya.
Beberapa ketentuan di bawah ini berlaku baik untuk CV maupun badan hukum lainnya:
1. Kewajiban pajak subjektif CV dimulai saat CV didirikan dan berakhir pada saat
dibubarkan
2. Yang menjadi objek pajak CV adalah penghasilan, yaitu setiap tambahan kemampuan
ekonomis yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak baik yang berasal dari Indonesia
maupun dari luar Indonesia yang dapat dipakai untuk konsumsi atau untuk menambah
kekayaan Wajib Pajak yang bersangkutan dengan nama dan dalam bentuk apapun,
termasuk keuntungan karena penjualan atau pengalihan harta kepada
perseroan, persekutuan, dan badan lainnya sebagai pengganti saham atau penyertaan
modal atau keuntungan karena pengalihan harta kepada pemegang
saham, sekutu, atau anggota yang diperoleh perseroan, persekutuan, dan badan
lainnya.
3. Mengingat CV merupakan badan yang menjadi subjek pajak, maka hak dan
kewajiban CV sama seperti hak dan kewajiban PT di mata UU Pajak
Bagian laba yang diterima atau diperoleh anggota dari perseroan komanditer yang
modalnya tidak terbagi atas saham-saham persekutuan, perkumpulan, firma, dan
kongsi, termasuk pemegang unit penyertaan kontrak investasi kolektif dikecualikan
dari objek pajak. Ini yang membuat pendirian CV di Indonesia sebenarnya lebih
menguntungkan dibandingkan PT. Hal ini dikarenakan, pengenaan pajak CV hanya
dikenakan satu kali saja, yaitu pada saat CV memperoleh laba. Saat laba tersebut
dibagikan kepada sekutu sebagai prive, dikecualikan dari objek pajak. Berbeda
dengan PT, saat laba dibagikan dalam bentuk deviden, maka akan dikenai lagi PPh,
baik PPh Pasal 23 apabila penerimanya badan, maupun PPh Pasal 4 ayat (2) apabila
penerima devidennya adalah orang pribadi, atau PPh Pasal 26 apabila penerima
penghasilannya berada di luar negeri.
Simulasi
Tuan Budi dan Tuan Anas adalah pemilik sekaligus pendiri CV Karya Agung yang bergerak
di bidang usaha jasa percetakan. Pada tanggal 16 Maret 2014 telah terdaftar di KPP Pratama
Tegal untuk memperoleh NPWP dan telah dikukuhkan pula sebagai PKP meskipun peredaran
usahanya belum mencapai lebih dari Rp4,8 miliar. CV Karya Agung didirikan oleh Tuan
Budi dan Tuan Anas pada tanggal 1 Januari 2014 sesuai akta notaris Nugraha, S.H., M.Kn.
nomor 156 tanggal 1 Januari 2014 dan telah didaftarkan/mendapat pengesahan dari
Pengadilan Negeri Slawi. Meskipun telah berdiri sejak 1 Januari 2014, CV Karya Agung baru
beroperasi komersial pada pertengahan Februari 2014. Pada saat pendirian, masing-masing
pendiri menyerahkan harta di bawah ini sebagai tanda penyertaan modal:
Tuan Budi dan Tuan Anas sepakat bahwa yang bertindak sebagai sekutu aktif adalah Tuan
Anas, sedangkan Tuan Budi bertindak sebagai sekutu pasif. Apabila CV mendapat
keuntungan akan dibagi Tuan Anas dan Tuan Budi dengan proporsi 30:70.
Pada tahun 2014, CV Karya Agung melaporkan laporan laba ruginya sebagai berikut:
Atas laba sebesar Rp600 juta tersebut, sesuai kesepakatan, Rp300 juta akan dibagi kepada
masing-masing sekutu sebesar Rp90 juta kepada Tuan Anas dan Rp210 juta kepada Tuan
Budi, sedangkan sisanya sebesar Rp300 juta akan disimpan sebagai retained earning/laba
ditahan.
Selama tahun 2014, CV Karya Agung banyak melakukan transaksi dengan pihak
pemotong/pemungut dan telah dipotong pajak-pajak sebagai berikut:
Kewajiban PPN telah dilakukan CV Karya Agung dengan baik dan benar (tidak akan di
bahas di sini).
Maka, hal-hal di bawah ini dapat kita simpulkan/hitung berdasarkan simulasi di atas:
1. Pada saat Tuan Budi dan Tuan Anas menyerahkan harta sebagai tanda penyertaan
modal, maka harta tersebut bukan merupakan penghasilan bagi CV sebagaimana
diatur dalam Pasal 4 ayat (3) huruf c UU PPh: harta termasuk setoran tunai yang
diterima oleh badan sebagai pengganti saham atau sebagai pengganti penyertaan
modal dikecualikan dari objek pajak
2. PPh yang harus dibayar oleh CV Karya Agung tahun 2014 adalah sebesar Rp150 juta
yang dihitung dari 25% x Rp600 juta sebagaimana diatur dalam Pasal 17 UU PPh
yang harus dilunasi dan dibayar paling lambat tanggal 30 April 2015
3. Pada saat Tuan Budi dan Tuan Anas mengambil bagian laba masing-masing sebesar
Rp90 juta dan Rp210 juta, penghasilan tersebut bukan merupakan objek pajak,
sehingga tidak perlu dipotong PPh Pasal 21
4. PPh Pasal 22 dan 23 yang telah dipotong/dipungut pihak lain dapat dijadikan sebagai
kredit pajak, sehingga PPh Pasal 29 yang harus dibayar oleh CV Karya Agung cukup
Rp150 juta Rp50 juta = Rp100 juta
Namun
Semoga bermanfaat.
Advertisement
Advertisements
Rate this:
Related
PEMBAHASAN mengenai masalah pajak selalu menjadi hal menarik hampir di semua
negara. Menjadi menarik karena pajak selalu memunculkan banyak pro dan kontra di
masyarakat. Masalah manajemen pajak pun bisa dilihat dari beberapa perspektif yang
berbeda. Dari perspektif utopia-macro pajak merupakan kewajiban warga negara kepada
negaranya, yakni dalam rangka mendanai tugas-tugas pemerintahan
Tulisan ini telah dimuat di Majalah Indonesian Tax Review Volume VIII/Edisi 13/2015
Pemeriksaan pajak tidak harus dilakukan oleh pejabat fungsional pemeriksa pajak seperti
dahulu kala. Sekarang seluruh petugas pajak bisa melakukan pemeriksaan kepada Wajib
Pajak. Kabar baik atau kabar buruk bagi Wajib Pajak? Peraturan Menteri Keuangan nomor
206.2/PMK.01/2014 tentang Organisasi
This entry was posted in Bangga Bayar Pajak and tagged aspek pajak CV, aspek perpajakan
CV, bagaimana pemenuhan kewajiban perpajakan CV, CV, CV adalah, Pajak CV, perbedaan
pajak PT dan CV, perbedaan PT dan CV on 8 July 2015.
Post navigation
Maap mas sedikit koreksi untuk penghitungan pajak di poin 2 (dengan asumsi CV
Karya Agung di tahun 2014 non wajib PP 46) :
2. PPh yang harus dibayar oleh CV Karya Agung tahun 2014 adalah sebesar Rp150
juta yang dihitung dari 25% x Rp600 juta sebagaimana diatur dalam Pasal 17 UU PPh
yang harus dilunasi dan dibayar paling lambat tanggal 30 April 2015
bukankah.
untuk peredaran usaha < Rp 50 miliar mendapat fasilitas pengurangan tarif 50% utk
bagian omzet s.d. Rp 4,8Miliar (Pasal 31e UU PPh). Jadi seharusnya = 25% x 50% x
Rp 600 juta = Rp 75 Juta
CMIIW
Like
Reply
Like
Reply
2. Ninik 26 August 2016 at 10:57 am
untuk laporan pajak pribadinya bagaimana? bukankah pemilik CV juga ber NPWP?
dan yang dilaporkan penghasilannya apakah atas prive? dan dikenakan pajak lagi ?
sesuai aturan PPh 21 ? Terima kasih.
Like
Reply
Like
Reply
Ini artinya apakah stp bulan pemilik tdk perlu bayar pph 25 perorangan
nya? dan utk SPT Tahunan nya apakah berarti jg nihil mengingat prive
bukan objek pajak
Like
Like
Reply
1. Nasikhudin Post author27 August 2016 at 6:12 am
Like
Reply
Like
1). Pembebanan biaya gaji pemilik CV oleh CV adalah hal yang tidak
diperkenankan oleh UU PPh, meskipun pembayaran gaji tsb telah
dipotong PPh Pasal 21
2) Karena laba CV telah dikenai pajak pada tingkat CV, ketika laba tsb
diambil/diminta oleh pemilik CV (prive), tidak lagi menjadi objek
pajak. Atas penghasilan ini yg diterima oleh pemilik CV bukan
merupakan objek PPh.
Jadi dapat kita simpulkan bahwa yang bpk telah lakukan di atas tidak
sesuai dg yang diatur oleh UU PPh.
Like
Like
Reply
Like
Reply
selamat sore pak admin, saya mau bertanya mengenai kasus pajak
pengenaian pph 21 untuk karyawan bagaimana yah?
nah, bagaimana pengenaanya pada laporan keuangan perusahaan pak? apa kah dia
masuk ke other income/expense atau atau masuk ke pajak lain2 yang nanti akan di
akumulasi dengan net income perusahaan. terima kasih pak. mohon bantuannya
Like
Reply
6. Herman 20 October 2016 at 12:26 am
Like
Reply
Like
Reply
selamat sore pak, jika saya adalah seorang pkp dah memiliki beberapa usaha, dan atas
salah satu usaha saya hendak saya jadikan CV, atas stock barang yang saya miliki
yang telah di bukakan ppn atas nama saya, bagaimana perpindahan ppn barang
tersebut. Apakah saya menjual barang kepada CV baru saya, sehingga saya membuka
faktur pajak tersebut ?
Like
Reply
Selamat malam ibu Felisia, Apabila Bpk telah dikukuhkan sebagai PKP maka
penyerahan barang tsb merupakan penyerahan yang dikenai PPN. Kecuali
apabila peristiwa tsb sebagai peristiwa penggabungan, peleburan, pemekaran
atau pemecahan sbgmana dimaksud UU PPN
Like
Reply
Jika salah satu pemilik dalam CV tersebut keluar dan diganti dengan orang lain,
bagaimana dengan penyertaan modal yang sudah dikeluarkan sebelumnya? dan
bagaimana pelaporan dalam SPT Tahunan Pribadi si pemilik tersebut? Apakah harta
penyertaan modalnya harus dihapus dalam list formulir SPT Tahunannya?
Like
Reply
selamat malam pak izin bertanya, jika CV memberikan fasilitas berupa kendaraan
dinas sedan kepada pemilik CV apakah dapat dibebankan pak? atau pembebanannya
hanya 50%?
Like
Reply
Like
Reply
Like
Reply
Terima kasih.
Like
Reply
Jika pendirian CV misalny dbln okt 2016, belum di kukuhkan sbgi pkp. masih dalam
kondisi rugi. Bagaimana pelaporan SPT thunanny ya?
Terima kasih sebelumny.
Like
Reply
Like
Reply
Pak jika direktur sekaligus pemegang saham untuk membuat spt tahunan penghasilan
dihitung dr mn? Benar ga kl dihitung seperti krywn biasa tp bukan gaji hanya
honorarium
Like
Reply
Direktur yang juga pemilik CV, apabila tidak memiliki penghasilan lain selain
dari CV (berupa prive), dapat menggunakan formulir 1770 S atau 1770.
Like
Reply
Selamat sore pak. Mau nanya jika cv sdh trbentuk nov 2016 dan sdh trdftr sbgai pkp
pada bulan januari 2017 namun masih pasif. Apakah msh tetap pelaporan setiap
bulan? Pajak apakh yg di lapor?
Like
Reply
Pak mau tanya klo perusahaan cv berdiri tahun 2015 dan penghasilan kurang 4.8m
berarti saya kena tarif 1% tapi kenap adi tahun 2016 saya kena sanksi denda pasal 25
dari kantor pajak jadi tiap bulan selain lapor ppn ,21, trs lapor pasal 4 ayat 2 apakah
25 atau semua nya thanks before
Like
Reply
Like
Reply
Like
Reply
Malam pakuntuk cv.yg berdiri thn 2012 tpi belum lapor SPT sma sekali..tpi Npwp
udah ada sejak 2012.
Apakah pajak pokok tetap di bayar ketika kita mengikuti program tax amnesty???
Pencerahanya dong pak
Tq.
Like
Reply
Like
Reply
Assalam Pak
Saya mau nanya, saya ada kasus soal pajak.. teman saya punya usaha dibidang jasa,
berdiri sejak tahun 2009. tapi perusahaan tersebut mulai diakuisisi CV per bulan Juli
2013. kasusnya sejak diakuisis sampai tahun ini perusahaan tersebut belum pernah
bayar pajak. karena di tahun 2017 ini teman saya mau taat pajak dan mau mengikuti
program TA. tapi yang jadi permasalahannya, yg menjadi salah satu persaratan TA
harus membayar SPT tahun 2015. sedangkang kalau dihitung dari akumulasi omset
selama 1 tahun (Thn 2015) senilai 1,5 M, Blm thn (2014) senilai 1,8 M, dan tahun
(2016) senilai 2,8 M. dan kalau saya hitung-hitung semuanya apabila dikali 1% bisa
sampai 62,8 Jta. yang jadi pertanyaannya diakrenakan perusahaan teman saya ini
cuman perusahaan kecil-kecilan berkapasitas UKM (jualan/jasa pembuatan etalase),
kalau uang sebesar itu dibayarkan pajak bisa menguras cashflow, bisa jadi ga ada buat
modal Pak. apa menurut bapak ada solusi lain untuk meringankan pembayaran
pajaknya?
Like
Reply
Wassalam !
Like
Reply
Like
Reply
Terima kasih pak atas pencerahannya. Berarti apa yang saya lakukan
ini keliru meminjamkan perusahaan ke orang lain. Bila saya membuat
laporan keuangan dan pajak yang sebenarnya sesuai penghasilan yang
sebenarnya dari proyek, saya melaporkan hal yang tidak benar karena
sesungguhnya keuntungan itu tidak masuk ke saya tapi masuk ke pihak
A tapi saya harus pertanggungjawabkan. Sekali lagi terima kasih pak
atas pencerahannya.
Like
Trima ksh pak atas infonya tpi saya mau nanya undang undang kup yg mengatur
pengenaan pajak CV hanya dikenakan satu kali saja, yaitu pada saat CV memperoleh
laba, ada undang2 nya pak ? Terima kasih
Like
Reply
ada pak
Like
Reply
Like
Reply
Salam Kenal
Saya mau tanya kalau pada Laporan 1770 di 1770 III ada PENGHASILAN LAIN
YANG DIKENAKAN PAJAK FINAL , apakah sebagai Direktur CV harus
mengisikan PENGHASILAN LAIN YANG DIKENAKAN PAJAK FINAL atau yang
disikan pada 1770 III pada BAGIAN LABA ANGGOTA PERSEROAN
KOMANDITER TIDAK ATAS SAHAM, PERSEKUTUAN, PERKUMPULAN,
FIRMA, KONGSI, karena data untuk PPh Final 1% itu dimasukan ke Laporan Badan
CV, pertanyaan saya apakah keuntungan dari CV itusaya harus mengisi di 1770 III
PPh final 1 % atau di Bagian BAGIAN LABA ANGGOTA PERSEROAN
KOMANDITER TIDAK ATAS SAHAM, PERSEKUTUAN, PERKUMPULAN,
FIRMA, KONGSI
Like
Reply
Like
Reply
Hallo admin
Ingin bertanya, teman saya seorang direktur CV, tetapi beliau juga seorang karyawan
di perusahaan lain Dan untuk pelaporan Pajak pribadinya yang dipotong Dari tempat
beliau bekerja sudah dilakukan dan hasilnya nihil dengan e-filing. Tetapi pada saat
pertanyaan awal mengenai kepemilikan usaha pribadi, beliau menjawab tidak.
Apakah cara tersebut keliru atau tidak Pak? Untuk pelaporan Pajak pribadi sebagai
pemilik CV, apakah harus lapor lagi atau tidak Pak..? Dan bagaimana cara
pelaporannya..? Mohon pencerahannya Terima Kasih.
Like
Reply
Maaf pemula tanya pak, ada kasus CV.ABC yang ukuranya tidak terlalu besar dan
juga pendapatnya tidak terlalu besar sehingga gaji karyawanya juga jauh dibawah
PTKP apakah CV.ABC tetap wajib memungut dan melaporkan pph.21??Terimakasih
Like
Reply
pagi pak.
cv. yang saya dirikan tahun 2015 awal, dan sampai saat ini saya baru hanya lapor SPT
masa jan/des tahun 2015, dan SPT tahunan Belum. niat sih ada mau Lapor/setor.
disaat batas waktu lapor SPT mau habis disaat itu pula gencar2nya tentang Amnesti
Pajak.yang seharusnya kantor dengan pelayanan paling memuaskan, dulu saya pikir
hanya Di Bank. berubah seperti pasar dan pelayanannya pun masih bagus
dipasar.berhubung tempat tinggal saya jauh dari kantor pajak kabarnya Lapor SPT
bisa melalui E-billing, saya coba ternyata SPT tahunan harus Lapor langsung ke
Kantor Pajak.
yang ingin saya tanyakan, saya ingin selesaikan kewajiban saya. Apa langkah saya
selanjutnya dan apa saja yang menjadi kewajiban dan hak saya menurut UU yang
berlaku. Terimakasih
Like
Reply
Leave a Reply
Advertisements
Search for:
Iklan/Sponsor
Tulisan Terbaru
Arsip
Arsip
Twit Saya
Statistik